"Masyarakat di dalam situasi hadapi pandemi ingin memiliki gaya hidup lebih sehat dan
konsumsi hal-hal yang bisa tingkatkan imunitas. Ini berikan harapan ke industri jamu dan
obat tradisional karena pangsanya sesuai dengan tema saat ini," ujar Sri Mulyani.
Hal itu disampaikannya dalam Webinar GP Jamu dengan tema "Dukungan Pembiayaan,
Teknologi dan Perundangan dari Pemerintah dan Perbankan untuk Industri Besar dan
UMKM Jamu, Suplemen Kesehatan, Kosmetik, SPA, Aromaterapi Terutama di Masa
Pandemi" yang berlangsung secara virtual, Senin (30/11/2020).
"Kami harap industri ini makin maju seiring pengetahuan masyarakat dan munculnya
berbagai penelitian ilmiah yang gambarkan bahwa jamu atau obat tradisional miliki khasiat
yang bisa tingkatkan daya tahan tubuh hingga sisi pengobatan," lanjutnya.
Sri Mulyani pun bilang pemerintah akan memberikan dukungan penuh kepada industri ini
untuk memaksimalkan potensi. Di mana saat ini ada 1.247 industri jamu dan obat tradisional
mulai dari yang kecil seperti UMKM hingga perusahaan besar yang memiliki potensi kuat
untuk terus berkembang.
Baca:
"Pemerintah dalam mendukung UMKM membantu mulai dari pengadaan bahan baku,
kemudahan berusaha dan insentif perpajakan, akses ke modal dan keringanan lain," kata Sri
Mulyani.
Selain itu, pemerintah juga akan membantu memperluas pasar jamu dan obat tradisional
hingga ke negara lain melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). LPEI akan
memberikan bantuan dari sisi permodalan hingga sisi teknikal perusahaan yang ingin
menembus pasar global.
"Ini adalah suatu yang tidak hanya kuatkan badan manusia, juga perekonomian Indonesia.
Kita perlu terus dorong berbagai kegiatan yang merupakan keunggulan Indonesia termasuk
produk herbal karena Indonesia negara subur, tanah yang bisa tumbuhkan berbagai macam
biodiversity yang merupakan aset luar biasa," ujar Sri Mulyani.
Selain melalui LPEI, ia menjelaskan bahwa dukungan juga diberikan pemerintah dengan
memastikan ekosistem logistik yang efisien melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
(DJBC). Dalam hal ini DJBC akan membantu inovasi dan entrepreneurship para pengusaha
jamu dan obat tradisional.
"Dalam dukungan logistik itu sangat penting terutama kalau ini produk mudah rusak, dan
produk di mana kualitas handling jadi sangat penting," kata Sri Mulyani.
Sementara itu, dari sisi permodalan pemerintah memberikan dukungan yakni pemberian
subsidi bunga melalui Kredit Uasaha Rakyat (KUR). Dukungan ini hadir melalui program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Kita berikan lebih dari 266 ribu debitur yang mendapatkan relaksasi dari penundaan
pembayaran pinjamannya hingga pembayaran bunga yang dibayar pemerintah. Ini juga
termasuk ke pengusaha jamu dan obat tradisional," ujar Sri Mulyani.
Pemerintah Dukung Pengembangan Obat
Herbal Di Masa Pandemi Covid-19
Karanganyar (8/10) -- Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam
yang melimpah ruah. Salah satu yang paling unggul dimiliki Indonesia adalah kekayaan
hayati berupa rempah-rempah dan tanaman obat yang berkhasiat.
Dalam rangkaian kunjungannya, Menko PMK mengunjungi kebun percobaan dan produksi
tanaman herbal yang dikembangkan B2P2TOOT di Dusun Tlogodlingo, Kecamatan
Tawangmangu, untuk melihat aneka ragam jenis tanaman obat yang dikembangkan, sekaligus
ikut memanen beberapa jenis tanaman obat, yaitu tanaman kamomil/chamomile, dan tanaman
timi/thime.
"Kunjungan saya ke sini untuk melihat di lapangan tentang perkembangan bahan-bahan baku
dari obat-obatan yang bersumber dari bahan herbal dan juga melihat perkembangan obat
tradisional di balai besar ini" ujar dia usai melakukan kunjungan di B2P2TOOT.
Menko PMK mengatakan, pengembangan tanaman obat dan herbal di masa pandemi Covid-
19 ini sangatlah penting. Menurutnya, saat ini Presiden RI Joko Widodo berfokus pada
pengembangan obat-obatan yang bersumber dari bahan baku asli Indonesia.
"Sesuai arahan Presiden, diminta untuk lebih mengutamakan pada bahan yang bersumber dari
Indonesia sendiri, yaitu bahan baku lokal. Dan kalau bisa dikembangkan bukan hanya sebagai
obat tradisional, tetapi juga sebagai obat fitofarmaka (obat dari bahan alam yang telah
dibuktikan keamanannya dengan uji klinis)," jelasnya.
Lebih lanjut, Menko PMK menilai, apa yang telah dilakukan B2P2TOOT dalam
pengembangan tanaman obat dan produksi obat herbal sudah sangat baik. Bahkan,
B2P2TOOT juga turut melakukan pembinaan kepada para petani tanaman obat di Kabupaten
Karanganyar agar kualitas dari tanaman obat yang dihasilkan terrus terjaga.
"Dengan demikian, produk petani itu mulai dari proses penanamannya, pembibitanya,
kemudian sudah menjadi produk itu dibimbing sampai ada jaminan bahwa produknya nanti
hasil petani itu akan terbeli. Sehingga petani akan merasa aman merasa nyaman dalam
bekerja. Sementara produknya juga akan berstandar yang sesuai dengan kebutuhan obat,"
ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny
Lukito mengatakan bahwa pemerintah sangat mendukung pengembangan tanaman obat di
B2P2TOOT dan produk turunannya seperti jamu dan obat-obatan herbal. Dia mengatakan,
BPOM akan ikut mendamping dan bertanggung jawab untuk menjamin aspek keamanan
mutu khasiat dari produk herbal terstandar ayau obat fitofarmaka.
"Jadi saya sangat mengapresiasi balai ini yang tidak hanya berbasis riset, dia juga
membimbing para petani para calon pelaku usaha UMKM jamu dan obat tradisional. Kami
siap membantu mendampinginya nanti sehingga produk-produk tersebut bisa memenuhi
aspek mutu dan kualitas jamu tradisional," tukas dia.
Melanjutkan rangkaian kunjungan kerjanya, Menko PMK juga meninjau e-Warong Berkah di
Dukuh Suruh Kalong, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, yang dikelola oleh
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH). Di e-Warong
tersebut, Menko Muhadjir melihat proses transaksi pembelanjaan bantuan sosial Program
Sembako yang dilakukan para KPM untuk mendapatkan bantuan sembako. Selain itu, Menko
PMK juga mengecek kualitas bahan pangan yang diserahkan kepada penerima manfaat.(*)
Kontributor Foto:
Kristian Suryatna
Reporter:
Novrizaldi
Mahasiswa KKN UNEJ Bantu UMKM
Jamu Herbal Instan di Sumbersari Jember
July 30, 2020 PENDIDIKAN
Jember- Sebanyak 3.997 mahasiswa Universitas Jember (UNEJ) pada 1 Juli 2020 hingga 14
Agustus 2020 mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN). Namun kali ini, pelaksanaan KKN
berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Seperti yang diketahui, pandemi Covid-19 membuat
kegiatan harus dilakukan berdasarkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan,
sehingga Universitas Jember mengambil kebijakan mahasiswa menjalankan KKN secara
perseorangan di desa/kelurahan masing-masing, atau diberi nama “Back to Village”, yang
tersebar di seluruh Indonesia.
Fokus dari KKN bermacam-macam, mulai dari pendidikan anak sekolah, inovasi teknologi
informasi, pemberdayaan jarring pengaman desa, pencegahan Covid-19, hingga
pengembangan wirausaha masyarakat yang terdampak Covid-19.
Salah satunya adalah yang dilakukan Roan Pratama Putra, mahasiswa KKN UNEJ, yang
melaksanakan KKN dengan program pemberdayaan kewirausahaan pelaku usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM) Jamu Herbal “Sari Alam” di Kelurahan Sumbersari,
Kecamatan Sumbersari, Jember, yang penjualannya sedang terdampak Covid-19.
Ia menilai jamu herbal instan saat ini masih berpotensi memiliki daya nilai jual tinggi untuk
meningkatkan imun selama wabah Covid-19. Namun, karena tidak adanya inovasi dalam
penjualan produk ditambah kondisi ekonomi masyarakat yang menurun selama pandemi,
pendapatan UMKM ini tetap menurun 4 bulan terakhir.
Tak lupa, mahasiswa program studi Pendidikan Dokter ini juga megedukasi bahaya Covid-
19, dan melatih para pekerja Jamu Herbal untuk mengikuti Pedoman Pencegahan Covid-19
dalam Produksi dan Distribusi Pangan Olahan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM).
Mulai dari cara cuci tangan dan menggunakan masker yang benar, hingga melatih kebiasaan
menggunakan alat pelindung diri (APD) saat proses produksi seperti faceshield, sarung
tangan, apron, dan masker. Hal ini agar produk jamu yang diproduksi aman untuk
dikonsumsi.
Pelaksanaan program KKN ini harus dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19.
Mahasiswa dan sasaran secara mandiri mempersiapkan masker, hand-sanitizer, dan jaga jarak
selama bertatap muka dengan sasaran. Hal ini penting agar tidak adanya penularan yang
terjadi selama program ini.
Diharapkan dengan dilakukannya program KKN UNEJ “Back to Village” 2020 ini,
mahasiswa dapat memberikan dampak positif yang besar kepada masyarakat. Penjualan
UMKM Jamu Herbal saat ini meningkat 60 persen, jika dibandingkan bulan sebelumnya. Hal
ini terjadi akibat gencarnya melakukan pemasaran melalui media sosial dan e-commerce.
Herbal dan Peluang Bisnis di Masa Pandemi COVID-19, Pilih Sehat atau Resesi?
Artikel Terkait
5 jam ago
15 Juta Dosis Bahan Baku Vaksin Sinovac Tiba di Jakarta
10 jam ago
Regulator Eropa Terima Permohonan Izin Edar Bersyarat Vaksin COVID-19 AstraZeneca
15 jam ago
Majalah Farmasetika – Pandemi virus corona baru di Indonesia tampaknya belum akan usai
dalam waktu dekat. Pasalnya, jumlah kasus positif Covid-19 masih terus bertambah setiap
harinya.
Dengan kondisi tersebut, menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas tubuh di masa
pandemi merupakan cara yang cukup bijak agar tidak tertular Covid-19. Pandemi Covid-19
membuat sebagian besar masyarakat lebih sadar pentingnya menjaga kesehatan.
Salah satu caranya dengan mengonsumsi obat herbal dan suplemen kesehatan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh agar terhindar dari serangan penyakit, termasuk Covid-19.
“Konsumsi herbal dan suplemen kesehatan yang aman, bermanfaat, dan bermutu menjadi
salah satu upaya preventif yang perlu dibudayakan oleh masyarakat pada masa pandemi ini,”
imbau Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito dalam Focus Group Discussion (FGD)
virtual “Peran Herbal dan Suplemen Kesehatan Menghadapi Pandemi COVID-19” di Kantor
Badan POM, Kamis (14/05/2020).
Selain dapat meningkatkan daya tahan tubuh, tanaman herbal juga dapat memulihkan tubuh
dari penyakit tertentu, termasuk Covid-19. Hal ini sudah dibuktikan penyidik senior KPK
Novel Baswedan Ketika dirinya dan keluarga berstatus negatif Covid-19. Ia pun melakukan
isolasi mandiri selama 11 hari dan kemudian sembuh.
Novel mengungkapkan keluarga mengonsumsi ramuan herbal dan probiotik. Ramuan herbal
ia racik dari kunyit, kencur dan madu. Kunyit dan kencur diparut dan diseduh dengan air
hangat baru kemudian dicampur madu.
“Juga rebusan jahe yang diberi minyak kayu putih setetes. Selain itu ada beberapa suplemen
yang perlu dikonsumsi, di antaranya vitamin C, D, E, dan zinc. Semoga bermanfaat. Bagi
yang sedang sakit semoga lekas sembuh,” pungkas Novel.
Pemanfaatan obat herbal telah terbukti empiris secara turun menurun dapat memelihara
kesehatan tubuh. Untuk itu Badan POM berkomitmen mendukung pemanfaatan herbal
Indonesia untuk dikembangkan menjadi obat herbal dan suplemen kesehatan pencegah
Covid-19.
Baca : Studi Baru : Cuaca Panas dan Lembab Perlambat Penularan COVID-19
“Kami selalu siap memfasilitasi dan mendampingi para peneliti dan pelaku usaha dalam riset,
pengembangan, dan hilirisasi obat herbal,” tutur Kepala Badan POM.
Sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, Indonesia berpeluang besar
mengembangkan riset obat herbal. Terbukti beberapa herbal dapat digunakan sebagai
imunomodulator atau peningkat sistem imun seperti kunyit, jahe, temulawak, meniran, jambu
biji, sambiloto, echinacea, atau berbagai efikasi lain yakni antiinflamasi, antioksidan, dan lain
sebagainya.
Tidak menutup kemungkinan herbal Indonesia dapat berfungsi sebagai antiviral dan perlu
dilakukan pembuktian ilmiah melalui uji klinik.
Oleh karena itu, 3 orang mahasiswa asal Universitas Padjadjaran yakni, Ayu Dewi Utami,
Izzah Al Mukminah, Syahrul Ramdhani dibimbing oleh Dr. Ade Zuhrotun, M. Si., Apt.
melakukan inovasi pengembangan pangan fungsional berupa minuman fungsional dari
paduan beberapa herbal melalui program Hibah Inovasi Pre-Startup Mahasiswa Universitas
Padjadjaran (HIPSMU) yang diadakan oleh Universitas Padjadjaran.
Produk ini memberi kepraktisan dan cepat dalam penyajian karena paduan herbal tersebut di
kemas menggunakan kantong filter teh celup dan juga dipadukan dengan susu sapi bubuk
yang terbukti sangat baik untuk tubuh, dikemas secara terpisah dalam aluminium foil.
Kombinasi rempah-rempah herbal dan susu tersebut dapat membuat produk ini memiliki
health value dan sangat bermanfaat untuk situasi saat ini. Produk ini dikenal dengan nama
MERDEKA, yakni Minuman Herbal Kering Golden Milk dan Turmeric Latte.
Dalam penyajiannya, minuman ini dapat ditambahkan gula sesuai selera dan dapat disajikan
secara hangat atau dingin.
Produk MERDEKA hadir sebagai respon dari situasi saat ini yang membuat semua
masyarakat harus meningkatkan daya tahan tubuh agar terhindar dari Covid-19.
Harapannya produk MERDEKA dapat diterima oleh masyarakat sebagai suplemen sehari-
hari dalam menjaga daya tahan tubuh dalam beraktivitas agar terhindar dari berbagai
ancaman penyakit, termasuk Covid-19.
Baca : Menristek Dukung Industri Farmasi Swasta Produksi Vaksin COVID-19 Bantu Bio Farma
Sumber :
Bijak Manfaatkan Obat Herbal dan Suplemen Kesehatan untuk Daya Tahan Tubuh
Menghadapi Pandemi COVID-19 https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/18484/Bijak-
Manfaatkan-Obat-Herbal-dan-Suplemen-Kesehatan-untuk-Daya-Tahan-Tubuh-Menghadapi-
Pandemi-COVID-19.html
Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu
barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi,
dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih
dekatkepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri/makloon dan pekerjaan
perakitan (assembling).
Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain. Pada kegiatan ini bahan
baku disediakan oleh pihak lain sedangkan pihak pengolah hanya melakukan pengolahannya dengan
mendapat imbalan sejumlah uang atau barang sebagai balas jasa (upah makloon), misalnya perusahaan
penggilingan padi yang melakukan kegiatan menggiling padi/gabah petani dengan balas jasa tertentu.
Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan
ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu,
dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang
atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut.
Penggolongan perusahaan industri pengolahan ini semata-mata hanya didasarkan kepada banyaknya
tenaga kerja yang bekerja, tanpa memperhatikan apakah perusahaan itu menggunakan mesin tenaga
atau tidak, serta tanpa memperhatikan besarnya modal perusahaan itu.
Klasifikasi Industri
Klasifikasi industri yang digunakan dalam survei industri pengolahan adalah klasifikasi yang berdasar
kepada International Standard Industrial Classification of all Economic Activities (ISIC) revisi 4 , yang
telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia dengan nama Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia (KBLI) tahun 2009.
Kode baku lapangan usaha suatu perusahaan industri ditentukan berdasarkan produksi utamanya, yaitu
jenis komoditi yang dihasilkan dengan nilai paling besar. Apabila suatu perusahaan industri
menghasilkan 2 jenis komoditi atau lebih dengan nilai yang sama maka produksi utama adalah
komoditi yang dihasilkan dengan kuantitas terbesar.
Golongan Pokok
1. Makanan
2. Minuman
3. Pengolahan tembakau
4. Tekstil
5. Pakaian jadi
6. Kulit, barang dari kulit dan alas kaki
7. Kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu,
rotan dan sejenisnya
8. Kertas dan barang dari kertas
9. Pencetakan dan reproduksi media rekaman
10. Produk dari batu bara dan pengilangan minyak bumi
11. Bahan kimia dan barang dari bahan kimia
12. Farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional
13. Karet, barang dari karet dan plastik
14. Barang galian bukan logam
15. Logam dasar
16. Barang logam, bukan mesin dan peralatannya
17. Komputer, barang elektronik dan dan optik
18. Peralatan listrik
19. Mesin dan perlengkapan ytdl
20. Kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer
21. Alat angkutan lainnya
22. Furnitur
23. Pengolahan lainnya
24. Jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan
Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya pekerja/karyawan rata-rata perhari kerja baik pekerja yang
dibayar maupun pekerja yang tidak dibayar.
Pekerja Produksi adalah pekerja yang langsung bekerja dalam proses produksi atau berhubungan
dengan itu, termasuk pekerja yang langsung mengawasi proses produksi, mengoperasikan mesin,
mencatat bahan baku yang digunakan dan barang yang dihasilkan.
Pekerja lainnya adalah pekerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, pekerja ini
biasanya sebagai pekerja pendukung perusahaan, seperti manager (bukan produksi), kepala personalia,
skretaris, tukang ketik, penjaga malam, sopir perusahaan, dll.
3. Nilai Tambah
Nilai tambah adalah besarnya output dikurangi besarnya nilai input (biaya antara).
Metode Penghitungan:
NTB = Output-Input
Metode Penghitungan:
Sumber Data : Survei Tahunan Perusahaan Industri Pengolahan Besar dan Sedang
Input atau biaya antara adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang terdiri dari biaya:
1. Bahan Baku
Bahan baku adalah semua jenis bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dalam proses
produksi dan tidak termasuk: pembungkus, pengepak, pengikat barang jadi, bahan bakar yang
dipakai habis, perabot/ peralatan.
Bahan bakar yang digunakan selama proses produksi yang berupa: bensin, solar, minyak
tanah, batubara dan lainnya.
Komposisi biaya input adalah persentase dari masing-masing komponen biaya input terhadap biaya
input.
Output adalah nilai keluaran yang dihasilkan dari proses kegiatan industri yang terdiri dari:
Tenaga listrik yang dibangkitkan sendiri oleh perusahaan dan sebagiannya dijual kepada pihak
lain.
Selisih nilai stok barang setengah jadi akhir tahun dikurangi dengan stok awal tahun.
Komposisi nilai output adalah persentase dari masing-masing komponen nilai output terhadap
nilai output.
o Sumber Data
1. Survei Tahunan Perusahaan Industri Pengolahan Besar dan Sedang
2. Survei Industri Mikro dan Kecil
Polije Bersama Unej Gelar Pelatihan
Pembibitan Aneka Tanaman Herbal Bagi
Gapoktan Suka Maju di Pace Silo Jember
August 2, 2020 PENDIDIKAN
Jember- Pelatihan pembibitan aneka macam tanaman herbal berkhasiat obat dilakukan dalam
rangka menjadikan Desa Pace menjadi sentra herbal di Kabupaten Jember. Kegiatan ini
merupakan awalan dari rangkaian kegiatan yang ada. Tim pelaksana kegiatan terdiri atas 2
dosen dari Politeknik Negeri Jember yaitu Iqbal Erdiansyah, SP., MP.dan Eliyatiningsih, SP.,
M.Sc., serta 2 dosen dari Universitas Jember yaitu Apt. Dwi Nurahmanto,S.Farm, M.Sc. dan
Vega Kartika Sari, SP., M.Sc.
Ketua tim pelaksana, Iqbal Erdiansyah menuturkan, Kegiatan ini dilakukan sebagai wujud
kegiatan dosen dalam pengabdian kepada masyarakat dan didanai oleh Kemenristek-Brin
dalam Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) Tahun 2020.
”Hingga kini, meski kopi merupakan komoditas utama yang ditanam masyarakat Desa Pace,
namun tanaman herbal seperti cabe jamu, kunyit, dan jahe juga telah dibudidayakan,” tutur
Iqbal.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Jember, Tahun 2014, Silo merupakan
penghasil jahe ketiga terbesar di Jember. Dari hasil survey oleh tim pengusul, salah satu
anggota gapoktan di Pace pernah sukses memproduksi kunyit hingga 10 ton dan
mendapatkan omzet hingga ratusan juta rupiah.
“Selain itu, untuk cabe jawa telah dibudidayakan seluas 10 ha. Hal tersebut menunjukkan
Desa Pace berpotensi untuk dikembangkan sebagai sentra herbal di Kabupaten Jember,”
ujarnya.
Meski kegiatan pembibitan ini dilakukan di saat pandemi Covid-19, namun tim dan anggota
Gapoktan yang hadir menerapkan standar protokol kesehatan.
Gapoktan Suka Maju merupakan salah satu kelompok tani yang memiliki anggota sekitar 30
orang dan hingga kini aktif membudidayakan kopi dan berbagai komoditi herbal.
Ketua Gapoktan Suka Maju, Zainal Abidin, mengungkapkan, pihaknya bersyukur adanya
kegiatan ini.
“Fasilitas yang diberikan seperti rumah pembibitan, pengetahuan mengenai cara perbanyakan
tanaman herbal dan pemberdayaan warga sekitar untuk membudidayakan tanaman herbal
dipekarangan masing-masing merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk kami dan tentu
Desa Pace kedepannya,” katanya.
M. Farohan selaku Kepala Desa Pace juga menyambut baik kegiatan ini, dan mengijinkan
rumah pembibitan dibangun di tanah desa.
“Kami mendukung sepenuhnya kegiatan ini, selama bermanfaat untuk warga Pace, kenapa
tidak,” ungkap Farohan.
Kegiatan ini sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Jember Tahun 2016-2021, yang salah satu misinya Meningkatkan Pembangunan
Ekonomi Kerakyatan yang Mandiri dan Berdaya Saing, Berbasis Agrobisnis/ Agroindustri
dan Industrialisasi Secara Berkelanjutan.(sep/sal)
OBAT HERBAL
Obat tradisional adalah salah satu produk tradisi masyarakat yang bersandar pada kearifan
lokal dan diwariskan secara turun-temurun. Penggunaan obat tradisional ini, yang berupa
obat herbal terstandar dan fitofarmaka, bahkan bisa dilayani di puskesmas melalui
penggunaan dana alokasi khusus bidang kesehatan.
Surat edaran ini dimaksudkan untuk memperjelas penggunaan ramuan tradisional bagi
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan perawatan kesehatan termasuk pada masa
pandemi Covid-19.
Obat tradisional juga tidak boleh digunakan dalam keadaan kegawatdaruratan dan keadaan
yang potensial membahayakan jiwa.
Beberapa contoh tanaman obat meliputi jahe merah, jahe, temulawak, kunyit, kencur,
lengkuas, bawang putih, kayu manis, serei, daun kelor, daun katuk, jambu biji, lemon, jeruk
nipis, dan jinten hitam.
Selain itu obat tradisional juga memiliki khasiat, di antaranya, untuk daya tahan tubuh, darah
tinggi, diabetes, mengurangi keluhan batuk, flu, sakit tenggorokan, dan meningkatkan
produksi ASI.
Dalam surat edaran tersebut disebutkan petunjuk pemanfaatannya adalah:
Dalam surat edaran ini juga diberikan enam contoh ramuan tanaman obat untuk
meningkatkan daya tahan tubuh antara lain:
Ramuan 1
Bahan
Air : 3 cangkir
Cuci bersih semua bahan, jahe merah digeprek. Rebus air hingga mengeluarkan banyak uap,
kecilkan api dan rebus semua bahan bersama gula merah selama 15 menit. Kemudian saring
dan dinginkan.
Cara pemakaian
Ramuan 2
Bahan
Air : 3 cangkir
Cuci bersih semua bahan, kunyit dan lengkuas digeprek, rebus air hingga mendidih, kecilkan
dan masukkan semua bahan. Tunggu kira-kira air hingga setengahnya, saring dalam keadaan
dingin
Cara pemakaian
Ramuan 3
Bahan
Pegagan : 1 jumput
Air
Cara pembuatan
Bahan dicuci bersih, kemudian rebus air sampai mendidih. Setelah mendidih kecilkan api dan
masukkan bahan yang sudah disiapkan. Tunggu sampai air tersisa kira-kira dua gelas,
penyaringan dilakukan sesudah dingin dan tambahkan perasan jeruk nipis.
Cara pemakaian
Ramuan 4
Bahan
Kencur : 50 gr yg terkupas
Beras : 100 gr
Cara pembuatan
Sangrai beras hingga kekuningan, haluskan beras, kencur, dan gula. Masukkan ke dalam air
sampai mendidih, tambahkan pandan kemudian disaring
Cara pemakaian
Minum 2 x sehari
Ramuan 5
Bahan
Air : 2 cangkir
Cara pembuatan
Rebus air sampai mendidih, masukkan kelor lalu matikan api dan saring sesudah dingin
Cara pemakaian
Ramuan 6
Bahan
Madu : secukupnya
Pembuatan
Bawang putih dicuci bersih dan dimemarkan sampai halus, kemudian campurkan ke dalam
air hangat dan tambahkan madu, aduk hingga larut.
Cara pemakaian
Ramuan diminum 2 kali sehari
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengunjungi Kampung Herbal,
Sumber Ramuan Alami di Pelosok Jember", Klik untuk baca:
https://regional.kompas.com/read/2020/02/01/07000051/mengunjungi-kampung-herbal-
sumber-ramuan-alami-di-pelosok-jember?page=all.
Penulis : Kontributor Jember, Bagus Supriadi
Editor : Abba Gabrillin
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Aneka Minuman Serbuk Jamu Herbal
13 April 2020
ikhtiar thd Allah SWT
Demi mencegah penyebaran penularan virus COVID-19 thd diri kita, kluarga kita, &
sekitar kita,
Ayoo kita ikhtiar menjaga kesehatan tubuh kita & meningkatkan daya tahan (imun)
tubuh kita, semaksimal mungkin,
Keunggulan Produk :
Varian Primer :
1. Jahe
2. Jahe merah
3. Jahe kelor
4. Jahe daun sirsat
5. Jahe bidara
6. Kencur
7. Kopi jahe kelor
8. Kopi jahe merah
Varian Sekunder :
1. Empon-empon
2. Kunir
3. Kunir putih
4. Kunir pegagan
5. Kunir beluntas
6. Lempuyang
7. Kunci sirih
8. Temulawak
9. Temu ireng
10. Mengkudu
11. Wortel labu siam
12. Kulit manggis
Harga Produk :
harga jual retail/ecer :
yg primer : 35.000/pack
yg sekunder : 30.000/pack
Harga Grosir :
ukuran hrg grosir
200gr 5% dri ecer (min.6)
Diproduksi oleh :
*JEMBER GREEN HERBALIST
Sumbersari – Jember
Jatim – Indonesia
Oleh:
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S.
Disampaikan pada Sidang Senat Terbuka Universitas Sebelas Maret Tanggal 30 April 2009
Pada hari yang berbahagia ini, perkenankanlah saya menyampai¬kan pidato pengukuhan
guru besar dengan judul ”Strategi Pengembangan Budidaya Tumbuhan Obat dalam
Menunjang Pertanian Berkelanjutan”. Judul ini saya pilih mengingat pentingnya tumbuhan
obat sebagai bagian dari kekayaan plasma nutfah di Indonesia, yang perlu dimanfaatkan
sekaligus dilestarikan eksistensinya. Selain itu tumbuhan obat merupakan salah satu komoditi
hortikultura prospektif untuk dikembangkan menjadi salah satu komoditas andalan, karena
mempunyai peranserta yang besar dalam peningkatan pendapatan masyarakat dan
penerimaan devisa negara.
Peran tumbuhan obat dalam pemberdayaan ekonomi dapat melalui: (1) penyediaan bahan
baku, (2) sebagai penggerak ber¬kembangnya sektor ekonomi pedesaan, (3) pemanfaatan
sumber daya domestik, (4) penyerapan tenaga kerja produktif di pedesaan sekaligus sebagai
media untuk meratakan dan meningkatkan kese¬jah¬teraan masyarakat, (5) menghasilkan
devisa negara. Pengem¬bang¬an tumbuhan obat harus memperhatikan: (1) pengembangan
sentra produksi, (2) pengembangan benih, (3) pengembangan penangkar benih/ bibit, (4)
pemanfaatan paket teknologi, (5) peningkatan sumber daya manusia, dan (6) penguatan
modal kelompok petani (Pujiasmanto, 2003).
Hasil olahan tumbuhan obat mempunyai nilai ekonomi tinggi. Penggunaan obat tradisional
(herbal medicine) di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun. Total impor fitofarmaka di
pasaran internasional pada dekade terakhir ini mencapai 500.000 ton per tahun dan tumbuh
8.5% per tahun. Budidaya tumbuhan obat me¬miliki keuntungan yang bersifat ekonomis
maupun non ekonomis, yaitu: (1) peningkatan pendapatan masyarakat, (2) pelestarian
ekosistem dan plasma nutfah, (3) penjaminan kontinyuitas suplai bahan baku, (4)
peningkatan kuantitas dan kualitas hasil produksi tumbuhan obat. Perhatian dunia terhadap
obat-obatan dari bahan alam (obat herbal) menunjukkan peningkatan, baik di negara-negara
berkembang maupun di negara-negara maju. Menurut data yang dihimpun oleh Sekretariat
Convention on Biological Diversity (CBD) penjualan global obat herbal dapat mencapai US
$ 60 milyar (>54 triliun rupiah/tahun). Obat-obatan herbal telah diterima secara luas di
negara-negara yang tergolong berpendapatan rendah sampai maju. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menyebutkan bahwa 65% dari penduduk negara-negara maju menggunakan obat-
obatan herbal (Aspan, 2004; Depkes, 2006; Pujiasmanto, 2009).
1. Sumber bahan obat alam sebagian besar (diperkirakan lebih dari 90%) masih merupakan
pengumpulan dari tumbuhan liar, hutan dan pekarangan. Kegiatan budidaya tanaman obat
belum banyak diselenggarakan secara profesional.
2. Industri kecil obat tradisional dan juga banyak industri obat tradisional berskala besar
memperoleh bahan baku langsung dari pengumpul dan atau pedagang (penyalur) simplisia.
Pedagang simplisia yang sebagian besar berada di Jawa Tengah dan di Jawa Timur
memperoleh suplai simplisia dari petani di pulau Jawa.
3. Mutu simplisia pada umumnya kurang memenuhi persyaratan yang diperlukan, akibat
ketidakmampuan petani dan pengumpul dalam mengolah dan mengelola simplisia secara
baik.
4. Hampir semua obat tradisional, baik industri kecil maupun industri besar, belum
melakukan bimbingan/pelatihan teknis kepada pengumpul dan petani. Industri mengaku
menerima dan menyeleksi kembali hasil yang diperoleh dari pengumpul dengan biaya yang
cukup besar. Walaupun demikian sudah ada beberapa industri obat tradisional yang
membangun kemitraan dengan petani di sekitar lokasi pabriknya.
5. Industri obat tradisional masih sangat kurang memperhatikan dan memanfaatkan hasil-
hasil penelitian ilmiah dalam pengem¬bangan produk dan pasar. Dalam pengembangan pasar
industri obat tradisional masih lebih menekankan pada kegiatan pro¬mosi, dibanding
dukungan ilmiah mengenai kebenaran khasiat, keamanan dan kualitasnya. Dalam era
globalisasi dengan pasar bebasnya, upaya standarisasi yang berlaku secara nasional/
internasional menjadi hal yang sangat penting. Oleh karena itu penyusunan standar bahan
baku dan sediaan jadi perlu terus ditingkatkan.
1. Sejak terjadi masa krisis, posisi obat tradisional yang berbahan baku nabati mulai bisa
sejajar dengan obat-obatan modern di pasaran karena harganya relatif murah.
2. Tren kembali ke alam di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika makin
mempopulerkan pengobatan dan perawatan kesehatan secara natural sehingga meningkatkan
permintaan dunia terhadap bahan baku nabati.
3. Untuk mengantisipasi tingginya permintaan bahan baku nabati oleh negara-negara
penghasil produk herbal seperti Cina dan India maka Indonesia adalah daerah yang cocok
untuk pengem¬bangan budidaya tanaman obat. Seperti yang terjadi di negara Eropa dan
Amerika yang mengembangkan bahan baku nabati di daerah Amerika Selatan dan Afrika
Barat yang bersuhu tropis.
4. Beberapa jenis tanaman tropis yang berkhasiat obat dan banyak digunakan untuk
perawatan natural hanya bisa tumbuh di daerah tropis Indonesia.
1. Tumbuhan obat sudah mulai sulit ditemukan di habitatnya, bahkan beberapa spesies sudah
mulai langka karena kurangnya kesadaran masyarakat yang tidak menghiraukan segi
peles¬tarian, tetapi hanya memanfaatkan saja.
2. Berdasarkan beberapa penelitian, produksi simplisia dari tanaman obat hasil budidaya
masih lebih rendah dari tanaman liar, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
3. Beberapa spesies tumbuhan obat masih cukup sulit dibudi¬dayakan secara konvensional.
4. Budidaya tumbuhan obat dan komestika sebaliknya dilakukan dengan sistem organik
(organic farming) tanpa menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya seperti pupuk kimia
buatan, herbisida, insektisida, dan fungisida.
5. Budidaya tanaman tanpa menerapkan bioteknologi yang di¬kuatir¬kan dapat merusak gen-
gen bermanfaat dari tanaman dalam jangka waktu yang lama.
6. Pasar tumbuhan bahan obat masih terbatas dan eksklusif, walaupun akhir-akhir ini
permintaannya cukup tinggi baik lokal maupun ekspor.
Penelitian-penelitian terhadap tumbuhan obat unggulan telah dilakukan oleh institusi terkait
dan perguruan tinggi, sebagaimana yang pernah penulis lakukan terhadap tumbuhan obat
sambiloto atas payung kerjasama BPTO dengan Fakultas Pertanian UNS. Sambiloto sebagai
salah satu tumbuhan obat unggulan, berdasarkan survai yang penulis lakukan ternyata belum
dibudidayakan, dan diambil dari hutan-hutan, sehingga dapat mengganggu kelestarian alam.
Terkait dengan pertanian berkelanjutan, sambiloto perlu didomestikasi (dibudidayakan),
sehingga sebagai bahan obat herbal dapat terpenuhi baik kuantitas dan kualitas, sekaligus
terjaga erosi plasmanutfah dan kerusakan alam. Diharapkan hasil penelitian akan
meningkatkan pemanfaatan bahan obat alam dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
Pengembangan pemanfaatan obat bahan alam dalam pela¬yanan kesehatan masyarakat
membuka kesempatan kepada produsen untuk mengembangkan produknya ke arah
fitofarmaka. Untuk melindungi masyarakat dari produk yang tidak memenuhi persyaratan
mutu, keamanan dan manfaat ada instansi yaitu Badan POM yang melakukan pengawasan
terhadap produk sebelum dan sesudah beredar. Sebelum beredar, produk didaftarkan di
Badan POM untuk dievaluasi terhadap aspek mutu, keamanan dan manfaat, dan apabila telah
memenuhi persyaratan maka diberikan persetujuan sehingga produk tersebut dapat beredar.
Terhadap produk yang telah beredar dilakukan kegatan survei dan atau monitoring dengan
mengamati parameter efek samping, kegiatan yang merugikan serta periklanan dan promosi.
Peran Badan POM dalam mendukung industri obat bahan alam diharapkan dapat
meningkatkan gairah perkembangan bisnis obat bahan alam mengingat masa depannya yang
cerah dan potensinya yang cukup besar (Aspan, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Aspan, R. 2004. Pengembangan pemanfaatan obat bahan alam dalam pelayanan kesehatan
masyarakat. Pros. Sem. Nas. 25 Tumb. Obat Ind. Depkes RI.: 8 -15.
Demchik and Streed. 2002. “Non timber forest products and implication for forest managers:
use, collection and growth of berries, fruits and nuts”. http://www.rudyct.topcities.com.
Dephut. 2004. “The roles of medicinal plants on plantation forest development”.
http://www.dephut.go.id/indonesia.
Depkes. 2005. Pokok-pokok kebijakan nasional penelitian dan pengembangan tanaman obat
dan pengobatan tradisional. Temu Ilmiah Iptek Balitbang Depkes RI. : 1 – 14.
Depkes. 2006. ”Mengenal beberapa tanaman yang digunakan sebagai anti diabetika”.
http://www.pom.go.id/public/ default.asp. 6 Januari 2006.
Conway, G.R. and Barbier. 1990. After green revolution, sustain¬able agriculture
development. Earthscan Pub., London.
Fukuoka, M. 1985. The One-Straw Revolution. Bamtam Books. Toronto.
Gunawan, D. dan S. Mulyani. 2004. Ilmu obat alam (farma¬kognosi). Penebar Swadaya. pp.
139.
Jenie, U.A., M.Hanafi dan L.B.S. Kardono. 2005. Metode bio¬teknologi dan biomolekuler
terkini dan tepat guna yang mendukung pengembangan obat tradisional/alam di pasar lokal
dan global. Temu iIlmiah dan Iptek Balitbang Depkes RI.: 4 – 11.
Kintoko, 2006. ”Prospek pengembangan tanaman obat”. http://pkukuwel.ukm. Download
31-03-2009.
Litbang Depkes. 2009. ”Tanaman obat asli milik bangsa dan negara RI”.
http://www.bmf.litbang.depkes.go.id. Download 31-03-2009.
Luasunaung, A., Erwan, G.E. Mamuaya, Kisman, N. Sahiri, R.L. Worang, Purwantomo,S.,
Susiyanti, dan V.J.Pical. 2003. ”Domestikasi tumbuhan dan hewan”. http://www.ruyct.
topcities.com. 2 Maret 2006.
Maxximilllian, 2008. “Pharmacy Business, an overview of pharmacy related and healthcare
industry”. http://www. bisnisfarmasi.wordpress.com
Muhlisah, F.1999. Temu-Temuan dan Empon-empon Budidaya dan Manfaatnya. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Mursito, B dan H. Prihmantoro. 2002. Tanaman Hias Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Moenandir, J. 2004. Prinsip-prinsip utama, Cara menyukseskan produksi pertanian. Dasar-
dasar budidaya pertanian. Bayu Media Publ. Malang. pp. 378.
Naiola B.P., T. Murningsih dan Chairul. 1996. Pengaruh stres air terhadap kualitas dan
kuantitas komponen aktif pada sambiloto. Warta Tumb. Obat Indo.
Pujiasmanto, B. 2001. Usaha-usaha Peningkatan Tanaman Jahe. Caraka Tani (19) : 1. FP-
UNS, Surakarta.
Pujiasmanto, B. 2003. Pengembangan Budidaya Tanaman Obat. Pelatihan Teknis Fungsional
Pengawasan Mutu Benih Tanaman Obat, di Tawangmangu 20 – 23 Oktober 2003.
Pujiasmanto, B. 2008. ”Prospek Budidaya Tumbuhan Obat”. Berita Nasional Yogyakarta. 11
Oktober 2008.
Pujiasmanto, B. 2008. ”Perlunya Domestikasi Tumbuhan Obat”. Berita Nasional Yogyakarta.
1 November 2008.
Pujiasmanto, B. 2009. Domestikasi Tumbuhan Obat Untuk Mengatasi Erosi Plasmanutfah
Akibat Krisis Ekonomi. Seminar Nasional Revitalisasi Pertanian Dalam Menghadapi Krisis
Ekonomi Global. Suarakarta 21 Maret 2009.
Pus.Ris. Obat & Makanan. 2004. Pedoman budidaya pasca panen dan produksi obat bahan
alam. Pus. Ris. Obat dan Makanan. Jakarta. pp. 27.
Radji, M.,2005. ”Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat
herbal”. Jurnal Ilmu Kefarmasian (2)3 : 113- 126.
Tim Penulis. 2004. ”Obat tradisional”. http://www.majalah-farmacia.com/news.php. 5
Januari 2006.
Tim Penulis. 2007. ”Menjaga benteng pertahanan tubuh”. http:// www.pen.swadaya.com. 6
Januari 2008.
Reijntjes, C., B. Havercort, dan W. Bayer. 2006. Pertanian Masa Depan. Pengantar untuk
pertanian berkelanjutan dengan input luar rendah. Kanisius, Yogyakarta.
Salikin, K.A. 2007. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta.
Simon, A.J. 1996. “ICRAF’s Strategy for domestication of non–wood tree products”.
http://.www.fao.org/docrep/w373e/ 373eo7.htm.
Soemartono, 1996. Paradigma Dasar dan Inovasi Iptek Menyongsong Pertanian Abad ke-21.
FP-UGM, Yogyakarta.
Sumarno, 2003. Kesiapan Pertanian Indonesia Dalam Era Perdagangan Bebas dan Otonomi
Daerah Khususnya Agrobisnis Hortikultura. Seminar Nasional FP-UNS, Surakarta.
Sukardiman, A. Wydarwaruyanti, H.Plumeriastuti, 2009. Komisi Pengembangan Obat
Tradisional (KPOT). LPPM, Univ. Airlangga, Surabaya.
Syukur C, 2003. Temu Putih Tanaman Obat Anti Kanker. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Syukur C, dan Hernani, 2002. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penerbit Swadaya,
Jakarta.
Utami, N.W. dan T. Juhaeti. 2004. Respon mengkudu pada media tanam dan naungan. Pros.
Sem. Nas. 25. Pokjanas Tan. Obat Indonesia.: 118 -126.
Vanhaelen, M., J. Lejoly, M. Hanocq, and L. Molle. 1991. Climate and geographical aspects
of medicinal plant constituents. The Medicinal Plant Industry. 2(1): 59 – 76.
Verpoorte, R. 2000. Secondary metabolism. Kluwer Acad. Publi. London. p. 1 – 9.
Wardana, H., N.S. Barwa, A.Kongsjahyu, M.A. Iqbal, M.Khalid dan R.R. Karyadi. 2002.
Budidaya organik tanaman obat rimpang. Penebar Swadaya, Jakarta. pp. 96.
Winarto, W.P. 2003. Sambiloto : Budidaya dan pemanfaatan untuk obat. Penebar Swadaya.
Jakarta. pp. 71.
Wilkipedia. 2008. Domestication. http://www.encyclipedia.org/ AE/AEC/AEF/case leaf.html.
9 Januari 2008.
Widiyastuti, Y. 2003. Budidaya dan pembibitan tanaman obat. Mak. Pel. BPTO.
Tawangmangu.: 4 – 9.
Yulianto, A, 2003. “Peran Pemerintah Daerah Pada Pengembangan Agrobisnis Hortikultura
Di Era Otonomi Daerah”. Seminar Nasional. FP-UNS, Surakarta.