Anda di halaman 1dari 29

BAB I PENDAHULUAN A.

Rasional Manusia dalam hidupnya selalu mengalami perkembangan mulai dari kanak-kanak sampai masa dewasa dan akhirnya mati. Dalam perkembangannya ini tidak lepas dari yang namanya masalah. Ada beberapa orang yang dapat mengatasi masalahnya sendiri, namun banyak orang yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri sehingga memerlukan bantuan seorang ahli yakni konselor. Permasalahan yang membutuhkan bantuan seorang ahli biasanya dikategorikan sebagai masalah sedang sampai yang berat. Individu yang mendapat perhatian utama dalam layanan bimbingan dan konseling ialah individu yang mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas perkembangan. Misalkan saja, tugas perkembangan yang harus dilaksanakan pada usia dewasa dini. Pada usia dewasa dini, memilih pasangan atau istilahnya pacaran termasuk tugas perkembangan yang harus dilaksanakan. Jika salah satu dari tugas perkembangan ini tidak dilaksanakan maka dapat menghambat tugas perkembangan selanjutnya. Namun dalam memilih pasangan (pacar) haruslah berdasarkan kriteria yang tepat bukan hanya sekedar melihat dari segi fisiknya saja yakni berdasarkan ketampanan atau kecantikan serta bukan hanya sekedar karena rasa belas kasihan semata, karena hal ini akan berdampak buruk bagi yang menjalaninya. Orangtua juga harus menjadi pertimbangan kita dalam memilih pasangan (pacar) karena orangtua tahu mana yang baik yang dapat dijadikan pacar kita dan mana yang buruk yang tidak pantas menjadi pacar kita. Jika pacar yang kita pilih tidak sesuai dengan orangtua, maka dapat menimbulkan konflik bagi diri kita sendiri. Seperti kasus yang praktikan temui, konseli (Bunga) mengalami konflik dalam berpacaran. Bunga tidak dapat bersikap tegas untuk dapat memilih antara larangan orang tua atau tetap memilih berpacaran dengan A. Bunga memilih pacar yang tidak direstui oleh kedua orangtuanya

karena pacar Bunga berasal dari keluarga yang berantakan. Pacar Bunga sebut saja A memiliki kebiasaan minum-minuman keras. Bukan hanya itu, pacar Bunga yakni A adalah orang yang posessif (selalu ingin memiliki) dan over protected (terlalu melindungi). Bunga merasa bingung untuk bersikap tegas, apakah dia akan memutuskan sang pacar karena tidak direstui oleh orangtua atau tetap menjalin hubungan karena apabila ia putus dengan pacarnya, pacarnya mengancam akan kembali ke hal-hal yang negatif. Bunga adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Dia seorang gadis yang periang dan cerewet. Kegiatannya setiap hari hanya kuliah. Bunga mempunyai banyak teman, namun hanya sebatas pada teman perempuan. Di kos Bunga termasuk anak yang rajin. Di sela-sela waktunya, dia lebih suka mengisinya dengan membersihkan kamarnya serta mengerjakan pekerjaan kos seperti mencuci, menyetrika dan tak kalah penting yakni selalu menonton sinetron Korea tiap sore hari sambil menuggu waktu maghrib. Apabila tidak ada tugas kuliah, Bunga selalu membaca komik atau novel. Bunga bukan tipe gadis yang dapat menyembunyikan perasaannya dengan baik. Jika dia mempunyai permasalahan selalu tampak dari raut wajahnya. Jika sedang ada masalah terutama dengan pacarnya dia lebih suka mengurung diri di kamar dan menangis. Namun setelah perasaannya lumayan membaik, dia pasti menceritakannya kepada praktikan. Teknik assertive training digunakan untuk orang-orang yang: tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, memiliki kesulitan untuk mengatakan tidak., mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnya, dan merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri. Oleh karena itu, Bunga perlu mendapat penanganan dengan pendekatan Behavioristik dengan Teknik Assertive Training. Pendekatan Behavioristik dengan Teknik Assertive Training dipilih untuk menangani kasus Bunga, agar Bunga mampu berperilaku tegas untuk dapat memilih antara putus dengan

sang pacar karena tidak direstui oleh orangtua atau tetap menjalin hubungan (berpacaran) dengan pacarnya karena takut apabila putus dengan A, maka A akan kembali ke kebiasaan-kebiasaannya yang negatif yakni minum-minuman keras. B. Konfidensialitas Dalam menyelenggarakan bimbingan dan konseling hendaknya mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling, karena pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Pelayanan bimbingan dan konseling ada kalanya berhubungan dengan klien yang mengalami masalah. Bagi klien yang bermasalah dan ingin menyelesaikan masalahnya akan sangat membutuhkan bantuan dari orang yang dapat menyimpan kerahasiaan masalah yang dihadapinya. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling, dan harus benar-benar dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab (Mugiarso, 2004: 24). Salah satu asas yang perlu diperhatikan oleh konselor adalah asas kerahasiaan yaitu segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain (Prayitno, 2004:115). Dalam penyelenggaraan konseling, catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat-menyurat, perekaman, dan data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien (Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2004: 78). Kerahasiaan dalam konseling adalah suatu hal yang tidak boleh diketahui oleh orang lain di luar individu-individu yang melakukan proses konseling. Kerahasiaan dalam konseling diperlukan agar dapat memberikan bantuan sesuai dengan kondisi konseli. Agar konseli mau terbuka dan dengan sukarela untuk mengungkapkan segala permasalahannya kepada praktikan, maka konseli harus percaya bahwa praktikan akan merahasiakan permasalahan konseli. Pada awal proses konseling, praktikan menjelaskan kepada konseli

bahwa semua identitas konseli akan dirahasiakan dengan cara disamarkan agar proses konseling dapat mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. C. Identitas konseli 1. Proses menemukan konseli Proses menemukan konseli dengan cara konseli datang menemui praktikan. Konseli adalah sahabat praktikan. Praktikan telah mengenal konseli sejak pertama kali bertemu di rumah kos. Konseli bercerita bahwa dirinya mengalami konflik dalam berpacaran. Konseli merasa bingung dalam menghadapi permasalahannya ini. Praktikan memilih kasus konseli yakni konflik dalam berpacaran karena kalau tidak segera diatasi, maka konseli akan selalu tertekan dan dapat mengganggu perkuliahannya serta menghambat konseli dalam bergaul dengan teman-temannya. Hal ini juga dapat menjadikan konseli sebagai orang yang selalu tidak bisa berperilaku tegas kepada siapapun dan dalam menghadapi situasi apapun. 2. Identitas konseli Nama Tempat dan tanggal lahir Jenis kelamin Agama Alamat Pekerjaan Hobi : Bunga (Nama samaran) : Batang, 22 September 1986 : Perempuan : Islam : Batang : Mahasiswa Pendidikan Kimia semester VI : Membaca

3. Pendekatan/ Model Konseling a. Hakikat Manusia Pandangan tentang manusia menurut konseling behavior adalah sebagai berikut : 1) Manusia mempunyai kecenderungan positif dan negatif yang sama.

2) Manusia dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budaya. 3) Manusia bukan agen bebas yang menentukan nasib sendiri. b. Tujuan Konseling Menurut Behavior Pada dasarnya konseling Behavior diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. Menurut Krumboltz, kriteria tujuan konseling behavioristik meliputi: 1) Tujuan harus diinginkan oleh klien. 2) Konselor harus berkeinginan membantu klien mencapai tujuan. 3) Tujuan harus mempunyai kemungkinan untuk dinilai pencapaiannya oleh klien. Tujuan konseling dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu memperbaiki tingkah laku salah suai, belajar tentang proses pembuatan keputusan, dan pencegahan timbulnya masalah. c. Tahap-Tahap Konseling menurut Pujosuwarno (1993: 82), meliputi: 1) Assesment Tujuan dari assesment ini adalah untuk memperkirakan apa yang akan diperbuat klien pada waktu itu. Konselor menolong klien untuk mengemukakan keadaannya yang benar yang dialaminya pada waktu itu. Assesment ini diperlukan untuk memperoleh informasi model mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin dirubah. 2) Goal setting Berdasarkan dari informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis, konselor dan klien menyusun perangkat untuk merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Biasanya tujuan ini memberi motivasi dalam mengubah tingkah laku klien dan menjadi pedoman teknik mana yang akan dipakai. Dalam Fauzan (1994: 17), mengemukakan bahwa fase goal setting disusun atas tiga langkah: (1) membantu klien untuk memandang masalahnya atas

dasar tujuan-tujuan yang diinginkan, (2) memperhatikan tujuan klien berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan belajar yang dapat diterima dan dapat diukur, dan (3) memecahkan tujuan kedalam sub tujuan dan menyususn tujuan menjadi susunan yang berurutan. 3) Technique implementation Maksudnya yaitu menentukan strategi belajar yang akan dipakai dalam mencapai tingkah laku yang ingin diubah. Dengan cara brainstorming konselor dan klien menentukan piliohan teknik yang digunakan. Sebagaimana yang telah disinggung di atas, bahwa teknik yang digunakan dirakit untuk tujuan klien tertentu dan didasarkan pada informasi yang diperoleh selama assesment dan goal setting (Fauzan, 1994: 18). 4) Evaluation-Termination Evaluasi di sini yakni konselor melihat apa yang telah yang diperbuat oleh klien, keefektifan konseling dan teknik yang digunakan. Sedangkan termination adalah berhenti untuk melihat apakh klien bertindak tepat. 5) Feedback, diperlukan untuk memperbaiki proses konseling. d. Teknik-teknik yang dilakukan dalam Pendekatan Behavior 1) Desensitisasi Sistematis 2) Assertif Training Melatih ketegasan antara perilaku yang benar dan yang salah. Menurut Fauzan (1994: 20), Assertif training digunakan bagi orang yang: - Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung. - Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya. - Memiliki kesulitan untuk mengatakan tidak.

- Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan responrespon positif lainnya. - Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri. 3) Aversi Terapi 4) Implosif dan Pembanjiran 5) Pengkondisian Operan Teknik yang digunakan pada kasus ini lebih ditekankan pada teknik Asssertive Training. Teknik ini digunakan karena konseli tidak dapat berperilaku tegas atau tidak dapat berkata tidak. Oleh karenanya, untuk melatih konseli agar dapat berperilaku tegas maka konseli ditangani dengan teknik Asssertive Training. Teknik assertive training dilakukan dengan bermain peran. Konselor berperan menjadi pacar konseli sedangkan konseli berperan sebagai dirinya sendiri. Pada kesempatan ini, konseli diminta untuk mengungkapkan segala perasaan, emosi, uneg-uneg yang selama ia pendam dalam hatinya terhadap sang pacar. Kemudian konselor dan konseli bertukar peran, konselor menjadi konseli dan konseli menjadi pacarnya. Konselor seolah-olah menjadi konseli yang sedang mengekspresikan segala hal yang ada dalam hatinya. Segala perasaan yang menyangkut perlakuan sang pacar pada dirinya. Setelah itu, konselor kembali lagi berperan sebagai konselor kemudian konselor menanyakan perasaan dan kesanggupan konseli untuk berjanji mengatakan harapannya pada sang pacar. Hal ini bertujuan agar konseli dapat berani berkata tegas pada sang pacar.

BAB II PROSES KONSELING Proses konseling dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2007 pukul 10.00 WIB. Pada Jumat pagi, saat praktikan sedang mendengarkan musik di kamar, tiba-tiba konseli (Bunga) datang langsung masuk ke kamar praktikan dalam keadaan menangis. Bunga adalah konseli yang mengalami konflik dalam berpacaran. Hubungan percintaannya tidak direstui oleh orang tuanya. Namun di sisi lain Bunga juga sudah tidak nyaman menjalin hubungan dengan A karena A terlalu posesif dan protected. Oleh karena itu, Bunga melakukan konseling dengan praktikan yang terjadi selama 2 kali pertemuan. Berikut ini proses konseling antara praktikan dan konseli: Pertemuan ke- I No Konselor / Konseli 1. 2. Konseli Konselor Aassalamualaikum (terburu-buru masuk kamar konselor sambil menangis) Waalaikumsalam... (langsung bangun ke posisi duduk yang tegak) 3. 4 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Konseli Konselor Konseli Konselor Konseli Konselor Konseli Konselor Konseli Konselor Konseli Apa yang terjadi Bunga ? (Menangis terisak-isak tanpa mengeluarkan sepatah katapun) Apa yang terjadi di kampus ? (Hanya diam dan mencoba menyekat air matanya) Kamu dimarahi dosen ? (Menggeleng pelan Opening Lead khusus Pernyataan Tahap Konseling Teknik Komunikasi Konseling

Lead khusus dengan sedikit Lead khusus Opening Opening

meneteskan air mata) Kamu sakit ? (Menggeleng pelan) Bagaimana tadi jadi UTS? Jadi (dengan suara lirih) Apakah kamu bisa mengerjakannya ? Tidak (kemudian disebentar)

14. 15.

Konselor Konseli

Sebenarnya apa yang terjadi, coba kamu ceritakan pada saya ? Saya nggak tahu harus cerita pada siapa masalah yang saya alami (dengan mata berlinang-linang) Ayo duduk sini, mari kita bicarakan bersama masalah yang kamu alami Mengapa semua ini bisa terjadi pada saya...kadang saya bingung apa yang saya pilih selama ini salah ? Apa yang membuat kamu bingung, coba jelaskan ? Mungkin kemarin-kemarin saya hanya

Lead umum

16. 17.

Konselor Konseli

Assesment

Lead umum

18. 19.

Konselor Konseli

Lead umum

menceritakan sebagian kecil saja masalah saya, namun hari ini saya sudah tidak kuat lagi. Saya ingin menceritakan semuanya padamu, tapi...sebenarnya saya masih malu 20. Konselor untuk menceritakannya. Kamu tidak perlu malu. Perlu kamu ketahui bahwa saya adalah seorang konselor, maka marilah bersama-sama kita bicarakan masalah ini kemudian kita cari pemecahan 21. Konseli masalahnya. Baiklah, begini masalahnya, saya sudah pernah bercerita ke kamu kalau saya mempunyai pacar yang posesif dan over protected, sekarang masalah saya semakin rumit. Dari dulu orang tua saya tidak menyetujui backstreet hubungan dengan kami tapi saya. saya Saya pacar Role limit

melakukan hal ini karena saya tidak tega dengan A. Lama-kelamaan orang tua saya juga mengetahui lagi kalau saya masih

berhubungan dengan A. Hubungan kami sudah berjalan 4,5 tahun, saya sudah tahu watak dan kepribadian dia serta saya juga sudah akrab dengan keluarganya. Hal itulah yang membuat saya tidak tega untuk 22. Konselor memutuskannya. Jadi inti permasalahannya, kamu mengalami konflik dalam berpacaran. Hubungan kalian dilarang oleh orang tuamu dan kamu sendiri 23. 24. Konseli Konselor tidak tega untuk memutuskan pacarmu ? Iya... Lalu, apa yang menjadikan kamu tidak tega untuk memutuskan pacar kamu ? Apa karena disamping kamu sudah tahu watak dan kepribadiannya, kamu juga sudah kenal 25. 26. Konseli Konselor akrab dengan keluarganya ? Ya, begitulah... Coba kamu jelaskan watak dan kepribadian pacar kamu sehingga kamu tidak tega untuk 27. Konseli memutuskannya ? Pacar saya terkenal dengan anak yang nakal. Dia sering minum-minumam keras dan tidak pernah mengerjakan sholat. Keluarganya terkenal se-kota Batang sebagai keluarga yang semrawut. Ayahnya seorang peminum, dan kebiasaan ayahnya ini menurun pada ke-4 anak lelakinya yang salah satunya adalah A, pacar saya. Dulu saya menerima dia karena saya kasihan padanya. Sudah 2 kali dia menyatakan cinta pada saya tapi saya menolaknya. Setelah yang ke-3 kalinya saya merasa kasihan melihat perjuangannya begitu keras untuk Parafrase

Lead khusus

Assesment

Lead umum

10

mendapatkan saya, akhirnya saya menerima dia jadi pacar saya. Keluarganya sangat baik 28. Konselor pada saya. Dengan kata lain, kamu menerima A karena kasihan 29. Konseli melihat kegigihannya dalam mendapatkan hatimu ? Benar.., dulu pada waktu hubungan kami berjalan 2 bulan, orang tua saya mulai mengetahuinya. Orang tua saya langsung melarang hubungan kami dengan alasan mereka sudah tahu bibit, bebet, dan bobot keluarga A. Tapi tetap saja saya untuk memaksakan kehendak Klarifikasi

mempertahankan hubungan ini. Saya mulai membohongi orang tua dengan berkata bahwa saya sudah tidak berpacaran dengan A. Awalnya hubungan kami juga di dukung oleh teman-teman sata tapi lama-kelamaan teman-teman saya malah tidak mendukung sama sekali dan mereka malah menjauhi 30. 31. Konselor Konseli saya. Teman-teman kamu menjauhi kamu ? Iya, mereka begitu karena mereka sudah tidak bebas lagi bermain sama saya, karena sejak berpacaran dengan A, saya selalu diikuti kemana saja saya pergi. Ruang lingkup saya dibatasi hanya rumah, sekolah, dan pergi kemanapun harus bersama dia. Saya tidak boleh bermain bersama temanteman saya walaupun teman-teman saya perempuan. Saya juga tidak mempunyai teman cowok lagi karena pacar saya terlalu Restatement

11

32. 33. 34. 35. 36.

Konselor Konseli Konselor Konseli Konselor

melindungi dan pencemburu. Sepertinya kamu merasa sedih dengan perilaku pacarmu itu ? Ya, benar. Saya sangat sedih. Hubungan kami juga sering diwranai putus nyambung. Hem...hem... Tapi saya nggak tahu mengapa saya mempertahankannya (dengan nada marah). Tadi kamu mengatakan hubungan kalian sering diwarnai putus nyambung, pacar kamu terlalu posesif dan protected tapi kenapa kamu tetap mempertahankannya ? Saya nggak tahu kenapa, tapi sejak berpacaran dengan saya, ia berjanji untuk menghindari minum-minuman keras dan mulai mengerjakan sholat. Beberapa kali hubungan kami putus, kemudian pacar saya kembali ke hal-hal yang negatif lagi. Saya juga nggak enak untuk memutuskannya karena orang tua A sangat baik pada saya dan kami telah kenal akrab. Namun, orang tua saya makin hari makin mendesak saya untuk segera memutuskan hubungan dengan A. Apa yang kamu rasakan saat ini ? Perasaan saya sekarang campur aduk, saya merasa tidak nyaman. Saya ingin memutuskan hubungan dengan A karena makin lama dia semakin kelewatan. Dia semakin membatasi pergaulan saya dengan teman-teman. Walaupun kami sudah samasama kuliah namun dia tidak memberikan waktu pada saya untuk sekedar berkumpul

Reflection of Feeling

Acceptance

Konfrontasi

37.

Konseli

38. 39.

Konselor Konseli

Lead khusus

12

dengan teman-teman saya. Tidak ada teman cowokpun yang berani mendekati saya, kecuali jika akan kerja kelompok. Itupun akhirnya A pasti marah-marah kemudia dia berkata kasar pada saya. Dia selalu meminta segalanya dari saya, mulai dari mencucikan bajunya, sepatu, seprei, membelikan pulsa, bahkan sampai membayar hutang-hutang pada temannya yang jumlahnya nggak sedikit. Dia memang egois. Saya tidak tahu 40. 41. 42. 43. Konselor Konseli Konselor Konseli apa sebenarnya yang dia inginkan ? Dengan kata lain, kamu merasa tertekan dengan perlakuan pacarmu ? Sangat...(suara tegas) Tadi kamu mengatakan kalau pacar kamu egois, egoisnya seperti apa ? Dia suka memaksakan kehendak. Dia selalu ingin dipahami tapi dia tidak berusaha untuk memahami saya. Dia hanya bisa marahmarah dan curiga misalkan sms yang dikirimnya ke saya tidak segera saya balas, padahal kadang saya sedang ke kamar mandi. Lalu dia kira saya ada tamu cowok atau saya sedang jalan-jalan dengan teman, 44. 45. 46. Konselor Konseli Konselor pokoke kaya gitulah. Apa yang kamu lakukan dalam keadaan tertekan ? Saya hanya bisa menangis dan berdiam diri di kamar. Dari semua yang kamu ceritakan, pada intinya kamu mengalami konflik dalam berpacaran. Kamu bingung untuk segera memutuskan sang pacar karena orang tua Assesment Klarifikasi Assesment Lead khusus Reflection of Feeling Lead khusus

13

kamu tidak merestui atau tetap menjalani hubungan yang sudah tidak nyaman karena takut kalau A kembali ke hal-hal yang 47. Konseli negatif. Iya....tapi sekarang konflik saya makin besar. Saya tidak tega untuk memutuskan A karena saya takut dia akan kembali ke halhal yang negatif yang pernah dilakukannya dulu sebelum berpacaran dengan saya dan pada saat hubungan kami pernah putus nyambung. Disamping itu, saya semakin merasa tidak tega karena menginjak semester VI ini dia cuti kuliah dikarenakan bisnis perbengkelan yang merupakan pemasukan terbesar dari keluarganya sedang mengalami kebangkrutan. Walau cuti kuliah, A tetap tinggal di Semarang sambil berusaha mencari kerja.

48. 49.

Konselor Konseli

Jadi pada intinya, situasi seperti apa yang menyebabkan kamu merasa tertekan ? Situasi pada saat seperti yang saya alami sekarang, orang tua saya semakin mendesak dan mendesak agar saya segera memutuskan hubungan dengan A, namun di sisi lain saya takut A mengancam akan kembali ke hal-hal negatif seperti minumminuman keras dan tidak melaksanakan sholat jika hubungan kami putus. Apa yang ingin kamu capai dari proses konseling ini ? Saya ingin dapat berperilaku tegas untuk

Assesment

Lead khusus

50. 51.

Konselor Konseli

Goal setting

Lead khusus

14

mengatakan kepada pacar saya bahwa saya tidak sanggup lagi untuk melanjutkan hubungan ini karena saya sangat merasa 52. Konselor tertekan. Tadi kamu mengatakan ingin berperilaku tegas pada pacar kamu, lalu perilaku tegas 53. Konseli yang bagaimana yang ingin kamu lakukan ? Tegas untuk putus dengan A, karena saya merasa tertekan oleh perlakuannya yang selalu ingin memiliki saya dan terlalu 54. Konselor protected. Jadi kamu menginginkan dapat berperilaku tegas dalam arti mampu mengatakan bahwa 55. 56. 57. 58. Konseli Konselor Konseli Konselor kamu ingin segera putus dari pacar kamu ? Iya...(dengan nada tegas tanpa keraguan) Kira-kira hambatan apa saja yang kamu temui untuk mewujudkan keinginan kamu ? Rasa belas kasihanlah yang mungkin menghambat keinginan saya. Baiklah sekarang kita coba menggunakan Assertive training yang bertujuan untuk mendorong kita agar dapat bersikap tegas dan 59. 60. Konseli Konselor mampu mengungkapkan segala perasaannya untuk mengatakan tidak. Baiklah, tapi apa yang harus saya lakukan ? Begini, saya mengajak kamu untuk melakukan role playing (bermain peran). Tujuan dari permainan ini adalah untuk melatih kamu agar dapat melatih ketegasan. Kamu diminta untuk berperan sebagai diri kamu sendiri yakni sebagai orang yang mampu berperilaku tegas dalam mengambil keputusan. Kemudian ungkapkanlah segala Technique ion Latihan Assertive Goal setting Parafrase Goal setting Lead khusus

Goal setting

Klarifikasi

pendekatan Behavioristik dengan teknik Implementat

Latihan Assertive

15

emosi, perasaan yang mengganjal di hatimu kepada saya. Sedangkan saya di sini berperan sebagai pacar kamu. Setelah itu, kita bertukar peran. Saya sebagai kamu dan kamu sendiri sebagai pacar kamu. Bagaimana sudah siap untuk meluapkan 61. 62. Konseli Konselor segala perasaan di hatimu ? Baiklah. Saya..saya takut, saya nggak bisa ngomong seperti itu... Coba sekali lagi, kamu keluarkan segala perasaan yang ingin kamu sampaikan pada 63. 64. Konseli Konselor pacar kamu. Saya...tetep saya nggak tega..saya nggak bisa...saya kasihan pada dia. Baiklah, coba kamu jadi pacar kamu dan saya jadi kamu. Saya akan mengeluarkan segala perasaan emosi yang ada di hati kamu. Perasaan yang kamu alami tapi tidak mampu kamu ungkapkan.(Konselor berperan sebagai konseli) Saya nggak tahu apa yang sebenarnya kamu inginkan. Kamu terlalu ingin memiliki tidak saya sehingga sedikitpun kamu memberikan Latihan Assertive Latihan Assertive

kebebasan pada saya. Orang tua saya juga tidak pernah memperlakukan saya seperti itu. Saya juga manusia, saya ingin bergaul dengan teman-teman. Saya butuh merilekskan pikiran jika punya masalah terutama masalah dengan kamu. Tapi kamu selalu nggak mau mengerti. Sedangkan kamu sendiri tidak mau tahu apa yang saya harapkan. Saya ingin kamu mengerjakan

16

sholat

waktu.

Saya

ingin

kamu

meninggalkan minum-minuman keras, tapi apa hasilnya semuanya hanya janji-janji palsumu. Saya tertekan dengan semua ini. Sekalipun kamu tidak pernah dan mungkin tidak akan pernah berpikiran positif tentang saya. Saya ingin putus dari kamu (Praktikan 65. Konseli sedikit emosi). Ya begitulah yang ingin saya ungkapkan pada pacar saya. Bagaimana, apa sekarang kamu bisa Latihan Assertive Lead umum

66. Konselor 67. 68. Konseli Konselor

mengatakan sama seperti yang saya ? Ya, insya Allah Coba sekarang kita bertukar peran, kamu yang berperan menjadi dirimu sendiri dan saya berperan sebagai pacar kamu. Coba ungkapkan segala yang kamu rasakan. Saya capek kaya gini terus. Cape hati ini. Kamu selalu berpikiran negatif soal saya. Sms tidak di balas sebentar, kamu curiga pada saya. Kamu selalu berpikiran negatif. Kamu pasti mengira pada saat itu, saya di datangi tamu cowok atau saya sedang jalan-jalan dengan teman. Kamu kira saya ini boneka yang bisa kamu kendalikan seenak hatimu. Kamu tuntut saya untuk kemana saja selalu dengan kamu. Smsan, jalan-jalan bahkan kamu tidak memberi kesempatan saya untuk kerja kelompok. Kamu sering berkata kasar pada saya. Kamu selalu meminta segalanya dari saya, mulai dari mencucikan baju, sepatu, seprei,

69.

Konseli

17

membelikan

pulsa,

bahkan

sampai

membayar hutang-hutang pada temanmu yang jumlahnya nggak sedikit. Setiap ada masalah dengan hubungan kita, kamu pasti kembali ke minuman haram itu. Kamu pasti lupa akan kewajibanmu mengerjakan sholat. Saya sudah tidak tahan lagi. Apa pantas saya mempertahankan hubungan yang tidak ada baiknya, sudah tidak direstui orang tua, kamu juga selalu cemburu yang berlebihan. Saya juga butuh teman untuk meluapkan emosi, kekesalan, sedih dan tertekan. Saya sudah tidak bisa bersamamu lagi karena banyak sekali perbuatanmu yang diluar batas kewajaran manusia normal. Saya ingin putus dari kamu. Saya harap kamu bisa 70. Konselor memenerima keputusan saya. Setelah melakukan permainan, mari kita bersama-sama menganalisis permainan yang baru saja dilakukan. Bagaimana perasaan kamu setelah mengikuti proses konseling ini? Apakah kamu merasa lebih 71. 72. Konseli Konselor baik dari sebelumnya? Ya, saya merasa sangat lega setelah melakukan proses konseling ini. Apakah kamu bisa berperilaku untuk putus dari A ? Ya, saya bisa... Apakah kamu mampu tegas Latihan Assertive Evaluation Lead khusus

meluapkan segala perasaan dan keinginan 73. 74. Konseli Konselor

berjanji

untuk

Latihan Assertive Kata-kata

mengucapkan kata putus pada pacar kamu 75. Konseli tanpa ada rasa belas kasihan lagi ? Ya, saya berjanji akan mengatakan putus

18

hubungan pacaran tanpa ada rasa kasihan. Saya akan berjanji bahwa saya sanggup dan mampu untuk berperilaku tegas pada pacar 76. Konselor saya. Apa kamu yakin bisa benar-benar

assertive

Latihan Assertive

mengucapkan kata-kata putus pada pacar 77. Konseli kamu setelah proses konseling ini usai ? Ya, saya yakin pasti bisa. Saya sudah tidak akan menunda-nunda untuk mengatakan 78. Konselor putus lagi. Bagus sekali jika rencana itu kamu Technique Implementat

Prediction Reassurance Summary

laksanakan secepatnya. 79. Konselor

ion Baiklah, sejauh ini dapat disimpulkan Termination bahwa kamu tidak bisa bersikap tegas pada pacarmu karena takut kalau apabila kamu memutuskannya maka dia akan kembali ke hal-hal yang negatif. Bukan hanya itu rasa belas kasihanmulah yang mengekang hatimu untuk mengatakan putus pada A. Tapi setelah proses konseling ini, kamu akan berjanji untuk dapat bersikap tegas. Baiklah besok saya akan menenemui kamu lagi untuk memberitahu hasilnya. Baiklah besok saya perkembangannya. tunggu Evaluasi

80. 81.

Konseli Konselor.

Pertemuan ke-II Sore hari tanggal 26 Mei 2007, konseli datang lagi menemui praktikan. Pada sore hari yang cerah itu, konseli terlihat ceria dengan seulas senyum manis tampak dari bibir konseli. Pada saat itu, konseli dan praktikan membahas permasalahan konseli lagi di kamar kos praktikan. Pembahasan ini hanya sekitar 15 menit.

19

No.

Konselor /Klien

Pernyataan

Tahap Konseling

Teknik Komunikasi Konseling

1. 2. 3.

Konseli Konselor Konseli

Assalamualaikum...(masuk

ke

kamar Lead khusus

praktikan).Saya tadi sudah menemui A. Waalaikumsalam. Bagaimana hasilnya ? Evaluation Awalnya saya tidak tega melihat wajahnya. Namun, tadi A sempat marah-marah karena cemburu dengan kakak kelas saya yang tadi sempat ngobrol dengan saya di jalan. Akhirnya hal ini menjadi kesempatan saya untuk mengatakan keputusan ini. Dari kos juga saya telah siap dan berjanji pada diri saya sendiri untuk memutuskan hubungan dengan A. Saya langsung mengatakan bahwa kita tidak lagi bisa menjalani hubungan ini, karena banyak hambatan yang tidak bisa saya lalui. Orang tua saya terlalu mendesak untuk segera memutuskanmu. Saya tidak bisa melanggar perintah orang tua. Karena sekarang yang saya cari adalah lelaki terbaik yang bisa jadu panutan saya, bukannya lelaki yang over protected dan posesif serta tidak melaksanakan ibadah sholat. Segala yang kamu contohkan pada saya, telah saya sampaikan juga. Lalu bagaimana respon A ? Dia sempat menangis dan dan memikirkan yang

4. 5.

Konselor Konseli

Lead khusus menolak untuk Postdiction

keputusan saya, tapi akhirnya dia bisa sadar terbaik kebahagiaan saya Semoga hal ini bisa menjadikanmu lega,

6.

Konselor

20

7.

Konseli

karena keputusanmu memang tepat. Saya memang lega, bahkan sangat lega... (tersenyum lebar). Perasaan takut dan tertekan saya telah hilang. Entah mengapa saya sudah tidak merasa kasihan lagi pada A sewaktu saya mengatakan putus padanya. Terima kasih atas semua bantuannya. Saya tidak bisa tahu apalagi yang harus saya lakukan jika tidak melakukan konseling dengan kamu. Sekali lagi terima kasih ya... Ya, saya juga ikut senang. Akhirnya kamu bisa bersikap tegas untuk memutuskan A. Kalau kamu ingin melakukan konseling lagi, langsung aja ngomong ke saya. Saya

Reassurance

8.

Konselor

Termination

akan dengan senang hati menyambut kamu. 9. Konseli Ya, pasti... Catatan: Sebelum proses konseling yang dipaparkan diatas, praktikan sudah melakukan kegiatan pra konseling. Semarang, 3 Juni 2007 Konseli,

Bunga

21

BAB III ANALISIS DAN BAHASAN A. Analisis Pada analisis ini akan dipaparkan uraian tentang ketercapaian tujuan konseling dan kesenjangan antara tuntutan teori dengan praktik, hambatanhambatan yang ditemui di lapangan, dan kesalahan-kesalahan teknis atau responding konselor selama konseling. 1. Ketercapaian tujuan konseling Tujuan dari konseling Behavioristik dengan teknik Assertive Training ini adalah agar konseli mampu bersikap tegas. Semula konseli mengalami konflik. Ia bingung mau memilih yang mana. Orang tua konseli tidak menyetujui konseli berpacaran dengan A. Sedangkan konseli taku kalau seandainya konseli putus dengan A, maka A mengancam untuk kembali minum-minuman keras dan tidak melaksanakan sholat. Padahal sebenarnya, konseli sudah tidak ingin menjalin hubungan dengan A karena A terlalu protected dan posessif. Namun konseli takut untuk

22

mengatakan putus pada A. Konseli juga merasa tidak enak karena sudah mengenal akrab keluarga A. Setelah melaksanakan konseling, konseli yang awalnya belum bisa berperilaku tegas untuk mengatakan putus pada pacarnya maka setelah konselor memberikan model akhirnya konseli mampu mengatakan secara tegas perasaan yang selama ini dipendamnya. Sebagai contoh pada proses konseling, Konselor : Apakah kamu mampu mengucapkan kata putus pada pacar kamu tanpa ada rasa belas kasihan lagi ? Konseli : Ya, saya berjanji akan mengatakan putus hubungan pacaran tanpa ada rasa kasihan. Saya akan berjanji bahwa saya sanggup dan mampu untuk bersikap tegas pada pacar saya. Konselor : Apa kamu yakin bisa benar-benar mengucapkan kata-kata putus pada pacar kamu setelah proses konseling ini usai ? Konseli : Ya, saya yakin pasti bisa. Saya sudah tidak akan menundanunda untuk mengatakan putus lagi. Pada proses konseling yang kedua. praktikan mengevaluasi hasil pertemuan sebelumnya. Konseli mengatakan bahwa ia telah memutuskan A dan sekarang perasaan konseli lega, bahkan sangat lega. Konseli merasa sudah tidak ada beban dan perasaan takut serta rasa tertekannya kini telah hilang. Jadi tujuan dari konseling Behavioristik dengan teknik Assertive Training telah tercapai. 2. Kesenjangan antara tuntutan teori dan praktik Pada teori, untuk dapat membuat konseli lebih terbuka dan sukarela mengungkapkan permasalahannya maka dibutuhkan membina hubungan baik yang banyak. Namun pada prakteknya, apabila kasusnya seperti ini dimana konseli datang secara tiba-tiba dalam keadaan menangis maka praktikan hanya sedikit menggunakan rapport.. 3. Hambatan-hambatan yang ditemui di lapangan a. Hambatan-hambatan yang ditemui di lapangan adalah kurang kesiapan praktikan dalam melakukan proses konseling sehingga praktikan tidak bisa menggunakan keseluruhan teknik komunikasi konseling.

23

Ketidaksiapan praktikan juga dikarenakan konseli yang datang tibatiba ke kamar kos praktikan dengan menangis. Praktikan kesulitan untuk menghentikannya karena pada saat itu hati konseli sedang kecewa, sedih serta marah. b. Praktikan kesulitan untuk melakukan teknik opening karena pada awal pertemuan, konseli masih menangis dan cenderung lebih banyak diam. c. Praktikan tidak dapat menyediakan tape recorder untuk merekam percakapan kami, karena konseling ini terjadi secara mendadak. 4. Kesalahan-kesalahan teknik atau responding konselor selama konseling Pada tahap tehcnique Implementation, dalam assertive training Praktikan merasa sangat emosi dan gregetan mendengar cerita-cerita konseli. Praktikan seakan-akan yang sangat menggebu-gebu untuk mengatakan pada pacar konseli untuk segera memutuskannya karena praktikan tidak menyangka, ternyata perlakuan A terhadap konseli begitu keterlaluan. B. Bahasan 1. Dari sudut teori tentang hasil analisis dan pendapat praktikan Tahap Assesment, diperlukan untuk memperoleh informasi model mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin dirubah. Konseli awalnya masih malu untuk menceritakan permasalahannya tapi setelah praktikan meyakinkan konseli akhirnya konseli mau menceritakan permasalahannya. Praktikan mendapat informasi yang lengkap dari konseli karena konseli anaknya cerewet jadi konseli dengan terbuka menceritakannya. Tahap Goal setting, pada tahap ini praktikan dan konseli menyusun perangkat untuk merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Biasanya tujuan ini memberi motivasi dalam mengubah tingkah laku konseli dan menjadi pedoman teknik mana yang akan dipakai. Praktikan menanyakan kepada konseli tujuan yang ingin dicapai dari proses konseling ini. Konseli menjawab bahwa tujuan yang ingin dicapai dari

24

konseling ini adalah keberanian untuk berkata tegas pada pacarnya, konseli ingin putus darinya. Praktikan merasa bahwa tujuan yang diharapkan konseli memang terbaik bagi konseli. Tahap Technique implementation, yaitu menentukan strategi belajar yang akan dipakai dalam mencapai tingkah laku yang ingin diubah. Praktikan menggunakan teknik assertive training sebagai teknik yang digunakan untuk memecahkan permasalahan konseli yang tidak bisa berkata tegas pada pacarnya. Teknik menggunakan role playing atau bermain peran. Semula konseli berperan sebagai dirinya dan praktikan berperan sebagai pacar konseli, namun konseli masih belum bisa untuk mengeluarkan segala perasaan dan emosinya. Kemudian praktikan dan konseli bertukar peran, praktikan jadi konseli dan konseli jadi pacar konseli. Praktikan meluapkan segala yang dirasakan konseli, segala emosi, dan harapan konseli kepada konseli yang berperan sebagai pacarnya. Setelah itu, praktikan melatih konseli untuk berkata tegas dengan berbagai kata-kata yang harus ditepati klien untuk dilaksanakan. Technique implementation ini tepat digunakan untuk konseli dengan permasalahan yang tidak dapat berkata tegas. Praktikan dapat mengetahuinya dari kasus di atas dengan konseli dapat mengambil keputusan untuk memutuskan pacarnya. Tahap Evaluation-Termination, Evaluasi di sini yakni konselor melihat apa yang telah yang diperbuat oleh konseli, keefektifan konseling dan teknik yang digunakan. Sedangkan termination adalah berhenti untuk melihat apakah konseli bertindak tepat. Praktikan melakukan evaluasi pada pertemuan ke-2. Praktikan memantau yang telah dilaksanakan konseli. Konseli menceritakan bahwa dirinya telah mengungkapkan segala emosi yang selama ini pendam tanpa memikirkan rasa kasihan lagi pada pacarnya. Praktikan merasa proses yang dilakukan telah berhasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai konseli. 2. Pengalaman praktikan

25

Praktikan merasa senang karena telah berhasil membantu konseli sehingga tujuan yang diharapkan konseli dapat tercapai. Praktikan menjadi dapat menerapkan penggunaan teknik assertive training pada konseli yang tidak dapat berkata tidak.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan bahasan diatas, dapat disimpulakan sebagai berikut: 1. Konseli mengalami permasalahan konflik dalam berpacaran, dimana orang tua tidak menyetujui hubungan percintaannya dengan sang pacar karena berbagai alasan dan konseli tetap menjalankan hubungannya namun hanya karena rasa kasihan. 2. Pada proses konseling ini, tujuan yang ingin dicapai konseli adalah keberanian untuk mengatakan putus pada sang pacar. 3. Proses konseling ini menggunakan pendekatan konseling Behavioristik dengan teknik Assertive Training. 4. Teknik Assertive training digunakan untuk orang-orang yang: tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, memiliki

26

kesulitan untuk mengatakan tidak., mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnya, dan lain-lain. B. Saran 1. Bagi konseli hendaknya terus mempraktikan apa yang sudah didapat dalam proses konseling agar perubahan yang dikehendaki memperoleh hasil yang diinginkan. 2. Konseli dan para remaja maupun orang dewasa, memilih pasangan hendaknya jangan karena rasa kasihan, namun benar-benar karena rasa cinta dan sayang yang muncul dari dalam hati 3. Orang tua juga harus dijadikan pertimbangan dalam memilih pasangan yang cocok dengan kita. 4. Teman-teman kos, hendaknya perhatian dengan anggota kos yang lain terutama yang mempunyai gejala-gejala yang tidak wajar, misal sering menangis, murung, atau gejala lain yang merupakan indikator dari orang bermasalah. 5. Para orang tua hendaknya jangan terlalu mendesak anak-anaknya, biarkan sang anak memikirkan dan melakukan apa yang terbaik baginya walau hal itu membutuhkan waktu yang lama. 6. Praktikan hendaknya memahami semua pendekatan konseling dan teknik komunikasi konseling sehingga apabila ada konseli yang datang secara mendadak untuk menceritakan masalahnya maka dapat langsung ditangani dengan pendekatan yang sesuia dengan permasalahannya.

27

DAFTAR PUSTAKA Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Keenagaan Perguruan Tinggi. 2004. Dasar Standardisasi Profesi Konseling. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Tenaga Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Fauzan, Lutfi. 1994. Pendekatan-Pendekatan Konseling Individual. Malang: Elang Mas Mugiarso, Heru. 2004. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang Prayitno. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta Pujosuwarno, Sayekti. 1993. Berbagai Yogyakarta: Menara Mas Offset Pendekatan Dalam Konseling.

Supriyo dan Mulawarman. 2006. Keterampilan Dasar Konseling. Semarang. UNNES Press

28

29

Anda mungkin juga menyukai