Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER

TAHUN AKADEMIK GANJIL 2022/2023

Matakuliah : Kelas : Reg C


Fak/ Prodi : Tgl :
Bobot SKS : Nama :
Dosen : NIM :

LEMBAR JAWABAN

SOAL 1
a. Menghitung Pajak Terutang Pak Asep:
Pajak penghasilan yang harus dibayar oleh Pak Asep terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
1. PPh Pasal 21: Pajak penghasilan yang dipotong oleh PT. Sejahtera dari gaji Pak Asep.
2. PPh Pasal 26: Pajak penghasilan dari iuran Jaminan Hari Tua yang dibayarkan oleh PT.
Sejahtera.
3. PPh Pasal 21: Pajak penghasilan dari iuran pensiun yang dibayarkan oleh PT. Sejahtera.
Perhitungan:
1. PPh Pasal 21 (PPh 21):
Gaji bulanan Pak Asep: Rp 35.000.000,00
Tarif PPh 21 untuk PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak): 5%
PPh 21 = (Gaji - PTKP) x Tarif PPh 21
PPh 21 = (Rp 35.000.000 - Rp 4.950.000) x 5%
PPh 21 = Rp 1.450.000,00
2. PPh Pasal 26 (PPh 26):
Iuran Jaminan Hari Tua yang dibayarkan oleh PT. Sejahtera: 3,70% dari gaji
PPh 26 = Iuran Jaminan Hari Tua x Tarif PPh 26
PPh 26 = (Rp 35.000.000 x 3,70%) x 5%
PPh 26 = Rp 646.250,00
3. PPh Pasal 21 (PPh 21) untuk iuran pensiun:
Iuran pensiun yang dibayarkan oleh PT. Sejahtera: Rp 100.000,00
PPh 21 (pensiun) = Iuran pensiun x Tarif PPh 21
PPh 21 (pensiun) = Rp 100.000 x 5%
PPh 21 (pensiun) = Rp 5.000,00
Jumlah PPh yang dibayarkan oleh PT. Sejahtera:
PPh (total) = PPh 21 + PPh 26 + PPh 21 (pensiun)
PPh (total) = Rp 1.450.000 + Rp 646.250 + Rp 5.000
PPh (total) = Rp 2.101.250,00
b. Pajak Terutang Pak Asep per Bulan:
Pajak terutang per bulan = PPh (total) / 12 bulan
Pajak terutang per bulan = Rp 2.101.250 / 12
Pajak terutang per bulan = Rp 175.104,17
Jadi, Pajak terutang Pak Asep per bulan sekitar Rp 175.104,17.

SOAL 2
Rumus:
NTP (Nilai Taksiran Pengenaan):
NTP = CIF (Cost, Insurance, and Freight) + Bea Masuk
CIF = Harga faktur + Biaya asuransi + Biaya angkutan
Bea Masuk = Bea masuk biasa + Bea masuk tambahan
a. PT. Bahagia memiliki Angka Pengenal Impor:
Dalam hal ini, PT. Bahagia memiliki Angka Pengenal Impor (API) sehingga tarif PPh Pasal
22 adalah 2,5% dari NTP.
Perhitungan:
CIF = $25,000 x 135 + (2% x $25,000 x 135) + (3% x $25,000 x 135)
CIF = $3,375,000 + $67,500 + $101,250
CIF = $3,543,750

Bea Masuk = 5% x $3,543,750 + 20% x $3,543,750


Bea Masuk = $177,187.50 + $708,750
Bea Masuk = $885,937.50
Menghitung NTP:
NTP = $3,543,750 + $885,937.50
NTP = $4,429,687.50

Menghitung PPh Pasal 22:


PPh Pasal 22 = 2,5% x $4,429,687.50
PPh Pasal 22 = $110,742.19
Jadi, jika PT. Bahagia memiliki Angka Pengenal Impor, PPh Pasal 22 yang harus dibayar
adalah sekitar $110,742.19.
b. PT. Bahagia tidak memiliki Angka Pengenal Impor:
Dalam hal ini, PT. Bahagia tidak memiliki Angka Pengenal Impor, sehingga tarif PPh Pasal
22 adalah 7,5% dari NTP.
NTP sebelumnya (NTP = $4,429,687.50).
Menghitung PPh Pasal 22:
PPh Pasal 22 = 7,5% x $4,429,687.50
PPh Pasal 22 = $332,176.56
Jadi, jika PT. Bahagia tidak memiliki Angka Pengenal Impor, PPh Pasal 22 yang harus
dibayar adalah sekitar $332,176.56.
SOAL 3
a. Hitunglah PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus:
PTKP = Rp 54.000.000,00

Penghasilan Bruto = Gaji per bulan x 12 + Bonus


Penghasilan Bruto = Rp 27.000.000 x 12 + Rp 20.000.000
Penghasilan Bruto = Rp 344.000.000 + Rp 20.000.000
Penghasilan Bruto = Rp 364.000.000,00

Kurangkan PTKP dari Penghasilan Bruto:


Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Bruto – PTKP
Penghasilan Kena Pajak = Rp 364.000.000 - Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak = Rp 310.000.000,00

PPh Pasal 21 (gaji + bonus) dengan tarif PPh 21 untuk penghasilan di atas Rp 50 juta adalah
30%:
PPh Pasal 21 = 30% x Penghasilan Kena Pajak
PPh Pasal 21 = 30% x Rp 310.000.000
PPh Pasal 21 = Rp 93.000.000,00
b. Hitunglah PPh Pasal 21 atas Gaji:
Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas gaji, kita tidak perlu memasukkan bonus. PPh Pasal 21
atas gaji dihitung berdasarkan gaji bulanan dan PTKP.
Hitung Penghasilan Bruto Tahunan (hanya gaji):
Penghasilan Bruto = Gaji per bulan x 12
Penghasilan Bruto = Rp 27.000.000 x 12
Penghasilan Bruto = Rp 324.000.000,00

Kurangkan PTKP dari Penghasilan Bruto:


Penghasilan Kena Pajak (hanya gaji) = Penghasilan Bruto – PTKP
Penghasilan Kena Pajak (hanya gaji) = Rp 324.000.000 - Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (hanya gaji) = Rp 270.000.000,00

PPh Pasal 21 (hanya gaji) dengan tarif PPh 21 untuk penghasilan di atas Rp 50 juta adalah
30%:
PPh Pasal 21 (hanya gaji) = 30% x Penghasilan Kena Pajak (hanya gaji)
PPh Pasal 21 (hanya gaji) = 30% x Rp 270.000.000
PPh Pasal 21 (hanya gaji) = Rp 81.000.000,00
SOAL 4
Dik:
Penghasilan tahunan PT. Batavia = Rp 992.688.000,00
Tarif PPh Pasal 25 = 25%
Perhitungan:
PPh Pasal 25 tahunan:
PPh Pasal 25 = Tarif x Penghasilan Tahunan
PPh Pasal 25 = 25% x Rp 992.688.000,00
PPh Pasal 25 = Rp 248.172.000,00

Angsuran PPh Pasal 25 tiap bulannya:


Angsuran PPh Pasal 25 tiap bulan = PPh Pasal 25 / 12 bulan
Angsuran PPh Pasal 25 tiap bulan = Rp 248.172.000,00 / 12
Angsuran PPh Pasal 25 tiap bulan ≈ Rp 20.681.000,00
Jadi, angsuran PPh Pasal 25 tiap bulannya adalah sekitar Rp 20.681.000,00.

SOAL 5
Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah jenis barang dan jasa yang dikenakan pajak PPN
oleh pemerintah. Pajak PPN adalah pajak yang dikenakan pada nilai tambah yang terjadi dalam
setiap tahap produksi dan distribusi barang atau jasa. Objek PPN dapat dibagi menjadi dua
kategori utama: barang dan jasa. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang objek pajak PPN:
1. Barang:
- Barang fisik seperti makanan, pakaian, peralatan elektronik, mobil, dan sebagainya
adalah contoh barang yang dikenai PPN.
- Objek PPN pada barang adalah nilai tambah yang diberlakukan pada setiap tahap proses
produksi dan distribusi, mulai dari bahan baku hingga barang jadi yang dijual kepada
konsumen akhir.
2. Jasa:
- Jasa adalah layanan yang diberikan oleh individu atau perusahaan, seperti jasa medis,
pendidikan, jasa konstruksi, transportasi, dan lain-lain.
- Objek PPN pada jasa adalah nilai tambah yang terjadi dalam penyediaan layanan
tersebut. PPN dikenakan pada nilai tambah yang disediakan oleh penyedia jasa.
Objek pajak PPN dapat bervariasi dari satu negara ke negara lain. Beberapa barang dan jasa
mungkin dikenakan tarif PPN yang berbeda atau bahkan mungkin dikecualikan dari PPN sesuai
dengan peraturan perpajakan yang berlaku di masing-masing negara. Selain itu, beberapa negara
juga menerapkan tarif yang berbeda untuk barang-barang mewah atau barang-barang yang
dianggap penting untuk kesejahteraan masyarakat.
Pajak PPN biasanya dikenakan pada tingkat persentase tertentu terhadap nilai tambah, dan
penjual atau penyedia jasa yang terlibat dalam penjualan atau penyediaan barang dan jasa wajib
mengumpulkan pajak ini atas nama pemerintah. PPN kemudian harus dilaporkan dan disetor
kepada otoritas pajak setiap periode pajak yang ditentukan. Pajak ini kemudian diteruskan ke
pemerintah oleh pihak yang mengumpulkan pajak dari konsumen akhir atau pembeli barang dan
jasa.

Anda mungkin juga menyukai