Anda di halaman 1dari 3

Manifestasi hipertense pada RM Manifestasi hipertensi dalam Rongga Mulut sebagian besar disebabkan karena obat-obatan antihipertensi, antara

lain sebagai berikut : a. Obat Golongan Diuretik Efek samping obat golongan ini terhadap rongga mulut yaitu menyebabkan xerostomia, reaksi likenoid, hilangnya pengecapan (dysgeusia), angioedema dan eritema multiforme. b. Obat Golongan Beta Blocker Efek samping obat golongan -blocker terhadap rongga mulut yaitu xerostomia, angioedema, ulser, dysgeusia dan reaksi likenoid. c. Obat Golongan Antagonis Kalsium (Calcium Channel Blocker) Efek samping golongan obat ini pada rongga mulut yaitu terjadinya pembesaran gingiva (gingival enlargement), xerostomia, dysgeusia, ulser, angioderma dan reaksi likenoid. d. ACE-inhibitor Obat golongan ini memberikan efek samping hampir sama dengan obat golongan antagonis kalsium pada rongga mulut.

Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat Antihipertensi a. Xerostomia Xerostomia atau mulut kering merupakan keadaan rongga mulut yang paling banyak dikeluhkan. Keadaan ini umumnya berhubungan dengan berkurangnya aliran saliva, namun adakalanya jumlah atau aliran saliva normal tetapi seseorang tetap mengeluh mulutnya kering. Xerostomia bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari berbagai kondisi medis. Banyak faktor yang dapat menyebabkan mulut kering, seperti radiasi pada daerah leher dan kepala, kemoterapi, Sjogren sindrom, penyakit-penyakit sistemik, dehidrasi, efek samping obat-obatan, stress dan juga usia . Obat-obatan adalah penyebab paling umum berkurangnya saliva, dan obat antihipertensi termasuk kedalam golongan obat yang dapat menyebabkan efek samping berupa xerostomia. Obat-obatan tersebut mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem syara autonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses seluler yang diperlukan untuk saliva. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung mempengaruhi saliva denga mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar. b. Ulser Ulser pada mukosa mulut, terasa sakit, tanpa ada tanda-tanda sistemik dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.Tidak ada teori yang seragam tentang adanya immunopatogenesis dari ulser . Salah satu penelitian mengungkapkan bahwa adanya respon imun yang diperantarai sel secara berlebihan pada pasien sehingga menyebabkan

ulserasi lokal pada mukosa. Respon imun itu berupa aksi sitotoksin dari limfosit dan monosit pada mukosa mulut dimana pemicunya tidak diketahui. c. Reaksi Likenoid Pemakaian obat-obatan dapat menjadi penyebab terjadinya reaksi likenoid. Secara klinis, sering terdapat sedikit sekali tanda-tanda untuk membedakan reaksi likenoid yang ditimbulkan akibat obat-obatan dengan liken planus. Etiologi likenoid diyakini berasal dari respon immune abnormal yang diperantarai sel-T dalam sel-sel epitel basal yang dikenali sebagai benda-benda asing karena adanya antigenitas permukaan selnya. Penyebab rusaknya sel basal yang diperantarai immun ini tidak diketahui. Karena itu, tidak diketahui apakah reaksi likenoid mewakili suatu proses penyakit tunggal atau berkaitan dengan penyakit yang memiliki penampilan klinis yang sama Pada lesi likenoid terdapat white striae atau papula seperti liken planus, lesi dapat terlihat ulseratif dengan adanya rasa peka terhadap rasa sakit serta lokasi yang paling sering adalah mukosa bukal dan gingival cekat, namun daerah lain dapat dikenai. Reaksi likenoid dapat bersifat unilateral. d. Gingival Enlargement ( Pembesaran Gingiva) Salah satu efek samping obat-obatan pada jaringan periodonsium yang paling sering adalah pembesaran gingiva atau juga dikenal dengan hiperplasia gingiva. Beberapa penyebab dari hiperplasia gingiva tidak diketahui, namun yang paling banyak diketahui bahwa hal ini disebabkan karena penggunaan obat-obatan termasuk obat antihipertensi. Pembesaran ukuran dari gingiva diperparah dengan buruknya oral hygiene seseorang. Patogenesis terjadinya pembesaran gingiva yang disebabkan oleh obat-obatan ini sebagai akibat dari terjadinya peningkatan sintesa/produksi kolagen oleh fibroblast gingiva, pengurangan degradasi kolagen akibat diproduksinya enzim kolagenase yang inaktif dan pertambahan matriks non-kolagen, sebagai contoh glikosaminoglikans dan proteoglikans, dalam jumlah yang lebih banyak dari matriks kolagen e. Eritema Multiform (EM) Merupakan penyakit kulit dan membrana mukosa dengan tanda-tanda klinis yang luas, gangguan inflamasi akut, sering berulang dan merupakan reaksi hipersensitifitas yang berdampak pada jaringan mukokutaneus yang dapat menyebabkan beberapa jenis lesi kulit, maka dinamakan multiforme. Pada mulut terlihat peradangan yang luas, dengan pembentukan vesikel kecil serta erosi yang luas dengan dasar yang berwarna merah. Dapat terjadi pada bibir dan terbentuk ulser yang luas.Berdasarkan banyaknya mukosa yang terlibat EM terbagi atas 2 tipe yaitu tipe minor dan tipe mayor. 1. Eritema multiform minor Terjadi hanya pada satu daerah saja. Dapat mengenai mulut saja, kulit atau mukosa lainnya. 2. Eritema multiform mayor Tipe ini juga dikenal dengan istilah Steven-Johnson syndrome. Dimana hampir seluruh mukosa mulut terlibat dan juga dapat mengenai mata, laring, esophagus, kulit, dan genital. Eritema multiform yang dipicu oleh obat-obat antihipertensi terjadi sebagai reaksi hipersensitifitas imunitas dari tubuh ditandai dengan hadirnya sel-sel efektor sitotoksik dan CD8+ limfosit T pada epitel yang menyebabkan apoptosis dari keratinosit sehingga sel menjadi nekrosis. f. Angioedema

Angioedema adalah pembengkakan pada lapisan dermis, jaringan subkutaneus atau submukosa yang mempengaruhi setiap bagian tubuh terutama kelopak mata, bibir, lidah, dan bahkan jaringan dari dasar mulut yang dapat menyebabkan terbentuknya edema laryngeal.Terdapat perbedaan warna antara jaringan yang terlibat dengan jaringan sekitarnya atau seperti eritematus. Karena sering terjadi pada leher dan kepala, maka pasien sering terlihat dengan wajah, bibir, dan kelopak mata yang bengkak. Angioedema sebagai manifestasi dari pemakaian obat-obatan digolongkan sebagai angioedema yang bukan disebabkan karena reaksi alergi karena tidak ada keterlibatan IgE dan histamine dalam hal ini. Melainkan terjadi karena meningkatnya kadar dari bradikinin atau berubahnya fungsi dari C1 inhibitor. g. Sindroma Mulut Terbakar (SMT) SMT didefenisikan sebagai gejala dan karakteristik rasa sakit dan rasa terbakar pada salah satu atau beberapa struktur rongga mulut dengan atau tanpa adanya perubahan klinis di rongga mulut. Beberapa penyakit pada mukosa oral yang mempunyai gejala seperti rasa sakit atau rasa terbakar adalah virus herpes simplex, liken planus, stomatitis, kandidiasis, dan xerostomia. Gangguan ini ditandai dengan adanya rasa terbakar atau rasa gatal pada ujung dan lateral lidah, bibir, dan palatum anterior, dan terkadang dikaitkan dengan perubahan pengecapan dan mulut kering. Manifestasi SMT biasanya bilateral namun pada beberapa kasus ada yang unilateral. Sindroma ini pada umumnya terjadi pada wanita dimana prevalensi yang tinggi terjadi pada wanita yang sudah menopause. Klasifikasi dari SMT berdasarkan gejalanya dapat dibagi menjadi 3 tipe sebagai berikut : 1.SMT tipe 1 : Rasa terbakar tidak terjadi pada waktu bangun pagi hari tetapi akan terasa bila hari telah siang. 2. SMT tipe 2 : Rasa terbakar dirasakan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan menetap sampai penderita tidur lagi. 3. SMT tipe 3 : Rasa terbakar hilang timbul dan menyerang tempat-tempat yang tidak umum, seperti dasar mulut dan tenggorokan. h. Dysgeusia (Gangguan Pengecapan) Dysgeusia adalah suatu keadaan dimana terjadinya gangguan dalam hal pengecapan dan terkadang disertai gangguan dalam hal penciuman. Dysgeusia juga dihubungkan dengan ageusia, yaitu hilanganya kemampuan dalam pengecapan, dan hypogeusia, yaitu menurunnya kemampuan dalam pengecapan. Dysgeusia dapat disebabkan oleh beberapa hal. Sebagai contoh flu, infeksi sinus, sakit tenggorokan dapat menyebabkan dysgeusia. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan dysgeusia seperti rokok, xerostomia, defisiensi vitamin dan mineral, depresi, radiasi di daerah leher dan kepala, obat-obatan seperti ACEinhibitor, antibiotik, dan obat-obat kemoterapi. Dysgeusia juga dihubungkan dengan sindroma mulut terbakar atau glossitis dan kondisi oral lainnya. Perawatan dari dysgeusia adalah dengan menghilangkan faktor penyebabnya. Jika dysgeusia terjadi karena kerusakan saraf yang permanen maka dysgeusia tidak bisa diobati.

Anda mungkin juga menyukai