Bab Iv
Bab Iv
1 Kurva PDD Untuk hasil simulasi yang lebih akurat, dibutuhkan parameter input yang tepat pada pemodelan berkas sumber. Parameter input ini diantaranya besar energi kenetik awal berkas elektron. Pertama kali yang dilakukan adalah memvariasikan energi kenetik awal berkas yang keluar dari exit window disekitar 6 MeV, 10 MeV dan 12 MeV untuk lapangan 14 x 14 cm2. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada nilai energi kenetik awal berapa PDD hasil simulasi mempunyai R50 pengukuran. sama atau paling dekat dengan R50 hasil
3 4 kedalaman (cm)
Gambar 4.1 PDD dengan variasi energi kenetik awal pada energi 6 MeV dengan luas lapangan 14 x 14 cm2
Universitas Indonesia
% Dosis
60 40 20 0 0 2 4 Kedalaman (cm) 6 8
Gambar 4.2 PDD dengan variasi energi kenetik awal pada energi 10 MeV dengan luas lapangan 14 x 14 cm2
% Dosis
60 40 20 0 0 2 4 6 8 10 12 Kedalaman (cm)
Gambar 4.3 PDD dengan variasi energi kenetik awal pada energi 12 MeV dengan luas lapangan 14 x 14 cm2
Dari ketiga gambar diatas, terlihat bahwa energi kenetik awal mempengaruhi lebar kurva PDD. Kurav PDD lebih lebar pada energi kenetik awal yang lebih besar. Lebar kurva PDD ini dapat direpresentasikan dengan R50, dimana R50 merupakan lebar kurva pada saat dosis kedalam mencapai 50% dari dosis maksimum. Tabel 4.1 Nilai R50 untuk energi disekitar 6 MeV, 10 MeV dan 12 MeV field size 14 x 14 cm2
Universitas Indonesia
Energi (MeV)
R50 (cm)
2.5 1.7 2.5 2.7 3.8 2.8 3.6 3.8 4.6 4.3 4.6 4.9
Dari tabel 4.1 diatas, terlihat bahwa R50 dari beberapa energi yang divariasikan. R50 energi 7.9 MeV, 11.5 MeV, dan 13.4 MeV paling dekat bahkan sama dengan R50 hasil pengukuran, bertutur-turut adalah 2.5 cm, 3.8 cm, dan 4.6 cm. Pada kedalaman daerah build up, kurva PDD setiap energi kenetik awal tampak berdekatan dan bahkan ada yang berimpitan dengan kurva PDD hasil pengukuran. Untuk variasi energi kenetik sekitar energi nominal 6 MeV, kurva PDD energi kenetik awal 7.9 MeV dan 8 MeV berimpitan dengan PDD pengukuran mulai dari permukaan phantom sampai daerah fall off. Sedangkan untuk energi kenetik awal 6 MeV kurva PDD setelah mencapai dmax menunjukan perbedaan yang cukup besar dengan PDD hasil pengukuran. Hal serupa terjadi juga untuk variasi energi kenentik disekitar energi nominal 10 MeV, PDD pada energi kenetik awal yang sama dengan energi pengukuran yaitu 10 MeV menunjukan nilai perbedaan kurva PDD setelah mencapai dmax. sedangkan untuk energi kenetik awal 11 MeV dan 11.5 MeV berimpitan dengan energi nominal pengukuran. Sedangkan untuk variasi energi kenetik awal disekitar nominal 12 MeV, PDD untuk energi 13.4 MeV berimpitan sampai pada daerah fall off sedangkan untuk energi kenetik awal 12 MeV dan 14 MeV terlihat bahwa setelah daerah 3 cm sampai dengan 7
Universitas Indonesia
cm beberapa kurva PDD hasil simulasi mulai menunjukan perbedaan dengan kurva hasil pengukuran. Bentuk kurva PDD pada gambar 4.1, 4.2 dan 4.3 menjelaskan bahwa sebagian besar elektron memasuki medium dalam arah yang hampir pararel dengan arah sumbu berkas. Setelah menempuh jarak yang tidak begitu panjang, dan disebabkan oleh hamburan, beberapa elektron mulai berubah arah menjauhi sumbu berkas. Oleh karena itu, energi yang didepositkan per kedalaman meningkat dan membentuk daerah build up. Kemudian jumlah energi yang didepositkan perkedalaman ini terus meningkat mencapai maksimal sampai pada kedalaman tertentu yang disebut sebagai kedalaman maksimum (dmax). Sejalan dengan bertambahnya kedalaman, jumlah elektron berkurang dan elektron-elektron dengan energi rendah telah mendepositkan seluruh energinya menyebabkan dosisnya menurun. 4.1.2 Profile Dose Profile dose berkas elektron baik untuk simulasi dan pengukuran pada kedalaman maksimum (dmax) pada energi 6 MeV, 10 MeV dan 12 MeV dengan field size 14 x 14 cm2 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.4 Profile Dose untuk Energi 6 MeV dengan luas lapangan 14x14 cm2
Pada gambar 4.4 profile dose berkas elektron pada dmax untuk energi 6 MeV dengan luas lapangan 14x14 cm2, terlihat adanya perbedaan pada daerah penumbra (pinggir lapangan) antara pengukuran dan simulasi, perbedaan penumbra berada dalam rentang 3 mm.
Universitas Indonesia
Gambar 4.5 Profile Dose untuk Energi 10 MeV dengan luas lapangan 14x14 cm2
Pada gambar 4.5 profile dose berkas elektron pada dmax untuk energi 10 MeV dengan luas lapangan 14x14 cm2, terlihat pada daerah penumbra (pinggir lapangan) antara pengukuran dan simulasi saling berimpitan (kemiripan), perbedaan penumbra berada dalam rentang 1 mm
120 100 80 % Dosis 60 40 20 0 -15 -10 -5 0 Kedalaman (cm) 5 10 15
Pengukuran Simulasi
Gambar 4.6 Profile Dose untuk Energi 12 MeV dengan luas lapangan 14x14 cm2
Untuk Energi 12 MeV terlihat bahwa pada daerah penumbra terlihat adanya perbedaan dalam rentang 5 mm.
Universitas Indonesia
Adanya perbedaan dosis yang diiterima pada daerah penumbra (pinggir lapangan) antara pengukuran dan simulasi untuk ke tiga gambar diatas berhubungan dengan ini berhubungan dengan besar dosis yang diperoleh dari pinggir lapangan. Pelebaran daerah pinggir lapangan dari hasi simulasi monte carlo berhubungan dengan sifat bilangan rando dari algoritma monte carlo (stochastic nature of Monte Carlo algorithm).
0.4 0.3 % Perbedaan Dosis Universitas Indonesia 0.2 0.1 0 -0.1 -0.2 -0.3 -0.4
Kedalaman (cm)
Gambar 4.7 Perbedaan Dosis PDD Pengukuran dan Simulasi untuk Energi 6 MeV dengan Luas Lapangan 14 x 14 cm2 Pada gambar 4.7 diatas, menunjukan deviasi kurva PDD antara hasil simulasi dan hasil pengukuran. Dari kurva deviasi tersebut, tidak menunjukan deviasi yang berarti dari permukaan sampai pada daerah fall off. Hampir semua titik persentase perbedaan dosis berada di bawah 2%, hal serupa terjadi untuk kurva PDD pada gambar 4.9 dan gambar 4.11
Chart Title
120 100 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 Kedalaman (cm) 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 -0.5 % Perbedaan Dosis % Perbedaan Dosis
Gambar 4.8 Verifikasi Profile Dose Pengukuran dan Simulasi untuk Energi 6 MeV dengan Luas Lapangan 14 x 14 cm2
% Dosis
Chart Title
0.2 0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1 -1.2 5 6 7 Kedalaman (cm)
Gambar 4.9 Verifikasi PDD pengukuran dan simulasi untuk energi 10 MeV dengan luas lapangan 14 x 14 cm2
Universitas Indonesia
Chart Title
120 100 2.5 % Perbedaan Dosis % Perbedaan Dosis Universitas Indonesia 2 1.5 1 0.5 0 -0.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 Kedalaman (cm)
% Dosis
80 60 40 20 0
Gambar 4.10 Perbedaan Dose Pengukuran dan Simulasi untuk Energi 10 MeV dengan Luas Lapangan 14 x 14 cm2
Perbedaan Dosis Chart Title Pengukuran 120 100 % Dosis 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kedalaman (%) Simulasi 0.6 0.4 0.2 0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8
Gambar 4.11 Perbedaan Dosis PDD Pengukuran dan Simulasi untuk Energi 12 MeV dengan Luas Lapangan 14 x 14 cm2
Chart Title
120 100 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 20 0 0 -0.5 0 5 10 15 % Perbedaan Dosis Universitas Indonesia
% Dosis
80 60 40
-15
-10
-5
Kedalaman (cm)
Gambar 4.12 Verifikasi Profile Dose Pengukuran dan Simulasi untuk Energi 12 MeV dengan Luas Lapangan 14 x 14 cm2 Pada gambar 4.8 Verifikasi Profile Dose Pengukuran dan Simulasi untuk Energi 6 MeV dengan Luas Lapangan 14 x 14 cm2 diatas, menunjukan deviasi kurva profile dose antara hasil pengukuran dan simulasi. Efek stokastik dari algoritma monte carlo menyebabkan deviasi yang terjadi lebih dari 2%. Hal tersebut terjadi pula untuk energi 10 MeV dan 12 MeV pada gambar 4.10 dan gambar 4.12 dibawah. 4.2. Perbandingan Distribusi Dosis Paru pada TPS dan Monte Carlo 4.2.1 Distribusi Dosis Paru pada TPS dan Monte Carlo untuk Energi 6 MeV
Gambar 4.13 Hasil TPS Distribusi Dosis Elektron di Paru untuk Energi 6 MeV
Gambar 4.13 diatas menunjukan hasil TPS (Treatment Planning System) distribusi dosis elektron di paru untuk Energi 6 MeV. Berkas elektron berenergi 6 MeV tegak lurus mengenai dinding dada menyebabkan berkas elektron (isodose) terdistribusi miring. Dosis maksimum terjadi pada kedalaman 1,75 cm dari permukaan dinding dada. Dosis 10% terjadi pada kedalaman 3,78 cm.
Gambar 4.14 Hasil Simulasi Distribusi Dosis Elektron di Paru untuk Energi 6 MeV
Gambar 4.14 diatas menunjukan hasil simulasi Monte Carlo distribusi dosis elektron di paru untuk Energi 6 MeV. Dosis maksimum terjadi pada kedalaman 1,75 cm dari permukaan dinding dada. Dosis minumum (0,1%) terjadi pada kedalaman 6,34 cm.
Universitas Indonesia
4.2.2 Distribusi Dosis Berkas Elektron di Paru untuk Energi 10 MeV Gambar 4.15 dibawah menunjukan hasil TPS (Treatment Planning System) distribusi dosis elektron di paru untuk Energi 10 MeV. Dosis maksimum terjadi pada kedalaman 2,35 cm dari permukaan dinding dada. Dosis 10% terjadi pada kedalaman 5,79 cm.
Gambar 4.15 Hasil TPS Distribusi Dosis Elektron di Paru untuk Energi 10 MeV
Gambar 4.16 dibawah menunjukan hasil simulasi Monte Carlo distribusi dosis elektron di paru untuk Energi 10 MeV. Dosis maksimum terjadi pada kedalaman 2,35 cm dari permukaan dinding dada. Dosis minumum (0,1%) terjadi pada kedalaman 7,9 cm.
Universitas Indonesia
Gambar 4.16 Hasil Simulasi Distribusi Dosis Elektron di Paru untuk Energi 10 MeV
Gambar 4.17 Hasil TPS Distribusi Dosis Elektron di Paru untuk Energi 12 MeV
Gambar 4.17 diatas menunjukan hasil TPS (Treatment Planning System) distribusi dosis elektron di paru untuk Energi 12 MeV. Dosis maksimum terjadi pada kedalaman 2,69 cm dari permukaan dinding dada. Dosis 10% terjadi pada kedalaman 5,78 cm.
Universitas Indonesia
Gambar 4.18 Hasil Simulasi Distribusi Dosis Elektron di Paru untuk Energi 12 MeV
Gambar 4.17 diatas menunjukan hasil simulasi Monte Carlo distribusi dosis elektron di paru untuk Energi 12 MeV. Dosis maksimum terjadi pada kedalaman 2,69 cm dari permukaan dinding dada. Dosis minimum 0,1% terjadi pada kedalaman 8,23 cm. Dari perbandingan distribusi dosis (isodose line) berkas elektron antara TPS (Treatment Planning System) dengan simulasi Monte Carlo terlihat adanya perbedaan. Distribusi isodose line di TPS memperlhatkan distribusi isodose line berkas elektron di water phantom dimana karakteristik isodose line-nya terdistribusi dalam medium yang homogen sehingga distribusinya kontinu. Sedangkan pada simulasi Monte Carlo dimana efek adanya inhomogenitas seperti udara, jaringa lunak lainnya di paru menyebabkan isodose line terdisribusi tidak kontinu. Perbedaan karakteristik isodose line dari hasil TPS dan Monte Carlo diatas akibat adanya inhomogenitas medium berkaitan dengan penyerapan medium yang dilewati berkas elektron itu sendiri. Penyerepan dosis oleh medium sangat berkaitan dengan dinsitas medium atau berat atom medium itu sendiri. Pada water phantom yang
Universitas Indonesia
memilliki densitas yang lebih besar dibandingkan dengan paru sehingga menyebabkan penyerapan berkas lebih besar dibandingkan di paru. Perlakuan radioterapi dengan berkas elektron umumnya dilakukan dengan waktu yang cepat hal ini dikarenakan oleh penyerapan berkas elektron oleh tulang sangat besar. Efek radiobiology yang dapat ditimbulkan oleh perlakuan radioterapi dengan berkas elektron adalah kelumpuhan (terkenanya medula spinalis)akibat berkas elektron yang diberikan terlalu lama atau terlalu besar saat treatment pasien. Dalam penelitian ini berkas elektron yang diberikan pada sampel pasien rando phantom adalah 1 MU. 4.4 Perbandingan Disitribusi Dosis Berkas Elektron di Paru antara TPS dan Monte Carlo
Gambar 4.19 Distribusi Dosis Berkas Elektron di Paru untuk Energi 6 MeV
Pada gambar 4.19 distribusi dosis berkas elektron di paru antara TPS dan Simulasi Monte Carlo untuk energi 6 MeV diatas terlihat adanya perbedaan. Gambar 4.19 ini menunjukan bahwa kedalaman penetrasi (daya tembus) elektron yang terdisitribusi di paru sampai pada skala minimum 0,1 0 % tidak terbaca oleh TPS. Simulasi Monte carlo memberikan gambaran tentang kedalaman daya tembus elektron untuk treatment pasien kanker payudara beruapa booster elektron. Dari gambar 4.19 diatas terlihat bahwa dari hasil simulasi monte carlo, elektron mampu menembus paru sampai pada kedalaman 6,34 cm untuk energi 6 MeV.
Universitas Indonesia
Gambar 4.20 Distribusi Dosis Berkas Elektron di Paru untuk Energi 10 MeV
Gambar 4.21 Distribusi Dosis Berkas Elektron di Paru untuk Energi 12 MeV
Pada gambar 4.20 dan 4.21 juga memperlihatkan distribusi dosis elektron di paru sampai pada kedalaman tertentu. Untuk energi 10 MeV (gambar 4.20), kedalaman daya tembus elektron sampai pada 7,9 cm. Sedangkan untuk energi 12 MeV (gambar 4.21), kedalaman daya tembus elektron sampai pada 8,23 cm. Untuk deviasi dari masing-masing energi terhadap daya tembusnya dapat dilihat pada tabel 4.2 Dari ketiga energi yang digunakan terlihat bahwa semakin besar berkeas energi elektron yang digunakan maka semakin besar jangkauannya atau daya tembusnya.
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 Deviasi Kedalaman Distribusi Dosis Berkas Elektron di Paru antara TPS dan Monte Carlo untuk Energi 6 MeV, 10 MeV dan 12 MeV
6 MeV Kedalaman (cm) Simulasi(%) TPS(%) 0,52 52,4 90 0,92 72,7 95 1,34 95,6 100 1,75 100 100 2,05 93,2 95 2,27 64 90 2,5 49,6 70 2,8 30,3 50 2,95 20,7 40 3,25 9,1 30 3,78 4,9 10 4,33 1,1 4,61 0,1 4,99 0,1 6,34 0,1 10 MeV Simulasi(%) TPS(%) 45,3 80 84,5 95 100 100 90,4 95 68,3 80 58,7 70 49,1 60 19,5 30 9,5 20 6,2 10 2,6 0,2 0,1 12 MeV Simulasi (%) TPS (%) 3,4 80 29,7 90 83,8 95 100 100 85 95 80,5 90 60,4 80 51,9 70 46,9 60 36,9 50 26,9 40 8,1 30 6,4 20 0,4 10 0,1 0,1 -
Deviasi(%) -0,4177778 -0,2347368 -0,044 0 -0,0189474 -0,2888889 -0,2914286 -0,394 -0,4825 -0,6966667 -0,51 -
Kedalaman (cm) 0,19 1,6 2,35 3,1 3,63 3,86 4,08 5,19 5,64 5,79 6,54 7,67 7,9 -
Deviasi (%) -0,43375 -0,0052632 0 -0,0484211 -0,14625 -0,1614286 -0,1816667 -0,35 -0,525 -0,38 -
Kedalaman (cm) 0,08 0,73 1,41 2,69 3,37 3,52 3,97 4,2 4,35 4,65 4,95 5,26 5,33 5,78 7,52 8,23
Deviasi (%) -0,9575 -0,67 -0,1178947 0 -0,1052632 -0,1055556 -0,245 -0,2585714 -0,2183333 -0,262 -0,3275 -0,73 -0,68 -0,96 -
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia