Anda di halaman 1dari 8

Nama NIM Kelas

: Ian Nurmajidi Umar : 100411401021 : OFF CC

Mata Kuliah : PERPAJAKAN

UTS PERPAJAKAN
1. Pendapatan yang berasal dari dalam atau luar negeri termasuk dalam objek pajak. Wajib pajak luar negeri dikenakan pajak atas pendapatan yang berasal dari dalam negeri (diatur dalam UU PPh pasal 26). Selain dikenakan pajak dalam negeri, wajib pajak dalam negeri juga dikenakan pajak atas pendapatan yang berasal dari luar negeri (diatur dalam UU PPh pasal 24). Dalam konsep PPh atas pendapatan yang berasal dari luar negeri, kebijakan yang dibuat tersebut untuk menghindari double taxation, karena pajak tiap negara diatur secara khusus melalui tax treatt antara Indonesia dengan negara lain

2. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat (2) Bersifat Final adalah Pajak Penghasilan yang dikenakan terhadap objek pajak penghasilan PPh Pasal 4 (2) hanya sekali saja dan tidak perlu dihitung lagi dengan tarif pajak Pasal 17 Undang-undang no.36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan. Apabila wajib pajak atas penghasilannya telah dipotong final maka : Atas penghasilan tersebut tidak perlu dihitung lagi dalam SPT Tahunan (Badan atau Orang Pribadi), hanya dilaporkan saja, sehingga apabila seluruh penghasilannya merupakan penghasilan bersifat final maka tidak ada PPh terutang atau SPT Nihil. Apabila PPh yang bersifat final dipotong pihak lain, maka berhak meminta bukti pemotongannya.

Jadi komponen pendapatan yang termasuk objek pajak final ini tidak perlu diperhitungkan lagi dalam penghitungan PPh saat pelaporan SPT PPh, sehingga istilah kredit pajak terkait pajak final ditiadakan. Pelaporan pajak final PPh pasal 4 ayat (2) tersebut dapat dilakukan dengan pengisian dan penyerahan SPT masa PPh pasal 4 ayat (2). Alasan diperlakukannya pemungutan PPh yang bersifat final (diberikan perlakuan tersendiri dalam pengenaan pajaknya) adalah berdasarkan pertimbanganpertimbangan antara lain: perlu adanya dorongan dalam rangka perkembangan investasi dan tabungan masyarakat; kesederhanaan dalam pemungutan pajak berkurangnya beban administrasi baik bagi Wajib Pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak; pemerataan dalam pengenaan pajaknya; dan memerhatikan perkembangan ekonomi dan moneter,

3. a. Sesuai dengan ketentuan KUP pasal 2 ayat (3) Objek Pajak bertempat tinggal / berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam 12 bulan ; atau dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia. Berdasarkan ketentuan tersebut maka Mr Stephen dikatagorikan wajib pajak dalam negeri.

b. Penghitungan Gaji Pokok Penghasilan Bruto/bulan (Biaya Jabatan) Penghasilan Netto/bulan Penghasilan Netto 6 bulan (PTKP) WP sendiri Penghasilan Kena Pajak Pajak Terutang 5% x 50.000.000 15 % x 56.660.000 (15.840.000) 106.660.000 Rp 2.500.000 Rp 8.499.000 25.000.000 25.000.000 (500.000) 24.500.000 122.500.000 tidak dihitung 1 tahun karena subjek pajak dalam negeri Biaya jabatan maksimal senilai Rp 500.000 per bulan atau Rp. 6.000.000 per tahun Keterangan

10.999.000

PPH pasal 21 tahun 2010 yang terutang oleh Mr. Stephen adalah Rp 10.999.000
4. Belum tentu. Ada yang berada pada posisi nihil, karena PPh 21 telah dipotong oleh juru bayar bendaharawan untuk disetorkan pajaknya setiap bulan sehingga pada akhir tahun tidak ada lagi perhitungan kurang bayar. Posisi nihil biasanya terjadi bila objek pajak hanya memperoleh pendapatan dari 1 sumber dan pajak atas pendapatan tersebut telah dipotong oleh pemberi kerja. Sehingga di SPT Tahunan , Pajak terutang sama dengan kredit pajak. Akibatnya SPT berada pada posisi nihil. Dapat disimpulkan bahwa SPT tahunan tidak selalu menunjukkan posisi kurang bayar, tergantung pada kondisi, jenis pekerjaan dan mekanisme potongan gaji oleh pemberi kerja.

5. PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan maksudnya adalah, jumlah pajak yang ditanggung oleh perusahaan tersebut tidak ditambahkan pada penghasilan pegawai yang bersangkutan sedangkan Tunjangan PPh pasal 21 memiliki arti bahwa perhitungan PPh pasal 21 atas gaji pegawai yang bersangkutan, tunjangan pajaknya tersebut ditambahkan pada penghasilan yang diterimanya.

SOAL KASUS A 1) Gaji Setahun Tunjangan Mobil Setahun JKK Setahun JK Setahun Bonus THR Gaji Bruto Setahun Bagi Jabatan Setahun Iuran THT Setahun Iuran Pensiun Setahun Gaji Netto/tahun PTKP WP sendiri Status Kawin Tunjangan 3 anak Total Penghasilan Kena Pajak Pajak Terutang

240.000.000 60.000.000 576.000 720.000 20.000.000 20.000.000 341.296.000 6.000.000 4.800.000 9.600.000

20.400.000 320.896.000

15.840.000 1.320.000 3.960.000 21.120.000 5% x 50.000.000 15% x 200.000.000 25% x 49.776.000 2.500.000 30.000.000 12.444.000 44.944.000

PPh 21 bp. Dewantoro (dengan Bonus+THR) adalah sebesar Rp. 44.944.000


Bapak Jayadi Gaji (April Desember) Tunjangan Transportasi (April Desember) JKK (April Desember) JK (April Desember) Bonus THR Gaji Bruto Bagi Jabatan Iuran THT Iuran Pensiun Gaji Netto/tahun PTKP WP sendiri Total Penghasilan Kena Pajak Pajak Terutang 45.000.000 4.500.000 108.000 135.000 3.750.000 3.750.000 57.243.000 2.862.150 1.665.000 900.000

5.427.150 51.815.850 15.840.000 35.975.850 1.798.793

15.840.000

5% x

35.975.850

Gaji Tunjangan Mobil JKK JK Gaji Bruto Bagi Jabatan Iuran THT Iuran Pensiun Gaji Netto/bulan Gaji Netto/tahun PTKP WP sendiri Status Kawin Tunjangan 3 anak Total Penghasilan Kena Pajak Pajak Terutang

20.000.000 5.000.000 48.000 60.000 25.108.000 500.000 400.000 800.000

1.700.000 23.408.000 280.896.000

15.840.000 1.320.000 3.960.000 21.120.000 259.776.000 2.500.000 30.000.000 2.444.000 34.944.000

5% x 50.000.000 15% x 200.000.000 25% x 9.776.000

Bp. Jayadi Gaji Tunjangan Mobil JKK JK Gaji Bruto Bagi Jabatan Iuran THT Iuran Pensiun Gaji Netto/bulan Gaji Netto/tahun (dikali 9 ) PTKP WP sendiri Total Penghasilan Kena Pajak Pajak Terutang

5.000.000 500.000 12.000 15.000 5.527.000 276.350 185.000 100.000

561.350 4.965.650 44.690.850 15.830.000 28.850.850 1.442.543

15.840.000

5% x

28.850.850

Sehingga PPh 21 dengan bonus dan THR PPh 21 tanpa Bonus dan THR = 1.798.793 - 1.442.543 = 356.250

Jadi, PPh 21 Penghasilan Bp. Jayadi selama tahun 2010 adalah sebesar Rp. 356.250 Sedangkan PPh 21 milik Bpk. Dewantoro : = PPh 21 dengan Bonus+THR PPh 21 tanpa Bonus+THR = Rp 44.944.000 Rp 34.944.000 = Rp 10.000.000 Jadi PPh 21 atas Bonus dan THR milik Bpk. Dewantoro adalah sebesar Rp. 10.000.000

2) PPh 21 yang dipotong perbulan (dengan asumsi THR dan Bonus dibagikan di akhir tahun) adalah : a. Bapak Dewantoro Januari November = = 2.912.000 per bulan

Desember

= 2.912.000 + pajak atas bonus dan THR (10.000.000) = Rp. 12.912.000

b. Bapak Jayadi April - November = = 160.283 per bulan

Desember

= 160.283 + pajak atas bonus dan THR (356.250) = Rp. 516.533

3) PPh 21 atas bonus dan THR yang diterima Bpk. Dewantoro dan Bpk. Jayadi adalah a. PPh 21 milik Bpk. Dewantoro : = PPh 21 dengan Bonus+THR PPh 21 tanpa Bonus+THR = Rp 44.944.000 Rp 34.944.000 = Rp 10.000.000 Jadi PPh 21 atas Bonus dan THR milik Bpk. Derwantoro adalah sebesar Rp. 10.000.000 b. PPh 21 milik Bpk. Jayadi = PPh 21 dengan bonus dan THR PPh 21 tanpa Bonus dan THR = 1.798.793 - 1.442.543 = 356.250 Jadi, PPh 21 Penghasilan Bp. Jayadi selama tahun 2010 adalah sebesar Rp. 356.250

SOAL KASUS B a. Penghitungan PPh 21 atas gaji Gaji Pokok Tunjangan Mobil Tunjangan Rumah Premi Jamsostek dibayar perusahaan Penghasilan Bruto 22.000.000 7.000.000 6.000.000 500.000 35.500.000

Biaya Jabatan Iuran Pensiun Penghasilan Netto/bulan Penghasilan Netto/tahun PTKP WP Status Kawin Tunjangan 3 anak Penghasilan Kena Pajak PPh Terutang

500.000 400.000 (900.000) 34.600.000 242.200.000

15.840.000 1.320.000 3.960.000 (21.120.000) 221.080.000

5% x 50.000.000 15% x 171.080.000 PPh Terutang PPh 21 /bulan

2.500.000 25.662.000 28.162.000 2.346.833

Penghitungan PPh atas bonus Gaji Pokok ( 7 bulan ) Tunjangan Mobil ( 7 Bulan) Tunjangan Rumah (7 bulan) Premi Jamsostek dibayar perusahaan ( 7 bulan ) Bonus Penghasilan Bruto Biaya Jabatan 7 bulan Iuran Pensiun 7 bulan Penghasilan Netto/tahun PTKP PKP 21.120.000 271.080.000 3.500.000 2.800.000 (6.300.000) 292.200.000 154.000.000 49.000.000 42.000.000 3.500.000 50.000.000 298.500.000

PPh terutang

5% x 50.000.000 15% x 200.000.000 25% x 21.080.000

PPh Terutang (atas gaji dan bonus) setahun PPh 21 atas gaji saja PPh 21 atas bonus PPh 21 yang harus dipotong PPh 21 atas gaji bulan Desember PPh 21 atas bonus

2.500.000 30.000.000 3.162.000 35.662.000 (28.162.000) 7.500.000 2.346.833 7.500.000 9.846.833

b. Penghitungan PPh 21 atas upah yang dibayarkan di akhir bulan Upah bulan Desember (10hari x 200.000) Penghasilan Netto per tahun (12 x 2.000.000) WP Jumlah PTKP Penghasilan Kena Pajak PPh Terutang 5% x 8.160.000 PPh 21 yang dipotong bulan Desember 15.840.000

2.000.000 24.000.000

(15.840.000) 8.160.000

408.000 34.000

c. Upah Borongan sehari = = 250.000 = (150.000) = 100.000 = 400.000 = 20.000 Upah sehari diatas Rp. 150.000 (Batas PKP) PKP Upah Borongan terutang pajak (4 x 100.000) PPh 21 terutang (5% x 400.000)

d. PPh 26 yang dipotong dari honor yang diterima Mr. Smith Mr Smith dikategorikan sebagai WP luar negeri yang membawa namanya sendiri saat bekerja di PT Mulia sebagai konsultan, sehingga atas gajinya dikenakan potongan PPh pasal 26 secara final sebesar PPh 26 terutang = 20% x $ 3000 x Rp. 9.000 = Rp. 5.400.000

e. PPh atas honor kepada penceramah (bukan pegawai yang tidak bersifat kesinambungan) PPh 21 terutang = 5% x 50% x 15.000.000

= Rp 375.000

Anda mungkin juga menyukai