Anda di halaman 1dari 1

Javaplant, Produsen Terbesar Ekstrak Bubuk di Indonesia Ada gula, ada semut.

Pepatah itu berlaku juga di bisnis aneka tumbuhan herbal alami. Dan salah satu yang menggarapnya adalah Javaplant. Berbasis di Solo, Jawa Tengah, perusahaan di bawah bendera PT Tri Prihardja ini adalah penghasil produk-produk ekstrak herbal bubuk. Sejak awal beroperasi, Javaplant fokus menggarap pasar lokal. Apalagi, perusahaan ini sister company PT Deltomed Laboratories yang kebutuhan bahan baku ekstrak herbalnya dipasok olehnya. Akan tetapi, setelah tiga tahun beroperasi, rupanya hanya 30% kapasitas terpasang pabrik yang digunakan. Menyikapi hal itu, Johan Kalu; Junius Rahardjo bersama ayahnya, Purwanto Rahardjo; Nyoto Wardoyo (Presdir Deltomed Laboratories dan CEO Javaplant); serta Mulyo Rahardjo (Direktur Pengelola Deltomed Laboratories) sepakat go international. Pertimbangannya, dengan ekspansi ke pasar luar negeri, mereka berharap kapasitas pabrik bisa optimal terpakai. Junius Rahardjo, Chief Operating Officer PT Tri Rahardja, mengklaim bahwa Javaplant merupakan produsen terbesar untuk ekstrak bubuk di Indonesia. Fasilitas kami bisa memproduksi 100 ton/bulan untuk green tea dan black tea, sedangkan tumbuhan herbal lain 15 ton/bulan untuk, ujarnya. Besarnya kapasitas produksi ini, menurut Junius, bahkan menjadikan Javaplant perusahaan ekstraksi terbesar di Asia Tenggara, malah jadi produsen ekstrak kayu manis dan pasak bumi terbesar di dunia. Soal harga, ekstrak teh di pasar internasional dibanderol Javaplant US$ 9-13/kg. Ini harga barang sampai di tempat konsumen di seluruh dunia dengan minimal order 1 ton. Adapun harga ekstrak tanaman herbal berkisar US$ 20-1.000/kg. Tidak puas hanya membidik pasar dari kalangan pabrik jamu, farmasi atau herbal, sejak 2007 Javaplant meluaskan pasar dengan masuk ke industri makanan, minuman dan kosmetik. Wajarlah, akhir-akhir ini banyak produk jadi (end product) yang menggunakan esktrak herbal. Teh hijau, misalnya, banyak dimanfaatkan untuk produk sampo, moisturizer, pasta gigi, dan sebagainya. Sementara kunyit sering digunakan untuk pewarna produk mi instan atau makanan bayi. Dalam perjalanannya, diakui Junius, Javaplant menghadapi banyak pesaing, terutama dari India dan Cina. Di pasar dalam negeri, kompetitornya adalah trading company yang mengimpor teh hijau dan teh hitam, bahkan ekstrak herbal lain dari Cina, India dan Korea. Untuk memenangi persaingan, Javaplant terus berupaya memberi servis dan kemudahan kepada pelanggan. Ada lima keunggulan Javaplant yang bisa ditawarkan kepada konsumen, terutama konsumen lokal, kata Junius. Kelima jurus ampuh itu adalah kemasan yang customized, jaminan uang kembali, jangka pembayaran, pembayaran dengan mata uang rupiah, dan late time delivery yang sangat pendek. Lebih dari itu, agar kondisi bisnis Javaplant tidak bergejolak drastis, terhitung pada 2007 strategi penjualan diputuskan 50-50 antara pasar ekspor dan domestik. Ini untuk mengantisipasi dampak krisis finansial global. Tapi, kami lebih intensif sejak tahun lalu. Mudah-mudahan tahun ini tercapai target 50:50, ujar Junius dengan nada optimistis. Simon Jonatan memuji jurus Javaplant dalam menyeimbangkan porsi penjualan ekspor dan dalam negeri. Harus seperti itu. Sekarang yang perlu dipikirkan adalah masalah return on investmentnya. Sebab, Javaplant sudah menanam investasi yang sangat besar untuk pengembangan dan peningkatan kapasitasnya, ungkap CEO Brandmaker Indonesia itu. Menurut Simon, kehebatan Javaplant terletak pada komitmennya sebagai produsen ekstrak herbal asli Indonesia. Perusahaan ini pun menemukan momentum tren back to nature yang tepat. Javaplant terjun ke bisnis esktrak herbal sebelum pasar dalam negeri berkembang. Ketika pasar sudah bekembang seperti sekarang, Javaplant sudah siap segalanya. Junius berharap, Javaplant bisa langgeng menjadi yang terdepan di industri ekstrak. Mudahmudahan kami juga bisa menjadi produsen terbesar di Asia untuk ekstrak curcuma. Saya harap Jepang menjadi pasar terbesar, karena masyarakatnya terbiasa mengonsumsi alkohol. Lalu, ada tradisi sebelum minum alkohol, mereka harus mengonsumsi temulawak untuk melindungi liver agar tidak terjadi pengecilan, paparnya. Agar lebih berkembang lagi, Simon menyarankan Javaplant memperkenalkan lebih banyak ekstrak tanaman herbal Indonesia yang telah melewati uji klinis ke dunia internasional. (*/SWA/Ahmad Yasir Saputra)

Anda mungkin juga menyukai