Anda di halaman 1dari 404

URAIAN MATERI MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA DOSEN : 1. Prof.Dr.H.Tb.Hasanuddin,M.Sc.,Ak.P. 2. Dr.Hj.Ellen Rusliati,SE.,MSIE. 3. Jaja Suteja,SE.,M.Si. SUMBER : 1.

Principles of Public Finance, Routledge & Keegan Paul Ltd,London, 2000 Hugh Dalton. 2. Public , Prentice Hall, Twelve Edition, Otto Eckstein 1999. 3. Finance in Theory and Practice, Mc Grow Hill Book Coy, International Students Edition, 2000. Richard A Musgrove, Peggy B Musgrove. 4. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek, BPPE, Yogjakarta. M. Suparmoko, Drs,MA.,Ph.D.

MANAJEMEN
FUNGSI ENTITAS DAN SUMBER DAYA

FUNGSI ENTITAS

SUMBER DAYA

G O O D G O V E R N M E N T

FUNGSI MANAJEMEN

HANKAM

KESRA

DIKJAR

SDM

KEU

FAS
EKONOMIS

PLANNING

ORGANIZING

ADIL & MAKMUR

EFISIENSI

LEADING / ACTUATING

CONTROLLING

EFEKTIVITAS

PAN CAS I LA

KEUANGAN NEGARA : I. PENDAHULUAN 1. Pemerintah dan Rumah Tangga : Perbedaan dalam cara berfikir : terdapat, rumah tangga konsumsi, rumah tangga produksi, pemerintah/negara, entitas luar negeri. Bertujuan memenuhi kebutuhan anggotanya. Pada pemerintah pengeluaran ditentukan oleh kegiatan. Pada rumah tangga lainnya oleh penerimaan. 2. Peranan pemerintah dalam perekonomian (kapitalis vs sosialis) 3. Kepincangan kepincangan dalam mekanisme pasar (perlunya barang kolektif, biaya manfaat privat dan biaya manfaat sosial, adanya risiko besar, adanya sifat monopoli, adanya inflasi dan deflasi, perkembangan usaha, distribusi pendapatan tidak merata). 4. Eksternalitas (external benefit dan external cost) dan barang publik (non exclusion). 5. Macam kegiatan pemerintah (alokasi faktor produksi, redistribusi pendapatan, stabilisasi ekonomi, meningkatkanpertumbuhanekonomi)

II. PENGELUARAN PEMERINTAH 1. Meningkatnya kegiatan dan pengeluaran negara (adanya, perang, kenaikan penghasilan masyarakat, urbanisasi, perkembangan demokrasi, penggerak pembangunan) 2. Efisiensi dalam pengeluaran negara (keadilan, efisiensi ekonomi, kebapakan (paternalisme), kebebasan terkendali) 3. Kebijakan subsidi (subsidi BBM, gas, listrik dll) 4. Pengaruh subsidi barang dengan jumlah tertentu (mengurangi jumlah pembelian, tidak mengubah konsumsi total, konsumsi berlebihan, konsumsimenjadi terlalu rendah, 5. Klasifikasi pengeluaran pemerintah (investasi, kesejahteraan, penghematan pengeluaran uang yad, membuka peluang kerja dan meningkatkan daya beli.

III. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA 1. Pengertian anggaran (pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara yangdiharapkan dalam jangka waktu tertentu atau satu tahun) 2. Kebijakan anggaran : a. PerekonomianTertutup3 RT 1) APBN tak seimbang, 2) APBN seimbang ; b. PerekonomianTerbuka 3 RT+Perdagangan LN 3. Kebijakan anggaran pendapatan dan belanja negara pengalaman Indonesia PerekonomianTertutup (3RT) + Pinjaman L/D N . /GBHN/PELITA IV. ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT 1. Kriteria investasi 2. Macam manfaat dan biaya suatu proyek 3. Mengenal dan mengukur manfaat suatu proyek 4. Mengenal dan mengukur biaya proyek 5. Menentukan waktu dan bunga diskonto

V. PENERIMAAN PEMERINTAH 1. Sumber-sumber penerimaan negara 2. Distribusi beban pemerintah 3. Sistem perpajakan dan politik pajak 4. Penggeseran beban pajak 5. Hubungan antara seorang penjual/produsen(firm) dengan pasar (industri) 6. Kesejahteraan yang hilang karena pajak

VII. PENENTUAN HARGA BARANG OLEH PEMERINTAH 1. Penentuan harga barang-barang publik 2. Kebijakan harga hasil pertanian VIII. PENGARUH PAJAK TERHADAP PEREKONOMIAN 1. Pengaruh pajak terhadap produksi 2. Pengaruh pajak terhadap distribusi pendapatan 3. Pengaruh pajak terhadap keinginan untuk bekerja

IX. HUTANG NEGARA 1. Macam dan ciri dari hutang negara 2. Sumber panjaman negara 3. Beban dan hutang negara 4. Masalah pengelolaan hutang negara X. KEBIJAKAN FISKAL 1. Asal mula dari kebijakan fiskal 2. Macam kebijakan fiskal 3. Tujuan kebijakan fiskal 4. Konflik antara stabilitas dan kesempatan kerja 5. Kaitan antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter

XI. PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PINJAMAN LUAR NEGERI 1. Pendahuluan 2. Pinjaman luar negeri sebagai sumber kapital 3. Pemilihan antara pinjaman dalam negeri (Internal Debt) dan pinjaman luar negeri (External Debt) 4. Pinjaman luar negeri dan inflasi 5. Kapasitas untuk membiayai pinjaman luar negeri Indonesia 6. Meringankan bebean pinjaman 7. Posisi pinjaman luar negeri Indonesia diantara negara Asean 8. Pembayaran cicilan hutang luar negeri dan bunganya dalam hubungannya dengan APBN 9. Kesimpulan

XII. DISTIBUSI PENDAPATAN 1. Redistribusi pendapatan : Pro dan kontra 2. Beberapa kesulitan pengukuran derajat ketidakmerataan distibusi pendapatan 3. Beberapa teknik redistribusi pendapatan 4. Pengaruh kebijakan redistribusi pendapatan terhadap keinginan untuk bekerja, biaya sosial (welfare cost) dan pembebanan pajak (Tax Incidence). XIII. HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH 1. Transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah 2. Besarnya transfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah 3. Bantuan pemerintah dan pembangunan daerah yang seimbang 4. Bantuan pusat, Tax Effort dan Fiscal Need 5. Ikhtisar dan kesimpulan

MATERI KEUANGAN BISNIS


SUMBER : Principles Corporate Finance, Richard A Breally, Stewart C Meyers. Fundamental of Financial Management, Eugene F Brigham, Joel F Houston. Financial Management Policy, James C Von Horn.

MATERI KEUANGAN BISNIS


I. DASAR-DASAR KEUANGAN 1. Tujuan dan fungsi keungan 2. Konsep penilaian 3. Resiko dasar dan hasil 4. Multi variabel dan faktor penilaian 5. Opsi penilaian II. INVESTASI DALAM ASET DAN HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Prinsip investasi modal 2. Resiko dan opsi nyata dalam anggaran modal 3. Menciptakan nilai melalui hasil yang diharapkan III. KEUANGAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN 1. Teori dan struktur modal 2. Membuat keputusan struktur modal 3. Dividen dan pembelian kembali teori dan praktek

IV. ALAT ANALISIS DAN PENGENDALIAN KEUANGAN 1. Analisis ratio keuangan 2. Perencanaan keaungan V. LIKUIDITAS DAN MANAJEMEN MODAL KERJA 1. Likuiditas, kas dan sekuritas marketabel 2. Manajemen piutang dan persediaan 3. Manajemen utang dan pembiayaan jangka Pendek dan menengah

VI. KEUANGAN PASAR MODAL DAN RESIKO MANAJEMEN 1. Dasar permodalan jangka panjang 2. Keuangan leasing 3. Penerbitan saham 4. Keuangan pendapatan tetap dan utang Pensiun 5. Hybrid financing melalui sekuritas yang terkait 6. Resiko manajemen keuangan

VII. EKSPANSI DAN KONTRAKSI 1. Merger dan pasar untuk pengendalian korporat 2. Korporat dan restrukturisasi tidak dipaksakan 3. Manajemen keungan internasional

MANAJEMEN KEUANGAN
Dosen : 1. Prof.Dr.H.Tb.Hasanuddin,M.Sc.,Ak.P. 2. Dr.Hj.Ellen Rusliati,SE.,MSIE. 3. Jaja Suteja,SE.,M.Si.

I.
1) 2) 3) II. 1. 2. 3. III. 1) 2) 3) IV.
1) 2) 3) 4)

TUJUAN
Agar mahasiswa memahami Manajemen Keuangan Negara; Manajemen Keuangan Perusahaan Agar mahasiswa mampu mengetahui permasalahan keuangan Agar mampu memberikan pandangan mengenai upaya memperbaiki kelemahan yang ada. METODE BELAJAR Diskusi dalam kuliah tatap muka Membahas konsep manajemen keuangan melalui studi literatur dan membuat laporan Membahas kasus UJIAN Responsidan diskusi Ujian tengah semester Ujian akhir semester UNSUR YANG DINILAI
Kehadiran Responsi dan tugas UTS UAS 5% 15% 30% 50%

V.

MATERI

1)

Keuangan Negara : 1. Anggaran Belanja Negara 2. Kebijakan Paskal 3. Utang Negara 4. Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah

2)

Manajemen Keuangan Entitas Bisnis : 1. Dasar Manajemen Keuangan 2. Investasi Aset dan Hasil Yang Diharapkan 3. Pengelolaan Keuangan dan Kebijakan Dividen 4. Alat Analisis dan Kendali 5. Pengelolaan Likuiditas dan Modal Kerja 6. Keuangan Pasar Modal dan Manajemen Resiko 7. Ekspansi dan Kontraksi

I. The Role Of Fin Management

( Peran Manajemen Keuangan ) 1. Fin Management is concerned with the acquisition, financing and management of assets with some overall goal in mind. 2. Decision Function Of Fin Management 1) The Investment 2) Financing 3) Asset Management

3 . INVESTMENT DECISION 1) A determination of the total amount of assets needed to be held by the firm Balance sheet 2) Invest decis Total How Much Assets Need ? 3) Assets that can no longer be economi cally justified may need to be reduced, eliminated or replaced

4. FINANCING DECISION
Financial manager is Concerned with make up if the right hand side of The arrangement balance sheet Balance Sheet Assets Liabilities : - Short term loan - Long term loan - Lease - Bonds - Stocks 100 x 100 x

5. ASSETS MANAGEMENT DECISION


BALANCE SHEET

ASSETS
The third important Decision of the firm is the asset Management decis Assets have been acquired and appropriate financing provided This assets must still be managed efficiently The fin, Man is charged with varying degrees of operating responsibility over existing assets The Fin Mans responsibilities require that the greater concers be placed with the management of current assets than with fixed assets.

LIABILITIES

1) 2) 3)

4)

II. TUJUAN PERUSAHAAN ( THE GOAL OF THE FIRM)


1. Efficient fin Man requires the exictence of some objectives or goal because judgement as to wether or not a fin decision is efficient must be in light of some standard 2. Goal of the firm is to maximize the wealth of the firms present owners. 1) Profit maximation , maximizing a firms earnings after taxes (eat) 2) Earning per share (EPS), earnings after taxes divided by the number of common shares out standing

3) Maximation of earnings per share is notafully appropriate goal because it does not specify the timing or duration expected returns. (1) Is the investment project that will produse a $ 100.000,- return 5 years from now more valuable than the project that will produce annual returns of $ 15.000,in each of the next 5 years ? (2) an answer to this question depens on the time value of money to the firm and to investors at the margin (3) an objective of maximazing earnings per share may not be the same as maximizing market price per share.

The Latest : - Represents tge focal judgement of all market participants as to the value of the partcular firm. - It take into account present and prospective future earnings per share, the timing, duration and risk of these earnings, the dividend policy of the firm, and other factors that bear upon the market price of the stock. - The market price serves as a barometer for business performances it indicates how well management is doing in behalf of its stockholders.

4) MANAGEMENT VERSUS SHARES HOLDERS The separation of ownership and control in the modern corporation results in potensial conflicts between owners and managers. (1) The objectives of management may differ from those of the firms share holders (2) Creates a situation in which management may act in its own best interest rather than those of the share holders. (3) Management as the agents of the owners. Share holders, hoping that the agents will act in the share holders best interests, delegate decision making authority to them. i. Agent (s), individual (s) authorised by another person, called the principal, to act in the latters behalf. ii. Agency (theory), a branch of economics relating to the behaviour of principals (such as owners) and their agents (such as managers).

5) Social Resposibility Maximizing share holders wealth does notimly that management. Should ignore social responsibility. (1) Protecting the consumers, (2) Paying fair wages to employees, (3) Maintaining fair hiring practices and safe working conditions, (4) Supporting education, (5) Involved in environmental issues such as clean air and water. Because the criteria for social responsibility are not clearly defined, it is difficult to formulate consistent policies.

MANAJEMEN KEUANGAN

MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS PASUNDAN

UNIT I.MENGENAL LAPORAN KEUANGAN


1. Mengapa Manajemen Keuangan Orang berpresepsi bahwa manajemen keuangan adalah model yang rumit Keputusan operasi perusahaan tidak optimal
- Analisis keuangan otomatis menjadi porsi bagian keuangan - Bagian operasi mempercayakan analisis keuangan ke bagian keuangan

Sebetulnya setiap orang melaksanakan manajemen keuangan Fungsi audit harus memahami manajemen keuangan agar dapat memahami cara pandang manajemen waktu memutuskan suatu keputusan transaksi

2. Pengertian Manajemen Keuangan


Seperti apakah pekerjaan manajer keuangan di perusahaan Bapak dan Ibu ? Manajer keuangan diperusahaan :
. Mencermati perkembangan pasar uang dan pasar modal, dan . Memutuskan agar pendanaan dapat dipenuhi dengan murah . Mendapatkan aktiva dengan harga yang semurah-murahnya
Terlihat bahwa manajer keuangan bertugas untuk mencari uang dan menetapkan kebijakan penggunaannya agar diperoleh biaya pendanaan yang murah dan mendapatkan aktiva yang murah juga

3. Kriteria Keberhasilan Manajemen Keuangan


Orang mengira keberhasilan manajemen keuangan adalah laba Kriteria yang harus diukurkan pada manajer keuangan adalah nilai tambah : . Keputusan Operasi . Keputusan investasi dan . Keputusan pendanaan Nilai tambah ini mencerminkan dari meningkatnya nilai hak (klaim) terhadap perusahaan

UNIT II. MENGENAL LAPORAN KEUANGAN

1. Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan


L/K adalah titik pusat proses pelaporan keuangan L/K adalah alat komunikasi informasi akuntansi bagi eksternal perusahaan Saat ini, laporan keuangan terdiri dari :
. Neraca atau laporan posisi keuangan . Laporan Rugi Laba . Laporan Arus Kas dan . Catatan atas laporan keuangan

Laporan keuangan mungkin mengandung informasi sumber selain


catatan akuntansi, tetapi sistem akuntansi perusahan biasa disusun berdasarkan laporan keuangan :

. Asset
. Utang . Pendapatan . Biaya dan seterusnya

Pelaporan keuangan memuat tidak hanya laporan keuangan tetapi

juga :
- Alat lain untuk mengkomunikasikan informasi yang terkait baik langsung ataupun tidak langsung dengan informasi yang disaji oleh sistem akuntansi. - Mungkin diharuskan oleh peraturan atau sukarela - Bentuk yang biasa dipakai misalnya : - Laporan tahunan - Prospektus - Formulir formulir pemenuhan kewajiban terhadap Kantor Pajak, bea cukai, Bank Indonesia dan Badan Pengawasan Pasar Modal.

2. Tujuan Laporan Keuangan


Memberikan informasi kuantitatif yang bermakna keuangan tentang suatu entitas agar dapat dipergunakan oleh mereka yang menggunakannya untuk dasar pengambilan keputusan : Pengambilan keputusan ekonomi :
- Perorangan - Perusahaan - Pasar - Pemerintah

Efektivitas keputusan akan meningkat jika keputusan tersebut dibuat berdasarkan pemahaman mengenai posisi dan kinerja objek pengambilan keputusan Oleh karena itu, laporan keuangan bukanlah tujuan akhir dari proses pelaporan keuangan.

Ciri dan Keterbatasan Laporan Keuangan


1. Informasi yang disajikan hanya relevan terhadap perusahaan dan bukan pada industri atau perekonomian secara keseluruhan Informasi yang disajikan sering merupakan hasil dari taksiran dan bukan pengukuran yang pasti Informasi yang disajikan mencerminkan dampak keuangan transaksi dan kejadian terutama yang sudah terjadi Laporan keuangan bukanlah sumber informasi tunggal bagi mereka yang ingin membuat keputusan ekonomi tentang suatu perusahaan.

2.

3.

4.

Tujuan Yang Hendak Dicapai


1. Menyajikan informasi bagi pengambilan keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis, informasi yang dapat dimengerti oleh mereka yang mempunyai pengetahuan dan kesungguhan belajar yang wajar tentang usaha dan aktivitas ekonomi. Menyediakan informasi untuk menilai jumlah, saat dan kepastian penerimaan kas dimasa yang akan datang dari dividen atau bunga serta hasil penjualan, harga tebusan atau jatuh temponya surat berharga atau piutang Menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomi perusahaan, hak atas sumber daya tersebut dan dampak dari transaksi, kejadian dan kondisi yang menyebabkan terdapatnya perubahan atas sumber daya perusahaan serta hak atas sumber daya tersebut.

2.

3.

3. Neraca

Menyajikan informasi tentang sumber daya ekonomi, kewajiban dan hak kepemilikan suatu perusahaan Membantu investor, kreditor dan pemakai lain untuk mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan keuangan serta likuiditas dan solvabilitas suatu perusahaan Menilai kinerja perusahaan pada suatu periode Indikasi aliran kas yang dapat diperoleh dari beberapa sumber daya ekonomi dan kas yang akan keluar bagi pelunasan beberapa kewajiban.

NERACA UNTUK MASA XXX


Aktiva Lancar Kas dan setara Kas Surat berharga yang mudah dijual Piutang Persediaan Pembayaran Dimuka Total Aktiva Lancar Aktiva Tetap Aktiva Tetap Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap Total Aktiva Tetap
Aktiva Lainnya Proyek Dalam Penyelesaian Aktiva Lainnya Total Aktiva Jangka Panjang TOTAL AKTIVA

Utang Lancar Utang Usaha Pemotongan PPh Harus Disetor Utang Jk.Pj Yang Harus Dilunasi
Total Utang Lancar Utang Jangka Panjang dan Modal Obligasi Agio dan Disagio Saham Modal Agio Saham Sisa Laba (Rugi) Tahun lalu Laba (Rugi) Tahun Berjalan Total Utang Jk. Pj. dan Modal

TOTAL AKTIVA

4. Laporan Laba Rugi :


1. 2. 3. 4. Dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama suatu periode Sebagai alat bantu untuk menaksir prospek dari suatu perusahaan Fokus diletakkan pada pengukuran laba dan komponennya Rangkaian informasi yang mencakup waktu yang panjang lebih disukai Agar laba dan komponennya digunakan untuk : Mengevaluasi kinerja manajemen Memperkirakan daya laba atau jumlah lain yang diyakini sebagai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dalam jangka panjang Menaksir laba untuk suatu masa mendatang Menaksir resiko kredit dan resiko investasi Akuntansi keuangan mengukur laba dan komponen laba menggunakan akuntansi akrual.

DAFTAR LABA (RUGI) UNTUK MASA XXX


Pendapatan Operasional Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Penjualan Biaya Operasional Biaya Pegawai Biaya Peralatan dan Perlengkapan Biaya Umum dan Administrasi Biaya Transportasi dan Komunikasi Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Biaya Promosi dan Humas Biaya Barang dan Jasa Pihak III Biaya Rapat dan Penugasan Biaya-biaya Pajak Laba (Rugi) Operasional Pendapatan Non Operasional Pendapatan Bunga Biaya Bunga Pajak Laba (Rugi) Non Operasional LABA (RUGI) BERSIH

5. Laporan Arus Kas


o Dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan memperoleh dan menggunakan kas. o Informasi ini terkait dengan pinjaman dan pembayarannya, transaksi permodalan termasuk pembayaran dividen dan transfer sumber daya lain dari perusahaan kepada pemilik, serta faktor lain yang berpengaruh pada likuiditas dan solvabilitas perusahaan o Informasi aliran kas akan dapat dipergunakan untuk memahami operasi perusahaan, mengevaluasi transaksi investasi, menaksir likuiditas dan solvabilitas dan menginterpretasi informasi laba yang disajikan.

ARUS KAS UNTUK MASA XXX


Kas dari Operasi Laba Bersih Penyusutan Perubahan Modal Kerja Total Kas dari Operasi Kas dari Investasi Tanah Lokasi Pabrik Engineering dan Supervisi Mesin dan Peralatan Alat Pengangkut Budi Daya Tanaman Bunga dalam Konstruksi Hasil Bersih Penjualan Aktiva Tetap Total Kas dari Investasi Kas dan Pendanaan Setoran Modal Pengambilan Pinjaman Pengakuan Bunga Pembayaran Kembali Pinjaman Total Kas dari Pendanaan Total Aliran Kas

6. Analisa Laporan Keuangan :


o Analisa Laporan Keuangan - Membaca laporan keuangan dan - Menggali informasi yang ada dibalik angka angka laporan keuangan o Dimungkinkan karena dirancang sebagai bentuk laporan yang saling terkait o Disamping angka laporan keuangan terkait dengan informasi non keuangan. - Praktek bisnis yang baku - Rata-rata industri

6.1. Prosedur Audit Analitis


Diatur dalam SIAS # 8, Analytical Auditing Procedures Tanpa ada kondisi yang menyebabkan hal yang berlawanan, keterhubungan antar informasi dapat diharapkan ada dan tetap berkesinambungan Menggunakan Prosedur ini dapat ditemukan : - Kemungkinan kesalahan - Ketidak wajaran atau - Penyimpangan Jika prosedur audit analitis menemukan hasil yang tidak diinginkan : - Internal auditor harus meneliti dan mengevaluasi sehingga hasil dan keterhubungan tersebut dapat dijelaskan - Hasil dari keterhubungan yang tidak dapat dijelaskan mungkin merupakan indikasi terdapatnya kondisi yang mengandung kesalahan, ketidak wajaran atau penyimpangan.

6.1.1.Kegunaan Prosedur Audit Analitis


1. 2. 3. 4. 5. Mengidentifikasikan hal-hal yang diharapkan atau tidak diharapkan Melalui pengujian konsistensi internal antar informasi Prosedur audit analitis digunakan untuk mendapatkan : Perbedaan yang tidak diharapkan Tidak adanya perbedaan yang diharapkan Kemungkinan kesalahan Kemungkinan ketidak-wajaran dan penyimpangan Transaksi atau kejadian yang tidak biasa atau tidak berulang.

6.1.2. Teknik Prosedur Audit Analitis


1) 2) 3) 4) Teknik yang biasa menggunakan dasar : Jumlah Uang Kuantitas Fisik Rasio Atau Persentasi

1) 2) 3) 4) 5)

Analitis khusus dapat dilakukan dengan : Rasio Trend Pengujian Kewajaran Regresi Perbandingan : - Antar Periode - Dengan Anggaran - Dengan informasi ekonomi eksternal

Beberapa teknik yang lazim dalam prosedur


audit analitis adalah :
1. 2. 3. 4. 5. Pembandingan informasi periode sekarang dengan periode sebelumnya Perbandingan informasi periode sekarang dengan anggaran atau ramalan Mempelajari keterhubungan informasi keuangan dengan non keuangan Mempelajari keterhubungan antar elemen informasi Membandingkan informasi suatu unit dengan informasi unit lain Membandingkan informasi dengan informasi perusahaan lain dalam industri

6.

6.2.Analisa Rasio :

6.2.1. Rasio Kelancaran Aktiva Lancar Rasio Lancar = Pasiva Lancar Aktiva Lancar - Persediaan

Rasio Cepat =
Pasiva Lancar 6.2.2. Rasio Aktivitas

Penjualan
Rasio Perputaran Aktiva AAA = Saldo (Rata-rata) Aktiva AAA

UNIT III. MENGELOLA ASSET LANCAR


Asset lancar bersama-sama dengan kewajiban lancar mencerminkan pengelolaan operasi perusahaan Bersama-sama mereka mendapatkan sebutan modal kerja Modal kerja adalah pos-pos yang menampung dampak kegiatan operasi.

1. Perencanaan Laba
Perencanaan laba dibuat perusahaan dalam rangka untuk memperkirakan kebutuhan pendanaan di masa mendatang Manajemen menggunakan media anggaran untuk menuangkan rencana ini dalam format kuantitatif Karena muatannya, peran anggaran dapat diperluas menjadi alat perencanaan, alat memotivasi pegawai, alat pengendali kegiatan organisasi dan alat evaluasi kinerja Demikian luasnya penggunaan anggaran, sehingga dikenal berbagai macam anggaran dengan berbagai tujuan pula Untuk mengendalikan operasi perusahaan misalnya anggaran fisik, anggaran penjualan, anggaran biaya, anggaran laba dan anggaran kas Dalam anggaran keuangan dikenal adalah pengangguran modal, proforma laba rugi, proforma neraca dan proforma arus kas

Proforma Laporan Keuangan Tahun Proforma Laba Rugi Pendapatan Harga Produksi dan Biaya Operasi Biaya Penyusutan Total Harga Pokok Prod.dan Biaya Ops. Laba Operasi Biaya Bunga 16% Setahun Pajak 30% Laba Bersih 2000 2001 2002 2003

0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0

71.131.200.000 47.000.000.000 11.632.000.000 58.632.000.000 12.499.200.000 12.320.000.000 53.760.000 125.440.000

91.454.400.000 47.000.000.000 11.632.000.000 58.632.000.000 32.822.400.000 14.291.200.000 5.559.360.000 12.971.840.000

Neraca
Aktiva Lancar Kas Piutang Persediaan Total Aktiva Lancar 0 0 0 0 3.180.000.000 0 0 3.180.000.000 3.889.040.000 23.710.400.000 14.658.000.000 42.257.440.000 9.398.480.000 30.484.800.000 14.658.000.000 54.541.280.000

Aktiva Tetap Total Aktiva Tetap Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Aktiva Total Aktiva

0 0 0

116.320.000.000 0 116.320.000.000 119.500.000.000

116.320.000.000 -11.632.000.000 104.688.000.000 146.954.440.000

116.320.000.000 -23.264.000.000 93.056.000.000 147.597.224.000

Utang dan Modal Pinjaman Modal Laba Ditahan Total Utang dan Modal Arus Kas Kas dan Operasi Laba Bersih Penyusutan Perubahan Modal Kerja Total Kas dari Operasi Kas dari Inventaris Tanah lokasi pabrik Engineering dan supervisi Mesin dan peralatan Alat pengangkut Budidaya Tanaman Bunga dalam konstruksi Total kas dan Investasi Kas dan Pendanaan Setoran Modal Pengambilan Pinjaman pengakuan Bunga Pembayaran kembali Pinjaman 0 0 0 0 77.000.000.000 42.500.000.000 0 119.500.000.000 89.320.000.000 57.500.000.000 125.440.00 146.945.440.000 77.000.000.000 57.500.000.000 13.097.280.000 147.597.280.000

0 0 0 0

0 0 0 0

125.440.000 11.632.000.000 -38.368.400.000 -26.610.950.000

12.971.540.000 11.632.000.000 -6.774.400.000 17.829.440.000

0 0 0 0 0 0 0

-14.000.000.000 -15.000.000.000 -60.000.000.000 -5.000.000.000 -10.000.000.000 -12.320.000.000 -116.320.000.000

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0

42.500.000.000 77.000.000.000 0 0

15.000.000.000 0 12.320.000.000 0

0 0 14.291.200.000 -26.611.200.000

Total kas dari Pendanaan


Total Aliran Kas

0
0

119.500.000.000
3.180.000.000

27.320.000.000
790.040.000

-12.320.000.000
5.509.440.000

2. Manajemen Kas
Kas adalah media utama bagi perusahaan untuk mengelola likuiditasnya Demikian pentingnya likuiditas, kas disebut sebagai darah perusahaan Ketekoran kas sekecil apapun, kadang bisa membuat perusahaan berhenti beroperasi Menyediakan kas yang cukup adalah prasyarat hak hidup perusahaan Walaupun penting kas adalah asset perusahaan yang paling tidak produktif Pedoman pengelolaan kas adalah tersedianya kas yang cukup, tetapi tidak berlebihan.

2.1. Motif Memegang Kas


1. Sebagai media pertukaran 2. Sebagai media berjaga-jaga 3. Sebagai media spekulasi 2.2. Mengelola Arus Kas 1. Menunda Pembayaran 2. Mempercepat Penerimaan 3. Anggaran Kas

Anggaran Kas BULAN Penjualan Penagihan Dlm Bln Penj 1 Bln Sth Penj 2 Bln Sth Penj Total Penagihan Pembelian Pembayaran JANUARI 5.000.000 FEBRUARI 5.000.000 MARET 10.000.000 APRIL 15.000.000 MEI JUNI

20.000.000 10.000.000

1.000.000 0 0

1.000.000 3.500.000 0

2.000.000 3.500.000 500.000


6.000.000 10.500.000 7.000.000

3.000.000 4.000.000 7.000.000 10.500.000 500.000 1.000.000


10.500.000 14.000.000 15.500.000 7.000.000

2.000.000 14.000.000 1.500.000


17.500.000 7.000.000 7.000.000

1.000.000 4.500.000 3.500.000 0 7.000.000 3.500.000

10.500.000 14.000.000

Surplus (Defisit) Kas

1.000.000

1.000.000

(1.000.000)

1.500.000

10.000.000

3. Manajemen Surat Berharga Yang Mudah Dijual


Pembahasan diberikan dalam pendanaan jangka pendek pada modul Manajemen Keuangan berikutnya 4. Manajemen Piutang Proporsi Penjualan Kredit Tingkat Penjualan Kebijakan Kredit

5. Manajemen Persediaan
Keputusan terhadap besaran jumlah persediaan yang akan dipelihara sangat tergantung pada hasil analisa imbal hasil dan risiko akibat stock out dan biaya pemeliharaan persediaan Persediaan telah banyak membantu pekerjaan manajemen keuangan dalam suatu periode yang panjang, sebelum dipergunakannya tatanan operasi yang memungkinkan perusahaan beroperasi tanpa persediaan Kemajuan teknologi dan penataan kembali hubungan pemasok dengan konsumen pada beberapa industri telah memungkinkan perusahaan melaksanakan metode operasi just in time

5.1. Jenis Persediaan


Persediaan barang untuk dijual Persediaan bahan baku dan bahan pembantu Persediaan barang dalam proses dan Persediaan barang jadi Persediaan peralatan dan suku cadang

5.2. Teknik Pengelolaan Persediaan


1. Kuantitas Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantity) Total Biaya Persediaan = Biaya Penyimpanan + Biaya Pesanan Kuantitas Ekonomis adalah : 2 SO Q=

, dimana :

S adalah total kebutuhan persediaan periode yang dihitung O adalah biaya penempatan order, dan C adalah biaya penyimpanan per unit

2 X 12.500 X 3.600
Q=

1.0000

= 300 unit,

2. Model Pengendalian Persediaan dengan sistem ABC


a. Kelompok A meliputi barang-barang persediaan dengan nilai uang yang tinggi Kelompok B meliputi barang-barang persediaan dengan nilai unag yang sedang Kelompok C meliputi barang-barang persediaan dengan nilai uang yang rendah.

b.

c.

3. Sistem Just In Time


a. b. c. d. Menekankan pada tarikan permintaan (demand pull) Target JIT adalah zero defect Fasilitas produksi disusun tanpa persediaan Elemen utama JIT adalah pengurangan terhadap adanya bahan sisa, tenaga, ruang dan fasilitas menganggur. Pengurangan persediaan berarti tidak lagi dibutuhkan model pengendalian persediaan yang rumit Kebanyakan bahan akan diterima oleh para pemakainya Keandalan pemasok merupakan persyaratan yang penting dalam JIT.

e. f. g.

UNIT IV. IMBAL HASIL DAN RISIKO


Imbal hasil dan risiko adalah pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan keuangan Dalam pasar efisien, imbal hasil biasanya sebanding dengan risikonya Semakin tinggi risiko investasi akan semakin besar pula premium risiko yang diperhitungkan dalam analisanya Karena setiap orang mempunyai aversi terhadap risiko yang berbeda-beda, maka apakah suatu investasi akan diambil atau tidak, tidak akan dapat disamakan untuk setiap orang. Secara umum pasar memberikan pedoman mengenai imbangan imbal hasil dan risiko dan dicerminkan dari terbentuknya harga pasar asset.

1. Pengukuran Nilai berdasarkan Nilai Waktu Uang


Bagaimana persepsi seseorang mengenai nilai relatif terhadap waktu ? Misalkan seseorang datang kepada kita untuk meminjam uang. Dari analisa penghasilan dan pengeluarannya, kita perhitungkan bahwa dia akan dapat mengembalikan kepada kita setiap tahun selama lima tahun berturut-turut masing-masing Rp.1.000,- Sejumlah berapakah uang akan kita pinjamkan kepada dia ? Analisa paling mudah adalah menempatkan aliran kas tersebut dalam suatu garis waktu, sebagai berikut : 0 1
+ 1.000

2
+1.000

3
+1.000

4
+1.000

5
+1.000

Jika kita percaya bahwa tingkat bunga pasar adalah 10% setahun maka nilai sekarang dari uang yang akan kita terima adalah

0
+

1
1.000 + (1+0,1)1

2
1.000 + (1+0,1)2

3
1.000 + (1+0,1)3

4
1.000 + (1+0,1)4

5
1.000 (1+0,1)5

Atau sama dengan :

1
+909,09

2
+826,45

3
+751,31

4
+683,01

5
= 3,709.78 +620,92

Sehingga pertukaran yang mungkin terjadi adalah :

0
-3,70.78

1
+909,09

2
+826,45

3
+751,31

4
+683,01

5
+620,92

Kita akan memberi dia pinjaman sebesar Rp.3.790.78 dan akan mendapatkan pengembalian selama lima tahun berturut turut, masing-masing Rp.1.000,-. Konsep ini menjelaskan nilai waktu uang, dimana : Uang hari ini lebih baik dari pada uang besok.
Jika kemudian ditambahkan informasi yang lain,misalnya : a. Istri karyawan yang hendak meminjam uang tersebut akan segera melahirkan anak bungsunya. b. Anak tertua karyawan tersebut segera akan bekerja. Manajemen keuangan mempunyai metode untuk menganalisa hal tersebut yaitu : a. Dengan mengoreksi taksiran kas yang akan kita terima, atau b. Dengan nengubah nilai kepastian bahwa uang cicilan yang Rp.1.000,- akan kita terima. (Konsep premium risiko)

Contoh Penerapan Contoh keputusan yang dapat dilihat sebagai model penerapan premium risiko : 1. Pembayaran langganan koran/majalah 3 bulan dimuka lebih murah daripada pembayaran bulanan 2. Diskon tunai 3. Model-model pengelolaan float 4. Pemberian kupon undian bagi pembayaran awal.

2.1. Penyertaan Risiko Berdasarkan Kepastian Aliran Kas


Jika kita memiliki uang lebih pada hari Rp.1.000,- kita mempunyai beberapa pilihan akan kita kemanakan uang kita. Alternatif yang tersedia dan hasilnya setelah 1 tahun misalnya adalah sebagai berikut. a. Kita gunakan untuk berdagang dengan peluang hasil seperti berikut :
a.1. Kemungkinan rugi sehingga uang kita tinggal Rp.800,a.2. Kemungkinan untung sehingga uang kita menjadi rp.1.400,-

b. Kita masukkan sebagai deposito di Bank dengan hasil 11%. Sementara itu, peluang untuk untung kemungkinannya adalah 80% dan peluang untuk rugi adalah 20%. 800 0,4 320 Dagang 1.400 0,6 840 1.600 atau 16% 1.000 11% Deposito 1.000 Premium Resiko 5%

Premium Risiko : Adalah tambahan hasil yang mungkin diperoleh karena seseorang mau menanggung risiko tambahan. Premium risiko membuat arus kas yang tidak sama kepastiannya menjadi seolah olah sama nilainya Secara sederhana contoh diatas menjelaskan konsep manajemen keuangan bahwa : Uang yang pasti lebih baik daripada uang yang tidak pasti. Kita kan sama indiferrent terhadap : a. Terjun di trading dengan hasil 16% dan b. Menaruh deposito dengan hasil 11% Mengapa ? Karena pertambahan kekayaan yang mungkin diperoleh dari kedua keputusan tersebut persis sama.

Contoh Penerapan
Contoh keputusan yang dapat dilihat sebagai model penerapan premium risiko : Bunga/jasa yang ditawarkan bank untuk giro lebih rendah dari tabungan Bunga tabungan lebih rendah dari bunga deposito Bunga di bank asing lebih tinggi daripada bunga di bank pemerintah Bunga di bank pemerintah lebih tinggi dari pada bunga di bank umum swasta Bunga di bank umum swasta lebih tinggi daripada bunga di BPR.

3. Bunga
Sejumlah uang yang dibungakan selama serangkaian waktu pada suatu Tingkat bunga yang bervariasi akan dihitung sebagai berikut :
15% 10% 20%

1.000

1.150

1.265

1.518

Nilai setelah masa pertama Nilai setelah masa kedua Nilai setelah masa ketiga

= 1.000 x 1.15 = 1.150 = 1.000 x 1.15 x 1.1 = 1.265 = 1.000 x 1.15 x 1.1 x 1.2 = 1.158

4. Bagaimana pelepas uang memperhitungkan bunga


Misalkan seseorang membutuhkan uang Rp.8.000,- Saat mendatangi sebuah bank, kepadanya disodorkan tiga pilihan pinjaman yang dari sisi bank arus kasnya terlihat sebagai berikut : 0 -8.0000 = 0 -8.000 = 1 +9.200 1 +0 2 +10.120

0
-8.000 =

1
+0

2
+0

3
+12.144

Bagaimana mencari tahu tingkat bunga yang diperhitungkan bank ?

4.1. Implied n-period spot rate


Implied n period spot rate menyatakan bunga yang diperhitungkan untuk suatu periode yang awal dan akhirnya bisa kapan saja. Implied n period bisa diterapkan pada periode dengan hitungan hari, minggu, bulan, tahun dan seterusnya .
9.200 r1 = 8.000 10.120 r2 = - 1 = 1.265 1 = 0,265 = 26,5% - 1 = 1.15 1 = 0,15 = 15%

8.000

12.144 r3 = - 1 = 1.518 1 = 0,518 = 51,8 %

8.000

4.2. Annualized spot rate


Bunga dapat pula dinyatakan dalam nilai yang disetahunkan. Model bunga ini disebut sebagai Annualized Spot Rate atau sering disebut sebagai spot rate saja. 9.200 r1 = 8.000 10.120 r2 = 8.000
1/2 1/1

- 1 = 1.15 1 = 0,15 = 15%

- 1 = 1.247 1 = 0,1247 = 12,47%

12.144 r3 = 8.000

1/3

- 1 = 1.493 1 = 0,1493 = 14,93 %

4.3. Forward Rate


Bunga dapat pula dinyatakan secara individual untuk setiap satuan waktu dari suatu masa yang panjang. Model bunga ini disebut sebagai Forward Rate. Dengan diketahuinya bunga pada suatu periode bunga, maka dengan berpedoman pada nilai yang terjadi setelah suatu periode, forward Implisit untuk suatu periode dapat dihitung. 9.200 r1 = 8.000 10.120 r2 = 8.000
1/2 1/1

- 1 = 1.15 1 = 0,15 = 15%

- 1 = 1.1 1 = 0,11 = 11%

12.144 r3 = 8.000

1/3

- 1 = 1.2 1 = 0,20 = 20 %

UNIT V PENILAIAN
Penilaian digunakan untuk menyebut usaha mencari nilai suatu perusahaan Penilaian asset biasanya difokuskan pada penilaian saham dan obligasi Manager perusahaan merespon kebutuhan investor dan kreditor dengan usaha pengelolaan perusahaan yang dapat memaksimalkan nilai. Biaya modal (cost of capital) adalah konsep terpadu yang harus diingat dalam usaha penilaian perusahaan melalui penilaian sekuritasnya Oleh karena itu,terdapat setidaknya dua alasan mengapa penilaian asset keuangan harus dipelajari, yaitu : 1. Untuk memahami bagaimana usaha penilaian asset 2. Biaya modal bersumber pada imbal hasil yang diharapkan para investor perusahaan.

1. Definisi Nilai
1. 2. 3. 4. Nilai Buku Nilai Likuidasi Nilai Pasar Nilai Intrinsik

2. Proses Dasar Penilaian


Proses pemberian nilai pada suatu asset dengan menghitung nilai sekarang : o Taksiran aliran kas dimasa mendatang o Menggunakan tingkat imbal hasil yang diharapkan investor
Tingkat imbal hasil yang diinginkan oleh investor o Tingkat imbal hasil bebas risiko o Disesuaikan dengan premium risiko yang mampu mengkompensasi risiko investasi

C1

C2

C3

Cn

V=
1+R

1 +
1+R

+
1+R

3 + ......... +
1+R

3. Sensitivitas Bunga terhadap harga sebuah asset


Misalkan kepada seorang investor ditawarkan tiga buah asset, masing masing asset A,B dan C dengan pola aliran kas bersih sebagai berikut : 0 Asset A +160 0 1 +160 0 Asset C +160 +160 +160 +1.160 1 +160 2 +160 2 3 +1.160 3 4 1 2

Asset B

Dengan harga berapakah investor ini bersedia membeli asset tersebut ?

Pada faktor Diskonto 16%


Jika kita percaya bahwa orang lain yang memelihara asset sejenis mendapatkan pengembalian hasil 16% maka kita harus percaya bahwa investor mau membeli ketiga asset tersebut dengan harga Maksimum Rp.1,000,- karena nilai sekarang kas bersih yang akan diterima dari ketiga asset tersebut adalah Rp.1.000,-. 0 Asset A 160 + 1 + 0.16
1

2 160

3 160
2

4 160
3

+
1 + 0,16

+
1 + 0,16

+
1 + 0,16

-1.000 = + 137.93

+ 118.91

+ 102.51

+ 640.65

Asset B
0 Asset B 160 +
1

2 160 +
2

3 160 +
3

1 + 0.16

1 + 0,16

1 + 0,16

-1.000 = + 137.93

+ 118.91

+ 743.16

0 Asset C

1 160 + 1 + 0,16 1

2 160 2 1 + 0,16

-1.000 =

+ 137.93

+ 862.07

Pada faktor Diskonto 17%


Jika kita percaya bahwa orang lain yang memelihara asset sejenis mendapatkan pengembalian hasil 17% maka kita harus percaya bahwa investor mau membeli ketiga asset tersebut dengan harga maksimum masing-masing : 0 Asset A 160 + 1 + 0.17
1

2 160 + 1 + 0,17
2

3 160 +

4 160
3

+ 1 + 0,17

1 + 0,17

-972.55 = + 136.75

+ 116.88

+ 99.89

+ 619.03

0 Asset B

1 160 + 1 + 0.17
1

2 160 + 1 + 0,17
2

3 1. 160 + 1 + 0,17
3

-980.90 = + 136.75

+ 116.88

+ 724.27

0
Asset C

1
160 + 1 + 0.17
1

2
160 + 1 + 0,17
2

-984.15 = + 136.75

+ 847.40

Pada faktor Diskonto 15%


Jika kita percaya bahwa orang lain yang memelihara asset sejenis mendapatkan pengembalian hasil 15% maka kita harus percaya bahwa investor mau membeli ketiga asset tersebut dengan harga maksimum masing-masing :

0 Asset A

1 160 + 1 + 0,15
1

2 160 + 1 + 0,15
2

3 160 + 1 + 0,15
3

4 160 + 1 + 0,15
4

-1.028.54 = + 139.13

120.98

+ 105.20

+ 663.23

0 Asset B

1 160 + 1 + 0.15
1

2 160 + 1 + 0,15
2

3 1. 160 + 1 + 0,15
3

-1.028.54 = + 139.13

+ 120.98

+ 762.72

1 160 + 1 + 0.17
1

2 1.160 + 1 + 0,17
2

Asset C

-1.028.54 = + 139.13

+ 877.13

Sensitivitas Harga Asset Terhadap Tingkat Bunga


Hasil lengkap dari perbandingan terhadap perubahan harga asset relatif terhadap perubahan tingkat bunga adalah : Pada 17% Pada 16% Nominal Asset A Asset B 1.000 1.000 972.55 980.90 0% -2,74 -1,91 Nominal 1.028.54 1.022.83 0% +2,85 +2,28 Pada 15%

Asset C

1.000

984.15

-1,59

1.016.26

+1,63

Semakin panjang umur asset, semakin sensitif asset tersebut terhadap perubahan tingkat bunga.

Sensitivitas Harga Asset Terhadap Tingkat Bunga


Berikut ini disajikan suatu gambaran jika asset dengan hasil tunggal dihadapkan pada perubahan tingkat bunga. Misalkan terhadap suatu zeros dengan nominal Rp.1.000,- dengan jatuh waktu yang Berbeda beda. A berumur 3 tahun, B berumur 2 tahun dan C berumur 1 tahun, maka :
Pada 17% Pada 16% Nominal 0% Nominal 0% Pada 15%

Asset A
Asset B Asset C

640.66
743.16 862.07

624.34
730.51 854.70

-2,55
-1,70 -0,84

657.52
756.14 869.56

+2,63
+1,75 +0,69

Semakin panjang umur asset, semakin sensitif asset tersebut terhadap tingkat bunga

Sensitivitas Harga Asset Terhadap Tingkat Bunga


Beberapa hal mengenai nilai asset terhadap tingkat bunga : 1. Harapan hasil suatu asset hanya dapat diperbandingkan jika mereka mempunyai tingkat risiko yang setara 2. Terhadap gerakan tingkat bunga, harga asset akan naik atau turun untuk mempertahankan hasil 3. Semakin panjang umurnya, asset akan semakin sensitif terhadap tingkat bunga 4. Semakin pembayaran tertumpuk kebelakang akan semakin sensitif asset tersebut terhadap perubahan tingkat bunga. Mengapa ? Umur efektif yang berbeda menyebabkan sensitivitas mereka terhadap tingkat bunga menjadi berbeda.

UNIT IV. PENGANGGARAN MODAL


Penganggaran modal memerlukan kehatihatian Dampak keputusan ini mencakup jangka waktu yang panjang Jumlah uang yang terkait dengan keputusan ini biasanya meliputi jumlah yang mahal Pada beberapa jenis asset, likuiditasnya sangat kurang, sehingga kesalahan dalam keputusan penganggaran modal sama sekali tidak dapat dikoreksi.

1. Mengidentifikasi Dampak Keuangan Operasi


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Gunakan angka aliran kas dan bukan laba akuntansi Pertimbangkan hanya pertambahan kas yang sebenarnya terjadi (incremental) Perhatian perubahan kas yang barangkali mengurangi aliran kas proyek yang sudah ada Perhitungkan dampak sinergis yang mungkin ada Setiap proyek membutuhkan modal kerja Setiap proyek menambah modal kerja Pengeluaran untuk keputusan yang lampau adalah sunk-cost Perhitungkan kemungkinan terdapatnya kesempatan yang hilang (oportunity cost) Perhitungkan apakah biaya-biaya overhead adalah biaya incremental

8.
9.

2. Kriteria Penilaian Manajemen Keuangan


a. Non discounted cash flow 1. Payback Period 2. Accounting Rate Of Return b. Discounted Cash Flow : 1. Net Present Value 2. Profitability Index 3. Internal Rate Of Return Misalkan terdapat sebuah proyek, sebut proyek A dengan nilai investasi dan aliran kas masuk bersih setelah pajak seperti berikut 0 1 +18.000 2 3 4 +8.000

Proyek A
-40.000 +15.000 +12.000

2.1.Payback Period
Payback Period adalah kriteria pengukuran non discounted. Payback Period mengukur seberapa cepat suatu investasi dapat kembali. Semakin cepat investasi kembali,semakin menarik dari sisi penilaian payback period 0 1 2 3 4

Proyek A
-40.000 +18.000 Kas Kumulatif -40.000 -22.000 +15.000 +12.000 +8.000 -7.000 +4.000 +12.000

Payback Period = 2 + 7/13 tahun = 2 tahun 7 bulan

2.2. Accounting Rate Of Return


Accounting Rate Of Return termasuk kriteria penilaian non-discounted. Accounting Rate Of Return mengukur model laba akuntansi.
0 Proyek A -40.000 Kas Kumulatif +18.000 +18.000 +15.000 +12.000 +8.000 + 33.000 +45.000 53.000 40.000 +53.000 1 2 3 4

Accounting Rate Of Return =


40.000 = 32,50%

2.3. Net Present Value


Net Present Value menyajikan pertambahan kekayaan yang diperoleh dengan diambilnya suatu keputusan. Konsep ini dianggap konsep yang paling baik untuk dipakai dalam analisis keputusan manajemen keuangan. Misal untuk proyek A ini dianggap tingkat risikonya 15% maka : 0 Proyek A -40.000 +18.000 +15.000 +12.000 +8.000 1 2 3 4

Discounted Cash

- 40.000

+ 18.000
+ 1+ 0,15
1

+15.000
+ 1+ 0,15
2

160
+ 1+ 0,15
3

1.160
1+ 0,15
4

Disconted Cash

-40.000

+15.652

+11.342

+7.890

+4.574

Net Present Value = - 40.000 + 15.652 + 11.342 + 7.890 + 4.574


= - 542

Net Present Value (NPV) negatif adalah indikasi penurunan nilai kekayaan akibat diambilnya suatu keputusan. Semakin positif NPV proyek semakin disukai.

2.4. Internal Rate Of Return


Internal Rate Of Return (IRR) mengukur discount factor yang menyertakan cash inflows dengan cash outflows. Oleh karena itu, perhitungan IRR merupakan perhitungan yang rumit yang hanya dapat dilakukan dengan : 1. Manual dengan metode coba-coba yang berakhir dengan interpolasi diantara dua hasil 2. Dengan program komputer 3. Dengan kalkulator berprogram atau kalkulator financial Dengan cara 1 IRR proyek A dapat dihitung sebagai : -40.000 +18.000 +15.000 NPV pada 15% -40.000 +15.652 +11.342

+12.000 +7.890

+8.000 +4.574 = -542

Dapat diyakini bahwa discount factor 15% kebesaran, sehingga IRR proyek A harus lebih kecil dari 15%. NPV pada 14% -40.000 +15.652 +11.342 +7.890 +4.574 = -167

IRR Proyek A adalah (14+0,XX)% atau (15-YY)% Jarak perubahan nilai kekayaan antara 14 dengan 15% adalah = +167 (-542) = 709 IRR Proyek A = 14% + (167/709) X 1 )% = 14% + 0,23% = 14,23%

Atau IRR Proyek A

= 15% + (542/709 X 1)% = 15% + 0,77%


= 15,23%

BAB I MANAJEMEN PENDANAAN PENDIDIKAN


Dasar : Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendanaan Pendidikan Nasional.
Pengelolaan dan Pendanaan : a. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat b. Pemerintah daerah adalah Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten c. Dana Pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan. d. Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. e. Pemangku kepentingan pendidikan adalah orang, kelompok orang, atau organisasi yang memiliki kepentingan dan/ atau kepedulian terhadap pendidikan. f. Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintah di bidang pendidikan.

Penanggung Jawab Pendanaan


1. Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama
2. Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat. b. Peserta didik, orang tua atau wali peserta didik c. Pihak lain selain yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.

JENIS BIAYA PENDIDIKAN


1) Biaya Pendidikan meliputi :
a. Biaya satuan pendidikan b. Biaya Penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan c. Biaya pribadi peserta didik 2) Biaya satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas : a. Biaya Investasi yang terdiri atas : 1. Biaya Investasi lahan pendidikan 2. Biaya investasi selain lahan pendidikan

b. Biaya operasi yang terdiri atas : 1. Biaya personalia 2. Biaya nonpersonalia


c. d. Bantuan biaya pendidikan Beasiswa

3. Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi : a. Biaya investasi, yang terdiri atas : 1. Biaya investasi lahan pendidikan 2. Biaya investasi selain lahan pendidikan 3. b. Biaya operasi yang terdiri atas : 1. Biaya personalia 2. Biaya non personalia 4. Biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b angka 1 dan ayat (3) huruf b angka 1 meliputi : a. Biaya personalia satuan pendidikan, yang terdiri atas : 1. Gaji pokok bagi pegawai pada satuan 2. Tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai pada satuan pendidikan

3. Tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan 4. Tunjangan Fungsional bagi pejabat fungsional di luar guru dan dosen 5. Tunjungan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional bagi guru dan dosen. 6. Tunjangan Profesi bagi guru dan dosen 7. Tunjangan khusus bagi guru dan dosen 8. Maslahat tambahan bagi guru dan dosen 9. Tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki jabatan professor atau guru besar b. Biaya personalia penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan, yang terdiri atas : 1. Gaji Pokok 2. Tunjangan yang melekat pada gaji 3. Tunjangan struktural bagi pejabat struktural 4. Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional

1) Investasi yang menjadi tanggung jawab Pemerintah atau pemerintah daerah,


baik lahan maupun selain lahan yang menghasilkan asset fisik dibiayai melalui belanja modal dan/atau belanja barang sesuai peraturan perundang-undangan. 2) Investasi yang menjadi tanggung jawab Pemerintah atau pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitas dan/atau kompetensi sumber daya manusia dan investasi lain yang tidak menghasilkan asset fisik dibiayai melalui belanja pegawai dan/atau belanja barang sesuai peraturan perundang-undangan.

3) Pengeluaran operasi personalia yang mlenjadi tanggung jawab Pemerintah atau


pemerintah daerah dibiayai melalui belanja pegawai atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan. 4) Pengeluaran operasi nonpendidikan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah atau pemerintah daerah dibiayai melalui belanja barang atau bantuan sosial sesuai peraturan perundangan-undangan.

PENDANAAN OLEH PEMERINTAH


1)

Pemerintah atau pemerintah daerah dapat mendanai investasi dan/atau biaya operasi satuan pendidikan dalam bentuk hibah atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan.

2)

Pemerintah dapat memberikan hibah kepada daerah atau sebaliknya, untuk kepentingan pendidikan sesuai peraturan

perundang-undangan.
3)

Pemerintah atau pemerintah daerah dapat memberikan hibah kepada masyarakat atau sebaliknya, untuk kepentingan

pendidikan sesuai peraturan perundang-undangan.

ALOKASI DANA PEMERINTAH


Biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, pasal 4, dan pasal 5, yang merupakan tanggung jawab Pemerintah dialokasikan dalam anggaran Pemerintah, dan yang merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah sesuai dengan sistem penganggaran dalam peraturan perundang-undangan.

BAB II BIAYA INVESTASI LAHAN PENDIDIKAN


1) Pendanaan biaya investasi lahan satuan pendidikan dasar pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah menjadi tanggung jawab pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran Pemerintah. 2) Pendanaan biaya investasi lahan satuan pendidikan dasar pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan dialokasikan dalam anggaran daerah.
3) Pendanaan biaya investasi lahan satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah menjadi tanggung jawab pemerintah dan dialokasikan dalam Pemerintah.

4.

Pendanaan biaya investasi lahan satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah. Pendanaan biaya investasi lahan satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah atas inisiatif pemerintah menjadi tanggung jawab pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah. Pendanaan biaya investasi lahan satuan pendidikan tinggi yang diselengarakan oleh Pemerintah atas usulan pemerintah daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah. Tanggung jawab pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6) dilaksanakan sampai dengan terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan.

5.

6.

7.

BANTUAN PENDANAAN BIAYA INVESTASI


1) Pemerintah daerah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya investasi lahan satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah. 2) Pemerintah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya investasi lahan satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah. 1) Pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan pemerintah menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari :

a. pemerintah b. pemerintah daerah c. masyarakat d. bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau e. sumber lain yang sah 2) Pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan program atau satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah sesuai kewenangan menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari :

BIAYA INVESTASI SELAIN LAHAN PENDIDIKAN


1) Pendidikan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan dasar pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah menjadi tanggung jawab pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran Pemerintah.

2)

Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan dasar pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah. Tanggung jawab pendanaan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sampai dengan terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan.

3)

1)

Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan yang bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh Pemerintah menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan yang bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah menjadi tanggung jawab bersama pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan masyarakat.

2)

1) Pemerintah daerah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah.

2) Pemerintah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah.
1) Pendanaan tambahan di atas hanya biaya investasi selain lahan yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah menjadi bertarap internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari :
a. b. c. d. e. Pemerintah Pemerintah daerah Masyarakat Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau Sumber lain yang sah

2) Pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah sesuai kewenangannya menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari :
1) 2) 3) 4) 5) Pemerintah Pemerintah daerah Masyarakat Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau Sumber lain yang sah

3) Anggaran biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang dikembangkan menjadi taraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan bagian integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang diturunkan dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksana dari rencana strategis satuan pendidikan.

BIAYA INVESTASI KANTOR


1) Pendanaan biaya investasi lahan untuk kantor penyelenggaraan dan atau/ pengelolaan pendidikan oleh pemerintah menjadi tanggung jawab pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah. 2) Pendanaan biaya investasi lahan untuk kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah.

BIAYA PERSONALIA
1) Tanggung jawab Pemerintah terhadap pendanaan biaya personalia pegawai negeri sipil di sektor pendidikan meliputi : a. Biaya personalia satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang terdiri atas :
1) Gaji pokok bagi pegawai negeri sipil pusat. 2) Tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai negeri sipil pusat.

3)

Tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan bagi pegawai negeri sipil pusat. 4) Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional pegawai negeri sipil pusat di luar guru dan dosen. 5) Tunjangan fungsional bagi guru dan dosen pegawai negeri sipil pusat. 6) Tunjangan profesi bagi guru dan dosen pegawai negeri sipil pusat. 7) Tunjangan profesi bagi guru pegawai negeri sipil daerah. 8) Tunjangan khusus bagi guru dan dosen pegawai negeri sipil pusat yang ditugaskan di daerah khusus oleh pemerintah. 9) Tunjangan khusus bagi guru pegawai negeri sipil daerah yang ditugaskan di daerah khusus oleh pemerintah. 10) Maslahat tambahan bagi guru dan dosen pegawai negeri sipil pusat. 11) Tunjangan kehormatan bagi dosen pegawai negeri sipil pusat yang meliliki jabatan professor atau guru besar.

b. Biaya personalia penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, baik formal nonformal, oleh pemerintah, yang terdiri atas : 1) Gaji pokok bagi pegawai negeri sipil pusat 2) Tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai negeri sipil pusat. 3) Tunjangan struktural bagi pejabat struktural bagi pegawai negeri sipil pusat di luar guru dan dosen. 4) Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional bagi pegawai negeri sipil pusat di luar guru dan dosen. 2) Pendanaan biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalam anggaran pemerintah.

BIAYA PERSONALIA
1) Tanggung Jawab Pemerintah terhadap pendanaan biaya personalia bukan pegawai negeri sipil di sektor pendidikan meliputi :

a.

b.

c.

d. e.

Subsidi tunjangan fungsional bagi dosen tetap yang ditugaskan oleh pemerintah atau penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat. Subsidi tunjangan fungsional bagi guru tetap madrasah dan pendidikan keagamaan formal yang ditugaskan oleh pemerintah atau penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat. Tunjangan profesi bagi guru yang ditugaskan oleh pemerintah atau dosen yang ditugaskan oleh pemerintah atau penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat. Tunjangan khusus bagi guru atau dosen yang ditugaskan didaerah khusus oleh pemerintah. Tunjangan khusus bagi guru atau dosen yang ditugaskan didaerah khusus oleh penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat yang memperoleh persetujuan dari pemerintah.

f.

Tunjangan kehormatan bagi dosen tetap yang memiliki jabatan professor guru besar yang ditugaskan oleh pemerintah atau penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat. g. Honorarium bagi guru honor yang ditugaskan oleh pemerintah. h. Honorarium bagi personalia pendidikan kesetaraan, keaksaraan, dan pendidikan nonformal lainnya yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat atas inisiatif pemerintah. 2) Pendanaan biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalam anggaran pemerintah.

BIAYA PERSONALIA PEGAWAI NEGERI SIPIL


1) Tanggung jawab pemerintah daerah terhadap pendanaan biaya personalia pegawai negeri sipil di sektor pendidikan meliputi : a) Biaya personalia satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal, terdiri atas : 1. Gaji pokok bagi pegawai negeri sipil daerah. 2. Tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai negeri sipil daerah. 3. Tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan bagi pegawai negeri sipil daerah. 4. Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional pegawai negeri sipil daerah di luar guru. 5. Tunjangan fungsional bagi guru pegawai negeri sipil daerah 6. Konsekuensi anggaran dari maslahat tambahan bagi guru pegawai negeri sipil daerah.

b. Biaya personalia penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, baik formal maupun nonformal, oleh pemerintah daerah terdiri atas :
1) Gaji pokok bagi pegawai negeri sipil daerah. 2) Tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai negeri sipil daerah. 3) Tunjangan struktural bagi pejabat structural bagi pegawai negeri sipil daerah di luar guru dan dosen. 4) Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional bagi pegawai negeri sipil daerah di luar guru dan dosen.

2) Pendanaan biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah.

TANGGUNG JAWAB BIAYA PERSONALIA


1) Tanggung jawab pemerintah daerah terhadap pendanaan biaya personalia bukan pegawai negeri sipil di sektor pendidikan meliputi : a. subsidi tunjangan fungsional bagi guru tetap sekolah yang ditugaskan oleh pemerintah daerah atau penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat. b. honorarium bagi guru honor yang ditugaskan oleh pemerintah daerah. c. Honorarium bagi personalia pendidikan kesetaraan, keaksaraan, dan pendidikan nonformal lainnya yang diselenggarakan pemerintah daerah atau masyarakat atas inisiatif pemerintah daerah. 2) pendanaan biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah.

PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan pemerintah menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari : a. Pemerintah b. Pemerintah daerah c. Masyarakat d. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau e. Sumber lain yang sah

2) Pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah sesuai kewenangannya menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari : 1) Pemerintah 2) Pemerintah daerah 3) Masyarakat 4) Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau 5) Sumber lain yang sah 3) Anggaran biaya personalia satuan pendidikan dasar dan menengah yang dikembangkan menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan bagian integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang diturunkan dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari rencana strategis satuan pendidikan.

BIAYA NON PERSONALIA


1) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan dasar pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah, menjadi tanggung jawab pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah. 2) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan dasar pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah. 3) Tanggung jawab pendanaan biaya nonpersonalia oleh pemerintah dan pemerintah daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sampai dengan terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan.

BIAYA PERSONALIA SATUAN PENDIDIKAN


NON PROGRAM VARIABEL 1) Pendanaan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. 2) Pendanaan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah daerah dan masyarakat.

PIHAK PENYANDANG DANA


1) Pemerintah daerah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya nonpersonalia satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan pemerintah. 2) Pemerintah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah. 3) Pemerintah dan pemerintah daerah dapat membantu pendanaan biaya nonpersonalia satuan atau program pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh masyarakat.

PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya non personalia yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan yang diselengggarakan pemerintah menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari : a. Pemerintah b. Pemerintah daerah c. Masyarakat d. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau e. Sumber lain yang sah 2) Pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah sesuai kewenangannya menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari:

a. Pemerintah b. Pemerintah daerah c. Masyarakat d. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau e. Sumber lain yang sah 3) Anggaran biaya nonpersonalia satuan pendidikan dasar dan menengah yang dikembangkan menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan bagian integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang diturunkan dari rencana strategis satuan pendidikan.

BIAYA PERSONALIA
1) Pendanaan biaya personalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah menjadi tanggung jawab pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah.

2) Pendanaan biaya personalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah.

BIAYA NONPERSONALIA
1) Pendanaan biaya nonpersonalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah menjadi tanggung jawab pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah. 2) Pendanaan biaya nonpersonalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah.

BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN DAN BEASISWA

1)

Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya. Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya dapat memberi beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi.

2)

PENJELASAN BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN DAN BEASISWA


1) Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian beasiswa oleh pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 diatur dengan peraturan menteri atau peraturan menteri agama sesuai kewenangan masing-masing. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian beasiswa oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 diatur dengan peraturan kepala daerah.

2)

3)

BIAYA NONPERSONALIA
1) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangannya, wajib menerima bantuan biaya nonpersonalia dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah. 2) Dalam hal terdapat penolakan terhadap bantuan biaya nonpersonalia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), satuan pendidikan dilarang memungut biaya tersebut dari peserta didik, orang tua atau wali peserta didik. 3) Satuan pendidikan yang memungut biaya nonpersonalia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

PENDANAAN PENDIDIKAN DI LUAR NEGERI


Tanggung jawab pendanaan satuan pendidikan yang dikelola oleh pemerintah di luar negeri diatur dengan peraturan menteri.

BAB III TANGGUNG JAWAB PENDANAAN PENDIDIKAN OLEH PENYELENGGARA SATUAN PENDIDIKAN YANG DIDIRIKAN MASYARAKAT
BIAYA INVESTASI SATUAN PENDIDIKAN BIAYA INVESTASI LAHAN PENDIDIKAN

1)

Lahan untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Pendanaan biaya investasi untuk lahan satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan masyarakat menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan. Tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sampai dengan terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan. Pemerintah, pemerintah daerah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan investasi untuk lahan satuan dan/atau program pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan masyarakat.

2)

3)

4)

PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan satuan pendidikan yang diperlukan untuk mengembangkan satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari : a. penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat. b. orang tua atau wali peserta didik c. Masyarakat di luar orang tua atau wali peserta didik d. Pemerintah e. Pemerintah daerah f. Pihak asing yang tidak mengikat dan/atau g. Sumber lain yang sah. 2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan Peraturan Menteri dan Peraturan agama sesuai dengan kewenangan masing-masing.

3)

Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diatur dengan peraturan kepala daerah.

4) Investasi lahan untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dan dikembangkan menjadi bertaraf internasional dan/atau berbsis keunggulan lokal harus merupakan bagian integral dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari rencana strategis satuan pendidikan.

BIAYA INVESTASI SELAIN LAHAN PENDIDIKAN


1) Investasi selain lahan untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan. 2) Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan penyelenggara program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, ayng diselenggarakan masyarakat, menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.

3) Tanggung jawab pendanaan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan. 4) Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan bukan penyelengggara program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan masyarakat, menjadi tanggung jawab bersama penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan dan masyarakat. 5) Pemerintah, pemerintah daerah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan dan/atau program pendidikan formal dan nonformal yang diselenggarakan masyarakat.

PENDANAAN TAMBAHAN 1) Pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang diperlukan untuk pengembangan satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari : a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat. b. Orang tua atau wali peserta didik c. Masyarakat di luar orang tua atau wali peserta didik d. pemerintah e. pemerintah daerah f. pihak asing yang tidak mengikat dan/ atau g. sumber lain yang sah.

2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan peraturan menteri dan peraturan menteri agama sesuai kewenangan masing-masing. 3) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya sebagaimana dimasuk pada ayat (1) huruf e diatur dengan peraturan kepala daerah. 4) Investasi selain lahan untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dan dikembangkan menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan bagian integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang diturunkan dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari rencana strategis satuan pendidikan.

BIAYA INVESTASI PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN

BIAYA INVESTASI LAHAN PENDIDIKAN


Pendanaan investasi untuk lahan kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh masyarakat menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

BIAYA INVESTASI SELAIN LAHAN PENDIDIKAN


Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh masyarakat menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

BIAYA PERSONALIA
1) Biaya personalia satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang diselengarakan oleh masyarakat yang menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan sekurang-kurangnya mencakup : a. Gaji pokok b. Tunjangan yang melekat pada gaji c. Tunjangan fungsional bagi guru dan dosen d. Maslahat tambahan bagi guru dan dosen

2) Biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja antara penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat dengan masing-masing pendidik/tenaga kependidikan, atau kesepakatan kerja bersama antara penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan dengan keseluruhan pendidik/tenaga kependidikan.
3) Pemerintah, pemerintah daerah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya personalia pada satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang diselengarakan masyarakat.

PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan untuk mengembangkan satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan masyarakat menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal, dapat bersumber dari : a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat. b. Orang tua atau wali peserta didik c. Masyarakat di luar orang tua atau wali peserta didik d. Pemerintah e. Pemerintah daerah f. Pihak asing yang tidak mengikat dan/atau g. Sumber lain yang sah 2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan peraturan menteri dan peraturan menteri agama sesuai kewenangan masing-masing.

3)

Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diatur dengan peraturan kepala daerah.

4) Biaya personalia satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dan dikembangkan menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan bagian integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang diturunkan dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari rencana strategis satuan pendidikan.

BIAYA NONPERSONALIA 1) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan dasar madrasah pelaksana program wajib belajar yang diselenggarakan oleh masyarakat menjadi tanggung jawab pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah. 2) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan dasar sekolah pelaksana program wajib belajar yang diselenggarakan oleh masyarakat menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah.

3) Tanggung jawab pendanaan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sampai dengan terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan. 4) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan masyarakat, menjadi tanggung jawab bersama antara penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat dan peserta didik atau orang tua/walinya. 5) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang diselenggarakan penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.

6) biaya nonpersonalia penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat bersumber dari : a. Pemerintah b. Pemerintah daerah c. Pemangku kepentingan satuan pendiidkan di luar peserta didik atau orang tua/walinya. d. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau e. Sumber lainnya yang sah.

PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan untuk pengembangan satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal, dapat bersumber dari : a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat b. Pemerintah c. Pemerintah daerah d. Peserta didik atau orang tua/walinya e. Pemangku kepentingan di luar peserta didik atau orang tua/walinya f. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau g. Sumber lainnya yang sah. 2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dengan peraturan menteri dan peraturan menteri agama sesuai kewenangan masing-masing.

3) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur dengan peraturan kepala daerah sesuai kewenangannya. 4) Biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dan dikembangkan untuk bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan bagian integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang diturunkan dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari rencana strategis satuan pendidikan.

BIAYA OPERASI PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN


BIAYA PERSONALIA Pendanaan biaya personalia untuk kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

BIAYA NONPERSONALIA
Pendanaan biaya nonpersonalia untuk kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN DAN BEASISWA


1) Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik atau orang tua atau walinya yang tidak mampu membiayai pendidikannya. 2) Penyelenggaraan atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat dapat memberi beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi. 3) Pendanaan bantuan biaya pendidikan dan beasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat bersumber dari :

a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik atau orang tua atau walinya yang tidak mampu membiayai pendidikannya. b. Penyelenggaraan atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat dapat memberi beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi. c. Pendanaan bantuan biaya pendidikan dan beasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat bersumber dari : PENJELASAN BANTUAN PENDIDIKAN DAN BEASISWA 1) Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik. 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian beasiswa oleh pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 diatur dengan peraturan menteri atau peraturan menteri agama sesuai kewenangan masing-masing. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian beasiswa oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 diatur dengan peraturan kepala daerah.

BIAYA NONPERSONALIA
1) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangannya, wajib menerima bantuan biaya nonpersonalia dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah. 2) Dalam hal terdapat penolakan terhadap bantuan biaya nonpersonalia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), satuan pendidikan dilarang memungut biaya tersebut dari peserta didik, orang tua atau wali peserta didik. 3) Satuan pendidikan yang memungut biaya nonpersonalia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PENDANAAN PENDIDIKAN DI LUAR NEGERI Tanggung jawab pendanaan satuan pendidikan yang dikelola oleh pemerintah di luar negeri diatur dengan peraturan menteri.

BAB III TANGGUNG JAWAB PENDANAAN PENDIDIKAN OLEH PENYELENGGARA SATUAN PENDIDIKAN YANG DIDIRIKAN MASYARAKAT
BIAYA INVESTASI SATUAN PENDIDIKAN BIAYA INVESTASI LAHAN PENDIDIKAN 1) Lahan untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan. 2) Pendanaan biaya investasi untuk lahan satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan masyarakat menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

3)

Tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sampai dengan terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan. Pemerintah, pemerintah daerah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan investasi untuk lahan satuan dan/atau program pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan masyarakat.

4)

PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan satuan pendidikan yang diperlukan untuk mengembangkan satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari :
a. b. c. d. e. f. g. penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat. orang tua atau wali peserta didik Masyarakat di luar orang tua atau wali peserta didik Pemerintah Pemerintah daerah Pihak asing yang tidak mengikat dan/atau Sumber lain yang sah.

2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan Peraturan Menteri dan Peraturan agama sesuai dengan kewenangan masing-masing.
3) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diatur dengan peraturan kepala daerah.

4) Investasi lahan untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dan dikembangkan menjadi bertaraf internasional dan/atau berbsis keunggulan lokal harus merupakan bagian integral dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari rencana strategis satuan pendidikan.

BIAYA INVESTASI SELAIN LAHAN PENDIDIKAN


1) Investasi selain lahan untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan. 2) Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan penyelenggara program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, ayng diselenggarakan masyarakat, menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.

3) Tanggung jawab pendanaan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan. 4) Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan bukan penyelengggara program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan masyarakat, menjadi tanggung jawab bersama penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan dan masyarakat. 5) Pemerintah, pemerintah daerah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan dan/atau program pendidikan formal dan nonformal yang diselenggarakan masyarakat.

PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang diperlukan untuk pengembangan satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari : a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat. b. Orang tua atau wali peserta didik c. Masyarakat di luar orang tua atau wali peserta didik d. pemerintah e. pemerintah daerah f. pihak asing yang tidak mengikat dan/ atau g. sumber lain yang sah.

2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan peraturan menteri dan peraturan menteri agama sesuai kewenangan masing-masing. 3) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya sebagaimana dimasuk pada ayat (1) huruf e diatur dengan peraturan kepala daerah. 4) Investasi selain lahan untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dan dikembangkan menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan bagian integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang diturunkan dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari rencana strategis satuan pendidikan.

BIAYA INVESTASI PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN


BIAYA INVESTASI LAHAN PENDIDIKAN
Pendanaan investasi untuk lahan kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh masyarakat menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

BIAYA INVESTASI SELAIN LAHAN PENDIDIKAN


Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh masyarakat menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

BIAYA PERSONALIA
1) Biaya personalia satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang diselengarakan oleh masyarakat yang menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan sekurangkurangnya mencakup : a. Gaji pokok b. Tunjangan yang melekat pada gaji c. Tunjangan fungsional bagi guru dan dosen d. Maslahat tambahan bagi guru dan dosen

2) Biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja antara penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat dengan masing-masing pendidik/tenaga kependidikan, atau kesepakatan kerja bersama antara penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan dengan keseluruhan pendidik/tenaga kependidikan. 3) Pemerintah, pemerintah daerah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya personalia pada satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang diselengarakan masyarakat.

PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan untuk mengembangkan satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan masyarakat menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal, dapat bersumber dari : a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat. b. Orang tua atau wali peserta didik c. Masyarakat di luar orang tua atau wali peserta didik d. Pemerintah e. Pemerintah daerah f. Pihak asing yang tidak mengikat dan/atau g. Sumber lain yang sah

1) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan peraturan menteri dan peraturan menteri agama sesuai kewenangan masing-masing. 2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diatur dengan peraturan kepala daerah. 3) Biaya personalia satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dan dikembangkan menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan bagian integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang diturunkan dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari rencana strategis satuan pendidikan.

BIAYA NONPERSONALIA
1) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan dasar madrasah pelaksana program wajib belajar yang diselenggarakan oleh masyarakat menjadi tanggung jawab pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah. 2) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan dasar sekolah pelaksana program wajib belajar yang diselenggarakan oleh masyarakat menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah.

3) Tanggung jawab pendanaan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sampai dengan terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan.

4) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan masyarakat, menjadi tanggung jawab bersama antara penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat dan peserta didik atau orang tua/walinya. 5) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang diselenggarakan penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.

6) Pendanaan biaya nonpersonalia penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat bersumber dari : a. Pemerintah b. Pemerintah daerah c. Pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta didik atau orang tua/walinya. d. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau e. Sumber lainnya yang sah.

PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan untuk pengembangan satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal, dapat bersumber dari : a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat b. Pemerintah c. Pemerintah daerah d. Peserta didik atau orang tua/walinya e. Pemangku kepentingan di luar peserta didik atau orang tua/walinya f. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau g. Sumber lainnya yang sah.

2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dengan peraturan menteri dan peraturan menteri agama sesuai kewenangan masing-masing. 3) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur dengan peraturan kepala daerah sesuai kewenangannya. 4) Biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dan dikembangkan untuk bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan bagian integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang diturunkan dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari rencana strategis satuan pendidikan.

BIAYA OPERASI PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN


BIAYA PERSONALIA
Pendanaan biaya personalia untuk kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

BIAYA NONPERSONALIA
Pendanaan biaya nonpersonalia untuk kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN DAN BEASISWA


1) Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik atau orang tua atau walinya yang tidak mampu membiayai pendidikannya. 2) Penyelenggaraan atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat dapat memberi beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi.

3) Pendanaan bantuan biaya pendidikan dan beasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat bersumber dari : a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat. b. Pemerintah c. Pemerintah daerah d. Orang tua/wali peserta didik e. Pemangku kepentingan di luar peserta didik dan orang tua/walinya f. Bantuan pihak asing yang tidak mengikuti dan/atau g. Sumber lainnya yang sah.

PENJELASAN BANTUAN PENDIDIKAN DAN BEASISWA


1) Bantuan biaya pendidikan dan beasiswa sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk biaya personal. 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian bantuan biaya pendidikan dan beasiswa oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 diatur dengan peraturan penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan. Satuan pendidikan pelaksana program wajib wajib belajar yang diselenggarakan masyarakat, yang tidak dikembangkan menjadi bertaraf internasional atau berbasis keunggulan lokal, wajib menerima bantuan biaya nonpersonalia dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

BAB IV TANGGUNG JAWAB PENDANAAN PENDIDIKAN OLEH MASYARAKAT DILUAR PENYELENGGARA DAN SATUAN PENDIDIKAN YANG DIDIRIKAN MASYARAKAT
TANGGUNG JAWAB PESERTA DIDIK ORANG TUA, DAN/ATAU WALI PESERTA DIDIK

Peserta didik, orang tua, dan/atau wali peserta didik bertanggung jawab atas : a. Biaya pribadi peserta didik b. Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan. c. Pendanaan biaya personalia pada satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/ atau satuan pendidikan.

d) Pendanaan biaya nonpersonalia pada satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan e) Pendanaan sebagian biaya investasi pendidikan dan/atau sebagian biaya operasi pendidikan tambahan yang diperlukan untuk mengembangkan satuan pendidikan menjadi bertaraf internasional dan/ atau berbasis keunggulan lokal.

PENJELASAN TANGGUNG JAWAB PESERTA DIDIK ORANG TUA, DAN/ATAU WALI PESERTA DIDIK Tanggung jawab peserta didik, orang tua, dan/atau wali peserta didik dalam pendanaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 huruf b sampai dengan huruf e ditujukan untuk :
a. menutup kekurangan pendanaan satuan pendidikan dalam memenuhi Standar Nasional Pendidikan b. mendanai program peningkatan mutu satuan pendidikan di atas Standar Nasional Pendidikan.

TANGGUNG JAWAB PENDANAAN


Tanggung jawab pendanaan pendidikan oleh masyarakat di luar penyelenggara dan Satuan Pendidikan yang didirikan masyarakat serta peserta didik atau orang tua/walinya. 1) Masyarakat di luar penyelenggara dan satuan pendidikan yang didirikan masyarakat serta peserta didik atau orang tua/walinya dapat memberikan sumbangan pendidikan secara sukarela dan sama sekali tidak mengikat kepada satuan pendidikan. 2) Sumbangan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibukukan dan dipertanggungjawabkan secara transparan kepada pemangku kepentingan satuan pendidikan. 3) Penerimaan, penyimpanan, dan penggunaan sumbangan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diaudit oleh akuntan publik, diumumkan secara transparan di media cetak berskala nasional, dan dilaporkan kepada menteri apabila jumlahnya lebih besar dari jumlah tertentu yang ditetapkan oleh menteri.

BAB V SUMBER PENDANAAN PENDIDIKAN


SUMBER PENDANAAN
1)
2)

Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan.
Prinsip keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berarti bahwa besarnya pendanaan pendidikan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Prinsip kecukupan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berarti bahwa pendanaan pendidikan cukup untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Prinsip keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berarti bahwa pendanaan pendidikan dapat digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan layanan pendidikan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan.

3)

4)

1)
2)

3)

Pendanaan pendidikan bersumber dari pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Dana pendidikan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari : a. Anggaran pemerintah b. Anggaran pemerintah daerah c. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau d. Sumber lain yang sah Dana pendidikan penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat dapat bersumber dari : a. Pendiri penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat b. Bantuan dari masyarakat, di luar peserta didik atau orang tua/walinya. c. Bantuan pemerintah d. Bantuan pemerintah daerah e. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat f. Hasil usaha penyelenggara atau satuan pendidikan g. Sumber lainnya yang sah.

4) Dana pendidikan satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah dapat bersumber dari : a. Anggaran pemerintah b. Bantuan pemerintah daerah c. Pungutan dari peserta didik atau orang tua/walinya yang dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan. d. Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta didik atau orang tua/walinya e. Bantuan dari pihak asing yang tidak mengikat f. Sumber lainnya yang sah

5) Dana pendidikan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dapat bersumber dari : a. Bantuan pemerintah daerah b. Bantuan pemerintah c. Pungutan dari peserta didik atau orang tua/walinya yang dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan. d. Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta didik atau orang tua/wallinya. e. Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta didik atau orang tua/walinya f. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat g. Sumber lainnya yang sah

PUNGUTAN
Pungutan oleh satuan pendidikan dalam rangka memenuhi tanggung jawab peserta didik, orang tua dan/atau walinya sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 dan pasal 51 ayat (4) huruf c, ayat (5) huruf c, dan ayat (6) huruf d wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Didasarkan pada perencanaan investasi dan/atau operasi yang jelas dan dituangkan dalam rencana strategis, rencana kerja tahunan, serta anggaran tahunan yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. b. Perencanaan investasi dan/atau operasi sebagaimana dimaksud pada huruf a diumumkan secara transparan kepada pemangku kepentingan satuan pendidikan. c. Dana yang diperoleh disimpan dalam rekening atas nama satuan pendidikan. d. Dana yang diperoleh dibukukan secara khusus oleh satuan pendidikan terpisah dari dana yang diterima dari penyelenggara satuan pendidikan. e. Tidak dipungut dari peserta didik atau orang tua/walinya yang tidak mampu secara ekonomis.

f. Menerapkan sistem subsidi silang yang diatur sendiri oleh satuan pendidikan g. Digunakan sesuai dengan perencanaan sebagaimana dimaksud pada huruf a h. Tidak dikaitkan dengan persyaratan akademik untuk penerimaan peserta didik, dan/atau kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. i. Sekurang-kurangnya 20% (dua puluh pesen) dari total dana pungutan peserta didik atau orang tua/walinya digunakan untuk peningkatan mutu pendidikan. j. Tidak dialokasikan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk kesejahteraan anggota komite sekolah/madrasah atau lembaga representasi pemangku kepentingan satuan pendidikan. k. Pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan dana diaudit oleh akuntan publik dan dilaporkan kepada menteri, apabila jumlahnya lebih dari jumlah tertentu yang ditetapkan oleh menteri. l. Pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan dana dipertanggung jawabkan oleh satuan pendidikan secara transparan kepada pemangku kepentingan pendidikan terutama orang tua/wali peserta didik dan penyelenggara satuan pendidikan. m. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

WEWENGANG MENTERI
Menteri atau menteri agama, sesuai kewenangan masing-masing, dapat membantalkan pungutan sebagaimana di maksud dalam pasal 52 apabila melanggar peraturan perundang-undangan atau dinilai meresahkan masyarakat.

PENJELASAN
Apabila dana pungutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 yang diterima satuan pendidikan pada suatu tahun ajaran melebihi jumlah dana yang diperlukan menurut perencanaan investasi dan/atau operasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 huruf a, maka kelebihannya dimasukkan dalam anggaran tahun berikutnya.

BIMBINGAN PENDIDIKAN
1) Peserta didik atau orang tua/walinya dapat memberikan sumbangan pendidikan yang sama sekali tidak mengikat kepada satuan pendidikan secara sukarela di luar yang telah diatur dalam pasal 52. Penerimaan, penyimpanan, dan penggunaan sumbangan pendidikan yang bersumber dari peserta didik atau orang tua/walinya, diaudit oleh akuntan publik, diumunkan secara transparan di media cetak berskala nasional, dan dilaporkan kepada menteri apabila jumlahnya lebih besar dari jumlah tertentu yang ditetapkan oleh menteri.

2)

BENTUK SUMBANGAN
1) Bantuan dari pihak asing sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 ayat (2) huruf c, ayat (3) huruf e, ayat (4) huruf e, ayat (5) huruf e, dan ayat (6) huruf f berbentuk utang atau hibah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bantuan dari pihak asing kepada penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud pada yat (1) dilaporkan ke pada menteri atau menteri agama, dan menteri keuangan.

2)

DANA PENGEMBANGAN
1) Satuan pendidikan dapat memiliki dana pengembangan. 2) Dana pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas pokok dana pengembangan dan hasil pengelolaan pokok dana pengembangan. 3) Pokok dana pengembangan dapat bersumber dari : a. Bantuan pemerintah b. Bantuan pemerintah daerah c. Bantuan masyarakat di luar peserta didik atau orang tua/walinya d. Sebagian dana peningkatan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 huruf i e. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat f. Sumber lain yang sah.

4) Pokok dana pengembangan tidak boleh digunakan kecuali

jika :
a. Pengelolaan dana pengembangan mengalami kerugian b. Dana pengembangan digunakan untuk menyelamatkan eksistensi satuan pendidikan ketika mengalami kesulitan keuangan yang menjurus pada kelipatan c. Digunakan untuk menyelamatkan satuan pendidikan ketika terkena bencana. 5) Hasil pengelolaan pokok dana pengembangan dapat

digunakan untuk :
a. Pendanaan biaya investasi dan/atau biaya operasi satuan pendidikan. b. Bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik yang tidak mampu membiayai pendidikannya. c. Beasiswa bagi peserta didik, pendidik dan/atau tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang bersangkutan.

6) Pokok dan hasil dana pengembangan tidak boleh digunakan untuk : a. Dipinjaman sebagai piutang baik langsung maupun tidak. b. Dijadikan jaminan utang baik langsung maupun tidak langsung. 7) Dana pengembangan dikelola berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas dan tidak boleh diinvestasikan pada usaha yang beresiko tinggi atau melanggar peraturan perundang-undangan. 8) Dana pengembangan disimpan dalam rekening khusus dana pengembangan atas nama satuan pendidikan. 9) Dana pengembangan dipertanggungjawabkan oleh pemimpin satuan pendidikan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara periodik tahunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan penyelenggaraan atau satuan pendidikan.

BAB VI PENGELOLAAN DANA PENDIDIKAN


Prinsip dalam pengelolaan dana pendidikan oleh pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggaraan dan satuan, penyelenggara dan satuan pendidikan yang didirikan oleh masyarakat terdiri atas : a. Prinsip umum b. Prinsip khusus

PRINSIP UMUM
Prinsip umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 58 huruf a adalah : a. Prinsip keadilan b. Prinsip efisisensi c. Prinsip transparansi d. Prinsip akuntabilitas publik

2) Prinsip keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan memberikan akses pelayanan pendidikan yang seluas-luasnya dan merata kepada peserta didik atau calon peserta didik, tanpa membedakan latar belakang suku, ras, agama, jenis kelamin, dan kemampuan atau status sosial-ekonomi. 3) Prinsip efisiensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan mengoptimalkan akses, mutu relevansi, dan daya saing pelayanan pendidikan. 4) Prinsip transparansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan memenuhi asa kepatutan dan taat kelola yang baik oleh pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan sehingga :

a. Dapat diaudit atas dasar standar audit yang berlaku, dan menghasilkan opini audit wajar tanpa perkecualian. b. Dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada pemangku kepentingan pendidikan.

5) Prinsip akuntabilitas publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan dengan memberikan pertanggungjawabkan atas kegiatan yang dijalankan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan kepada pemangku kepentingan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

PRINSIP KHUSUS
1) Pengelolaan dana pendidikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 2) Pengelolaan dana pendidikan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar/anggaran rumah tangga penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan. 3) Pengelolaan dana pendidikan oleh satuan pendidikan dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga penyelenggara atau satuan pendidikan, serta peraturan satuan pendidikan.

SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH SISTEM ANGGARAN


1) Pengelolaan dana pendidikan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.
2) Dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat untuk : a. Biaya investasi pada satuan pendidikan b. Biaya operasi satuan pendidikan c. Bantuan kepada satuan pendidikan dalam bentuk hibah untuk mendukung biaya operasi satuan pendidikan.

3)

Dana pendidikan yang dikelola oleh penyelenggara atau satuan pendidikan didirikan masyarakat disimpan dalam rekening penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan. Seluruh dana satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dikelola melalui mekanisme yang diatur dalam anggaran dasar dan satuan pendidikan yang bersangkutan dan disimpan di dalam rekening bendahara satuan pendidikan yang bukan dengan seizin ketua penyelengggara atau pemimpin satuan pendidikan yang bersangkutan.

4)

PENERIMAAN DANA
1) Penerimaan dana pendidikan yang bersumber dari masyarakat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dikelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dana pendidikan pada satuan pendidikan bukan penyelenggara program wajib belajar yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah yang belum berbadan hukum dikelola dengan menggunakan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum.

2)

PERENCANAAN Perencanaan anggaran pendidikan oleh pemerintah harus sejalan dengan :


a. b. c. d. Rencana pembangunan jangka panjang Rencana pembangunan jangka menengah Rencana kerja pemerintah Rencana strategis pendidikan nasional

Perencanaan anggaran pendidikan oleh pemerintah harus sejalan dengan :


a. b. c. d. e. Rencana pembangunan jangka panjang Rencana pembangunan jangka menengah Rencana kerja pemerintah Rencana strategis pendidikan nasional Rencana strategis daerah

Perencanaan anggaran pendidikan oleh pemerintah harus sejalan dengan :


a. b. c. d. e. f. Rencana pembangunan jangka panjang Rencana pembangunan jangka menengah Rencana kerja pemerintah Rencana strategis pendidikan nasional Rencana strategis satuan pendidikan Rencana kerja tahunan satuan pendidikan.

1) Rencana tahunan penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan oleh pemerintah dituangkan dalam rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga sesuai peraturan perundang-undangan. 2) Rencana tahunan penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan oleh pemerintah daerah dituangkan dalam rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah sesuai peraturan perundang-undangan. 3) Rencana tahunan penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan oleh satuan pendidikan dituangkan dalam rencana kerja dan anggaran tahunan satuan pendidikan sesuai peraturan perundang-undangan.

REALISASI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN DANA PENDIDIKAN 1) Penggunaan dana pendidikan oleh pemerintah dilaksanakan melalui sistem anggaran pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Penggunaan dana pendidikan oleh pemerintah daerah dilaksanakan melalui sistem anggaran pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan undangan.
SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH 1) Penggunaan dana pendidikan oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dilaksanakan melalui sistem anggaran pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Penggunaan dana pendidikan oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dilaksanakan melalui sistem anggaran pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3) Penggunaan dana pendidikan oleh satuan pendidikan dilaksanakan melalui mekanisme yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga penyelengggara atau satuan pendidikan, serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

STANDAR AKUNTANSI AKUNTABILITAS DAN PELAPORAN


1) Realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan pemerintah dibukukan dan dilaporkan sesuai standar akuntansi yang berlaku bagi instansi pemerintah. 2) Realisasi pengeluaran dana pendidikan pemerintah oleh satuan kerja pemerintah daerah dilaporkan kepada menteri atau menteri agama sesuai kewenangan masing-masing, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3) Realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan pemerintah oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dilaporkan kepada menteri atau menteri agama sesuai kewenangan maisng-masing, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

REALISASI ANGGARAN DANA PENDIDIKAN DAERAH


1) Realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan pemerintah daerah dibukukan dan dilaporkan sesuai standar akuntansi yang berlaku bagi instansi pemerintah daerah. 2) Realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan pemerintah daerah oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dilaporkan kepada kepala daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling lambat dalam waktu 15 (lima belas) hari kalender.

STANDAR AKUNTANSI NIRLABA


Realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan satuan pendidikan dibukukan dan dilaporkan sesuai standar akuntansi keuangan nirlaba yang berlaku bagi satuan pendidikan. Pelaporan mengenai penggunaan dana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 68 dan pasal 69 serta realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 70, pasal 71, dan pasal 72 diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri.

PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN


1) Pengawasan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan pemerintah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Pemeriksaan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan dalam rangka pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 1) Pengawasan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Pemeriksaan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan dalam rangka pengawasan sebagaimana dimaksud dalam rangka pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1) Pengawasan penerimaan dan penggunaan dana satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Pemeriksaan penerimaan dan penggunaan dana dalam rangka pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pearaturan perundang-undangan.

1) Pengawasan penerimaan dan penggunaan dana satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar serta anggaran rumah tangga penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

2) Pemeriksanaan penerimaan dan penggunaan dalam rangka pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pearturan perundang-undangan.

PERTANGGUNGJAWABAN 1) Dana pendidikan pemerintah dan pemerintah daerah dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Dana pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan pearaturan perundang-undangan.

3) Dana pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar serta anggaran rumah tangga penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

BAB VII PENGALOKASIAN DANA PENDIDIKAN PADA APBN


1) Anggaran belanja untuk melaksanakan fungsi pendidikan pada sektor pendidikan dalam angaran pendapatan dan belanja Negara setiap tahun anggaran sekurang-kurangnya dialokasikan 20% (dua puluh perseratus) dari belanja Negara. 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai alokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri keuangan.

Analisis Keuangan

Jaja Suteja

Tiga Klasifikasi utama Rasio Keuangan


Rasio Solvabilitas Rasio Profitabilitas Rasio Aktivitas

Kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban jangka pendek dan panjang tepat pada waktunya Kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila perusahaan di liquidasi

Rasio SOLVABILITAS

Liquiditas

Kemampuan Perusahaan untuk membayar kewajibanJangka pendek tepat pada waktunya

Current Ratio: Aktiva lancar X 100% Hutang lancar

Quick Ratio Aktiva lancar persediaan X 100% Hutang lancar

Rasio Solvabilitas Jangka Panjang

Aktiva Lancar + aktiva tetap X 100% Total hutang

Debt to Equity Ratio: Modal sendiri X 100% Total hutang

RASIO PROFITABILITAS

RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR PENDAPATAN POTENSIAL SUATU PERUSAHAAN

1. 2.

HASIL ATAS PENJUALAN HASIL ATAS INVESTASI 3. LABA PER SAHAM

HASIL ATAS PENJUALAN

RASIO PROFITABILITAS YANG MENINGDIKASIKAN PROSENTASE PENDAPATANNYA

HASIL ATAS PENJUALAN= PENDAPATAN NETTO PENJUALAN

HASIL ATAS INVESTASI

RASIO PROFITABILITAS YANG MENGUKUR KINERJA PENDAPATAN YANG DIPEROLEH UNTUK SETIAP RUPIAH YANG DI INVESTASIKAN

PENDAPATAN NETTO TOTAL MODAL SENDIRI

LABA PER SAHAM

MENGUKUR BESARNYA DEVIDEN YANG DAPAT DIBAYARKAN PERUSAHAAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

LABA BERSIH JUMLAH SAHAM YANG DIKELUARKAN

RASIO AKTIVITAS

RASIO KEUANGAN UNTUK MENGEVALUASI PENGGUNAAN ASSET SUATU PERUSAHAAN OLEH MANAJEMENNYA

MENGUKUR EFISIENSI DALAM PENGGUNAAN SUMBER DAYA SUATU PERUSAHAAN BERKAITAN DENGAN PROFITABILITAS MEMPERLIHATKAN PERUSAHAAN YANG MEMPEROLEH LEBIH BANYAK KEUNTUNGAN DIBANDING PERUSAHAAN LAIN PADA SUMBER DAYA YANG SAMA

RASIO AKTIVITAS

RASIO PERPUTARAN PERSEDIAAN

MENGUKUR RATA-RATA JUMLAH PERSEDIAAN DIJUAL DAN DI STOCK LANG SELAMA SETAHUN

HARGA POKOK PENJUALAN RATA-RATA PERSEDIAAN

HARGA POKOK PENJUALAN


(PERSEDIAAN AWAL TAHUN- AKHIR TAHUN)/2

BAB 2
Capital Budgeting: Kriteria Keputusan
Haruskah saya membangun pabrik tersebut ?

Plant;Property,Equiptment

Apakah Penganggaran Modal?


Keywords dalam Penganggaran modal:
Analisis terhadap tambahan fixed assets yang potensial. Keputusan Jangka Panjang; Melibatkan Pembelanjaan Modal dalam jumlah yang sangat besar. Sangat Penting bagi Masa Depan Perusahaan.

Penganggaran Modal ( capital bugeting )


Keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan Mengenai pengeluaran dana Dengan jangka waktu lebih dari satu tahun

Langkah langkah:
1. Estimasikan aliran kas baik kas masuk maupun
kas keluar 2. Hitung risiko yang dikandung dari aliran kas, baik CIFs maupun COFs 3. Tentukkan nilai k = WACC untuk 4. kemudian cari nilai NPV dan atau IRR.

5. Terima proyek, apabila NPV > 0 dan atau IRR > WACC.

Apakah Perbedaan antara proyek yang bersifat Mutually Ekslusif dan Independen
Proyek: independen, Jika aliran kas dari suatu proyek, tidak dipengaruhi oleh penerimaan dari aliran kas proyek lainnya. mutually exclusive, Jika allran kas dari suatu proyek menyebabkan penolakan dari aliran kas dari proyek lainnya (if the cash flows of one can be adversely impacted by the acceptance of the other).

Sebuah contoh proyek yang bersifat Mutually Exclusif (Saling Meniadakan).

Jembatan vs. Kapal Penyebrangan (Ferry) alternatif produk untuk penyebrangan sungai

Aliran Kas Proyek yg Normal:

Biaya (negatif CF) kemudian diikuti oleh aliran kas positip\ Aliran Kas Proyek Yg tidak Normal: Dua atau lebih perubahan arah aliran kas dalam suatu proyek tertentu.

CIFs (+) COFs (-) Dalam tahun


0 1 + + 2 + + 3 + + + 4 + + + 5 + + N N N NN NN

+
-

+
+

+
+

N
NN

Apakah Periode Pengembalian itu ?

Jumlah tahun atau periode yang dibutuhkan agar investasi dapat kembali (The number of years required to recover a projects cost), Atau how long does it take to get the businesss money back?

Kriteria Investasi
Pay Back Period (PP) Discounted Payback Period Average Rate of Return (ARR) Net Present Value (NPV) Benefit Cost Ratio ( B/C ) atau Profitability Index (PI) Internal Rate of Return (IRR)

Menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan mengembalikan investasi seperti semula, melalui proceeds yang dihasilkan setiap periode Misalnya terdapat 2 (dua) proyek, yaitu proyek L dan S:

Payback for Project L (Long: Most CFs in out years)

1. Payback
Menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan mengembalikan investasi seperti semula, melalui proceeds yang dihasilkan setiap periode Misalnya terdapat 2 (dua) proyek, yaitu proyek L dan S: 0 1 2 2.4 3
Payback Period

CFt -100 Cumulative -100


Projek L

10 -90 + 30/80

60 100 -30 0

80 50

= 2

= 2.375 years

Project S (Short: CFs datang lebih awal)


0
CFt -100

1.6 2

3
20 40

70 100 50 -30 0 20

Cumulative -100

PaybackS

= 1 + 30/50 = 1.6 years


Proyek S

Kelebihan dari metode Payback:


1. 2. Mudah untuk menghitung dan memahaminya. Memberikan gambaran mengenai indikasi risiko dan likuiditas.

Kelemahan Metoda Payback: 1. Mengabaikan time value ofmoney(TVM). 2. Mengabaikan penerimaan kas setelah PP terpenuhi.

2. Discounted Payback: Uses discounted rather than raw CFs.


0

10%

CFt PVCFt

-100 -100

10 9.09 -90.91

60 49.59 -41.32

80 60.11 18.79

Cumulative -100

Discounted = 2 payback

+ 41.32/60.11 = 2.7 yrs

Recover invest. + cap. costs in 2.7 yrs.

3.NPV
Konsep Net Preseng Value merupakan model yang memperhitungkan pola cast flow keseluruhan dari suatu investasi, dalam kaitannya dengan waktu, berdasarkan tingkat diskonto (discount rate) tertentu

:
CFt . t t 0 1 k
n

NPV

Cost often is CF0 and is negative.


NPV
t 1 n

1 k

CFt

CF0 .

Jadi Berapa NPV projek L ?


Projek L:
0 -100.00 9.09 49.59 60.11 18.79 = NPVL 10% 1 10 2 60 3 80

NPVS = $19.98.

Rational untuk Metoda NPV


NPV = PV inflows - Cost = Net gain in wealth. Terima Projek jika: NPV > 0. Pilih Projek yang memiliki nilai NPV yang lebih besar apabila proyek tersebut bersifat Mutually Exclusive

Menggunakan metode NPV,Proyek mana yang seharusnya diterima ?

Jika Projects S and L bersifat mutually exclusive, terima S sebab NPVs > NPVL . Jika S & L are independen, Terima keduanya; NPV > 0.

4. Metode Internal Rate of Return: IRR


Bagaiman menentukan discount rate yang dapat mempersamakan present value of proceed dengan outlay sehingga NPV = 0

CF0 Cost
n

CF1

CF2 Inflows

CF3

CFt 0. t 1 IRR t 0

Bagaimana dengan IRR projek L (IRRL)?


0
IRR = ?

1 10

2 60

3 80

-100.00 PV1 PV2 PV3

0 = NPV

IRRL = 18.13%. IRRS = 23.56%.

Alasan Rasional Metode IRR:


Jika IRR > WACC, dimana tingkat return investasi > biayanya, oleh karenanya sejumlah return yang tersisa (some return is left over)merupakan return bagi stockholders Example: WACC = 10%, IRR = 15%. Profitable.

Kriteria Penerimaan Proyek Berdasarkan Metode IRR:


Jika IRR > k, Proyek diterima Jika IRR < k, projek ditolak

jika S dan L bersifat independen maka terima dua-duanya. IRRs > k = 10%.
jika S dan L bersifat mutually, Terima S sebab IRRS > IRRL .

Construct NPV Profiles


Enter CFs in CFLO and find NPVL and NPVS at different discount rates:
k 0 5 10 15 20 NPVL 50 33 19 7 NPVS 40 29 20 12 5

(4)

NPV ($)
60 50 40 30 20 10 0 0 -10 5 10 15 20 23.6

k
0 5 Crossover Point = 8.7%

10
15

NPVL 50 33 19 7 (4)

NPVS 40 29 20 12 5

S L

20

IRRS = 23.6%

Discount Rate (%)


IRRL = 18.1%

NPV and IRR always lead to the same accept/reject decision for independent projects:
NPV ($)

IRR > k and NPV > 0 Accept.

k > IRR and NPV < 0. Reject.

k (%) IRR

Mutually Exclusive Projects


NPV
L

k < 8.7: NPVL> NPVS , IRRS > IRRL CONFLICT k > 8.7: NPVS> NPVL , IRRS > IRRL NO CONFLICT
S IRRS

8.7

%
IRRL

To Find the Crossover Rate


1. Find cash flow differences between the projects. See data at beginning of the case. 2. Enter these differences in CFLO register, then press IRR. Crossover rate = 8.68%, rounded to 8.7%. 3. Can subtract S from L or vice versa, but better to have first CF negative. 4. If profiles dont cross, one project dominates the other.

Dasar Pengertian NPV


Pengertian Present Value : Nilai sekarng Pengertian Cast Flow atau Proceeds: Earning After Taxes(EAT) Plus Depresiasi Net Investment (outlay): a. Capital expenditure: jenis pengelaran yang memberikan manfaat jangka panjang(tanah, mesin,bangunan dan aktiva lainnya) b. Revenue Expenditure: jenis pengeluaran yang diperhitungkan sebagai biaya (biaya material, tenaga kerja, biaya pabrik,operating expenses)

Cara menentukan besarnya net invesment

Harga proyek (+) Biaya pemasangan (-) Proceed atas penjualan aset lama (+) Pajak atas penjualan aset net investment

= XX = XX = XX = XX = XX

Contoh
Pada suatu perusahaan 4 tahun yang lalu membeli mesin dengan harga Rp 100.000,yang usia teknisnya 10 tahun. Mesin ini dijual sekarang dengan harga Rp 110.000,-. Capital gain tax rate 30 % dan normal tax rate 50%. Mesin baru bila dibeli akan diperoleh dengan harga Rp 200.000,- Biaya pemasangan Rp 50.000,- (instalation cost). Berapa besarnya net investment?.

Capital gain = Rp. 110.000,- Rp. 100.000,- = Rp. 10.000,Nilai buku mesin lama = Rp. 100.000,- Rp. 40.000,- = Rp. 60.000,Normal gain = Rp. 40.000,- (nilai yang sudah dipakai) Total pajak yang harus dikeluarkan : Capital gain : Rp. 10.000,- x 30 % = Rp. 3.000,Normal gain : Rp. 40.000,- x 50 % = Rp. 20.000,- + Total = Rp. 23.000,Harga mesin baru (+) Biaya pemasangan = Rp. 200.000,= Rp. 50.000,- + = Rp. 250.000,(--) Proceet atas penjualan aset lama = Rp. 110.000,- = Rp. 140.000,(+) Pajak atas penjualan aset = Rp. 23.000,- + Net Investment = Rp. 163.000,-

Konsep Net Present Value

PV of Proceeds,

Th 1 Th 2 Th 3 Th 4

Rp. Rp. Rp. Rp.

x DF x DF x DF x DF

Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.

Total PV
Net Investment NPV PI atau B/C Ratio = PV of Proceeds Net Investment

Rp.

Contoh :
Dua Proyek, yaitu A dan B, masing-masing membutuhkan investasi sebesar Rp. 800.000,-. Cost of Capital perusahaan diketahui 10%. Pola Cash Flow (EAT + Depresiasi) adalah sebagai berikut :

Tahun A 1.

Proyek
B Rp. 100.000,Rp. 400.000,-

Dari data di atas, Proyek manakah yang paling menguntungkan atas dasar konsep :

2.
3. 4. 5.

Rp. 400.000,Rp. 200.000,Rp. 100.000,-

Rp. 200.000,Rp. 200.000,Rp. 200.000,Rp. 300.000,-

a. b. c. d. e.

NPV PI IRR Payback ARR

6.

Rp. 400.000,-

Konsep Net Present Value


PV of Proceeds, Th 1 Th 2 Th 3 Th 4 Rp. 400.000,- x 0,926 Rp. 400.000,- x 0,857 Rp. 200.000,- x 0,794 Rp. 100.000,- x 0,735 Total PV Net Investment NPV PI atau B/C Ratio = Rp. 945.500,Rp. 370.000,Rp. 342.000,Rp. 158.800,Rp. 73.500,Rp. 945.500,Rp. 800.000,Rp. 145.500,= 1,18

Rp. 800.000,-

Bab 3

Keputusan Struktur Modal (Capital Structure Decisions):


Topik Pembahasan:

Dampak leverage terhadap return

Risiko Bisnis Vs risiko Finansial


Teori Struktur Modal Struktur Modal Optimal dalam Prakteknya

Sebagai contoh, misalnya ada dua perusahaan hipotesis, Perusahaan pertama (U) tanpa Hutang

dan (L) dengan Hutang

Perusahaan U Tanpa Hutang $20,000 dalam aset 40% tarif pajak

Perusahaan L $10,000 12% Hutang(debt) $20,000 dalam aset 40% tarif pajak

Baik kedua perusahaan U maupun L memiliki leverage operasi, risiko bisnis dan EBIT $3,000. mereka berbeda hanya dalam hal penggunaan hutang.

Dampak penggunaan Hutang thd Return Perusahaan

Prshn U EBIT Bunga EBT Pajak (40%) NI (net incoem)


ROE=(NI/TE)

Prshn L $3,000 1,200 $1,800 720 $1,080


10.8%

$3,000 0 $3,000 1 ,200 $1,800


9.0%

ROE L > ROE U

Mengapa Hutang dpt meningkatkan return ? Total Dollars (return) thd investor:
U: NI L: NI + Int Perbedaan = $1,800. = $1,080 + $1,200 = $2,280. = $480.

Pajak yg dibayar:
U: $1,200; L: $720. Perbedaan = $480.

Banyak pendapatan operasi mengalir pd perusahaan L (Perusahaan dng hutang)

Apakah Risiko bisnis?


Ketidakpastian mengenai pendapatan operasi masa depan Uncertainty about future operating income (EBIT).

Probability

Risiko bisnis rendah

High risk

E(EBIT)

EBIT

Catatan: risiko bisnis fokus pada pendapatan operasi dan mengabaikan dampak pengaruh pendanaan

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko bisnis

Ketidakpastian mengenai deman (unit sales). Ketidakpastian mengenai harga output.

Ketidakpastian mengenai harga input.


Produk dan Jenis jenis hutang. Tingkat leverage operasi

Apakah Leverage Operasi dan Bgmna pengaruhnya thd risiko bisnis?


Leverage Operasi adalah penggunaan biaya tetap dalam kegiatan bisnisnya dari pada biaya variabel. Makin tinggi proporsi biaya tetap dalam struktur biaya perusahaan secara keseluruhan, maka makin tinggi leverage operasi.
(More...)

Makin tinggi leverage operasi, maka makin tinggi risiko bisnis,sebab penurunan kecil dalam jmlh penjualan akan mengakibatkan penurunan yg signifikan dalam tkt keuntungan

Rev. TC

Rev.

} Profit
TC FC QBE Sales

FC lebih banyak

FC
QBE Sales

(More...)

Kemungkinan

Leverage operasi rendah Leverage operasi tinggi

EBITL

EBITH

Dlm situasi tertentu, makin tinggi leverage operasi akan meningkatkan makin tingginginya EBIT yang diharapkan dan jg risiko yg makin tinggi

Risiko Bisnis Vs Risiko Finansial


Risiko Bisnis: Ketidakpastian dalam EBIT masa depan. Tergantung pada faktor bisnis seperti persaingan, manajemen, leverage operasi dll.
Risiko Keuangan: Risiko bisnis tambahan bagi owners sehubungan dengan penggunaan leverage finansial Tergantung jumlah hutang dan pendanaan saham preferen.

Dari sudut pandang pemilik perusahaan bagaimana risiko bisnis dan keuangan dapat diukur secara sendiri-sendiri ?

Risiko Bisnis

Business Financial = + . risk risk Risiko Perusahaan = ROE. Risiko bisnis = ROE(U).

Risiko finansial

= ROE - ROE(U).

Sekarang pertimbangkan fakta bahwa EBIT tidak diketahui secara pasti, apa dampa ketidakpastian terhadap profitabilitas dan risiko perusahaan U (UnLeverage) dan L (Leverage) ?

Perusahaan U: tanpa hutang


Kondisi Ekonomi Buruk Rata-rata. Baik Prob. 0.25 0.50 0.25 EBIT $2,000 $3,000 $4,000 Bunga 0 0 0 EBT $2,000 $3,000 $4,000 Pajak (40%) 800 1,200 1,600 NI $1,200 $1,800 $2,400

Firm L: (memiliki Hutang) Leveraged Kondisi Ekonomi Bad Avg. Good Prob.* 0.25 0.50 0.25 EBIT* $2,000 $3,000 $4,000 buga 1,200 1,200 1,200 EBT $ 800 $1,800 $2,800 Pajak (40%) 320 720 1,120 NI $ 480 $1,080 $1,680 *sama seperti perusahaan U.

Firm U Buruk Rerata. Baik BEP 10.0% 15.0% 20.0% ROI* 6.0% 9.0% 12.0% ROE 6.0% 9.0% 12.0% TIE Firm L Bad Avg. Good BEP=( 10.0% 15.0% 20.0% ROI* 8.4% 11.4% 14.4% ROE=( 4.8% 10.8% 16.8% TIE= (EBIT/bunga) 1.7x 2.5x 3.3x *ROI = (NI + Interest)/Total financing.

EBIT/TA)

NI/TE)

Ukuran Profitabilitas:
E(BEP) E(ROI) E(ROE) Ukuran risiko:

U 15.0% 9.0% 9.0%

L 15.0% 11.4% 10.8%

ROE
CVROE E(TIE)

2.12% 0.24

4.24% 0.39 2.5x

Kesimpulan
Basic earning power = BEP = EBIT/Total assets yang tidak dipengaruhi oleh leverage. ROE dan ROI perusahaan L > ROE dan ROI u, karena adanya tax saving

Besarnya tax saving(penghematan pajak)


= taxes rate*interest expenses. Perusahaan dengan hutang (FirmsL) memiliki ROE dan EPS yang lebih tinggi sebab adanya beban bunga pada kondisi ekonomi baik.

(More...)

Teori Struktur Modal


1.(Teori MM atau MM theory) Tidak ada pajak Pajak Perusahaan Pajak Individu dan perusahaan 2.(Teori trade off atau Trade-off theory) 3.Teori Signaling (Signaling theory)

4. Pendanaan Hutang sebagai kendala manajerial (Debt financing as a managerial constraint)

MM (Modgliani dan Miller) Theory: Tanpa pajak


Menurut MM teori, dalam kondisi set asumsi yang sangat ketat, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh baiuran pendanaan. Oleh karena itu, struktur modal tidak relevan.
Oleh karenanya, menurut MM teori setiap peningkatan ROE akan secara tepat ditutup oleh peningkatan risiko.

MM Theory: Ada ajak Perusahaan (Corporate Taxes)


Ketika ada pajak, maka perusahaan yang menggunakan hutang lebih menguntungkan dari pada menggunakan modal sendiri. Dengan adanya pajak perusahaan, manfaat leverage finansial diatas risikonya oleh karenanya akan lebih banyak lagi aliran EBIT masuk pada para invetsor. Perusahaan seharusnya menggunakan hampir mendekati 100% pemenuhan kebutuhan pendanaan melalui hutang untuk memaksimumkan nilai perusahaan.

Teori MM (MM Theory): Ketika ada pajak perusahaan dan pribadi.

Pajak personal lebih kecil dari pajak perusahaan:


Pajak perusahaan menguntungkan bagi debt financing. Pajak personal menguntungkan dengan pengugunaan equity financing.

Perusahaan seharusnya tetap menggunakan 100% debt.

Persamaan Hamada (Hamadas Equation)


MM theory menjelaskan bahwa beta berubaha sehubungan dengan adanya leverage. bU beta bagi perusahaan tidak berutang (the unlevered beta) bL = bU(1 + (1 - T)(D/E)) Dimana bL = beta untuk perusahaan yg menggunakan hutang (bL = )

Dalam prakteknya D/E diukur dengan nilai buku hutang terhadap modal sendiri.

Pendanaan Hutang sebagai sebuah kendala Manajerial


Dalam teori keagenan, manajer memungkinkan menggunakan dana perusahaan untuk hal-hal diluar kepentingan langsung perusahaan (non-value maximizing purposes). Tujuan dari penggunaan leverage finansial: : Mengikat aliran kas bebas (Bonds free cash flow.) Mendorong disiplin para manajer (Forces discipline on managers). Namun demikian, pilihan tersebut telah meningkatkan risiko kesulitan keuangan (increases risk of financial distress).

Teori Trade off (Trade-off Theory)

MM theory mengabaikan kemungkinan kebangkrutan


dan kesulitan keuangan (financial distress), yang mana peningkatannya proporsional dengan leverage yang digunakan makin banyak berarti makin tinggi risikonya. Pada tk leverage rendah benefit pajak > biaya kebangkrutan Pada tk leverage tinngibiaya kebangkrutan >, manfaat pajak Jadi: Struktur modal optimal merupakan keseimbangan diantara biaya dan manfaat yang timbul.

COSTS OF FINANCIAL DISTRESS REDUCE THE OPTIMAL DEBT RATIO


Firm Value

PV Tax Shield
PV Costs Of Distress Value of levered firm

Value If All Equity Financed

Optimum

Debt Ratio
D/E

Teori Signal (Signaling Theory)


MM Teori mengasumsikan bahwa para investor dan manajer memiliki informasi yang sama. Akan tetapi, Manajer seringkali memiliki informasi yang lebih baik, oleh karenanya mungkin: menjual saham jika overvalued. Menjual Obligasi jika saham undervalued. Para investor / pasar sebenarnya memahami akan hal ini, oleh karena itu mereka memandang penjualan saham sebagai signal negatif. Jadi, apa implikasinya bagi manajer ? (Implications for managers) ?

Konsep Biaya Modal


Prof Dr H. Tb Hasannudin, Drs., MSc AP

CHAPTER 5 DISTRIBUSI EARNINGS PADA PEMILIK: KEBIJAKAN DIVIDEN dan PEMBELIAN KEMBALI SAHAM PERUSAHAAN
Teori dan Preferensi Investor Signaling effects Model Residual (Residual model) Rencana Investasi Kembali Dividen (Dividend reinvestment plans) Dividend saham dan pemecahan saham (Stock dividends and stock splits) Pembelian Kembali Saham Perushanaan (Stock repurchases)

Apakah Yg dimaksud Kebijakan Dividen?


Merupakan keputusan untuk membayar earning bagi para pemilik dan menahan kembali dan menginvestasikannya pada perusahaan, oleh karena itu keputusan ini terkait pada: 1. rendah atau tingginya rasio pembayaran? 2. Stabil datau tidak? 3. Frekuensi pembayaran? 4. Apakah perusahaan mengumumkan mengenai kebijakan dividen ini

Apakah Investor Menyukai pembayaran dividen tinggi atau rendah ? Ada 3 teori dasar

Dividend tidak relevan: Investors dont care about payout. Bird-in-the-hand: Investor menyukai rasio pembayaran yg tinggi. Preferensi Pajak: Investors menyukai rasio pembayaran rendah

Teori Dividen irelevan (Dividend Irrelevance Theory) Investor memiliki preferensi berbeda antara dividen dan laba ditahanu/dapat menghasilkan capital gain, mereka dapat menjual saham. Jika tdk menghendaki kas, maka mereka dapat menggunakan dividen u/ membeli saham. Modigliani-Miller mendukung irelavan . Teori ini didasarkan pada asumsi yang tidak realsitik (no taxes or brokerage costs), oleh karena itu membuthkan tes empiris.

Bird-in-the-Hand Theory
Investors berpikir bahwa dividen lebih kecil risikonya dari pada potesi capital gains masa depan, hence they like dividends. Jika begitu, Investor membayar dividen akan memberikan nilai perusahaan yang makin tinggi, high P0.

Preferensi Pajak (Tax Preference Theory)

Laba ditahan mengarah pada capital gains, yang dikenai pajak relatif rendah dari pada dividen Hal ini menyebabkan investor menyukai perusahaan dengan payout rendah (a high payout results in a low P0.)

Implikasi ke-3 terhadap para manajer

Theory Irrelevance Bird-in-the-hand Tax preference

Implication Any payout OK Set high payout Set low payout

Namun demikian, mana yag tepat ???

Kemungkinan pengaruhnya terhadap harga saham (Possible Stock Price Effects)


Harga Saham ($) Bird-in-Hand 40

30

Indifference

20 Tax preference

10

50%

100%

Rasio pembayaran

Pengaruh Terhadap biaya Ekuitas (Possible Cost of Equity Effects)


Biaya Ekuitas (%) Tax Preference 20

15

Indifference

10

Bird-in-Hand

50%

100%

Rasio Pembayaran

Teori mana yang Paling Tepat (Which theory is most correct ?)

Tes Empirispun tidak mampu menentukkan teori mana yang relatif tepat Para manajer menggunakan judgment ketika menentukan kebijakan dividen.

Apakah yang dimaksud hipotesis kandungan informasi dan Signaling ? Manajer tidak menyukai memotong dividen, meskipun tidak meningkatkan dividen, mereka relatif meyukai untuk memberikan dividen relatif stabil. Sementara investor memandang peningkatan dividen sebagai signal managements view of the future. Oleh karena itu, harga saham meningkat ketika dividen juga meningkat , hal ini merepresentasikan ekspektasi masa depan perusahaan

Apakah yang dimaksud kelompok yang berpengaruh (Whats the clientele effect)?

Kelompok investor yang berbeda, atau kelompok (clienteles), menyukai kebijakan dividend yang berbeda. Kebijakan dividen masa lalu menentukan kelompok invetor saat ini

Apakah Model Kebijakan Dividen Residual (Whats the residual dividend model?) Mengkalkulasi laba ditahan yang dibutuhkan untuk anggaran modal. Memenuhi kebutuhan modal, sehingga menyisakan relatif kecil earnings sebagai dividen (Pay out any leftover earnings (the residual) as dividends. Kebijakan ini meminimalisasi biaya signal ekuitas dan flotasi, oleh karena itu akan mampu meminimumkan biaya rata-rata tertimbang (This policy minimizes flotation and equity signaling costs, hence minimizes the WACC.)

Menggunakan Model Residual untuk Menghitung Dividen yang dibayarkan (Using the Residual Model to Calculate Dividends Paid)
Net Dividends = income Target equity ratio Total capital budget

[( )( )]
.

Data for SSC (Contoh)


Anggaran Modal : Rp. 800,000. Given. Target Struktur modal: 40% debt, 60% equity. (Leverage Ratio =40%) Net income yang diproyeksikan: $600,000. Berapa banyak keuntungan bersih (Rp. 600,000) seharusnya dibayarkan sebagai dividen ?

= Anggaran Modal Rp. 800.000

= 0.6($800,000) = $480,000 didanai oleh modal sendiri u/menjaga target struktur modal, atau sebesar [0.4($800,000) = $320,000 dipenuhi dari debt.]
Dengan Rp. 600,000 net income, maka residualnya = Rp. 600,000 - $480,000 = Rp.120,000 merupakan kas yg digunakan u/membayar dividen = Rasio pembayaran (Payout ratio)

Rp. 120,000/Rp. 600,000


= 0.20 = 20%. Jadi DPO = 20%

Bagaimana kalau adanya penurunan NI menjadi Rp. 400,000 apakah berpengaruh thd dividend ? Juga bagaimana kalau meningkat menjadi Rp. 800,000? NI = Rp.400,000: perlu Rp. 480,000 modal sendiri, oleh karenanya harus menahan dana sebesar Rp. 400,000. sehingga Dividends = 0. NI = Rp. 800,000: Dividends = Rp.800,000 Rp.480,000 = Rp. 320,000. Payout = Rp.320,000/Rp.800,000 = 40%.

Bagaimana suatu perubahan dalam peluang investasi berpengaruh terhadap dividen dalam kondisi kebijakan atau model residual ? Terdapat relatif sedikit investasi akan mengarah pada makin kecilnya anggaran modal, oleh karenanya akan meningkatkan rasio pembayaran dividen. Makin baik peluang investasi, akan mengarah pada rendahnya rasio pembayaran dividen.

Kelemahan dan keunggulan Model Kebijakan dividen residual


Kelebihan (Advantages): Meminimalisasi biaya flotasi dan Penerbitan saham baru. Kelemahan (Disadvantages): memberikan hasil yang beragam dalam masalah dividen, ha l ini mendorong munculnya signal konflik, meningkatkan risiko, dan tidak memberikan perhatian yang kuat terhadap kelompok tertentu. Kesimpulannya (Conclusion): Mempertimbangkan model kebijakan residual, ketika adanya penentuan target pembayaran dividend tertentu, tanpa harus dilakukan secara kaku.

Apakah yang dimaksud DRIPs (dividend reinvestment plan) ? Pemilik saham dapat secara otomatis menginvestasikan kembali dividennya dalam saham umum perusahaan, memperoleh lebih banyak saham dari pada uang kas. There are two types of plans:
Pasar terbuka (Open market) Saham baru (New stock)

Penentuan Kebijakan Dividen


Peramalan mengenai kebutuhan modal membutuhkan perencanaan denganhorizon waktu lebih dari 5 tahun. Menentukan target Struktur modal Mengestimasi kebutuhan modal sendiri tahunan (Estimate annual equity needs). Meentukan target rasio pembayaran berdasarkan model residual. Secara umum, sejumlah tingkat pertumbuhan dividen muncul, dan menjaga tingkat pertumbuhan tersebut kalau memungkinkan, jia dibutuhkan perlu adanya variasi Struktur Modal.

Rasio Pembayaran Dividen untuk sejumlah industri terpilih


Industry Banking Computer Software Services Drug Electric Utilities (Eastern U. S.) Internet Semiconductors Steel Tobacco Water utilities Payout ratio 38.29 13.70 38.06 67.09 n/a 24.91 51.96 55.00 67.35

*None of the internet companies included in the Value Line Investment Survey paid a dividend.

Pembelian Kembali Saham Milik Perusahaan (Stock Repurchases) Repurchases: Buying own stock back from stockholders.
Alasan Pembelian Kembali Saham: Sebagai alernatif untuk mendistribusikan kas sbg dividen Untuk mendapatkan kas suatu waktu tertentu dari padamelakukan penjualan aktiva. Untuk membuat perubahan struktur modal yang cukup signifikan.

Advantages of Repurchases
Pemilik saham dapat melakukan penawaran pada harga tertentu atau tidak Membantu menghindari penetapan dividen tinggi yang pada masa depan sulit untuk dipertahankan. Pembelian saham perusahaan dapat digunakan sebagai takeover atau menjual kembali u/meningkatkan kas yang dibutuhkan. Pendapatan yang diterima sebagai capital gains dari pada dividen yang dinai tarif pajak yang lebih tinggi. Para pemegang saham menganggap sebagai signal positif--- manajemen berpikir nahwa saham undervalued.

Kelemahan Pembelian Kembali saham (Disadvantages of Repurchases)

Dipandang sebagai signal negatif ( perusahaan memiliki peluang investasi yang rendah). Penjualan saham oleh pemilik (Selling stockholders) tidak terinformasikan secara lebih baik. Sehingga banyak yang memperlakukannya sebagai sesautu yg tidak fair. Firm may have to bid up price to complete purchase, thus paying too much for its own stock.

Dividen Saham vs Pemecahan Saham (Stock Dividends vs. Stock Splits)

Stock dividend: Perusahaan menerbitkan saham baru sebagai kompensasi pembayaran dividen, misalnya jika 10%, memperoleh 10 lembar untuk setiap 100 saham yang dimiliki. Stock split: Perusahaan meningkatkan jumlah saham yang beredar, misalnya split factor 2;1 Sends shareholders more shares.

Baik pemecahan saham maupun dividen saham, meningkatkan jumlah saham beredar, tapi dengan porsi kueh yang relatif lebih kecil.
Meskipun demikian, stock dividend atau split diikuti oleh informasi, atau diikuti oleh even lainnya seperti meningkatnya dividen. Pada sisi lain, harga saham turun sebagai akibat tidak berubahnya kesejahteraan pemilik. Namun demikian, splits/stock dividends akan mampu mengarah pada optimal price range.

Kapan seharusnya Perusahaan mempertimbangkan Pemecahan Saham?


Ada keyakinan yang luas, bahwa di pasar modal terdapat rentang harga optimal (optimal price range) misalnya $20 sd $80. Pemecahan saham (Stock splits) dapat digunakan untuk menjaga harga saham tetap dalam rentang harga optimal. Pemecahan saham (Stock splits) umumnya terjadi ketika manajemen dalam posisi confident, sehingga seharusnya diinterpretasikan sebagai signal positif (positive signals.)

Bab 5
Analisis Laporan Keuangan
2001 Prentice-Hall, Inc. Fundamentals of Financial Management, 11/e Jaja Suteja, SE., M.Si

Analisis Laporan Keuangan


Laporan Keuangan Kerangka Kerja Analisis Analisis Rasio Analisis Trend Common-Size dan Analisis Indeks

Pengguna Hasil Analisis


Kreditur Dagang Lebih memfokuskan pada likuiditas . Pemegang Obligasi -- Lebih memfokuskan pada CIF Jk Panjang Pemegang Saham -- Lebih memfokuskan pada profitabilitas, CIF JK Panjang & Kesehatan Perusahaan.

Pengguna Internal Analisis Laporan Keuangan


Perencana -- Lebih memfokuskan pada penilaian posisi keuangan saat ini dan evaluasi peluang potensial perusahaan . Pengawas -- Lebih memfokuskan pada ROI untuk beragam asset dan efisiesni asset.

Bentuk Dasar Laporan Keuangan


Neraca

Sebuah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total assets = total liabilities + owners equity

Laporan Laba Rugi


A Sebuah ringkasan mengenai pendapatan dan biaya-biaya selama periode tertentu yang menggambarkan apakah perusahaan dalam posisi untung atau rugi.

NERACA PT. ABC (Dilihat dari sisi Asset )


NERACA PT. ABC (000) PER . 31 Desember , 2003a

Kas. $ 90 Piutang Usaha.c 394 Persediaan 696 Biaya dibayar dimuka d 5 AK Pajak dibayar 10 Aktiva Lancare $ 1,195 Aktiva Tetap (@Cost)f 1030 Dik: Ak.Penyusutang (329) Aktiva Tetap Bersih $ 701 Investasi 50 Aset lainya 223 Total Assets b $2,169

a. Posisi aset pd tanggal tertentu. b. Apa yg dimiliki perusahaan. c. Jumlah hutang para pelanggan d. Biaya dimuka yg siap dibayar. e. Aktiva lancar. f. Jml Aktiva tetap. g. Ak pengurangan atas penggunaan aset tetap.

NERACA PT. ABC (Sisi Utang)


NERACA PT. ABC (000) Per 31 Desember, 2003

Wesel Bayar $ 290 Utang Dagangc 94 Pajak Yg Msh hrs dibyr d 16 Utang yg hrs dibyr lainya. d 100 Utang Lancar. e $ 500 Utang Jk Panjangf 530 Modal sendiri pemilik Saham Biasa ($1 par) g 200 Tambahan Dlm Modalg 729 Laba Ditahan h 210 Total MS $1,139 Total Utang & MSa,b $2,169

a. Aktiva = Utang + MS. b.Apa yg menjadi utang perusahaan dan posisi kepemilikan usaha. c. Kewajiban pada pemasok perusahaan. d. Upah dan gaji yang masih hrs diabayar. e. Utang usaha < 1 thn. f. Utang > 1 thn. g. Investasi milik perusahan sendiri. h. Earnings reinvested.

LAPORAN LABA RUGI PT. ABC


LAPORAN PENDAPATAN PT. ABC (000) per 31 Desember 2003 a

Penjualan Bersih $ 2,211 Harga Pokok Penjb 1,599 Laba Kotor $ 612 Biaya Adm umumc 402 EBITd $ 210 Biaya bungae 59 EBT f $ 151 Pajak Pendapatan 60 EATg $ 91 Dividen kas 38 Laba ditahan $ 53

a. Mengukur kemapuan
b.
c. d. e. f. g. perusahan untuk memperoleh keuntungan. Yang diterima atau akan diterima dr pelanggan. Biaya penjualan, iklan adminstrasi kantor dll. Pendapatan operasi Biaya dana pinjaman. Pendapatan Kena pajak. Jumlah yang siap diterima oleh pemilik perusahaan.

KERANGKA KERJA ANALISIS FINASIAL


Komponen Trend / Musiman
Berapa besar dana yang akan diperlukan dimasa yang akan datang ?
1. Analsis Kebutuhan Dana Perusahaan Apakah ada komponen yang bersifat musiman?

Alat Analisis yang digunakan


Laporan Sumber & Penggunaan Dana Laporan Aliran kas dan Anggaran Kas

Kerangka Kerja Analisis Finansial

Kesehatan Sebuah Perusahaan


1. Analisis Kebutuhan dana perusahaan 2. Analisis Kondisi Finansial Profitabilitas Perusahaan

Rasio Keuangan 1. 2. 3. 4. Individual Sepanjang waktu Secara Kombinasi Secara Perbandingan

Kerangka Kerja Analsis Fiansial


Risiko Bisnis terkait pada risiko inheren
dalam operasi perusahaan.

1. Analysis of the funds needs of the firm. 2. Analysis of the financial condition and profitability of the firm. 3. Analisis Risiko Bisnis Perusahaan

Contoh: Volatilitas penjualan Volatilitas biaya dll

Kerangka Analisis Finansial


Seorang manajer keuangan hrs mempertimbangk an ketiga faktor tersebut ketika menentukan kebutuhan pendanaan Perusahaan

1. Analisis Dana yang dibutuhkan perusahaan.

Penentuan 2. Analisis Kondisi Keuangan dana dan Profitabilitas perusahaan Yang . dibutuhkan 3. Analisis Risiko Bisnis Oleh perusahaan. perusahaan.

Kerangka Kerja Analisis Keuangan

1. Analisis Kebutuhan dana perusahaan. 2. Analisis kondisi keuangan dan profitabilitas perusahaan.

Penentuan pendanaan perusahaan.

Negosiasi Dengan Pemasok Atau penyedia dana.

3. Analisis Risiko Bisnis.

Penggunaan analisis rasio


Jenis jenis Perbandingan: Perbandingan internal Perbandingan Eksternal

Rasio Keuangan merupakan indeks yang terkait pada dua jenis angka akuntansi yang diperoleh dengan membagi satu dengan yang lainnya.

Perbandingan Eksternal dan Sumber rasio Industri


Hal ini melibatkan perbandingan rasio dari satu perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya atau dengan rata-rata kinerja industri.
Contoh : PT. GOLDEN MISSISSIPI PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Dan juga Rasio Keuangan Industri

1. Rasio Likuiditas
Rasio Neraca Rasio Likuiditas Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menutup hutang jk pendeknya dengan aktiva lancar

a. Current Ratio [CR]


Aktiva lancar Utang lancar PT. ABC perDesember, 2003

$1,195 = 2.39 $500

Perbandingan rasio likuiditas


Current Ratio
Year 2003 2002 2001 PT. ABC 2.39 2.26 1.91 Industry 2.15 2.09 2.01

Rationya lebih kuat dari rata-rata industri.

Rasio Likuiditas
Rasio Neraca
Rasio Likuiditas
Menunjukan kemampuan perusahaan untuk menutup utang lancarnya dengan aset yang paling likuid.

b. Acid-Test (Quick) rasio cepat


Aktiva lancar - Persediaan Utang Lancar For PT.ABC Per 31 Desember, 2003

$1,195 - $696 = 1.00 $500

Perbandingan Rasio likuiditas


Rasio Cepat
Year 2003 2002 2001 PT. ABC 1.00 1.04 1.11 Industry 1.25 1.23 1.25

Rasionya lebih lemah dari rata-rata industri.

Ringkasan perbandingan rasio likuiditas


Ratio PT.ABC Industry Current 2.39 2.15 Acid-Test 1.00 1.25
Rasio saat ini (CR) kuat dan lemah pada Rasio cepat (Quick) menunjukkan adanya masalah potensial dalam jumlah persediaan. Catatan , dalam industri ini memiliki tingkat persediaan barang yang relatif tinggi.

Analisis Perbandingan CR dan Trend


Trend Analysis of Current Ratio
2.5

Ratio Value

2.3 2.1 1.9 1.7 1.5 2001 2002 Analysis Year 2003

Analisis Perbandingan Rasio Cepat


Trend Analysis of Acid-Test Ratio
1.5
Ratio Value

1.3 1.0 0.8 0.5 2001 PT. ABC Industry

2002 Analysis Year

2003

Ringkasan Analisis Trend Likuiditas

Rasio Lancar (CR) PT.ABC telah meningkat, pada waktu bersama rasio cepat mengalami penurunan. Rasio Lancar industry meningkat secara perlahan, sementara rasio cepatnya relatif stabil. Hal ini menunjukkan bahwa persediaan merupakan masalah serius bagi PT.ABC.

2. Rasio Leverage Keuangan


Rasio Neraca
Rasio Leverage Finansial

a.Utang Thd Modal sendiri (DER)


Total Utang Total Modal sendiri PT. ABC per 31 Desember , 2003 $1,030 = .90 $1,139

Menunjukkan perluasan usaha yang didanai oleh utang.

Perbandingan Rasio Leverage Finansial


Rasio Utang Thd Modal Sendiri
Year 2003 2002 2001 PT.ABC .90 .88 .81 Industry .90 .90 .89

PT. ABC memiliki rata-rata penggunaan utang relative thd rerata industri.

Rasio Leverage Finasial


Rasio Neraca
Rasio Leverage Keuangan Menunjukkan persentase kekayaan perusahaan yang didanai dari Utang
b. DAR (Debt to Assets Ratio)
Utang Thd Total Aktiva
Total Utang Total Aktiva PT.ABC Per 31 Desember , 2003

$1,030 = .47 $2,169

Perbandingan Rasio Leverage Finansial


Rasio Utang thd total Aktiva
Year 2003 2002 2001 PT.ABC .47 .47 .45 Industry .47 .47 .47

PT. ABC memiliki rata-rata utilisasi utang relative thd rata-rata industri.

Rasio Leverage Finansial


Rasio Neraca
Rasio Leverage Keuangan Menunjukkan kepentingan relative utang jk panjang thd pendanaan jk panjang perusahaan

c. Total Kapitalisasi
(i.e., LT-Debt + Equity)

Total Utang Total Kapitalisasi PT. ABC Per 31 Desember, 2003 $1,030 = .62 $1,669

Perbandingan Rasio Leverage Finansial


Total Rasio Kapitalisasi
Year 2003 2002 2001 PT. ABC Industry .62 .60 .62 .61 .67 .62
.

PT. ABC memiliki rata-rata utilisasi utang

jk panjang relative thd rata-rata industri

Rasio Pembayaran beban bunga


Rasio Laba rugi
d. Penutupan Beban bunga

EBIT Beban bunga

Rasio Penutupan
Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menutup beban bunga . PT. ABC per 31 Desember, 2003 $210 = 3.56 $59

Perbandingan Rasio Penutupan Beban Bunga


Rasio Penutupan Beban Bunga
Year 2003 2002 2001 PT. ABC 3.56 4.35 10.30 Industry 5.19 5.02 4.66

PT. ABC memiliki rata-rata penutupan beban bunga relative

dibawah industri

Perbandingan Analisis Trend RAsio Penutupan


Trend Analysis of Interest Coverage Ratio
11.0 9.0 7.0 5.0 3.0 2001 PT. ABC Industry

Ratio Value

2002 Analysis Year

2003

Ringkasan Analisis Trend Penutupan

Rasio penutupan PT. ABC telah mengalami penurunan sejak 2001. dan mengalami penurunan dibawah rata-rata industri sejak 2 than lalu.

Hal ini menunjukan bahwa earning yang rendah (low earnings) atau (EBIT) merupakan masalah potensial bagi PT. ABC. Catatan, kita tahu bahwa tingkat utang masih dalam batasan rata-rata industri.

Rasio Aktivitas
Rasio neraca/ laba rugi a. Perputaran Piutang
(Asumsi semua penjualan secara kredit)
Penjualan kredit bersih tahunan Piutang Dagang

Rasio Aktivitas
Menunjukkan kualitas piutang dan bagaimana keberhasilan perusahaan dalam Pengumpulannya

PT. ABC per-31 Desember, 2003

$2,211 = 5.61 $394

Rasio Aktivitas
Rasio Neraca/ Laba rugi
b. Rata-rata Periode Pengumpulan
Hari dalam satu tahun Perputaran Piutang

Rasio Aktivitas Jumlah rata-rata hari dimana piutang beredar di pelanggan (or RT in days)

PT. ABC per 31 Desember, 2003


365 5.61 = 65 days

Perbandingan Rasio Aktivitas


Periode Pengumpulan rata-rata
Year 2003 2002 2001 PT. ABC 65.0 71.1 83.6 Industry 65.7 66.3 69.2

PT. ABC telah menunjukkan perbaikan dari Rata-rata industri.

Rasio Aktivitas
Rasio Neraca/ Labac.Perputaran Utang (PT)
(Assume annual credit purchases = $1,551.)

Pembelian kredit tahunan Utang dagang

Rasio Aktivitas
Menunjukkan percepatan pembayaran thd pemasok perusahaan .
PT. ABC per- 31 Desember, 2003

$1551 = 16.5 $94

Rasio Aktivitas
Rasio Neraca/ Laporan LabaRugi
Rasio Aktivitas

d. PT dalam hari
Hari dalam satu tahun Perputaran utang PT. ABC per 31 Desember, 2003 365 16.5 = 22.1 days

Jumlah hari rata-rata utang beredar di pelanggan

Perbandingan Rasio Aktivitas


Perputaran Utang dalam hari
Year 2003 2002 2001 PT. ABC Industry 22.1 46.7 25.4 51.1 43.5 48.5

PT. ABC telah meningkat perputaran utangnya dlm hari . Apakah hal ini baik ?

Rasio Aktivitas
Rasio Neraca/ Laba Rugi

e. Perputaran Persediaan
Harga pokok penjualan Persediaan

Rasio aktivitas

PT. ABC Per 31 Desember, 2003 $1,599 = 2.30 $696

Menunjukkan efektifitas praktek manajemen persediaan perusahaan.

Perbandingan Rasio AKtivitas


Rasio Perputaran persediaan
Year 2003 2002 2001 PT. AB 2.30 2.44 2.64 Industry 3.45 3.76 3.69

PT. ABC memiliki rasio perputaran persediaan yang kurang baik.

Rasio Perputaran PersediaanAnalisis Perbandingan


Trend Analysis of Inventory Turnover Ratio
4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 2001 PT.ABC Industry

Ratio Value

2002 Analysis Year

2003

Rasio Aktivitas
Rasio Neraca/ Laba rugi
f. Total perputaran aktiva

Penjualan kredit Total aktiva


PT. ABC per 31 Desember, 2003

Rasio aktivitas
Menunjukkan efektifitas Perusahaan Secara keseluruhan dalam memanfaatkan aktiva-nya untuk menghasilkan penjualan.

$2,211 = 1.02 $2,169

Perbandingan RAsio Aktivitas


Rasio Perputaran aktiva
Year 2003 2002 2001 PT. ABc 1.02 1.03 1.01 Industry 1.17 1.14 1.13

. ABC memiliki rasio perputaran aset yang lemah

engapa rasio tersebut lemah?

Rasio Profitabilitas
Rasio Neraca/ Laba rugi

a. Gross Profit Margin


Gross Profit Net Sales For PT. ABC December 31, 2003 $612 = .277 $2,211

Rasio Profitabilitas

Menunjukkan efisiensi operasi dan kebijakan penentuan harga .

Perbandingan Rasio Profitabilitas


Gross Profit Margin [GPM]

Year 2003 2002 2001

PT. ABC Industry 27.7% 31.1% 28.7 30.8 31.3 27.6

PT. ABC memiliki GPM yang lemah

Perbandingan Analisis Trend GPM


Trend Analysis of Gross Profit Margin
35.0
Ratio Value (%)

32.5 30.0 27.5 25.0 2001 PT. ABC Industry

2002 Analysis Year

2003

Rasio Profitabilitas
Rasio Neraca/ Laba rugi

b. Net Profit Margin


Net Profit after Taxes Net Sales

For PT. ABC December 31, 2003 Menunjukkan profitabilitas perusahaan setelah $91 = .041 memperhitungkan biaya $2,211 dan pajak.

Rasio profitabilitas

Perbandingan RAsio Profitabilitas


Net Profit Margin
Year 2003 2002 2001 PT. ABc 4.1% 4.9 9.0 Industry 8.2% 8.1 7.6

PT. ABC memiliki NPM yang lemah

Perbandingan Analisis Trend NPM (Net Profit Margin)

Trend Analysis of Net Profit Margin


10
Ratio Value (%)

9 8 7 6 5 4 2001 2002 Analysis Year 2003 PT. ABC Industry

Rasio Profitabilitas
Rasio Neraca/ Laba rugi

c. Return on Investment
Net Profit after Taxes Total Assets For PT. ABC December 31, 2003

Rasio Profitabilitas Menunjukkan profitabilitas aset perusahaan (setelah pajak dan biaya-biaya)

$91 = .042 $2,160

Perbandingan Rasio Profitabilitas


Return on Investment
Year 2003 2002 2001
PT. ABC Industry

4.2% 5.0 9.1

9.8% 9.1 10.8

PT. ABC memiliki ROI yang lemah

Perbandingan Analisis Trend- ROI


Trend Analysis of Return on Investment
12
Ratio Value (%)

10 8 6 4 2001 PT. ABC Industry

2002 Analysis Year

2003

Rasio Profitabiltas
Rasio Neraca/ Laba rugi

d. Return on Equity(ROE)
Net Profit after Taxes Shareholders Equity

Rasio Profitabilitas Menunjukan profitabilitas bagi pemegang saham perusahaan (setelah biaya-biaya dan pajak)

For PT. ABC December 31, 2003 $91 = .08 $1,139

Perbandingan Rasio profitabilitas


Return on Equity [ROE]

Year 2003 2002 2001

PT. ABC 8.0% 9.4 16.6

Industry 17.9% 17.2 20.4

PT. ABC memiliki ROE yang kurang baik

Perbandingan Analisis Trend- ROE


Trend Analysis of Return on Equity
21.0
Ratio Value (%)

17.5 14.0 10.5 7.0 2001 PT. ABC Industry

2002 Analysis Year

2003

ROI dengan Pendekatan Du-Pont System


Earning Power = Sales profitability X Asset efficiency ROI = Net profit margin X Total asset turnover

ROI2003 = .041 x 1.02 = .042 or 4.2% ROIIndustry = .082 x 1.17 = .098 or 9.8%

Return on Equity and the Du Pont Approach


Return On Equity = Net profit margin X Total asset turnover X Equity Multiplier Total Assets Equity Multiplier = Shareholders Equity

ROE2003 = .041 x 1.02 x 1.90 = .080 ROEIndustry = .082 x 1.17 x 1.88 = .179

Ringkasan Analsis Trend Profitabilitas


Rasio Profitabilitas PT. ABC mengalamim penurunan sejak 2001. setiap sub indiaktor menunjukkan angka dibawah rata-rata industri selama 3 thn terakhir. Hal ini menunjukkan COGS dan biaya administrasi boleh jadi cukup mahal dan menjadi masalah utama bagi PT. ABC. Catatan, hasil ini konsisten dengan rasio kecukupan/penutupan biaya bunga yang rendah.

Ringkasan Analisis Rasio


Tingkat persediaan cukup tinggi. Mungkin pembayaran terhadap kreditur terlalu cepat. COGS terlalu mahal Biaya penjualan, umum dan administrasi juga terlalu mahal.

Common-size Analysis
An analysis of percentage financial statements where all balance sheet items are divided by total assets and all income statement items are divided by net sales or revenues.

PT. ABC Common Size Balance Sheets


Regular (thousands of $) Assets Cash AR Inv Other CA Tot CA Net FA LT Inv Other LT Tot Assets 2001 148 283 322 10 763 349 0 111 1,223 2002 100 410 616 14 1,140 631 50 223 2,044 2003 90 394 696 15 1,195 701 50 223 2,169 Common-Size (%) 2001 12.10 23.14 26.33 0.82 62.39 28.54 0.00 9.08 100.0 2002 4.89 20.06 30.14 0.68 55.77 30.87 2.45 10.91 100.0 2003 4.15 18.17 32.09 0.69 55.09 32.32 2.31 10.28 100.0

PT. ABC Common Size Balance Sheets


Regular (thousands of $) Liab+Equity Note Pay Acct Pay Accr Tax Other Accr Tot CL LT Debt Equity Tot L+E 2001 290 81 13 15 399 150 674 1,223 2002 295 94 16 100 505 453 1,086 2,044 2003 290 94 16 100 500 530 1,139 2,169 Common-Size (%) 2001 23.71 6.62 1.06 1.23 32.62 12.26 55.11 100.0 2002 14.43 4.60 0.78 4.89 24.71 22.16 53.13 100.0 2003 13.37 4.33 0.74 4.61 23.05 24.44 52.51 100.0

PT. ABC Common Size Income Statements


Regular (thousands of $) 2001 Net Sales COGS Gross Profit Adm. EBIT Int Exp EBT EAT Cash Div 1,235 849 386 180 206 20 186 112 50 2002 2,106 1,501 605 383 222 51 171 103 50 2003 2,211 1,599 612 402 210 59 151 91 50 Common-Size (%) 2001 100.0 68.7 31.3 14.6 16.7 1.6 15.1 9.1 4.0 2002 100.0 71.3 28.7 18.2 10.5 2.4 8.1 4.9 2.4 2003 100.0 72.3 27.7 18.2 9.5 2.7 6.8 4.1 2.3

Index Analyses
An analysis of percentage financial statements where all balance sheet or income statement figures for a base year equal 100.0 (percent) and subsequent financial statement items are expressed as percentages of their values in the base year.

PT. ABC Indexed Balance Sheets


Regular (thousands of $) Assets Cash AR Inv Other CA Tot CA Net FA LT Inv Other LT Tot Assets 2001 148 283 322 10 763 349 0 111 1,223 2002 100 410 616 14 1,140 631 50 223 2,044 2003 90 394 696 15 1,195 701 50 223 2,169 2001 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 Indexed (%) 2002 67.6 144.9 191.3 140.0 149.4 180.8 inf. 200.9 167.1 2003 60.8 139.2 216.1 150.0 156.6 200.9 inf. 200.9 177.4

PT. ABC Indexed Balance Sheets


Regular (thousands of $) Liab+Equity Note Pay Acct Pay Accr Tax Other Accr Tot CL LT Debt Equity Tot L+E 2001 290 81 13 15 399 150 674 1,223 2002 295 94 16 100 505 453 1,086 2,044 2003 290 94 16 100 500 530 1,139 2,169 2001 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 Indexed (%) 2002 101.7 116.0 123.1 666.7 126.6 302.0 161.1 167.1 2003 100.0 116.0 123.1 666.7 125.3 353.3 169.0 177.4

PT. ABC Indexed Income Statements


Regular (thousands of $) 2001 Net Sales COGS Gross Profit Adm. EBIT Int Exp EBT EAT Cash Div 1,235 849 386 180 206 20 186 112 50 2002 2,106 1,501 605 383 222 51 171 103 50 2003 2,211 1,599 612 402 210 59 151 91 50 2001 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 Indexed (%) 2002 170.5 176.8 156.7 212.8 107.8 255.0 91.9 92.0 100.0 2003 179.0 188.3 158.5 223.3 101.9 295.0 81.2 81.3 100.0

Penilaian Saham (Stock Valuation)

Jaja Suteja Kompleks Bogenville Estate H-2 Antapani Bandung 40291

Kuliah 7

Saham dan Pasar Modal (Stocks & Capital Market)


Pasar perdana (Primary Market) - Tempat dimana penjualan suatu saham perusahaan untuk pertamakalinya terjadi (Place where the sale of new stock first occurs). Penawaran Saham Perdana atau Initial Public Offering (IPO) Penawaran saham pertamakalinya pada publik (First offering of stock to the general public). penjualan saham baru yang dilakukan setelah perusahaan terdaftar di Bursa Efek (Seasoned Issue - Sale of new shares by a firm that has already been through an IPO),

Stocks & Stock Market


Saham Biasa (Common Stock) Kepemilikan saham di perusahaan publik (Ownership shares in a publicly held corporation.) Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder. Pasar dimana sekuritas yang sudah diterbitkan diperdagangkan. (market in which already issued securities are traded by investors.)

Sahan dan Pasar saham (Stocks & Stock Market)


Dividend Pembagian kas secara periodik dari perusahaan ke pemegang saham. (Periodic cash distribution from the firm to the shareholders.) Rasio Harga thd Earnings (P/E Ratio) - Price per share divided by earnings per share. (EPS) ------- mengindikasikan keberanian investor untuk menghargai setiap rupiah earnings dari saham tersebut

Penilaian Saham (Stock Valuation)


Karakteristik Saham: 1.Preferen stock: fix, no control, get paid before common. 1.Common stock (biasa): control, dividen (tidak jaminan), capital gain, get paid last Nilai saham sama seperti finansial assets yang lainnya adalah present value dari aliran kas di masa yang akan datang

Penilaian Saham Preferen


Saham yg memberikan sejumlah dividen yang tetap jumlahnya dalam waktu yang tak terbatas Karena saham preferen tidak mempunyai tanggal jatuh tempo, maka penilaian saham preferen merupakan suatu perpetuitas. Dps Po = Kps P0 = Nilai saham preferen Dps = dividend saham preferen Kps = tingkat return yang disyaratkan pd saham preferen

Penilaian Saham Preferen


Contoh: Microsoft mempunyai saham preferen dengan dividen yang dibayarkan sebesar Rp1.500 tiap tahun. Tingkat return yang diinginkan investor adalah 14%. Berapa nilai sekarang saham preferen? V=Dp/kps = 1500/0,14 = Rp 10.714,28

Penilaian saham Biasa (Valuing Common Stocks)


Return Yg diharapkan Expected Return - The percentage yield that an investor forecasts from a specific investment over a set period of time. Sometimes called the holding period return (HPR).

Div1 P 1P 0 Expected Return r P0

Valuing Common Stocks


The formula can be broken into two parts. Dividend Yield + Capital Gain

Div1 P1 P0 Expected Return r P0 P0

Contoh: PT. XYZ memperkirakan akan ada pendistribusian dividen tahun depan sebesar 3.000. Harga saham PT ini sekarang adalah 8.000 per lembar. Tahun depan diramalkan harga saham akan naik menjadi 10.000 per lembar karena perusahaan baru saja memenangkan proyek besar dari pemerintah. Berapakah Expected return dr saham PT.XYZ?
r = 3000 + 10000 8000 = 62,5 % 8000

Penilaian Saham Biasa


Dividend Discount Model (DDM) Perhitungan harga saham sekarang yang menyatakan bahwa nilai saham sama dengan present value (PV) dari semua dividen yang diharapkan diterima di masa yang akan datang. Div1 Div2 Div H PH P ... 0 1 2 (1 r ) (1 r ) (1 r ) H

H - Time horizon for your investment.

Penilaian Saham Biasa


Example
Diramalkan bahwa PT. XYZ akan membayar dividen sebesar $3, $3.24, and $3.50 untuk 3 tahun yang akan datang. Pada tahun ketiga, kalian mengantisipasi menjual saham dengan harga pasar sebesar $94.48. Berapakah harga saham apabila diketahui 12% expected return?

3.00 3.24 3.50 94.48 PV 1 2 3 (1.12 ) (1.12 ) (1.12 ) PV $75.00

Penilaian Saham Biasa


Dividen Bertumbuh Secara Konstan (Constant Growth Model) Dividen tumbuh sesuai dengan tingkat pertumbuhan perusahaan Model ini mengasumsikan bahwa dividen tumbuh pada suatu tingkat tertentu (g) / konstan Model ini cocok untuk perusahaan yang mature dengan pertumbuhan yang stabil:

D0 (1 g ) P0 (K s g )

Rumus Dividen Bertumbuh Konstan


D0 (1 g ) P0 (K s g )
P0 = Harga saham D0 = Nilai dividen terakhir g = tingkat pertumbuhan perusahaan Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham tsb Model ini disebut Gordon model sesuai dgn nama penemunya Myron J Gordon

Contoh Constant Growth/ Gordon Model


Dengan menggunakan Gordon Model, kita dapat menghitung harga saham A, apabila diketahui dividen terakhir adalah Rp 1,82. Tingkat pertumbuhan perusahaan diperkirakan sebesar 10%. Investor mensyaratkan return sebesar 16%, berapa harga saham A?
1.82 (1 10 %) P0 (16 % 10 %)

= Rp. 33,33

Penilaian Saham Biasa


Dividen Tumbuh Secara Tidak Konstan (Nonconstant Growth Rate) Umumnya, tingkat pertumbuhan dividen tidak konstan karena kebanyakan perusahaan2 mengalami life cyles (earlyfaster growth, faster than economy, then match with economys growth, then slower than economys growth)

Langkah2 Perhitungan Nonconstant Growth


1. Menentukan estimasi pertumbuhan dividen (g) 2. Menghitung present value dividen selama periode dimana dividen tumbuh tidak konstan 3. Menghitung nilai saham pada periode pertumbuhan tidak konstan 4. Menjumlahkan 2 dan 3 untuk mendapatkan P0

Contoh Nonconstant Growth


Perusahaan Hayo selama ini membagikan dividen yang jumlahnya bervariasi. Perusahaan memperkirakan kenaikan pendapatan sebesar 20% per tahun selama 2 tahun mendatang, tetapi setelah itu pendapatan akan menurun menjadi 5% per tahun sampai waktu tak terhingga. Pemilik perusahaan menginginkan return sebesar 18%. Dividen terakhir yang dibagikan adalah Rp 200/ lembar. Berapakah harga saham perusahaan tsb sekarang?

Jawab
D1 = D0 (1+ 0,20) = 200 (1,20) = 240 D2 = D0 (1+0,20)2 = 200 (1,44) = 288 PV1 (D1, D2) = 240/(1+0,18)+288/(1+0,18)2 = 203,39 + 206,84= 410,23
P2 D3 (K s g )

P2

302,40 2.326P D2 (1 0.05 ) 2 (18% 5%) (18 % 5%)


P2 302 ,40 2.326 (18 % 5%)

288 (1 0.05 ) P2 (18 % 5%)

PVP2 = 2.326/(1+0,18)2 = 1.670,5 P0 = 410,23+ 1.670,5 = 2.080,73

More Example
2. Perusahaan Yahoo selama ini membagikan dividen yang jumlahnya berbeda sesuai dgn pertumbuhan perusahaan. Perusahaan memperkirakan kenaikan pendapatan sebesar 30% per tahun selama 3 tahun mendatang, tetapi setelah itu pendapatan akan menurun menjadi 10% per tahun untuk selamanya. Pemilik perusahaan menginginkan return sebesar 16%.Dividen terakhir yang dibagikan adalah 1,82/ lembar. Berapakah harga saham perusahaan tsb sekarang?

Answer
D0 = 1,82 D1 = D0 ( 1+0,30 ) = 1,82 (1,30) = 2,366 D2 = 1,82 (1+0,30 )2 = 3,070 D3 = 1,82 (1+0,30)3 = 3,999 D4 = 3,999 (1+0,10) = 4,399 PV1 (D1,D2, D3) =
= 2,36/(1+0,16) + 3,070/(1+0,16)2 +3,999/(1+0,16)3 = 6,89

P3 = D4 / Ks g = 4,399/ 0,16 0,10 = 73,32 PVP3 = 73,32 / (1+0,16)3 =46,97 Jadi harga saham P0 = PV (D1,D2,D3)+ PVP3 = 6,89 + 46,97 = 53,86

No Free Lunches

Technical Analysts

Forecast stock prices based on the watching the fluctuations in historical prices

Random Walk Theory


Ergerakan harga saham dari hari ke hari yang tidak mencerminkan pola-pola tertentu (The movement of stock prices from day to day DO NOT reflect any pattern). Secara statistik, pergerakan harga saham tersebut bersifat ACAK (Statistically speaking, the movement of stock prices is random)

Pemanis sekuritas (Warrant)


Suatu opsi yg dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sejumlah lembar saham pd harga yang telah ditentukan. Biasanya warrant diterbitkan bersama obligasi. Sebagai bonus krn membeli obligasi Sebagai pemanis/sweetener penerbitan obligasi

Convertible Security
Obligasi atau saham preferen yang dapat ditukarkan/dikonversikan menjadi saham biasa dalam waktu dan kondisi yang telah ditentukan. Berbeda dgn warrant, pengkonversian tidak menambah dana tambahan bagi perusahaan. Utang/ obligasi atau saham preferen hanya digantikan dengan saham biasa di balance sheet ( neraca )

Right Issue
Para pemegang saham mempunyai hak option untuk membeli sejumlah saham baru. Setiap pemegang saham mempunyai satu right untuk setiap lembar saham yang dimiliki. Apabila pemegang saham tidak ingin membeli tambahan saham baru maka ia bisa menjual rights nya ke orang yang mau membel saham tersebut.

Tugas
1. What is the value of a stock that expects to pay a $3 dividend next year, and then increase the dividend at a rate of 8% per year, indefinitely? Assume a 12% expected return. Use Gordon Model 2. If the same stock is selling for $100 in the stock market, what might the market be assuming about the growth in dividends?

Non Constant Growth Model


3. Sekarang adalah tanggal 1/1/1991. PT Aqua mengharapkan bahwa perusahaan akan mengalami kenaikan pendapatan 20% per tahun selama 5 tahun mendatang (petunjuk: kenaikan pendapatan = kenaikan dividen). Setelah itu perusahaan memperkirakan bahwa pendapatan atau dividen akan menurun secara konstan 6% per tahun sampai waktu tak terhingga. Pemegang saham menginginkan keuntungan sebesar 10%. Dividen terakhir yang baru saja dibayarkan kemarin adalah Rp 1,5. Hitunglah harga saham perusahaan tersebut hari ini.

4. Dividen yg terakhir dibayar oleh PT Paper Mills adalah Rp 1,5. Harga saham perusahaan tersebut saat ini adalah Rp 15,75. Dividen diharpkan bertumbuh secara konstan 5% per tahun. Jika pemegang saham menginginkan rate of return on stock sebesar 15%, hitung dividen yield dan capital gain yield selama setahun mendatang.

Anda mungkin juga menyukai