Anda di halaman 1dari 68

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI JEMBATAN ANTAR PULAU DI INDONESIA

Bambang Supriyadi T. Sipil dan Lingkungan FT UGM

Jembatan Antar Pulau di Indonesia


1. Jembatan Barelang (sudah dibangun) 2. Jembatan Suramadu (sudah dibangun) 3. Jembatan Selat Sunda

Jembatan Barelang
Jembatan Barelang (singkatan dari BAtam, REmpang, dan gaLANG) adalah nama jembatan yang menghubungkan pulau-pulau yaitu Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru.

Pulau pulau Barelang

6 buah jembatan

Keenam buah jembatan Barelang


1. Jembatan Tengku Fisabilillah (jembatan I), jembatan yang terbesar 2. Jembatan Nara Singa (jembatan II) 3. Jembatan Raja Ali Haji (jembatan III) 4. Jembatan Sultan Zainal Abidin (jembatan IV) 5. Jembatan Tuanku Tambusai (jembatan V) 6. Jembatan Raja Kecik (jembatan VI).

Jembatan I

Cable stayed, bentang total 642 m dengan main span 350 m

Jembatan Suramadu

Pemilihan Lokasi
Tidak mengganggu kebutuhan manuver kapal serta jauh dari lintasan ferry. Kedalaman laut dan kondisi geologi memungkinkan biaya konstruksi yang lebih rendah, yaitu maksimal 21 meter. Kedua ujung jembatan merupakan daerah yang relatif datar dan terbuka, tidak banyak perumahan, dan dapat terhubung langsung dengan rencana jaringan jalan tol. Hasil studi amdal menunjukkan bahwa dampak yang ditimbulkan masih dapat dikendalikan dengan mengikuti rekomendasi RPL ( Rencana Pemantauan Lingkungan ) dan RKL ( Rencana Pengelolaan Lingkungan )

1 2 3 4

LOKASI

{
SURABAYA

DS. TAMBAK WEDI, KEC KEDUNGCOWEK

MADURA ACCESS ROAD 11.60 KM

SURAMADU BRIDGE 5.438 KM

BURNEH

MADURA STRAITS

MADURA

SURABAYA ACCESS ROAD 4.25 KM

DS. SUKOLILO BARAT KEC. LABANG

3,500,000 3,000,000
Jumlah Kendaraan

2,500,000
2,000,000 1,500,000 1,000,000

500,000
0 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun Kend R4 Kend R2

R-4 38% R-2 62%

Rata-rata lalu lintas sepeda motor yang melintas penyeberangan ASDP Ujung-Kamal 2.403.671 unit pertahun (62%) Rata-rata lalu lintas kendaraan R4 yang melintas penyeberangan ASDP Ujung-Kamal 1.503.448 unit pertahun (38%)

POTONGAN MEMANJANG JEMBATAN SURAMADU

Sisi SurabayA

Sisi Madura

Jalan Pendekat 4,35 km

Causeway 1.458 m 36 Bentang

Appr.Bridge 672 m 9 span ( CIC )

Main Bridge 818 m 3 span ( CCC )

Appr. Bridge 672 m 9 span ( CIC )

Causeway 1.818 m 45 Bentang

Jalan Pendekat 11,50 km

Main Span (21 Bentang) Panjang Total (5.438 m)

TECHNICAL SPESIFICATION

Jembatan Suramadu direncanakan dioperasionalkan sebagai Jalan Tol.


1
2 3 4 5 6

Total Panjang Jembatan


Lebar Jembatan Lajur Kendaraan Lajur Darurat Lajur Sep eda Motor Kelandaian Maksimum

5.438 km
2 x 15 m 2 x 2 x 3.50 m 2 x 2.25 m 2 x 2.75 m 3%

SURAMADU BRIDGE

SKEMA PENDANAAN & PELAKSANAAN


PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU
SURABAYA LAHAN + JALAN AKSES MADURA1 LAHAN + JALAN AKSES

CAUSEWAY APBN APBD MAIN SPAN LOAN (CHINA) + APBN PENDAMPING

CAUSEWAY APBN APBD

APPROACH BRIDGE

MAIN BRIDGE

APPROACH BRIDGE

CIC

CCC

PENDANAAN (in 1000 IDR)


FINANCIAL SHARING
Causeway Main Bridge Jalan Akses Pembebasan Lahan Perencanaan & Supervisi TOTAL 1,372,397,686 2,470,030,000 406,657,091 199,289,664 79,733,274 4,528,107,715
2,199,000,000 48.6 % 1,885,693,888 41.6 % 443,413,827 9.8 %

PERKEMBANGAN DESAIN JEMBATAN SURAMADU

MILESTONE PERENCANAAN & DESAIN JEMBATAN SURAMADU

1987 - 1992
DESAIN AWAL

1992
REVIEW DESAIN

Study Awal Pembangunan Jembatan Suramadu dimulai tahun 1987 1992 oleh BPPT dalam rangka Pengembangan Wilayah Gerbang Kertosusila (Gresik,Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan)

2002
DESIGN PROOF CHECK & OPTMISATION

2003 - 2004
DED & INDEPENDENT CHECKER

Rencana Jaringan Jalan Gerbangkertosusila 17

2005 - 2006

MILESTONE DESAIN & PERENCANAAN JEMBATAN SURAMADU

1987 - 1992
DESAIN AWAL

Dilakukan oleh BPPT

1992
REVIEW DESAIN

2002
DESIGN PROOF CHECK & OPTMISATION

2003 - 2004
DED & INDEPENDENT CHECKER

Prestressed concrete box girder dengan bentang maksimum 150 m

2005 - 2006

18

MILESTONE PERENCANAAN & DESAIN JEMBATAN SURAMADU

1987 - 1992
DESAIN AWAL

Dilakukan oleh Dep Kimpraswil

1992
REVIEW DESAIN

Latar Belakang
Menjadi Landmark Kebutuhan Alur pelayaran Kebutuhan Jalur Sepeda Motor

2002
DESIGN PROOF CHECK & OPTMISATION

2003 - 2004
DED & INDEPENDENT CHECKER

Cable Stay Bridge dengan bentang 434 m

2005 - 2006

19

MILESTONE PERENCANAAN & DESAIN JEMBATAN SURAMADU

1987 - 1992

2002
DESAIN AWAL

Tahap awal dengan dana Rp 50 Milyar untuk causeway balok girder Pemancangan Pertama tanggal 20 Agustus 2003 oleh Presiden RI (Megawati Soekarnoputri) Pembangunan causeway dimulai dari kedua sisi oleh kontraktor Indonesia

1992
REVIEW DESAIN

2003

2002
DESIGN PROOF CHECK 2003- 2004

Bentang Tengah belum mendapatkan dana


Diusulkan pendanaan

Bentang Tengah
DED & INDEPENDENT CHECKER

Loan China
(Melalui Kredit Export Import)
20

2005 - 2006

MILESTONE PERENCANAAN & DESAIN JEMBATAN SURAMADU

1987 - 1992
DESAIN AWAL

Dilakukan oleh CRBC & CHEC


Atas hibah Pemerintah China kepada Pemerintah Indonesia

1992
REVIEW DESAIN

Hasil Design Proof Check


MAIN SPAN
Steel Box Girder dari 3.2 m menjadi 2.8 m Pilar dari Masif menjadi Hollow Kabel Multi Strand menjadi Paralel Wire Strand (PWS) Perubahan konfigurasi pondasi

BASIC DESIGN Namun perlu dilakukan Technical Study (12 item) Sebagai dasar DOKUMEN KONTRAK

2002
DESIGN PROOF CHECK

Perlu adanya Technical Study tambahan

2003 - 2004

APPROACH BRIDGE
Bentuk box girder dari double cel menjadi mono cell Optimasi dimensi Pilar Perubahan diameter pondasi dari 100cm menjadi 180cm Perlu adanya Technical Study tambahan

KONTRAK Approval Kontrak oleh EXIM Bank China ( DED + Konstruksi21 )

DED & INDEPENDENT CHECKER

2005 - 2006

MILESTONE PERENCANAAN & DESAIN JEMBATAN SURAMADU

1987 - 1992
DESAIN AWAL

DETAIL ENGINEERING DESIGN


Berdasarkan atas Technical Study DED dilakukan oleh CRBC & CHEC

INDEPENDENT DESIGN CHECKER


Tujuan Agar didapat detail design Pembangunan Jembatan Suramadu yang constructable, optimum dan dihasilkan produk konstruksi yang tepat waktu, mutu dan biaya.
Dilakukan oleh Virama Karya, COWI, Pola Agung

1992
REVIEW DESAIN

2002
DESIGN PROOF CHECK

2003 - 2004
Perubahan Konfigurasi Pondasi

DED & INDEPENDENT CHECKER

2005 - 2006

22

Technical Study
1. 2. 3. 4. Seismic Hazard Analysis Design Ground Motion Parameter Study Engineering Physical Study / Soil Investigation Engineering Geological Survey / Geoelectric, Georadar, Sub Bottom Profiling 5. Wind resistance Performance research for the main bridge 6. Study on Anchorage System in pylon tower 7. Shear resistance Performance research for Shear Connector 8. Underwater Topographical Survey (bathymetry) 9. Seabed evolvement and hydrological Analysis (sediment transport untuk memperkirakan scouring) 10.Construction Survey Control 11.Construction monitoring for Cable Stayed Bridge 12.Manual Operation and Maintenance of bridge

TECHNICAL STUDY

Seismic hazard Analysis (Seismotectonics)


Tujuan Mengetahui dan mengidentifikasikan fenomena-fenomena geologi yang berpotensi menjadi sumber gempa. Memperkirakan besar dan lokasi sumber gempa yang mungkin terjadi akibat aktivitas geologi tersebut.

Hasil

Tidak ditemukan suatu patahan aktif di Holocene. Berdasarkan katalog gempa, tidak ditemukan gempa dengan M > 4,
sehingga kondisi seismoseismic relatif stabil. Tidak ditemukan kecenderungan untuk terjadi gempa dengan M > 6 di masa depan. Hasil studi ini merupakan dasar bagi studi selanjutnya untuk mendapatkan respon spektra desain bagi Jembatan Suramadu.

TECHNICAL STUDY

Design Ground Motion Parameter Study

Tujuan
mendapatkan respons spektra dalam arah vertikal dan horizontal untuk periode 0-12 detik di batuan dasar (PBA : Peak Base Acceleration) dan di dasar laut (PGA : Peak Ground Acceleration) . membuat riwayat waktu sintetik percepatan gempa di batuan dasar yang akan digunakan bagi proses perencanaan.

TECHNICAL STUDY Seismic hazard Analysis Design Ground Motion Parameter Study

TECHNICAL STUDY

Engineering Physical Surveys / Soil Investigation


kedalaman s.d 100 meter Tujuan : a. Mendapatkan data primer di lokasi pekerjaan b. Mengidentifikasi tektur lapisan tanah di lokasi proyek berdasarkan data penyelidikan lapangan. c. Melakukan analisis dan evaluasi daya dukung , kestabilan, keseragaman serta skema dari pondasi. f. Mengevaluasi pelaksanaan pondasi yang akan dilaksanakan Alat yang digunakan 1. Standard Penetration Test (SPT) 2. Vane Shear Test (VST) 3. Dynamic Penetration Test (DPT) 4. Wave Propagation Test (WPT)

TECHNICAL STUDY

| Engineering Physical Study / Soil Investigation

Engineering Physical Surveys / Soil Investigation

TECHNICAL STUDY

Underwater topographical Survey (Bathymetri)


Tujuan : - Untuk mengetahui kontur dasar laut

TECHNICAL STUDY

Study on Topographical Change / Sediment Transport and Local Scour


Tujuan a. Untuk memprediksi perubahan kontur topografi dasar laut b. Untuk mengetahui lokal scouring di lokasi pilar Hasil a. Arus air laut di Selat Madura mengikuti As nya, b. Pengaruh terhadap arus pasang hanya terjadi pada daerah sejauh 5 km dari jembatan. Pengaruhnya terhadap kecepatan arus kurang dari 1 %. c. Perubahan kecepatan arus terbesar terjadi di dua pilon utama, dengan nilai kurang dari 2% dan perubahan arahnya kurang dari 1% . d. Pengaruh terhadap elevasi pasang dapat diabaikan. e. Local scouring pada pylon utama diperkirakan mencapai 11,5 m

TECHNICAL STUDY

Engineering Geological Survey / Geolectric, Georadar, SBP


Tujuan : a. Mengetahui kondisi lapisan tanah di bawah permukaan dasar laut b. Memetakan kondisi geologi, khususnya litologi dan struktur geologi c. Memberikan informasi dalam bentuk gambar tiga dimensi tentang kondisi bawah permukaan.
Hasil a. Lapisan paling atas di sisi Surabaya adalah alluvial : lempung, pasir dan lempung kepasiran dengan kedalaman 5-30 meter. Lapisan berikutnya : batupasir, pasir ketufan dan konglomerat ditemukan pada 20-100 m. Di kedalaman 100 m ditemukan batu lempung. b. Pada sisi Madura, lapisan yang dominan adalah Reef Limestone. c. Struktur geologi yang ditemukan di sisi Surabaya adalah Fault yang tidak aktif dan pada sisi Madura adalah dip d. Di lapisan Reef Limestone ditemukan beberapa vug yang telah terisi oleh lempung kelanauan.

TECHNICAL STUDY

Engineering Geological Survey / Geolectric, Georadar, SBP

Peralatan yang digunakan

Kondisi Geologi di As Jembatan Suramadu

Studi Kasus Tacoma Narows 1940) SEKILAS :: WIND TUNNEL TEST :: Bridge (tahun
Dilaksanakan pada bulan Desember 2003 dengan melakukan pengujian terutama pada bentang tengah (main span) yang merupakan jembatan cencang (cable stayed bridge) Pengujian Dilaksanakan di LAGG PUSPITEK Serpong Pengujian Dilaksanakan dengan Section dan Full Model Besarnya Kecepatan Angin Kritis Diperoleh Dari Kajian terhadap Data Angin di Lokasi Proyek.

PERILAKU ANGIN DAN CUACA


Historis Data Angin dan Cuaca Diperoleh dari Badan Meterologi & Bandar Udara. Berdasarkan Data Yang Diperoleh Dilakukan Per modelan Dasar Angin. Dilakukan Analisis Kecepatan Angin Ekstrem Hasil Analisis adalah Kecepatan Angin Dengan Periode Ulang tertentu Berdasarkan Umur Manfaat Jembatan dan Tingkat Resiko, Dapat ditentukan Besarnya Kecepatan Angin Krisis Di Lokasi Jembatan.

Studi Kasus Tacoma Narows 1940) Test Obyektif :: WIND TUNNEL TEST :: Bridge (tahun

Studi Kasus TacomaTEST Narows Bridge (tahunAeroelastik 1940) Keseimbangan :: Mengapa perlu WIND TUNNEL ::
Rigid Elastic dh

Pylon EI ) (
Natural Frequencies

Resonansi ?
(Pada kecepatan angin kritis)

Deck ( EI )

Free body vibration

Cable (I=0),EA

EI

Nonlinear
E torsion

Large displacement

vertical

twist The vibration of an elastic body is a function of EI, as well its mass

combination

Studi Kasus Tacoma Narows :: WIND TUNNEL TEST :: Bridge (tahun 1940)
Metoda Analisis Experimental

:: WIND TUNNEL TEST ::

Full Model Test

Model Jembatan dilakukan aliran angin turbulen dengan kecepatan 0 20 m/detik pada terowongan (ekivalen dengan 90 m/detik kondisi aktual)

Induksi vortex terjadi pada kecepatan angin 3.5 m/detik pada terowongan (ekivalen dengan 15.75 m/detik pada kondisi aktual dengan amplitudo 15 cm
Gejala fenomena flutter terjadi pada kecepatan angin mendekati 20 m/detik pada terowongan (ekivalen dengan 90 m / detik kondisi aktual)

PERHITUNGAN GEMPA
Perhitungan beban gempa minimum berdasarkan rumus

T*EQ = KH x I x WT
dimana

KH = C x S
T*EQ KH C = Total base shear force in the direction being considered (kN) = Coefficient of horizontal seismic loading = Base Shear Coefficient for the appropriate zone, period and site conditions = Importance factor = Structural type factor = Total nominal weight of structural subject to seismic acceleration, taken as dead load plus superimposed dead load (kNJ.

I S WT

MAP OF SEISMIC ZONES FOR BASIC SHEAR COEFFICIENT PETA DAERAH GEMPA UNTUK KOEFISIEN GESER DASAR

2 1

3
5 5 4

3 4

2
3

BDC BMS 92

LOKASI JEMBATAN SURAMADU TERMASUK DALAM ZONE 4 / DAERAH 4

TABEL IMPORTANCE FACTOR (I)

TABEL STRUCTURAL TYPE FACTOR (S)

Dari hasil perhitungan Design Proof Check and Optimization oleh CRBC (China Road & Bridge Corporation) dan CHDPI (China Highway and Design Institute ) Consultant, Inc pada bulan April 2004, diperoleh :

Jembatan Suramadu

Bisa tahan terhadap gempa sampai dengan

7 Scala Richter

ANTIKOROSI
Sebagai upaya untuk mencapai umur jembatan 100 tahun

Pencegahan Korosi

COATING

CATHODIC PROTECTION SACRIFICIAL ANODE

SPLASH / TIDAL ZONE

COATING

EMBEDDED ZONE
CATHODIC PROTECTION

METODA PENGUKURAN

GPS (Global Positioning System)


adalah system satelit navigasi / surveying instrument yang digunakan untuk penentuan posisi di atas permukaan bumi, dengan mengacu ke suatu datum global yang berupa Ellipsoid

Prinsip dasarnya adalah dengan pengikatan kebelakang (resection), yaitu pengukuran jarak scara simultan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui.

KRITERIA DESAIN JEMBATAN SURAMADU


Kontrak Main Bridge & Approach Bridge dgn CCC

CHINNESE STANDARD
100 tahun

Kolaborasi dari pengalaman teknis dan praktis YANG TELAH DIAPLIKASIKAN DALAM KONSTRUKSI PENGALAMAN INTERNASIONAL & REKAYASA TEKNIK Salah satu standart yg banyak digunakan di dunia

Sebagai panduan utama Technical standard in highway engineering (JTG B01-2003)


BS5400: Steel, concrete and composite bridges

BRITISH STANDARD
120 tahun

Untuk pemeriksaan kekuatan & KELAYAKAN komponenelemenelemen bangunan atas, tetapi terbatas berkaitan dgn perencanaan jemb bentang panjang

INDONESIAN STANDARD
50 tahun

BMS 92 belum mengakomodasi Jembatan bentang panjang


Hanya dipakai utk causeway

Pekerjaan Pondasi
Spesifikasi bore pile
Diameter Diameter Casing Kedalaman rencana Panjang casing : 2.4 meter : 2.7 meter : 100 meter : 35.2 meter (P46) : 37.4 meter (P47)

Spesifikasi Desain

Piling

Installasi Platform

Drilling

Reinforcing

Concreting

Grouting

Pekerjaan Pondasi
Piling Casing
Casing berfungsi sebagai pengarah atau bekesting mesin drilling pada saat melakukan kegiatan drilling, sekaligus tiang dari platform
Alat pancang yang digunakan : Hammer Diesel tipe D80-100

Spesifikasi Desain

Piling

Installasi Platform

Drilling

Reinforcing

Concreting

Grouting

Pekerjaan Pondasi
Platform terdiri dari
Batching Platform Drilling Platform Auxilliary Platform
AUXILLIARY PLATFORM

PLATFORM

DRILLING PLATFORM

BATCHING PLATFORM

Batching Platform,

sebagai dudukan Untuk installasi Batching plant

Drilling Platform, sebagai dudukan mesin drilling


Dan lantai kerja pelaksanaan pengeboran

Auxilliary Platform, Merupakan temporary

storage Material yang dimobilisasi dari castingyard

Spesifikasi Desain

Piling

Installasi Platform

Drilling

Reinforcing

Concreting

Grouting

Pekerjaan Pondasi
Reserve Circulation Drilling (RCD).
Peralatan ini menggunakan tekanan udara yang diberikan pada lokasi mata bor yang berfungsi untuk mengeluarkan material hasil pengeboran keatas

Spesifikasi Desain

Piling

Installasi Platform

Drilling

Reinforcing

Concreting

Grouting

Pekerjaan Pondasi
Reinforce Cage
Type : Segmented

1 Unit terdiri dari

: 7 - 8 Segment

Panjang per segment : 12 meter Panjang segment Reinforce Cage Pada unit paling atas dan bawah disesuaikan dengan desain

Spesifikasi Desain

Piling

Installasi Platform

Drilling

Reinforcing

Concreting

Grouting

Pekerjaan Pondasi
Pengecoran
Menggunakan SELF COMPACTING CONCRETE Mutu beton yang digunakan C-30 atau setara dengan K-300 Dengan water cement ratio 0.45 Dan nilai slump flow 650 800 mm Pengecoran menggunakan metode tremie dengan 2 Concrete Pump
Pelaksanaan pengecoran dilakukan secara Menerus (tidak boleh terputus) dengan Menggunakan 8 sillo

Spesifikasi Desain

Piling

Installasi Platform

Drilling

Reinforcing

Concreting

Grouting

Pekerjaan Pondasi
Tujuan & Fungsi
Memperkeras sedimen pada dasar tiang dan tanah yang mengelilingi tiang Memperbaiki kekurangan yang terdapat pada penggunaan teknologi konstruksi tradisional dari cast in situ pile Meningkatkan kapasitas tahanan single pile Menurunkan / memperbaiki settlement pada pondasi bored pile

Grouting

Grouting juga digunakan untuk mengisi celah antara rongga dan plat bearing pada lokasi sekeliling load cell untuk menggabungkan kembali segmen atas dan bawah bored pile dengan mix grouting berupa komposisi campuran air dan semen

Spesifikasi Desain

Piling

Installasi Platform

Drilling

Reinforcing

Concreting

Grouting

Pekerjaan Pondasi |

Quality control

Pengujian pada Pondasi Bore Pile Jembatan Suramadu


Loading Test
Untuk mengetahui kemampuan daya dukung pondasi bored pile

Load Cell Test

Integrity Test
Untuk mengetahui tingkat kesolidan atau integritas dari pondasi bored pile

Sonic Test

Pekerjaan Pile Cap


berfungsi untuk menurunkan panas hidrasi beton yang mempunyai volume besar pada pile cap.
Installasi water cooling system disesuaikan dengan perletakkan perlapisan rebar yang ditempatkan pada bagian integral.
sirkulasi cooling system dengan freshwater secara terus menerus.

Water cooling system


Jalur Cooling Pipe

Setelah pengecoran selesai, sirkulasi dilanjutkan untuk beberapa waktu sampai perbedaan antara bagian dalam dan luar < 25o
Setelah konstruksi pile cap selesai dan kekuatan beton telah mencapai umur, cooling pipe digrouting
Installasi Caisson Sealing Concrete
Reinforcing & Installasi Colling Pipe

Concreting Pile Cap

Structural Health Monitoring Structural Health Monitoring System Jembatan Suramadu System

jembatan cable stayed

jembatan suspension

SHMS (struc health monit sistem)


Untuk JEMBATAN bentang diatas 300 m merupakan keharusan
Memberikan peringatan dini apabila terjadi hal yang mengancam keselamatan & berkurangnya kenyamanan pada pemakai Jembatan, Menginformasikan kondisi struktur jembatan Mewujudkan perencanaan pemeliharaan yang rasional dan ekonomis Mendapatkan pelayanan struktur yang aman dan ekonomnis Mengidentifikasikan penyebab kondisi struktur yang tidak layak
59

Monitoring System

Jembatan Nanjing 3rd (Cable Stayed Bridge) dan Jembatan Runyang (Cable Stayed Bridge dan Suspension Bridge)

60

Structural Health Monitoring System

Sensor

SeismicSensor

Accelerometers

anemometer

61

Structural Health Monitoring System

62

Lokasi Jembatan Selat Sunda

Sumatera

Jawa

Rencana jalan tol Bakauheuni - Bd. Lampung-Metro 120 km

P. Sangiang

Jembatan Selat Sunda 31 km

Jalan tol Jakarta Merak

RENCANA SISTEM TRANSPORTASI JAWA -

Rencana jalan tol penghubung

VISI JEMBATAN SELAT SUNDA

PEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI MEMPERKOKOH NILAI-NILAI NKRI MEMPERKUAT PERTAHANAN MENINGKATKAN KEAMANAN MENINGKATKAN TARAF HIDUP BAIK SECARA KUANTITAS MAUPUN KUALITAS

Rencana Lintasan Penyeberangan


P. Jawa P.Panjurit P. Sumatera Seksi IV 3,5 km Seksi V 6,0 km
P.Sumatra
P.Panjurit P.Sangiang P.Ular

P. Sangiang

P.Ular Seksi II 7,0 km


Seksi III 7,0 km Seksi I 7.5 km
P.Jawa

Rencana Ukuran dan Kapasitas

Lebar jembatan, 60 m 2 x 3 jalur lalu lintas jalan raya Lintasan ganda (double track) Kereta Rel

2 x 1 jalur darurat
Saluran pipa gas, pipa minyak, kabel fiber optik, kabel listrik, dll

Daftar Pustaka
http//www.batam-island-info.com/barelang-islandshtml Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu, Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, 2009 Wiratman Wangsadinata, Round Table Discussion, Meningkatkan Pelayanan Angkutan Penyeberangan Lintas Merak Bakauheni Yang Effektif dan Effisien, Departemen Perhubungan Badan Penelitian dan Pengembangan, 2007

Anda mungkin juga menyukai