Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Sejak individu itu ada atau sejak individu yang pertama itu dilahirkan, sejak itu pulalah individu mulai mengenal dan mulai ada kontak atau hubungan dengan dunia sekelilingnya, yakni dengan melihatnya, mendengarnya, merabanya, dan menciumnya. Yang pertama dilihat dan dikenali anak pastilah orang tuanya. Orang tua memegang peranan penting dalam mengasuh dan mendidik anak. Setiap orang tua pastilah menginginkan yang terbaik untuk anaknya dalam hal apapun, terutama dalam hal pendidikan baik itu pendidikan formal (sekolah) ataupun nonformal (di luar sekolah). Sekolah adalah merupakan lembaga pendidikan formal tempat anakanak melaksanakan tugas belajar dan guru melaksanakan tugas mengajar. Tujuan dari dua kegiatan tersebut adalah untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan pekembangan sosial anak. Atau dengan kata lain pendidikan sekolah dimaksudkan untuk memperoleh perubahanperubahan positif pada diri anak yang sedang berkembang kearah kedewasaan. Bagaimana sekolah membawa anak ke arah kedewasaan dan mempengaruhi perkembangan sikap, yaitu dengan cara: a. Memberikan contoh-contoh hidup yang positif (baik) yang sengaja dibuat oleh guru. b. Memberikan sanjungan, pujian, ganjaran dan sekaligus hukuman yang konstruktif (bersifat membangun) dan edukatif (mendidik). c. Memberikan cerita-cerita kepahlawanan, dongeng-dongeng tentang keluhuran budi, kejujuran, kedisiplinan, dsb. d. Keteladanan sikap guru, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah sangat dibutuhkan. Dalam kehidupannya anak akan mengalami dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara interdependent atau saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya. Keduanya tidak dapat berdiri sendiri. Apabila kita harus membedakan, itu hanya bertujuan agar lebih mudah dalam mempelajari dan memahaminya. Secara sederhana pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik atau sebagai akibat dari mekarnya daya-daya dari dalam yang berlangsung secara wajar pada diri anak dalam peredaran waktu tertentu. Secara definisi perkembangan adalah suatu perubahan psikofisis sebagai hasil dari proses 1

Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisis pada diri anak yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu. Kesuksesan anak dalam belajar ditentukan oleh prestasi belajar mereka. Seringkali faktor usia juga sangat berpengaruh dalam menentukan prestasi belajarnya. Anak dengan usia yang kurang cenderung kurang bersemangat dalam menerima pelajaran, apalagi pelajaran matematika. Pada umumnya pelajaran matematika dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan bagi anak karena kerumitannya, padahal hal itu tidak benar. Alasan penulis memilih SDN I Manyar sebagai tempat penelitian karena sekolah ini termasuk salah satu sekolah yang mematok usia minimal yaitu 6 tahun bagi calon siswa yang mematok usia minimal yaitu 6 tahun bagi calon siswa yang akan masuk ke sekolah ini, selain itu juga sekolah ini juga dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian. Berdasarkan uraian yang dijabarkan di atas, maka penulis ingin mengarahkan penelitian untuk mencari korelasi antara usia siswa dengan prestasi belajar matematika siswa. Sehingga proposal penelitian ini diberi judul Korelasi antara Usia Siswa Masuk SD terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas I SDN I Manyar Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2012/ 2013 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas, maka penulis mencoba mengidentifikasikan permasalahan yang ada sebagai berikut: 1. Sebaiknya anak didaftarkan ke SD saat menginjak usia 6 tahun atau lebih. 2. Terdapat beberapa alasan mengapa banyak SD yang memberikan patokan usia minimal 6 tahun untuk bisa diterima di sekolah tertentu, misalnya pada usia ini anak sudah dapat berhitung bilangan abstrak, hubungan sosial dengan lingkungan juga sudah mulai baik, dan lain sebagainya. 3. Usia merupakan faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar. 4. Terdapat beberapa dampak negatif yang diakibatkan oleh seorang anak jika masuk ke sekolah dasar dengan usia dibawah patokan yang sudah ditentukan, misalnya konsentrasi atau perhatian anak terhadap pelajaran kurang maksimal, hubungan social dengan lingkungannya kurang baik, dan lain sebagainya. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.3

Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

1. Adakah korelasi antara usia siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa Kelas I SDN I Manyar Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2012/ 2013? 2. Jika berkorelasi, seberapa besar angka korelasi antara usia siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa Kelas I SDN I Manyar Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2012/ 2013? 1.4 Batasan Masalah Agar permasalahan masalah tidak terlalu luas dan ruang lingkupnya lebih terarah maka pengkajian masalah dibatasi pada : 1. Korelasi antara usia siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. 2. Siswa kelas I SDN I Manyar Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengkaji korelasi antara usia siswa dengan prestasi belajar siswa matematika siswa. 2. Mengkaji angka korelasi antara usia siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagi siswa : 1. Dapat memberikan kebijakan kepada seorang anak untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi (SD)/tetap tinggal di TK. 2. Dapat mengalami proses pengembangan sikap konsep ilmiah dan memahami aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Bagi Guru : 1. Mendorong guru untuk lebih kreatif dalam merencanakan kegiatan kegiatan belajar mengajar matematika dalam mengelola kelas dengan melihat usia siswa yang berbeda. 2. Menjadi referensi ilmiah bagi guru untuk meneliti mengelola kelas usia siswa yang berbeda. Bagi Peneliti : 1. Memberikan pengalaman berharga dan mungkin bisa dikembangkan peneliti-peneliti yang akan datang yang memiliki permasalahan yang sama.

1.5

1.6

Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

2. Diharapkan dapat memberi wawasan kepada pembaca untuk menentukan kebijakan kepada seorang anak untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi (SD)/tetap tinggal di TK. 1.7 Penjelasan Istilah Agar tidak menimbulkan salah penafsiran dalam menggunakan istilah, maka peneliti memberi penegasan makna yang terdapat dalam kalimat tersebut, antara lain : 1. Korelasi Korelasi adalah hubungan antara dua hal, hubungan dalam hal ini tidak harus hubungan sebab akibat. 2. Usia Siswa Usia atau umur adalah masa hidup seseorang sejak dilahirkan atau diadaan. Usia biasanya diukur dalam tahun, dan lebih spesifiknya termasuk bulan, minggu, dan hari. 3. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah mengalami suatu proses (perubahan tingkah laku) atau berdasarkan pengalaman dan latihan yang telah dilakukan. 4. SDN I Manyar SDN I Manyar adalah salah satu sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Sekolah ini juga merupakan salah satu sekolah dasar yang memberikan patokan usia minimal bagi calon siswa yang akan masuk ke sekolah ini yaitu 6 tahun. 1.8 Definisi Operasional Variabel Definisi adalah penjelasan sehubungan istilah-istilah yang digunakan agar terjadi kesamaan penafsiran dan tidak terjadi kesimpangsiuran pemahaman terhadap istilah-istilah yang digunakan. Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian pada suatu penelitian (Arikunto,1997). Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dipelajari sebagaimana pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Usia. Variabel Terikat adalah variabel yang menjadi pusat perhatian dari permasalahan. Dalam penelitian ini yang dipergunakan sebagai variabel terikat adalah prestasi belajar matematika pada siswa kelas I SDN I Manyar Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

1.9

Asumsi Penelitian Yang dimaksud asumsi adalah suatu pernyataan yang dianggap benar tanpa perlu menampilkan data-data untuk memberikannya. Asumsi yang ada dalam penelitian ini adalah : 1. Setiap subjek penelitian mengisi angket dengan fakta yang sebenarnya. 2. Jawaban yang diberikan siswa merupakan kemampuan siswa yang sesungguhnya. 3. Hasil pengamatan yang diperoleh merupakan hasil pengamatan yang objektif. 4. Semua siswa mendapat perlakuan yang sama saat pelaksanaan penelitian.

Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1

Korelasi Istilah korelasi dalam bahasa inggris disebut dengan corelation yang berarti hubungan. Jika ada hubungan, jelas ada dua hal atau lebih yang dibandingkan. Apakah dua hal atau lebih tersebut jika dibandingkan ada hubungannya atau tidak. Usia Siswa Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia umur diartikan dengan masa hidup seseorang sejak dilahirkan atau diadakan. Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara kata umur dan usia. Keduanya mengandung pengertian yang sama yaitu rentang masa hidup seseorang. Usia juga bisa diartikan sebagai satuan waktu yang mengukur keberadaan suatu benda atau makhluk hidup. Contoh jika anak lahir pada tanggal 2 mei 2004, tentu usia anak tersebut sekarang adalah 7 tahun lewat 11 bulan. Apakah hanya itu yang disebut dengan usia ? Secara umum usia dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Usia Kronologis (Chronological age) 2. Usia Biologis (Biological age) 3. Usia Mental / Usia Psikologi (Psichological Age) Usia dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap banyak aspek perkembangan individu. Untuk dapat memahami konsep dasar perkembangan, ada beberapa konsep lain yang terkandung di dalamnya, diantaranya : pertumbuhan, kematangan, dan perubahan. 1. Perkembangan Secara definisi perkembangan adalah suatu perubahan psikhofisis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikhis dan fisis pada diri anak yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu. Dalyono (2005:79) merumuskan pengertian perkembangan sebagai perubahan kualilatif dari setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar. Fungsi-fungsi kepribadian manusia berhubungan dengan aspek jasmaniah dan aspek kejiwaan atau aspek rohaniah. Fungsi-fungsi kepribadian aspek jasmaniah, misalnya: a. Fungsi motorik pada bagian-bagian tubuh. b. Fungsi sensoris pada alat-alat indera. c. Fungsi neurotik pada sistem syaraf.

2.2

Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

Fungsi seksual pada bagian-bagian tubuh yang erotis. Fungsi pernapasan pada alat pernapasan. Fungsi peredaran darah pada jantung dan urat-urat nadi. Fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan. Sedangkan fungsi-fungsi kepribadian yang bersifat kejiwaan misalnya: a. Fungsi perhatian. b. Fungsi pengamatan. c. Fungsi tanggapan. d. Fungsi ingatan. e. Fungsi fantasi. f. Fungsi pikiran. g. Fungsi perasaan. h. Fungsi kemauan. 2. Pertumbuhan Secara sederhana pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik atau sebagai akibat dari mekarnya daya-daya dari dalam, yang berlangsung secara wajar pada diri anak dalam peredaran waktu tertentu. Menurut Dalyono (2005:61) pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif pada materiil ini dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas, dsb. 3. Kematangan Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Sebagai contoh anak yang tak dapat menyelesaikan soalsoal tertentu, karena soal-soal itu terlalu sukar baginya. Organ-organ tubuhnya dan fungsi-fungsi jiwanya belum matang untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. 4. Perubahan Perkembangan mengandung perubahan-perubahan, tetapi bukan berarti setiap perubahan bermakna perkembangan. Perubahan-perubahan dalam perkembangan bertujuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dimana ia tinggal. Orang yang berhasil menyesuaikan diri dengan baik secara pribadi dan sosial tentunya akan mendapatkan kepuasan tersendiri bagi dirinya. Secara garis besar, perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangan dapat dibagi ke dalam empat bentuk, yaitu: a. Perubahan ukuran
Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

d. e. f. g.

b. Perubahan proporsi Dengan mengacu pada uraian yang telah dijelaskan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan adalah perubahan-perubahan dalam diri individu yang didalamnya terkandung pertumbuhan dan kematangan. 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan, yaitu: a. Faktor Intern 1) Intelegensi atau Kecerdasan Faktor yang mempengaruhi intelegensi seseorang, antara lain: a) Pembawaan b) Kematangan c) Pembentukan d) Minat e) Kebebasan 2) Jenis kelamin b. Faktor Ekstern 1) Kebudayaan 2) Kedudukan Anak dalam Keluarga 3) Gizi Makanan 2. Hukum-Hukum Perkembangan Proses perkembangan merupakan suatu evolusi yang secara umum sama pada setiap anak. Namun demikian, dimungkinkan ada perbedaanperbedaan karena berbagai faktor. Selama hidupnya, manusia mengalami perkembangan secara berangsur-angsur, perlahan tapi pasti dan menjalani berbagai fase. Proses perkembangan yang berkesinambungan, beraturan, menunjukkan bahwa perkembangan mengikuti patokan-patokan atau tunduk pada hukumhukum tertentu yang disebut dengan hukum perkembangan (Sudjana, 2005:80) menyebutkan beberapa hukum perkembangan sebagai berikut: a. Perkembangan adalah Kualitatif b. Perkembangan Sangat Dipengaruhi oleh Proses dan Hasil dari Belajar c. Usia ikut Mempengaruhi Perkembangan d. Masing-Masing Individu Mempunyai Tempo Perkembangan yang Berbeda-beda e. Dalam Keseluruhan Periode Perkembangan, Setiap Spesies Perkembangan Individu Mengikuti Pola Umum yang Sama f. Perkembangan Dipengaruhi oleh Hereditas dan Lingkungan g. Perkembangan yang Lambat Dapat Dipercepat h. Perkembangan Meliputi Proses Individuasi dan Integrasi
Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

3. Fase-Fase Perkembangan Fase perkembangan maksudnya adalah tahapan atau periodesasi rentang kehidupan manusia yang ditandai oleh ciri-ciri tertentu. Meskipun masing-masing anak mempunyai masa perkembangan yang berlainan satu sama lain apabila dipandang secara umum ternyata terdapat tanda-tanda atau ciri-ciri perkembangan yang hampir sama antara anak yang satu dengan yang lainnya. Atas dasar kesamaan-kesamaan dalam satu periode inilah, para ahli dunia mengemukakan pembagian fase perkembangan dengan meninjau dari beberapa segi yang berbeda, yaitu: a. Fase-Fase yang Berdasar Biologis: Pembagian fase-fase yang berdasar biologis ini didasarkan pada kondisi atau pertumbuhan biologis anak. 1) Pendapat ARISTOTELES Ia membuat tahapan (fase perkembangan anak) berdasarkan pada keadaan menggambarkan perkembangan jasmani atau proses biologis dengan masa hidup anak sejak lahir sampai dewasa melalui adanya tiga fase, yaitu: 1. Fase I : 0 7 tahun, disebut sebagai masa anak kecil atau masa bermain. 2. Fase II : 7 14 tahun, disebut sebagai masa anak-anak atau masa belajar, masa sekolah rendah atau masa keserasian bersekolah. 3. Fase III : 14 21 tahun, disebut sebagai masa remaja. Menurut pendapat ini, masa keserasian bersekolah dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu: 1. Masa kelas rendah SD (kelas 1 - 3) Ciri- cirinya: a) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dan prestasi sekolah. b) Adanya sikap yang cenderung memuji diri sendiri. c) Menganggap tidak penting soal yang tidak dapat diselesaikan. d) Menginginkan nilai raport yang baik. 2. Masa kelas tinggi SD (kelas 4 - 6) Ciri- cirinya adalah sebagai berikut: a) Ada minat terhadap pelajaran khusus pada akhir masa ini. b) Berusaha untuk menyelesakan sendiri tugas-tugasnya tanopa perlu bimbingan guru dan orang dewasa. c) Memandang nilai raport sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah. d) Gemar bermain dengan teman sebaya.
Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

1) Pendapat MONTESSORI Ia berpendapat bahwa tiap fase perkembangan mempunyai arti biologis bagi anak, dan secara kodrati perkembangan anak bersumber pada 2 (dua) asas pokok, yaitu: 1. Asas kebutuhan vital, dapat diketahui pada munculnya masa peka anak dalam setiap fase perkembangannya. 2. Asas kesibukan sendiri, artinya anak mulai gemar melakukan berbagai kegiatan atau permainan yang secara biologis hal itu berfungsi untuk melatih otot-otot anak dalam masa perkembangannya. MONTESSORI mengemukakan masa perkembangan anak melalui empat fase, yaitu: 1. Fase I : 0 7 tahun Fase penerimaan (penangkapan) dan pengaturan dunia luar dengan perantaraaan alat indra. 2. Fase II : 7 12 tahun Disebut dengan fase rencana abstrak. Artinya, pada masa ini anak sudah sanggup dan mulai memperhatikan hal-hal kesusilaan serta membutuhkan pendidikan kesusilaan. 3. Fase III : 12 18 tahun Fase penemuan diri dan kepekaan rasa sosial. Artinya, pada masa ini kepribadian anak harus dikembangkan semaksimal mungkin. 4. Fase IV : 18 tahun dewasa Fase pendidikan tinggi. 2) Pendapat CH BUHLER Ia mengatakan bahwa perkembangan jasmani sangat mempengaruhi perkembangan kejiwaan. Selanjutnya BUHLER membagi fase perkembangan anak menjadi lima, yaitu: 1. Fase I : 0 1 tahun Disebut fase gerak aku keluar. Artinya, masa usia ini merupakan masa pengenalan terhadap hal-hal lingkungan terdekat terutama menggunakan panca indera. 2. Fase II : 1 4 tahun Pada fase ini, hubungan anak dengan dunia sekitarnya sangat luas karena anak sudah bisa berbicara dan berjalan. 3. Fase III : 4 8 tahun Pada fase ini, anak sudah mulai ada hubungan yang semakin erat dengan lingkungan sosialnya. Anak mulai menyadari akan tugas dan prestasinya. 4. Fase IV : 8 13 tahun
Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

10

Merupakan fase klimaks atau memuncaknya minat anak ke dunia yang obyektif. Artinya dalam masa ini anak mulai tertarik dengan dunia yang dihadapi (dunia sekolah). 5. Fase V : 13 19 tahun Disebut fase penemuan diri dan kematangan. Artinya dalam beberapa hal anak ingin berdiri sendiri. a. Fase Fase yang Berdasar Konsep Didaktis: Dasar yang digunakan untuk menentukan pembagian fase-fase adalah materi dan cara bagaimana mendidik anak pada masa-masa tertentu. Para ahli didaktif ini membagi fase-fase perkembangan berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah. 1) Pendapat COMENIUS Ia membagi fase perkembangan anak dengan berdasarkan pada urutan jenjang sekolah, sesuai dengan perkembangan anak. 1. Scola Materna : 0 6 tahun Atau sering disebut sebagai sekolah ibu merupakan fase belajar di dalam keluarga. Anak mulai belajar mengenal namanama benda, bergaul, dan lain-lain yang dilakukan di dalam keluarga. Oleh sebab itu, fase ini juga disebut sebagai fase sekolah ibu. 2. Scola Vernacula : 6 12 tahun Disebut juga sebagai sekolah bahasa ibu. Artinya, anak belajar di sekolah dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak atau dengan bahasa yang ada di daerah tersebut (setingkat SD). 3. Scola Latina : 12 18 tahun (setingkat SMP SMA). 4. Academia : 18 24 tahun (tingkat perguruan tinggi). 2) Pendapat J.J ROUSSEAU 1. Fase I : 0 2 tahun, adalah masa asuhan. 2. Fase II : 2 12 tahun, adalah masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera. 3. Fase III : 12 15 tahun, adalah masa pendidikan akal. 4. Fase IV : 15 20 tahun, adalah masa pembentukan watak. b. Fase Fase yang Berdasar Psikologis: Fase ini didasarkan atas ciri-ciri kejiwaan yang menonjol yang menandai masa dalam periode tersebut. 1) Pendapat OSWALD KROH Apabila kita berbicara tentang psikologi, maka yang dipakai sebagai dasar atau pedoman harus juga keadaan psikologis saja. Untuk mempertahankan pendapatnya, KROH lalu mengadakan
Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

11

penelitian untuk mencari keadaan psikologis manakah yang khas dan dialami oleh setiap anak pada masa perkembangannya. Hasilnya, hampir setiap anak mengalami masa-masa trotzperiode (masa kegoncangan), yang berarti anak dengan mudah dapat terpengaruh oleh dunia di luar diri anak, yaitu pada: 1. Tahun ketiga atau permulaan tahun ke empat. 2. Awal pubertas, laki-laki umumnya tahun ke 13 dan perempuan pada tahun ke 12. Kedua trotz itulah yang membatasi antara fase yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian lalu kita dapatkan tiga fase perkembangan, yaitu: 1. Fase I : 0 4 /5 tahun, disebut masa anak-anak awal. 2. Fase II : 6 12/13 tahun, disebut masa keserasian bersekolah. 3. Fase III : 12/13 tahun, disebut masa akhir remaja, disebut masa kematangan. 2) Pendapat KOHNSTAMM Menurut pendapat ini, fase perkembangan dibagi menjadi lima fase yaitu, sebagai berikut: 1. Fase I : Umur 0 sampai 2 tahun adalah masa vital atau masa bayi. 2. Fase II : Umur 2 sampai 7 tahun adalah masa anak kecil. 3. Fase III : Umur 7 sampai 13/14 tahun adalah masa keserasian bersekolah. 4. Fase IV : Umur 13/14 sampai 20/21 tahun adalah masa pubertas dan masa sosial. 5. Fase V : Umur 20/21 tahun ke atas adalah masa kedewasaan. c. Fase yang Berdasar Konsep Tugas Perkembangan: Tugas perkembangan adalah berbagai ciri perkembangan yang diharapkan timbul dan dimiliki setiap anak pada setiap masa dalam fase perkembangannya. 1) Pendapat ROBERT J. HAVIGHURST 1. Umur 0 6 tahun : masa bayi dan kanak- kanak. 2. Umur 6 12 tahun : masa sekolah atau pertengahan kanak-kanak. 3. Umur 12 18 tahun : masa remaja. 4. Umur 18 30 tahun : masa awal remaja. 5. Umur 30 50 tahun : masa dewasa pertengahan. 6. Umur 50 tahun ke atas : masa tua. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang anak sudah siap untuk belajar di sekolah dan sudah bisa berpikir secara abstrak di usia kurang lebih tujuh tahun. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Sylviana Murni, Kepala Dinas Pendidikan Dasar (Dikdas)
Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

12

DKI dalam Syaltut, Mahmud. 2011. Ngutak Ngatik Usia Anak Masuk SD, (Online), (www.batampos.co.id/index.php/2011/06/11, diakses tanggal 4 April 2012), pada dasarnya calon murid SDN harus berusia tujuh tahun. Tetapi bila pendaftar yang berusia tujuh tahun semua sudah bisa tertampung maka urutan berikutnya adalah mereka yang berumur enam tahun, dan bila usia tujuh tahun dan enam tahun sudah tertampung masih juga ada bangku kosong maka bisa menerima calon murid berumur di bawah enam tahun, tetapi harus dilampirkan surat keterangan dari psikolog pendidikan. Surat keterangan dari psikolog pendidikan harus menyatakan bahwa calon murid secara mental sudah siap belajar di SD. Memang kadang ada anak usia di bawah lima tahun sudah bisa membaca, tapi kalau ternyata rekomendasi dari psikolog pendidikan belum siap sekolah di SD, ya jangan dipaksakan. Pada umumnya orang hanya memperhitungkan usia kronologis saja untuk menentukan seorang anak diperbolehkan atau tidak diperbolehkan untuk masuk SD, baru ketika seorang anak usia kronologisnya kurang, usia mental dan usia psikologis anak tersebut baru dipertimbangkan. Tidak hanya itu saja, usia biologis juga sering menjadi pertimbangan. Contoh seorang anak yang usia kronologisnya sudah tujuh tahun, tetapi usia biologisnya masih empat tahun tentu tidak diperbolehkan untuk masuk SD. Kesimpulannya, orang tidak perlu terburu-buru memasukkan anaknya ke sekolah, tunggu sampai kesiapan fisik dan mentalnya memadai. 4. Tugas-Tugas Perkembangan Anak pada Masa Keserasian Bersekolah (6- 12 tahun) Tugas perkembangan anak yang utama pada sekolah dasar, yaitu: 1) Belajar menguasai ketrampilan fisik untuk bermain Pada masa ini anak harus mampu melakukan permainanpermainan yang dianggap penting bagi teman sebayanya. a) Dasar biologis b) Dasar psikologis 2) Belajar bergaul dengan teman sebaya Misalnya anak belajar menghampiri teman-temannya untuk bermain, belajar bermain jujur dan lain sebagainya. Apa yang diperoleh dari pergaulan ini akan dibawa dan akan mempengaruhi kehidupannya nanti. a) Dasar biologis b) Dasar psikologis 3) Mengembangkan ketrampilan dalam membaca, menulis, dan berhitung
Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

13

Artinya, anak harus mulai belajar mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar sebagai bekal hidup dalam masyarakat. Ketrampilan-ketrampilan dasar tersebut adalah membaca, menulis, dan berhitung. a) Dasar biologis b) Dasar psikologis 4) Mengembangkan sikap, kata hati, dan moralitas dalam kelompok sosial Artinya, pada waktu usia anak masih sangat muda banyak tingkah laku yang berlangsung secara reflektif, otomatis, dan tidak disadari. Namun, bersamaan dengan proses kematangan jiwa, anak akan belajar dari orang dewasa untuk bertanggung jawab, mulai memahami kebiasaan-kebiasaan, adat-istiadat, dan norma-norma yang ada dalam lingkungannya. 1. Perkembangan dalam Masa Anak Sekolah TK adalah jembatan antara rumah dan sekolah. TK merupakan transisi dalam proses pendidikan anak. Walaupun ada perbedaan antara anak yang pernah masuk TK dan anak yang langsung masuk SD, tetapi masih banyak orangtua yang masih enggan untuk memasukkan anaknya ke TK. Pada dasarnya memang tidak ada ketentuan yang mengharuskan agar anak lebih dahulu masuk TK sebelum ia belajar di SD. Anak yang pernah masuk TK sangat membantu tugas guru SD. Mereka lebih betah duduk, mengenal disiplin, perkembangan sosialnya lebih matang dibanding dengan anak yang langsung masuk SD. Setelah anak mencapai usia enam atau tujuh tahun, perkembangan jasmani dan rohani anak mulai sempurna. Anak keluar dari lingkungan keluarga dan memasuki lingkungan sekolah, yaitu lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jasmani dan rohaninya. Mereka mengenal lebih banyak teman dalam lingkungan sosial yang lebih luas, sehingga peranan sosialnya semakin berkembang. Ia ingin mengetahui segala sesuatu disekitarnya sehingga pengalamannya bertambah. Semua pengalaman baru itu akan membantu dan mempengaruhi proses perkembangannya. Perkembangan tersebut dibedakan menjadi enam, yaitu sebagai berikut: 1) Perkembangan Pengamatan Dalam bahasa sehari-hari mengamati sama dengan melihat. Tapi dalam psikologi mengamati adalah kegiatan yang menggunakan lima alat indera, sedangkan melihat hanya menggunakan satu alat indera yaitu mata. Dari hasil-hasil penelitian, ada dua tipe pengamatan yaitu: 1) Tipe pelihat warna 2) Tipe pelihat bentuk
Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

14

2) Perkembangan Fantasi Sejak anak berumur enam atau tujuh tahun, perhatiannya ditujukan ke dunia luar (ke alam kenyataan). Tetapi bukan berarti fantasinya menjadi lenyap, fantasi itu masih terus hidup. Fantasi yang terus hidup itu membutuhkan tempat untuk menyalurkannya. Misalnya seperti membaca buku, mendengarkan cerita, membuat sesuatu, dan lain-lain. Fantasi pada anak dapat menimbulkan pengaruh yang baik dan pengaruh yang buruk. Pengaruh yang baik itu, antara lain: a. Fantasi dapat dipergunakan sebagai hiburan b. Fantasi dapat memudahkan anak dalam menerima pelajaran. c. Fantasi dapat membentuk budi pekerti anak. 3) Perkembangan Berpikir Proses perkembangan pikiran anak selalu melewati adanya tiga fase, yaitu: a. Fase Konkrit b. Fase Schematis c. Fase Abstrak 4) Perkembangan Perasaan Dalam perkembangannya, perasaan anak dibedakan menjadi empat, yaitu adalah sebagai berikut: a. Perasaan Intelek b. Perasaan Seksual c. Perasaan Keindahan d. Perasaan Keagamaan 2.3 Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan), dikerjakan dan sebagainya, sedangkan belajar adalah berusaha berlatih dan sebagai upaya mendapatkan kepandaian (Poerwadarminta, dalam Suyati 2006:30). Untuk mengetahui perubahan tingkah laku tersebut seorang guru akan mengadakan evaluasi. Alat yang paling efektif untuk mengadakan evaluasi terhadap kemampuan siswa adalah tes. Pada kenyataannya menunjukkan bahwa di dalam mempelajari matematika lebih banyak ditekankan pada aspek kognitif dari pada aspek afektif dan psikomotorik. Hal ini sesuai dengan apa yang diuraikan (Hudoyo, dalam Hidayat 2011:40) yang mengatakan, Dalam mempelajari matematika, kita biasanya cenderung memilih bidang kognitif, sedangkan bidang afektif untuk pembandingnya. Dengan demikian metode tes yang digunakan guru sudah mendekati prestasi belajar matematika secara keseluruhan. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah mengalami suatu proses 15

Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

(perubahan tingkah laku) atau berdasarkan pengalaman dan latihan yang telah dilakukan. Prestasi balajar hanya diperoleh setelah seseorang itu mengalami belajar dari sesuatu yang semula belum dapat kemudian menjadi dapat setelah mengalami proses tertentu dan anak tersebut akan mengalami perkembangan tertentu pula. Prestasi belajar antara individu yang satu dan yang lainnya tentu berbeda. Hal ini disebabkan adanya faktor- faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar. 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Secara garis besar terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi proses belajar siswa tersebut, yaitu: 1. Faktor Internal Faktor yang berasal dari diri siswa. Yang tergolong faktor internal adalah, sebagai berikut: a. Faktor Fisiologi b. Faktor Psikologis 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor ini dibagi menjadi dua, yaitu: a. Faktor lingkungan belajar Yang termasuk lingkungan belajar adalah lingkungan sekolah dan non sekolah. Lebih rincinya diuraikan sebagai berikut: 1) Lingkungan di dalam sekolah, antara lain: 2) Lingkungan belajar di luar sekolah, antara lain: b. Faktor Sistem Instruksional Yang tergolong dalam faktor ini adalah kurikulum, bahan belajar dan metode penyajian. a) Kurikulum b) Bahan belajar c) Metode penyajian Menurut pendapat (Gunarso, dalam Suyati 2006:34) di dalam bukunya mengatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami hambatan-hambatan dalam mencapai prestasi balajar, secara garis besar dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor endogen dan eksogen. Penjelasan tentang kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Faktor endogen Faktor endogen adalah semua faktor yang terdapat dalam diri anak. Faktor ini meliputi faktor fisik dan faktor psikis. a. Faktor fisik b. Faktor psikis
Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

16

2. Faktor Eksogen Faktor eksogen adalah semua faktor yang ada di luar diri anak, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Faktor media massa b. Faktor teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat. c. Tipe dari keluarga Dalam penelitiannya, (Muklisin, dalam Prasetyawati 2011:50) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi proses belajar anak terdiri dari empat faktor, diantaranya: 1. Faktor Lingkungan Anak 2. Faktor Anak atau Individu 3. Faktor Bahan Yang Dipelajari 2.5 Korelasi Usia Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kognitif merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan siswa yang berkaitan langsung dengan proses pembalajaran dan sangat menentukan keberhasilan mereka di sekolah, terutama dalam bidang matematika. Seorang tokoh psikologi, Jean Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga dewasa. Piaget membagi tahap perkembangan kognitif manusia menjadi empat tahap, yaitu: 1) Tahap Sensorimotor : 0 2 tahun Aktivitas kognitif didasarkan pada pengalaman yang di lakukan dengan panca indera. Aktivitas anak belum menggunakan bahasa. 2) Tahap Pra-operasional : 2 7 tahun Anak mulai mengenal dunianya dengan kata-kata. Kemampuan menyimpan informasi semakin kuat. Anak suka meniru orang lain dan suka bercerita tentang hal-hal fantastis. 3) Operasional Konkret : 7 11 tahun Pada fase ini, cara berpikir anak mulai logis, anak sudah bisa belajar mentaati peraturan-peraturan yang berlaku yang ada di lingkungannya tersebut. 4) Operasional Formal : 11 tahun dewasa Dalam fase ini anak telah mampu berfikir formal, telah mampu berfikir logis, rasional, bahkan berpikir abstrak. Mengacu pada teori Piaget, pemikiran anak usia SD masuk dalam tahap pemikiran operasional konkret, yaitu masa dimana aktivitas mental anak terfokus pada obyek-obyek yang nyata atau pada kejadian yang pernah di alaminya. Anak usia ini, juga dapat mempertimbangkan secara logis dari sebuah kondisi atau situasi serta tahu beberapa aturan atau strategi berpikir, seperti penjumlahan, pengurangan, penggandaan, mengurutkan sesuatu 17

Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

secara berseri dan mampu memahami operasi dalam sejumlah konsep, seperti perkalian dan pembagian. Sebenarnya apa saja syarat-syarat untuk anak bisa masuk sekolah (SD)? Anak-anak yang berumur enam atau tujuh tahun dianggap matang untuk belajar di SD, jika: 1) Kondisi jasmani cukup sehat dan kuat untuk melakukan tugas di sekolah. 2) Ada keinginan belajar. 3) Fungsi-fungsi jiwa anak yang sangat diperlukan untuk menerima pelajaran-pelajaran di kelas I SD sudah berkembang secukupnya, seperti daya ingatnya, pendengarannya, fantasinya, dan fungsi bicaranya. 4) Perkembangan perasaan sosial telah memadai. 5) Anak telah cukup mendapat pengalaman-pengalaman dari dunia sekitarnya yang perlu dipergunakan sebagai dasar untuk menerima pelajaran permulaan. Sebab, tiap-tiap pelajaran yang akan diberikan oleh guru pada umumnya telah diketahui anak misalnya, dapat berbahasa pengantar yang dipergunakan oleh guru di sekolah itu meskipun secara sederhana, pengetahuan dan pengalamannya tentang benda-benda yang ada disekitarnya sudah cukup. Menurut Zulkifli (1992:53), usia ini disebut dengan usia matang untuk belajar (sekolah), maksudnya: 1) Matang untuk mulai belajar menulis 2) Matang untuk mulai belajar membaca 3) Matang untuk mulai belajar berhitung 2.6 Materi Pelajaran Matematika SD Kelas I Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis mengangkat kelas I sebagai subyek penelitian. Jadi buku yang dipakai pun adalah buku kelas I. Adapun materi pelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut ; 1. Operasi hitung bilangan, meliputi: a. Membilang banyak benda. b. Mengurutkan lambang bilangan. c. Membilang lompatan bilangan. 2. Penjumlahan dan pengurangan, meliputi: a. Penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan. b. Penjumlahan dua angka dengan teknik menyimpan. c. Pengelompokan pada penjumlahan. d. Pengelompokan pada pengurangan. 3. Satuan pengukuran, meliputi: a. Mengukur berat benda. b. Perbedaan hasil pengukuran.

Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

18

4. Bangun datar sederhana, meliputi: a. Bangun datar sederhana. b. Pengelompokan bangun datar. 2.7 Hasil Penelitian yang Relevan Dibawah ini dituliskan beberapa hasil penelitian tentang korelasi antara usia siswa terhadap prestasi belajar matematika yang relevan dengan penelitian yang telah dilakukan peneliti: Jay (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Perkembangan Usia terhadap Prestasi Belajar Anak di SD Negeri 3 Tala Kabupaten Pangkep yang menyimpulkan bahwa perkembangan usia siswa pada saat masuk SD akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah. Utami (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Korelasi antara Usia Siswa Masuk SD terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas I SDN MANDER I Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2011/2012 yang menyimpulkan bahwa perkembangan usia siswa pada saat masuk SD akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

2.8 Kerangka Berpikir dan Hipotesis 2.8.1 Berpikir Langkah awal dalam penelitian ini adalah mengajukan permasalahan. Permasalahan yang diajukan disesuaikan dengan apa yang terjadi di lingkungan pendidikan, khususnya pendidikan sekolah dasar (SD). Salah satu permasalahan yang ada di SD adalah usia siswa pada saat masuk SD. Kebanyakan orangtua menginginkan anaknya masuk ke SD dengan usia dini, alasannya adalah agar anak bisa lulus sekolah dengan usia yang masih muda, tetapi hal ini bertentangan dengan syarat-syarat anak untuk bisa diterima di SD, yaitu anak harus berusia minimal 6 tahun. Pada usia ini anak sudah mulai bisa bertanggungjawab terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru, selain itu anak juga sudah mulai bisa berfikir secara abstrak sehingga anak bisa mengikuti pelajaran di SD secara maksimal, terutama pelajaran matematika yang membutuhkan pemikiran abstrak untuk memahaminya. 2.8.2 Hipotesis Ada korelasi yang signifikan antara usia terhadap prestasi prestasi belajar siswa kelas I SDN I Manyar Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional, yaitu penelitiaan yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan jika ada, maka akan dicari berapa erat hubungannya dan akan dicari berarti (signifikan) atau tidak berartinya hubungan itu (Arifin, 2010:116). 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dan waktu penelitian adalah tempat dan kapan penelitian itu dilakukan. Dengan berbagai pertimbangan, penulis memilih SDN I Manyar Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik sebagai tempat penelitian karena SDN ini adalah termasuk sekolah yang mematok usia minimal 6 tahun untuk calon siswa yang akan masuk sekolah tersebut. Selain itu, sekolah ini dekat dengan lokasi tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian dilakukan pada tanggal 10 Juni 2013. 3.3. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, Indrayanto, 2011:13). Penulis memilih kelas I sebagai populasi penelitian karena dapat memudahkan peneliti untuk melihat usia siswa saat diterima di SD tersebut. Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data (Arifin, 2010:65). Secara sederhana ada dua cara dalam menentukan sampel, yaitu sebagai berikut : 1. Cara sampel Cara sampel adalah menentukan sampel dengan jalan mengambil bagian dari populasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan tertentu. 2. Cara sensus Cara sensus adalah menentukan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai sumber datanya. Sumber data ini sering disebut sebagai sampel total. Penulis memilih menentukan sampel dengan cara sensus dalam penelitian ini karena jumlah populasi dalam penelitian ini tidak terlalu banyak sehingga tidak diperlukan lagi mengambil data dengan cara sampel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa populasi yang diambil dalam penelitian ini sekaligus mewakili sampel yang ditentukan oleh penulis.
Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

20

3.4. Jenis dan Sumber Data Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, sehingga jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah berupa nilai prestasi belajar matematika siswa dan nilai dokumentasi. Data berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Data primer Data primer adalah data yang hanya dapat diperoleh dari sumber asli atau pertama. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkannya. Sumber data yang diperoleh pada penelitian ini sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer berupa nilai prestasi belajar matematika siswa, sedangkan sumber data sekunder berupa akta kelahiran siswa 3.5. Teknik Pengumpulan Data Data yang sudah terkumpul selanjutnya akan diolah menjadi data yang siap pakai/siap dianalisis. Data-data tersebut antara lain: 1) Metode Tes Metode ini dilakukan untuk memperoleh data nilai pretasi belajar matematika siswa. Data ini diperoleh dengan cara memberikan soal tes prestasi belajar siswa untuk mengukur kemampuan siswa di akhir pembelajaran pada saat dilakukannya penelitian. Hasil dari tes tersebut berupa angka-angka yang berkisar antara 10-100. Soal tes yang diberikan adalah 10 soal yaitu nomor 1 sampai 10. Jika seorang siswa dalam mengerjakan soal 1 sampai 10 semuanya benar maka nilai matematikanya adalah 100. Jika siswa dalam mengerjakan soal 1 sampai 10 ada salah satu soal yang dijawab salah maka nilainya dapat dihitung dengan cara nilai maksimal nilai soal yang salah 100 10 = 90, begitu juga seterusnya. 2) Metode Dokumentasi Metode ini dilakukan untuk memperoleh data usia siswa. Data ini diperoleh dengan cara melihat data diri siswa yang berupa Akta Kelahiran. Kemudian dari Akta Kelahiran tersebut dapat dilihat tanggal lahir siswa. Dari tanggal lahir dapat diketahui usia kronologis siswa. Setelah usia ditentukann langkah selanjutnya adalah mengkonversi usia siswa menjadi nilai dokumentasi dengan cara 1 tahun dinilai 1, sehingga 1 bulan dinilai atau 0,083.

Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

21

3.6. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena-fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam penelitian untuk mencari korelasi antara usia siswa dengan prestasi belajar matematika siswa. Ada dua instrumen penelitian yang digunakan. Yang pertama adalah tes, dan yang kedua adalah dokumentasi. 1. Tes Tes adalah seperangkat daftar pertanyaan atau latihan atau alat lainnya untuk mengukur kemampuan, kecakapan atau tingkah laku sekelompok atau perorangan (Arikunto dalam Suyati, 2006:45). Dalam hal ini tes yang diberikan adalah tes matematika yang diberikan peneliti pada subyek penelitian. Tes ini diberikan pada waktu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa. 2. Dokumentasi Dokumentasi adalah cara memperoleh data atau informasi dari berbagai sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat dimana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya (Arifin, 2010:103). Dalam hal ini data yang diminta peneliti dari resonden melalui cara dokumentasi adalah berupa Akta Kelahiran. Akta kelahiran adalah dokumen yang didalamnya memuat data tentang kelahiran responden. Dokumentasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui usia siswa pada waktu diterima di sekolah dasar tersebut. 3.7. Teknik Analisis Data Penelitian ini bersifat korelasi, sehingga data yang diperoleh akan di proses secara statistik dengan menggunakan rumus korelasi. Rumus yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: { }{ }

Keterangan! : Koefisien korelasi antara variabel N : Besarnya subyek yang diteliti. : Jumlah perkalian dan . : Jumlah kuadarat : Jumlah kuadrat : Nilai matematika : Nilai dokumentasi
Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

dan

22

Koefisien korelasi memiliki nilai antara -1 hingga +1, yang berarti: a) Korelasi positif (+) berarti bahwa jika variabel mengalami kenaikan maka variabel juga mengalami kenaikan, begiu juga sebaliknya. b) Korelasi negatif (-) berarti bahwa jika variabel mengalami penurunan maka variabel mengalami kenaikan, begiu juga sebaliknya. Langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis dengan cara uji signifikansi, dengan kriteria sebagai berikut: a) r-hitung > r-tabel, maka ada korelasi positif yang signifikan. c) r-hitung < r-tabel, maka tidak ada korelasi. d) r-tabel 5%

Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

23

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Agus Sanwani. 2012. Pengertian Umur, (Online), (www.scribd.com, diakses tanggal 12 April 2012). Arifin, Zaenal. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Filosofi, Teori dan Aplikasinya. Lentera Cendikia: Surabaya Arikunto, Suharsimi, Dr, Prof. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan ke 2. Jakarta : Balai Pustaka. Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hidayat, Septi, Isnayati. 2011. Penerapan Metode Scramble dalam Model Pembelajaran Kooperatif dan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Kelas VIII Mts. Manbaul Huda Klutuk Tambakboyo Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi tidak diterbitkan. Tuban: FKIP UNIROW. Mansyur, Ali. 2009. Statistik Dasar. UNIROW: Tuban Prasetyawati, Meylatifah, Dian. 2011. Pengkatan Prestasi Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Luas Permukaan dan Volume Bangun Ruang Di Kelas VIII Mts. Manbaul Huda Klutuk-Tambakboyo dengan Metode Penemuan Terbimbing Kelompok. Skripsi tidak diterbitkan. Tuban: FKIP UNIROW. SK, Afifudin. 1988. Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. Solo: Harapan Massa. Sudjana, Prof., Dr. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sujarweni, V Wiratna. Endrayanto, Poly. 2012. Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu Suyati. 2006. Korelasi Latar Belakang Orang Tua Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa SDN Mander I Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi Tidak Diterbitkan. Tuban. Program Pasca Sarjana IKIP PGRI Tuban. Syaltut, Mahmud. 2011. Ngutak-Ngatik Usia Anak Masuk SD, (Online), (www.batampos.co.id, diakses tanggal 4 April 2012). Utami. 2012. Korelasi antara Usia Siswa Masuk SD terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas I SDN MANDER I Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi tidak diterbitkan. Tuban: FKIP UNIROW. Zulkifli. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

24

LAMPIRAN JADWAL PENELITIAN Penelitian ini akan memakan waktu 3 bulan, dengan jadwal sebagai berikut : No. 1 2 3 4 5 6 Deskripsi Kegiatan Pengajuan Judul Proposal Studi Pendahuluan Perancangan Instrumen Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan Data Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) Seminar Laporan Penelitian Penulisan Laporan Penelitian Penggandaan Laporan Penelitian Bulan ke-1 1 2 3 4 Bulan ke-2 1 2 3 4 Bulan ke-3 1 2 3 4

7 8 9

PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN No KETERANGAN 1 Penyusunan Proposal 1. Fotokopi literature 2. Browsing Materi 2 Pengolahan Data 3 Perjalanan 1. Transportasi mencari literature Dari Rumah masing-masing ke kampus UNIROW, ke perpustakaan umum Tuban kemudian ke Warnet 5 x 4 @ Rp. 5.000,00 4 Konsumsi 1. Pelaksanaan 4 Orang @ Rp. 10.000,00 x 5 kunjungan 5 ATK 1. Buku tulis 4 buah @ Rp. 5.000,00 2. Bolpoin 4 buah @ RP. 2.500,00 6 Rental
Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

BIAYA Rp. Rp Rp. Rp. 125.000,00 175.000,00 175.000,00 100.000,00

Rp.

200.000,00

Rp. Rp. Rp.

20.000,00 10.000,00 125.000,00 25

7 8 9

Fotokopi proposal + penjilidan @ Rp. 2.500,00 x 30 eksempler Biaya Operasional atau bahan habis Lain-lain JUMLAH

Rp.

100.000,00

Rp. 80.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 1.160.000,00

Propsal Penelitian Kuantitatif Kerelasi

26

Anda mungkin juga menyukai