Anda di halaman 1dari 5

Pengolahan Tebu

oleh: Daswandi

Salah satu Varietas tebu yang dikembangkan di pandaisikek Selain sayuran, Pandaisikek juga memiliki tanaman tebu, yang mungkin untuk wilayah pandaisikek tergolong pada tanaman tua, kenapa demikian?.Karena tebu di pandaisikek dalam pembudidayaan dan pengelolaan tidak untuk jangka pendek. Penanaman tebu 1.Penyiapan lahan Lahan di bersihkan dari rumput liar sebelum dilakukan pemetakan/pembuatan parit tempat bibit tebu di tanam.Petakan dibuat dengan jarak 1,5 m dengan kedalaman 70 cm. Kenapa dibuat agak dalam..? Petakan dibuat dalam karena tebu ditanam nantinya didalam petakan,bukan di atas nya.Ini dengan tujuan supaya nantinya setelah tebu besar, rumpun tebu bisa di timbun dengan rumput dan kelopak daun yang sudah tua bisa di jadikan kompos selain mengunakan pupuk kandang atau pupuk kimia. 2.Pembibitan dan Cara tanam Bibit bisa diambil dari tebu bagian atas (pucuk,tampang) yang sudah tua atau dengan batang tebu itu sendiri,tentunya pilih tebu yang berkualitas baik. Bisa juga dari tunas beberapa rumpun tebu. penanaman tebu dilakukan dalam jarak 1,5 m,jika bibit yang digunakan dari bagian atas batang tebu dapat dilakukan dengan cara stek saja.Sebelum ditanam lahan yang sudah disiapkan terlebih dahulu di taburi dengan pupuk kandang,sesuai dengan jarak tanam.pupuk kandang tersebut diaduk dengan tanah dan di gemburkan,barulah bibit-bibit tersebut ditanam. 3.Perawatan

Perawatan sangatlah penting pada tebu supaya pertumbuhan/perkembangannya baika dan sehat.Setelah beberapa bulan lahan tebu tersebut tentu akan d tumbuhi oleh rumput pengganggu(gulma),jadi lahan harus di bersihkan.Dalam pembersihan atau penyiangan,rumput yang sudah di cabut jangan dibuang cukup di timbunkan saja ke tiap rumpun tebu,karena rumput terdebut akan menjadi kompos.Untuk hasil yang lebih baik kompos tadi bisa di tambah dengan pupuk kandang.Dengan perawatan yang rutin,tebu bisa di panen dalam dalam waktu 6-8 bulan. 4.Panen Seperti yang telah di jelaskan di atas,panen dilakukan untuk jangka panjang dengan cara memilih tebu yang benar-benar sudah tua (sudah banyak mengandung gula). Jadi yang masih berumur sedang dibiarkan dulu untuk beberapa hari kemudaian. Dalam melakukan pemotongan tebu kita harus berhati-hati,jangan sampai rumpunnya terbongkar. Selama tebu tersebut dipupuk dan lahanya dibersihkan tiap rumpun akan selalu mengeluarkan tunas-tunas baru, jadi produksi tebu akan berkelanjutan tiapharinya. 5.Pengolahan

Mangilang Proses pengolahan sederhana/Tradisional ( mangilang ) Tebu yang suhah dipanen kemudian diperas dengaan mengunakan alat/mesin.Sekarang kita bahas tentang cara pengolahan dengan alat menggunakan Mekanisme Tradisional yang bisa disebut dengan KILANGAN.

Alat pemeras Air Tebu Alat ini cuma membutuhkan dua buah pengiling (kilangan) yang di pasang berdampingan dan di sangga dengan balok besar, supaya lebih kuat dan tahan dari pergeseran.Pada zaman dahulu penggiling ini di buat dari bahan kayu keras seperti pohon Limau ( jeruk Besar) ,namun dalam perkembangannya penggiling tersebut telah dikembangkan dengan bahan besi yang tentu saja lebih baik hasil perasanya juga tahan lama. Kemudian dengan mengunakan tenaga kerbau sumbu dari kilangan tersebut diputar. Setekah itu kita tinggal memasukan tebu

yang sudah dipotong kira-kira 60 cm kesela kilangan tersebut, Sementara untuk penampungan air tebu tersebut kita membuat media saluran di bawah kilangan yang di terus kan ke wadah (ember besar) yang di benam dalam tanah. Jangan terlalu dalam,cukup sampai mulut wadah tersebut sejajar dengan permukaan tanah/lebih rengah dari kilangan. Setelah semuanya selesai kita tinggal melakukan penggilingan. Proses selanjutnya adalah memasak Air tebu yang telah di peras. Memasak Air Tebu Sebelum kita membahas proses pemasakan Air Tebu, ada baiknya jika kita mengenal dulu alat-alat yang akan dipakai dalam prosesnya, yaitu

Bentuk Tungku Untuk Memasak Air Tebu * Tungku, yakni alat utama dalam proses kali ini, berupa tungku batu berukuran cukup besar jika dibandingkan tungku konvensional. Tungku ini harus bisa menampung kuali dengan ukuran paling besar ( kancah ). Dalam kondisi aslinya tungku ini dapat menampung dua buah kuali paling besar secara bersamaan, hal ini bertujuan untuk memaksimalkan proses pengapian karena bentuknya yang berupa elips dengan dua buah lubang kuali dengan hanya satu rongga pengapian. Disamping tungku ini, juga terdapat sebuah tungku dengan ukuran biasa dan terpisah dari tungku utama tadi. bentuknya hanya berupa tiga buah batu yang disusun berbentuk segi tiga.fungsi dari tungku ini adalah sebagai tempat kuali kecil dalam proses pra pencetakan. Visualisasinya dapat diperhatikan pada gambar berikut * Kuali ( Kancah ), berbahan besi namun dengan ukuran sangat besar, dengan 3 ukuran, berdiameter 1,5 m untuk proses pemasakan awal, berdiameter 1,2m untuk proses pengentalan, dan yang terakhir berdiameter 1 m berfungsi untuk proses pra pencetakan gula tebu. *Kayu bakar, biasanya berupa bambu kering yang dibelah kasar dan biasanya dibiarkan berukuran panjang ( sekitar 4 m ). selain itu ampas tebu kering ( sapah ) juga selalu dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang paling gampang terbakar.

Media untuk mencetak Gula Tebu

*Tempurung kelapa ( Sayak ), berupa tempurung kelapa yang telah dibelah dua dan di bentuk serta dibersihkan dari sabutnya. namun biasanya Sayak ini telah dipakai dari waktu ke waktu oleh para petani tebu di satu Pondok Kilangan, dan tak jarang bila usia sayak ini sama dengan usia pondok itu sendiri. Fungsinya untuk mencetak adonan air tebu yang telah dimasak menjadi gula. Sayak juga berfungsi sebagai media untuk mendinginkan gula tebu sebelum proses pengepakan. * Sendok Besar ( Sanduak ), berbentuk sendok dengan ukuran besar dengan gagang dari bambu dan tempurung kelapa besar yang dilubangi terletak diujung gagang. Fungsinya sebagai pengaduk air tebu yang dimasak di kedua kuali besar. sementara untuk kuali kecil digunakan sebuah sanduak yang ber ukuran lebih kecil, dan pada ujung sanduak ini tempurung kelapa yang dipasang berukuran kecil namun sedikit melebar. *Daun Tebu, ini sedikit aneh jika penulis memasukan daun tebu sebagai salah satu alat dalm proses pemasakan, namun memang dalam pelaksanannya, daun tebu juga difungsikan sebagai pembuang busa yang keluar disaat air tebu mendidih. Cara penggunaan daun tebu tersebut cukup unik, pertama daun tebu dilengkungkan dan salah satu sisi daun di gesekkan dan ditarik diatas permukaan air tebu, selanjutnya busa yang telah terkumpul di daun tebu ditarik keluar dan dibuang ke wadah khusus. *Gentong ( Tabuang ), terbuat dari bambu seukuran tiga ruas ( sekitar 1,5 m ) dan setiap ruasnya telah dibolongi. Berfungsi untuk menampung busa yang dibuang saat air tebu mendidih. Setelah kita mengenal alat2 yang akan dipakai dalam proses pemasakan air tebu, selanjutnya kita masuk ke prosesnya itu sendiri. Sebenarnya disaat tebu masih diperas di Kilangan, api tungku sudah dinyalakan agar disaat air perasan tebu dimasukan ke kancah api sudah cukup besar. Air tebu yang telah dimasukan ke kancah akan dimasak kurang lebih 1 jam atau hingga mendidih, dalam proses mendidih itulah kita harus membuang busa seperti yang telah dibahas diatas. Selama proses memasak ini air tebu harus selalu diaduk menggunakan Sanduak dengan tujuan agar disaat mendidih air tebu tidak tumpah. Barulah selanjutnya air tebu mendidih dan telah bersih tersebut dipindahkan ke kancah ke dua dengan menggunakan Sanduak., dan kancah yang telah kosong didisi kembali dengan air tebu. Di kancah ke dua ini air tebu akan dimasak hingga mengental dan berwarna kemerahan, disini pengadukan benar 2 tidak boleh dihentikan karena air tebu akan mengental dengan tidak merata jika tidak diaduk secara terus menerus. Untuk dapat dipindahkan ke kuali pra pencetakan, maka kadar air di adonan gula tebu tersisa kurang lebih 5 10 %. Dalam keadaan adonan gula tebu yang belum kental sepenuhnya ( kadar air 5-10%) adonan dipindahkan ke kancah terakhir. Dikancah ini diberikan pengapian kecil yang bertujuan untuk menjaga agar adonan tidak mengeras.Proses pencetakan akan dapat dilakukan disaat kadar air di adonan berkisar sekitar 2-3 %. Pencetakan adonan gula tebu diawali dengan mengambil adonan menggunakan sanduak kecil dan dimasukan ke sayak yang sebelumnya telah dibasahkan, hal ini bertujuan agar disaat gula tebu keras mudah dilepaskan dari cetakannya. Proses pencetakan merupakan proses terakhir dari proses pembuatan gula tebu. Dan selanjutnya gula tebu yang telah keras dikeluarkan dari

sayak dan biasanya akan di packing menggunakan kardus atau karung. Biasanya Gula tebu atau yang lebih familiar di masyarakat Pandai Sikek disebut dengan SAKA akan dipacking dengan dua buah saka yang ditempel pd sisi datarnya, sehingga akan membentuk piring terbang. Proses packing gula tebu agak sedikit unik, karena di setiap lapisan susunan gula tebu harus selalu di batasi dengan Karisiak ( daun pisang kering ), hal ini bertujuan supaya gula tebu tidak lengket satu sama lain. Barulah gula tebu siap untuk dipasarkan, yang biasanya akan dibawa kepasar 2 tradisional disekitar Pandai Sikek seperti Pasar Koto Baru, Pasar Panyalayan dan Pasar Padang Panjang. Dari pasar2 tersebut lah para agen 2 akan mendistribusikan gula tebu ke luar daerah. Gula tebu dapat digunakan sebagai pemanis berbagai jenis makanan seperti kolak, bubur dan minuman, tergantung selera. Namun dapat penulis informasikan bahwa bagi sebagian orang gula tebu atau saka ini juga diyakini memiliki daya sembuh untuk penyakit batuk dengan cara dicampur dengan air jeruk nipis.

Anda mungkin juga menyukai