Anda di halaman 1dari 402

URAIAN MATERI

MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA

DOSEN :
1. Prof.Dr.H.Tb.Hasanuddin,M.Sc.,Ak.P.
2. Dr.Hj.Ellen Rusliati,SE.,MSIE.
3. Dr.Jaja Suteja,SE.,M.Si.

SUMBER :
1. Principles of Public Finance, Routledge & Keegan Paul Ltd,London, 2000
– Hugh Dalton.

2. Public Finance, Prentice Hall, Twelve Edition, Otto Eckstein 1999.

3. Finance in Theory and Practice, Mc Grow Hill Book Coy, International


Students Edition, 2000. Richard A Musgrove, Peggy B Musgrove.

4. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek, BPPE, Yogjakarta. M.


Suparmoko, Drs,MA.,Ph.D.
KEUANGAN NEGARA :

I. PENDAHULUAN
1. Pemerintah dan Rumah Tangga : Perbedaan
dalam cara berfikir
2. Peranan pemerintah dalam perekonomian
3. Kepincangan –kepincangan dalam
mekanisme pasar
4. Eksternalitas dan barang publik
5. Macam kegiatan pemerintah

II. PENGELUARAN PEMERINTAH


1. Kegiatan dan pengeluaran pemerintah
selalu meningkat
2. Efisiensi dalam pengeluaran negara
3. Kebijakan subsidi
4. Pengaruh subsidi barang dengan jumlah
tertentu (Fixe quality subsidy)
5. Klasifikasi dari pengeluaran pemerintah
III. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
NEGARA
1. Pengertian anggaran
2. Kebijakan anggaran
3. Kebijakan anggaran pendapatan dan belanja negara

IV. ANALISA BIAYA DAN MANFAAT


1. Kriteria investasi
2. Macam manfaat dan biaya suatu proyek
3. Mengenal dan mengukur manfaat suatu proyek
4. Mengenal dan mengukur biaya proyek
5. Menentukan waktu dan bunga diskonto
V. PENERIMAAN PEMERINTAH
1. Sumber-sumber penerimaan negara
2. Distribusi beban pemerintah
3. Sistem perpajakan dan politik pajak
4. Penggeseran beban pajak
5. Hubungan antara seorang penjual/produsen(firm)
dengan pasar (industri)
6. Kesejahteraan yang hilang karena pajak
VII. PENENTUAN HARGA BARANG OLEH PEMERINTAH
1. Penentuan harga barang-barang publik
2. Kebijakan harga hasil pertanian

VIII. PENGARUH PAJAK TERHADAP PEREKONOMIAN


1. Pengaruh pajak terhadap produksi
2. Pengaruh pajak terhadap distribusi pendapatan
3. Pengaruh pajak terhadap keinginan untuk bekerja
IX. HUTANG NEGARA
1. Macam dan ciri dari hutang negara
2. Sumber panjaman negara
3. Beban dan hutang negara
4. Masalah pengelolaan hutang negara

X. KEBIJAKAN FISKAL
1. Asal mula dari kebijakan fiskal
2. Macam kebijakan fiskal
3. Tujuan kebijakan fiskal
4. Konflik antara stabilitas dan kesempatan kerja
5. Kaitan antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter
XI. PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PINJAMAN
LUAR NEGERI
1. Pendahuluan
2. Pinjaman luar negeri sebagai sumber kapital
3. Pemilihan antara pinjaman dalam negeri
(Internal Debt) dan pinjaman luar negeri (External Debt)
4. Pinjaman luar negeri dan inflasi
5. Kapasitas untuk membiayai pinjaman luar negeri
Indonesia
6. Meringankan bebean pinjaman
7. Posisi pinjaman luar negeri Indonesia diantara
negara Asean
8. Pembayaran cicilan hutang luar negeri dan
bunganya dalam hubungannya dengan APBN
9. Kesimpulan
XII. DISTIBUSI PENDAPATAN
1. Redistribusi pendapatan : Pro dan kontra
2. Beberapa kesulitan pengukuran derajat
ketidakmerataan distibusi pendapatan
3. Beberapa teknik redistribusi pendapatan
4. Pengaruh kebijakan redistribusi pendapatan terhadap
keinginan untuk bekerja, biaya sosial (welfare cost) dan
pembebanan pajak (Tax Incidence).

XIII. HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA


PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH
DAERAH
1. Transfer pemerintah pusat ke pemerintah
daerah
2. Besarnya transfer pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah
3. Bantuan pemerintah dan pembangunan daerah yang
seimbang
4. Bantuan pusat, Tax Effort dan Fiscal Need
5. Ikhtisar dan kesimpulan
MATERI KEUANGAN BISNIS
SUMBER :

• Principles Corporate Finance, Richard A


Breally, Stewart C Meyers.
• Fundamental of Financial Management,
Eugene F Brigham, Joel F Houston.
• Financial Management Policy, James C Von
Horn.
MATERI KEUANGAN BISNIS

I. DASAR-DASAR KEUANGAN
1. Tujuan dan fungsi keuangan
2. Konsep penilaian
3. Resiko dasar dan hasil
4. Multi variabel dan faktor penilaian
5. Opsi penilaian

II. INVESTASI DALAM ASET DAN HASIL YANG


DIHARAPKAN
1. Prinsip investasi modal
2. Resiko dan opsi nyata dalam anggaran modal
3. Menciptakan nilai melalui hasil yang diharapkan

III. KEUANGAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN


1. Teori dan struktur modal
2. Membuat keputusan struktur modal
3. Dividen dan pembelian kembali teori dan praktek
IV. ALAT ANALISIS DAN PENGENDALIAN
KEUANGAN
1. Analisis ratio keuangan
2. Perencanaan keaungan
V. LIKUIDITAS DAN MANAJEMEN MODAL
KERJA
1. Likuiditas, kas dan sekuritas marketabel
2. Manajemen piutang dan persediaan
3. Manajemen utang dan pembiayaan jangka Pendek dan menengah
VI. KEUANGAN PASAR MODAL DAN RESIKO
MANAJEMEN
1. Dasar permodalan jangka panjang
2. Keuangan leasing
3. Penerbitan saham
4. Keuangan pendapatan tetap dan utang
Pensiun
5. Hybrid financing melalui sekuritas yang terkait
6. Resiko manajemen keuangan

VII. EKSPANSI DAN KONTRAKSI


1. Merger dan pasar untuk pengendalian korporat
2. Korporat dan restrukturisasi tidak dipaksakan
3. Manajemen keungan internasional
MANAJEMEN KEUANGAN
Dosen : 1. Prof.Dr.H.Tb.Hasanuddin,M.Sc.,Ak.P.
2. Dr.Hj.Ellen Rusliati,SE.,MSIE.
3. Dr.Jaja Suteja,SE.,M.Si.
I. TUJUAN

1) Agar mahasiswa memahami Manajemen Keuangan Negara; Manajemen Keuangan


Perusahaan
2) Agar mahasiswa mampu mengetahui permasalahan keuangan
3) Agar mampu memberikan pandangan mengenai upaya memperbaiki kelemahan yang
ada.

II. METODE BELAJAR

1. Diskusi dalam kuliah tatap muka


2. Membahas konsep manajemen keuangan melalui studi literatur dan membuat laporan
3. Membahas kasus

III. UJIAN

1) Responsidan diskusi
2) Ujian tengah semester
3) Ujian akhir semester

IV. UNSUR YANG DINILAI


1) Kehadiran 5%
2) Responsi dan tugas 15%
3) UTS 30%
4) UAS 50%
V. MATERI

1) Keuangan Negara :
1. Anggaran Belanja Negara
2. Kebijakan Paskal
3. Utang Negara
4. Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah

2) Manajemen Keuangan Entitas Bisnis :


1. Dasar Manajemen Keuangan
2. Investasi Aset dan Hasil Yang Diharapkan
3. Pengelolaan Keuangan dan Kebijakan Dividen
4. Alat Analisis dan Kendali
5. Pengelolaan Likuiditas dan Modal Kerja
6. Keuangan Pasar Modal dan Manajemen Resiko
7. Ekspansi dan Kontraksi
I. The Role Of Fin Management
( Peran Manajemen Keuangan )

1. Fin Management is concerned with the


acquisition, financing and management of
assets with some overall goal in mind.
2. Decision Function Of Fin Management
1) The Investment
2) Financing
3) Asset Management
3 . INVESTMENT DECISION
1) A determination of the total amount of assets needed
to be held by the firm
Balance sheet
2) Invest decis Total
How Much Assets
Need ?
3) Assets that can no longer
be economi cally justified
may need to be reduced, eliminated or replaced
4. FINANCING DECISION
Balance Sheet
Financial manager Assets Liabilities :
is Concerned with - Short term loan
make up if the right - Long term loan
hand side of The - Lease
arrangement
balance sheet - Bonds
- Stocks
100 x 100 x
5. ASSETS MANAGEMENT DECISION

BALANCE SHEET
ASSETS LIABILITIES
The third important Decision
of the firm is the asset
Management decis
1) Assets have been acquired and
appropriate financing provided
2) This assets must still be
managed efficiently
3) The fin, Man is charged with
varying degrees of operating
responsibility over existing assets
4) The Fin Man’s responsibilities
require that the greater concers
be placed with the management
of current assets than with fixed
assets.
II. TUJUAN PERUSAHAAN
( THE GOAL OF THE FIRM)
1. Efficient fin Man requires the exictence of some
objectives or goal because judgement as to wether
or not a fin decision is efficient must be in light of
some standard
2. Goal of the firm is to maximize the wealth of the
firm’s present owners.
1) Profit maximation , maximizing a firm’s earnings
after taxes (eat)
2) Earning per share (EPS), earnings after taxes
divided by the number of common shares out
standing
3) Maximation of earnings per share is notafully
appropriate goal because it does not specify the timing
or duration expected returns.
(1) Is the investment project that will produse a $
100.000,- return 5 years from now more valuable than
the project that will produce annual returns of $ 15.000,-
in each of the next 5 years ?
(2) an answer to this question depens on the time value
of money to the firm and to investors at the margin
(3) an objective of maximazing earnings per share may
not be the same as maximizing market price per share.
The Latest :
- Represents tge focal judgement of all market participants
as to the value of the partcular firm.
- It take into account present and prospective future
earnings per share, the timing, duration and risk of these
earnings, the dividend policy of the firm, and other
factors that bear upon the market price of the stock.
- The market price serves as a barometer for business
performances it indicates how well management is doing
in behalf of its stockholders.
4) MANAGEMENT VERSUS SHARES HOLDERS
The separation of ownership and control in the modern corporation
results in potensial conflicts between owners and managers.
(1) The objectives of management may differ from those of the firm’s
share holders
(2) Creates a situation in which management may act in its own best
interest rather than those of the share holders.
(3) Management as the agents of the owners. Share holders, hoping
that the agents will act in the share holders’ best interests,
delegate decision making authority to them.
i. Agent (s), individual (s) authorised by another person, called
the principal, to act in the latter’s behalf.
ii. Agency (theory), a branch of economics relating to the
behaviour of principals (such as owners) and their agents
(such as managers).
5) Social Resposibility
Maximizing share holders wealth does notimly that
management. Should ignore social responsibility.
(1) Protecting the consumers,
(2) Paying fair wages to employees,
(3) Maintaining fair hiring practices and safe working
conditions,
(4) Supporting education,
(5) Involved in environmental issues such as clean air
and water.
Because the criteria for social responsibility are not
clearly defined, it is difficult to formulate consistent
policies.
MANAJEMEN KEUANGAN

MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS PASUNDAN
UNIT I.MENGENAL LAPORAN KEUANGAN
1. Mengapa Manajemen Keuangan
 Orang berpresepsi bahwa manajemen keuangan
adalah model yang rumit

 Keputusan operasi perusahaan tidak optimal


- Analisis keuangan otomatis menjadi porsi bagian keuangan
- Bagian operasi mempercayakan analisis keuangan ke bagian
keuangan
 Sebetulnya setiap orang melaksanakan manajemen
keuangan
 Fungsi audit harus memahami manajemen keuangan
agar dapat memahami cara pandang manajemen
waktu memutuskan suatu keputusan transaksi
2. Pengertian Manajemen Keuangan

 Seperti apakah pekerjaan manajer keuangan di


perusahaan Bapak dan Ibu ?

 Manajer keuangan diperusahaan :

. Mencermati perkembangan pasar uang dan pasar modal, dan


. Memutuskan agar pendanaan dapat dipenuhi dengan murah
. Mendapatkan aktiva dengan harga yang semurah-murahnya

 Terlihat bahwa manajer keuangan bertugas untuk mencari uang dan


menetapkan kebijakan penggunaannya agar diperoleh biaya
pendanaan yang murah dan mendapatkan aktiva yang murah juga
3. Kriteria Keberhasilan Manajemen Keuangan

 Orang mengira keberhasilan manajemen keuangan


adalah laba

 Kriteria yang harus diukurkan pada manajer keuangan


adalah nilai tambah :
. Keputusan Operasi
. Keputusan investasi dan
. Keputusan pendanaan

 Nilai tambah ini mencerminkan dari meningkatnya nilai


hak (klaim) terhadap perusahaan
UNIT II. MENGENAL LAPORAN KEUANGAN

1. Laporan Keuangan dan Pelaporan


Keuangan
 L/K adalah titik pusat proses pelaporan
keuangan
 L/K adalah alat komunikasi informasi akuntansi
bagi eksternal perusahaan
 Saat ini, laporan keuangan terdiri dari :
. Neraca atau laporan posisi keuangan
. Laporan Rugi Laba
. Laporan Arus Kas dan
. Catatan atas laporan keuangan
 Laporan keuangan mungkin mengandung informasi sumber selain
catatan akuntansi, tetapi sistem akuntansi perusahan biasa disusun
berdasarkan laporan keuangan :
. Asset
. Utang
. Pendapatan
. Biaya dan seterusnya
 Pelaporan keuangan memuat tidak hanya laporan keuangan tetapi
juga :

- Alat lain untuk mengkomunikasikan informasi yang terkait baik langsung ataupun
tidak langsung dengan informasi yang disaji oleh sistem akuntansi.
- Mungkin diharuskan oleh peraturan atau sukarela
- Bentuk yang biasa dipakai misalnya :
- Laporan tahunan
- Prospektus
- Formulir – formulir pemenuhan kewajiban terhadap Kantor Pajak, bea cukai, Bank
Indonesia dan Badan Pengawasan Pasar Modal.
2. Tujuan Laporan Keuangan

 Memberikan informasi kuantitatif yang bermakna keuangan tentang


suatu entitas agar dapat dipergunakan oleh mereka yang
menggunakannya untuk dasar pengambilan keputusan :
 Pengambilan keputusan ekonomi :
- Perorangan
- Perusahaan
- Pasar
- Pemerintah
 Efektivitas keputusan akan meningkat jika keputusan tersebut dibuat
berdasarkan pemahaman mengenai posisi dan kinerja objek
pengambilan keputusan
 Oleh karena itu, laporan keuangan bukanlah tujuan akhir dari
proses pelaporan keuangan.
Ciri dan Keterbatasan Laporan Keuangan

1. Informasi yang disajikan hanya relevan terhadap


perusahaan dan bukan pada industri atau
perekonomian secara keseluruhan
2. Informasi yang disajikan sering merupakan hasil dari
taksiran dan bukan pengukuran yang pasti
3. Informasi yang disajikan mencerminkan dampak
keuangan transaksi dan kejadian terutama yang sudah
terjadi
4. Laporan keuangan bukanlah sumber informasi tunggal
bagi mereka yang ingin membuat keputusan ekonomi
tentang suatu perusahaan.
Tujuan Yang Hendak Dicapai
1. Menyajikan informasi bagi pengambilan keputusan investasi,
kredit dan keputusan sejenis, informasi yang dapat dimengerti
oleh mereka yang mempunyai pengetahuan dan kesungguhan
belajar yang wajar tentang usaha dan aktivitas ekonomi.

2. Menyediakan informasi untuk menilai jumlah, saat dan kepastian


penerimaan kas dimasa yang akan datang dari dividen atau
bunga serta hasil penjualan, harga tebusan atau jatuh temponya
surat berharga atau piutang

3. Menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomi


perusahaan, hak atas sumber daya tersebut dan dampak dari
transaksi, kejadian dan kondisi yang menyebabkan terdapatnya
perubahan atas sumber daya perusahaan serta hak atas sumber
daya tersebut.
3. Neraca :
 Menyajikan informasi tentang sumber daya ekonomi,
kewajiban dan hak kepemilikan suatu perusahaan

 Membantu investor, kreditor dan pemakai lain untuk


mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan keuangan
serta likuiditas dan solvabilitas suatu perusahaan

 Menilai kinerja perusahaan pada suatu periode

 Indikasi aliran kas yang dapat diperoleh dari beberapa


sumber daya ekonomi dan kas yang akan keluar bagi
pelunasan beberapa kewajiban.
NERACA UNTUK MASA XXX
• Aktiva Lancar • Utang Lancar
Kas dan setara Kas Utang Usaha
Surat berharga yang mudah dijual Pemotongan PPh Harus Disetor
Piutang Utang Jk.Pj Yang Harus Dilunasi
Persediaan
Pembayaran Dimuka Total Utang Lancar
Total Aktiva Lancar • Utang Jangka Panjang dan Modal
• Aktiva Tetap Obligasi
Aktiva Tetap Agio dan Disagio Saham
Akumulasi Penyusutan Aktiva Modal
Tetap Agio Saham
Total Aktiva Tetap Sisa Laba (Rugi) Tahun lalu
Laba (Rugi) Tahun Berjalan
• Aktiva Lainnya
Proyek Dalam Penyelesaian Total Utang Jk. Pj. dan Modal
Aktiva Lainnya
Total Aktiva Jangka Panjang

TOTAL AKTIVA TOTAL AKTIVA


4. Laporan Laba Rugi :
• Dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang kinerja keuangan
perusahaan selama suatu periode

• Sebagai alat bantu untuk menaksir prospek dari suatu perusahaan

• Fokus diletakkan pada pengukuran laba dan komponennya


• Rangkaian informasi yang mencakup waktu yang panjang lebih
disukai
• Agar laba dan komponennya digunakan untuk :

1. Mengevaluasi kinerja manajemen


2. Memperkirakan daya laba atau jumlah lain yang diyakini sebagai
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dalam jangka
panjang
3. Menaksir laba untuk suatu masa mendatang
4. Menaksir resiko kredit dan resiko investasi
• Akuntansi keuangan mengukur laba dan komponen laba
menggunakan akuntansi akrual.
DAFTAR LABA (RUGI) UNTUK MASA XXX
Pendapatan Operasional
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor Penjualan

Biaya Operasional
Biaya Pegawai
Biaya Peralatan dan Perlengkapan
Biaya Umum dan Administrasi
Biaya Transportasi dan Komunikasi
Biaya Penyusutan Aktiva Tetap
Biaya Promosi dan Humas
Biaya Barang dan Jasa Pihak III
Biaya Rapat dan Penugasan
Biaya-biaya Pajak
Laba (Rugi) Operasional

Pendapatan Non Operasional


Pendapatan Bunga
Biaya Bunga
Pajak
Laba (Rugi) Non Operasional
LABA (RUGI) BERSIH
5. Laporan Arus Kas

o Dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang


bagaimana perusahaan memperoleh dan menggunakan
kas.
o Informasi ini terkait dengan pinjaman dan
pembayarannya, transaksi permodalan termasuk
pembayaran dividen dan transfer sumber daya lain dari
perusahaan kepada pemilik, serta faktor lain yang
berpengaruh pada likuiditas dan solvabilitas perusahaan
o Informasi aliran kas akan dapat dipergunakan untuk
memahami operasi perusahaan, mengevaluasi transaksi
investasi, menaksir likuiditas dan solvabilitas dan
menginterpretasi informasi laba yang disajikan.
ARUS KAS UNTUK MASA XXX

Kas dari Operasi


Laba Bersih
Penyusutan
Perubahan Modal Kerja
Total Kas dari Operasi
Kas dari Investasi
Tanah Lokasi Pabrik
Engineering dan Supervisi
Mesin dan Peralatan
Alat Pengangkut
Budi Daya Tanaman
Bunga dalam Konstruksi
Hasil Bersih Penjualan Aktiva Tetap
Total Kas dari Investasi
Kas dan Pendanaan
Setoran Modal
Pengambilan Pinjaman
Pengakuan Bunga
Pembayaran Kembali Pinjaman
Total Kas dari Pendanaan
Total Aliran Kas
6. Analisa Laporan Keuangan :

o Analisa Laporan Keuangan


- Membaca laporan keuangan dan
- Menggali informasi yang ada dibalik
angka – angka laporan keuangan
o Dimungkinkan karena dirancang sebagai bentuk
laporan yang saling terkait
o Disamping angka laporan keuangan terkait
dengan informasi non keuangan.
- Praktek bisnis yang baku
- Rata-rata industri
6.1. Prosedur Audit Analitis

 Diatur dalam SIAS # 8, Analytical Auditing Procedures


 Tanpa ada kondisi yang menyebabkan hal yang berlawanan,
keterhubungan antar informasi dapat diharapkan ada dan tetap
berkesinambungan
 Menggunakan Prosedur ini dapat ditemukan :
- Kemungkinan kesalahan
- Ketidak wajaran atau
- Penyimpangan
 Jika prosedur audit analitis menemukan hasil yang tidak diinginkan :
- Internal auditor harus meneliti dan mengevaluasi sehingga hasil
dan keterhubungan tersebut dapat dijelaskan
- Hasil dari keterhubungan yang tidak dapat dijelaskan mungkin
merupakan indikasi terdapatnya kondisi yang mengandung
kesalahan, ketidak wajaran atau penyimpangan.
6.1.1.Kegunaan Prosedur Audit Analitis

 Mengidentifikasikan hal-hal yang diharapkan atau tidak


diharapkan
 Melalui pengujian konsistensi internal antar informasi
 Prosedur audit analitis digunakan untuk mendapatkan :
1. Perbedaan yang tidak diharapkan
2. Tidak adanya perbedaan yang diharapkan
3. Kemungkinan kesalahan
4. Kemungkinan ketidak-wajaran dan penyimpangan
5. Transaksi atau kejadian yang tidak biasa atau tidak
berulang.
6.1.2. Teknik Prosedur Audit Analitis

 Teknik yang biasa menggunakan dasar :


1) Jumlah Uang
2) Kuantitas Fisik
3) Rasio
4) Atau Persentasi

 Analitis khusus dapat dilakukan dengan :


1) Rasio
2) Trend
3) Pengujian Kewajaran
4) Regresi
5) Perbandingan :
- Antar Periode
- Dengan Anggaran
- Dengan informasi ekonomi eksternal
 Beberapa teknik yang lazim dalam prosedur
audit analitis adalah :
1. Pembandingan informasi periode sekarang dengan
periode sebelumnya
2. Perbandingan informasi periode sekarang dengan
anggaran atau ramalan
3. Mempelajari keterhubungan informasi keuangan
dengan non keuangan
4. Mempelajari keterhubungan antar elemen informasi
5. Membandingkan informasi suatu unit dengan informasi
unit lain
6. Membandingkan informasi dengan informasi
perusahaan lain dalam industri
6.2.Analisa Rasio :

6.2.1. Rasio Kelancaran


Aktiva Lancar
Rasio Lancar =
Pasiva Lancar
Aktiva Lancar - Persediaan
Rasio Cepat =
Pasiva Lancar

6.2.2. Rasio Aktivitas


Penjualan
Rasio Perputaran Aktiva AAA =
Saldo (Rata-rata) Aktiva AAA
UNIT III. MENGELOLA ASSET LANCAR

 Asset lancar bersama-sama dengan


kewajiban lancar mencerminkan
pengelolaan operasi perusahaan
 Bersama-sama mereka mendapatkan
sebutan modal kerja
 Modal kerja adalah pos-pos yang
menampung dampak kegiatan operasi.
1. Perencanaan Laba
 Perencanaan laba dibuat perusahaan dalam rangka untuk
memperkirakan kebutuhan pendanaan di masa mendatang
 Manajemen menggunakan media anggaran untuk menuangkan
rencana ini dalam format kuantitatif
 Karena muatannya, peran anggaran dapat diperluas menjadi alat
perencanaan, alat memotivasi pegawai, alat pengendali kegiatan
organisasi dan alat evaluasi kinerja
 Demikian luasnya penggunaan anggaran, sehingga dikenal
berbagai macam anggaran dengan berbagai tujuan pula
 Untuk mengendalikan operasi perusahaan misalnya anggaran fisik,
anggaran penjualan, anggaran biaya, anggaran laba dan anggaran
kas
 Dalam anggaran keuangan dikenal adalah pengangguran modal,
proforma laba rugi, proforma neraca dan proforma arus kas
Proforma Laporan Keuangan

Tahun 2000 2001 2002 2003

Proforma Laba Rugi


Pendapatan 0 0 71.131.200.000 91.454.400.000
Harga Produksi dan Biaya Operasi 0 0 47.000.000.000 47.000.000.000
Biaya Penyusutan 0 0 11.632.000.000 11.632.000.000

Total Harga Pokok Prod.dan Biaya Ops. 0 0 58.632.000.000 58.632.000.000

Laba Operasi 0 0 12.499.200.000 32.822.400.000

Biaya Bunga 16% Setahun 0 0 12.320.000.000 14.291.200.000


Pajak 30% 0 0 53.760.000 5.559.360.000

Laba Bersih 125.440.000 12.971.840.000

Neraca
Aktiva Lancar
Kas 0 3.180.000.000 3.889.040.000 9.398.480.000
Piutang 0 0 23.710.400.000 30.484.800.000
Persediaan 0 0 14.658.000.000 14.658.000.000
Total Aktiva Lancar 0 3.180.000.000 42.257.440.000 54.541.280.000

Aktiva Tetap
Total Aktiva Tetap 0 116.320.000.000 116.320.000.000 116.320.000.000
Akumulasi Penyusutan 0 0 -11.632.000.000 -23.264.000.000
Nilai Buku Aktiva 0 116.320.000.000 104.688.000.000 93.056.000.000
Total Aktiva 119.500.000.000 146.954.440.000 147.597.224.000
Utang dan Modal
Pinjaman 0 77.000.000.000 89.320.000.000 77.000.000.000
Modal 0 42.500.000.000 57.500.000.000 57.500.000.000
Laba Ditahan 0 0 125.440.00 13.097.280.000

Total Utang dan Modal 0 119.500.000.000 146.945.440.000 147.597.280.000

Arus Kas
Kas dan Operasi
Laba Bersih 0 0 125.440.000 12.971.540.000
Penyusutan 0 0 11.632.000.000 11.632.000.000
Perubahan Modal Kerja 0 0 -38.368.400.000 -6.774.400.000
Total Kas dari Operasi 0 0 -26.610.950.000 17.829.440.000

Kas dari Inventaris


Tanah lokasi pabrik 0 -14.000.000.000 0 0
Engineering dan supervisi 0 -15.000.000.000 0 0
Mesin dan peralatan 0 -60.000.000.000 0 0
Alat pengangkut 0 -5.000.000.000
Budidaya Tanaman 0 -10.000.000.000 0 0
Bunga dalam konstruksi 0 -12.320.000.000 0 0
Total kas dan Investasi 0 -116.320.000.000 0 0

Kas dan Pendanaan


Setoran Modal 0 42.500.000.000 15.000.000.000 0
Pengambilan Pinjaman 0 77.000.000.000 0 0
pengakuan Bunga 0 0 12.320.000.000 14.291.200.000
Pembayaran kembali Pinjaman 0 0 0 -26.611.200.000

Total kas dari Pendanaan 0 119.500.000.000 27.320.000.000 -12.320.000.000

Total Aliran Kas 0 3.180.000.000 790.040.000 5.509.440.000


2. Manajemen Kas

 Kas adalah media utama bagi perusahaan untuk


mengelola likuiditasnya
 Demikian pentingnya likuiditas, kas disebut sebagai
darah perusahaan
 Ketekoran kas sekecil apapun, kadang bisa membuat
perusahaan berhenti beroperasi
 Menyediakan kas yang cukup adalah prasyarat hak
hidup perusahaan
 Walaupun penting kas adalah asset perusahaan yang
paling tidak produktif
 Pedoman pengelolaan kas adalah tersedianya kas yang
cukup, tetapi tidak berlebihan.
2.1. Motif Memegang Kas

1. Sebagai media pertukaran


2. Sebagai media berjaga-jaga
3. Sebagai media spekulasi

2.2. Mengelola Arus Kas


1. Menunda Pembayaran
2. Mempercepat Penerimaan
3. Anggaran Kas
Anggaran Kas

BULAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI

Penjualan 5.000.000 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 10.000.000


Penagihan
Dlm Bln Penj 1.000.000 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 2.000.000
1 Bln Sth Penj 0 3.500.000 3.500.000 7.000.000 10.500.000 14.000.000
2 Bln Sth Penj 0 0 500.000 500.000 1.000.000 1.500.000

Total Penagihan 1.000.000 4.500.000 6.000.000 10.500.000 15.500.000 17.500.000

Pembelian 3.500.000 7.000.000 10.500.000 14.000.000 7.000.000 7.000.000

Pembayaran 0 3.500.000 7.000.000 10.500.000 14.000.000 7.000.000

Surplus (Defisit) Kas 1.000.000 1.000.000 (1.000.000) 0 1.500.000 10.000.000


3. Manajemen Surat Berharga Yang Mudah
Dijual
 Pembahasan diberikan dalam pendanaan
jangka pendek pada modul Manajemen
Keuangan berikutnya

4. Manajemen Piutang
 Proporsi Penjualan Kredit
 Tingkat Penjualan
 Kebijakan Kredit
5. Manajemen Persediaan
 Keputusan terhadap besaran jumlah persediaan yang
akan dipelihara sangat tergantung pada hasil analisa
imbal hasil dan risiko akibat stock out dan biaya
pemeliharaan persediaan
 Persediaan telah banyak membantu pekerjaan
manajemen keuangan dalam suatu periode yang
panjang, sebelum dipergunakannya tatanan operasi
yang memungkinkan perusahaan beroperasi tanpa
persediaan
 Kemajuan teknologi dan penataan kembali hubungan
pemasok dengan konsumen pada beberapa industri
telah memungkinkan perusahaan melaksanakan metode
operasi just in time
5.1. Jenis Persediaan

 Persediaan barang untuk dijual


 Persediaan bahan baku dan bahan
pembantu
 Persediaan barang dalam proses dan
 Persediaan barang jadi
 Persediaan peralatan dan suku cadang
5.2. Teknik Pengelolaan Persediaan
1. Kuantitas Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantity)
Total Biaya Persediaan = Biaya Penyimpanan + Biaya Pesanan
Kuantitas Ekonomis adalah :

2 SO
Q= √ , dimana :
C

S adalah total kebutuhan persediaan periode yang dihitung


O adalah biaya penempatan order, dan
C adalah biaya penyimpanan per unit

2 X 12.500 X 3.600
Q= √ = 300 unit,
1.0000
2. Model Pengendalian Persediaan dengan sistem ABC

a. Kelompok A meliputi barang-barang persediaan


dengan nilai uang yang tinggi

b. Kelompok B meliputi barang-barang persediaan


dengan nilai unag yang sedang

c. Kelompok C meliputi barang-barang persediaan


dengan nilai uang yang rendah.
3. Sistem Just In Time
a. Menekankan pada tarikan permintaan (demand pull)
b. Target JIT adalah zero defect
c. Fasilitas produksi disusun tanpa persediaan
d. Elemen utama JIT adalah pengurangan terhadap
adanya bahan sisa, tenaga, ruang dan fasilitas
menganggur.
e. Pengurangan persediaan berarti tidak lagi dibutuhkan
model pengendalian persediaan yang rumit
f. Kebanyakan bahan akan diterima oleh para
pemakainya
g. Keandalan pemasok merupakan persyaratan yang
penting dalam JIT.
UNIT IV. IMBAL HASIL DAN RISIKO
 Imbal hasil dan risiko adalah pertimbangan utama dalam
pengambilan keputusan keuangan
 Dalam pasar efisien, imbal hasil biasanya sebanding
dengan risikonya
 Semakin tinggi risiko investasi akan semakin besar pula
premium risiko yang diperhitungkan dalam analisanya
 Karena setiap orang mempunyai aversi terhadap risiko
yang berbeda-beda, maka apakah suatu investasi akan
diambil atau tidak, tidak akan dapat disamakan untuk
setiap orang.
 Secara umum pasar memberikan pedoman mengenai
imbangan imbal hasil dan risiko dan dicerminkan dari
terbentuknya harga pasar asset.
1. Pengukuran Nilai berdasarkan Nilai Waktu Uang

Bagaimana persepsi seseorang mengenai nilai relatif terhadap waktu ?


Misalkan seseorang datang kepada kita untuk meminjam uang. Dari
analisa penghasilan dan pengeluarannya, kita perhitungkan bahwa dia
akan dapat mengembalikan kepada kita setiap tahun selama lima
tahun berturut-turut masing-masing Rp.1.000,- Sejumlah berapakah
uang akan kita pinjamkan kepada dia ?

Analisa paling mudah adalah menempatkan aliran kas tersebut dalam


suatu garis waktu, sebagai berikut :

0 1 2 3 4 5

+ 1.000 +1.000 +1.000 +1.000 +1.000


Jika kita percaya bahwa “tingkat bunga pasar” adalah 10% setahun maka nilai sekarang
dari uang yang akan kita terima adalah

0 1 2 3 4 5
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
+ + + + +
(1+0,1)1 (1+0,1)2 (1+0,1)3 (1+0,1)4 (1+0,1)5

Atau sama dengan :

0 1 2 3 4 5
= 3,709.78
+909,09 +826,45 +751,31 +683,01 +620,92

Sehingga pertukaran yang mungkin terjadi adalah :

0 1 2 3 4 5

-3,70.78 +909,09 +826,45 +751,31 +683,01 +620,92


Kita akan memberi dia pinjaman sebesar Rp.3.790.78 dan
akan mendapatkan pengembalian selama lima tahun
berturut turut, masing-masing Rp.1.000,-. Konsep ini
menjelaskan nilai waktu uang, dimana : Uang hari ini lebih
baik dari pada uang besok.

Jika kemudian ditambahkan informasi yang lain,misalnya :


a. Istri karyawan yang hendak meminjam uang tersebut
akan segera melahirkan anak bungsunya.
b. Anak tertua karyawan tersebut segera akan bekerja.

Manajemen keuangan mempunyai metode untuk


menganalisa hal tersebut yaitu :
a. Dengan mengoreksi taksiran kas yang akan kita
terima, atau
b. Dengan nengubah nilai kepastian bahwa uang cicilan
yang Rp.1.000,- akan kita terima. (Konsep premium
risiko)
Contoh Penerapan

Contoh keputusan yang dapat dilihat


sebagai model penerapan premium risiko :
1. Pembayaran langganan koran/majalah 3
bulan dimuka lebih murah daripada
pembayaran bulanan
2. Diskon tunai
3. Model-model pengelolaan float
4. Pemberian kupon undian bagi
pembayaran awal.
2.1. Penyertaan Risiko Berdasarkan Kepastian Aliran Kas

Jika kita memiliki uang lebih pada hari Rp.1.000,- kita mempunyai
beberapa pilihan akan kita kemanakan uang kita. Alternatif yang
tersedia dan hasilnya setelah 1 tahun misalnya adalah sebagai berikut.
a. Kita gunakan untuk berdagang dengan peluang hasil seperti berikut :
a.1. Kemungkinan rugi sehingga uang kita tinggal Rp.800,-
a.2. Kemungkinan untung sehingga uang kita menjadi rp.1.400,-
b. Kita masukkan sebagai deposito di Bank dengan hasil 11%.
Sementara itu, peluang untuk untung kemungkinannya adalah 80%
dan peluang untuk rugi adalah 20%.
800 0,4 320
Dagang
1.400 0,6 840 1.600
atau 16%
1.000
11%
Deposito 1.000 Premium Resiko 5%
Premium Risiko :
• Adalah tambahan hasil yang mungkin diperoleh karena
seseorang mau menanggung risiko tambahan.
• Premium risiko membuat arus kas yang tidak sama
kepastiannya menjadi seolah olah sama nilainya
• Secara sederhana contoh diatas menjelaskan konsep
manajemen keuangan bahwa : Uang yang pasti lebih
baik daripada uang yang tidak pasti.

Kita kan sama indiferrent terhadap :


a. Terjun di trading dengan hasil 16% dan
b. Menaruh deposito dengan hasil 11%

Mengapa ?

Karena pertambahan kekayaan yang mungkin diperoleh


dari kedua keputusan tersebut persis sama.
Contoh Penerapan

Contoh keputusan yang dapat dilihat


sebagai model penerapan premium risiko :
• Bunga/jasa yang ditawarkan bank untuk giro lebih
rendah dari tabungan
• Bunga tabungan lebih rendah dari bunga deposito
• Bunga di bank asing lebih tinggi daripada bunga di bank
pemerintah
• Bunga di bank pemerintah lebih tinggi dari pada bunga
di bank umum swasta
• Bunga di bank umum swasta lebih tinggi daripada bunga
di BPR.
3. Bunga
Sejumlah uang yang dibungakan selama serangkaian waktu pada suatu
Tingkat bunga yang bervariasi akan dihitung sebagai berikut :

15% 10% 20%

1.000 1.150 1.265 1.518

Nilai setelah masa pertama = 1.000 x 1.15 = 1.150

Nilai setelah masa kedua = 1.000 x 1.15 x 1.1 = 1.265

Nilai setelah masa ketiga = 1.000 x 1.15 x 1.1 x 1.2 = 1.158


4. Bagaimana pelepas uang memperhitungkan bunga

Misalkan seseorang membutuhkan uang Rp.8.000,- Saat mendatangi sebuah


bank, kepadanya disodorkan tiga pilihan pinjaman yang dari sisi bank arus
kasnya terlihat sebagai berikut :

0 1

-8.0000 = +9.200

0 1 2

-8.000 = +0 +10.120

0 1 2 3

-8.000 = +0 +0 +12.144

Bagaimana mencari tahu tingkat bunga yang diperhitungkan bank ?


4.1. Implied n-period spot rate
Implied n – period spot rate menyatakan bunga yang diperhitungkan untuk suatu periode
yang awal dan akhirnya bisa kapan saja. Implied n – period bisa diterapkan pada periode
dengan hitungan hari, minggu, bulan, tahun dan seterusnya .

9.200
r1 = - 1 = 1.15 – 1 = 0,15 = 15%
8.000

10.120
r2 = - 1 = 1.265 – 1 = 0,265 = 26,5%
8.000

12.144
r3 = - 1 = 1.518 – 1 = 0,518 = 51,8 %
8.000
4.2. Annualized spot rate
Bunga dapat pula dinyatakan dalam nilai yang disetahunkan. Model bunga ini disebut
sebagai Annualized Spot Rate atau sering disebut sebagai spot rate saja.

9.200 1/1

r1 = - 1 = 1.15 – 1 = 0,15 = 15%


8.000

10.120 1/2

r2 = - 1 = 1.247 – 1 = 0,1247 = 12,47%


8.000

12.144 1/3

r3 = - 1 = 1.493 – 1 = 0,1493 = 14,93 %


8.000
4.3. Forward Rate
Bunga dapat pula dinyatakan secara individual untuk setiap satuan waktu dari suatu masa yang
panjang. Model bunga ini disebut sebagai Forward Rate. Dengan diketahuinya bunga pada suatu
periode bunga, maka dengan berpedoman pada nilai yang terjadi setelah suatu periode, forward
Implisit untuk suatu periode dapat dihitung.

9.200 1/1

r1 = - 1 = 1.15 – 1 = 0,15 = 15%


8.000

10.120 1/2

r2 = - 1 = 1.1 – 1 = 0,11 = 11%


8.000

12.144 1/3

r3 = - 1 = 1.2 – 1 = 0,20 = 20 %
8.000
UNIT V PENILAIAN

• Penilaian digunakan untuk menyebut usaha mencari nilai suatu


perusahaan
• Penilaian asset biasanya difokuskan pada penilaian saham dan
obligasi
• Manager perusahaan merespon kebutuhan investor dan kreditor
dengan usaha pengelolaan perusahaan yang dapat
memaksimalkan nilai.
• Biaya modal (cost of capital) adalah konsep terpadu yang harus
diingat dalam usaha penilaian perusahaan melalui penilaian
sekuritasnya
• Oleh karena itu,terdapat setidaknya dua alasan mengapa penilaian
asset keuangan harus dipelajari, yaitu :
1. Untuk memahami bagaimana usaha penilaian asset
2. Biaya modal bersumber pada imbal hasil yang diharapkan para
investor perusahaan.
1. Definisi Nilai
1. Nilai Buku
2. Nilai Likuidasi
3. Nilai Pasar
4. Nilai Intrinsik
2. Proses Dasar Penilaian
 Proses pemberian nilai pada suatu asset dengan menghitung nilai sekarang :
o Taksiran aliran kas dimasa mendatang
o Menggunakan tingkat imbal hasil yang diharapkan investor

 Tingkat imbal hasil yang diinginkan oleh investor


o Tingkat imbal hasil bebas risiko
o Disesuaikan dengan premium risiko yang mampu mengkompensasi risiko investasi

C1 C2 C3 Cn
V= 1 + 2 + 3 + ......... + n
1+R 1+R 1+R 1+R
3. Sensitivitas Bunga terhadap harga sebuah asset

Misalkan kepada seorang investor ditawarkan tiga buah asset, masing masing asset A,B
dan C dengan pola aliran kas bersih sebagai berikut :

0 1 2
Asset A
+160 +160

0 1 2 3
Asset B
+160 +160 +1.160

0 1 2 3 4
Asset C
+160 +160 +160 +1.160

Dengan harga berapakah investor ini bersedia membeli asset tersebut ?


Pada faktor Diskonto 16%

Jika kita percaya bahwa orang lain yang memelihara asset sejenis mendapatkan pengembalian hasil
16% maka kita harus percaya bahwa investor mau membeli ketiga asset tersebut dengan harga
Maksimum Rp.1,000,- karena nilai sekarang kas bersih yang akan diterima dari ketiga
asset tersebut adalah Rp.1.000,-.

0 1 2 3 4
Asset A
160 160 160 160
+ 1 + 2 + 3 + 4
1 + 0.16 1 + 0,16 1 + 0,16 1 + 0,16

-1.000 = + 137.93 + 118.91 + 102.51 + 640.65


Asset B

0 1 2 3 4
Asset B
160 160 160
+ 1 + 2 + 3
1 + 0.16 1 + 0,16 1 + 0,16

-1.000 = + 137.93 + 118.91 + 743.16

0 1 2
Asset C
160 160
+ 1 2
1 + 0,16 1 + 0,16

-1.000 = + 137.93 + 862.07


Pada faktor Diskonto 17%
Jika kita percaya bahwa orang lain yang memelihara asset sejenis mendapatkan
pengembalian hasil 17% maka kita harus percaya bahwa investor mau membeli ketiga
asset tersebut dengan harga maksimum masing-masing :

0 1 2 3 4
Asset A
160 160 160 160
+ 1 + 2 + 3 + 4
1 + 0.17 1 + 0,17 1 + 0,17 1 + 0,17

-972.55 = + 136.75 + 116.88 + 99.89 + 619.03


0 1 2 3 4
Asset B
160 160 1. 160
+ 1 + 2 + 3
1 + 0.17 1 + 0,17 1 + 0,17

-980.90 = + 136.75 + 116.88 + 724.27

0 1 2
Asset C
160 160
+ 1 + 2
1 + 0.17 1 + 0,17

-984.15 = + 136.75 + 847.40


Pada faktor Diskonto 15%
Jika kita percaya bahwa orang lain yang memelihara asset sejenis mendapatkan
pengembalian hasil 15% maka kita harus percaya bahwa investor mau membeli ketiga
asset tersebut dengan harga maksimum masing-masing :

0 1 2 3 4
Asset A
160 160 160 160
+ 1 + 2 + 3 + 4
1 + 0,15 1 + 0,15 1 + 0,15 1 + 0,15

-1.028.54 = + 139.13 + 120.98 + 105.20 + 663.23


0 1 2 3 4
Asset B
160 160 1. 160
+ 1 + 2 + 3
1 + 0.15 1 + 0,15 1 + 0,15

-1.028.54 = + 139.13 + 120.98 + 762.72

0 1 2
Asset C
160 - 1.160
+ 1 + 2
1 + 0.17 1 + 0,17

-1.028.54 = + 139.13 + 877.13


Sensitivitas Harga Asset Terhadap Tingkat Bunga
Hasil lengkap dari perbandingan terhadap perubahan harga asset relatif
terhadap perubahan tingkat bunga adalah :

Pada 17% Pada 15%


Pada 16%
Nominal 0% Nominal 0%

Asset A 1.000 972.55 -2,74 1.028.54 +2,85

Asset B 1.000 980.90 -1,91 1.022.83 +2,28

Asset C 1.000 984.15 -1,59 1.016.26 +1,63

Semakin panjang umur asset, semakin sensitif asset tersebut terhadap


perubahan tingkat bunga.
Sensitivitas Harga Asset Terhadap Tingkat Bunga

Berikut ini disajikan suatu gambaran jika asset dengan hasil tunggal dihadapkan pada perubahan
tingkat bunga. Misalkan terhadap suatu zeros dengan nominal Rp.1.000,- dengan jatuh waktu yang
Berbeda beda. A berumur 3 tahun, B berumur 2 tahun dan C berumur 1 tahun, maka :

Pada 17% Pada 15%


Pada 16%
Nominal 0% Nominal 0%

Asset A 640.66 624.34 -2,55 657.52 +2,63

Asset B 743.16 730.51 -1,70 756.14 +1,75

Asset C 862.07 854.70 -0,84 869.56 +0,69

Semakin panjang umur asset, semakin sensitif asset tersebut terhadap tingkat bunga
Sensitivitas Harga Asset Terhadap Tingkat Bunga

Beberapa hal mengenai nilai asset terhadap tingkat bunga :


1. Harapan hasil suatu asset hanya dapat diperbandingkan jika
mereka mempunyai tingkat risiko yang setara
2. Terhadap gerakan tingkat bunga, harga asset akan naik atau
turun untuk mempertahankan hasil
3. Semakin panjang umurnya, asset akan semakin sensitif terhadap
tingkat bunga
4. Semakin pembayaran tertumpuk kebelakang akan semakin
sensitif asset tersebut terhadap perubahan tingkat bunga.

Mengapa ?

Umur efektif yang berbeda menyebabkan sensitivitas mereka terhadap


tingkat bunga menjadi berbeda.
UNIT IV. PENGANGGARAN MODAL
Penganggaran modal memerlukan kehati-
hatian
Dampak keputusan ini mencakup jangka waktu
yang panjang
Jumlah uang yang terkait dengan keputusan ini
biasanya meliputi jumlah yang mahal
Pada beberapa jenis asset, likuiditasnya sangat
kurang, sehingga kesalahan dalam keputusan
penganggaran modal sama sekali tidak dapat
dikoreksi.
1. Mengidentifikasi Dampak Keuangan Operasi
1. Gunakan angka aliran kas dan bukan laba akuntansi
2. Pertimbangkan hanya pertambahan kas yang
sebenarnya terjadi (incremental)
3. Perhatian perubahan kas yang barangkali mengurangi
aliran kas proyek yang sudah ada
4. Perhitungkan dampak sinergis yang mungkin ada
5. Setiap proyek membutuhkan modal kerja
6. Setiap proyek menambah modal kerja
7. Pengeluaran untuk keputusan yang lampau adalah
sunk-cost
8. Perhitungkan kemungkinan terdapatnya kesempatan
yang hilang (oportunity cost)
9. Perhitungkan apakah biaya-biaya overhead adalah
biaya incremental
2. Kriteria Penilaian Manajemen Keuangan
a. Non discounted cash flow
1. Payback Period
2. Accounting Rate Of Return
b. Discounted Cash Flow :
1. Net Present Value
2. Profitability Index
3. Internal Rate Of Return
Misalkan terdapat sebuah proyek, sebut proyek A dengan nilai
investasi dan aliran kas masuk bersih setelah pajak seperti berikut

0 1 2 3 4
Proyek A
-40.000 +18.000 +15.000 +12.000 +8.000
2.1.Payback Period
Payback Period adalah kriteria pengukuran non – discounted. Payback
Period mengukur seberapa cepat suatu investasi dapat kembali.
Semakin cepat investasi kembali,semakin menarik dari sisi penilaian
payback period

0 1 2 3 4
Proyek A
-40.000 +18.000 +15.000 +12.000 +8.000

Kas Kumulatif -40.000 -22.000 -7.000 +4.000 +12.000

Payback Period = 2 + 7/13 tahun = 2 tahun 7 bulan


2.2. Accounting Rate Of Return
Accounting Rate Of Return termasuk kriteria penilaian non-discounted.
Accounting Rate Of Return mengukur model laba akuntansi.

0 1 2 3 4
Proyek A
-40.000 +18.000 +15.000 +12.000 +8.000

Kas Kumulatif +18.000 + 33.000 +45.000 +53.000

53.000 – 40.000
Accounting Rate Of Return =
40.000
= 32,50%
2.3. Net Present Value
Net Present Value menyajikan pertambahan kekayaan yang diperoleh dengan diambilnya suatu keputusan. Konsep ini
dianggap konsep yang paling baik untuk dipakai dalam analisis keputusan manajemen keuangan. Misal untuk proyek A
ini dianggap tingkat risikonya 15% maka :

0 1 2 3 4
Proyek A
-40.000 +18.000 +15.000 +12.000 +8.000

Discounted Cash - 40.000 + 18.000 +15.000 160 1.160


+ + +
1+ 0,15 1 1+ 0,15 2 1+ 0,15 3 1+ 0,15 4

Disconted Cash -40.000 +15.652 +11.342 +7.890 +4.574

Net Present Value = - 40.000 + 15.652 + 11.342 + 7.890 + 4.574

= - 542

Net Present Value (NPV) negatif adalah indikasi penurunan nilai kekayaan akibat diambilnya suatu keputusan.
Semakin positif NPV proyek semakin disukai.
2.4. Internal Rate Of Return

Internal Rate Of Return (IRR) mengukur discount factor yang menyertakan cash inflows
dengan cash outflows. Oleh karena itu, perhitungan IRR merupakan perhitungan yang
rumit yang hanya dapat dilakukan dengan :
1. Manual dengan metode coba-coba yang berakhir dengan interpolasi diantara dua hasil
2. Dengan program komputer
3. Dengan kalkulator berprogram atau kalkulator financial

Dengan cara 1 IRR proyek A dapat dihitung sebagai :


-40.000 +18.000 +15.000 +12.000 +8.000

NPV pada 15% -40.000 +15.652 +11.342 +7.890 +4.574 = -542

Dapat diyakini bahwa discount factor 15% kebesaran, sehingga IRR proyek A harus lebih
kecil dari 15%.

NPV pada 14% -40.000 +15.652 +11.342 +7.890 +4.574 = -167


IRR Proyek A adalah (14+0,XX)% atau (15-YY)%
Jarak perubahan nilai kekayaan antara 14 dengan 15%
adalah = +167 – (-542) = 709

IRR Proyek A = 14% + (167/709) X 1 )%


= 14% + 0,23%
= 14,23%

Atau
IRR Proyek A = 15% + (542/709 X 1)%
= 15% + 0,77%
= 15,23%
BAB I
MANAJEMEN
PENDANAAN PENDIDIKAN

Dasar : Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendanaan Pendidikan Nasional.

Pengelolaan dan Pendanaan :


a. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat
b. Pemerintah daerah adalah Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten
c. Dana Pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan untuk
menyelenggarakan dan mengelola pendidikan.
d. Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang
diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.
e. Pemangku kepentingan pendidikan adalah orang, kelompok orang, atau
organisasi yang memiliki kepentingan dan/ atau kepedulian terhadap
pendidikan.
f. Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintah di bidang
pendidikan.
Penanggung Jawab Pendanaan
1. Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama
2. Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.
b. Peserta didik, orang tua atau wali peserta didik
c. Pihak lain selain yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang mempunyai
perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.
JENIS BIAYA PENDIDIKAN
1) Biaya Pendidikan meliputi :
a. Biaya satuan pendidikan
b. Biaya Penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan
c. Biaya pribadi peserta didik
2) Biaya satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas :
a. Biaya Investasi yang terdiri atas :
1. Biaya Investasi lahan pendidikan
2. Biaya investasi selain lahan pendidikan
b. Biaya operasi yang terdiri atas :
1. Biaya personalia
2. Biaya nonpersonalia
c. Bantuan biaya pendidikan
d. Beasiswa

3. Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. Biaya investasi, yang terdiri atas :
1. Biaya investasi lahan pendidikan
2. Biaya investasi selain lahan pendidikan
3. b. Biaya operasi yang terdiri atas :
1. Biaya personalia
2. Biaya non personalia
4. Biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b angka 1
dan ayat (3) huruf b angka 1 meliputi :
a. Biaya personalia satuan pendidikan, yang terdiri atas :
1. Gaji pokok bagi pegawai pada satuan
2. Tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai pada satuan
pendidikan
3. Tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan
4. Tunjangan Fungsional bagi pejabat fungsional di luar guru dan dosen
5. Tunjungan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional bagi guru dan dosen.
6. Tunjangan Profesi bagi guru dan dosen
7. Tunjangan khusus bagi guru dan dosen
8. Maslahat tambahan bagi guru dan dosen
9. Tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki jabatan professor atau guru
besar
b. Biaya personalia penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan, yang
terdiri atas :
1. Gaji Pokok
2. Tunjangan yang melekat pada gaji
3. Tunjangan struktural bagi pejabat struktural
4. Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional
1) Investasi yang menjadi tanggung jawab Pemerintah atau pemerintah daerah,
baik lahan maupun selain lahan yang menghasilkan asset fisik dibiayai melalui
belanja modal dan/atau belanja barang sesuai peraturan perundang-undangan.

2) Investasi yang menjadi tanggung jawab Pemerintah atau pemerintah daerah


untuk meningkatkan kapasitas dan/atau kompetensi sumber daya manusia dan
investasi lain yang tidak menghasilkan asset fisik dibiayai melalui belanja
pegawai dan/atau belanja barang sesuai peraturan perundang-undangan.

3) Pengeluaran operasi personalia yang mlenjadi tanggung jawab Pemerintah atau


pemerintah daerah dibiayai melalui belanja pegawai atau bantuan sosial sesuai
peraturan perundang-undangan.

4) Pengeluaran operasi nonpendidikan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah


atau pemerintah daerah dibiayai melalui belanja barang atau bantuan sosial
sesuai peraturan perundangan-undangan.
PENDANAAN OLEH PEMERINTAH
1) Pemerintah atau pemerintah daerah dapat mendanai investasi
dan/atau biaya operasi satuan pendidikan dalam bentuk hibah
atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan.

2) Pemerintah dapat memberikan hibah kepada daerah atau


sebaliknya, untuk kepentingan pendidikan sesuai peraturan
perundang-undangan.

3) Pemerintah atau pemerintah daerah dapat memberikan hibah


kepada masyarakat atau sebaliknya, untuk kepentingan
pendidikan sesuai peraturan perundang-undangan.
ALOKASI DANA PEMERINTAH
Biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, pasal
4, dan pasal 5, yang merupakan tanggung jawab Pemerintah
dialokasikan dalam anggaran Pemerintah, dan yang merupakan
tanggung jawab pemerintah daerah dialokasikan dalam
anggaran pemerintah daerah sesuai dengan sistem
penganggaran dalam peraturan perundang-undangan.
BAB II
BIAYA INVESTASI
LAHAN PENDIDIKAN
1) Pendanaan biaya investasi lahan satuan pendidikan dasar
pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal,
yang diselenggarakan oleh pemerintah menjadi tanggung jawab
pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran Pemerintah.

2) Pendanaan biaya investasi lahan satuan pendidikan dasar


pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal,
yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan dialokasikan
dalam anggaran daerah.

3) Pendanaan biaya investasi lahan satuan pendidikan bukan


pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal,
yang diselenggarakan oleh pemerintah menjadi tanggung jawab
pemerintah dan dialokasikan dalam Pemerintah.
4. Pendanaan biaya investasi lahan satuan pendidikan bukan
pelaksana program wajib belajar baik formal maupun
nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sesuai
kewenangannya dan dialokasikan dalam anggaran
pemerintah daerah.

5. Pendanaan biaya investasi lahan satuan pendidikan tinggi


yang diselenggarakan oleh Pemerintah atas inisiatif
pemerintah menjadi tanggung jawab pemerintah dan
dialokasikan dalam anggaran pemerintah.

6. Pendanaan biaya investasi lahan satuan pendidikan tinggi


yang diselengarakan oleh Pemerintah atas usulan
pemerintah daerah menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah sesuai kewenangannya dan dialokasikan dalam
anggaran pemerintah daerah.

7. Tanggung jawab pendanaan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) sampai dengan ayat (6) dilaksanakan sampai
dengan terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan.
BANTUAN PENDANAAN BIAYA INVESTASI

1) Pemerintah daerah, pemangku kepentingan pendidikan, dan


pihak asing dapat membantu pendanaan biaya investasi
lahan satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah.

2) Pemerintah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak


asing dapat membantu pendanaan biaya investasi lahan
satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah
daerah.

1) Pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan yang


diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan
satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan
pemerintah menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis
keunggulan lokal dapat bersumber dari :
a. pemerintah
b. pemerintah daerah
c. masyarakat
d. bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
e. sumber lain yang sah
2) Pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan yang diperlukan
untuk pemenuhan rencana pengembangan program atau satuan
pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah sesuai
kewenangan menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis
keunggulan lokal dapat bersumber dari :

BIAYA INVESTASI SELAIN LAHAN PENDIDIKAN


1) Pendidikan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan
dasar pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun
nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah menjadi
tanggung jawab pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran
Pemerintah.
2) Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan dasar
pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan dialokasikan dalam
anggaran pemerintah daerah.

3) Tanggung jawab pendanaan oleh pemerintah dan pemerintah daerah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sampai
dengan terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan.

1) Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan yang


bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal,
yang diselenggarakan oleh Pemerintah menjadi tanggung jawab bersama
pemerintah dan masyarakat.

2) Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan yang


bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal,
yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah menjadi tanggung jawab
bersama pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan masyarakat.
1) Pemerintah daerah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak
asing dapat membantu pendanaan biaya investasi selain lahan
untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah.

2) Pemerintah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak asing


dapat membantu pendanaan biaya investasi selain lahan untuk
satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah.

1) Pendanaan tambahan di atas hanya biaya investasi selain lahan


yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan
pendidikan yang diselenggarakan pemerintah menjadi bertarap
internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber
dari :
a. Pemerintah
b. Pemerintah daerah
c. Masyarakat
d. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
e. Sumber lain yang sah
2) Pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang
diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan
pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah sesuai
kewenangannya menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis
keunggulan lokal dapat bersumber dari :

1) Pemerintah
2) Pemerintah daerah
3) Masyarakat
4) Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
5) Sumber lain yang sah

3) Anggaran biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan


dasar dan menengah yang dikembangkan menjadi taraf
internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan
bagian integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang
diturunkan dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksana
dari rencana strategis satuan pendidikan.
BIAYA INVESTASI KANTOR

1) Pendanaan biaya investasi lahan untuk kantor penyelenggaraan


dan atau/ pengelolaan pendidikan oleh pemerintah menjadi
tanggung jawab pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran
pemerintah.
2) Pendanaan biaya investasi lahan untuk kantor penyelenggaraan
dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah daerah sesuai
kewenangannya dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah
daerah.

BIAYA PERSONALIA
1) Tanggung jawab Pemerintah terhadap pendanaan biaya personalia
pegawai negeri sipil di sektor pendidikan meliputi :
a. Biaya personalia satuan pendidikan, baik formal maupun
nonformal, yang terdiri atas :
1) Gaji pokok bagi pegawai negeri sipil pusat.
2) Tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai negeri sipil pusat.
3) Tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan
bagi pegawai negeri sipil pusat.
4) Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional pegawai negeri sipil pusat di
luar guru dan dosen.
5) Tunjangan fungsional bagi guru dan dosen pegawai negeri sipil pusat.
6) Tunjangan profesi bagi guru dan dosen pegawai negeri sipil pusat.
7) Tunjangan profesi bagi guru pegawai negeri sipil daerah.
8) Tunjangan khusus bagi guru dan dosen pegawai negeri sipil pusat yang
ditugaskan di daerah khusus oleh pemerintah.
9) Tunjangan khusus bagi guru pegawai negeri sipil daerah yang ditugaskan
di daerah khusus oleh pemerintah.
10) Maslahat tambahan bagi guru dan dosen pegawai negeri sipil pusat.
11) Tunjangan kehormatan bagi dosen pegawai negeri sipil pusat yang meliliki
jabatan professor atau guru besar.
b. Biaya personalia penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan,
baik formal nonformal, oleh pemerintah, yang terdiri atas :
1) Gaji pokok bagi pegawai negeri sipil pusat
2) Tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai negeri sipil
pusat.
3) Tunjangan struktural bagi pejabat struktural bagi pegawai negeri
sipil pusat di luar guru dan dosen.
4) Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional bagi pegawai
negeri sipil pusat di luar guru dan dosen.
2) Pendanaan biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dialokasikan dalam anggaran pemerintah.
BIAYA PERSONALIA
1) Tanggung Jawab Pemerintah terhadap pendanaan biaya personalia
bukan pegawai negeri sipil di sektor pendidikan meliputi :

a. Subsidi tunjangan fungsional bagi dosen tetap yang ditugaskan oleh


pemerintah atau penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat.
b. Subsidi tunjangan fungsional bagi guru tetap madrasah dan
pendidikan keagamaan formal yang ditugaskan oleh pemerintah atau
penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.
c. Tunjangan profesi bagi guru yang ditugaskan oleh pemerintah atau
dosen yang ditugaskan oleh pemerintah atau penyelenggara/satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat.
d. Tunjangan khusus bagi guru atau dosen yang ditugaskan didaerah
khusus oleh pemerintah.
e. Tunjangan khusus bagi guru atau dosen yang ditugaskan didaerah
khusus oleh penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat yang memperoleh persetujuan dari pemerintah.
f. Tunjangan kehormatan bagi dosen tetap yang memiliki jabatan professor guru
besar yang ditugaskan oleh pemerintah atau penyelenggara/satuan pendidikan
yang didirikan masyarakat.
g. Honorarium bagi guru honor yang ditugaskan oleh pemerintah.
h. Honorarium bagi personalia pendidikan kesetaraan, keaksaraan, dan pendidikan
nonformal lainnya yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat atas
inisiatif pemerintah.

2) Pendanaan biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan


dalam anggaran pemerintah.

BIAYA PERSONALIA PEGAWAI NEGERI SIPIL


1) Tanggung jawab pemerintah daerah terhadap pendanaan biaya personalia
pegawai negeri sipil di sektor pendidikan meliputi :
a) Biaya personalia satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal, terdiri atas :
1. Gaji pokok bagi pegawai negeri sipil daerah.
2. Tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai negeri sipil daerah.
3. Tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan bagi
pegawai negeri sipil daerah.
4. Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional pegawai negeri sipil daerah di
luar guru.
5. Tunjangan fungsional bagi guru pegawai negeri sipil daerah
6. Konsekuensi anggaran dari maslahat tambahan bagi guru pegawai negeri sipil
daerah.
b. Biaya personalia penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan,
baik formal maupun nonformal, oleh pemerintah daerah terdiri
atas :
1) Gaji pokok bagi pegawai negeri sipil daerah.
2) Tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai negeri sipil daerah.
3) Tunjangan struktural bagi pejabat structural bagi pegawai negeri sipil
daerah di luar guru dan dosen.
4) Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional bagi pegawai negeri
sipil daerah di luar guru dan dosen.
2) Pendanaan biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah.
TANGGUNG JAWAB BIAYA PERSONALIA

1) Tanggung jawab pemerintah daerah terhadap pendanaan biaya


personalia bukan pegawai negeri sipil di sektor pendidikan meliputi :
a. subsidi tunjangan fungsional bagi guru tetap sekolah yang
ditugaskan oleh pemerintah daerah atau penyelenggara/satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat.
b. honorarium bagi guru honor yang ditugaskan oleh pemerintah
daerah.
c. Honorarium bagi personalia pendidikan kesetaraan, keaksaraan,
dan pendidikan nonformal lainnya yang diselenggarakan
pemerintah daerah atau masyarakat atas inisiatif pemerintah
daerah.
2) pendanaan biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah.
PENDANAAN TAMBAHAN

1) Pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang


diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan
satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan
pemerintah menjadi bertaraf internasional dan/atau
berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari :
a. Pemerintah
b. Pemerintah daerah
c. Masyarakat
d. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
e. Sumber lain yang sah
2) Pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan
untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan pendidikan
yang diselenggarakan pemerintah daerah sesuai kewenangannya
menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal
dapat bersumber dari :
1) Pemerintah
2) Pemerintah daerah
3) Masyarakat
4) Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
5) Sumber lain yang sah
3) Anggaran biaya personalia satuan pendidikan dasar dan
menengah yang dikembangkan menjadi bertaraf internasional
dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan bagian
integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang diturunkan
dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari
rencana strategis satuan pendidikan.
BIAYA NON PERSONALIA
1) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan dasar
pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal,
yang diselenggarakan oleh pemerintah, menjadi tanggung jawab
pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah.

2) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan dasar


pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal,
yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah sesuai
kewenangannya, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan
dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah.

3) Tanggung jawab pendanaan biaya nonpersonalia oleh pemerintah


dan pemerintah daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dilaksanakan sampai dengan terpenuhinya Standar
Nasional Pendidikan.
BIAYA PERSONALIA SATUAN PENDIDIKAN

NON PROGRAM VARIABEL


1) Pendanaan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang
bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun
nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah menjadi
tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.

2) Pendanaan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang


bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun
nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah
sesuai kewenangannya menjadi tanggung jawab bersama
antara pemerintah daerah dan masyarakat.
PIHAK PENYANDANG DANA

1) Pemerintah daerah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak


asing dapat membantu pendanaan biaya nonpersonalia satuan
atau program pendidikan yang diselenggarakan pemerintah.

2) Pemerintah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak asing


dapat membantu pendanaan biaya nonpersonalia satuan
pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah.

3) Pemerintah dan pemerintah daerah dapat membantu pendanaan


biaya nonpersonalia satuan atau program pendidikan, baik formal
maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh masyarakat.
PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya non personalia yang
diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau
program pendidikan yang diselengggarakan pemerintah menjadi
bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat
bersumber dari :
a. Pemerintah
b. Pemerintah daerah
c. Masyarakat
d. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
e. Sumber lain yang sah
2) Pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan
untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program
pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah sesuai
kewenangannya menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis
keunggulan lokal dapat bersumber dari:
a. Pemerintah
b. Pemerintah daerah
c. Masyarakat
d. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
e. Sumber lain yang sah
3) Anggaran biaya nonpersonalia satuan pendidikan
dasar dan menengah yang dikembangkan menjadi
bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan
lokal harus merupakan bagian integral dari anggaran
tahunan satuan pendidikan yang diturunkan dari
rencana strategis satuan pendidikan.
BIAYA PERSONALIA
1) Pendanaan biaya personalia kantor penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan oleh pemerintah menjadi tanggung jawab
pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah.

2) Pendanaan biaya personalia kantor penyelenggaraan dan/atau


pengelolaan pendidikan oleh pemerintah daerah menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan dialokasikan
dalam anggaran pemerintah daerah.

BIAYA NONPERSONALIA
1) Pendanaan biaya nonpersonalia kantor penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan oleh pemerintah menjadi tanggung jawab
pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah.

2) Pendanaan biaya nonpersonalia kantor penyelenggaraan dan/atau


pengelolaan pendidikan oleh pemerintah daerah menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan dialokasikan
dalam anggaran pemerintah daerah.
BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN DAN BEASISWA

1) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya memberi


bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik yang
orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya.

2) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya dapat


memberi beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi.

PENJELASAN BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN DAN BEASISWA


1) Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 mencakup sebagian atau seluruh
biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk biaya pribadi
peserta didik.

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian beasiswa oleh pemerintah


sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 diatur dengan peraturan menteri atau
peraturan menteri agama sesuai kewenangan masing-masing.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian beasiswa oleh pemerintah daerah


sesuai kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 diatur dengan
peraturan kepala daerah.
BIAYA NONPERSONALIA

1) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau


pemerintah daerah sesuai kewenangannya, wajib menerima
bantuan biaya nonpersonalia dari pemerintah dan/atau pemerintah
daerah.
2) Dalam hal terdapat penolakan terhadap bantuan biaya
nonpersonalia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), satuan
pendidikan dilarang memungut biaya tersebut dari peserta didik,
orang tua atau wali peserta didik.
3) Satuan pendidikan yang memungut biaya nonpersonalia
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

PENDANAAN PENDIDIKAN DI LUAR NEGERI


Tanggung jawab pendanaan satuan pendidikan yang dikelola oleh
pemerintah di luar negeri diatur dengan peraturan menteri.
BAB III
TANGGUNG JAWAB PENDANAAN
PENDIDIKAN OLEH PENYELENGGARA
SATUAN PENDIDIKAN YANG DIDIRIKAN MASYARAKAT

BIAYA INVESTASI SATUAN PENDIDIKAN

BIAYA INVESTASI LAHAN PENDIDIKAN


1) Lahan untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh penyelenggara
atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat harus memenuhi Standar
Nasional Pendidikan.

2) Pendanaan biaya investasi untuk lahan satuan pendidikan, baik formal


maupun nonformal, yang diselenggarakan masyarakat menjadi tanggung
jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

3) Tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan


masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sampai dengan
terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan.

4) Pemerintah, pemerintah daerah, pemangku kepentingan pendidikan, dan pihak


asing dapat membantu pendanaan investasi untuk lahan satuan dan/atau
program pendidikan, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan
masyarakat.
PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan satuan
pendidikan yang diperlukan untuk mengembangkan satuan
pendidikan yang diselenggarakan masyarakat menjadi bertaraf
internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber
dari :
a. penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat.
b. orang tua atau wali peserta didik
c. Masyarakat di luar orang tua atau wali peserta didik
d. Pemerintah
e. Pemerintah daerah
f. Pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
g. Sumber lain yang sah.
2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan
Peraturan Menteri dan Peraturan agama sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
3) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah sesuai
kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diatur
dengan peraturan kepala daerah.

4) Investasi lahan untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan


masyarakat dan dikembangkan menjadi bertaraf internasional dan/atau
berbsis keunggulan lokal harus merupakan bagian integral dari rencana
kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari rencana strategis
satuan pendidikan.

BIAYA INVESTASI SELAIN LAHAN PENDIDIKAN


1) Investasi selain lahan untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan.

2) Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan


penyelenggara program wajib belajar, baik formal maupun nonformal,
ayng diselenggarakan masyarakat, menjadi tanggung jawab
penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.
3) Tanggung jawab pendanaan oleh penyelenggara atau satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan terpenuhinya Standar
Nasional Pendidikan.

4) Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan


bukan penyelengggara program wajib belajar, baik formal maupun
nonformal, yang diselenggarakan masyarakat, menjadi tanggung
jawab bersama penyelenggara atau satuan pendidikan yang
bersangkutan dan masyarakat.

5) Pemerintah, pemerintah daerah, pemangku kepentingan


pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya
investasi selain lahan untuk satuan dan/atau program pendidikan
formal dan nonformal yang diselenggarakan masyarakat.
PENDANAAN TAMBAHAN

1) Pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain


lahan yang diperlukan untuk pengembangan satuan
atau program pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat menjadi bertaraf internasional dan/atau
berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari :
a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang
didirikan masyarakat.
b. Orang tua atau wali peserta didik
c. Masyarakat di luar orang tua atau wali peserta didik
d. pemerintah
e. pemerintah daerah
f. pihak asing yang tidak mengikat dan/ atau
g. sumber lain yang sah.
2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan
peraturan menteri dan peraturan menteri agama sesuai
kewenangan masing-masing.

3) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah


sesuai kewenangannya sebagaimana dimasuk pada ayat (1) huruf
e diatur dengan peraturan kepala daerah.

4) Investasi selain lahan untuk satuan pendidikan yang


diselenggarakan masyarakat dan dikembangkan menjadi bertaraf
internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan
bagian integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang
diturunkan dari rencana kerja tahunan yang merupakan
pelaksanaan dari rencana strategis satuan pendidikan.
BIAYA INVESTASI
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN

BIAYA INVESTASI LAHAN PENDIDIKAN


Pendanaan investasi untuk lahan kantor penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan oleh masyarakat menjadi tanggung jawab
penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

BIAYA INVESTASI SELAIN LAHAN PENDIDIKAN


Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk kantor penyelenggaraan
dan/atau pengelolaan pendidikan oleh masyarakat menjadi tanggung
jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.
BIAYA PERSONALIA
1) Biaya personalia satuan pendidikan, baik formal maupun
nonformal, yang diselengarakan oleh masyarakat yang menjadi
tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang
bersangkutan sekurang-kurangnya mencakup :
a. Gaji pokok
b. Tunjangan yang melekat pada gaji
c. Tunjangan fungsional bagi guru dan dosen
d. Maslahat tambahan bagi guru dan dosen

2) Biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur


dalam perjanjian kerja antara penyelenggara atau satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat dengan masing-masing
pendidik/tenaga kependidikan, atau kesepakatan kerja bersama
antara penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan
dengan keseluruhan pendidik/tenaga kependidikan.

3) Pemerintah, pemerintah daerah, pemangku kepentingan


pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya
personalia pada satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal,
yang diselengarakan masyarakat.
PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan
untuk mengembangkan satuan atau program pendidikan yang
diselenggarakan masyarakat menjadi bertaraf internasional
dan/atau berbasis keunggulan lokal, dapat bersumber dari :
a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat.
b. Orang tua atau wali peserta didik
c. Masyarakat di luar orang tua atau wali peserta didik
d. Pemerintah
e. Pemerintah daerah
f. Pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
g. Sumber lain yang sah
2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan
peraturan menteri dan peraturan menteri agama sesuai
kewenangan masing-masing.
3) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah sesuai
kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diatur
dengan peraturan kepala daerah.

4) Biaya personalia satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat


dan dikembangkan menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis
keunggulan lokal harus merupakan bagian integral dari anggaran
tahunan satuan pendidikan yang diturunkan dari rencana kerja tahunan
yang merupakan pelaksanaan dari rencana strategis satuan
pendidikan.

BIAYA NONPERSONALIA
1) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan dasar
madrasah pelaksana program wajib belajar yang diselenggarakan oleh
masyarakat menjadi tanggung jawab pemerintah dan dialokasikan
dalam anggaran pemerintah.

2) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan dasar


sekolah pelaksana program wajib belajar yang diselenggarakan oleh
masyarakat menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sesuai
kewenangannya dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah.
3) Tanggung jawab pendanaan oleh pemerintah dan pemerintah
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sampai dengan terpenuhinya Standar Nasional
Pendidikan.

4) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan bukan


pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal,
yang diselenggarakan masyarakat, menjadi tanggung jawab
bersama antara penyelenggara atau satuan pendidikan yang
didirikan masyarakat dan peserta didik atau orang tua/walinya.

5) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak asing dapat


membantu pendanaan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang
diselenggarakan penyelenggara atau satuan pendidikan yang
didirikan masyarakat.
6) biaya nonpersonalia penyelenggara atau satuan pendidikan yang
didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
bersumber dari :
a. Pemerintah
b. Pemerintah daerah
c. Pemangku kepentingan satuan pendiidkan di luar peserta didik
atau orang tua/walinya.
d. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
e. Sumber lainnya yang sah.
PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan
untuk pengembangan satuan pendidikan yang diselenggarakan
masyarakat menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis
keunggulan lokal, dapat bersumber dari :
a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat
b. Pemerintah
c. Pemerintah daerah
d. Peserta didik atau orang tua/walinya
e. Pemangku kepentingan di luar peserta didik atau orang
tua/walinya
f. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
g. Sumber lainnya yang sah.

2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dengan
peraturan menteri dan peraturan menteri agama sesuai
kewenangan masing-masing.
3) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur dengan
peraturan kepala daerah sesuai kewenangannya.

4) Biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang diselenggarakan


masyarakat dan dikembangkan untuk bertaraf internasional
dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan bagian
integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang diturunkan
dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari
rencana strategis satuan pendidikan.

BIAYA OPERASI
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN

BIAYA PERSONALIA
Pendanaan biaya personalia untuk kantor penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan
yang didirikan masyarakat menjadi tanggung jawab penyelenggara
atau satuan pendidikan yang bersangkutan.
BIAYA NONPERSONALIA
Pendanaan biaya nonpersonalia untuk kantor penyelenggaraan
dan/atau pengelolaan pendidikan oleh penyelenggara atau satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat menjadi tanggung jawab
penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN DAN BEASISWA


1) Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat
memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta
didik atau orang tua atau walinya yang tidak mampu membiayai
pendidikannya.
2) Penyelenggaraan atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat dapat memberi beasiswa kepada peserta didik yang
berprestasi.
3) Pendanaan bantuan biaya pendidikan dan beasiswa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat bersumber dari :
a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat
memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta
didik atau orang tua atau walinya yang tidak mampu membiayai
pendidikannya.
b. Penyelenggaraan atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat dapat memberi beasiswa kepada peserta didik yang
berprestasi.
c. Pendanaan bantuan biaya pendidikan dan beasiswa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat bersumber dari :

PENJELASAN BANTUAN PENDIDIKAN DAN BEASISWA


1) Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 mencakup
sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung
peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik.

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian beasiswa oleh


pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 diatur dengan
peraturan menteri atau peraturan menteri agama sesuai
kewenangan masing-masing.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian beasiswa oleh


pemerintah daerah sesuai kewenangannya sebagaimana
dimaksud dalam pasal 27 diatur dengan peraturan kepala daerah.
BIAYA NONPERSONALIA
1) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai kewenangannya, wajib menerima
bantuan biaya nonpersonalia dari pemerintah dan/atau pemerintah
daerah.
2) Dalam hal terdapat penolakan terhadap bantuan biaya
nonpersonalia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), satuan
pendidikan dilarang memungut biaya tersebut dari peserta didik,
orang tua atau wali peserta didik.
3) Satuan pendidikan yang memungut biaya nonpersonalia
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

PENDANAAN PENDIDIKAN DI LUAR NEGERI


Tanggung jawab pendanaan satuan pendidikan yang dikelola oleh
pemerintah di luar negeri diatur dengan peraturan menteri.
BAB III
TANGGUNG JAWAB PENDANAAN
PENDIDIKAN OLEH PENYELENGGARA
SATUAN PENDIDIKAN YANG DIDIRIKAN MASYARAKAT

BIAYA INVESTASI SATUAN PENDIDIKAN

BIAYA INVESTASI LAHAN PENDIDIKAN


1) Lahan untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat
harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
2) Pendanaan biaya investasi untuk lahan satuan pendidikan, baik
formal maupun nonformal, yang diselenggarakan masyarakat
menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan
yang bersangkutan.
3) Tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang
didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
sampai dengan terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan.

4) Pemerintah, pemerintah daerah, pemangku kepentingan pendidikan,


dan pihak asing dapat membantu pendanaan investasi untuk lahan
satuan dan/atau program pendidikan, baik formal maupun nonformal,
yang diselenggarakan masyarakat.

PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan satuan
pendidikan yang diperlukan untuk mengembangkan satuan
pendidikan yang diselenggarakan masyarakat menjadi bertaraf
internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber
dari :
a. penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.
b. orang tua atau wali peserta didik
c. Masyarakat di luar orang tua atau wali peserta didik
d. Pemerintah
e. Pemerintah daerah
f. Pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
g. Sumber lain yang sah.
2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan
Peraturan Menteri dan Peraturan agama sesuai dengan
kewenangan masing-masing.

3) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah


sesuai kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e diatur dengan peraturan kepala daerah.

4) Investasi lahan untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan


masyarakat dan dikembangkan menjadi bertaraf internasional
dan/atau berbsis keunggulan lokal harus merupakan bagian integral
dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari
rencana strategis satuan pendidikan.
BIAYA INVESTASI SELAIN LAHAN
PENDIDIKAN
1) Investasi selain lahan untuk satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat harus memenuhi
Standar Nasional Pendidikan.

2) Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan


pendidikan penyelenggara program wajib belajar, baik
formal maupun nonformal, ayng diselenggarakan
masyarakat, menjadi tanggung jawab penyelenggara
atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.
3) Tanggung jawab pendanaan oleh penyelenggara atau satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan terpenuhinya Standar
Nasional Pendidikan.

4) Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan


bukan penyelengggara program wajib belajar, baik formal maupun
nonformal, yang diselenggarakan masyarakat, menjadi tanggung
jawab bersama penyelenggara atau satuan pendidikan yang
bersangkutan dan masyarakat.

5) Pemerintah, pemerintah daerah, pemangku kepentingan


pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya
investasi selain lahan untuk satuan dan/atau program pendidikan
formal dan nonformal yang diselenggarakan masyarakat.
PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang
diperlukan untuk pengembangan satuan atau program pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat menjadi bertaraf
internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber
dari :
a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat.
b. Orang tua atau wali peserta didik
c. Masyarakat di luar orang tua atau wali peserta didik
d. pemerintah
e. pemerintah daerah
f. pihak asing yang tidak mengikat dan/ atau
g. sumber lain yang sah.
2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan
peraturan menteri dan peraturan menteri agama sesuai
kewenangan masing-masing.

3) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah


sesuai kewenangannya sebagaimana dimasuk pada ayat (1) huruf
e diatur dengan peraturan kepala daerah.

4) Investasi selain lahan untuk satuan pendidikan yang


diselenggarakan masyarakat dan dikembangkan menjadi bertaraf
internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan
bagian integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang
diturunkan dari rencana kerja tahunan yang merupakan
pelaksanaan dari rencana strategis satuan pendidikan.
BIAYA INVESTASI
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN
PENDIDIKAN

BIAYA INVESTASI LAHAN PENDIDIKAN


Pendanaan investasi untuk lahan kantor penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan oleh masyarakat menjadi tanggung jawab
penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

BIAYA INVESTASI SELAIN LAHAN PENDIDIKAN


Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk kantor penyelenggaraan
dan/atau pengelolaan pendidikan oleh masyarakat menjadi tanggung
jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.
BIAYA PERSONALIA
1) Biaya personalia satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal,
yang diselengarakan oleh masyarakat yang menjadi tanggung jawab
penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan sekurang-
kurangnya mencakup :
a. Gaji pokok
b. Tunjangan yang melekat pada gaji
c. Tunjangan fungsional bagi guru dan dosen
d. Maslahat tambahan bagi guru dan dosen

2) Biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur


dalam perjanjian kerja antara penyelenggara atau satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat dengan masing-masing
pendidik/tenaga kependidikan, atau kesepakatan kerja bersama
antara penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan
dengan keseluruhan pendidik/tenaga kependidikan.

3) Pemerintah, pemerintah daerah, pemangku kepentingan


pendidikan, dan pihak asing dapat membantu pendanaan biaya
personalia pada satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal,
yang diselengarakan masyarakat.
PENDANAAN TAMBAHAN

1) Pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan


untuk mengembangkan satuan atau program pendidikan yang
diselenggarakan masyarakat menjadi bertaraf internasional
dan/atau berbasis keunggulan lokal, dapat bersumber dari :
a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat.
b. Orang tua atau wali peserta didik
c. Masyarakat di luar orang tua atau wali peserta didik
d. Pemerintah
e. Pemerintah daerah
f. Pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
g. Sumber lain yang sah
1) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan
peraturan menteri dan peraturan menteri agama sesuai
kewenangan masing-masing.

2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah


sesuai kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e diatur dengan peraturan kepala daerah.

3) Biaya personalia satuan pendidikan yang diselenggarakan


masyarakat dan dikembangkan menjadi bertaraf internasional
dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan bagian
integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang diturunkan
dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari
rencana strategis satuan pendidikan.
BIAYA NONPERSONALIA
1) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan dasar
madrasah pelaksana program wajib belajar yang diselenggarakan
oleh masyarakat menjadi tanggung jawab pemerintah dan
dialokasikan dalam anggaran pemerintah.

2) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan dasar


sekolah pelaksana program wajib belajar yang diselenggarakan
oleh masyarakat menjadi tanggung jawab pemerintah daerah
sesuai kewenangannya dan dialokasikan dalam anggaran
pemerintah daerah.

3) Tanggung jawab pendanaan oleh pemerintah dan pemerintah


daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sampai dengan terpenuhinya Standar Nasional
Pendidikan.
4) Pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan bukan
pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang
diselenggarakan masyarakat, menjadi tanggung jawab bersama antara
penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat dan
peserta didik atau orang tua/walinya.

5) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak asing dapat


membantu pendanaan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang
diselenggarakan penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat.

6) Pendanaan biaya nonpersonalia penyelenggara atau satuan


pendidikan yang didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dapat bersumber dari :
a. Pemerintah
b. Pemerintah daerah
c. Pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta didik atau
orang tua/walinya.
d. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
e. Sumber lainnya yang sah.
PENDANAAN TAMBAHAN
1) Pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan
untuk pengembangan satuan pendidikan yang diselenggarakan
masyarakat menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis
keunggulan lokal, dapat bersumber dari :
a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat
b. Pemerintah
c. Pemerintah daerah
d. Peserta didik atau orang tua/walinya
e. Pemangku kepentingan di luar peserta didik atau orang tua/walinya
f. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
g. Sumber lainnya yang sah.
2) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dengan
peraturan menteri dan peraturan menteri agama sesuai
kewenangan masing-masing.

3) Syarat pemberian bantuan pendanaan oleh pemerintah daerah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur dengan
peraturan kepala daerah sesuai kewenangannya.

4) Biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang diselenggarakan


masyarakat dan dikembangkan untuk bertaraf internasional
dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan bagian
integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang diturunkan
dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari
rencana strategis satuan pendidikan.
BIAYA OPERASI
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN
PENDIDIKAN

BIAYA PERSONALIA
Pendanaan biaya personalia untuk kantor penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan
yang didirikan masyarakat menjadi tanggung jawab penyelenggara
atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

BIAYA NONPERSONALIA
Pendanaan biaya nonpersonalia untuk kantor penyelenggaraan
dan/atau pengelolaan pendidikan oleh penyelenggara atau satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat menjadi tanggung jawab
penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.
BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN DAN BEASISWA
1) Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat
memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik
atau orang tua atau walinya yang tidak mampu membiayai
pendidikannya.

2) Penyelenggaraan atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat


dapat memberi beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi.

3) Pendanaan bantuan biaya pendidikan dan beasiswa sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat bersumber dari :
a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.
b. Pemerintah
c. Pemerintah daerah
d. Orang tua/wali peserta didik
e. Pemangku kepentingan di luar peserta didik dan orang tua/walinya
f. Bantuan pihak asing yang tidak mengikuti dan/atau
g. Sumber lainnya yang sah.
PENJELASAN BANTUAN PENDIDIKAN DAN BEASISWA

1) Bantuan biaya pendidikan dan beasiswa sebagaimana dimaksud dalam


pasal 44 mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus
ditanggung peserta didik, termasuk biaya personal.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian bantuan biaya pendidikan
dan beasiswa oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang
didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 diatur
dengan peraturan penyelenggara atau satuan pendidikan yang
bersangkutan.

Satuan pendidikan pelaksana program wajib wajib belajar yang


diselenggarakan masyarakat, yang tidak dikembangkan menjadi bertaraf
internasional atau berbasis keunggulan lokal, wajib menerima bantuan
biaya nonpersonalia dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
BAB IV
TANGGUNG JAWAB
PENDANAAN PENDIDIKAN OLEH MASYARAKAT DILUAR
PENYELENGGARA DAN SATUAN PENDIDIKAN YANG
DIDIRIKAN MASYARAKAT

TANGGUNG JAWAB PESERTA DIDIK


ORANG TUA, DAN/ATAU WALI PESERTA DIDIK
Peserta didik, orang tua, dan/atau wali peserta didik bertanggung
jawab atas :
a. Biaya pribadi peserta didik
b. Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan
bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun
nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan pendanaan
yang disediakan oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan.
c. Pendanaan biaya personalia pada satuan pendidikan bukan
pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal,
yang diperlukan untuk menutupi kekurangan pendanaan yang
disediakan oleh penyelenggara dan/ atau satuan pendidikan.
d) Pendanaan biaya nonpersonalia pada satuan
pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar,
baik formal maupun nonformal, yang diperlukan untuk
menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan oleh
penyelenggara dan/atau satuan pendidikan

e) Pendanaan sebagian biaya investasi pendidikan


dan/atau sebagian biaya operasi pendidikan tambahan
yang diperlukan untuk mengembangkan satuan
pendidikan menjadi bertaraf internasional dan/ atau
berbasis keunggulan lokal.
PENJELASAN TANGGUNG JAWAB PESERTA DIDIK
ORANG TUA, DAN/ATAU WALI PESERTA DIDIK

Tanggung jawab peserta didik, orang tua, dan/atau wali


peserta didik dalam pendanaan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 47 huruf b sampai dengan huruf e ditujukan
untuk :
a. menutup kekurangan pendanaan satuan pendidikan dalam
memenuhi Standar Nasional Pendidikan
b. mendanai program peningkatan mutu satuan pendidikan di atas
Standar Nasional Pendidikan.
TANGGUNG JAWAB PENDANAAN

Tanggung jawab pendanaan pendidikan oleh masyarakat di luar


penyelenggara dan Satuan Pendidikan yang didirikan masyarakat serta
peserta didik atau orang tua/walinya.
1) Masyarakat di luar penyelenggara dan satuan pendidikan yang
didirikan masyarakat serta peserta didik atau orang tua/walinya dapat
memberikan sumbangan pendidikan secara sukarela dan sama sekali
tidak mengikat kepada satuan pendidikan.

2) Sumbangan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dibukukan dan dipertanggungjawabkan secara transparan kepada
pemangku kepentingan satuan pendidikan.

3) Penerimaan, penyimpanan, dan penggunaan sumbangan pendidikan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diaudit oleh akuntan
publik, diumumkan secara transparan di media cetak berskala nasional,
dan dilaporkan kepada menteri apabila jumlahnya lebih besar dari
jumlah tertentu yang ditetapkan oleh menteri.
BAB V
SUMBER PENDANAAN
PENDIDIKAN

SUMBER PENDANAAN
1) Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan,
kecukupan, dan keberlanjutan.

2) Prinsip keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berarti bahwa besarnya
pendanaan pendidikan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

3) Prinsip kecukupan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berarti bahwa


pendanaan pendidikan cukup untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan
yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan.

4) Prinsip keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berarti bahwa


pendanaan pendidikan dapat digunakan secara berkesinambungan untuk
memberikan layanan pendidikan yang memenuhi Standar Nasional
Pendidikan.
1) Pendanaan pendidikan bersumber dari pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat.
2) Dana pendidikan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat bersumber dari :
a. Anggaran pemerintah
b. Anggaran pemerintah daerah
c. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan/atau
d. Sumber lain yang sah
3) Dana pendidikan penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat dapat bersumber dari :
a. Pendiri penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat
b. Bantuan dari masyarakat, di luar peserta didik atau orang tua/walinya.
c. Bantuan pemerintah
d. Bantuan pemerintah daerah
e. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat
f. Hasil usaha penyelenggara atau satuan pendidikan
g. Sumber lainnya yang sah.
4) Dana pendidikan satuan pendidikan yang diselenggarakan
pemerintah dapat bersumber dari :
a. Anggaran pemerintah
b. Bantuan pemerintah daerah
c. Pungutan dari peserta didik atau orang tua/walinya yang
dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.
d. Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar
peserta didik atau orang tua/walinya
e. Bantuan dari pihak asing yang tidak mengikat
f. Sumber lainnya yang sah
5) Dana pendidikan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah dapat bersumber dari :
a. Bantuan pemerintah daerah
b. Bantuan pemerintah
c. Pungutan dari peserta didik atau orang tua/walinya yang
dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.
d. Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar
peserta didik atau orang tua/wallinya.
e. Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar
peserta didik atau orang tua/walinya
f. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat
g. Sumber lainnya yang sah
PUNGUTAN

Pungutan oleh satuan pendidikan dalam rangka memenuhi tanggung


jawab peserta didik, orang tua dan/atau walinya sebagaimana
dimaksud dalam pasal 48 dan pasal 51 ayat (4) huruf c, ayat (5) huruf
c, dan ayat (6) huruf d wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Didasarkan pada perencanaan investasi dan/atau operasi yang jelas


dan dituangkan dalam rencana strategis, rencana kerja tahunan,
serta anggaran tahunan yang mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan.
b. Perencanaan investasi dan/atau operasi sebagaimana dimaksud
pada huruf a diumumkan secara transparan kepada pemangku
kepentingan satuan pendidikan.
c. Dana yang diperoleh disimpan dalam rekening atas nama satuan
pendidikan.
d. Dana yang diperoleh dibukukan secara khusus oleh satuan
pendidikan terpisah dari dana yang diterima dari penyelenggara
satuan pendidikan.
e. Tidak dipungut dari peserta didik atau orang tua/walinya yang tidak
mampu secara ekonomis.
f. Menerapkan sistem subsidi silang yang diatur sendiri oleh satuan
pendidikan
g. Digunakan sesuai dengan perencanaan sebagaimana dimaksud pada
huruf a
h. Tidak dikaitkan dengan persyaratan akademik untuk penerimaan
peserta didik, dan/atau kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
i. Sekurang-kurangnya 20% (dua puluh pesen) dari total dana pungutan
peserta didik atau orang tua/walinya digunakan untuk peningkatan
mutu pendidikan.
j. Tidak dialokasikan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
kesejahteraan anggota komite sekolah/madrasah atau lembaga
representasi pemangku kepentingan satuan pendidikan.
k. Pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan dana diaudit oleh
akuntan publik dan dilaporkan kepada menteri, apabila jumlahnya lebih
dari jumlah tertentu yang ditetapkan oleh menteri.
l. Pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan dana dipertanggung
jawabkan oleh satuan pendidikan secara transparan kepada
pemangku kepentingan pendidikan terutama orang tua/wali peserta
didik dan penyelenggara satuan pendidikan.
m. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
WEWENGANG MENTERI
Menteri atau menteri agama, sesuai kewenangan masing-masing,
dapat membantalkan pungutan sebagaimana di maksud dalam
pasal 52 apabila melanggar peraturan perundang-undangan atau
dinilai meresahkan masyarakat.

PENJELASAN
Apabila dana pungutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 52
yang diterima satuan pendidikan pada suatu tahun ajaran melebihi
jumlah dana yang diperlukan menurut perencanaan investasi
dan/atau operasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 huruf a,
maka kelebihannya dimasukkan dalam anggaran tahun
berikutnya.
BIMBINGAN PENDIDIKAN
1) Peserta didik atau orang tua/walinya dapat memberikan sumbangan
pendidikan yang sama sekali tidak mengikat kepada satuan
pendidikan secara sukarela di luar yang telah diatur dalam pasal 52.
2) Penerimaan, penyimpanan, dan penggunaan sumbangan pendidikan
yang bersumber dari peserta didik atau orang tua/walinya, diaudit oleh
akuntan publik, diumunkan secara transparan di media cetak berskala
nasional, dan dilaporkan kepada menteri apabila jumlahnya lebih
besar dari jumlah tertentu yang ditetapkan oleh menteri.

BENTUK SUMBANGAN
1) Bantuan dari pihak asing sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 ayat
(2) huruf c, ayat (3) huruf e, ayat (4) huruf e, ayat (5) huruf e, dan ayat
(6) huruf f berbentuk utang atau hibah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Bantuan dari pihak asing kepada penyelenggara atau satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud pada
yat (1) dilaporkan ke pada menteri atau menteri agama, dan menteri
keuangan.
DANA PENGEMBANGAN

1) Satuan pendidikan dapat memiliki dana pengembangan.


2) Dana pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas pokok dana pengembangan dan hasil pengelolaan pokok dana
pengembangan.
3) Pokok dana pengembangan dapat bersumber dari :
a. Bantuan pemerintah
b. Bantuan pemerintah daerah
c. Bantuan masyarakat di luar peserta didik atau orang tua/walinya
d. Sebagian dana peningkatan mutu pendidikan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 52 huruf i
e. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat
f. Sumber lain yang sah.
4) Pokok dana pengembangan tidak boleh digunakan kecuali
jika :
a. Pengelolaan dana pengembangan mengalami kerugian
b. Dana pengembangan digunakan untuk menyelamatkan eksistensi
satuan pendidikan ketika mengalami kesulitan keuangan yang
menjurus pada kelipatan
c. Digunakan untuk menyelamatkan satuan pendidikan ketika terkena
bencana.
5) Hasil pengelolaan pokok dana pengembangan dapat
digunakan untuk :
a. Pendanaan biaya investasi dan/atau biaya operasi satuan
pendidikan.
b. Bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik yang tidak mampu
membiayai pendidikannya.
c. Beasiswa bagi peserta didik, pendidik dan/atau tenaga
kependidikan pada satuan pendidikan yang bersangkutan.
6) Pokok dan hasil dana pengembangan tidak boleh digunakan untuk :
a. Dipinjaman sebagai piutang baik langsung maupun tidak.
b. Dijadikan jaminan utang baik langsung maupun tidak langsung.

7) Dana pengembangan dikelola berdasarkan prinsip transparansi dan


akuntabilitas dan tidak boleh diinvestasikan pada usaha yang
beresiko tinggi atau melanggar peraturan perundang-undangan.

8) Dana pengembangan disimpan dalam rekening khusus dana


pengembangan atas nama satuan pendidikan.

9) Dana pengembangan dipertanggungjawabkan oleh pemimpin


satuan pendidikan kepada pemangku kepentingan pendidikan
secara periodik tahunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan peraturan penyelenggaraan atau satuan
pendidikan.
BAB VI
PENGELOLAAN DANA PENDIDIKAN

Prinsip dalam pengelolaan dana pendidikan oleh pemerintah,


pemerintah daerah, penyelenggaraan dan satuan, penyelenggara dan
satuan pendidikan yang didirikan oleh masyarakat terdiri atas :
a. Prinsip umum
b. Prinsip khusus

PRINSIP UMUM
Prinsip umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 58 huruf a adalah :
a. Prinsip keadilan
b. Prinsip efisisensi
c. Prinsip transparansi
d. Prinsip akuntabilitas publik
2) Prinsip keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan dengan memberikan akses pelayanan pendidikan yang
seluas-luasnya dan merata kepada peserta didik atau calon
peserta didik, tanpa membedakan latar belakang suku, ras, agama,
jenis kelamin, dan kemampuan atau status sosial-ekonomi.

3) Prinsip efisiensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


dilakukan dengan mengoptimalkan akses, mutu relevansi, dan
daya saing pelayanan pendidikan.

4) Prinsip transparansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c


dilakukan dengan memenuhi asa kepatutan dan taat kelola yang
baik oleh pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara
pendidikan yang didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan
sehingga :
a. Dapat diaudit atas dasar standar audit yang berlaku, dan
menghasilkan opini audit wajar tanpa perkecualian.
b. Dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada pemangku
kepentingan pendidikan.

5) Prinsip akuntabilitas publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


d dilakukan dengan memberikan pertanggungjawabkan atas kegiatan
yang dijalankan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan kepada
pemangku kepentingan pendidikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

PRINSIP KHUSUS
1) Pengelolaan dana pendidikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2) Pengelolaan dana pendidikan oleh penyelenggara atau satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat dilaksanakan sesuai peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar/anggaran rumah tangga
penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.
3) Pengelolaan dana pendidikan oleh satuan pendidikan dilaksanakan
sesuai peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga penyelenggara atau satuan pendidikan, serta peraturan
satuan pendidikan.
SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH

SISTEM ANGGARAN
1) Pengelolaan dana pendidikan oleh penyelenggara atau satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat diatur dalam anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga penyelenggara atau satuan pendidikan
yang bersangkutan.

2) Dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan


oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat untuk :
a. Biaya investasi pada satuan pendidikan
b. Biaya operasi satuan pendidikan
c. Bantuan kepada satuan pendidikan dalam bentuk hibah untuk
mendukung biaya operasi satuan pendidikan.
3) Dana pendidikan yang dikelola oleh penyelenggara atau satuan
pendidikan didirikan masyarakat disimpan dalam rekening
penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

4) Seluruh dana satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh


masyarakat dikelola melalui mekanisme yang diatur dalam anggaran
dasar dan satuan pendidikan yang bersangkutan dan disimpan di
dalam rekening bendahara satuan pendidikan yang bukan dengan
seizin ketua penyelengggara atau pemimpin satuan pendidikan yang
bersangkutan.

PENERIMAAN DANA
1) Penerimaan dana pendidikan yang bersumber dari masyarakat oleh
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dikelola
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Dana pendidikan pada satuan pendidikan bukan penyelenggara


program wajib belajar yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah yang belum berbadan hukum dikelola dengan
menggunakan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum.
PERENCANAAN
Perencanaan anggaran pendidikan oleh pemerintah
harus sejalan dengan :

a. Rencana pembangunan jangka panjang


b. Rencana pembangunan jangka menengah
c. Rencana kerja pemerintah
d. Rencana strategis pendidikan nasional

Perencanaan anggaran pendidikan oleh pemerintah


harus sejalan dengan :
a. Rencana pembangunan jangka panjang
b. Rencana pembangunan jangka menengah
c. Rencana kerja pemerintah
d. Rencana strategis pendidikan nasional
e. Rencana strategis daerah
Perencanaan anggaran pendidikan oleh pemerintah harus sejalan
dengan :

a. Rencana pembangunan jangka panjang


b. Rencana pembangunan jangka menengah
c. Rencana kerja pemerintah
d. Rencana strategis pendidikan nasional
e. Rencana strategis satuan pendidikan
f. Rencana kerja tahunan satuan pendidikan.

1) Rencana tahunan penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan oleh


pemerintah dituangkan dalam rencana kerja dan anggaran
kementerian/lembaga sesuai peraturan perundang-undangan.

2) Rencana tahunan penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan oleh


pemerintah daerah dituangkan dalam rencana kerja dan anggaran satuan kerja
perangkat daerah sesuai peraturan perundang-undangan.

3) Rencana tahunan penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan oleh satuan


pendidikan dituangkan dalam rencana kerja dan anggaran tahunan satuan
pendidikan sesuai peraturan perundang-undangan.
REALISASI PENERIMAAN
DAN PENGELUARAN DANA PENDIDIKAN
1) Penggunaan dana pendidikan oleh pemerintah dilaksanakan melalui
sistem anggaran pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Penggunaan dana pendidikan oleh pemerintah daerah dilaksanakan
melalui sistem anggaran pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan undangan.

SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH


1) Penggunaan dana pendidikan oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dilaksanakan melalui sistem anggaran
pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Penggunaan dana pendidikan oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah dilaksanakan melalui sistem
anggaran pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3) Penggunaan dana pendidikan oleh satuan pendidikan dilaksanakan melalui
mekanisme yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
penyelengggara atau satuan pendidikan, serta sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.
STANDAR AKUNTANSI AKUNTABILITAS DAN
PELAPORAN

1) Realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan pemerintah


dibukukan dan dilaporkan sesuai standar akuntansi yang berlaku
bagi instansi pemerintah.

2) Realisasi pengeluaran dana pendidikan pemerintah oleh satuan


kerja pemerintah daerah dilaporkan kepada menteri atau menteri
agama sesuai kewenangan masing-masing, dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan pemerintah


oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
dilaporkan kepada menteri atau menteri agama sesuai kewenangan
maisng-masing, dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
REALISASI ANGGARAN DANA PENDIDIKAN DAERAH

1) Realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan pemerintah


daerah dibukukan dan dilaporkan sesuai standar akuntansi yang
berlaku bagi instansi pemerintah daerah.

2) Realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan pemerintah


daerah oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah dilaporkan kepada kepala daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan


paling lambat dalam waktu 15 (lima belas) hari kalender.
STANDAR AKUNTANSI NIRLABA

Realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan satuan


pendidikan dibukukan dan dilaporkan sesuai standar akuntansi
keuangan nirlaba yang berlaku bagi satuan pendidikan.

Pelaporan mengenai penggunaan dana pendidikan sebagaimana


dimaksud dalam pasal 68 dan pasal 69 serta realisasi penerimaan
dan pengeluaran dana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 70, pasal 71, dan pasal 72 diatur lebih lanjut dengan
peraturan menteri.
PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN
1) Pengawasan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan
pemerintah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2) Pemeriksaan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan dalam


rangka pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

1) Pengawasan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan


pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2) Pemeriksaan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan dalam


rangka pengawasan sebagaimana dimaksud dalam rangka
pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1) Pengawasan penerimaan dan penggunaan dana satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Pemeriksaan penerimaan dan penggunaan dana dalam rangka


pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan pearaturan perundang-undangan.

1) Pengawasan penerimaan dan penggunaan dana satuan


pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
anggaran dasar serta anggaran rumah tangga penyelenggara atau
satuan pendidikan yang bersangkutan.

2) Pemeriksanaan penerimaan dan penggunaan dalam rangka


pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan pearturan perundang-undangan.
PERTANGGUNGJAWABAN
1) Dana pendidikan pemerintah dan pemerintah daerah
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2) Dana pendidikan pada satuan pendidikan yang


diselenggarakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan pearaturan
perundang-undangan.

3) Dana pendidikan pada satuan pendidikan yang


diselenggarakan oleh masyarakat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
anggaran dasar serta anggaran rumah tangga penyelenggara
atau satuan pendidikan yang bersangkutan.
BAB VII
PENGALOKASIAN DANA PENDIDIKAN
PADA APBN

1) Anggaran belanja untuk melaksanakan fungsi


pendidikan pada sektor pendidikan dalam angaran
pendapatan dan belanja Negara setiap tahun anggaran
sekurang-kurangnya dialokasikan 20% (dua puluh
perseratus) dari belanja Negara.

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai alokasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri keuangan.
Analisis Keuangan

Jaja Suteja
Tiga Klasifikasi utama Rasio
Keuangan
• Rasio Solvabilitas
• Rasio Profitabilitas
• Rasio Aktivitas
Rasio SOLVABILITAS
• Kemampuan perusahaan untuk memenuhi
seluruh kewajiban jangka pendek dan
panjang tepat pada waktunya
• Kemampuan perusahaan untuk memenuhi
segala kewajiban finansialnya apabila
perusahaan di liquidasi
Liquiditas

Kemampuan Perusahaan untuk membayar


kewajibanJangka pendek
tepat pada waktunya

Current Ratio: Quick Ratio


Aktiva lancar X 100% Aktiva lancar – persediaan X 100%
Hutang lancar Hutang lancar
Rasio Solvabilitas
Jangka Panjang

Aktiva Lancar + aktiva tetap X 100%


Total hutang

Debt to Equity Ratio:


Modal sendiri X 100%
Total hutang
RASIO
PROFITABILITAS

RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR


PENDAPATAN POTENSIAL
SUATU PERUSAHAAN

1. HASIL ATAS PENJUALAN


2. HASIL ATAS INVESTASI
3. LABA PER SAHAM
HASIL ATAS PENJUALAN

RASIO PROFITABILITAS YANG


MENINGDIKASIKAN PROSENTASE
PENDAPATANNYA

HASIL ATAS PENJUALAN=

PENDAPATAN NETTO
PENJUALAN
HASIL ATAS INVESTASI

RASIO PROFITABILITAS YANG MENGUKUR


KINERJA PENDAPATAN YANG DIPEROLEH
UNTUK SETIAP RUPIAH YANG DI
INVESTASIKAN

PENDAPATAN NETTO
TOTAL MODAL SENDIRI
LABA PER SAHAM

MENGUKUR BESARNYA DEVIDEN


YANG DAPAT DIBAYARKAN PERUSAHAAN
KEPADA PEMEGANG SAHAM

LABA BERSIH
JUMLAH SAHAM YANG DIKELUARKAN
RASIO AKTIVITAS

RASIO KEUANGAN UNTUK MENGEVALUASI


PENGGUNAAN ASSET SUATU PERUSAHAAN
OLEH MANAJEMENNYA
RASIO AKTIVITAS
• MENGUKUR EFISIENSI DALAM
PENGGUNAAN SUMBER DAYA SUATU
PERUSAHAAN BERKAITAN DENGAN
PROFITABILITAS
• MEMPERLIHATKAN PERUSAHAAN YANG
MEMPEROLEH LEBIH BANYAK
KEUNTUNGAN DIBANDING PERUSAHAAN
LAIN PADA SUMBER DAYA YANG SAMA
RASIO PERPUTARAN
PERSEDIAAN

MENGUKUR RATA-RATA
JUMLAH PERSEDIAAN DIJUAL
DAN DI STOCK LANG SELAMA SETAHUN

HARGA POKOK PENJUALAN HARGA POKOK PENJUALAN


=
RATA-RATA PERSEDIAAN (PERSEDIAAN AWAL TAHUN- AKHIR TAHUN)/2
BAB 2
Capital Budgeting: Kriteria Keputusan
Haruskah saya membangun
pabrik tersebut ?

Plant;Property,Equiptment
Apakah Penganggaran Modal?
Keywords dalam Penganggaran modal:

• Analisis terhadap tambahan fixed assets yang potensial.

• Keputusan Jangka Panjang; Melibatkan Pembelanjaan


Modal dalam jumlah yang sangat besar.

• Sangat Penting bagi Masa Depan Perusahaan.


Penganggaran Modal
( capital bugeting )

Keseluruhan proses perencanaan


dan pengambilan keputusan
Mengenai pengeluaran dana
Dengan jangka waktu lebih dari
satu tahun
Langkah langkah:
1. Estimasikan aliran kas baik kas masuk maupun
kas keluar

2. Hitung risiko yang dikandung dari aliran kas, baik


CIFs maupun COFs

3. Tentukkan nilai k = WACC untuk

4. kemudian cari nilai NPV dan atau IRR.

5. Terima proyek, apabila NPV > 0 dan atau IRR >


WACC.
Apakah Perbedaan antara proyek yang
bersifat Mutually Ekslusif dan Independen

Proyek:
independen, Jika aliran kas dari suatu proyek, tidak
dipengaruhi oleh penerimaan dari aliran kas
proyek lainnya.
mutually exclusive, Jika allran kas dari suatu
proyek menyebabkan penolakan dari aliran kas
dari proyek lainnya (if the cash flows of one can
be adversely impacted by the acceptance of the
other).
Sebuah contoh proyek yang bersifat
Mutually Exclusif (Saling Meniadakan).

Jembatan vs. Kapal Penyebrangan (Ferry) alternatif


produk untuk penyebrangan sungai
Aliran Kas Proyek yg Normal:
Biaya (negatif CF) kemudian diikuti oleh
aliran kas positip\
Aliran Kas Proyek Yg tidak Normal:

Dua atau lebih perubahan arah aliran


kas dalam suatu proyek tertentu.
CIFs (+) COFs (-) Dalam tahun

0 1 2 3 4 5 N NN
- + + + + + N
- + + + + - NN
- - - + + + N
+ + + - - - N
- + + - + - NN
Apakah Periode Pengembalian itu ?

Jumlah tahun atau periode yang


dibutuhkan agar investasi dapat kembali
(The number of years required to
recover a project’s cost),
Atau
how long does it take to get the
business’s money back?
Kriteria Investasi

 Pay Back Period (PP)


 Discounted Payback Period
 Average Rate of Return (ARR)
 Net Present Value (NPV)
 Benefit Cost Ratio ( B/C ) atau
 Profitability Index (PI)
 Internal Rate of Return (IRR)
Menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan
mengembalikan investasi seperti semula, melalui
proceeds yang dihasilkan setiap periode
Misalnya terdapat 2 (dua) proyek, yaitu proyek L dan S:

Payback for Project L


(Long: Most CFs in out years)
1. Payback
Menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan
mengembalikan investasi seperti semula, melalui
proceeds yang dihasilkan setiap periode
Misalnya terdapat 2 (dua) proyek, yaitu proyek L
dan S: 0 1 2 2.4 3
Payback Period

CFt -100 10 60 100 80


Cumulative -100 -90 -30 0 50

Projek
= 2 + 30/80 = 2.375 years
L
Project S (Short: CFs datang lebih awal)

0 1 1.6 2 3

CFt -100 70 100 50 20

Cumulative -100 -30 0 20 40

PaybackS = 1 + 30/50 = 1.6 years


Proyek
S
Kelebihan dari metode Payback:
1. Mudah untuk menghitung dan memahaminya.
2. Memberikan gambaran mengenai indikasi
risiko dan likuiditas.

Kelemahan Metoda Payback:


1. Mengabaikan time value ofmoney(TVM).
2. Mengabaikan penerimaan kas setelah
PP terpenuhi.
2. Discounted Payback: Uses discounted
rather than raw CFs.
0 1 2 3
10%

CFt -100 10 60 80
PVCFt -100 9.09 49.59 60.11
Cumulative -100 -90.91 -41.32 18.79
Discounted
= 2 + 41.32/60.11 = 2.7 yrs
payback
Recover invest. + cap. costs in 2.7 yrs.
3.NPV
Konsep Net Preseng Value merupakan model yang memperhitungkan pola cast flow keseluruhan dari
suatu investasi, dalam kaitannya dengan waktu, berdasarkan tingkat diskonto (discount rate)

tertentu :

n CFt
NPV   .
t  0 1  k 
t

Cost often is CF0 and is negative.

n
CFt
NPV    CF0 .
t 1 1  k  t
Jadi Berapa NPV projek L ?
Projek L:
0 1 2 3
10%

-100.00 10 60 80

9.09
49.59
60.11
18.79 = NPVL NPVS = $19.98.
Rational untuk Metoda NPV
NPV = PV inflows - Cost
= Net gain in wealth.

Terima Projek jika: NPV > 0.

Pilih Projek yang memiliki nilai NPV yang


lebih besar apabila proyek tersebut bersifat
Mutually Exclusive
Menggunakan metode NPV,Proyek mana
yang seharusnya diterima ?

• Jika Projects S and L bersifat


mutually exclusive, terima S
sebab NPVs > NPVL .
• Jika S & L are independen,
Terima keduanya; NPV > 0.
4. Metode Internal Rate of Return: IRR
Bagaiman menentukan discount rate yang dapat
mempersamakan present value of proceed dengan outlay
sehingga NPV = 0
0 1 2 3

CF0 CF1 CF2 CF3


=
Cost Inflows

n
CFt

t 0 1  IRR 
t
 0.
Bagaimana dengan IRR projek L (IRRL)?

0 1 2 3
IRR = ?

-100.00 10 60 80
PV1
PV2
PV3
0 = NPV

IRRL = 18.13%. IRRS = 23.56%.


Alasan Rasional Metode IRR:
Jika IRR > WACC, dimana tingkat
return investasi > biayanya, oleh
karenanya sejumlah return yang
tersisa (some return is left
over)merupakan return bagi
stockholders
Example: WACC = 10%, IRR = 15%.
Profitable.
Kriteria Penerimaan Proyek Berdasarkan
Metode IRR:

• Jika IRR > k, Proyek diterima

• Jika IRR < k, projek ditolak

 jika S dan L bersifat independen maka


terima dua-duanya. IRRs > k = 10%.
 jika S dan L bersifat mutually, Terima S
sebab IRRS > IRRL .
Construct NPV Profiles
Enter CFs in CFLO and find NPVL and
NPVS at different discount rates:
k NPVL NPVS
0 50 40
5 33 29
10 19 20
15 7 12
20 (4) 5
NPV ($) k NPVL NPVS
60
0 50 40
50 33 29
5
Crossover 19 20
40 10
Point = 8.7% 7 12
30 15 (4) 5
20
20
S
IRRS = 23.6%
10 L
0 Discount Rate (%)
0 5 10 15 20 23.6
-10
IRRL = 18.1%
NPV and IRR always lead to the same
accept/reject decision for independent
projects:
NPV ($)
IRR > k k > IRR
and NPV > 0 and NPV < 0.
Accept. Reject.

k (%)
IRR
Mutually Exclusive Projects

NPV k < 8.7: NPVL> NPVS , IRRS > IRRL


L
CONFLICT
k > 8.7: NPVS> NPVL , IRRS > IRRL
NO CONFLICT

S IRRS

k 8.7 k %
IRRL
To Find the Crossover Rate
1. Find cash flow differences between the
projects. See data at beginning of the
case.
2. Enter these differences in CFLO register,
then press IRR. Crossover rate = 8.68%,
rounded to 8.7%.
3. Can subtract S from L or vice versa, but
better to have first CF negative.
4. If profiles don’t cross, one project
dominates the other.
Dasar Pengertian NPV
• Pengertian Present Value :
Nilai sekarng
• Pengertian Cast Flow atau Proceeds:
Earning After Taxes(EAT) Plus
Depresiasi
Net Investment (outlay):
a. Capital expenditure: jenis pengelaran yang
memberikan manfaat jangka panjang(tanah,
mesin,bangunan dan aktiva lainnya)
b. Revenue Expenditure: jenis pengeluaran yang
diperhitungkan sebagai biaya (biaya material,
tenaga kerja, biaya pabrik,operating
expenses)
Cara menentukan besarnya
net invesment

Harga proyek = XX
(+) Biaya pemasangan = XX
(-) Proceed atas penjualan aset lama = XX
(+) Pajak atas penjualan aset = XX
net investment = XX
Contoh
Pada suatu perusahaan 4 tahun yang lalu
membeli mesin dengan harga Rp 100.000,-
yang usia teknisnya 10 tahun. Mesin ini
dijual sekarang dengan harga Rp 110.000,-.
Capital gain tax rate 30 % dan normal tax
rate 50%.
Mesin baru bila dibeli akan diperoleh dengan
harga Rp 200.000,- Biaya pemasangan Rp
50.000,- (instalation cost).
Berapa besarnya net investment?.
Capital gain = Rp. 110.000,- – Rp. 100.000,- = Rp. 10.000,-
Nilai buku mesin lama = Rp. 100.000,- – Rp. 40.000,- = Rp. 60.000,-
Normal gain = Rp. 40.000,- (nilai yang sudah dipakai)
Total pajak yang harus dikeluarkan :
Capital gain : Rp. 10.000,- x 30 % = Rp. 3.000,-
Normal gain : Rp. 40.000,- x 50 % = Rp. 20.000,- +
Total = Rp. 23.000,-

Harga mesin baru = Rp. 200.000,-


(+) Biaya pemasangan = Rp. 50.000,- +
= Rp. 250.000,-
(--) Proceet atas penjualan aset lama = Rp. 110.000,- -
= Rp. 140.000,-
(+) Pajak atas penjualan aset = Rp. 23.000,- +
Net Investment = Rp. 163.000,-
Konsep Net Present Value

PV of Proceeds, Th 1 Rp. x DF Rp.


Th 2 Rp. x DF Rp.
Th 3 Rp. x DF Rp.
Th 4 Rp. x DF Rp.
Total PV Rp.
Net Investment Rp.
NPV Rp.
PV of Proceeds
PI atau B/C Ratio =
Net Investment
Contoh :

Dua Proyek, yaitu A dan B, masing-masing membutuhkan investasi sebesar Rp. 800.000,-. Cost of Capital
perusahaan diketahui 10%. Pola Cash Flow (EAT + Depresiasi) adalah sebagai berikut :

Proyek Dari data di atas, Proyek manakah yang paling


Tahun menguntungkan atas dasar konsep :
A B
1. Rp. 400.000,- Rp. 100.000,-
2. Rp. 400.000,- Rp. 200.000,- a. NPV
b. PI
3. Rp. 200.000,- Rp. 200.000,- c. IRR
4. Rp. 100.000,- Rp. 200.000,- d. Payback
e. ARR
5. - Rp. 300.000,-
6. - Rp. 400.000,-
Konsep Net Present Value

PV of Proceeds, Th 1 Rp. 400.000,- x 0,926 Rp. 370.000,-


Th 2 Rp. 400.000,- x 0,857 Rp. 342.000,-
Th 3 Rp. 200.000,- x 0,794 Rp. 158.800,-
Th 4 Rp. 100.000,- x 0,735 Rp. 73.500,-
Total PV Rp. 945.500,-
Net Investment Rp. 800.000,-
NPV Rp. 145.500,-
Rp. 945.500,-
PI atau B/C Ratio = = 1,18
Rp. 800.000,-
Bab 3
Keputusan Struktur Modal
(Capital Structure Decisions):
Topik Pembahasan:

• Dampak leverage terhadap return


• Risiko Bisnis Vs risiko Finansial
• Teori Struktur Modal
• Struktur Modal Optimal dalam
Prakteknya
Sebagai contoh, misalnya ada dua perusahaan hipotesis,
Perusahaan pertama (U) tanpa Hutang
dan (L) dengan Hutang

Perusahaan U Perusahaan L
Tanpa Hutang $10,000 12% Hutang(debt)
$20,000 dalam aset $20,000 dalam aset
40% tarif pajak 40% tarif pajak

Baik kedua perusahaan U maupun L


memiliki leverage operasi, risiko bisnis dan
EBIT $3,000. mereka berbeda hanya dalam
hal penggunaan hutang.
Dampak penggunaan Hutang thd Return Perusahaan

Prshn U Prshn L
EBIT $3,000 $3,000
Bunga 0 1,200
EBT $3,000 $1,800
ROE L
Pajak (40%) 1 ,200 720 >
ROE
NI (net incoem) $1,800 $1,080 U

ROE=(NI/TE) 9.0% 10.8%


Mengapa Hutang dpt meningkatkan return ?

• Total Dollars (return) thd investor:


– U: NI = $1,800.
– L: NI + Int = $1,080 + $1,200 = $2,280.
– Perbedaan = $480.
• Pajak yg dibayar:
– U: $1,200; L: $720.
– Perbedaan = $480.
• Banyak pendapatan operasi mengalir pd
perusahaan L (Perusahaan dng hutang)
Apakah Risiko bisnis?
 Ketidakpastian mengenai pendapatan operasi masa depan Uncertainty about future operating income (EBIT).

Probability Risiko bisnis rendah

High risk

0 E(EBIT) EBIT

 Catatan: risiko bisnis fokus pada pendapatan operasi dan


mengabaikan dampak pengaruh pendanaan
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
risiko bisnis

• Ketidakpastian mengenai deman (unit sales).


• Ketidakpastian mengenai harga output.
• Ketidakpastian mengenai harga input.
• Produk dan Jenis jenis hutang.
• Tingkat leverage operasi
Apakah Leverage Operasi dan
Bgmna pengaruhnya thd risiko bisnis?

• Leverage Operasi adalah penggunaan biaya


tetap dalam kegiatan bisnisnya dari pada
biaya variabel.
• Makin tinggi proporsi biaya tetap dalam
struktur biaya perusahaan secara
keseluruhan, maka makin tinggi leverage
operasi.

(More...)
• Makin tinggi leverage operasi, maka makin tinggi risiko bisnis,sebab
penurunan kecil dalam jmlh penjualan akan mengakibatkan
penurunan yg signifikan dalam tkt keuntungan

$ Rev. $ Rev.
TC } Profit FC
TC
lebih
FC banyak
FC

QBE Sales QBE Sales

(More...)
Kemungkinan Leverage operasi rendah

Leverage operasi tinggi

EBITL EBITH

 Dlm situasi tertentu, makin tinggi leverage


operasi akan meningkatkan makin tingginginya
EBIT yang diharapkan dan jg risiko yg makin
tinggi
Risiko Bisnis Vs Risiko Finansial

• Risiko Bisnis:
– Ketidakpastian dalam EBIT masa depan.
– Tergantung pada faktor bisnis seperti persaingan,
manajemen, leverage operasi dll.

• Risiko Keuangan:
– Risiko bisnis tambahan bagi owners sehubungan
dengan penggunaan leverage finansial
– Tergantung jumlah hutang dan pendanaan saham
preferen.
Dari sudut pandang pemilik perusahaan
bagaimana risiko bisnis dan keuangan dapat
diukur secara sendiri-sendiri ?

Risiko Bisnis Business Financial


= + .
risk risk
Risiko Perusahaan = ROE.

Risiko bisnis = ROE(U).

Risiko finansial = ROE - ROE(U).


Sekarang pertimbangkan fakta bahwa
EBIT tidak diketahui secara pasti, apa
dampa ketidakpastian terhadap
profitabilitas dan risiko perusahaan U (Un-
Leverage) dan L (Leverage) ?
Perusahaan U: tanpa hutang

Kondisi Ekonomi
Buruk Rata-rata. Baik
Prob. 0.25 0.50 0.25
EBIT $2,000 $3,000 $4,000
Bunga 0 0 0
EBT $2,000 $3,000 $4,000
Pajak (40%) 800 1,200 1,600
NI $1,200 $1,800 $2,400
Firm L: (memiliki Hutang) Leveraged
Kondisi Ekonomi
Bad Avg. Good
Prob.* 0.25 0.50 0.25
EBIT* $2,000 $3,000 $4,000
buga 1,200 1,200 1,200
EBT $ 800 $1,800 $2,800
Pajak (40%) 320 720 1,120
NI $ 480 $1,080 $1,680
*sama seperti perusahaan U.
Firm U Buruk Rerata. Baik
BEP 10.0% 15.0% 20.0%
ROI* 6.0% 9.0% 12.0%
ROE 6.0% 9.0% 12.0%

8
8

8
TIE
Firm L Bad Avg. Good
BEP=( EBIT/TA) 10.0% 15.0% 20.0%
ROI* 8.4% 11.4% 14.4%
ROE=( NI/TE) 4.8% 10.8% 16.8%
TIE= (EBIT/bunga) 1.7x 2.5x 3.3x
*ROI = (NI + Interest)/Total financing.
Ukuran Profitabilitas:

E(BEP) U
15.0% L
15.0%
E(ROI) 9.0% 11.4%
E(ROE) 9.0% 10.8%

Ukuran risiko:
ROE 2.12% 4.24%
CVROE 0.24 0.39
8

E(TIE) 2.5x
Kesimpulan
• Basic earning power = BEP = EBIT/Total assets yang tidak
dipengaruhi oleh leverage.
• ROE dan ROI perusahaan L > ROE dan ROI u, karena adanya
tax saving
• Besarnya tax saving(penghematan pajak)
= taxes rate*interest expenses.
• Perusahaan dengan hutang (Firm’sL) memiliki ROE dan EPS
yang lebih tinggi sebab adanya beban bunga pada kondisi
ekonomi baik.

(More...)
Teori Struktur Modal
• 1.(Teori MM atau MM theory)
– Tidak ada pajak
– Pajak Perusahaan
– Pajak Individu dan perusahaan
• 2.(Teori trade off atau Trade-off theory)
• 3.Teori Signaling (Signaling theory)
• 4. Pendanaan Hutang sebagai kendala manajerial
(Debt financing as a managerial constraint)
MM (Modgliani dan Miller) Theory:
Tanpa pajak

• Menurut MM teori, dalam kondisi set asumsi yang sangat ketat,


nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh baiuran pendanaan.
• Oleh karena itu, struktur modal tidak relevan.

• Oleh karenanya, menurut MM teori setiap peningkatan ROE


akan secara tepat ditutup oleh peningkatan risiko.
MM Theory:
Ada ajak Perusahaan (Corporate Taxes)

• Ketika ada pajak, maka perusahaan yang


menggunakan hutang lebih menguntungkan dari
pada menggunakan modal sendiri.
• Dengan adanya pajak perusahaan, manfaat leverage
finansial diatas risikonya oleh karenanya akan lebih
banyak lagi aliran EBIT masuk pada para invetsor.
• Perusahaan seharusnya menggunakan hampir
mendekati 100% pemenuhan kebutuhan pendanaan
melalui hutang untuk memaksimumkan nilai
perusahaan.
Teori MM (MM Theory):
Ketika ada pajak perusahaan dan pribadi.

• Pajak personal lebih kecil dari pajak


perusahaan:
– Pajak perusahaan menguntungkan bagi
debt financing.
– Pajak personal menguntungkan dengan
pengugunaan equity financing.
• Perusahaan seharusnya tetap
menggunakan 100% debt.
Persamaan Hamada
(Hamada’s Equation)
• MM theory menjelaskan bahwa beta berubaha
sehubungan dengan adanya leverage.
• bU beta bagi perusahaan tidak berutang (the
unlevered beta)
• bL = bU(1 + (1 - T)(D/E))
• Dimana bL = beta untuk perusahaan yg
menggunakan hutang (bL = )
• Dalam prakteknya D/E diukur dengan nilai buku
hutang terhadap modal sendiri.
Pendanaan Hutang sebagai
sebuah kendala Manajerial
• Dalam teori keagenan, manajer memungkinkan menggunakan
dana perusahaan untuk hal-hal diluar kepentingan langsung
perusahaan (non-value maximizing purposes).

• Tujuan dari penggunaan leverage finansial: :


– Mengikat aliran kas bebas (Bonds “free cash flow.”)
– Mendorong disiplin para manajer (Forces discipline on
managers).
• Namun demikian, pilihan tersebut telah meningkatkan risiko
kesulitan keuangan (increases risk of financial distress).
Teori Trade off (Trade-off Theory)

• MM theory mengabaikan kemungkinan kebangkrutan


dan kesulitan keuangan (financial distress), yang mana
peningkatannya proporsional dengan leverage yang
digunakan makin banyak berarti makin tinggi risikonya.
• Pada tk leverage rendah benefit pajak > biaya
kebangkrutan
• Pada tk leverage tinngibiaya kebangkrutan >, manfaat
pajak
• Jadi: Struktur modal optimal merupakan keseimbangan
diantara biaya dan manfaat yang timbul.
COSTS OF FINANCIAL DISTRESS REDUCE
THE OPTIMAL DEBT RATIO
Firm Value PV Tax Shield

PV Costs Of Distress

Value of levered firm

Value If All Optimum


Equity Financed

Debt Ratio
D/E
Teori Signal
(Signaling Theory)
• MM Teori mengasumsikan bahwa para investor dan
manajer memiliki informasi yang sama.
• Akan tetapi, Manajer seringkali memiliki informasi yang
lebih baik, oleh karenanya mungkin:
menjual saham jika overvalued.
Menjual Obligasi jika saham undervalued.
• Para investor / pasar sebenarnya memahami akan hal
ini, oleh karena itu mereka memandang penjualan saham
sebagai signal negatif.
• Jadi, apa implikasinya bagi manajer ? (Implications for
managers) ?
Konsep Biaya Modal

Prof Dr H. Tb Hasannudin, Drs., MSc AP


CHAPTER 5
DISTRIBUSI EARNINGS PADA PEMILIK:
KEBIJAKAN DIVIDEN dan PEMBELIAN KEMBALI
SAHAM PERUSAHAAN

• Teori dan Preferensi Investor


• Signaling effects
• Model Residual (Residual model)
• Rencana Investasi Kembali Dividen (Dividend reinvestment
plans)
• Dividend saham dan pemecahan saham (Stock dividends
and stock splits)
• Pembelian Kembali Saham Perushanaan (Stock
repurchases)
Apakah Yg dimaksud Kebijakan Dividen”?

• Merupakan keputusan untuk membayar earning bagi para


pemilik dan menahan kembali dan menginvestasikannya
pada perusahaan, oleh karena itu keputusan ini terkait
pada:
1. rendah atau tingginya rasio pembayaran?
2. Stabil datau tidak?
3. Frekuensi pembayaran?
4. Apakah perusahaan mengumumkan mengenai
kebijakan dividen ini
Apakah Investor Menyukai pembayaran dividen
tinggi atau rendah ? Ada 3 teori dasar

• Dividend tidak relevan: Investors don’t


care about payout.
• Bird-in-the-hand: Investor menyukai
rasio pembayaran yg tinggi.
• Preferensi Pajak: Investors menyukai
rasio pembayaran rendah
Teori Dividen irelevan
(Dividend Irrelevance Theory)

• Investor memiliki preferensi berbeda antara


dividen dan laba ditahan—u/dapat menghasilkan
capital gain, mereka dapat menjual saham. Jika
tdk menghendaki kas, maka mereka dapat
menggunakan dividen u/ membeli saham.
• Modigliani-Miller mendukung irelavan .
• Teori ini didasarkan pada asumsi yang tidak
realsitik (no taxes or brokerage costs), oleh
karena itu membuthkan tes empiris.
Bird-in-the-Hand Theory

• Investors berpikir bahwa dividen lebih kecil


risikonya dari pada potesi capital gains
masa depan, hence they like dividends.
• Jika begitu, Investor membayar dividen
akan memberikan nilai perusahaan yang
makin tinggi, high P0.
Preferensi Pajak (Tax Preference Theory)

• Laba ditahan mengarah pada capital


gains, yang dikenai pajak relatif
rendah dari pada dividen
• Hal ini menyebabkan investor
menyukai perusahaan dengan
payout rendah (a high payout results
in a low P0.)
Implikasi ke-3 terhadap para manajer

Theory Implication
Irrelevance Any payout OK
Bird-in-the-hand Set high payout
Tax preference Set low payout

Namun demikian, mana yag tepat ???


Kemungkinan pengaruhnya terhadap harga
saham (Possible Stock Price Effects)
Harga Saham ($)

Bird-in-Hand
40

Indifference
30

20

Tax preference

10

Rasio pembayaran
0 50% 100%
Pengaruh Terhadap biaya Ekuitas
(Possible Cost of Equity Effects)
Biaya
Ekuitas (%)
Tax Preference

20

15 Indifference

10 Bird-in-Hand

0 50% 100% Rasio Pembayaran


Teori mana yang Paling Tepat
(Which theory is most correct ?)

• Tes Empirispun tidak mampu


menentukkan teori mana yang relatif
tepat
• Para manajer menggunakan judgment
ketika menentukan kebijakan dividen.
Apakah yang dimaksud hipotesis “kandungan
informasi” dan Signaling ?

• Manajer tidak menyukai memotong dividen,


meskipun tidak meningkatkan dividen, mereka
relatif meyukai untuk memberikan dividen relatif
stabil. Sementara investor memandang
peningkatan dividen sebagai signal
management’s view of the future.
• Oleh karena itu, harga saham meningkat ketika
dividen juga meningkat , hal ini
merepresentasikan ekspektasi masa depan
perusahaan
Apakah yang dimaksud kelompok yang
berpengaruh (What’s the “clientele effect”)?

• Kelompok investor yang berbeda, atau


kelompok (clienteles), menyukai kebijakan
dividend yang berbeda.
• Kebijakan dividen masa lalu menentukan
kelompok invetor saat ini
Apakah Model Kebijakan Dividen Residual (What’s the
“residual dividend model”?)

• Mengkalkulasi laba ditahan yang dibutuhkan untuk


anggaran modal.
• Memenuhi kebutuhan modal, sehingga menyisakan
relatif kecil earnings sebagai dividen (Pay out any
leftover earnings (the residual) as dividends.
• Kebijakan ini meminimalisasi biaya signal ekuitas
dan flotasi, oleh karena itu akan mampu
meminimumkan biaya rata-rata tertimbang (This
policy minimizes flotation and equity signaling
costs, hence minimizes the WACC.)
Menggunakan Model Residual untuk
Menghitung Dividen yang dibayarkan
(Using the Residual Model to Calculate
Dividends Paid)

Dividends =
Net
income

[( )( )]
Target
equity
ratio
Total
capital
budget
.
Data for SSC (Contoh)

• Anggaran Modal : Rp. 800,000. Given.


• Target Struktur modal: 40% debt, 60% equity.
(Leverage Ratio =40%)
• Net income yang diproyeksikan: $600,000.
• Berapa banyak keuntungan bersih (Rp. 600,000)
seharusnya dibayarkan sebagai dividen ?
= Anggaran Modal Rp. 800.000
= 0.6($800,000) = $480,000 didanai oleh modal sendiri u/menjaga target struktur modal, atau sebesar [0.4($800,000)
= $320,000 dipenuhi dari debt.]
Dengan Rp. 600,000 net income, maka residualnya
= Rp. 600,000 - $480,000
= Rp.120,000 merupakan kas yg digunakan u/membayar dividen
= Rasio pembayaran (Payout ratio)
Rp. 120,000/Rp. 600,000
= 0.20 = 20%. Jadi DPO = 20%
Bagaimana kalau adanya penurunan NI
menjadi Rp. 400,000 apakah berpengaruh thd
dividend ? Juga bagaimana kalau meningkat
menjadi Rp. 800,000?

• NI = Rp.400,000: perlu Rp. 480,000 modal


sendiri, oleh karenanya harus menahan
dana sebesar Rp. 400,000. sehingga
Dividends = 0.
• NI = Rp. 800,000:
• Dividends = Rp.800,000 – Rp.480,000 = Rp.
320,000.
• Payout = Rp.320,000/Rp.800,000 = 40%.
Bagaimana suatu perubahan dalam peluang
investasi berpengaruh terhadap dividen dalam
kondisi kebijakan atau model residual ?

• Terdapat relatif sedikit investasi akan


mengarah pada makin kecilnya anggaran
modal, oleh karenanya akan meningkatkan
rasio pembayaran dividen.
• Makin baik peluang investasi, akan
mengarah pada rendahnya rasio
pembayaran dividen.
Kelemahan dan keunggulan Model
Kebijakan dividen residual

• Kelebihan (Advantages): Meminimalisasi biaya flotasi dan


Penerbitan saham baru.
• Kelemahan (Disadvantages): memberikan hasil yang
beragam dalam masalah dividen, ha l ini mendorong
munculnya signal konflik, meningkatkan risiko, dan tidak
memberikan perhatian yang kuat terhadap kelompok
tertentu.
• Kesimpulannya (Conclusion): Mempertimbangkan model
kebijakan residual, ketika adanya penentuan target
pembayaran dividend tertentu, tanpa harus dilakukan
secara kaku.
Apakah yang dimaksud DRIPs (“dividend
reinvestment plan) ?

• Pemilik saham dapat secara otomatis


menginvestasikan kembali dividennya
dalam saham umum perusahaan,
memperoleh lebih banyak saham dari
pada uang kas. There are two types of
plans:
– Pasar terbuka (Open market)
– Saham baru (New stock)
Penentuan Kebijakan Dividen

• Peramalan mengenai kebutuhan modal membutuhkan


perencanaan denganhorizon waktu lebih dari 5 tahun.
• Menentukan target Struktur modal
• Mengestimasi kebutuhan modal sendiri tahunan
(Estimate annual equity needs).
• Meentukan target rasio pembayaran berdasarkan
model residual.
• Secara umum, sejumlah tingkat pertumbuhan dividen
muncul, dan menjaga tingkat pertumbuhan tersebut
kalau memungkinkan, jia dibutuhkan perlu adanya
variasi Struktur Modal.
Rasio Pembayaran Dividen untuk
sejumlah industri terpilih
Industry Payout ratio
Banking 38.29
Computer Software Services 13.70
Drug 38.06
Electric Utilities (Eastern U. S.) 67.09
Internet n/a
Semiconductors 24.91
Steel 51.96
Tobacco 55.00
Water utilities 67.35
*None of the internet companies included in the Value Line Investment Survey paid a dividend.
Pembelian Kembali Saham Milik
Perusahaan (Stock Repurchases)
Repurchases: Buying own stock back
from stockholders.
Alasan Pembelian Kembali Saham:
• Sebagai alernatif untuk mendistribusikan kas
sbg dividen
• Untuk mendapatkan kas suatu waktu tertentu
dari padamelakukan penjualan aktiva.
• Untuk membuat perubahan struktur modal
yang cukup signifikan.
Advantages of Repurchases
• Pemilik saham dapat melakukan penawaran pada
harga tertentu atau tidak
• Membantu menghindari penetapan dividen tinggi yang
pada masa depan sulit untuk dipertahankan.
• Pembelian saham perusahaan dapat digunakan
sebagai takeover atau menjual kembali
u/meningkatkan kas yang dibutuhkan.
• Pendapatan yang diterima sebagai capital gains dari
pada dividen yang dinai tarif pajak yang lebih tinggi.
• Para pemegang saham menganggap sebagai signal
positif--- manajemen berpikir nahwa saham
undervalued.
Kelemahan Pembelian Kembali saham
(Disadvantages of Repurchases)

• Dipandang sebagai signal negatif (


perusahaan memiliki peluang investasi
yang rendah).
• Penjualan saham oleh pemilik (Selling
stockholders) tidak terinformasikan secara
lebih baik. Sehingga banyak yang
memperlakukannya sebagai sesautu yg
tidak fair.
• Firm may have to bid up price to complete
purchase, thus paying too much for its own
stock.
Dividen Saham vs Pemecahan Saham (Stock
Dividends vs. Stock Splits)

• Stock dividend: Perusahaan menerbitkan


saham baru sebagai kompensasi
pembayaran dividen, misalnya jika 10%,
memperoleh 10 lembar untuk setiap 100
saham yang dimiliki.
• Stock split: Perusahaan meningkatkan
jumlah saham yang beredar, misalnya split
factor 2;1 Sends shareholders more shares.
Baik pemecahan saham maupun dividen saham,
meningkatkan jumlah saham beredar, tapi dengan
porsi kueh yang relatif lebih kecil.
Meskipun demikian, stock dividend atau split diikuti
oleh informasi, atau diikuti oleh even lainnya seperti
meningkatnya dividen. Pada sisi lain, harga saham
turun sebagai akibat tidak berubahnya kesejahteraan
pemilik.
Namun demikian, splits/stock dividends akan mampu
mengarah pada “optimal price range.”
Kapan seharusnya Perusahaan
mempertimbangkan Pemecahan Saham?

• Ada keyakinan yang luas, bahwa di pasar


modal terdapat rentang harga optimal (optimal
price range) misalnya $20 sd $80.
• Pemecahan saham (Stock splits) dapat
digunakan untuk menjaga harga saham tetap
dalam rentang harga optimal.
• Pemecahan saham (Stock splits) umumnya
terjadi ketika manajemen dalam posisi
confident, sehingga seharusnya
diinterpretasikan sebagai signal positif (positive
signals.)
Bab 5
Analisis Laporan
Keuangan
© 2001 Prentice-Hall, Inc.
Fundamentals of Financial Management, 11/e
Jaja Suteja, SE., M.Si
Analisis Laporan
Keuangan
• Laporan Keuangan
• Kerangka Kerja Analisis
• Analisis Rasio
• Analisis Trend
• Common-Size dan Analisis Indeks
Pengguna Hasil Analisis

• Kreditur Dagang – Lebih memfokuskan


pada likuiditas .
• Pemegang Obligasi -- Lebih memfokuskan
pada CIF Jk Panjang
• Pemegang Saham -- Lebih memfokuskan
pada profitabilitas, CIF JK Panjang &
Kesehatan Perusahaan.
Pengguna Internal Analisis
Laporan Keuangan

• Perencana -- Lebih memfokuskan pada


penilaian posisi keuangan saat ini dan
evaluasi peluang potensial perusahaan .
• Pengawas -- Lebih memfokuskan pada ROI
untuk beragam asset dan efisiesni asset.
Bentuk Dasar Laporan
Keuangan
Neraca
 Sebuah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total assets = total

.
liabilities + owners’ equity

Laporan Laba Rugi


– A Sebuah ringkasan mengenai pendapatan dan
biaya-biaya selama periode tertentu yang
menggambarkan apakah perusahaan dalam posisi
untung atau rugi.
NERACA PT. ABC
(Dilihat dari sisi Asset )
NERACA PT. ABC (000) PER . 31 Desember , 2003a

Kas. $ 90 a. Posisi aset pd tanggal


Piutang Usaha.c 394 tertentu.
Persediaan 696 b. Apa yg dimiliki
Biaya dibayar dimuka d 5
perusahaan.
AK Pajak dibayar 10
Aktiva Lancare $ 1,195 c. Jumlah hutang para
Aktiva Tetap (@Cost)f 1030 pelanggan
Dik: Ak.Penyusutang (329) d. Biaya dimuka yg siap
Aktiva Tetap Bersih $ 701 dibayar.
Investasi 50 e. Aktiva lancar.
Aset lainya 223 f. Jml Aktiva tetap.
Total Assets b $2,169
g. Ak pengurangan atas
penggunaan aset tetap.
NERACA PT. ABC
(Sisi Utang)
NERACA PT. ABC (000) Per 31 Desember, 2003

Wesel Bayar $ 290 Utang a. Aktiva = Utang + MS.


Dagangc 94 Pajak b.Apa yg menjadi utang
Yg Msh hrs dibyr d 16 Utang yg perusahaan dan posisi
hrs dibyr lainya. d 100 kepemilikan usaha.
Utang Lancar. e $ 500 c. Kewajiban pada pemasok
Utang Jk Panjangf 530 perusahaan.
Modal sendiri pemilik d. Upah dan gaji yang masih hrs
diabayar.
Saham Biasa ($1 par) g 200 e. Utang usaha < 1 thn.
Tambahan Dlm Modalg 729 f. Utang > 1 thn.
Laba Ditahan h 210 g. Investasi milik perusahan
Total MS $1,139 sendiri.
Total Utang & MSa,b $2,169 h. Earnings reinvested.
LAPORAN LABA RUGI
PT. ABC
LAPORAN PENDAPATAN PT. ABC (000)
per 31 Desember 2003 a

Penjualan Bersih $ 2,211 a. Mengukur kemapuan


Harga Pokok Penjb 1,599 perusahan untuk memperoleh
Laba Kotor $ 612 keuntungan.
b. Yang diterima atau akan
Biaya Adm umumc 402 diterima dr pelanggan.
EBITd $ 210 c. Biaya penjualan, iklan
Biaya bungae 59 EBT f adminstrasi kantor dll.
$ 151 Pajak d. Pendapatan operasi
Pendapatan 60 EATg e. Biaya dana pinjaman.
$ 91 f. Pendapatan Kena pajak.
Dividen kas 38 Laba g. Jumlah yang siap diterima oleh
pemilik perusahaan.
ditahan $ 53
KERANGKA KERJA
ANALISIS FINASIAL
Komponen Trend / Musiman
Berapa besar dana yang akan diperlukan
dimasa yang akan datang ?
1. Analsis Kebutuhan Apakah ada komponen yang bersifat
Dana Perusahaan musiman?

Alat Analisis yang digunakan


Laporan Sumber & Penggunaan
Dana
Laporan Aliran kas dan
Anggaran Kas
Kerangka Kerja
Analisis Finansial

Kesehatan Sebuah Perusahaan

1. Analisis Kebutuhan Rasio Keuangan


dana perusahaan
2. Analisis Kondisi Finansial 1. Individual
Profitabilitas Perusahaan 2. Sepanjang waktu
3. Secara Kombinasi
4. Secara Perbandingan
Kerangka Kerja Analsis
Fiansial
Risiko Bisnis terkait pada risiko inheren
dalam operasi perusahaan.

1. Analysis of the funds


needs of the firm.
2. Analysis of the financial
Contoh:
condition and profitability Volatilitas penjualan
of the firm.
3. Analisis Risiko Bisnis Volatilitas biaya
Perusahaan
dll
Kerangka Analisis
Finansial
Seorang manajer
keuangan hrs
mempertimbangk
an ketiga faktor
1. Analisis Dana yang
tersebut ketika
dibutuhkan perusahaan. Penentuan menentukan
2. Analisis Kondisi Keuangan dana kebutuhan
dan Profitabilitas perusahaan Yang
. pendanaan
dibutuhkan Perusahaan
3. Analisis Risiko Bisnis Oleh
perusahaan. perusahaan.
Kerangka Kerja
Analisis Keuangan

1. Analisis Kebutuhan
Negosiasi
dana perusahaan. Penentuan Dengan
Pemasok
2. Analisis kondisi keuangan pendanaan Atau penyedia
dan profitabilitas perusahaan. perusahaan. dana.

3. Analisis Risiko Bisnis.


Penggunaan analisis rasio

Rasio Keuangan Jenis jenis


merupakan indeks yang Perbandingan:
terkait pada dua jenis
angka akuntansi yang  Perbandingan
diperoleh dengan internal
membagi satu dengan
yang lainnya.  Perbandingan
Eksternal
Perbandingan Eksternal
dan Sumber rasio Industri
Hal ini melibatkan Contoh :
perbandingan rasio PT. GOLDEN
dari satu perusahaan MISSISSIPI
dengan perusahaan PT. INDOFOOD
sejenis lainnya atau SUKSES
dengan rata-rata MAKMUR
kinerja industri. Dan juga Rasio
Keuangan Industri
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio [CR]
Rasio Neraca
Aktiva lancar
Utang lancar
Rasio Likuiditas
PT. ABC per-
Menunjukkan Desember, 2003
kemampuan
perusahaan untuk
menutup hutang jk
pendeknya dengan $1,195 = 2.39
aktiva lancar
$500
Perbandingan rasio
likuiditas
Current Ratio
Year PT. ABC Industry
2003 2.39 2.15
2002 2.26 2.09
2001 1.91 2.01

Rationya lebih kuat dari rata-rata industri.


Rasio Likuiditas
b. Acid-Test (Quick)
Rasio Neraca rasio cepat
Aktiva lancar - Persediaan
Rasio Likuiditas Utang Lancar

Menunjukan kemampuan For PT.ABC Per 31


perusahaan untuk menutup Desember, 2003
utang lancarnya dengan
aset yang paling likuid.
$1,195 - $696 = 1.00
$500
Perbandingan Rasio
likuiditas
Rasio Cepat
Year PT. ABC Industry
2003 1.00 1.25
2002 1.04 1.23
2001 1.11 1.25

Rasionya lebih lemah dari rata-rata industri.


Ringkasan perbandingan
rasio likuiditas
Ratio PT.ABC Industry
Current 2.39 2.15
Acid-Test 1.00 1.25
• Rasio saat ini (CR) kuat dan lemah pada Rasio
cepat (Quick) menunjukkan adanya masalah
potensial dalam jumlah persediaan.
• Catatan , dalam industri ini memiliki tingkat
persediaan barang yang relatif tinggi.
Analisis Perbandingan CR
dan Trend

Trend Analysis of Current Ratio

2.5
2.3
Ratio Value

2.1
1.9
1.7
1.5
2001 2002 2003
Analysis Year
Analisis Perbandingan
Rasio Cepat
Trend Analysis of Acid-Test Ratio

1.5
Ratio Value

1.3

1.0 PT. ABC


Industry
0.8

0.5
2001 2002 2003
Analysis Year
Ringkasan Analisis Trend
Likuiditas
 Rasio Lancar (CR) PT.ABC telah
meningkat, pada waktu bersama rasio
cepat mengalami penurunan.
• Rasio Lancar industry meningkat secara
perlahan, sementara rasio cepatnya relatif
stabil.
• Hal ini menunjukkan bahwa persediaan
merupakan masalah serius bagi PT.ABC.
2. Rasio Leverage Keuangan
a.Utang Thd Modal
Rasio Neraca sendiri (DER)

Rasio Leverage Total Utang


Total Modal sendiri
Finansial
PT. ABC per 31
Desember , 2003
Menunjukkan perluasan
usaha yang didanai oleh
utang. $1,030 = .90
$1,139
Perbandingan Rasio
Leverage Finansial
Rasio Utang Thd Modal Sendiri
Year PT.ABC Industry
2003 .90 .90
2002 .88 .90
2001 .81 .89
PT. ABC memiliki rata-rata penggunaan utang
relative thd rerata industri.
Rasio Leverage Finasial
b. DAR (Debt to Assets Ratio)
Rasio Neraca
Utang Thd
Total Aktiva
Rasio Leverage Total Utang
Keuangan Total Aktiva

PT.ABC Per 31 Desember , 2003


Menunjukkan persentase
kekayaan perusahaan
yang didanai dari
Utang $1,030 = .47
$2,169
Perbandingan Rasio
Leverage Finansial
Rasio Utang thd total Aktiva
Year PT.ABC Industry
2003 .47 .47
2002 .47 .47
2001 .45 .47
PT. ABC memiliki rata-rata utilisasi utang
relative thd rata-rata industri.
Rasio Leverage Finansial
c. Total Kapitalisasi
Rasio Neraca (i.e., LT-Debt + Equity)

Total Utang
Rasio Leverage Total Kapitalisasi
Keuangan
PT. ABC Per 31
Desember, 2003
Menunjukkan kepentingan
relative utang jk panjang
thd pendanaan jk panjang
perusahaan $1,030 = .62
$1,669
Perbandingan Rasio
Leverage Finansial
Total Rasio Kapitalisasi
Year PT. ABC Industry
2003 .62 .60
2002 .62 .61
2001 .67 .62
PT. ABC memiliki rata-rata utilisasi utang

.
jk panjang relative thd rata-rata industri
Rasio Pembayaran beban
bunga
d. Penutupan Beban bunga
Rasio Laba rugi
EBIT
Beban bunga
Rasio Penutupan
PT. ABC per 31
Menunjukkan Desember, 2003
kemampuan perusahaan
untuk menutup beban
bunga . $210 = 3.56
$59
Perbandingan Rasio
Penutupan Beban Bunga
Rasio Penutupan Beban Bunga
Year PT. ABC Industry
2003 3.56 5.19
2002 4.35 5.02
2001 10.30 4.66

PT. ABC memiliki rata-rata penutupan beban bunga relative

dibawah industri

.
Perbandingan Analisis
Trend – RAsio Penutupan
Trend Analysis of Interest Coverage Ratio
11.0

9.0
Ratio Value

7.0 PT. ABC


Industry
5.0

3.0
2001 2002 2003
Analysis Year
Ringkasan Analisis Trend
Penutupan
 Rasio penutupan PT. ABC telah
mengalami penurunan sejak 2001. dan
mengalami penurunan dibawah rata-rata
industri sejak 2 than lalu.
• Hal ini menunjukan bahwa earning yang rendah
(low earnings) atau (EBIT) merupakan masalah
potensial bagi PT. ABC.
• Catatan, kita tahu bahwa tingkat utang masih
dalam batasan rata-rata industri.
Rasio Aktivitas
a. Perputaran Piutang
Rasio neraca/ (Asumsi semua penjualan secara kredit)
laba rugi
Penjualan kredit bersih tahunan
Piutang Dagang

Rasio Aktivitas PT. ABC per-31 Desember,


2003
Menunjukkan kualitas piutang dan
bagaimana keberhasilan
perusahaan dalam
Pengumpulannya
$2,211 = 5.61
$394
Rasio Aktivitas
b. Rata-rata Periode
Rasio Neraca/ Pengumpulan
Laba rugi
Hari dalam satu tahun
Perputaran Piutang

Rasio Aktivitas
PT. ABC per 31
Jumlah rata-rata hari Desember, 2003
dimana piutang beredar di
pelanggan 365 = 65 days
(or RT in days) 5.61
Perbandingan Rasio
Aktivitas
Periode Pengumpulan rata-rata
Year PT. ABC Industry
2003 65.0 65.7
2002 71.1 66.3
2001 83.6 69.2

PT. ABC telah menunjukkan perbaikan dari


Rata-rata industri.
Rasio Aktivitas
c.Perputaran Utang (PT)
Rasio Neraca/
(Assume annual credit
Laba- purchases = $1,551.)

Pembelian kredit tahunan


Utang dagang
Rasio Aktivitas
PT. ABC per- 31 Desember,
2003
Menunjukkan percepatan
pembayaran thd pemasok
perusahaan . $1551
= 16.5
$94
Rasio Aktivitas
Rasio Neraca/ d. PT dalam hari
Laporan Laba-
Hari dalam satu tahun
Rugi
Perputaran utang
Rasio Aktivitas
PT. ABC per 31 Desember,
2003
Jumlah hari rata-rata
utang beredar di 365
pelanggan = 22.1 days
16.5
Perbandingan Rasio
Aktivitas
Perputaran Utang dalam hari
Year PT. ABC Industry
2003 22.1 46.7
2002 25.4 51.1
2001 43.5 48.5
PT. ABC telah meningkat perputaran utangnya dlm hari .
Apakah hal ini baik ?
Rasio Aktivitas
e. Perputaran
Rasio Neraca/ Persediaan
Laba Rugi
Harga pokok penjualan
Persediaan
Rasio aktivitas PT. ABC Per – 31
Desember, 2003
Menunjukkan efektifitas
praktek manajemen
persediaan perusahaan. $1,599 = 2.30
$696
Perbandingan Rasio
AKtivitas
Rasio Perputaran persediaan
Year PT. AB Industry
2003 2.30 3.45
2002 2.44 3.76
2001 2.64 3.69
PT. ABC memiliki rasio perputaran persediaan
yang kurang baik.
Rasio Perputaran Persediaan-
Analisis Perbandingan

Trend Analysis of Inventory Turnover Ratio


4.0

3.5
Ratio Value

3.0 PT.ABC
Industry
2.5

2.0
2001 2002 2003
Analysis Year
Rasio Aktivitas
f. Total perputaran aktiva
Rasio Neraca/
Penjualan kredit
Laba rugi Total aktiva
PT. ABC per 31 Desember, 2003

Rasio aktivitas

Menunjukkan efektifitas
Perusahaan Secara keseluruhan
dalam memanfaatkan aktiva-nya
untuk menghasilkan penjualan. $2,211 = 1.02
$2,169
Perbandingan RAsio
Aktivitas
Rasio Perputaran aktiva
Year PT. ABc Industry
2003 1.02 1.17
2002 1.03 1.14
2001 1.01 1.13
. ABC memiliki rasio perputaran aset yang lemah
engapa rasio tersebut lemah?
Rasio Profitabilitas
Rasio Neraca/ a. Gross Profit Margin
Laba rugi
Gross Profit
Net Sales
Rasio Profitabilitas
For PT. ABC December 31,
2003
Menunjukkan efisiensi
operasi dan kebijakan $612 = .277
penentuan harga .
$2,211
Perbandingan Rasio
Profitabilitas
Gross Profit Margin [GPM]

Year PT. ABC Industry


2003 27.7% 31.1%
2002 28.7 30.8
2001 31.3 27.6

PT. ABC memiliki GPM yang lemah


Perbandingan Analisis
Trend GPM
Trend Analysis of Gross Profit Margin
35.0
Ratio Value (%)

32.5

30.0 PT. ABC


Industry
27.5

25.0
2001 2002 2003
Analysis Year
Rasio Profitabilitas
Rasio Neraca/ b. Net Profit Margin
Laba rugi
Net Profit after Taxes
Net Sales
Rasio profitabilitas
For PT. ABC December 31,
Menunjukkan profitabilitas 2003
perusahaan setelah
memperhitungkan biaya $91 = .041
dan pajak. $2,211
Perbandingan RAsio
Profitabilitas
Net Profit Margin
Year PT. ABc Industry
2003 4.1% 8.2%
2002 4.9 8.1
2001 9.0 7.6

PT. ABC memiliki NPM yang lemah


Perbandingan Analisis Trend –
NPM (Net Profit Margin)

Trend Analysis of Net Profit Margin


10
9
Ratio Value (%)

8
7 PT. ABC
6 Industry

5
4
2001 2002 2003
Analysis Year
Rasio Profitabilitas
c. Return on Investment
Rasio Neraca/
Laba rugi Net Profit after Taxes
Total Assets

For PT. ABC December 31,


Rasio Profitabilitas 2003
Menunjukkan profitabilitas
aset perusahaan (setelah
pajak dan biaya-biaya) $91 = .042
$2,160
Perbandingan
Rasio Profitabilitas
Return on Investment
Year PT. ABC Industry

2003 4.2% 9.8%


2002 5.0 9.1
2001 9.1 10.8
PT. ABC memiliki ROI yang lemah
Perbandingan Analisis
Trend- ROI
Trend Analysis of Return on Investment
12
Ratio Value (%)

10

8 PT. ABC
Industry
6

4
2001 2002 2003
Analysis Year
Rasio Profitabiltas
d. Return on
Rasio Neraca/ Equity(ROE)
Laba rugi
Net Profit after Taxes
Shareholders’ Equity
Rasio Profitabilitas For PT. ABC December 31,
2003
Menunjukan profitabilitas
bagi pemegang saham
perusahaan (setelah $91 = .08
biaya-biaya dan pajak) $1,139
Perbandingan Rasio
profitabilitas
Return on Equity [ROE]

Year PT. ABC Industry


2003 8.0% 17.9%
2002 9.4 17.2
2001 16.6 20.4

PT. ABC memiliki ROE yang kurang baik


Perbandingan Analisis
Trend- ROE
Trend Analysis of Return on Equity
21.0
Ratio Value (%)

17.5

14.0 PT. ABC


Industry
10.5

7.0
2001 2002 2003
Analysis Year
ROI dengan Pendekatan
Du-Pont System
Earning Power = Sales profitability X
Asset efficiency
ROI = Net profit margin X
Total asset turnover
ROI2003 = .041 x 1.02 = .042 or 4.2%
ROIIndustry = .082 x 1.17 = .098 or 9.8%
Return on Equity and
the Du Pont Approach
Return On Equity = Net profit margin X
Total asset turnover X
Equity Multiplier
Total Assets
Equity Multiplier =
Shareholders’ Equity

ROE2003 = .041 x 1.02 x 1.90 = .080


ROEIndustry = .082 x 1.17 x 1.88 = .179
Ringkasan Analsis Trend
Profitabilitas
• Rasio Profitabilitas PT. ABC mengalamim
penurunan sejak 2001. setiap sub indiaktor
menunjukkan angka dibawah rata-rata industri
selama 3 thn terakhir.
• Hal ini menunjukkan COGS dan biaya
administrasi boleh jadi cukup mahal dan menjadi
masalah utama bagi PT. ABC.
• Catatan, hasil ini konsisten dengan rasio
kecukupan/penutupan biaya bunga yang rendah.
Ringkasan Analisis Rasio
• Tingkat persediaan cukup tinggi.
• Mungkin pembayaran terhadap
kreditur terlalu cepat.
• COGS terlalu mahal
• Biaya penjualan, umum dan
administrasi juga terlalu mahal.
Common-size Analysis
An analysis of percentage financial
statements where all balance sheet
items are divided by total assets and all
income statement items are divided by
net sales or revenues.
PT. ABC’ Common Size
Balance Sheets
Regular (thousands of $) Common-Size (%)
Assets 2001 2002 2003 2001 2002 2003
Cash 148 100 90 12.10 4.89 4.15
AR 283 410 394 23.14 20.06 18.17
Inv 322 616 696 26.33 30.14 32.09
Other CA 10 14 15 0.82 0.68 0.69
Tot CA 763 1,140 1,195 62.39 55.77 55.09
Net FA 349 631 701 28.54 30.87 32.32
LT Inv 0 50 50 0.00 2.45 2.31
Other LT 111 223 223 9.08 10.91 10.28
Tot Assets 1,223 2,044 2,169 100.0 100.0 100.0
PT. ABC’ Common Size
Balance Sheets
Regular (thousands of $) Common-Size (%)
Liab+Equity 2001 2002 2003 2001 2002 2003
Note Pay 290 295 290 23.71 14.43 13.37
Acct Pay 81 94 94 6.62 4.60 4.33
Accr Tax 13 16 16 1.06 0.78 0.74
Other Accr 15 100 100 1.23 4.89 4.61
Tot CL 399 505 500 32.62 24.71 23.05
LT Debt 150 453 530 12.26 22.16 24.44
Equity 674 1,086 1,139 55.11 53.13 52.51
Tot L+E 1,223 2,044 2,169 100.0 100.0 100.0
PT. ABC’ Common Size
Income Statements
Regular (thousands of $) Common-Size (%)
2001 2002 2003 2001 2002 2003
Net Sales 1,235 2,106 2,211 100.0 100.0 100.0
COGS 849 1,501 1,599 68.7 71.3 72.3
Gross Profit 386 605 612 31.3 28.7 27.7
Adm. 180 383 402 14.6 18.2 18.2
EBIT 206 222 210 16.7 10.5 9.5
Int Exp 20 51 59 1.6 2.4 2.7
EBT 186 171 151 15.1 8.1 6.8
EAT 112 103 91 9.1 4.9 4.1
Cash Div 50 50 50 4.0 2.4 2.3
Index Analyses

An analysis of percentage financial


statements where all balance sheet or
income statement figures for a base year
equal 100.0 (percent) and subsequent
financial statement items are expressed as
percentages of their values in the base
year.
PT. ABC’
Indexed Balance Sheets
Regular (thousands of $) Indexed (%)
Assets 2001 2002 2003 2001 2002 2003
Cash 148 100 90 100.0 67.6 60.8
AR 283 410 394 100.0 144.9 139.2
Inv 322 616 696 100.0 191.3 216.1
Other CA 10 14 15 100.0 140.0 150.0
Tot CA 763 1,140 1,195 100.0 149.4 156.6
Net FA 349 631 701 100.0 180.8 200.9
LT Inv 0 50 50 100.0 inf. inf.
Other LT 111 223 223 100.0 200.9 200.9
Tot Assets 1,223 2,044 2,169 100.0 167.1 177.4
PT. ABC’
Indexed Balance Sheets
Regular (thousands of $) Indexed (%)
Liab+Equity 2001 2002 2003 2001 2002 2003
Note Pay 290 295 290 100.0 101.7 100.0
Acct Pay 81 94 94 100.0 116.0 116.0
Accr Tax 13 16 16 100.0 123.1 123.1
Other Accr 15 100 100 100.0 666.7 666.7
Tot CL 399 505 500 100.0 126.6 125.3
LT Debt 150 453 530 100.0 302.0 353.3
Equity 674 1,086 1,139 100.0 161.1 169.0
Tot L+E 1,223 2,044 2,169 100.0 167.1 177.4
PT. ABC’ Indexed Income
Statements
Regular (thousands of $) Indexed (%)
2001 2002 2003 2001 2002 2003
Net Sales 1,235 2,106 2,211 100.0 170.5 179.0
COGS 849 1,501 1,599 100.0 176.8 188.3
Gross Profit 386 605 612 100.0 156.7 158.5
Adm. 180 383 402 100.0 212.8 223.3
EBIT 206 222 210 100.0 107.8 101.9
Int Exp 20 51 59 100.0 255.0 295.0
EBT 186 171 151 100.0 91.9 81.2
EAT 112 103 91 100.0 92.0 81.3
Cash Div 50 50 50 100.0 100.0 100.0
Penilaian Saham
(Stock Valuation)

Jaja Suteja
Kompleks Bogenville Estate
H-2 Antapani Bandung
40291
Kuliah 7
Saham dan Pasar Modal
(Stocks & Capital Market)
Pasar perdana (Primary Market) - Tempat dimana
penjualan suatu saham perusahaan untuk
pertamakalinya terjadi (Place where the sale of
new stock first occurs).
Penawaran Saham Perdana atau Initial Public
Offering (IPO) – Penawaran saham
pertamakalinya pada publik (First offering of stock
to the general public).
penjualan saham baru yang dilakukan setelah
perusahaan terdaftar di Bursa Efek (Seasoned
Issue - Sale of new shares by a firm that has
already been through an IPO),
Stocks & Stock Market
Saham Biasa (Common Stock) – Kepemilikan saham di
perusahaan publik (Ownership shares in a publicly held
corporation.)
Pasar Sekunder (Secondary Market) – Pasar sekunder. Pasar
dimana sekuritas yang sudah diterbitkan diperdagangkan.
(market in which already issued securities are traded by
investors.)
Sahan dan Pasar saham
(Stocks & Stock Market)
Dividend – Pembagian kas secara periodik
dari perusahaan ke pemegang saham.
(Periodic cash distribution from the firm to
the shareholders.)
Rasio Harga thd Earnings (P/E Ratio) - Price
per share divided by earnings per share.
(EPS) ------- mengindikasikan
keberanian investor untuk menghargai
setiap rupiah earnings dari saham tersebut
Penilaian Saham
(Stock Valuation)
Karakteristik Saham:
1.Preferen stock:
• fix,
• no control,
• get paid before common.
1.Common stock (biasa):
 control,
 dividen (tidak jaminan),
 capital gain,
 get paid last
Nilai saham sama seperti finansial assets yang lainnya
adalah present value dari aliran kas di masa yang akan
datang
Penilaian Saham Preferen
• Saham yg memberikan sejumlah dividen yang
tetap jumlahnya dalam waktu yang tak terbatas
• Karena saham preferen tidak mempunyai
tanggal jatuh tempo, maka penilaian saham
preferen merupakan suatu perpetuitas.
Dps
Po =
Kps
P0 = Nilai saham preferen
Dps = dividend saham preferen
Kps = tingkat return yang disyaratkan pd saham
preferen
Penilaian Saham Preferen
Contoh: Microsoft mempunyai saham
preferen dengan dividen yang
dibayarkan sebesar Rp1.500 tiap
tahun. Tingkat return yang
diinginkan investor adalah 14%.
Berapa nilai sekarang saham
preferen?
V=Dp/kps
= 1500/0,14
= Rp 10.714,28
Penilaian saham Biasa
(Valuing Common Stocks)
Return Yg diharapkan Expected Return - The
percentage yield that an investor forecasts from
a specific investment over a set period of time.
Sometimes called the holding period return
(HPR).

Div1  P1  P0
Expected Return  r 
P0
Valuing Common Stocks
The formula can be broken into two parts.

Dividend Yield + Capital Gain

Div1 P1  P0
Expected Return  r  
P0 P0
Contoh: PT. XYZ memperkirakan akan ada pendistribusian
dividen tahun depan sebesar 3.000. Harga saham
PT ini sekarang adalah 8.000 per lembar. Tahun
depan diramalkan harga saham akan naik menjadi
10.000 per lembar karena perusahaan baru saja
memenangkan proyek besar dari pemerintah.
Berapakah Expected return dr saham PT.XYZ?

r = 3000 + 10000 – 8000 = 62,5 %


8000
Penilaian Saham Biasa

Dividend Discount Model (DDM) – Perhitungan


harga saham sekarang yang menyatakan
bahwa nilai saham sama dengan present value
(PV) dari semua dividen yang diharapkan
diterima di masa yang akan datang.
Div1 Div2 Div H  PH
P0   ...
(1  r ) 1
(1  r ) 2
(1  r ) H

H - Time horizon for your investment.


Penilaian Saham Biasa

Example
Diramalkan bahwa PT. XYZ akan membayar dividen sebesar $3,
$3.24, and $3.50 untuk 3 tahun yang akan datang. Pada tahun
ketiga, kalian mengantisipasi menjual saham dengan harga pasar
sebesar $94.48. Berapakah harga saham apabila diketahui 12%
expected return?

3.00 3.24 3.50  94.48


PV   
(1.12) (1.12)
1 2
(1.12) 3

PV  $75.00
Penilaian Saham Biasa
Dividen Bertumbuh Secara Konstan (Constant
Growth Model)
• Dividen tumbuh sesuai dengan tingkat
pertumbuhan perusahaan
• Model ini mengasumsikan bahwa dividen tumbuh
pada suatu tingkat tertentu (g) / konstan
• Model ini cocok untuk perusahaan yang mature
dengan pertumbuhan yang stabil:
D0 (1  g )
P0 
(K s  g )
Rumus Dividen Bertumbuh Konstan
D0 (1  g )
P0 
(K s  g )
P0 = Harga saham
D0 = Nilai dividen terakhir
g = tingkat pertumbuhan perusahaan
Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada
saham tsb
Model ini disebut Gordon model sesuai dgn nama
penemunya Myron J Gordon
Contoh Constant Growth/ Gordon Model

Dengan menggunakan Gordon Model, kita dapat


menghitung harga saham A, apabila diketahui
dividen terakhir adalah Rp 1,82. Tingkat
pertumbuhan perusahaan diperkirakan
sebesar 10%. Investor mensyaratkan return
sebesar 16%, berapa harga saham A?
1.82(1  10%)
P0 
(16%  10%)
= Rp. 33,33
Penilaian Saham Biasa
Dividen Tumbuh Secara Tidak Konstan
(Nonconstant Growth Rate)
• Umumnya, tingkat pertumbuhan dividen
tidak konstan karena kebanyakan
perusahaan2 mengalami life cyles (early-
faster growth, faster than economy, then
match with economy’s growth, then slower
than economy’s growth)
Langkah2 Perhitungan Nonconstant Growth

1. Menentukan estimasi pertumbuhan


dividen (g)
2. Menghitung present value dividen selama
periode dimana dividen tumbuh tidak
konstan
3. Menghitung nilai saham pada periode
pertumbuhan tidak konstan
4. Menjumlahkan 2 dan 3 untuk
mendapatkan P0
Contoh Nonconstant Growth
Perusahaan Hayo selama ini membagikan dividen
yang jumlahnya bervariasi. Perusahaan
memperkirakan kenaikan pendapatan sebesar
20% per tahun selama 2 tahun mendatang,
tetapi setelah itu pendapatan akan menurun
menjadi 5% per tahun sampai waktu tak
terhingga. Pemilik perusahaan menginginkan
return sebesar 18%. Dividen terakhir yang
dibagikan adalah Rp 200/ lembar.
Berapakah harga saham perusahaan tsb
sekarang?
Jawab
D1 = D0 (1+ 0,20) = 200 (1,20) = 240
D2 = D0 (1+0,20)2 = 200 (1,44) = 288

PV1 (D1, D2) = 240/(1+0,18)+288/(1+0,18)2


= 203,39 + 206,84= 410,23
 2.326P  D2 (1  0.05)
D3 302,40
P2  P2 
(Ks  g ) (18%  5%) 2
(18%  5%)
288(1  0.05) P2 
302,40
 2.326
P2  
(18%  5%) (18%  5%)

PVP2 = 2.326/(1+0,18)2 = 1.670,5


P0 = 410,23+ 1.670,5 = 2.080,73
More Example
2. Perusahaan Yahoo selama ini membagikan
dividen yang jumlahnya berbeda sesuai dgn
pertumbuhan perusahaan. Perusahaan
memperkirakan kenaikan pendapatan sebesar
30% per tahun selama 3 tahun mendatang,
tetapi setelah itu pendapatan akan menurun
menjadi 10% per tahun untuk selamanya.
Pemilik perusahaan menginginkan return
sebesar 16%.Dividen terakhir yang dibagikan
adalah 1,82/ lembar.
Berapakah harga saham perusahaan tsb
sekarang?
Answer
• D0 = 1,82
• D1 = D0 ( 1+0,30 ) = 1,82 (1,30) = 2,366
• D2 = 1,82 (1+0,30 )2 = 3,070
• D3 = 1,82 (1+0,30)3 = 3,999
• D4 = 3,999 (1+0,10) = 4,399
PV1 (D1,D2, D3) =
= 2,36/(1+0,16) + 3,070/(1+0,16)2
+3,999/(1+0,16)3
= 6,89
• P3 = D4 / Ks – g
= 4,399/ 0,16 – 0,10
= 73,32
PVP3 = 73,32 / (1+0,16)3
=46,97
Jadi harga saham
P0 = PV (D1,D2,D3)+ PVP3
= 6,89 + 46,97 = 53,86
No Free Lunches
 Technical Analysts
 Forecast stock prices based on the watching the
fluctuations in historical prices
Random Walk Theory
• Ergerakan harga saham dari hari ke hari
yang tidak mencerminkan pola-pola
tertentu
(The movement of stock prices from day
to day DO NOT reflect any pattern).
• Secara statistik, pergerakan harga saham
tersebut bersifat ACAK (Statistically
speaking, the movement of stock prices is
random)
Pemanis sekuritas (Warrant)
• Suatu opsi yg dikeluarkan oleh suatu
perusahaan yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk membeli sejumlah
lembar saham pd harga yang telah
ditentukan.
• Biasanya warrant diterbitkan bersama
obligasi. Sebagai bonus krn membeli
obligasi
• Sebagai pemanis/sweetener penerbitan
obligasi
Convertible Security
Obligasi atau saham preferen yang dapat
ditukarkan/dikonversikan menjadi saham
biasa dalam waktu dan kondisi yang telah
ditentukan.
Berbeda dgn warrant, pengkonversian tidak
menambah dana tambahan bagi
perusahaan. Utang/ obligasi atau saham
preferen hanya digantikan dengan saham
biasa di balance sheet ( neraca )
Right Issue
• Para pemegang saham mempunyai hak
option untuk membeli sejumlah saham
baru.
• Setiap pemegang saham mempunyai satu
right untuk setiap lembar saham yang
dimiliki.
• Apabila pemegang saham tidak ingin
membeli tambahan saham baru maka ia
bisa menjual rights nya ke orang yang
mau membel saham tersebut.
Tugas
1. What is the value of a stock that expects
to pay a $3 dividend next year, and then
increase the dividend at a rate of 8% per
year, indefinitely? Assume a 12%
expected return. Use Gordon Model
2. If the same stock is selling for $100 in the
stock market, what might the market be
assuming about the growth in dividends?
Non Constant Growth Model
3. Sekarang adalah tanggal 1/1/1991. PT Aqua
mengharapkan bahwa perusahaan akan
mengalami kenaikan pendapatan 20% per
tahun selama 5 tahun mendatang (petunjuk:
kenaikan pendapatan = kenaikan dividen).
Setelah itu perusahaan memperkirakan bahwa
pendapatan atau dividen akan menurun
secara konstan 6% per tahun sampai waktu
tak terhingga. Pemegang saham
menginginkan keuntungan sebesar 10%.
Dividen terakhir yang baru saja dibayarkan
kemarin adalah Rp 1,5. Hitunglah harga
saham perusahaan tersebut hari ini.
4. Dividen yg terakhir dibayar oleh PT Paper
Mills adalah Rp 1,5. Harga saham
perusahaan tersebut saat ini adalah Rp
15,75. Dividen diharpkan bertumbuh
secara konstan 5% per tahun. Jika
pemegang saham menginginkan rate of
return on stock sebesar 15%, hitung
dividen yield dan capital gain yield
selama setahun mendatang.

Anda mungkin juga menyukai