Anda di halaman 1dari 51

SEMARANG - Industri jamu tradisional di Jawa Tengah (Jateng) siap menghadapi

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.


Para produsen jamu tradisional menjadikan MEA sebagai tantangan dan peluang besardan
harus mampu menjadi produk unggulan di negeri sendiri.
Ketua Gabungan Pengusaha (GP) Jamu dan Obat Tradisional Indonesia DPD Jateng Nyoto
Wardoyo menegaskan, secara industri produk jamu dan obat tradisional saat ini sudah siap
menghadapai MEA.
Menurutnya, potensi UMKM khusunya industri jamu di Jateng memiliki potensi sangat besar
dibandingkan daerah lain. Hal ini menempatkan Jateng memiliki posisi yang sangat strategis
bagi Indonesia, meski beberapa tantangan masih dihadapi di Jateng.
"Semakin pesat kerja sama di negara ASEAN akan menciptakan peluang dan tantangan
baru bagai industri jamu," katanya disela-sela Seminar Tantangan Industri Jamu dalam
Menghadapi MEA 2015 di Semarang, Rabu (15/10/2014).
Dia mengatakan, salah satu tantangan industri jamu adalah meningkatkan persaiangan
produk UMKM di negara ASEAN. Untuk menyikapinya perlu menjaga dan meningkatkan
daya saing sebagai industri kreatif dan inovatif.
Untuk menguatkan produk dalam negeri, masyarakat Indonesia harus bangga dengan
produk dalam negeri. Karena itu, pelaku usaha industri jamu harus mampu menjaga
kualitas.
"Masyarkat semakin pandai memilih produk yang baik, edukasi masyarakat dan ekonomi
yang terus meningkat. Maka, daya pilihnya meningkat, artinya tidak sembarangan memilih
produk, karena itu untuk bersaing nomor satu tetapa harus kualitas," tutur dia.
Namun, kata Nyoto, untuk menghadapi MEA 2015, tidak bisa dipungkiri, bahwa industri jamu
terbagi dalam beberapa klasifikasi, yakni mikro, kecil dan skala industri atau industri besar.
Bagi indutri jamu untuk skala besar kemungkinan tidak akan ada kendala, namun untuk
indusrti mikro dan kecil, harus dilindungi dengan cara terus diberikan bimbingan dan arahan
dari pemerinta agar mampu survive.
"Meski pada dasarnya pelaku usaha harus tetap mengembangkan pasar sendiri, untuk
usaha mikro dan kecil tetap membutuhkan pendampingan," katanya.
Saat ini di Jateng ada sekitar 271 industri jamu, terdiri dari 17 industri besar, kecil dan
menengah ada sekitar 70 pelaku industri dan sisanya adalah industi mikro.
Kepala Balai Besar POM Semarang Agus Prabowo melihat melihat industri jamu dan obat
tradisonal sudah sangat siap menghadapi pasar bebas ASEAN.
Hal ini dikarenakan, sudah banyak pelaku usaha yang sudah mendapatkan sertifikasi halal
dan sertifikasi lainnya, sehingga mampu mendukung kepercayaan konsumen.
Hanya saja terkadang masih ada pelaku usaha industri jamu dan obat tradisional memiliki
pemahaman terhadap bisnis yang kurang lengkap, sehingga ujung-ujungnya tidak mampu

besaing.
"Banyak juga yang hanya berpikir bisnisnya saja tetapi melupakan persayaratan dan
prosedur pendirian industri jamu dan obat tradisonal yang diminta negara," jelasnya.
Balai Besar POM sendiri terus melakukan pengawasan terhadap peredaran obat dan
makanan, untuk mencegah beredarnya obat berbahaya bagi masyarakat.

JAKARTA- Kementerian Perindustrian (Kemperin) mencatat, saat ini ada 1.247


industri dan usaha obat tradisional di Indonesia. Sebanyak 129 di antaranya adalah
industri obat tradisional, sedang sisanya yang 1.037 merupakan usaha mikro dan
kecil obat tradisional. Dan, ada 10 perusahaan yang masuk industri obat tradisional
skala besar, seperti Sido Muncul, Bintang Toejoe, Jamu Air Mancur.
Irwan Hidayat, Presiden Direktur PT Sido Muncul, menegaskan, dibanding dengan
negara ASEAN lain, seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand, industri jamu
Indonesia yang paling siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun
depan. Negara-negara di Asia Tenggara bisa dibilang sebagai pendatang baru
dalam industri jamu. Justru mereka yang khawatir dengan industri jamu Indonesia.
Kalau kita takut dan tak siap menghadapi MEA 2015, itu tidak logis, tegas
dia.
Kalau industri obat tradisional siap menyambut MEA tahun depan, lain halnya
dengan usaha mikro dan kecil obat tradisional kita. Kami cemas dengan pasar
terbuka ASEAN karena modal kami sedikit dan alat produksi terbatas, ungkap
Bambang Minarno, pemilik CV Albiruni Sukses Bersinar.
Itu sebabnya, produsen obat herbal asal Klaten, Jawa Tengah, ini mendesak
pemerintah lebih serius membantu usaha mikro dan kecil jamu memperbaiki kualitas
produknya. Jika tidak, mereka akan terdesak dan mati perlahan karena kalah
bersaing dengan produk asing. Sebelum diserbu asing, pasar dalam negeri
harus diamankan dulu, pinta Bambang.
Tanpa pasar bebas ASEAN saja, Bambang mengungkapkan, obat tradisional impor
dan ilegal yang menggunakan bahan kimia sudah sangat memukul bisnis jamu lokal.
Apalagi, dari sisi regulasi juga kurang pro pengusaha kecil sehingga mereka sulit
berkembang.
Maklum, pengurusan izin usaha masih rumit. Banyak persyaratan yang membebani
akibat sering berubah-ubah. Alhasil, sulit buat pengusaha kecil untuk memenuhi
syarat-syarat itu. Aturan iklan jamu juga memberatkan kami, padahal sangat
menunjang pemasaran kami, tambah Bambang.
Memang, sih, Bambang mengakui, persyaratan izin usaha obat tradisional yang
lebih ketat berdampak positif terhadap pemenuhan kualitas, aspek keamanan, dan
kesehatan produk jamu sesuai standar. Sebab, pelaku usaha wajib menerapkan

cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB), dengan dukungan data
keamanan serta kemanfaatan produk secara praklinis dan klinis.
Cuma, Industri herbal terutama skala usaha kecil terkendala dalam memenuhi
regulasi penerapan CPOTB, ujar Toeti Rahajoe, Direktur Industri Kimia Hilir
Kemperin. Penyebabnya, pertama, minimnya sosialisasi dan sumberdaya manusia
(SDM) berkualitas. Kedua, belum ada alat pemroses bahan baku seperti pengering
sehingga kualitas tidak konsisten. Ketiga, beredarnya produk herbal dan jamu ilegal
yang mengandung bahan kimia obat.
Dampaknya, bukan hanya susah menciptakan produk jamu yang berkualitas,
namun juga sulit dalam pengembangan dan pemasaran produk. Kalau begitu,
industri jamu nasional belum siap, dong, menyongsong MEA 2015?
Masalahnya bukan siap atau tidak, tapi mau tidak mau kita masuk pasar bebas
ASEAN, kata Toeti.
Namun, dengan keterbatasan anggaran, pemerintah semaksimal mungkin
memberikan fasilitasi dan pendampingan kepada usaha mikro dan kecil agar lolos
ketentuan CPOTB. Memang, investasi yang harus pengusaha jamu keluarkan untuk
lolos standardisasi ini sangat mahal. Cuma, ini akan memberi nilai lebih terhadap
produk dan daya saing.
Upaya lainnya, Toeti menambahkan, pemerintah menggiatkan gerakan minum
jamu dan menanam tanaman obat. Langkah ini untuk menggugah masyarakat
agar kembali ke tradisi leluhur dan lebih mengenal kekayaan hayati nusantara.
Irwan dan Bambang pun mengamini, apresiasi terhadap obat tradisional Indonesia
menjadi sangat penting. Tanpa itu, eksistensi jamu nusantara akan terancam.
Pangsa pasar negara kita yang sangat besar bisa direbut obat-obatan herbal
dari negara lain, ujar Irwan.

Obat Herbal Peluang Pasar Global


Indonesia memiliki banyak tanaman obat yang potensial sebagai bahan obat herbal.
Kini, Obat herbal mulai dilirik dan memiliki peluang pasar global. Oleh sebab itu perlu ada
peningkatan produksi dalam negeri,.
Direktur Utama PT Phapros Tbk Iswanto (Solopos, 9 September 2014), menyatakan,
Untuk Phapros sendiri produk obat herbal berbahan alami tradisional berhasil menyumbang
penjualan sebesar lima persen, ujarnya seperti dikutip Antara, Selasa (9/9/2014).

Ilustrasi obat herbal (JIBI/Solopos/Doc.)

Menurutnya, dua produk herbal yang berkontribusi dalam penjualan Phapros yaitu
Tensigard dan X-gra. Produk tersebut mengandung tanaman herbal kumis kucing dan seledri
untuk Tensigard, sedangkan tanaman pasak bumi dipakai untuk X-gra.
Untuk meningkatkan penjualan, kami berencana memasarkan produk tersebut ke luar
negeri karena ternyata produk herbal banyak diminati oleh pasar asing, jelasnya.
Dalam waktu dekat ini Phapros akan melakukan ekspor dua produk tersebut ke
Afganistan dan Nigeria, menurutnya dua negara tersebut sebelumnya sudah menjadi negara
tujuan ekspor PT Phapros salah satunya untuk produk Antimo.
Untuk bahan baku dapat diperoleh dengan mudah di Indonesia, selain itu dari segi jenis
tanaman sudah mulai banyak yang mengembangkannya.
Untuk pengembangan ke depan memang butuh standarisasi dari produk herbal itu
sendiri karena kami harus menyesuaikan dengan standar negara tujuan, jelasnya.
Menurutnya, ekspor dilakukan bukan hanya untuk mendongkrak pertumbuhan industri
farmasi dalam negeri tetapi juga sebagai momentum untuk mengenalkan potensi alam
Indonesia salah satunya tanaman tradisional.
Sementara itu Pakar Bidang Farmasi UGM Yogkakarta Prof Edi Meiyanto mengatakan
untuk memasarkan obat herbal secara luas perlu didukung oleh sejumlah pihak terutama yang
terkait dengan regulasi.
Dikatakan, penggunaan produk herbal untuk pengobatan secara universal
membutuhkan komitmen bagi berbagai pihak karena produk tersebut berpotensi untuk
meningkatkan persaingan global apalagi akan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) 2015.
Beberapa pihak yang harus berkomitmen terkait produksi dan pemasaran obat herbal
ini di antaranya Pemerintah, perguruan tinggi, industri, dan lembaga riset, jelasnya.

Strategi Industri Farmasi Hadapi MEA 2015


Salah satu pameran yang digelar berkonsep CPhI SEA 2015.
Kamis, 26 Maret 2015 | 15:50 WIB
Oleh : Rimba Laut, Rizki Aulia Rachman

Ilustri obat dan pil dalam industri farmasi. (iStock)

VIVA.co.id - Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, industri farmasi


terus mempersiapkan langkah-langkahnya.
Salah satunya, dengan menggelar pameran niaga bahan baku farmasi, yang
diadakan oleh United Business Media (UBM) Asia dengan konsep Convention on
Pharmaceutical Ingredients South East Asia (CPhI SEA) 2015.
Pameran ini akan digelar pada 8-10 April 2015 di Jakarta International Expo,
Kemayoran, Jakarta. Hal ini merupakan peluang bagi pelaku industri farmasi dan
penyedia bahan baku obat dari seluruh duniia untuk menjangkau pasar Asia
Tenggara yang sedang tumbuh pesat.
Event Director PT UBM Pameran Niaga Indonesia, Maria Lioe mengatakan bahwa
acara yang sudah berjalan hingga keempat kalinya ini, adalah bukti bahwa CPhI
SEA 2015 sebagai platform terpercaya bagi badan pemerintah, asosiasi
perdagangan, dan lembaga regulator untuk mendapatkan perkembangan mengenai
pasar bahan baku dalam farmasi.
"Selain itu, sebagai sarana menyosialisasikan kebijakan baru, program mendatang
untuk industri dan terhubung langsung dengan industri untuk memahami peluang

nyata serta tantangan yang mereka hadapi," kata Maria di Hotel Mulia, Jakarta,
Kamis 26 Maret 2015.
Sementara itu, Ketua Umum Pharma Materials Management Club (PMMC),
Kendrariadi Suhanda mengatakan, industri farmasi dituntut untuk meningkatkan
kemampuannya dalam memenuhi standar ASEAN tersebut guna menghadapi
kompetisi produk luar negeri.
"MEA menciptakan tantangan sekaligus peluang bagi industri farmasi," tuturnya.
Menurut Kendrariadi, dalam menghadapi MEA, diperlukan adanya kerja sama dari
segala sektor untuk mendukung industri farmasi dengan meningkatkan segala
kualitasnya.
"Baik itu dalam pelayanan maupun ketersediaan bahan baku farmasi agar kompetitif
dengan negara ASEAN lainnya," ujarnya.
Dia pun mengingatkan bahwa pentingnya peran pemerintah dalam mendorong
masuknya investasi industri bahan baku farmasi. "Para pelaku industri farmasi juga
perlu memelihara networking dengan industri pembuat bahan baku obat di luar
negeri," katanya. (art)

Masuk
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/nisasan/manajemen-strategis-industri-herbal-diindonesia-menghadapi-aec-2015_54f49abf7455137c2b6c8b72

Manajemen Strategis Industri Herbal di Indonesia Menghadapi AEC 2015 26 September 2014
22:28:27 Diperbarui: 17 Juni 2015 23:22:34 Dibaca : 239 Komentar : 0 Nilai : 0 Para Penjual
Jamu Gendong Tradisional di Indonesia (jakarta.okezone.com) Indonesia akan menghadapi dua
hal penting di tahun 2015 nanti. Pertama, pemerintahan baru yang dipimpin oleh presiden terpilih
pada pemilu 2014. Kedua, Masyarakat Ekonomi ASEAN (Asean Economic Community/AEC)
yang telah dirumuskan sejak 20 November 2007 pada KTT ASEAN di Singapura. Delapan tahun
bukanlah waktu yang singkat. Idealnya, kesepuluh negara ASEAN, termasuk Indonesia, sudah
siap menyambut AEC. Hal pertama dan terutama yang harus diperhatikan oleh seluruh
masyarakat Indonesia dalam menyongsong AEC 2015 adalah pola pikir (mindset) yang
konstruktif. Selama ini AEC lebih sering diidentikkan sebagai ancaman bagi Indonesia. Padahal,
AEC menjanjikan peluang strategis bagi keunggulan lokal dari Indonesia untuk mulai mendunia.
AEC memiliki lima pilar utama berupa aliran bebas (free flow) yang mencakup barang (goods),
jasa (service), investasi (investment), tenaga kerja (skilled labor), dan modal (capital). Oleh
karena itu, jika sebelum AEC 2015 banyak industri di Indonesia baru berkibar secara lokal, maka
kesempatan memasuki pasar internasional setelah adanya AEC semakin terbuka lebar.
Manajemen Strategis Industri Herbal Salah satu industri berbasis SDA asli Indonesia yang
memiliki peluang strategis dan daya saing dalam menghadapi AEC 2015 yaitu industri herbal.
Agroindustri herbal menjadi wujud nyata ekonomi kerakyatan yang terbukti tahan uji dalam krisis
ekonomi global. Selain menyehatkan rakyat, tanaman herbal di Indonesia juga mampu
mengurangi ketergantungan bahan baku industri farmasi yang 95 persen masih diimpor. Setelah
berpikir positif, selanjutnya yaitu merumuskan manajemen strategi yang tepat. Schendel dan
Hofers (1979) dalam Pamulu (2010), mendefinisikan manajemen strategi sebagaisuatu proses
yang berhubungan erat dengan kemajuan pengembangan dan pelaksanaan strategi yang
memandu jalannya operasi organisasi atau perusahaan. Inti dari perumusan strategi adalah
menghubungkan pelaksana strategi dengan lingkungannya berada. David (2009) menjelaskan,
proses manajemen strategis terdiri atas tiga tahapan yaitu formulasi, implementasi, dan evaluasi
strategi. Ketiga tahapan tersebut harus dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan.
1. Formulasi Strategi Proses ini berdasarkan visi (Apa bisnis kita?) dan misi (Apa yang kita
ingin capai?) suatu organisasi. Pemimpin pasar dalam AEC dengan menghasilkan produk
herbal yang praktis, aman, dan menyehatkan dapat menjadi visi dan misi industri herbal dari
Indonesia. Lalu identifikasi berupa faktor-faktor strategis disusun untuk mengembangkan tipe
strategi yang relevan. Matriks SWOT (Tabel 1) berisi analisis berdasarkan faktor internal yaitu
kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weakness), serta faktor eksternal berupa peluang
(Opportunities) dan ancaman (Threats). 2. Implementasi Strategi Implementasi berarti
memobilisasi organisasi atau perusahaan untuk menindaklanjuti rumusan strategi menjadi
tindakan. Matriks SWOT dapat dikembangkan menjadi empat tipe strategi yaitu SO, WO, ST, dan
WT (Tabel 2). 3. Evaluasi Strategi Evaluasi menjadi tahap final dalam manajemen strategis. Tiga
kegiatan penting evaluasi strategi yaitu (1) meninjau ulang semua faktor, (2) mengukur kinerja,
dan (3) mengambil tindakan korektif. Strategi berfungsi sebagai rencana main suatu operasi.
Patut diingat bahwa kemenangan diperoleh bukan hanya dengan strategi di atas kertas, tapi juga
karena tindakan nyata. Tak terkecuali bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi AEC 2015.
Motto ASEAN: Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas (www.cmmu.mahidol.ac.th) Referensi
ASEAN Secretariat. (2008). ASEAN Economic Community Blue Print. Jakarta. BPS. (2013).

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Jakarta. David, F. R. (2009). Manajemen Strategis.
Salemba Empat. Jakarta. Pamulu, M. S. (2010). Strategic Management Practices in The
Construction Industry: A Study of Indonesian Enterprises. Thesis. Queensland University of
Technology. Suryanto, R. & Djoni S.K. (2013). Struktur Data Datawarehouse Tanaman Obat
Indonesia dan Hasil Penelitian Obat Tradisional. Makalah Seminar Nasional Sistem Informasi
Indonesia (SESINDO). Bandung. Yuningsih, R. (2012). Pengobatan Tradisional di Unit
Pelayanan Kesehatan. Jurnal Info Singkat Kesejahteraan Sosial. PD3I Setjen DPR RI. Jakarta.
Tabel 1. Faktor-faktor Internal (SW) dan Eksternal (OT) Industri Herbal di Indonesia Faktor
Internal (SW) Faktor Eksternal (OT) S1: Indonesia sebagai mega-center keanekaragaman hayati
di dunia dengan 40 ribu spesies tanaman (kedua setelah Brasil) O1: Pangsa pasar yang terus
meluas (dari sekitar 600 juta jiwa penduduk AEC, 44 persen berada di Indonesia) S2: 80 persen
tanaman obat berkhasiat tumbuh di daratan Indonesia (jika digabungkan dengan biota laut,
Indonesia mengungguli Brasil) O2: Tenaga kerja yang melimpah yaitu 70 persen penduduk
dengan usia produktif (Data BPS, 2013) W1: Mutu produk herbal belum merata (terbagi menjadi
jamu tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka) T1: Gencarnya peredaran produk
herbal asing, terutama dari Cina, yang murah dan berkhasiat W2: Belum optimalnya kerjasama
antara pihak ABG (Academic, Business, dan Government/Pemerintah) T2: Kesulitan dalam
pengurusan perizinan dan mutu (besarnya biaya untuk pemeriksaan mutu laboratorium) Tabel 2.
Matriks Strategi SWOT Industri Herbal di Indonesia Kekuatan (Strengths S) Kelemahan
(Weakness W) Peluang (Opportunities O) S1 - O1: Promosi dan pemasaran intensif melalui
media massa dan fasilitas IT (internet, sosial media) W1 - O1: Standarisasi mutu sesuai standar
nasional dan internasional (SNI, GMP) S1 O2: Training SDM sesuai potensi SDA lokal W1
O2: Penyuluhan kesehatan dan iklan layanan masyarakat S2 - O1: Diversifikasi potensi herbal
(bidang kecantikan, kulinari, pariwisata) W2 - O1: Program padat karya yang melibatkan
segenap komponen masyarakat S2 O2: Inovasi dan pengembangan herbal oleh tenaga
terampil W2 O2: Peningkatan produktivitas tenaga kerja Ancaman (Threats T) S1 - T1:
Produksi herbal lokal yang berkualitas dengan harga terjangkau W1 - T1: UU Perlindungan dan
Pendidikan Konsumen S1 T2: Pembangunan laboratorium mutu terpadu (one-stop quality
service dari bahan baku hingga produk jadi) W1 T2: Subsidi silang antara UMKM dengan
perusahaan besar S2 - T1: Optimalisasi potensi biota laut lokal selain herbal daratan W2 - T1:
Pengembangan herbal lokal berbasis riset ilmiah S2 T2: Kerjasama antar instansi terkait untuk
efisiensi biaya dan pelayanan (pertanian, perikanan dan kelautan, kesehatan, perindag) W2
T2: Pembinaan dan pemberdayaan petani dan UMKM herbal lokal Khairunisa Maslichul /nisasan
TERVERIFIKASI (HIJAU) Improve the reality, Lower the expectation, Academia of STEI Tazkia
Bogor @genogramklinis Selengkapnya... IKUTI Share 0 0 0 KOMPASIANA ADALAH MEDIA
WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS.
LABEL masyarakatekonomiasean2015 aec2015 freez manajemenstrategis
industriherbalindonesia manajemen ekonomi
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/nisasan/manajemen-strategis-industri-herbal-diindonesia-menghadapi-aec-2015_54f49abf7455137c2b6c8b72

Jamu Harus Offensif Hadapi MEA 2015


1.

Administrator

2.
3.
4.
o

Kamis, 04 Juni 2015 - 10:13:58 WIB


Dibaca : 697 Kali
Kategori : Regional

SEMARANG Industri jamu di Jawa Tengah harus offensif menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015.
Sebab, Jawa Tengah merupakan gudangnya produk jamu dengan kualitas bahan baku terbaik dibanding negara
lain.
Jawa Tengah itu tempatnya jamu. Sekarang, tinggal harus inovatif. Misalnya, melalui packagingnya, kata
Gubernur saat memberi sambutan dalam acara Seminar Nasional Kedaulatan Ekonomi Dalam Penguatan
Industri Jamu menuju Jawa Tengah Sejahtera dan Berdikari di Aula Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP
(6/5).
Ganjar menambahkan, Jawa Tengah juga memiliki fasilitas untuk mengembangkan industri jamu. Diantaranya,
Rumah Riset Jamu yang didirikan pada tahun 2013 di Kabupaten Karanganyar, Pasar Jamu Nguter di
Kabupaten Sukoharjo dan Pusat Laboratorium Obat Alam Indonesia di UNDIP Semarang. Bahkan, beberapa
rumah sakit di Jawa Tengah pun mulai membuka poliklinik obat tradisional. Seperti di RS Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto dan RS Kelet Jepara.
Poliklinik obat tradisional dibuka di rumah sakit karena dirasa dapat menjadi partner dalam dunia kesehatan,
mengingat obat herbal telah memasyarakat. Terlebih, WHO melalui World Health Assembly juga telah
merekomendasikan penggunaan obat herbal untuk memelihara kesehatan, pencegahan dan pengobatan
penyakit. Hal ini menjadi peluang besar bagi pelaku usaha industri jamu di Jawa Tengah untuk go internatinal.
Hari ini politiknya kita tinggal berbicara dengan pihak asing untuk menegosiasikan dalam organisasi
internasionalnya, termasuk soal daya tawar, beber Ganjar
Mengenai bahan baku, Gubernur Ganjar Pranowo ingin mendorong pengadaannya hingga level desa, dengan
melibatkan perguruan tinggi dan PKK. Apalagi, 30 ribu komoditas tanaman obat belum ada yang memberi
perhatian serius. Padahal, industri jamu terus berkembang dan tidak terpengaruh dengan kondisi ekonomi
global. Apabila terus didorong, harapannya akan menjadi penyumbang bagi tumbuhnya ekonomi kerakyatan.

Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Jawa Tengah, Drs H Nyoto Wardoyo Apt, tersedianya bahan baku
merupakan salah satu tantangan yang dihadapi para pengusaha jamu.
Sangat menyedihkan jika harus mengimpor tanaman obat sebagai bahan baku jamu. Pasalnya, Indonesia
merupakan negara yang sangat kaya dengan tanaman obat, ungkapnya.
Nyoto yang juga merupakan Presiden Direktur PT Deltomed membeberkan, beberapa tahun silam pengusaha
jamu sempat mengimpor tanaman jahe dari Vietnam, Cina dan Thailand karena kurang pasokan. Penyebabnya,
curah hujan yang sangat tinggi sehingga terserang jamur dan tidak berkembang. Tanaman obat impor, menurut
Nyoto, kualitasnya tidak sebaik di Indonesia karena lebih banyak mengandung residu logam berat.
Tantangan lain pengusaha jamu adalah penerapan kualitas. Untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean
2015, pengusaha jamu harus menerapkan standar kualitas. Dari pihak Gabungan Pengusaha Jamu Jawa
Tengah mengusulkan 3 standar kualitas jamu, yakni jamu, jamu herbal standar dan jamu fitofarmaka (obat dari
bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah terstandar serta
ditunjang oleh bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia).

(humas jateng)

Kala Jamu Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean


2015
Rabu, 28 Mei 2014 - 14:19:11 WIB
Diposting oleh : Frans Agung Setiawan | Kategori: News - Dibaca: 7170 kali

Share on facebookShare on twitterShare on emailShare on printMore Sharing Services0

JAKARTA-MAPNEWS. Jamu adalah brand Indonesia. Prospek bisnisnya sangat besar. Namun akan
mendapat tantangan berarti di tahun 2015 saat Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) resmi berlaku.
"Korea itu hanya punya satu yakni ginseng, dan bisa terkenal di dunia. Masak kita yang punya
jamu mau kalah?" kata Direktur Penilaian Obat Asli Indonesia Badan POM, Sherly saat membuka
Pameran Naturalistic Treatments and Herbal Products Expo dan Bodily Organ Equipment Expo di
TMII, Jakarta (28/5/2014).
Untuk meningkatkan daya saing produk jamu kita, lanjut Sherly, maka harus ada usaha keras dari
pelaku usaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jamu. Semua produk harus lulus uji dan
teregistrasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Pameran yang akan berlangsung sampai 1 Juni 2014 ini menghadirkan semua pemangku
kepentingan di bidang jamu sekaligus menyediakan produk jamu yang sudah teregistrasi. "Acara
ini diselenggaakan supaya masyarakat dapat informasi dalam pengobatan alternatif yang dapat
dipertanggungjawabkan."
Besarnya peluang jamu dapat kita tilik dari catatan Kementerian Perdagangan. Saat ini, nilai bisnis
jamu Indonesia sekitar Rp 20 triliun dan sekitar Rp 2,5 triliun diekspor. Tahun ini, transaksi industri
jamu diperkirakan akan menembus angka Rp 15 triliun. Saat ini, terdapat 1.247 industri jamu di
Indonesia yang sebagian besar berada di pulau Jawa. Industri jamu ini mampu menyerap tenaga
kerja hingga 15 juta orang.
Salah satu peserta pameran adalah Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian
(Balitbang Kementan). Mereka menampilkan berbagai hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas
jamu sehingga mampu berbicara banyak tidak hanya di tingkat Asean, tetapi juga dunia.
Dalam mendirikan stand, Balitbang Kementan bekerja sama dengan PT Media Artha Pratama
(MAP). Berikut ditampilkan keikutsertaan mereka dalam ajang tahunan ini. Untuk lebih lengkapnya
silahkan klik di sini.

Naskah dan foto:


Frans Agung Setiawan

Hay gays kali ini saya akan sedikit berbagi


tentang peluang bisnis di tahun 2015 ini untuk
Indonesia kedepannya. Tentunya yang kita
ketahui pada tahun 2014-2015 beberapa sektor
mengalami peningkatan, seperti sektor
pertanian, perikanan, dan sektor ekonomi
secara signifikan.
Hal ini berdampak pada pendapatan
nasional kita yang semakin meningkat,
akibatnya perekonomian masyarakat pun
semakin tinggi.
Inilah sebuah peluang yang bisa anda
manfaatkan untuk bisnis anda, dan untuk
membangun kemajuan Indonesia saat ini yang
di kendalikan oleh presiden kita yaitu pak
jokowi dodo. Saya berharap bangsa Indonesia
bisa maju di tangan pak jokowi dodo.
Terutama sektor bisnis yang sudah kita punya.
Berikut ini saya akan sedikit berbagi
tentang peluang bisnis yang menjajikan di
tahun 2015 ini.

Peluang Usaha Tahun 2014 dan 2015 Paling


Menjanjikan
Bisnis kuliner
Bisnis kuliner menjadi salah satu bisnis yang sangat
menggiurkan sekarang ini. Bagaimana tidak, semua orang
pasti akan membutuhkan makanan, baik itu makanan ringan
atau cemilan maupun makanan yang dikombinasikan dengan
nasi. Hal ini menjadi salah satu prospek yang menjanjikan
yang bisa Anda kembangkan di daerah tempat tinggal Anda.
Semisal jika di daerah tempat tinggal Anda adalah sentra
produksi pisang apakah Anda bisa memulai usaha dengan
memanfaatkan makanan olahan pisang seperti sale pisang,
kripik pisang, atau selai pisang. Tentunya dengan banyaknya
ketersediaan produksi pisang akan mempermudah Anda dalam
proses produksi. Anda pun bisa memasarkan di rumah anda
sendiri dengan membuka outlet atau menitipkan ke toko pusat
oleh-oleh.

Bisnis Pertanian, Peternakan dan Perikanan


Ini adalah salah satu prospek peluang bisnis yang bagus pada
tahun 2014 dan 2015. Pada artikel kami sebelumnya, kami
sudah mengulas tentang berbagai macam jenis budidaya yang
menguntungkan seperti budidaya buah naga, pepaya
california, serta budidaya yang lain. bisnis pertanian menjadi
salah satu pilihan bisnis yang cukup menggiurkan karena
mudah untuk diterapkan serta cocok dengan iklim Indonesia.
selain itu bisnis pertanian memiliki permintaan pasar yang
semakin meningkat setiap tahunnya. Selain bisnis pertanian,
bisnis peternakan dan perikanan juga memiliki prospek yang
paling menjanjikan pada tahun 2014 dan 2015.

Peluang Bisnis Percetakan


Peluang bisnis percetakan salah satu bisnis yang patut Anda
perhitungkan. Bisnis mempunyai nilai kenaikan omset yang
cukup tinggi, jika Anda mampu memanfaatkan momentum.
Seperti contoh pada tahun 2014 ada hajatan besar pemilu
legislatif dan pemilu presiden, momentum seperti ini bisa
Anda manfaatkan untuk menggenjot penjualan kaos sablon,
banner, spanduk, baliho dan lain sebagainya. Bukan itu saja
beberapa event-event acara serta perusahaan juga
membutuhkan media promosi semacam baliho, pamflet untuk
mendukung meningkatkan penjualan mereka.

Peluang Bisnis Obat Herbal


Semakin tingginya kesadaran akan kesehatan masyarakat ikut
mendorong tumbuhnya peluang bisnis obat herbal.
Berdasarkan data yang kami sadur dari AC Nielsen, obat
herbal menduduki peringkat 10 besar publisher iklan terbesar
di dunia. Pada tahun 2014 dan 2015 diprediksikan penjualan
obat herbal tumbuh dengan sangat pesat.

Peluang Bisnis Paket Wisata, Travel dan


Perjalanan
Makin meningkatnya perekonomian di Indonesia dan dunia
mendorong para pelancong untuk melakukan wisata
kunjungan ke berbagai tempat di dunia. Contoh nyata apabila
saat liburan sekolah, hampir semua jenis mode transportasi
dan sarana wisata penuh oleh wisatawan. Cukup banyak
bagian dari sektor ini yang bisa dimanfaatkan sebagai sebuah
peluang bisnis tahun 2014 dan 2015 yang cukup prospektif,
diantaranya tour guide, jasa penjualan tiket, paket perjalanan
murah bersama keluarga , hingga penjualan cinderamata.

PELUANG, TANTANGAN, DAN RISIKO


BAGI INDONESIA DENGAN ADANYA
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
Siapkah anda menghadapi persaingan di tahun 2015?
Sudah seharusnya kita bersiap menghadapi ketatnya
persaingan di tahun 2015 mendatang. Indonesia dan
negara-negara di wilayah Asia Tenggara akan
membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang
dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
MEA merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir
integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA pada
tahun 2015 yang dapat dijadikan suatu momentum yang
baik untuk Indonesia. Pertama, negara-negara di
kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah
wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan
terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka
akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal
dalam jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi
tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya
di kawasan Asia Tenggara.
Kedua, MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi
dengan tingkat kompetisi yang tinggi, yang memerlukan
suatu kebijakan yang meliputi competition policy,
consumer
protection,
Intellectual
Property
Rights (IPR), taxation,
dan E-Commerce.
Dengan
demikian, dapat tercipta iklim persaingan yang adil;
terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari
agen-agen
perlindungan
konsumen;
mencegah
terjadinya pelanggaran hak cipta; menciptakan jaringan

transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi;


menghilangkan
sistem Double
Taxation,
dan;
meningkatkan perdagangan dengan media elektronik
berbasis online.
Ketiga, MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang
memiliki perkembangan ekonomi yang merata, dengan
memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM).
Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan
ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka
terhadap
informasi
terkini,
kondisi
pasar,
pengembangan sumber daya manusia dalam hal
peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.
Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh
terhadap perekonomian global. Dengan dengan
membangun sebuah sistem untuk meningkatkan
koordinasi terhadap negara-negara anggota. Selain itu,
akan ditingkatkan partisipasi negara-negara di kawasan
Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui
pengembangkan paket bantuan teknis kepada negaranegara Anggota ASEAN yang kurang berkembang. Hal
tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
industri dan produktivitas sehingga tidak hanya terjadi
peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional
namun juga memunculkan inisiatif untuk terintegrasi
secara global.
Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint, MEA menjadi
sangat dibutuhkan untuk memperkecil kesenjangan
antara negara-negara ASEAN dalam hal pertumbuhan
perekonomian dengan meningkatkan ketergantungan
anggota-anggota
didalamnya.
MEA
dapat
mengembangkan konsep meta-nasional dalam rantai

suplai makanan, dan menghasilkan blok perdagangan


tunggal yang dapat menangani dan bernegosiasi
dengan eksportir dan importir non-ASEAN.
Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan
yang baik karena hambatan perdagangan akan
cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal
tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor
yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia.
Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia
berupa permasalahan homogenitas komoditas yang
diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian,
karet, produk kayu, tekstil, dan barang elektronik
(Santoso, 2008). Dalam hal ini competition risk akan
muncul dengan banyaknya barang impor yang akan
mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan
mengancam industri lokal dalam bersaing dengan
produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal
ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca
perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.
Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim
yangmendukung masuknya Foreign
Direct
Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan
ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan
lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia
(human capital) dan akses yang lebih mudah kepada
pasar dunia. Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat
memunculkan exploitation risk. Indonesia masih
memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat sehingga
dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala
besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh
perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai
negara yang memiliki jumlah sumber daya alam

melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak


tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan
perusahaan asing dapat merusak ekosistem di
Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di
Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi
alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang
terkandung.
Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang
sangat besar bagi para pencari kerja karena dapat
banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai
kebutuhan akan keahlian yang beraneka ragam. Selain
itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka
mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa
jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi
kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk
mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang
diinginkan. Dalam hal ini dapat memunculkan risiko
ketenagakarejaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi
pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah
bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari
Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri
yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada
pada peringkat keempat di ASEAN (Republika Online,
2013).
Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki
peluang untuk memanfaatkan keunggulan skala
ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh
keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih memiliki
banyak tantangan dan risiko-risiko yang akan muncul
bila MEA telah diimplementasikan. Oleh karena itu,
para risk professional diharapkan dapat lebih peka
terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat

mengantisipasi risiko-risiko yang muncul dengan tepat.


Selain itu, kolaborasi yang apik antara otoritas negara
dan para pelaku usaha diperlukan, infrastrukur baik
secara fisik dan sosial(hukum dan kebijakan) perlu
dibenahi, serta perlu adanya peningkatan kemampuan
serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan di
Indonesia. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi
penonton di negara sendiri di tahun 2015 mendatang.

Referensi:

N.n. (2013). Indonesia Hanya Menduduki Peringkat


Empat di ASEAN.
Association of Southeast ASIAN Nations (2008). ASEAN
ECONOMIC COMMUNITY BLUEPRINT. Jakarta: Asean
Secretariat.
Fernandez, R. A. (2014, Januari). YEARENDER: Asean
Economic Community to play major role in SEA food
security.
Plummer, M, G., &Yue, C, S. (2009). Realizing the
ASEAN Economic Community: A Comprehensive
Assessment. Singapore: Institute of Southeast Asian
Studies.
Santoso, W. et.al (2008). Outlook Ekonomi Indonesia
2008-2012: Integrasi ekonomi ASEAN dan prospek
perekonomian nasional. Jakarta: Biro Riset Ekonomi
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter.

Kalimantan Tengah berada pada sekitar pertengahan Pulau Kalimantan.


Kunjungi : http://kalteng.go.id/ogi/

Klik website A. Teras Narang,


S.H
Email: gubernur@kalteng.go.id

Wakil Gubernur Kalimantan


Tengah
Ir. H. Achmad Diran

Bintang Mahaputera Utama


Kalimantan Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak 111 BT hingga 116 BT dan
0 45 LU serta 3 30 LS.

Kalimantan Tengah yang masih tertinggal pembangunan fisiknya dibandingkan berberapa daerah di
Indonesia, sejauh ini merupakan tempat yang cukup damai dan tentram. Secara geologis ancaman
bencana alam gempa bumi / tsunami tanah longsor atau banjir besar belum pernah terjadi di daerah
ini. Persoalan kabut asap yang terjadi pun hanya bersifat temporer dan dalam kemarau yang amat
ekstrim saja. Wilayah ini telah mampu memulihkan diri dari masalah internal etnisitas yang dahulu
pernah terjadi. Kalimantan Tengah sekarang masih merupakan Propinsi terluas nomor 3 (tiga) di
Indonesia setelah Papua dan Kaltim.

Nama Negara/
Wilayah
Indonesia

Luas Tahun 2007


(km)
1.904.556

Pulau Kalimantan

743.330

Kalimantan Indonesia

535.834

Kalimantan Tengah

153.564

Netherlands

41.532

Switzerland

41.290

Israel

22.451

Singapore

704

Daftar Luas Negara Dunia / List of Countries


Klik beberapa peta Provinsi Kalimantan Tengah.
Klik Data Administrasi Provinsi di Indonesia.
Klik Data Adminstrasi Provinsi, Kabupaten / Kota di Indonesia.
Download Peta Provinsi Kalimantan Tengah.
Peta pariwisata Kalimantan Tengah.
Propinsi ini lahir dari penataan kembali Propinsi di Kalimantan, di mana dahulunya propinsi ini
merupakan wilayah Kalimantan Selatan. Lahan Kalteng sebagian besar masih misterius, pada bagian
Selatan pada umumnya adalah rawa-rawa dan gambut dan makin ke utara menanjak menuju jajaran
pegunungan Muller Schwaner yang sampai sekarang juga masih misterius.
Ibu kota propinsi Palangka Raya terletak di tengah-tengah seluruh ibu kota Kabupaten atau berada di
titik sentral semua ibu kota Kabupten yang ada di Propinsi ini. Pembangunan daerah antara Propinsi
dan Kabupaten berlangsung dalam derajad yang hampir sama, bahkan beberapa Kabupaten telah
lebih cepat berkembang dibandingkan Propinsi sendiri, seperti Kotawaringin Timur, Barito Utara dan
Kotawaringin Barat. Hal ini dimungkinkan karena letak strategis kota Palangka Raya di tengah
Propinsi yang membuka peluang tumbuhnya wilayah-wilayah secara simultan. Propinsi ini di huni
oleh hampir seluruh anak suku bangsa yang ada di Indonesia sekitar 12 orang per kilometer persegi
dan mereka multi etnis dan multi budaya. Namun di sana masih hadir etnis awal yaitu suku Dayak.
Apabila anda melihat dari jendela pesawat ke permukaan daratan Kalteng, anda harus menyibak
awan keperakan yang selalu berarak di atas bumi "Isen Mulang". Dari atas sana dengan seksama
dan teliti, anda akan melihat garis pantai Propinsi Kalimantan Tengah di Laut Jawa sejauh 750 km
yang masih sunyi sepi dan muara sungai-sungai besar seolah kepala ular naga yang tanpa ujung.
Ada 11 sungai besar dan ribuan cabang dan anak sungai. Pada saatnya Anda akan menemukan
jantung Kalimantan Tengah ibu kota Propinsi Palangka Raya hampir berada di tengah-tengah Pulau
Kalimantan.
Kota Palangka Raya adalah kota yang lahir dari suatu grand desain asli Republik Indonesia, yaitu
kota ini di bangun oleh prakarsa Presiden RI pertama Bapak Soekarno bersama dengan tokoh-tokoh
putera daerah yang diwakili oleh Bapak Tjilik Riwut. Kota yang di bangun oleh beragam tangan
kebersamaan anak suku bangsa. Inilah satu-satunya kota pertama yang direncanakan dan di bangun
dari tiada. Kota yang dapat dikatakan lahir dari buah tangan di masa-masa awal kemerdekaan
Republik Indonesia Tahun 1957.

Kota Palangka Raya dapat dikatakan sebagai tonggak sejarah pembangunan kota bagi Indonesia,
karena kota ini dilahirkan melalui buah tangan kemerdekaan dari tiada menjadi nyata. Di kota inilah
secara teratur setiap tahunnya diadakan secara sederhana Festival Seni Budaya Dayak "Isen
Mulang". Agenda seni budaya yang merepresentasikan sebagian kecil khazasanah seni budaya
tradisional suku Dayak dan akulturasi budaya masyarakatnya dengan masyarakat pendatang yang
lainnya.
Bahwa Bung Karno pernah mencanangkan kota Palangka Raya - Kalimantan Tengah menjadi
kandidat ibu kota negara RI bukanlah sesuatu yang naif, melainkan lahir dari pandangan visioner
Bapak Bangsa kita ini.
Sebelum ahli geologi di dunia memberikan bukti / data bahwa Pulau Kalimantan relatif aman dari
bencana gempa bumi dibandingkan pulau-pulau lainnya di Indonesia, dari sejarah pulau Kalimantan,
memang secara eksplisit belum ada bukti yang menunjukkan pulau ini pernah mengalami bencana
gempa bumi direct / langsung di pulau ini. Bukti yang ada dari cerita leluhur, pengalaman gempa bumi
hanya terjadi sebagai imbas tidak langsung dari aktivitas vulkanik di wilayah luar Pulau Kalimantan.
Bila pada malam hari langit cerah dan kita duduk diberanda mengamati langit dari kota Palangka
Raya, kita dapat melihat banyak pesawat yang melintas udara kota Palangka Raya pada ketinggian
9.000 meter ke atas. Mengamati hal ini kita dapat melihat referensi jalur penerbangan pesawat
komersial dunia, ternyata memang benar banyak yang melewati udara Kalimantan / Kalimantan
Tengah. Hal ini juga konkuren dengan lokasi geografi Kalimantan tengah yang berada di tengahtengah Indonesia, dan di tengah peta dunia di antara benua-benua yang ada.
Provinsi Kalteng yang terletak di tengah-tengah diantara provinsi Indonesia di Kalimantan amat baik
posisinya menjadi integrator prasarana wilayah Kalimantan. Untuk membangun jalan raya Kalimantan,
Kerata api Kalimantan, Telekomunikasi Kalimantan dan lain-lain, tidak akan terpadu apabila tidak
melewati wilayah Kalteng ini.
Lahan Kalimantan Tengah hanya sedikit yang subur untuk tanaman pangan, lebih banyak sesuai
untuk tanaman keras. Seperti halnya kota Palangka Raya, sangat ideal untuk mendirikan bangunan
infrastruktur gedung dan prasarana lainnya. Tidak ada kekhawatiran akan menggunkan lahan
pertanian pangan seperti yang umumnya terjadi di pulau Jawa yang lahannya amat sesuai untuk
pertanian tanaman pangan. Lahan yang amat luas di provinsi Kalimantan Tengah sebagai lahan
provinsi terluas nomor tiga di Indonesia, dengan penduduk yang relatif sedikit sekitar 13 orang / km2.
Disamping itu sejak pendirian Provinsi Kalimantan Tengah yang dilakukan bersama-sama oleh
berbagai anak suku bangsa dengan suku Dayak tahun 1957, provinsi ini menjadi rumah besar /
betang dihuni oleh multi etnis, dari segala sisi kehidupan masyarakatnya telah menggambarkan
asimilasi dan akulturasi dari hampir semua anak suku yang ada di Indonesia. Kita dapat melihat
komposisi masyarakat Kalimantan Tengah saat ini yang lebih dari separoh dari sekitar 2 juta
penduduknya itu adalah dari berbagai anak suku bangsa yang ada di Indonesia.
Dalam lingkup pemerintahan daerah, peluang menduduki jabatan penting telah sejak lama tidak ada
perbedaan antara putera daerah asli dengan para penduduk pendatang. Dari Gubernur, walikota,
bupati sampai pegawai biasa, dari kota sampai pelosok, terdiri dari berbagai suku yang ada di
Indonesia. Kalau boleh dikatakan, Kalimantan Tengah menjadi tempat akulturasi nasional anak-anak
suku bangsa Nusantara.
Pantai Kalteng yang meliputi garis pantai di pesisir laut Jawa sepanjang 750 km tempat bermuara 11
sungai besar Kalteng, menjadi wilayah yang relatif aman bagi pembangunan pelabuhan laut dan
terlindung dari turbulensi samudera karena letaknya yang memberikan proteksi dari dampak cuaca /
iklim yang ekstrim.

Dari sisi sumberdaya energi, diketahui bahwa salah satu deposit batubara terbesar terdapat di
Kalteng, persoalan eksploitasinya adalah berdasarkan pengalaman pengusaha batubara yang aktif
saat ini misalnya di Kabupaten Murung Raya, adalah sulitnya infrastruktur pendukung yang amat
minim atau hampir nol, untuk membangun kegiatan industri. Jalan darat dengan tekanan gandar yang
rendah belum mampu mendukung industri berat. Potensi sumberdaya alam yang ada bila akan
diusahakan akan menyebabkan biaya tinggi bagi para investor. Hal ini amat nyata, karena untuk
melakukan investasi batubara misalnya, investor harus membangun semua sarana penunjangnya
yang masih nol, harus membangun jalan, permukiman, membangun pembangkit listrik sendiri,
mendidik / mendatangkan tenaga kerja dan lain-lain yang berakibat high cost dan tujuan investasi
melenceng dari subyeknya. Investor akhirnya harus melakukan pembangunan wilayah dalam
investasi obyek tertentu.
Dari publikasi Badan Tenaga Atom Nasional, jelas bahwa Kalteng memiliki deposit uranium yang
dapat digunakan untuk pembangkit energi / listrik. Di dukung kondisi alamnya yang relatif aman dari
gempa dan bencana lainnya, potensi energi listrik tenaga nuklir cukup rasional untuk dapat
dikembangkan di Kalteng menghadapi krisis minyak dunia yang terus berlangsung.
Bahwa satu-satunya pulau di Indonesia ini yang dihuni bersama oleh tiga negara, maka pulau
Kalimantan adalah eksistensi bagi tiga negara Malaysia, Brunei dan Indonesia. Dalam kawasan
Asean, wilayah ini sebenarnya layak menjadi kawasan pertumbuhan ekonomi yang cepat untuk
mendukung pembangunan Indonesia, mengingat sebagian besar areal pulau Kalimantan adalah
wilayah Indonesia. Kalimantan dapat menjadi arena interaksi seosial-ekonomi-budaya-politik dan lainlain yang langsung bersentuhan kepada kawasan regional Asean, cikal bakal pergaulan internasional
yang nyata dapat dimulai dan amat potensial bagi Indonesia di Kalimantan.
Dengan pembangunannya yang masih tertinggal dari daerah lain, Kalteng / Kalimantan sudah
menjadi kawasan tujuan para anak suku Indonesia untuk pengembangan ekonominya, terbukti dari
data statistik penduduknya yang menyatakan separoh atau bahkan lebih penduduknya saat ini adalah
para pendatang dari berbagai penjuru Indonesia. Yang masih kurang di tempat ini adalah pembukaan
lapangan usaha yang betul-betul menjadi GULA bagi Indonesia.
Pulau Kalimantan tidak perlu terlalu jauh menjadi lokasi ibu kota RI, cukup adanya kesepakatan yang
konsisten dari semua pihak untuk mempercepat membangun wilayah ini menjadi tempat yang setara
infrastrutkur dasarnya bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Potongan Film Dokumenter Kalteng Tahun 1957 di taruh di YouTube. Part of Central Kalimantan
documentary movie is to be placed in YouTube.

Central Kalimantan is about in the centre of Borneo Island.


Central Kalimantan is one of provinces in Indonesia that lies between 111 East to 116 East and 0
45 North, and 3 30 South.Kalimantan Tengah (Central Kalimantan) is about in the centre of Borneo
Island. It is the one of Indonesian provinces. In comparison to the other provinces of Indonesia, this
province is relatively in backward of the physical development stages. However, it has been a place of
peaceful and lovely place for living. Geologically its area is far away from many natural disaster effects
such as earthquakes / tsunami, land slides and others. The problem of smog during long summer
days is only a temporary of extreme cause to affect the small portion of the most of natural living style
of local community. This area has been able to be stable and recover from an internal ethnical riot in

year

2001.

Click for viewing maps of Central Kalimantan Province.


Click to link Administrative Data of Indonesia's provinces.
Click to link Administrative Data of Provinces, Districts / Regencies / Cities in Indonesia.
Tourism map
Central Kalimantan is still the one of largest area of Indonesian provinces. It has been number three
among
the
provinces
of
Papua
and
East
Kalimantan.
The province was borne as the result of reorganization of Indonesian provinces in Kalimantan. It used
to
be
a
part
of
South
Kalimantan
Province.
Most of the land of the province is still mysterious, Southern part in general is cover by peat land and
tidal areas. Across to the North, the landscapes come to the mountainous area of the Muller
Schwanner mountain belt. This also is still to be a mysterious place for people.
Capital of the province is Palangka Raya. This city is in the centre from the all districts in the province.
There is no so much different level of the development stages between the province and the districts;
instead many of districts have been able to achieve a relatively bigger progress of development than
the province, such as district of Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat and Barito Utara. This is
caused by the leading position of Palangka Raya in the centre of province to bring about better
simultaneous growing stages to the hinterland areas. Nowadays, inhabitants of this province are only
about 12 person per square kilometers and they are multi ethnic and multi cultural from all over
Indonesian.
However
the
first
native
inhabitant
is
the
Dayak
tribes.
Whenever you take a look from the window of a plane to the land surface of Central Kalimantan, you
have to find a way to disclose the almost forever silvery clouds in the blue sky that always cover sky of
the Isen Mulang (or no retreat land). If it is enable, with a curious and distinctive effort, at first, you
may be able to have a look to the almost virgin and silent shoreline of the province in the beach of
Java Sea along 750 kilometers, there the downstream of big rivers comes to the end as just look like
the head of big dragon in a never ending body. There are 11 big rivers and thousands of tributaries
and small rivers. By the time you will see the hearth of Central Kalimantan, the province's capital of
Palangka
Raya
that is
lied down
almost
in
the
centre
of
Borneo
Island.
Palangka Raya is a small city that has been created from nothing, as a result of grand design of
Republic of Indonesia in the earlier time of Indonesian independence. The city was erected by the first
President of Indonesia, Mr. Soekarno in togetherness with Mr. Tjilik Riwut and the local leaders of
native people of Dayak. However, the city has been built hand in hand by almost all of the peoples of
Indonesian. This is the only one of first city that has been planned and built from nothing in Indonesia.
The city can be said as a nice gift of the earlier time of Indonesian independence that is in 1957.
Palangka Raya city can bee seen as a corner stone of a city development in Indonesia, because it
was borne as the result of the fruit of Indonesian independence. It is from nothing to anything. This is

the one reason for annually event in the city has been arranged in an annual festival of Art and
Culture of Dayak that is so called Isen Mulang Festival. This is an agenda of art and culture of the
traditional Dayak tribes and their cultural blending to the outsides of their world. This event calendar
takes place at month of May in every year.
The present Governor (A. Teras Narang) of the province has conducted his vision and mission as in
the following:
Click here to open Vision and mission of Governor of Central Kalimantan Province -Indonesia (File
ms-words *.doc).
Click here to open Vision and mission of Governor of Central Kalimantan Province -Indonesia (File
*.pdf).
Klik di sini membuka Visi dan Misi Gubernur Kalteng (file ms-words *.doc).
Klik di sini membuka Visi dan Misi Gubernur Kalteng (file *.pdf).

-------------------

Klik di sini Arsip Info Kalimantan Tengah / Click here to view Central Kalimantan
Information's Archieve

More Sharing ServicesShare|Share on facebookShare on stumbleuponShare on twitterShare on


diggShare on deliciousShare on email

This post was written by: Yandi Novia. Mahasiswa S1 Ahwal AL-Syakhsyiyyah.
Saya hanya penulis jalanan yang penuh semangat untuk belajar menulis. Follow him on Facebook

0 Comments

0 Comments
Newer PostOlder Post

Sumber : http://yandisangdebu.blogspot.com/2014/11/kunjungi-situs-resmipemerintah.html#ixzz3u4dLaGuy

Industri Jamu Bersiap Diri untuk MEA

122 Views

SURABAYA Industri jamu Indonesia tidak gentar menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2015. Sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat beragam, Indonesia punya potensi
dalam industri minuman herbal.
MEA tidak masalah karena saat ini sudah banyak produk kita yang mampu bersaing dengan produk
dari luar negeri. Apalagi Indonesia adalah negara terbesar kedua penghasil tanaman obat. Jadi tidak
perlu ragu, kata Direktur PT Jamu Iboe Jaya Stephen Walla.
Sikap percaya diri ini didukung oleh program CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik)
dari pemerintah. Program yang mendukung standardisasi produk herbal ini akan meningkatkan daya
saing industri jamu dalam negeri dengan industri serupa dari luar negeri.
Justru dengan MEA ini akan lebih besar kesempatan untuk memperbesar pasar ekspor kita,
lanjutnya.
Namun, Stephen mengakui, tidak semua produsen jamu di Indonesia siap menghadapi pasar bebas
MEA. Masih ada sebagian produsen yang belum siap baik secara kualitas maupun kuantitas produk.
Selain itu juga terhambat faktor belum tersertifikasi CPOTB.
Soal tenaga kerja, Stephen mengatakan, ada kemungkinan industri jamu dalam negeri akan
mempekerjakan warga asing. Misalnya untuk pengolahan, serta penelitian dan pengembangan.
Contohnya mengombinasikan tanaman obat Indonesia dengan tanaman obat luar.
Selain itu tenaga kerja asing juga dibutuhkan untuk menangani pasar ekspor, karena warga asing
terkadang lebih tahu tentang pasar, kebiasaan dan budaya konsumen di luar negeri.
Beberapa strategi yang dilakukan untuk lebih memasarkan jamu misalnya dengan membidik generasi
muda untuk meminum jamu. Hal ini dilakukan misalnya dengan memproduksi jamu yang dekat
dengan gaya hidup anak muda, namun esensi herbal dari jamu itu sendiri tidak hilang.

Salah satu kendala yang dihadapi produsen saat ini yaitu produk ilegal dan MLM (multilevel
marketing) yang berfokus pada produk untuk kesehatan.
Jamu ilegal harus diatasi oleh pemerintah, harus sering-sering dirazia. Kalau produk MLM memang
menjadi competitor kita, tapi saya yakin mereka sudah punya pangsa pasar sendiri, ujarnya.
Terkait penerapan pasar bebas MEA, Jamu Iboe akan meningkatkan target omzet sekitar 20 persen
sampai 25 persen. Tahun depan Jamu Iboe ini juga akan menambah investasinya untuk
memperbanyak varian produk. (rin)

Workshop Herbal (A)


Posted on November 25, 2015 by phase

Indonesia termasuk salah satu negara dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN


(MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) yang akan bergulir mulai
akhir tahun 2015 ini. MEA merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara
yang sebelumnya telah disebut dalam Framework Agreement on Enhancing
ASEAN Economic Cooperation pada tahun 1992. Gambaran karakteristik
utama MEA adalah pasar tunggal dan basis produksi; kawasan ekonomi yang
berdaya saing tinggi; kawasan dengan pembangunan ekonomi yang adil; dan
kawasan yang terintegrasi ke dalam ekonomi global. Dampak terciptanya
MEA adalah terciptanya pasar bebas di bidang permodalan, barang dan jasa,
serta tenaga kerja.
Isu perekonomian yang sedang dibangun oleh adanya MEA salah satunya
adalah pengembangan usaha kecil dan menengah (Small and Medium-size
Enterprises SME) untuk mendukung pembangunan MEA. MEA akan dijadikan
sebagai kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang merata,
dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Kemampuan
daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi
akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan

sumber daya manusia dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta


teknologi. Namun, salah satu faktor hambatan utama bagi sektor Koperasi
dan UKM untuk bersaing dalam era pasar bebas adalah kualitas sumber daya
manusia (SDM) dan pelaku KUKM yang secara umum masih rendah.
Pangsa pasar yang ada di Indonesia adalah 250 juta orang. Pada MEA,
pangsa pasar ASEAN sejumlah 625 juta orang bisa secara langsung disasar
oleh Indonesia. Jadi, pelaku UMKM Indonesia memiliki kesempatan lebih luas
untuk memasuki pasar yang luas tersebut tanpa harus proses ekspor seperti
Negara lain yang ingin menjadikan Indonesia sebagai pasar produkproduknya.
Keunggulan UMKM dibandingkan usaha besar antara lain (Nagel 2012):
Inovasi teknologi mudah dilakukan dalam upaya pengembangan produk.
1.Hubungan
2.Kemampuan

kemanusiaan

yang

akrab

menciptakan

kesempatan

tenaga

kerja

penyerapan

terjalin
kerja

dalam
cukup

usaha

kecil

banyak

atau

cukup

tinggi

3.Memiliki fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi


pasar

yang

berubah

dengan

cepat

4.Terdapat manajerial yang dinamis dan peran kewirausahaan


Salah satu produk yang dapat diproduksi dan dipasarkan oleh UMKM yaitu
obat herbal tradisional. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki
areal pertanian dan perkebunan yang luas serta pekarangan yang dapat
ditanami tumbuhan obat. Hutan Indonesia yang begitu luas banyak
menyimpan kekayaan alam yang begitu besar, diantaranya berpeluang
sebagai sumber obat tradisional (Depkes, 2007).
Di hutan tropika Indonesia tumbuh sekitar 30.000 spesies tumbuhan
berbunga dan diperkirakan sekitar 3.689 spesies di antaranya merupakan
tumbuhan obat. Dari sejumlah tanaman menurut Ditjen POM, baru sebanyak
283 spesies tumbuhan obat yang sudah digunakan dalam industri obat
tradisional (Djauharia & Hernani, 2004).
Prospek

pengembangan

produksi

tanaman

obat

semakin

pesat

saja

mengingat perkembangan industri obat modern dan obat tradisional terus

meningkat. Kondisi ini turut dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang


semakin meningkat tentang manfaat tanaman sebagai obat. Masyarakat
semakin sadar akan pentingnya kembali ke alam (back to nature) dengan
memanfaatkan obat-obat alami. Banyak masyarakat yang meningkatkan
derajat kesehatannya dengan mengkonsumsi produk dari bahan alami
(Djauharia & Hernani, 2004). Saat ini sekitar 80 % penduduk dunia
tergantung pada obat-obatan alami. Dengan demikian kebutuhan penduduk
dunia terhadap obat-obatan alami sangat tinggi, sekaligus merupakan
peluang pasar yang baik bagi industri yang menggunakan tanaman obat
sebagai bahan bakunya (Harisudin, 2007).
Oleh karena itu kami dari program studi profesi apoteker Universitas
Indonesia angkatan 81 melaksanakan kegiatan workshop yang mengangkat
judul Strategi Farmasis Merintis Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT)
Teregistrasi di Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Kata Kunci : Obat Herbal Tradisional, SME, Regulasi.
Tujuan Umum
Melalui workshop ini diperoleh kiat-kiat beserta strategi memulai UKOT baik
dalam permodalan awal, administrasi maupun birokrasi (perizinan dan
registrasi) ketika memulai UKOT sampai cara marketing dan promosi produk
herbal. Selain itu peserta akan diarahkan untuk membuat sediaan obat
tradisional bentuk semisolid dan solid di laboratorium dengan arahan dari
pemateri dan

bantuan

laboran. Sehingga selain

memotivasi,

peserta

mendapat gambaran yang lebih dekat dan jelas ketika hendak membuat
UKOT serta skill dalam cara pembuatan sediaannya.
Rundown
Waktu

Acara

07.00 08.00

Registrasi Peserta

08.00 08.15

Pembukaan, Sambutan MC/ Moderator, sambutan PJ

Peluang pengembangan UMKM di era MEA


Peluang pengembangan UMKM Obat Tradisional di era MEA
Peluang dan tantangan farmasis dalam mengembangkan UKOT
Registrasi UKOT
Cara memperoleh izin edar produk obat herbal
08.15-09.15

09.15 10.00
10.00 10.30

Pemateri : Drs. T. Bahdar Johan H., Apt., M. Pharm

Potensi kekayaan alam Indonesia khususnya tanaman herbal

Tanaman herbal yang memiliki potensi bisnis

Pemateri: Dr. Abdul Munim, M.Si, Apt


Coffe Break

Deskripsi tanaman (botani, farmakognosi, fitokimia dan fitoterapi)


tanaman herbal yang berpeluang bisnis (profit-making)

10.30-12.00
12.00-13.00

Pemateri: Dr. Abdul Munim, M.Si,Apt


Istirahat, Sholat, Makan Siang (ISHOMA)

Marketing dan distribusi produk obat herbal

Sharing pengalaman dalam memulai UKOT

Sharing pengalaman memperoleh izin pendirian UKOT dan izin


edar produk produksi obat herbal
13.00-14.00

Pemateri :Edi Junaedi, M.Farm, Apt


Simulasi pembuatan sediaan obat tradisional
(kelas dibagi 2 kelompok yaitu solid dan semisolid dan bergantian)

14.00-15.30

Pemateri : Dr. Abdul Munim, M.Si, Apt

15.30-16.00

Istirahat, sholat

16.00-17.00

Lanjutan : Simulasi pembuatan sediaan obat tradisional

17.00-17.10

[Menerjemahkan]

Penutupan

SEMINAR NASIONAL & PAMERAN INDUSTRI JAMU

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis dengan potensi tanaman yang secara turun
temurun digunakan sebagai obat tradisional. Jamu yang merupakan obat tradisional
Indonesia, telah menjadi budaya masyarakat Indonesia sejak berabad silam sebagai
bagian dari upaya menjaga kesehatan, menambah kebugaran, dan merawat
kecantikan. Industri, usaha dan sub sektor jamu dan obat tradisional serta kosmetik
di Indonesia semakin berkembang sejak tahun 2008 melalui kegiatan Jamu Brand
Indonesia yang dicanangkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono pada
Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia.
Industri jamu mempunyai prospek yang menjanjikan dengan adanya kekayaan
keanekaragaman hayati lebih kurang 30.000 jenis tanaman. Sebanyak 2500 jenis di
antaranya merupakan tanaman obat. Dengan demikian, Indonesia mempunyai
potensi pasar yang menjanjikan untuk pengembangan jamu bagi kepentingan
kesehatan, produk industri, maupun pariwisata, dengan sasaran pasar dalam negeri
maupun internasional. Industri jamu telah masuk ke dalam 10 produk potensial yang
perlu dikembangkan karena memiliki potensi pasar menjanjikan di pasar lokal
maupun global. Data ekspor produk jamu Indonesia menunjukkan kenaikan dari
periode sebelumnya yaitu meningkat dari US $ 8,3 juta menjadi US $ 9,7 juta.
Industri jamu merupakan industri yang memiliki aspek ekonomi, sosial, dan budaya
mengingat 98% bahan baku berasal dari dalam negeri dan sisanya dari luar negeri
yang saat ini sudah berhasil dibudidayakan.
Industri jamu telah banyak memberi manfaat karena terlibatnya ratusan ribu petani,
peneliti dari bidang teknologi pangan, bioteknologi, biofarmaka, dll. Industri jamu
memberikan lapangan pekerjaan kepada sekitar 5 juta tenaga kerja, kemitraan
kepada para penjual jamu, serta merangsang tumbuhnya industri bahan baku
seperti mesin ekstraktor, pengeringan, dan pengemasan. Saat ini, di Indonesia
terdapat 1247 industri obat tradisional yang antara lain terdiri dari 129 industri kecil
obat tradisional, sedangkan untuk perusahaannya telah tergabung dalam Gabungan
Pengusaha (GP) Jamu dengan anggota aktif sekitar 800 perusahaan.
Beberapa tahun terakhir, permintaan jamu mengalami peningkatan dengan
pertumbuhan pangsa pasar yang lebih baik daripada tingkat pertumbuhan industri
farmasi. Terdapatnya tren back to nature mengakibatkan masyarakat semakin
menyadari pentingnya penggunaan bahan alami bagi kesehatan. Masyarakat
semakin memahami keunggulan penggunaan obat tradisional, antara lain: harga
yang lebih murah, kemudahan dalam memperoleh produk, dan mempunyai efek
samping yang minimal terhadap kesehatan. Hal tersebut memberikan peluang pasar
yang perlu direspon dengan baik oleh segenap pelaku yang bergerak dalam industri
jamu. Kendala-kendala yang dihadapi oleh industri jamu antara lain pengembangan
dan pemasaran produk.

Pelaku usaha industri jamu masih menemui kendala dalam menciptakan produk
yang berkualitas, berdaya saing tinggi dan berorientasi pasar. Kendala yang kedua
adalah permasalahan akses permodalan pada usaha jamu terutama usaha jamu
tradisional. Kendala lain yang dihadapi industri jamu adalah pengembangan
tanaman obat bahan baku jamu dan proses pengolahan yang efisien. Terakhir,
industri jamu menghadapi kendala terkait peraturan serta prosedur pengujian
laboratorium. Peraturan dan prosedur pengujian yang terkait dengan ijin edar
tersebut diharapkan tidak memberatkan industri jamu baik dari segi proses maupun
biaya sehingga dapat memperlancar proses kelangsungan produksi jamu.
Berdasarkan pada analisis potensi dan kendala yang ditemukan dalam upaya
mengembangkan industri jamu di Indonesia maka perlu dilakukan upaya antara lain
dengan melakukan kerjasama antara perusahaan/ industri jamu dengan pemerintah
dan institusi pendidikan dalam bidang penelitian untuk mengembangkan teknologi,
inovasi proses, pembuatan regulasi dan kebijakan industri jamu, dan saintifikasi
jamu untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat. Ditetapkannya program
saintifikasi jamu oleh Kementrian Kesehatan yang ditujukan untuk memberikan
landasan ilmiah (evidence based) penggunaan jamu secara empiris melalui
penelitian mendorong perlunya keterlibatan perguruan tinggi dengan industri jamu.
Diharapkan peran perguruan tinggi dalam melakukan penelitian terkait industri jamu
dan herbal dapat mendukung program saintifikasi jamu ini. Dengan terdapatnya
bukti ilmiah mengenai manfaat jamu maka diharapkan kepercayaan masyarakat
terhadap produk jamu semakin meningkat. Di masa yang akan datang, tidak
menutup kemungkinan obat herbal dapat dimasukkan ke dalam sistem kesehatan
nasional (pemberian resep oleh dokter dan asuransi kesehatan).
Dalam rangka menyukseskan program ini, Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro bekerjasama dengan Gabungan Pengusaha Jamu
Indonesia menyelenggarakan seminar nasional dengan tema KEDAULATAN
EKONOMI DALAM PENGUATAN INDUSTRI JAMU MENUJU JAWA TENGAH
SEJAHTERA DAN BERDIKARI. Kegiatan seminar akan dimeriahkan dengan
kegiatan PAMERAN INDUSTRI JAMU.
Maksud dan Tujuan Kegiatan

Meningkatkan kepercayaan masyarakat akan bukti ilmiah jamu sehingga dapat


mengembangkan industri jamu.
Memberikan informasi mengenai perkembangan industri jamu di Jawa Tengah pada
khususnya kepada mahasiswa dan lingkungan perguruan tinggi.
Menarik minat masyarakat untuk mengembangkan industri jamu.

Inilah Sebab Obat Herbal Sulit Masuk Layanan Kesehatan


Formal
Dokter selama ini tidak pernah menolak obat herbal. Meski demikian
pemakaian obat herbal diharapkan patuh kaidah "empat tepat satu waspada".

Ilustrasi obat herbal (Thinkstockphotos)

Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan bahan alam sebagai upaya
dalam menanggulangi masalah kesehatan. Berdasarkan Riskesdas 2010, sebanyak
59,12 persen penduduk Indonesia pernah mengonsumsi jamu untuk menjaga
kesehatan.
Selama ini, masyarakat sudah mengonsumsi obat herbal dalam bentuk jamu, jamu
godokan atau kapsul racikan untuk mengobati berbagai penyakit.
Namun pemakaian obat herbal diharapkan memenuhi kaidah empat tepat dan satu
waspadayaitu tepat penggunaan, tepat pemakai, tepat obat herbal, tepat dosis
dan cara pemberian, serta waspada efek samping.

Hal ini dipaparkan oleh Kepala Poliklinik Komplementer Alternatif RSU Dr Soetomo
Surabaya, dr. Arijanto Jonosewojo, pada konferensi pers SOHO Global Health
Natural Wellness Symposium bertema "Keamanan, Khasiat dan Kualitas Obat
Herbal", di Jakarta (5/4).
Lebih lanjut, Arijanto menjelaskan penggunaan obat herbal secara umum dinilai lebih
aman daripada penggunaan obat kimia. Hal ini disebabkan karena obat herbal
memiliki relatif lebih sedikit efek samping.
"Tapi kaidah 4T dan 1W harus dipatuhi agar kualitas, keamanan, khasiat obat herbal
tetap terjaga," Arijanto menjelaskan, "Tanaman obat, seperti halnya obat buatan
pabrik lainnya, memang tak bisa dikonsumsi sembarangan dan harus mematuhi
dosis yang diberikan."
Selain kaidah itu, obat herbal yang digunakan secara medis seyogyanya melalui uji
klinis untuk membuktikan khasiatnya. Di masyarakat, sekarang banyak beredar
pengobatan herbal yang diklaim mampu mengobati suatu penyakit, hanya
berdasarkan pengalaman empiris atau uji praklinis pada hewan. Hal ini
yang menyebabkan obat herbal sulit untuk masuk ke dalam layanan kesehatan
formal.
Berdasarkan fakta tersebut, perusahaan farmasi SOHO Global Health
menyelenggarakan seminar ilmiah yang bertujuan untuk menginformasikan
keamanan, khasiat dan kualitas obat herbal.
Seminar ini merupakan seminar ilmiah pertama di Indonesia yang memberikan
pemaparan manfaat obat herbal dengan total peserta mencapai 1000 dokter.
"Natural Wellness Symposium ini akan diadakan di tujuh kota: Semarang, Jakarta,
Medan, Bali, Bandung, dan Makassar dengan total 1000 peserta di masing-masing
kota," ungkap Vice President Sales & Marketing for Professional Products SOHO
Global Health, Sugiharjo.
Ia mengatakan pula, produk herbal dari SOHO Global Health yang saat ini
dipasarkan dan dipergunakan secara medis dibuat dengan bahan utama alami yang
telah menjalani berbagai pengujian, didukung oleh berbagai macam penelitian
maupun jurnal ilmiah dan mempunyai sertifikasi sebagai jaminan pembuatannya
mengikuti ketentuan yang berlaku.

Arijanto menambahkan, dokter selama ini tidak pernah menolak pemakaian obat
herbal. Namun dokter terikat dengan undang-undang kedokteran bahwa dokter
harus memakai obat yang memiliki uji klinis.
(Gloria Samantha)

Seminar Penggunaan Herbal dalam Pengobatan


Penyakit Degeneratif

Obat herbal telah digunakan secara empirik oleh masyarakat luas dan dikenal
dengan sebutan Jamu. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
jamu perlu terus dilakukan oleh pemerintah, akademisi, dunia usaha dan masyarakat
yaitu dengan saintifikasi jamu dalam hal ini penelitian berbasis pelayanan
kesehatan.
Guna terus mensosialisasikan penggunaan obat herbal dan pengembangannya
serta pemanfaatannya di bidang kesehatan, Sabtu, (30/5), bertempat di Pabrik Sido
Muncul Semarang, Sido Muncul dan Berlico Farma, bekerjasama dengan IDI
cabang Jawa Tengah dan PDHMI cabang Jawa Tengah mengadakan seminar
Penggunaan Herbal/Jamu dalam Pengobatan Penyakit Degeneratif.
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit ini
terjadi seiring bertambahnya usia. Ada sekitar 50 penyakit degeneratif, diantaranya
penyakit jantung, diabetes, stroke, osteoporosis, hipertensi, reumatik, paru obstruktif,
penyakit ginjal menahun, dan masih banyak lainnya.
Seminar ini diikuti oleh 300 peserta dari kalangan kedokteran umum dan spesialis di
wilayah Semarang dan sekitarnya. Seminar diawali dengan pelantikan pengurus IDI
cabang Kab. Semarang oleh ketua wilayah IDI Jawa Tengah Dr. Joko Widyarto JS,
DHM, MHKes. Setelah itu dilanjukan dengan seminar dengan menghadirkan para
pembicara Dr. Ir. Roy Sparringa, M.App.SC (Kepala Badan POM RI), Dr. Rinni Yudhi
Pratiwi, MPET (Kemenkes RI), Wahyu Widayani (Sido Muncul), dr. Sutedjo, Sp S
(MKEK IDI Wilayah Jateng), Prof. dr. Edi Dharmana, MSc, PhD, Sp.Park, (Peneliti
Herbal, Guru Besar UNDIP), dr. Aldrin Neilwan Sp. Ak. MARS, M. Biomed. (onk)
M.Kes (Pakar Herbal), dr. Noor Wijayahadi, MKes. PhD (SP3T / Farmakologi FK

UNDIP, Ketua PDHMI Jateng, Peneliti Herbal), dan dr. Danang Ardiyanto
(B2P2TO2T Balitbang Kemenkes RI).
Materi yang disampaikan dari masing-masing pembicara adalah Regulasi Obat
Herbal di Indonesia, Kebijakan Pemerintah Tentang Penggunaan Obat Herbal,
Industri Herbal berbasis GMP, Tinjauan Etik Pemanfaatan Obat Herbal Dalam
Praktek, Uji Materi Simunox Sebagai Immune Supportif, Pemanfaatan Herbal Dalam
Praktek Kedokteran, Rasionalitas Penggunaan Herbal/Jamu Dalam Yankes, dan
Penggunaan Sediaan Jamu Sebagai Obat Penyakit Degeneratif di Klinik Saintifikasi
Jamu BPTOT.
Seminar herbal yang dilakukan Sido Muncul ini merupakan seminar ke-32 kali dalam
mensosialisasikan penggunaan obat herbal. Seminar telah diadakan di kota-kota
besar di Indonesia seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Ungaran,
Banjarmasin, Yogyakarta, Medan, Lampung, Pekanbaru, Padang, Palembang, Solo,
Bali, Makassar, Surabaya, Jombang, Batam, dan Magelang. Dibeberapa kota,
seminar dilakukan lebih dari satu kali.
Pada seminar kali in,i patisipasi dari Berlico Farma merupakan yang ketiga kalinya
sejak diakuisisi oleh Sido Muncul pada 1 September 2014. Berlico Farma adalah
industri farmasi yang didirikan oleh Budhi Santoso pada tahun 1976 dengan nama
PT Ita Farma menjual jenis produk/ obat-obatan. Dengan dukungan Oerip Soegiarto,
Bobby Wijaya dan Ronnie Iskandar selaku pemegang saham, PT Ita Farma berubah
nama menjadi PT Berlico Mulia Farma pada 10 November 1993. Berlico artinya
berlima kongsi karena pendirinya lima orang, sama seperti kepemilikan Sido
Muncul Tbk.
Tujuan Sido Muncul mengakuisisi Berlico Farma adalah untuk memberikan
pelayanan kesehatan secara lengkap karena pada akhirnya di masa depan yang
dibutuhkan masyarakat adalah obat herbal dan farmasi.
Secara terpisah CEO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat
mengatakan, dengan seminar herbal seperti ini diharapkan dunia kedokteran
memiliki wawasan yang luas mengenai perkembangan industri jamu, penelitianpenelitian yang dilakukan, juga penggunaan jamu untuk pelayanan kesehatan.

Jamu Harus Offensif Hadapi MEA 2015


Sel, 06/05/2014 - 15:14 -- humasjtg1

Foto : Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH saat membuka Seminar


Nasional Kedaulatan Ekonomi dalam Penguatan Industri Jamu Menuju Jawa
Tengah Sejahtera dan Berdikari, di Kampus Fakultas Peternakan dan Pertanian
Undip, Selasa (6/5).
SEMARANG Industri jamu di Jawa Tengah harus offensif menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asean 2015. Sebab, Jawa Tengah merupakan gudangnya produk jamu dengan
kualitas bahan baku terbaik dibanding negara lain.
Jawa Tengah itu tempatnya jamu. Sekarang, tinggal harus inovatif. Misalnya, melalui
packagingnya, kata Gubernur saat memberi sambutan dalam acara Seminar Nasional
Kedaulatan Ekonomi Dalam Penguatan Industri Jamu menuju Jawa Tengah Sejahtera dan
Berdikari di Aula Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP (6/5).
Ganjar menambahkan, Jawa Tengah juga memiliki fasilitas untuk mengembangkan
industri jamu. Diantaranya, Rumah Riset Jamu yang didirikan pada tahun 2013 di
Kabupaten Karanganyar, Pasar Jamu Nguter di Kabupaten Sukoharjo dan Pusat
Laboratorium Obat Alam Indonesia di UNDIP Semarang. Bahkan, beberapa rumah sakit di
Jawa Tengah pun mulai membuka poliklinik obat tradisional. Seperti di RS Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto dan RS Kelet Jepara.

Poliklinik obat tradisional dibuka di rumah sakit karena dirasa dapat menjadi partner
dalam dunia kesehatan, mengingat obat herbal telah memasyarakat. Terlebih, WHO
melalui World Health Assembly juga telah merekomendasikan penggunaan obat herbal
untuk memelihara kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit. Hal ini menjadi
peluang besar bagi pelaku usaha industri jamu di Jawa Tengah untuk go internatinal.
Hari ini politiknya kita tinggal berbicara dengan pihak asing untuk menegosiasikan
dalam organisasi internasionalnya, termasuk soal daya tawar, beber Ganjar
Mengenai bahan baku, Gubernur Ganjar Pranowo ingin mendorong pengadaannya hingga
level desa, dengan melibatkan perguruan tinggi dan PKK. Apalagi, 30 ribu komoditas
tanaman obat belum ada yang memberi perhatian serius. Padahal, industri jamu terus
berkembang dan tidak terpengaruh dengan kondisi ekonomi global. Apabila terus
didorong, harapannya akan menjadi penyumbang bagi tumbuhnya ekonomi kerakyatan.
Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Jawa Tengah, Drs H Nyoto Wardoyo Apt,
tersedianya bahan baku merupakan salah satu tantangan yang dihadapi para pengusaha
jamu.
Sangat menyedihkan jika harus mengimpor tanaman obat sebagai bahan baku jamu.
Pasalnya, Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan tanaman obat,
ungkapnya.
Nyoto yang juga merupakan Presiden Direktur PT Deltomed membeberkan, beberapa
tahun silam pengusaha jamu sempat mengimpor tanaman jahe dari Vietnam, Cina dan
Thailand karena kurang pasokan. Penyebabnya, curah hujan yang sangat tinggi sehingga
terserang jamur dan tidak berkembang. Tanaman obat impor, menurut Nyoto,
kualitasnya tidak sebaik di Indonesia karena lebih banyak mengandung residu logam
berat.
Tantangan lain pengusaha jamu adalah penerapan kualitas. Untuk menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean 2015, pengusaha jamu harus menerapkan standar kualitas.
Dari pihak Gabungan Pengusaha Jamu Jawa Tengah mengusulkan 3 standar kualitas
jamu, yakni jamu, jamu herbal standar dan jamu fitofarmaka (obat dari bahan alam yang
dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah terstandar
serta ditunjang oleh bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia)
(humas jateng)

Share on email

Pengembangan Herbal Jawab Kebutuhan


Farmasi Pada MEA 2015
SHARE THIS

TAGS

Parlindungan Purba blusukan ke pasar tradisional (Foto: Istimewa / beritasore.com)

MedanBisnis Medan. Anggota DPD asal Sumatera Utara (Sumut) Parlindungan Purba
mengatakan, pengembangan produk herbal merupakan langkah untuk menjawab kebutuhan
industri farmasi dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015.
Hal itu dikatakan Parlindungan saat mendampingi Kepala Badan POM RI Roy Sparingga pada
diskusi dengan civitas akademik Fakultas Farmasi Universitas Sari Mutiara Indonesia, pekan
lalu.
Diskusi ini berlangsung di sela-sela kunjungan Kepala Badan POM RI pada acara pemusnahan
barang sitaan berupa obat dan kosmetik illegal pada hari yang sama di Medan.
Dalam diskusi itu, Roy mengatakan, isu sentral pengawasan obat dan makanan dunia saat ini
adalah biosimilar. Dewasa ini masa paten dari beberapa produk biofarmasetikal ini telah atau
akan habis masa berlakunya. Dengan demikian telah atau akan dipasarkan berbagai produk
identik yang disebut biosimilar, generik atau terkadang juga disebut follow on biologics.
Negara-negara berkembang harus mengambil kesempatan ini, jelasnya.
Dikatakan, pengembangan produk herbal dan biosimilar ini sejalan dengan berlakunya Jaringan
Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia. Pengembangan fitofarmaka sangat sejalan dengan
prinsip promotif dan preventif dari JKN.
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari

bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah
terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan
kriteria memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten,
memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat.
Khusus kepada dosen dan mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sari Mutiara, Roy berpesan
agar modul dan kurikulum Farmasi direvisi guna memberi perhatian lebih pada molekuler
biologi.

Menanggapi usulan ini, Rektor Universitas Sari Mutiara (USM) Indonesia Dr Ivan Elisabeth
Purba mengucapkan terima kasih atas kunjungan Kepala Badan POM RI.
USM Indonesia terus berbenah untuk menyongsong berlakunya MEA 2015, jelas Ivan
didampingi Dekan Fakultas Farmasi USM Indonesia Siti Nurbaya, para wakil rektor dan dosen
Fakultas Farmasi USM Indonesia.
Pada kunjungan itu Kepala Badan POM juga didampingi Anny Sulistiowaty selaku Kepala Pusat
Penelitian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) beserta rombongan Balai Besar POM Medan.
(hisar hasibuan/ril)

SURABAYA (BM) - Peran tanaman herbal sebagai obat tradisional menjadi tujuan
dari digelarnya konferensi ISTAM (International Symposium on Traditional and
Alternative Medicine) ke-2 tahun ini, Indonesia sebagai tuan rumah dengan bahasan
meningkatkan kerjasama penelitian dan berbagi topik tren pada pengobatan
tradisional dan alternatif , terutama di negara-negara Asia Tenggara yang diikuti 6
negara yakni Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand dan Filipina dari 10 undangan
negara.

Ketua Himpunan Seminat Farmasi Masyarakat (HISFARMA) Jatim, Prof. Dr. Bambang
Prayogo menjelaskan serangkaian uji klinis gagasan obat tradisional mendampingi
pelayanan kesehatan yang sejajar dengan obat modern yang sudah ada jadi
kesetaraan meningkatkan kepedulian dan langkah nyata dalam melakukan praktek
kefarmasian dari persaingan global.

"Adanya arus MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) mendorong terciptanya


kesepakatan regulasi keberadaan obat tradisional sebagai ikon jamu di negeri sendiri
jadi alasan utama melanjutkan forum kedua dari tahun sebelumnya. Yakni membina
hilirisasi kemitraan peran home industry dengan produktivitas industri obat skala
besar," jelasnya yang juga ketua Perhipba (Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami)
nasional, Selasa (24/11).

Sebagai upaya nyata mempersiapkan dan mensosialisasikan kemudahan pertukaran


informasi antar warga dunia dalam hal kesetaraan obat tradisional sebagai jamu,
sebutnya forum ISTAM lebih fokus mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dalam
pelayanan kesehatan melalui praktek layanan kesehatan mutu dan kualitas
menggunakan ramuan tanaman herbal asli Indonesia.

Menurutnya, disiplin ilmu adalah penting dimiliki pelaku pengobat menciptakan


produk manfaat dan kegunaan pertumbuhan tanaman asli Indonesia bisa
dikonservasi mulai dari cara pengenalan jamu, permodalan, jaringan, produktivitas,
sertifikasi dan distribusi yang terangkum dalam satu kesatuan dewan riset
menentukan arah kemajuan obat tradisional sebagai ikon jamu yang diberdayakan.
(jey/dra)

OTHER NEWS

Meningkatkan Kualitas Produk Jamu


Hadapi MEA
POSTED BY SITI PATAYATUN POSTED ON 7:41 PM WITH NO COMMENTS

Siti Patayat, Menggapai Bulan,

Meningkatkan Kualitas Produk Jamu Hadapi MEA


Indonesia dikarunai kekayaan alam yang melimpah, termasuk tanaman
obat sebagai bahan industri jamu. Agar industri jamu dapat bersaing di pasaran,
maka perlu adanya peningkatan kualitas produk jamu.
Industri jamu Indonesia tidak gentar menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) 2015. Sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat
beragam, Indonesia punya potensi dalam industri minuman herbal.

Jpnn.com - "MEA tidak masalah karena saat ini sudah banyak produk kita
yang mampu bersaing dengan produk dari luar negeri. Apalagi Indonesia adalah
negara terbesar kedua penghasil tanaman obat. Jadi tidak perlu ragu," kata
Direktur PT Jamu Iboe Jaya Stephen Walla.

Sikap percaya diri ini didukung oleh program CPOTB (Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik) dari pemerintah. Program yang mendukung standardisasi
produk herbal ini akan meningkatkan daya saing industri jamu dalam negeri
dengan industri serupa dari luar negeri.
"Justru dengan MEA ini akan lebih besar kesempatan untuk memperbesar
pasar ekspor kita," lanjutnya.

Namun, Stephen mengakui, tidak semua produsen jamu di Indonesia siap


menghadapi pasar bebas MEA. Masih ada sebagian produsen yang belum siap
baik secara kualitas maupun kuantitas produk. Selain itu juga terhambat faktor
belum tersertifikasi CPOTB.
Soal tenaga kerja, Stephen mengatakan, ada kemungkinan industri jamu
dalam negeri akan mempekerjakan warga asing. Misalnya untuk pengolahan,
serta penelitian dan pengembangan. Contohnya mengombinasikan tanaman
obat Indonesia dengan tanaman obat luar.
Selain itu tenaga kerja asing juga dibutuhkan untuk menangani pasar
ekspor, karena warga asing terkadang lebih tahu tentang pasar, kebiasaan dan
budaya konsumen di luar negeri.
Beberapa strategi yang dilakukan untuk lebih memasarkan jamu misalnya
dengan membidik generasi muda untuk meminum jamu. Hal ini dilakukan
misalnya dengan memproduksi jamu yang dekat dengan gaya hidup anak muda,
namun esensi herbal dari jamu itu sendiri tidak hilang.
Salah satu kendala yang dihadapi produsen saat ini yaitu produk ilegal dan
MLM (multilevel marketing) yang berfokus pada produk untuk kesehatan.
"Jamu ilegal harus diatasi oleh pemerintah, harus sering-sering dirazia.
Kalau produk MLM memang menjadi competitor kita, tapi saya yakin mereka
sudah punya pangsa pasar sendiri," ujarnya.
Terkait penerapan pasar bebas MEA, Jamu Iboe akan meningkatkan target
omzet sekitar 20 persen sampai 25 persen. Tahun depan Jamu Iboe ini juga akan
menambah investasinya untuk memperbanyak varian produk. (rin/dio)

Anda mungkin juga menyukai