besaing.
"Banyak juga yang hanya berpikir bisnisnya saja tetapi melupakan persayaratan dan
prosedur pendirian industri jamu dan obat tradisonal yang diminta negara," jelasnya.
Balai Besar POM sendiri terus melakukan pengawasan terhadap peredaran obat dan
makanan, untuk mencegah beredarnya obat berbahaya bagi masyarakat.
cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB), dengan dukungan data
keamanan serta kemanfaatan produk secara praklinis dan klinis.
Cuma, Industri herbal terutama skala usaha kecil terkendala dalam memenuhi
regulasi penerapan CPOTB, ujar Toeti Rahajoe, Direktur Industri Kimia Hilir
Kemperin. Penyebabnya, pertama, minimnya sosialisasi dan sumberdaya manusia
(SDM) berkualitas. Kedua, belum ada alat pemroses bahan baku seperti pengering
sehingga kualitas tidak konsisten. Ketiga, beredarnya produk herbal dan jamu ilegal
yang mengandung bahan kimia obat.
Dampaknya, bukan hanya susah menciptakan produk jamu yang berkualitas,
namun juga sulit dalam pengembangan dan pemasaran produk. Kalau begitu,
industri jamu nasional belum siap, dong, menyongsong MEA 2015?
Masalahnya bukan siap atau tidak, tapi mau tidak mau kita masuk pasar bebas
ASEAN, kata Toeti.
Namun, dengan keterbatasan anggaran, pemerintah semaksimal mungkin
memberikan fasilitasi dan pendampingan kepada usaha mikro dan kecil agar lolos
ketentuan CPOTB. Memang, investasi yang harus pengusaha jamu keluarkan untuk
lolos standardisasi ini sangat mahal. Cuma, ini akan memberi nilai lebih terhadap
produk dan daya saing.
Upaya lainnya, Toeti menambahkan, pemerintah menggiatkan gerakan minum
jamu dan menanam tanaman obat. Langkah ini untuk menggugah masyarakat
agar kembali ke tradisi leluhur dan lebih mengenal kekayaan hayati nusantara.
Irwan dan Bambang pun mengamini, apresiasi terhadap obat tradisional Indonesia
menjadi sangat penting. Tanpa itu, eksistensi jamu nusantara akan terancam.
Pangsa pasar negara kita yang sangat besar bisa direbut obat-obatan herbal
dari negara lain, ujar Irwan.
Menurutnya, dua produk herbal yang berkontribusi dalam penjualan Phapros yaitu
Tensigard dan X-gra. Produk tersebut mengandung tanaman herbal kumis kucing dan seledri
untuk Tensigard, sedangkan tanaman pasak bumi dipakai untuk X-gra.
Untuk meningkatkan penjualan, kami berencana memasarkan produk tersebut ke luar
negeri karena ternyata produk herbal banyak diminati oleh pasar asing, jelasnya.
Dalam waktu dekat ini Phapros akan melakukan ekspor dua produk tersebut ke
Afganistan dan Nigeria, menurutnya dua negara tersebut sebelumnya sudah menjadi negara
tujuan ekspor PT Phapros salah satunya untuk produk Antimo.
Untuk bahan baku dapat diperoleh dengan mudah di Indonesia, selain itu dari segi jenis
tanaman sudah mulai banyak yang mengembangkannya.
Untuk pengembangan ke depan memang butuh standarisasi dari produk herbal itu
sendiri karena kami harus menyesuaikan dengan standar negara tujuan, jelasnya.
Menurutnya, ekspor dilakukan bukan hanya untuk mendongkrak pertumbuhan industri
farmasi dalam negeri tetapi juga sebagai momentum untuk mengenalkan potensi alam
Indonesia salah satunya tanaman tradisional.
Sementara itu Pakar Bidang Farmasi UGM Yogkakarta Prof Edi Meiyanto mengatakan
untuk memasarkan obat herbal secara luas perlu didukung oleh sejumlah pihak terutama yang
terkait dengan regulasi.
Dikatakan, penggunaan produk herbal untuk pengobatan secara universal
membutuhkan komitmen bagi berbagai pihak karena produk tersebut berpotensi untuk
meningkatkan persaingan global apalagi akan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) 2015.
Beberapa pihak yang harus berkomitmen terkait produksi dan pemasaran obat herbal
ini di antaranya Pemerintah, perguruan tinggi, industri, dan lembaga riset, jelasnya.
nyata serta tantangan yang mereka hadapi," kata Maria di Hotel Mulia, Jakarta,
Kamis 26 Maret 2015.
Sementara itu, Ketua Umum Pharma Materials Management Club (PMMC),
Kendrariadi Suhanda mengatakan, industri farmasi dituntut untuk meningkatkan
kemampuannya dalam memenuhi standar ASEAN tersebut guna menghadapi
kompetisi produk luar negeri.
"MEA menciptakan tantangan sekaligus peluang bagi industri farmasi," tuturnya.
Menurut Kendrariadi, dalam menghadapi MEA, diperlukan adanya kerja sama dari
segala sektor untuk mendukung industri farmasi dengan meningkatkan segala
kualitasnya.
"Baik itu dalam pelayanan maupun ketersediaan bahan baku farmasi agar kompetitif
dengan negara ASEAN lainnya," ujarnya.
Dia pun mengingatkan bahwa pentingnya peran pemerintah dalam mendorong
masuknya investasi industri bahan baku farmasi. "Para pelaku industri farmasi juga
perlu memelihara networking dengan industri pembuat bahan baku obat di luar
negeri," katanya. (art)
Masuk
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/nisasan/manajemen-strategis-industri-herbal-diindonesia-menghadapi-aec-2015_54f49abf7455137c2b6c8b72
Manajemen Strategis Industri Herbal di Indonesia Menghadapi AEC 2015 26 September 2014
22:28:27 Diperbarui: 17 Juni 2015 23:22:34 Dibaca : 239 Komentar : 0 Nilai : 0 Para Penjual
Jamu Gendong Tradisional di Indonesia (jakarta.okezone.com) Indonesia akan menghadapi dua
hal penting di tahun 2015 nanti. Pertama, pemerintahan baru yang dipimpin oleh presiden terpilih
pada pemilu 2014. Kedua, Masyarakat Ekonomi ASEAN (Asean Economic Community/AEC)
yang telah dirumuskan sejak 20 November 2007 pada KTT ASEAN di Singapura. Delapan tahun
bukanlah waktu yang singkat. Idealnya, kesepuluh negara ASEAN, termasuk Indonesia, sudah
siap menyambut AEC. Hal pertama dan terutama yang harus diperhatikan oleh seluruh
masyarakat Indonesia dalam menyongsong AEC 2015 adalah pola pikir (mindset) yang
konstruktif. Selama ini AEC lebih sering diidentikkan sebagai ancaman bagi Indonesia. Padahal,
AEC menjanjikan peluang strategis bagi keunggulan lokal dari Indonesia untuk mulai mendunia.
AEC memiliki lima pilar utama berupa aliran bebas (free flow) yang mencakup barang (goods),
jasa (service), investasi (investment), tenaga kerja (skilled labor), dan modal (capital). Oleh
karena itu, jika sebelum AEC 2015 banyak industri di Indonesia baru berkibar secara lokal, maka
kesempatan memasuki pasar internasional setelah adanya AEC semakin terbuka lebar.
Manajemen Strategis Industri Herbal Salah satu industri berbasis SDA asli Indonesia yang
memiliki peluang strategis dan daya saing dalam menghadapi AEC 2015 yaitu industri herbal.
Agroindustri herbal menjadi wujud nyata ekonomi kerakyatan yang terbukti tahan uji dalam krisis
ekonomi global. Selain menyehatkan rakyat, tanaman herbal di Indonesia juga mampu
mengurangi ketergantungan bahan baku industri farmasi yang 95 persen masih diimpor. Setelah
berpikir positif, selanjutnya yaitu merumuskan manajemen strategi yang tepat. Schendel dan
Hofers (1979) dalam Pamulu (2010), mendefinisikan manajemen strategi sebagaisuatu proses
yang berhubungan erat dengan kemajuan pengembangan dan pelaksanaan strategi yang
memandu jalannya operasi organisasi atau perusahaan. Inti dari perumusan strategi adalah
menghubungkan pelaksana strategi dengan lingkungannya berada. David (2009) menjelaskan,
proses manajemen strategis terdiri atas tiga tahapan yaitu formulasi, implementasi, dan evaluasi
strategi. Ketiga tahapan tersebut harus dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan.
1. Formulasi Strategi Proses ini berdasarkan visi (Apa bisnis kita?) dan misi (Apa yang kita
ingin capai?) suatu organisasi. Pemimpin pasar dalam AEC dengan menghasilkan produk
herbal yang praktis, aman, dan menyehatkan dapat menjadi visi dan misi industri herbal dari
Indonesia. Lalu identifikasi berupa faktor-faktor strategis disusun untuk mengembangkan tipe
strategi yang relevan. Matriks SWOT (Tabel 1) berisi analisis berdasarkan faktor internal yaitu
kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weakness), serta faktor eksternal berupa peluang
(Opportunities) dan ancaman (Threats). 2. Implementasi Strategi Implementasi berarti
memobilisasi organisasi atau perusahaan untuk menindaklanjuti rumusan strategi menjadi
tindakan. Matriks SWOT dapat dikembangkan menjadi empat tipe strategi yaitu SO, WO, ST, dan
WT (Tabel 2). 3. Evaluasi Strategi Evaluasi menjadi tahap final dalam manajemen strategis. Tiga
kegiatan penting evaluasi strategi yaitu (1) meninjau ulang semua faktor, (2) mengukur kinerja,
dan (3) mengambil tindakan korektif. Strategi berfungsi sebagai rencana main suatu operasi.
Patut diingat bahwa kemenangan diperoleh bukan hanya dengan strategi di atas kertas, tapi juga
karena tindakan nyata. Tak terkecuali bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi AEC 2015.
Motto ASEAN: Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas (www.cmmu.mahidol.ac.th) Referensi
ASEAN Secretariat. (2008). ASEAN Economic Community Blue Print. Jakarta. BPS. (2013).
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Jakarta. David, F. R. (2009). Manajemen Strategis.
Salemba Empat. Jakarta. Pamulu, M. S. (2010). Strategic Management Practices in The
Construction Industry: A Study of Indonesian Enterprises. Thesis. Queensland University of
Technology. Suryanto, R. & Djoni S.K. (2013). Struktur Data Datawarehouse Tanaman Obat
Indonesia dan Hasil Penelitian Obat Tradisional. Makalah Seminar Nasional Sistem Informasi
Indonesia (SESINDO). Bandung. Yuningsih, R. (2012). Pengobatan Tradisional di Unit
Pelayanan Kesehatan. Jurnal Info Singkat Kesejahteraan Sosial. PD3I Setjen DPR RI. Jakarta.
Tabel 1. Faktor-faktor Internal (SW) dan Eksternal (OT) Industri Herbal di Indonesia Faktor
Internal (SW) Faktor Eksternal (OT) S1: Indonesia sebagai mega-center keanekaragaman hayati
di dunia dengan 40 ribu spesies tanaman (kedua setelah Brasil) O1: Pangsa pasar yang terus
meluas (dari sekitar 600 juta jiwa penduduk AEC, 44 persen berada di Indonesia) S2: 80 persen
tanaman obat berkhasiat tumbuh di daratan Indonesia (jika digabungkan dengan biota laut,
Indonesia mengungguli Brasil) O2: Tenaga kerja yang melimpah yaitu 70 persen penduduk
dengan usia produktif (Data BPS, 2013) W1: Mutu produk herbal belum merata (terbagi menjadi
jamu tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka) T1: Gencarnya peredaran produk
herbal asing, terutama dari Cina, yang murah dan berkhasiat W2: Belum optimalnya kerjasama
antara pihak ABG (Academic, Business, dan Government/Pemerintah) T2: Kesulitan dalam
pengurusan perizinan dan mutu (besarnya biaya untuk pemeriksaan mutu laboratorium) Tabel 2.
Matriks Strategi SWOT Industri Herbal di Indonesia Kekuatan (Strengths S) Kelemahan
(Weakness W) Peluang (Opportunities O) S1 - O1: Promosi dan pemasaran intensif melalui
media massa dan fasilitas IT (internet, sosial media) W1 - O1: Standarisasi mutu sesuai standar
nasional dan internasional (SNI, GMP) S1 O2: Training SDM sesuai potensi SDA lokal W1
O2: Penyuluhan kesehatan dan iklan layanan masyarakat S2 - O1: Diversifikasi potensi herbal
(bidang kecantikan, kulinari, pariwisata) W2 - O1: Program padat karya yang melibatkan
segenap komponen masyarakat S2 O2: Inovasi dan pengembangan herbal oleh tenaga
terampil W2 O2: Peningkatan produktivitas tenaga kerja Ancaman (Threats T) S1 - T1:
Produksi herbal lokal yang berkualitas dengan harga terjangkau W1 - T1: UU Perlindungan dan
Pendidikan Konsumen S1 T2: Pembangunan laboratorium mutu terpadu (one-stop quality
service dari bahan baku hingga produk jadi) W1 T2: Subsidi silang antara UMKM dengan
perusahaan besar S2 - T1: Optimalisasi potensi biota laut lokal selain herbal daratan W2 - T1:
Pengembangan herbal lokal berbasis riset ilmiah S2 T2: Kerjasama antar instansi terkait untuk
efisiensi biaya dan pelayanan (pertanian, perikanan dan kelautan, kesehatan, perindag) W2
T2: Pembinaan dan pemberdayaan petani dan UMKM herbal lokal Khairunisa Maslichul /nisasan
TERVERIFIKASI (HIJAU) Improve the reality, Lower the expectation, Academia of STEI Tazkia
Bogor @genogramklinis Selengkapnya... IKUTI Share 0 0 0 KOMPASIANA ADALAH MEDIA
WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS.
LABEL masyarakatekonomiasean2015 aec2015 freez manajemenstrategis
industriherbalindonesia manajemen ekonomi
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/nisasan/manajemen-strategis-industri-herbal-diindonesia-menghadapi-aec-2015_54f49abf7455137c2b6c8b72
Administrator
2.
3.
4.
o
SEMARANG Industri jamu di Jawa Tengah harus offensif menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015.
Sebab, Jawa Tengah merupakan gudangnya produk jamu dengan kualitas bahan baku terbaik dibanding negara
lain.
Jawa Tengah itu tempatnya jamu. Sekarang, tinggal harus inovatif. Misalnya, melalui packagingnya, kata
Gubernur saat memberi sambutan dalam acara Seminar Nasional Kedaulatan Ekonomi Dalam Penguatan
Industri Jamu menuju Jawa Tengah Sejahtera dan Berdikari di Aula Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP
(6/5).
Ganjar menambahkan, Jawa Tengah juga memiliki fasilitas untuk mengembangkan industri jamu. Diantaranya,
Rumah Riset Jamu yang didirikan pada tahun 2013 di Kabupaten Karanganyar, Pasar Jamu Nguter di
Kabupaten Sukoharjo dan Pusat Laboratorium Obat Alam Indonesia di UNDIP Semarang. Bahkan, beberapa
rumah sakit di Jawa Tengah pun mulai membuka poliklinik obat tradisional. Seperti di RS Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto dan RS Kelet Jepara.
Poliklinik obat tradisional dibuka di rumah sakit karena dirasa dapat menjadi partner dalam dunia kesehatan,
mengingat obat herbal telah memasyarakat. Terlebih, WHO melalui World Health Assembly juga telah
merekomendasikan penggunaan obat herbal untuk memelihara kesehatan, pencegahan dan pengobatan
penyakit. Hal ini menjadi peluang besar bagi pelaku usaha industri jamu di Jawa Tengah untuk go internatinal.
Hari ini politiknya kita tinggal berbicara dengan pihak asing untuk menegosiasikan dalam organisasi
internasionalnya, termasuk soal daya tawar, beber Ganjar
Mengenai bahan baku, Gubernur Ganjar Pranowo ingin mendorong pengadaannya hingga level desa, dengan
melibatkan perguruan tinggi dan PKK. Apalagi, 30 ribu komoditas tanaman obat belum ada yang memberi
perhatian serius. Padahal, industri jamu terus berkembang dan tidak terpengaruh dengan kondisi ekonomi
global. Apabila terus didorong, harapannya akan menjadi penyumbang bagi tumbuhnya ekonomi kerakyatan.
Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Jawa Tengah, Drs H Nyoto Wardoyo Apt, tersedianya bahan baku
merupakan salah satu tantangan yang dihadapi para pengusaha jamu.
Sangat menyedihkan jika harus mengimpor tanaman obat sebagai bahan baku jamu. Pasalnya, Indonesia
merupakan negara yang sangat kaya dengan tanaman obat, ungkapnya.
Nyoto yang juga merupakan Presiden Direktur PT Deltomed membeberkan, beberapa tahun silam pengusaha
jamu sempat mengimpor tanaman jahe dari Vietnam, Cina dan Thailand karena kurang pasokan. Penyebabnya,
curah hujan yang sangat tinggi sehingga terserang jamur dan tidak berkembang. Tanaman obat impor, menurut
Nyoto, kualitasnya tidak sebaik di Indonesia karena lebih banyak mengandung residu logam berat.
Tantangan lain pengusaha jamu adalah penerapan kualitas. Untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean
2015, pengusaha jamu harus menerapkan standar kualitas. Dari pihak Gabungan Pengusaha Jamu Jawa
Tengah mengusulkan 3 standar kualitas jamu, yakni jamu, jamu herbal standar dan jamu fitofarmaka (obat dari
bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah terstandar serta
ditunjang oleh bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia).
(humas jateng)
JAKARTA-MAPNEWS. Jamu adalah brand Indonesia. Prospek bisnisnya sangat besar. Namun akan
mendapat tantangan berarti di tahun 2015 saat Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) resmi berlaku.
"Korea itu hanya punya satu yakni ginseng, dan bisa terkenal di dunia. Masak kita yang punya
jamu mau kalah?" kata Direktur Penilaian Obat Asli Indonesia Badan POM, Sherly saat membuka
Pameran Naturalistic Treatments and Herbal Products Expo dan Bodily Organ Equipment Expo di
TMII, Jakarta (28/5/2014).
Untuk meningkatkan daya saing produk jamu kita, lanjut Sherly, maka harus ada usaha keras dari
pelaku usaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jamu. Semua produk harus lulus uji dan
teregistrasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Pameran yang akan berlangsung sampai 1 Juni 2014 ini menghadirkan semua pemangku
kepentingan di bidang jamu sekaligus menyediakan produk jamu yang sudah teregistrasi. "Acara
ini diselenggaakan supaya masyarakat dapat informasi dalam pengobatan alternatif yang dapat
dipertanggungjawabkan."
Besarnya peluang jamu dapat kita tilik dari catatan Kementerian Perdagangan. Saat ini, nilai bisnis
jamu Indonesia sekitar Rp 20 triliun dan sekitar Rp 2,5 triliun diekspor. Tahun ini, transaksi industri
jamu diperkirakan akan menembus angka Rp 15 triliun. Saat ini, terdapat 1.247 industri jamu di
Indonesia yang sebagian besar berada di pulau Jawa. Industri jamu ini mampu menyerap tenaga
kerja hingga 15 juta orang.
Salah satu peserta pameran adalah Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian
(Balitbang Kementan). Mereka menampilkan berbagai hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas
jamu sehingga mampu berbicara banyak tidak hanya di tingkat Asean, tetapi juga dunia.
Dalam mendirikan stand, Balitbang Kementan bekerja sama dengan PT Media Artha Pratama
(MAP). Berikut ditampilkan keikutsertaan mereka dalam ajang tahunan ini. Untuk lebih lengkapnya
silahkan klik di sini.
Referensi:
Kalimantan Tengah yang masih tertinggal pembangunan fisiknya dibandingkan berberapa daerah di
Indonesia, sejauh ini merupakan tempat yang cukup damai dan tentram. Secara geologis ancaman
bencana alam gempa bumi / tsunami tanah longsor atau banjir besar belum pernah terjadi di daerah
ini. Persoalan kabut asap yang terjadi pun hanya bersifat temporer dan dalam kemarau yang amat
ekstrim saja. Wilayah ini telah mampu memulihkan diri dari masalah internal etnisitas yang dahulu
pernah terjadi. Kalimantan Tengah sekarang masih merupakan Propinsi terluas nomor 3 (tiga) di
Indonesia setelah Papua dan Kaltim.
Nama Negara/
Wilayah
Indonesia
Pulau Kalimantan
743.330
Kalimantan Indonesia
535.834
Kalimantan Tengah
153.564
Netherlands
41.532
Switzerland
41.290
Israel
22.451
Singapore
704
Kota Palangka Raya dapat dikatakan sebagai tonggak sejarah pembangunan kota bagi Indonesia,
karena kota ini dilahirkan melalui buah tangan kemerdekaan dari tiada menjadi nyata. Di kota inilah
secara teratur setiap tahunnya diadakan secara sederhana Festival Seni Budaya Dayak "Isen
Mulang". Agenda seni budaya yang merepresentasikan sebagian kecil khazasanah seni budaya
tradisional suku Dayak dan akulturasi budaya masyarakatnya dengan masyarakat pendatang yang
lainnya.
Bahwa Bung Karno pernah mencanangkan kota Palangka Raya - Kalimantan Tengah menjadi
kandidat ibu kota negara RI bukanlah sesuatu yang naif, melainkan lahir dari pandangan visioner
Bapak Bangsa kita ini.
Sebelum ahli geologi di dunia memberikan bukti / data bahwa Pulau Kalimantan relatif aman dari
bencana gempa bumi dibandingkan pulau-pulau lainnya di Indonesia, dari sejarah pulau Kalimantan,
memang secara eksplisit belum ada bukti yang menunjukkan pulau ini pernah mengalami bencana
gempa bumi direct / langsung di pulau ini. Bukti yang ada dari cerita leluhur, pengalaman gempa bumi
hanya terjadi sebagai imbas tidak langsung dari aktivitas vulkanik di wilayah luar Pulau Kalimantan.
Bila pada malam hari langit cerah dan kita duduk diberanda mengamati langit dari kota Palangka
Raya, kita dapat melihat banyak pesawat yang melintas udara kota Palangka Raya pada ketinggian
9.000 meter ke atas. Mengamati hal ini kita dapat melihat referensi jalur penerbangan pesawat
komersial dunia, ternyata memang benar banyak yang melewati udara Kalimantan / Kalimantan
Tengah. Hal ini juga konkuren dengan lokasi geografi Kalimantan tengah yang berada di tengahtengah Indonesia, dan di tengah peta dunia di antara benua-benua yang ada.
Provinsi Kalteng yang terletak di tengah-tengah diantara provinsi Indonesia di Kalimantan amat baik
posisinya menjadi integrator prasarana wilayah Kalimantan. Untuk membangun jalan raya Kalimantan,
Kerata api Kalimantan, Telekomunikasi Kalimantan dan lain-lain, tidak akan terpadu apabila tidak
melewati wilayah Kalteng ini.
Lahan Kalimantan Tengah hanya sedikit yang subur untuk tanaman pangan, lebih banyak sesuai
untuk tanaman keras. Seperti halnya kota Palangka Raya, sangat ideal untuk mendirikan bangunan
infrastruktur gedung dan prasarana lainnya. Tidak ada kekhawatiran akan menggunkan lahan
pertanian pangan seperti yang umumnya terjadi di pulau Jawa yang lahannya amat sesuai untuk
pertanian tanaman pangan. Lahan yang amat luas di provinsi Kalimantan Tengah sebagai lahan
provinsi terluas nomor tiga di Indonesia, dengan penduduk yang relatif sedikit sekitar 13 orang / km2.
Disamping itu sejak pendirian Provinsi Kalimantan Tengah yang dilakukan bersama-sama oleh
berbagai anak suku bangsa dengan suku Dayak tahun 1957, provinsi ini menjadi rumah besar /
betang dihuni oleh multi etnis, dari segala sisi kehidupan masyarakatnya telah menggambarkan
asimilasi dan akulturasi dari hampir semua anak suku yang ada di Indonesia. Kita dapat melihat
komposisi masyarakat Kalimantan Tengah saat ini yang lebih dari separoh dari sekitar 2 juta
penduduknya itu adalah dari berbagai anak suku bangsa yang ada di Indonesia.
Dalam lingkup pemerintahan daerah, peluang menduduki jabatan penting telah sejak lama tidak ada
perbedaan antara putera daerah asli dengan para penduduk pendatang. Dari Gubernur, walikota,
bupati sampai pegawai biasa, dari kota sampai pelosok, terdiri dari berbagai suku yang ada di
Indonesia. Kalau boleh dikatakan, Kalimantan Tengah menjadi tempat akulturasi nasional anak-anak
suku bangsa Nusantara.
Pantai Kalteng yang meliputi garis pantai di pesisir laut Jawa sepanjang 750 km tempat bermuara 11
sungai besar Kalteng, menjadi wilayah yang relatif aman bagi pembangunan pelabuhan laut dan
terlindung dari turbulensi samudera karena letaknya yang memberikan proteksi dari dampak cuaca /
iklim yang ekstrim.
Dari sisi sumberdaya energi, diketahui bahwa salah satu deposit batubara terbesar terdapat di
Kalteng, persoalan eksploitasinya adalah berdasarkan pengalaman pengusaha batubara yang aktif
saat ini misalnya di Kabupaten Murung Raya, adalah sulitnya infrastruktur pendukung yang amat
minim atau hampir nol, untuk membangun kegiatan industri. Jalan darat dengan tekanan gandar yang
rendah belum mampu mendukung industri berat. Potensi sumberdaya alam yang ada bila akan
diusahakan akan menyebabkan biaya tinggi bagi para investor. Hal ini amat nyata, karena untuk
melakukan investasi batubara misalnya, investor harus membangun semua sarana penunjangnya
yang masih nol, harus membangun jalan, permukiman, membangun pembangkit listrik sendiri,
mendidik / mendatangkan tenaga kerja dan lain-lain yang berakibat high cost dan tujuan investasi
melenceng dari subyeknya. Investor akhirnya harus melakukan pembangunan wilayah dalam
investasi obyek tertentu.
Dari publikasi Badan Tenaga Atom Nasional, jelas bahwa Kalteng memiliki deposit uranium yang
dapat digunakan untuk pembangkit energi / listrik. Di dukung kondisi alamnya yang relatif aman dari
gempa dan bencana lainnya, potensi energi listrik tenaga nuklir cukup rasional untuk dapat
dikembangkan di Kalteng menghadapi krisis minyak dunia yang terus berlangsung.
Bahwa satu-satunya pulau di Indonesia ini yang dihuni bersama oleh tiga negara, maka pulau
Kalimantan adalah eksistensi bagi tiga negara Malaysia, Brunei dan Indonesia. Dalam kawasan
Asean, wilayah ini sebenarnya layak menjadi kawasan pertumbuhan ekonomi yang cepat untuk
mendukung pembangunan Indonesia, mengingat sebagian besar areal pulau Kalimantan adalah
wilayah Indonesia. Kalimantan dapat menjadi arena interaksi seosial-ekonomi-budaya-politik dan lainlain yang langsung bersentuhan kepada kawasan regional Asean, cikal bakal pergaulan internasional
yang nyata dapat dimulai dan amat potensial bagi Indonesia di Kalimantan.
Dengan pembangunannya yang masih tertinggal dari daerah lain, Kalteng / Kalimantan sudah
menjadi kawasan tujuan para anak suku Indonesia untuk pengembangan ekonominya, terbukti dari
data statistik penduduknya yang menyatakan separoh atau bahkan lebih penduduknya saat ini adalah
para pendatang dari berbagai penjuru Indonesia. Yang masih kurang di tempat ini adalah pembukaan
lapangan usaha yang betul-betul menjadi GULA bagi Indonesia.
Pulau Kalimantan tidak perlu terlalu jauh menjadi lokasi ibu kota RI, cukup adanya kesepakatan yang
konsisten dari semua pihak untuk mempercepat membangun wilayah ini menjadi tempat yang setara
infrastrutkur dasarnya bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Potongan Film Dokumenter Kalteng Tahun 1957 di taruh di YouTube. Part of Central Kalimantan
documentary movie is to be placed in YouTube.
year
2001.
the one reason for annually event in the city has been arranged in an annual festival of Art and
Culture of Dayak that is so called Isen Mulang Festival. This is an agenda of art and culture of the
traditional Dayak tribes and their cultural blending to the outsides of their world. This event calendar
takes place at month of May in every year.
The present Governor (A. Teras Narang) of the province has conducted his vision and mission as in
the following:
Click here to open Vision and mission of Governor of Central Kalimantan Province -Indonesia (File
ms-words *.doc).
Click here to open Vision and mission of Governor of Central Kalimantan Province -Indonesia (File
*.pdf).
Klik di sini membuka Visi dan Misi Gubernur Kalteng (file ms-words *.doc).
Klik di sini membuka Visi dan Misi Gubernur Kalteng (file *.pdf).
-------------------
Klik di sini Arsip Info Kalimantan Tengah / Click here to view Central Kalimantan
Information's Archieve
This post was written by: Yandi Novia. Mahasiswa S1 Ahwal AL-Syakhsyiyyah.
Saya hanya penulis jalanan yang penuh semangat untuk belajar menulis. Follow him on Facebook
0 Comments
0 Comments
Newer PostOlder Post
Sumber : http://yandisangdebu.blogspot.com/2014/11/kunjungi-situs-resmipemerintah.html#ixzz3u4dLaGuy
122 Views
SURABAYA Industri jamu Indonesia tidak gentar menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2015. Sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat beragam, Indonesia punya potensi
dalam industri minuman herbal.
MEA tidak masalah karena saat ini sudah banyak produk kita yang mampu bersaing dengan produk
dari luar negeri. Apalagi Indonesia adalah negara terbesar kedua penghasil tanaman obat. Jadi tidak
perlu ragu, kata Direktur PT Jamu Iboe Jaya Stephen Walla.
Sikap percaya diri ini didukung oleh program CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik)
dari pemerintah. Program yang mendukung standardisasi produk herbal ini akan meningkatkan daya
saing industri jamu dalam negeri dengan industri serupa dari luar negeri.
Justru dengan MEA ini akan lebih besar kesempatan untuk memperbesar pasar ekspor kita,
lanjutnya.
Namun, Stephen mengakui, tidak semua produsen jamu di Indonesia siap menghadapi pasar bebas
MEA. Masih ada sebagian produsen yang belum siap baik secara kualitas maupun kuantitas produk.
Selain itu juga terhambat faktor belum tersertifikasi CPOTB.
Soal tenaga kerja, Stephen mengatakan, ada kemungkinan industri jamu dalam negeri akan
mempekerjakan warga asing. Misalnya untuk pengolahan, serta penelitian dan pengembangan.
Contohnya mengombinasikan tanaman obat Indonesia dengan tanaman obat luar.
Selain itu tenaga kerja asing juga dibutuhkan untuk menangani pasar ekspor, karena warga asing
terkadang lebih tahu tentang pasar, kebiasaan dan budaya konsumen di luar negeri.
Beberapa strategi yang dilakukan untuk lebih memasarkan jamu misalnya dengan membidik generasi
muda untuk meminum jamu. Hal ini dilakukan misalnya dengan memproduksi jamu yang dekat
dengan gaya hidup anak muda, namun esensi herbal dari jamu itu sendiri tidak hilang.
Salah satu kendala yang dihadapi produsen saat ini yaitu produk ilegal dan MLM (multilevel
marketing) yang berfokus pada produk untuk kesehatan.
Jamu ilegal harus diatasi oleh pemerintah, harus sering-sering dirazia. Kalau produk MLM memang
menjadi competitor kita, tapi saya yakin mereka sudah punya pangsa pasar sendiri, ujarnya.
Terkait penerapan pasar bebas MEA, Jamu Iboe akan meningkatkan target omzet sekitar 20 persen
sampai 25 persen. Tahun depan Jamu Iboe ini juga akan menambah investasinya untuk
memperbanyak varian produk. (rin)
kemanusiaan
yang
akrab
menciptakan
kesempatan
tenaga
kerja
penyerapan
terjalin
kerja
dalam
cukup
usaha
kecil
banyak
atau
cukup
tinggi
yang
berubah
dengan
cepat
pengembangan
produksi
tanaman
obat
semakin
pesat
saja
bantuan
memotivasi,
peserta
mendapat gambaran yang lebih dekat dan jelas ketika hendak membuat
UKOT serta skill dalam cara pembuatan sediaannya.
Rundown
Waktu
Acara
07.00 08.00
Registrasi Peserta
08.00 08.15
09.15 10.00
10.00 10.30
10.30-12.00
12.00-13.00
14.00-15.30
15.30-16.00
Istirahat, sholat
16.00-17.00
17.00-17.10
[Menerjemahkan]
Penutupan
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis dengan potensi tanaman yang secara turun
temurun digunakan sebagai obat tradisional. Jamu yang merupakan obat tradisional
Indonesia, telah menjadi budaya masyarakat Indonesia sejak berabad silam sebagai
bagian dari upaya menjaga kesehatan, menambah kebugaran, dan merawat
kecantikan. Industri, usaha dan sub sektor jamu dan obat tradisional serta kosmetik
di Indonesia semakin berkembang sejak tahun 2008 melalui kegiatan Jamu Brand
Indonesia yang dicanangkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono pada
Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia.
Industri jamu mempunyai prospek yang menjanjikan dengan adanya kekayaan
keanekaragaman hayati lebih kurang 30.000 jenis tanaman. Sebanyak 2500 jenis di
antaranya merupakan tanaman obat. Dengan demikian, Indonesia mempunyai
potensi pasar yang menjanjikan untuk pengembangan jamu bagi kepentingan
kesehatan, produk industri, maupun pariwisata, dengan sasaran pasar dalam negeri
maupun internasional. Industri jamu telah masuk ke dalam 10 produk potensial yang
perlu dikembangkan karena memiliki potensi pasar menjanjikan di pasar lokal
maupun global. Data ekspor produk jamu Indonesia menunjukkan kenaikan dari
periode sebelumnya yaitu meningkat dari US $ 8,3 juta menjadi US $ 9,7 juta.
Industri jamu merupakan industri yang memiliki aspek ekonomi, sosial, dan budaya
mengingat 98% bahan baku berasal dari dalam negeri dan sisanya dari luar negeri
yang saat ini sudah berhasil dibudidayakan.
Industri jamu telah banyak memberi manfaat karena terlibatnya ratusan ribu petani,
peneliti dari bidang teknologi pangan, bioteknologi, biofarmaka, dll. Industri jamu
memberikan lapangan pekerjaan kepada sekitar 5 juta tenaga kerja, kemitraan
kepada para penjual jamu, serta merangsang tumbuhnya industri bahan baku
seperti mesin ekstraktor, pengeringan, dan pengemasan. Saat ini, di Indonesia
terdapat 1247 industri obat tradisional yang antara lain terdiri dari 129 industri kecil
obat tradisional, sedangkan untuk perusahaannya telah tergabung dalam Gabungan
Pengusaha (GP) Jamu dengan anggota aktif sekitar 800 perusahaan.
Beberapa tahun terakhir, permintaan jamu mengalami peningkatan dengan
pertumbuhan pangsa pasar yang lebih baik daripada tingkat pertumbuhan industri
farmasi. Terdapatnya tren back to nature mengakibatkan masyarakat semakin
menyadari pentingnya penggunaan bahan alami bagi kesehatan. Masyarakat
semakin memahami keunggulan penggunaan obat tradisional, antara lain: harga
yang lebih murah, kemudahan dalam memperoleh produk, dan mempunyai efek
samping yang minimal terhadap kesehatan. Hal tersebut memberikan peluang pasar
yang perlu direspon dengan baik oleh segenap pelaku yang bergerak dalam industri
jamu. Kendala-kendala yang dihadapi oleh industri jamu antara lain pengembangan
dan pemasaran produk.
Pelaku usaha industri jamu masih menemui kendala dalam menciptakan produk
yang berkualitas, berdaya saing tinggi dan berorientasi pasar. Kendala yang kedua
adalah permasalahan akses permodalan pada usaha jamu terutama usaha jamu
tradisional. Kendala lain yang dihadapi industri jamu adalah pengembangan
tanaman obat bahan baku jamu dan proses pengolahan yang efisien. Terakhir,
industri jamu menghadapi kendala terkait peraturan serta prosedur pengujian
laboratorium. Peraturan dan prosedur pengujian yang terkait dengan ijin edar
tersebut diharapkan tidak memberatkan industri jamu baik dari segi proses maupun
biaya sehingga dapat memperlancar proses kelangsungan produksi jamu.
Berdasarkan pada analisis potensi dan kendala yang ditemukan dalam upaya
mengembangkan industri jamu di Indonesia maka perlu dilakukan upaya antara lain
dengan melakukan kerjasama antara perusahaan/ industri jamu dengan pemerintah
dan institusi pendidikan dalam bidang penelitian untuk mengembangkan teknologi,
inovasi proses, pembuatan regulasi dan kebijakan industri jamu, dan saintifikasi
jamu untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat. Ditetapkannya program
saintifikasi jamu oleh Kementrian Kesehatan yang ditujukan untuk memberikan
landasan ilmiah (evidence based) penggunaan jamu secara empiris melalui
penelitian mendorong perlunya keterlibatan perguruan tinggi dengan industri jamu.
Diharapkan peran perguruan tinggi dalam melakukan penelitian terkait industri jamu
dan herbal dapat mendukung program saintifikasi jamu ini. Dengan terdapatnya
bukti ilmiah mengenai manfaat jamu maka diharapkan kepercayaan masyarakat
terhadap produk jamu semakin meningkat. Di masa yang akan datang, tidak
menutup kemungkinan obat herbal dapat dimasukkan ke dalam sistem kesehatan
nasional (pemberian resep oleh dokter dan asuransi kesehatan).
Dalam rangka menyukseskan program ini, Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro bekerjasama dengan Gabungan Pengusaha Jamu
Indonesia menyelenggarakan seminar nasional dengan tema KEDAULATAN
EKONOMI DALAM PENGUATAN INDUSTRI JAMU MENUJU JAWA TENGAH
SEJAHTERA DAN BERDIKARI. Kegiatan seminar akan dimeriahkan dengan
kegiatan PAMERAN INDUSTRI JAMU.
Maksud dan Tujuan Kegiatan
Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan bahan alam sebagai upaya
dalam menanggulangi masalah kesehatan. Berdasarkan Riskesdas 2010, sebanyak
59,12 persen penduduk Indonesia pernah mengonsumsi jamu untuk menjaga
kesehatan.
Selama ini, masyarakat sudah mengonsumsi obat herbal dalam bentuk jamu, jamu
godokan atau kapsul racikan untuk mengobati berbagai penyakit.
Namun pemakaian obat herbal diharapkan memenuhi kaidah empat tepat dan satu
waspadayaitu tepat penggunaan, tepat pemakai, tepat obat herbal, tepat dosis
dan cara pemberian, serta waspada efek samping.
Hal ini dipaparkan oleh Kepala Poliklinik Komplementer Alternatif RSU Dr Soetomo
Surabaya, dr. Arijanto Jonosewojo, pada konferensi pers SOHO Global Health
Natural Wellness Symposium bertema "Keamanan, Khasiat dan Kualitas Obat
Herbal", di Jakarta (5/4).
Lebih lanjut, Arijanto menjelaskan penggunaan obat herbal secara umum dinilai lebih
aman daripada penggunaan obat kimia. Hal ini disebabkan karena obat herbal
memiliki relatif lebih sedikit efek samping.
"Tapi kaidah 4T dan 1W harus dipatuhi agar kualitas, keamanan, khasiat obat herbal
tetap terjaga," Arijanto menjelaskan, "Tanaman obat, seperti halnya obat buatan
pabrik lainnya, memang tak bisa dikonsumsi sembarangan dan harus mematuhi
dosis yang diberikan."
Selain kaidah itu, obat herbal yang digunakan secara medis seyogyanya melalui uji
klinis untuk membuktikan khasiatnya. Di masyarakat, sekarang banyak beredar
pengobatan herbal yang diklaim mampu mengobati suatu penyakit, hanya
berdasarkan pengalaman empiris atau uji praklinis pada hewan. Hal ini
yang menyebabkan obat herbal sulit untuk masuk ke dalam layanan kesehatan
formal.
Berdasarkan fakta tersebut, perusahaan farmasi SOHO Global Health
menyelenggarakan seminar ilmiah yang bertujuan untuk menginformasikan
keamanan, khasiat dan kualitas obat herbal.
Seminar ini merupakan seminar ilmiah pertama di Indonesia yang memberikan
pemaparan manfaat obat herbal dengan total peserta mencapai 1000 dokter.
"Natural Wellness Symposium ini akan diadakan di tujuh kota: Semarang, Jakarta,
Medan, Bali, Bandung, dan Makassar dengan total 1000 peserta di masing-masing
kota," ungkap Vice President Sales & Marketing for Professional Products SOHO
Global Health, Sugiharjo.
Ia mengatakan pula, produk herbal dari SOHO Global Health yang saat ini
dipasarkan dan dipergunakan secara medis dibuat dengan bahan utama alami yang
telah menjalani berbagai pengujian, didukung oleh berbagai macam penelitian
maupun jurnal ilmiah dan mempunyai sertifikasi sebagai jaminan pembuatannya
mengikuti ketentuan yang berlaku.
Arijanto menambahkan, dokter selama ini tidak pernah menolak pemakaian obat
herbal. Namun dokter terikat dengan undang-undang kedokteran bahwa dokter
harus memakai obat yang memiliki uji klinis.
(Gloria Samantha)
Obat herbal telah digunakan secara empirik oleh masyarakat luas dan dikenal
dengan sebutan Jamu. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
jamu perlu terus dilakukan oleh pemerintah, akademisi, dunia usaha dan masyarakat
yaitu dengan saintifikasi jamu dalam hal ini penelitian berbasis pelayanan
kesehatan.
Guna terus mensosialisasikan penggunaan obat herbal dan pengembangannya
serta pemanfaatannya di bidang kesehatan, Sabtu, (30/5), bertempat di Pabrik Sido
Muncul Semarang, Sido Muncul dan Berlico Farma, bekerjasama dengan IDI
cabang Jawa Tengah dan PDHMI cabang Jawa Tengah mengadakan seminar
Penggunaan Herbal/Jamu dalam Pengobatan Penyakit Degeneratif.
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit ini
terjadi seiring bertambahnya usia. Ada sekitar 50 penyakit degeneratif, diantaranya
penyakit jantung, diabetes, stroke, osteoporosis, hipertensi, reumatik, paru obstruktif,
penyakit ginjal menahun, dan masih banyak lainnya.
Seminar ini diikuti oleh 300 peserta dari kalangan kedokteran umum dan spesialis di
wilayah Semarang dan sekitarnya. Seminar diawali dengan pelantikan pengurus IDI
cabang Kab. Semarang oleh ketua wilayah IDI Jawa Tengah Dr. Joko Widyarto JS,
DHM, MHKes. Setelah itu dilanjukan dengan seminar dengan menghadirkan para
pembicara Dr. Ir. Roy Sparringa, M.App.SC (Kepala Badan POM RI), Dr. Rinni Yudhi
Pratiwi, MPET (Kemenkes RI), Wahyu Widayani (Sido Muncul), dr. Sutedjo, Sp S
(MKEK IDI Wilayah Jateng), Prof. dr. Edi Dharmana, MSc, PhD, Sp.Park, (Peneliti
Herbal, Guru Besar UNDIP), dr. Aldrin Neilwan Sp. Ak. MARS, M. Biomed. (onk)
M.Kes (Pakar Herbal), dr. Noor Wijayahadi, MKes. PhD (SP3T / Farmakologi FK
UNDIP, Ketua PDHMI Jateng, Peneliti Herbal), dan dr. Danang Ardiyanto
(B2P2TO2T Balitbang Kemenkes RI).
Materi yang disampaikan dari masing-masing pembicara adalah Regulasi Obat
Herbal di Indonesia, Kebijakan Pemerintah Tentang Penggunaan Obat Herbal,
Industri Herbal berbasis GMP, Tinjauan Etik Pemanfaatan Obat Herbal Dalam
Praktek, Uji Materi Simunox Sebagai Immune Supportif, Pemanfaatan Herbal Dalam
Praktek Kedokteran, Rasionalitas Penggunaan Herbal/Jamu Dalam Yankes, dan
Penggunaan Sediaan Jamu Sebagai Obat Penyakit Degeneratif di Klinik Saintifikasi
Jamu BPTOT.
Seminar herbal yang dilakukan Sido Muncul ini merupakan seminar ke-32 kali dalam
mensosialisasikan penggunaan obat herbal. Seminar telah diadakan di kota-kota
besar di Indonesia seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Ungaran,
Banjarmasin, Yogyakarta, Medan, Lampung, Pekanbaru, Padang, Palembang, Solo,
Bali, Makassar, Surabaya, Jombang, Batam, dan Magelang. Dibeberapa kota,
seminar dilakukan lebih dari satu kali.
Pada seminar kali in,i patisipasi dari Berlico Farma merupakan yang ketiga kalinya
sejak diakuisisi oleh Sido Muncul pada 1 September 2014. Berlico Farma adalah
industri farmasi yang didirikan oleh Budhi Santoso pada tahun 1976 dengan nama
PT Ita Farma menjual jenis produk/ obat-obatan. Dengan dukungan Oerip Soegiarto,
Bobby Wijaya dan Ronnie Iskandar selaku pemegang saham, PT Ita Farma berubah
nama menjadi PT Berlico Mulia Farma pada 10 November 1993. Berlico artinya
berlima kongsi karena pendirinya lima orang, sama seperti kepemilikan Sido
Muncul Tbk.
Tujuan Sido Muncul mengakuisisi Berlico Farma adalah untuk memberikan
pelayanan kesehatan secara lengkap karena pada akhirnya di masa depan yang
dibutuhkan masyarakat adalah obat herbal dan farmasi.
Secara terpisah CEO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat
mengatakan, dengan seminar herbal seperti ini diharapkan dunia kedokteran
memiliki wawasan yang luas mengenai perkembangan industri jamu, penelitianpenelitian yang dilakukan, juga penggunaan jamu untuk pelayanan kesehatan.
Poliklinik obat tradisional dibuka di rumah sakit karena dirasa dapat menjadi partner
dalam dunia kesehatan, mengingat obat herbal telah memasyarakat. Terlebih, WHO
melalui World Health Assembly juga telah merekomendasikan penggunaan obat herbal
untuk memelihara kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit. Hal ini menjadi
peluang besar bagi pelaku usaha industri jamu di Jawa Tengah untuk go internatinal.
Hari ini politiknya kita tinggal berbicara dengan pihak asing untuk menegosiasikan
dalam organisasi internasionalnya, termasuk soal daya tawar, beber Ganjar
Mengenai bahan baku, Gubernur Ganjar Pranowo ingin mendorong pengadaannya hingga
level desa, dengan melibatkan perguruan tinggi dan PKK. Apalagi, 30 ribu komoditas
tanaman obat belum ada yang memberi perhatian serius. Padahal, industri jamu terus
berkembang dan tidak terpengaruh dengan kondisi ekonomi global. Apabila terus
didorong, harapannya akan menjadi penyumbang bagi tumbuhnya ekonomi kerakyatan.
Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Jawa Tengah, Drs H Nyoto Wardoyo Apt,
tersedianya bahan baku merupakan salah satu tantangan yang dihadapi para pengusaha
jamu.
Sangat menyedihkan jika harus mengimpor tanaman obat sebagai bahan baku jamu.
Pasalnya, Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan tanaman obat,
ungkapnya.
Nyoto yang juga merupakan Presiden Direktur PT Deltomed membeberkan, beberapa
tahun silam pengusaha jamu sempat mengimpor tanaman jahe dari Vietnam, Cina dan
Thailand karena kurang pasokan. Penyebabnya, curah hujan yang sangat tinggi sehingga
terserang jamur dan tidak berkembang. Tanaman obat impor, menurut Nyoto,
kualitasnya tidak sebaik di Indonesia karena lebih banyak mengandung residu logam
berat.
Tantangan lain pengusaha jamu adalah penerapan kualitas. Untuk menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean 2015, pengusaha jamu harus menerapkan standar kualitas.
Dari pihak Gabungan Pengusaha Jamu Jawa Tengah mengusulkan 3 standar kualitas
jamu, yakni jamu, jamu herbal standar dan jamu fitofarmaka (obat dari bahan alam yang
dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah terstandar
serta ditunjang oleh bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia)
(humas jateng)
Share on email
TAGS
MedanBisnis Medan. Anggota DPD asal Sumatera Utara (Sumut) Parlindungan Purba
mengatakan, pengembangan produk herbal merupakan langkah untuk menjawab kebutuhan
industri farmasi dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015.
Hal itu dikatakan Parlindungan saat mendampingi Kepala Badan POM RI Roy Sparingga pada
diskusi dengan civitas akademik Fakultas Farmasi Universitas Sari Mutiara Indonesia, pekan
lalu.
Diskusi ini berlangsung di sela-sela kunjungan Kepala Badan POM RI pada acara pemusnahan
barang sitaan berupa obat dan kosmetik illegal pada hari yang sama di Medan.
Dalam diskusi itu, Roy mengatakan, isu sentral pengawasan obat dan makanan dunia saat ini
adalah biosimilar. Dewasa ini masa paten dari beberapa produk biofarmasetikal ini telah atau
akan habis masa berlakunya. Dengan demikian telah atau akan dipasarkan berbagai produk
identik yang disebut biosimilar, generik atau terkadang juga disebut follow on biologics.
Negara-negara berkembang harus mengambil kesempatan ini, jelasnya.
Dikatakan, pengembangan produk herbal dan biosimilar ini sejalan dengan berlakunya Jaringan
Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia. Pengembangan fitofarmaka sangat sejalan dengan
prinsip promotif dan preventif dari JKN.
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari
bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah
terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan
kriteria memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten,
memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat.
Khusus kepada dosen dan mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sari Mutiara, Roy berpesan
agar modul dan kurikulum Farmasi direvisi guna memberi perhatian lebih pada molekuler
biologi.
Menanggapi usulan ini, Rektor Universitas Sari Mutiara (USM) Indonesia Dr Ivan Elisabeth
Purba mengucapkan terima kasih atas kunjungan Kepala Badan POM RI.
USM Indonesia terus berbenah untuk menyongsong berlakunya MEA 2015, jelas Ivan
didampingi Dekan Fakultas Farmasi USM Indonesia Siti Nurbaya, para wakil rektor dan dosen
Fakultas Farmasi USM Indonesia.
Pada kunjungan itu Kepala Badan POM juga didampingi Anny Sulistiowaty selaku Kepala Pusat
Penelitian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) beserta rombongan Balai Besar POM Medan.
(hisar hasibuan/ril)
SURABAYA (BM) - Peran tanaman herbal sebagai obat tradisional menjadi tujuan
dari digelarnya konferensi ISTAM (International Symposium on Traditional and
Alternative Medicine) ke-2 tahun ini, Indonesia sebagai tuan rumah dengan bahasan
meningkatkan kerjasama penelitian dan berbagi topik tren pada pengobatan
tradisional dan alternatif , terutama di negara-negara Asia Tenggara yang diikuti 6
negara yakni Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand dan Filipina dari 10 undangan
negara.
Ketua Himpunan Seminat Farmasi Masyarakat (HISFARMA) Jatim, Prof. Dr. Bambang
Prayogo menjelaskan serangkaian uji klinis gagasan obat tradisional mendampingi
pelayanan kesehatan yang sejajar dengan obat modern yang sudah ada jadi
kesetaraan meningkatkan kepedulian dan langkah nyata dalam melakukan praktek
kefarmasian dari persaingan global.
OTHER NEWS
Jpnn.com - "MEA tidak masalah karena saat ini sudah banyak produk kita
yang mampu bersaing dengan produk dari luar negeri. Apalagi Indonesia adalah
negara terbesar kedua penghasil tanaman obat. Jadi tidak perlu ragu," kata
Direktur PT Jamu Iboe Jaya Stephen Walla.
Sikap percaya diri ini didukung oleh program CPOTB (Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik) dari pemerintah. Program yang mendukung standardisasi
produk herbal ini akan meningkatkan daya saing industri jamu dalam negeri
dengan industri serupa dari luar negeri.
"Justru dengan MEA ini akan lebih besar kesempatan untuk memperbesar
pasar ekspor kita," lanjutnya.