Obat yang selama ini tidak terjangkau daya beli masyarakat telah dipaksa
oleh BPJS untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Akibatnya
customer apotik terutama ekonomi kelas menengah pindah secara besar-
besaran ke BPJS karena berbiaya sangat murah. Sementara sebagian besar
obat BPJS masih dilayani Puskesmas dan Rumah Sakit.
Tak hanya itu, pengadaan obat yang berfokus pada obat generik dalam
jumlah besar melalui E-Catalog membawa perubahan pada pasar farmasi
Indonesia. Dewasa ini Obat Generik Berlogo (OGB) telah dikendalikan oleh
BPJS Kesehatan dengah harga yang sangat murah. Industri farmasi dan
seluruh mata rantai jaringan distribusinya harus beroperasi low price dan low
marging, kata Sampurno.
Dampak BPJS Kesehatan juga dirasakan PBF lokal yang kehilangan captive
marketnya, dikarenakan pengadaan obat sektor pemerintah dilakukan
melalui E-Catalog. Sedangkan industri farmasi domestik menengah kebawah
menghadapi kesulitan pemasaran produknya. Sebagian besar perusahaan
manufaktur farmasi yang tidak bisa memasok obat BPJS berusaha memasok
RS swasta, namun pihak RS minta diskon sampai 80%.
MEDAN- Penjualan obat non generik atau obat paten terus menurun sejak
era BPJS Kesehatan. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada perusahaan
farmasi, tetapi juga pengusaha apotek yang akhirnya memilih tutup.
Penjualan obat di apotek saat ini turun drastis dan mereka semakin
terpukul karena tidak bisa ikut tender pengadaan obat untuk BPJS
Kesehatan. BPJS Kesehatan itukan obatnya ekatalog, jadi sudah ada
tendernya, sedangkan pihak distributorkan tidak bisa ikut tender. Memang
seharusnya dalam BPJS ini distributor juga dilibatkan," imbuhnya.
Ini harus dilakukan jika bisnisnya tidak ingin terpuruk, katanya. Penjualan
obat generik memang meningkat drastis sejak era BPJS Kesehatan,
bahkan kenaikannya lebih dari 100%. "Kalau obat generik sangat banyak
kenaikannya, karena dimana- mana masyarakat sudah memakai BPJS
Kesehatan untuk berobat sehingga pemakaian obat generik pun
meningkat," ucapnya.
Jangankan obat non generik, semua obat di tempat kita sejak BPJS
Kesehatan berlaku, sudah sepi. Dalam sehari pun belum tentu ada obat
resep yang ditebus. Paling yang bisa dijual cuma obat-obat biasa saja,
makanya sudah ada tiga apotek di sekitar sini yang tutup. Ke depan, bisa
jadi kami juga ikut tutup, ucapnya.
irwan siregar
Keuntungan Bisnis Apotek dan Cara Memulai Usahanya
20 Maret 2017
http://www.investasiuntung.com/2017/03/keuntungan-bisnis-apotek-cara-usaha.html
Dalam membuka sebuah usaha sangatlah mudah. Aspek yang diperlukan adalah modal
usaha yang meliputi dana, keterampilan, alat dan perlengkapan, promosi, sistem
penjualan dan lain sebagainya. Terkadang ada suatu jenis usaha yang tak
membutuhkan modal besar. Penulis mengajak kepada para pembaca agar bisa memulai
suatu bisnis dari bawah. Supaya ia merasakan bagaimana pahit getirnya dalam
membangun usaha yang besar sehingga tercipta pondasi kuat. Salah satu jenis usaha
yang bisa dimulai dari bawah dengan modal kecil adalah bisnis apotek.
Hal ini menimbulkan pertanyaan dalam benak penulis, mengapa banyak pelaku usaha
kecil dan menengah mencoba membuka usaha apotek mini di desa maupun di kota?
Jawabannya ternyata bisnis dalam bidang farmasi atau membuka gerai apotek banyak
sekali keuntungan yang didapatkan oleh para pengusaha itu sendiri. Berikut ini sejumlah
keuntungan dari bisnis apotek yang perlu sobat ketahui, antara lain:
Selalu Dibutuhkan
Anda tak akan pernah rugi dalam membuka usaha apotik. Karena bisnis ini akan selalu
dicari orang terutama oleh orang yang sedang dilanda sakit. Tak selamanya manusia
hidup dalam kondisi sehat. Suatu waktu ia pasti sakit. Kita lihat di berbagai rumah sakit
dan puskemas banyak orang yang sedang dirawat sakit. Dan ada pula orang yang
menderita sakit tapi berdiam diri di dalam rumah. Saking banyaknya orang sakit
membuat bisnis apotek mini sangat menjanjikan untuk dijalankan.
Suatu hari penulis berkunjung ke apotek Asy Syifa di daerah terdekat karena harga
murah dan laris manis untuk membeli obat. Ternyata para pembeli membludak. Hingga
giliran penulis membeli obat batuk. Setelah memesan obat batuk dan memberikan uang.
Uang itu oleh pemilik apotek dimasukkan ke dalam sebuah laci besar. Tampak laci besar
itu berisi penuh uang pecahan Rp 100 ribu. Wow! Penulis memperkirakan banyak sekali
keuntungan dari bisnis apotek dalam satu hari. Apalagi dikalikan dalam satu bulan.
Bisnis apotek termasuk dalam jenis usaha yang perputaran uang sangat cepat dan tak
pernah mengalami musim. Ia akan selalu laris manis kapanpun juga.
Gampang Dijalankan
Usaha apotik mini di desa dan kota masih mempunyai prospek yang bagus sekarang ini.
Pendek kata, prospek bisnis apotek sangat menjanjikan dan mudah dijalankan, praktis
serta menguntungkan. Tidak perlu ada proses produksi, pemasaran dan lain
sebagainya. Karena semua sudah berjalan baik. Anda tinggal menyewa lokasi usaha
apotek yang strategis. Dengan sendirinya para pembeli akan datang berduyun-duyun.
Salah satu modal usaha dalam membuka usaha apotek mini selain uang adalah
keterampilan dalam meracik obat. Adik kandung penulis merupakan seorang asisten
apoteker yang memahami seluk beluk bisnis ini dari nol sampai besar. Ia pernah
merintis sebuah usaha apotek di kota Cimahi dari bawah hingga apotek sukses untung
besar. Kepada penulis, ia mengatakan untuk memulai bisnis apotek di desa memerlukan
modal usaha sebesar Rp 100 juta yang mencakup surat perijinan usaha apotek,
pembelian stok obat-obatan, belum ditambah sewa lokasi usaha strategis.
Untuk memulai bisnis apotek di era BPJS sekarang ini tidaklah mudah. Diperlukan
syarat-syarat dalam mendirikan apotek rakyat, persiapan modal usaha dan perencanaan
yang matang. Berikut ini sejumlah rincian modal usaha apotek yang diperlukan dalam
membuka usaha toko obat atau apotek mini di desa maupun di kota, antara lain:
Waralaba Apotek
Keuntungan bisnis apotek yang lumayan tinggi membuat banyak orang berminat
memulai usaha toko obat ini baik dengan skala besar maupun kecil. Hal ini tak terlepas
dari budaya masyarakat Indonesia yang lebih memilih membeli obat di apotek
ketimbang di rumah sakit dan dokter. Dikarenakan harga obat-obatan di apotek terbilang
lebih murah.
Apabila sobat kesulitan dalam membuka usaha apotek mini disebabkan tidak
mempunyai latar belakang atau keahlian dalam ilmu obat-obatan maka ada beberapa
pilihan yang bisa anda lakukan, antara lain: Pilihan pertama, merekrut seorang tenaga
ahli farmasi yang disebut apoteker dan asisten farmasi. Gaji yang ditawarkan bisa
sesuai UMR kota atau kabupaten. Para lulusan sekolah farmasi lumayan banyak di
Indonesia. Anda bisa mempekerjakan mereka di gerai usaha apotek milik sobat.
Pilihan kedua, sobat bisa membuka bisnis apotek dalam bentuk waralaba. Ada berbagai
waralaba apotek yang bisa sobat pilih, antara lain apotik kimia farma, Century, Medicine,
dan lain sebagainya. Semua standar operasional usaha, sistem rekrut karyawan,
pemilihan lokasi usaha, sistem promosi dan lain-lain sudah diatur oleh manajemen
waralaba pusat. Anda sebagai mitra waralaba apotik hanya menyetorkan biaya investasi
dan menunggu hasil omset apotek per bulan.
Namun agar sukses dalam bisnis waralaba apotek sama seperti usaha apotik yang
dijalankan secara sistem mandiri diperlukan ruang tunggu yang nyaman, pelayanan
cepat dan ramah, serta lokasi usaha yang strategis. Tempat usaha bagi gerai apotek
mini sangat menentukan sukses tidaknya bisnis farmasi ini. Sehingga anda harus
memastikan lokasi usaha apotik yang sobat dirikan berada di tempat yang strategis
seperti berada di dekat pusat keramaian orang, di pinggir jalan raya, mudah dilihat orang
dari berbagai sudut jalan, mudah dijangkau dari segala arah, berdekatan dengan rumah
sakit, sekitar minimarket, dan lain-lain.
Berbekal keterampilan dan disiplin ilmu farmasi yang diperoleh di bangku sekolah, Wina
membuka usaha apotek mini dengan brand Griya Farma. Asalnya ia sempat ragu-ragu.
Tapi berkat motivasi dan dorongan dari beberapa orang sahabatnya ia berani mencoba
membuka apotek mini. Ternyata respon masyarakat sangat baik menyambut kehadiran
apoteknya. Oleh karena itu, ia semakin semangat untuk menjalankan dan
mengembangkan apotek yang dirintisnya tersebut. Hingga kini Wina telah mempunyai
enam gerai apotek dengan jumlah pegawai 60 karyawan.
Untuk memperluas pangsa pasar, wanita yang cerdas ini terus membuka cabang di
beberapa kota di tanah air termasuk membuka sistem kemitraan waralaba usaha
apotek. Sudah ada 18 apotek yang menggunakan sistem franchise darinya. Jika
diestimasikan omzet apoteknya per bulan sekitar Rp 100 juta lebih. Ia mengatakan
semua orang bisa mempunya toko obat atau apotek. Yang penting ada kemauan dan
modal usaha.
Itulah sepenggal kisah dari seorang pengusaha yang sukses dalam bidang farmasi dan
toko obat atau apotek di Indonesia. Semoga bisa menjadikan motivasi bagi kita semua
untuk menjalankan sebuah usaha baru yang menjanjikan dan untung besar seperti yang
dijalankan oleh Wina dengan bisnis apotek waralaba.
Senin, 21 Oktober 2013
http://asapindo.blogspot.co.id/2013/10/bpjs-memaksa-apoteker-berkolaborasi.html
Setelah lulus sekolah, setiap apoteker ingin membuat apotek sendiri. Ah bukan,
bukan membuat apotek sendiri. Tepatnya adalah ingin bekerja di apotek.
Apotek milik 'orang lain'. Ironis ! (Ref : baca Ps 1.13 dan Ps.25 PP51/2009).
Apoteker yang memaksakan diri untuk menjalankan praktik di suatu apotek
sendirian, kini layak ditinjau ulang. Egoisitas diri harus dibayar mahal
sekarang. Kesanggupan fisik untuk melakukan praktik selama 4 - 5 jam sehari
tidak mungkin dapat meng-cover 13 jam operasional apotek dengan asumsi
buka jam 08.00 s/d jam 21.00 dari senin hingga sabtu. Kebiasaan untuk
mendelegasikan pelayanan kepada petugas-petugas akan berisiko tidak
berjalannya mekanisme kendali biaya kapitasi. Membanjirnya pasien paserta
BPJS akan meminta tambahan SDM dan daya dukung lainnya serta
menyebabkan terjadinya sedotan perbekalan yang tidak terkendali.
Ujungnya sama. Keberlangungan apotek jadi pertaruhan.
Hanya satu yang mesti dilakukan. Beberapa apotek(er) harus berkolaborasi. 5 - 10
apotek(er) berpadulah. Dengan anggaran yang tertentu dan terbatas,
apoteker harus menyusun rancangan kerja bersama. Siapa melakukan praktik
berapa lama pada suatu tempat tertentu dengan menggunakan SDM
(karyawan) dan alat-alat yang sama. Hal ini akan efektif menekan biaya-
biaya sekaligus diharapkan akan efisien memperbesar "sisa pelayanan". Di
pihak lain, beberapa apoteker dapat berbagi tugas memberikan edukasi
publik dalam upaya-upaya promotif dan preventif. Jangan khawatir, puluhan
ribu peserta BPJS akan mengepung.
Anda mungkin akan menyangkal, apakah pemilik modal mau ? Satu saja saran
saya, tinjaulah kembali Perjanjian Modal yang Anda susun. Apakah ada hak
bagi pemilik modal untuk melakukan intervensi kebijakan internal atas
apotek yang Anda selenggarakan ?
Diposting oleh asapin
Penerapan Ina CBGs, Ancam
Keberlangsungan Apotek
Senin, 25 April 2016 | Dibaca 346 kali
Url Berita
(Analisa/istimewa) SEMINAR: Chazali Husni Situmorang bersama Ketua GP Farmasi Amin Wijaya
(kanan) Kadis Kesehatan Sumut RR Surdjantini foto bersama sebelum seminar.
Sekarang tidak ada lagi resep yang keluar, karena sekarang resep
pasien sudah langsung dihandle provider BPJS Kesehatan, seperti
rumah sakit, klinik dan puskesmas, ujar Ketua GP Farmasi Medan Ho-
esni Karim saat mengikuti Dampak BPJS Terhadap Profesi dan Bisnis
Farmasi yang diselenggarakan GP Farmasi Sumut di Koki Sunda,
Sabtu (23/4).
Menurutnya, agar apotek bisa tetap hidup dan eksis dengan kondisi
sekarang, apotek itu harus dikelola langsung oleh apoteker.
Berhati-hati
Jadi artinya, ke depan ini semua unit-unit pelayanan harus bisa maz-
habnya kendali biaya, kendali mutu. Mazhabnya begitu. Dengan
mazhab kendali mutu kendali biaya ini pasti memakan korban. Kor-
bannya adalah jika suatu service tempatnya pelayanan apakah itu
apotek atau rumah sakit. Kalau dalam pelayanannya itu tidak
melakukan pelayanan berdasarkan kendali biaya dan kendali mutu,
tuturnya.
Dalam pertemuan yang turut dihadiri Ketua IAI Sumut Drs Siskandri
Apt, Wakil Ketua IAI Sumut Drs Djamidin Manurung MM Apt, Kadis
Kesehatan Sumut RR Surdjantini, diikuti peserta yang merupakan
apoteker pemilik apotek maupun pengusaha juga menampilkan
pembicara dr Michael Bujung Nugroho dari Enseval. (mc)
BPJS Berjalan, 40% Revenue Ritel
Farmasi Terancam Hilang
http://bandung.bisnis.com/read/20
131126/34231/461983/bpjs-
berjalan-40-revenue-ritel-
farmasi-terancam-hilang
Ardia Selasa, 26/11/2013 15:21 WIB
(bisnis/jabar.com)
(bisnis-jabar.com)
Menurut dia, dengan adanya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) masyarakat
miskin yang selama ini kesulitan mengakses pelayanan kesehatan karena terbentur
biaya akan dengan gagahnya mereka memilih untuk berobat langsung dengan
mendapatkan pelayanan pemeriksaan medis oleh dokter.
Dirinya memprediksi pelaksanaan BPJS akan mulai masif dilaksanakan pada 2019
mendatang dimana seluruh warga negara harus tergabung didalamnya, meskipun
pada tahun depan sudah mulai berjalan akan tetapi masih dalam ranah 'abu-abu'.
"Pada 2014, itu yang baru dilibatkan peserta Askes, Asabri Jamkesda dan
sejenisnya. Kami mencatat setidaknya ada 121 juta orang yang masuk ke dalam
sistem ini dengan 80 juta diantaranya orang miskin," ujarnya.(k6/k29)
Perbedaan Harapan dan Persepsi Pasien Rawat Jalan Terhadap Pelayanan Kefarmasian di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan Rumah Sakit Bhetesda Yogyakarta.
Hendrawan, D., 2015, Peluang Apotek Dalam SJSN, dipresentasikan pada Seminar
Nasional Menakar Peluang dan Tantangan Pelayanan Kefarmasian Komunitas Di Era JKN di
Yogyakarta, 8 April 2015.