Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I PERSAMAAN TIGA MOMEN



1.1 Pendahuluan
Balok statis tak tentu telah didefinisikan sebagai balok yang tanggapan
gaya dan tanggapan deformasinya, ketika beban-beban bekerja atau ketika
tumpuan-tumpuan mengalami penurunan yang tak sama, tidak dapat ditentukan
dengan hanya menggunakan persamaan-persamaan statika. Derajat ke tak tentuan
balok statis tak tentu adalah :
NI =NR - 2 - NI H (1)
dengan: NI adalah derajat ke-taktentu-an, NR adalah jumlah total reaksi, dan NI H
adalah jumlah sendi-dalam pada balok yang bersangkutan. Balok umumnya
dibuat tanpa sendi-dalam, meskipun dalam analisa batas,* yang meneliti
tanggapan-tanggapan suatu balok setelah kapasitas momen-luluh tercapai pada
beberapa penampang balok, balok yang bersangkutan berperilaku seolah-olah
sendi-dalam telah terpasang pada penampang-penampang kritis ini.
Derajat ke-taktentu-an paling tinggi yang mungkin untuk suatu balok yang
terdiri dari satu bentangan (atau dengan dua tumpuan) adalah dua, yakni apabila
kedua ujung bentangannya terjepit. Balok dengan lebih dari satu bentangan
dinamakan balok-kontinu, karena ia "kontinu" di atas tumpuan-tumpuan-
antaranya. Balok-balok yang diperlihatkan pada Gambar 1 adalah balok-balok-
kontinu yang terdiri dari empat bentangan. Derajat ke-taktentu-an dari ketiga
balok pada gambar tersebut masing-masing adalah 3, 4 dan 5.
Balok-kontinu biasa dipakai dalam konstruksi jembatan dan bangunan.
Panjang bentangannya boleh tak sama, dan momen-momen inersia penampang
tegaknya boleh berbeda dari satu bentangan ke bentangan yang lain. Analisa
balok semacam itu, dengan metode gaya yang menggunakan reaksi-reaksi sebagai
kelebihan, akan memerlukan sejumlah besar perhitungan lendutan atau
kemiringan pada balok-dasar dengan be-berapa variasi momen inersia penampang
tegaknya. Pendekatan yang lebih memudahkan adalah dengan menggunakan
momen-momen lentur statis yang tak diketahui di tumpuan-tumpuan sebagai
kelebihan.
2














Gambar 1. Balok Kontinu

Pada metode ini, setiap bentang dapat dipandang secara mandiri sebagai
suatu balok-sederhana yang momen inersianya tetap, yang memikul beban-beban
yang bekerja pada batang tersebut. Kondisi keselarasan yang berkaitan dengan
momen lentur yang tak diketahui di sembarang tumpuan-antara, dapat dianggap
sebagai fungsi dari beban-beban pada dua bentang yang bersebelahan dan momen
lentur di tiga tumpuan yang berurutan, mencakup sebuah tumpuan di depan dan
sebuah tumpuan di belakang tumpuan yang sedang ditinjau. Karena kondisi
keselarasan ini melibatkan tiga momen lentur di tumpuan-tumpuan, ia dinamakan
persamaan tiga-momen. Pada tahun 1857, Clapeyron menguraikan analisa balok-
kontinu dengan menggunakan persamaan tiga-momen; pada tahun 1860 Mohr
menyesuaikan lebih lanjut metode tersebut dengan memasukkan pengaruh-
pengaruh dari penurunan-penurunan tumpuan yang tak sama.
Sasaran bab ini ialah menurunkan persamaan tiga-momen dan menunjukkan
penerapannya terhadap analisa balok statis taktentu yang memikul beban-beban
yang bekerja atau mengalami penurunan-penurunan tumpuan yang tak sama.

3

1.2 Penurunan Persamaan Tiga-Momen
Persamaan tiga-momen menunjukkan hubungan antara momen-momen
lentur di tiga tumpuan yang berurutan pada suatu balok-kontinu yang ditujukan
untuk memikul beban-beban yang bekerja pada kedua bentang yang bersebelahan,
dengan atau tanpa penurunan-penurunan tumpuan yang tak sama. Hubungan ini
dapat diturunkan berdasarkan kontinuitas kurva elastis di atas tumpuan-antaranya;
yakni, kemiringan kurva elastis di ujung kanan bentangan sebelah kiri harus sama
dengan kemiringan kurva elastis di ujung kiri bentangan sebelah kanan.
Sebutlah AB dan BC pada Gambar 2a sebagai dua bentangan yang bersebe-
lahan pada suatu balok yang semula horisontal. Karena penurunan-penurunan
yang tak sama, tumpuan A dan tumpuan C lebih tinggi dari tumpuan B, masing-
masing se-besar h
A
dan h
C'
, dengan demikian kurva elastis yang bersangkutan
melalui titik-titik A', B, dan C'. Sebutlah M
A
, M
B
, dan M
c
sebagai momen-momen
lentur di A, B, dan C, momen-momen ini positif jika mereka menyebabkan
tekanan pada bagian atas balok.















Gambar 2. Diagram momen pada dua bentangan yang bersebelahan pada balok
kontinu
4

Tinjaulah sekarang Gambar 3, diagram momen pada bentang AB diuraikan
menjadi dua bagian: Gambar 3b menunjukkan diagram momen akibat beban-
beban yang bekerja pada AB apabila ia dipandang sebagai suatu balok-sederhana,
dan Gambar 3c menunjukkan diagram momen yang dihasilkan dari momen-
momen M
A
dan M
B
di tumpuan-tumpuan yang bersangkutan. Lewat superposisi,
seluruh diagram momen diperlihatkan pada Gambar 3a.

Gambar 3. Superposisi diagram momen pada suatu bentang tipikal

Kembali ke Gambar 2, perhatikanlah bahwa diagram-diagram momen pada
bentangan AB dan BC masing-masing dipecahkan menjadi dua bagian: bagian-
bagian A
1
dan A
2
yang disebabkan oleh beban-beban pada masing-masing
bentangan dan bagian-bagian A
3
, A
4
dan A
5
, A
6
yang disebabkan oleh momen-
momen ujung M
A
, M
B
pada bentangan AB dan M
B
, M
C
pada bentangan BC.
Diagram-diagram momen balok-sederhana akibat beban-beban yang bekerja pada
bentangan-bentangannya telah didapatkan sebelumnya, dan sasaran analisa yang
bersangkutan adalah memperoleh momen-momen lentur M
A
, M
B
dan M
C
di
tumpuan-tumpuan yang bersangkutan.

Hubungan antara M
A
, M
B
, dan M
c
dapat diturunkan dari kondisi keselarasan
untuk balok yang kontinu di B, atau garis singgung kurva elastis BA' di B terletak
5

pada gads lurus yang sama dengan garis singgung kurva elastis BC di B,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2a. Dengan kata lain, titik-hubung B
dapat dipandang sebagai suatu titik-hubung kaku (monolitik dalam konstruksi
beton bertulang, dilas dalam konstruksi baja); dengan demikian kedua garis
singgung di B pada kurva-kurva elastis di kedua belah sisi B, satu terhadap yang
lain, harus tetap membentuk sudut 180. Karena gads singgung A
1
BC
l
pada
Gambar 2a harus berupa garis lurus,
2
1
1
1
L
CC
L
AA
= .. (2)
dengan :
AA
1
= h
A
-A
1
A' = h
A
- (lendutan di A' dari garis singgung di B)
= h
A
- |
.
|

\
|
+ +
1 4 1 3 1 1
1
L A
3
2
L A
3
1
A
EI
1

= h
A
- |
.
|

\
|
+ +
2
1 B
2
1 A 1 1
1
L M
3
1
L M
6
1
A
EI
1
.. (3)
dan

CC
1
= C
1
C' = h
C
- (lendutan di C' dari garis singgung di B) - h
C
= hc L A
3
1
L A
3
2
A
EI
1
2 6 2 5 2 2
2

|
.
|

\
|
+ +
= hc L M
6
1
L M
3
1
A
EI
1
2
2 C
2
2 B 2 2
2

|
.
|

\
|
+ + .. (4)
Subtitusikan persamaan (3) dan (4) ke dalam persamaan (2),
|
.
|

\
|
+ +
2
1 B
2
1 A 1 1
1 1 1
L M
3
1
L M
6
1
A
EI L
1
L
h
A
=
2
2
2 C
2
2 B 2 2
2 2
L
hc
L M
6
1
L M
3
1
A
EI L
1

|
.
|

\
|
+ +
Kalikan setiap suku dalam persamaan di atas dengan 6E dan sederhanakan,
2
C
1
A
2 2
2 2
1 1
1 1
2
2
C
2
2
1
1
B
1
1
A
L
6Eh
L
6Eh
I L
6A
I L
6A
I
L
M
I
L
I
L
2M
I
L
M + + =
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
+ +
|
|
.
|

\
|
(5)
Persamaan (5) tak lain adalah persamaan tiga momen.
6


1.3 Penerapan Persamaan Tiga Momen pada Analisa Balok-Kontinu akibat
Beban-beban yang Bekerja
Persamaan tiga-momen dapat digunakan untuk menganalisa balok statis
taktentu. Sebagai contoh, tinjaulah masalah penganalisaan balok kontinu pada
Gambar 4, yang ditujukan untuk memikul beban-beban yang bekerja sebagaimana
diperlihatkan. Balok yang bersangkutan bersifat statis taktentu berderajat-tiga,
namun kelebihannya akan dihapuskan apabila momen-momen lentur di semua
tumpuan telah didapatkan. Momen-momen di tumpuan A dan E dapat dengan
mudah diperoleh melalui pemeriksaan, sambil mengikuti hukum-hukum statika.
Untuk menentukan momen-momen di tumpuan-tumpuan B, C, dan D, ketiga
persamaan tiga-momen dapat disusun berdasarkan kontinuitas di tumpuan-
tumpuan B, C dan D. Dengan kata lain, momen-momen lentur M
B
, M
C
, dan M
D

dipilih sebagai kelebihan-kelebihan, dan kondisi deformasi yang bersangkutan
adalah ke-kontinuitas-an tersebut, yang dapat dinyatakan dengan persamaan tiga-
momen. Jadi selalu terdapat kondisi-kondisi kontinuitas sebanyak momen-momen
lentur yang tak diketahui di tumpuan-tumpuan. Reaksi-reaksi di ujung-ujung
setiap bentangan dapat diperoleh melalui hukum-hukum statika dan diagram gaya
geser serta diagram momen dapat digambarkan sebagaimana mestinya.


Gambar 4. Balok kontinu tipikal dengan momen diketahui di tumpuan-tumpuan
ujungnya

Jika balok-kontinu yang bersangkutan memiliki sebuah tumpuan-terjepit,
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5, momen lentur di tumpuan-terjepit yang
bersangkutan merupakan salah satu kelebihan yang tak diketahui. Kondisi
keselarasan yang berkaitan dengan momen ujung-terjepit yang tak diketahui
7

tersebut adalah, bahwa kemiringan garis singgung di A sama dengan nol. Kondisi
ini dapat 'dipenuhi dengan menambahkan suatu bentang khayal A
0
A dengan
sembarang panjang L
0
yang hanya ditumpu di A
0
dan yang penampang tegaknya
memiliki momen inersia yang tak-terhingga besarnya. Dalam cara ini, suatu
persamaan tiga-momen yang menggunakan tumpuan-terjepit A sebagai tumpuan-
antaranya dapat disusun. Karena bentangan-khayal A
0
A memiliki momen inersia
yang tak-terhingga besarnya, diagram momennya, berupa apa pun ia, tak dapat
menghasilkan luas bidang M/EI, karenanya tak terdapat kurva elastis. Selama A
0
A
masih dalam keadaan tak-terdeformasi, garis singgung yang umum di A akan
berupa garis lurus horisontal.


Gambar 5. Balok kontinu tipikal dengan momen yang tidak diketahui di tumpuan
ujung terjepit

1.4 Contoh Soal
Contoh 1. Analisalah balok-kontinu pada Gambar 6a dengan menggunakan
persamaan tiga-momen. Gambarkan diagram gaya geser dan momennya. Buatlah
sketsa kurva elastisnya!

PENYELESAIAN: Diagram-diagram momen pada AB, BC dan CD, yang
diperoleh dengan menganggap setiap bentang sebagai suatu balok-sederhana yang
8

memikul beban-beban yang bekerja. diperlihatkan pada Gambar 6b. Perhatikan
bahwa, untuk bentang BC, diagram-diagram momen digambarkan secara terpisah,
masing-masing untuk beban terbagi-rata dan untuk beban terpusat.
Dari gambar 6b diketahui, M
A
=0 dan MD=-36 kN.m (negatif karena ia
mengakibatkan tekanan di D pada bagian bawah balok).
Terapkan persamaan tiga-momen terhadap
Bentangan AB dan BC:
) 12(10I
6(2304)(6)
) 12(10I
6(1440)(6)
) 6(3I
6(432)(3)
10I
12
M
10I
12
3I
6
2M
3I
6
M
C C C C
C
C C
B
C
A
=
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
+ +
|
|
.
|

\
|
. 1
Bentangan BC dan CD:
) I 6(2
3) 6(288)(10/
) 12(10I
6(2304)(6)
) 12(2I
6(1440)(6)
I 2
6
M
2I
6
I 10
12
2M
10I
12
M
C C C C
D
C C
C
C
B
=
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
+ +
|
|
.
|

\
|
2
Disederhanakan menjadi :
6,4 M
B
+ 1,2 M
C
= - 1555,2 . 1
1,2 M
B
+ 8,4 M
C
= - 1495,2 . 2
Eliminasi dan subtitusi persamaan 1 & 2, didapat :
M
B
= -215,39 kN.m
M
C
= - 147,23 kN.m

Sebelum melangkah lebih lanjut, sebaiknya kita cek dulu di sini ketepatan
nilai-nilai M
B
dan M
C
yang diperoleh di atas. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengecek
B
di dalam bentangan AB dan BC serta
C
di dalam bentangan BC dan
CD. Perhatikanlah bahwa diagram momen total pada setiap bentangan adalah
jumlah dari diagram-diagram momen pada Gambar 6.3.3b dan c.
Terapkan metode balok padanan terhadap
Bentangan AB :

A
= |
.
|

\
|

5 1
3
1
2
1
) 3 (
1
A A
I E
C

=
C
EI
20 , 0
+ (positif berarti searah putaran jarum jam)
9

B
= |
.
|

\
|
+
5 1
3
2
2
1
) 3 (
1
A A
I E
C

=
C
EI
59 , 71
+ (positif berarti searah putaran jarum jam)
Bentangan BC:

B
= |
.
|

\
|
+
7 6 3 2
3
1
3
2
) (
2
1
) 10 (
1
A A A A
I E
C

=
C
EI
60 , 71
+ (positif berarti searah putaran jarum jam)

C
= |
.
|

\
|
+ + +
7 6 3 2
3
2
3
1
) (
2
1
) 10 (
1
A A A A
I E
C

=
C
EI
23 , 85
(negatif berarti berlawanan arah putaran jarum jam)
Bentangan CD:

C
= |
.
|

\
|
+
9 8 4
3
1
3
2
6
3 / 10
) 2 (
1
A A A
I E
C

=
C
EI
23 , 85
(negatif berarti berlawanan arah putaran jarum jam)

D
= |
.
|

\
|
+ +
9 8 4
3
2
3
1
6
3 / 8
) 2 (
1
A A A
I E
C

=
C
EI
62 , 45
+ (positif berarti searah putaran jarum jam)

Dari perhitungan-perhitungan di atas, dapatlah terlihat bahwa nilai-nilai
B

yang sama diperoleh masing-masing dari penggunaan diagram-diagram momen
pada bentangan AB dan DC. Demikian pula, nilai-nilai
C
yang sama diperoleh
dari penggunaan diagram-diagram momen pada bentangan BC dan CD. Hal ini
menunjukkan bahwa persamaan tiga-momen yang bersangkutan telah dibuat dan
diselesaikan secara tepat, namun tak ada bukti bahwa luas A
1
hingga A
4
telah
dihitung secara tepat. Nilai-nilai
A
dan
D
telah juga dihitung sehingga mereka
dapat ditunjukkan pada Kurva elastis.
10






















Gambar 6. Balok kontinu contoh soal 1

Reaksi perletakan ditentukan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7a.
Reaksi total di ujung setiap bentangan sama dengan jumlah reaksi yang
disebabkan oleh beban-beban yang bekerja pada bentangan yang bersangkutan
dan yang disebabkan oleh momen-momen di ujung-ujung bentangan tersebut.
Sebagai contoh, jumlah momen ujung yang bekerja pada bentangan BC sama de-
ngan 215,39-147,23 = 68,16 kN.m berlawanan arah jarum jam, yang
memerlukan suatu kopel reaksi searah jarum jam, atau sebuah reaksi ke atas
sebesar 68,16/12 = 5,680 kN di B dan sebuah reaksi ke bawah sebesar 5,680 kN
di C.
11



























Gambar 7. Penyelesaian untuk balok kontinu contoh soal 1
Reaksi total terhadap balok kontinu di tumpuan B sama dengan jumlah
reaksi-reaksi ujung di B terhadap bentangan BA dan BC, atau R
B
= 107,898+
141,680 = 249,578 kN. Setelah semua reaksi diperoleh, diagram gaya geser
12

digambarkan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 7b. Titik gaya geser nol
pada bentangan AB terletak pada jarak 36,102/24 = 1,504 m dari tumpuan A. Luas
setiap bagian dari diagram gaya geser dihitung dan ditunjukkan pada diagram
gaya geser yang bersangkutan. Diagram momen diplot sebagaimana diperlihatkan
pada Gambar 7c, hubungan yang menyatakan bahwa beda momen antara dua titik
sembarang sama dengan luas diagram gaya geser di antara kedua titik yang
bersangkutan, digunakan secara berturut-turut di antara titik-titik yang penting.
Dengan cara demikian, M
b
dan M
c
dicek kembali sama dengan -215,39 dan
-147,23, jadi menunjukkan bahwa reaksi-reaksi yang diperoleh sebelumnya
adalah benar. Perhatikan juga bahwa diagram momen akan bersifat linier apabila
gaya geser yang bersangkutan tetap dan kemiringan kurva momen di sembarang
titik sama dengan gaya geser di titik yang bersangkutan. Kurva elastis
kualitatifnya diperlihatkan pada Gambar 7d.

Contoh 2. Analisalah balok-kontinu pada Gambar 8a dengan menggunakan
persamaan tiga-momen. Gambarkan diagram gaya geser dan momennya. Buatlah
sketsa kurva elastisnya.

PENYELESAIAN: Diagram-diagram momen pada AB, BC dan CD, yang
diperoleh melalui peninjauan setiap bentang sebagai suatu balok sederhana yang
memikul beban-beban yang bekerja, diperlihatkan pada Gambar 8b. Karena
tumpuan A terjepit, suatu balok-khayal A
0
A, sepanjang L
0
dan dengan I = ,
ditambahkan. Diketahui M
A0
= 0 dan M
D
= - 36 kN.m.
Terapkan persamaan tiga-momen terhadap :
Bentang A
0
A dan AB:
) 6(3I
6(432)(3)
I 3
6
M
I 3
6 L
2M
L
M
C C
B
C
0
A
0
A0
=
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
+

+ |
.
|

\
|

, . 1
Bentang AB dan BC:
) I 12(10
6(2304)(6)
) I 12(10
6(1440)(6)
) I 6(3
6(432)(3)
I 10
12
M
I 10
12
3I
6
2M
I 3
6
M
C C C C
C
C C
B
C
A
=
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
+ +
|
|
.
|

\
|
, 2
13

Bentang BC dan CD:
) I 6(2
3) 6(288)(10/
) 12(10I
6(2304)(6)
) 12(2I
6(1440)(6)
I 2
6
M
2I
6
I 10
12
2M
10I
12
M
C C C C
D
C C
C
C
B
=
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
+ +
|
|
.
|

\
|
3
Disederhanakan, maka :
4 M
A
+ 2 M
B
= - 432 ..1
2 M
A
+ 6,4 M
B
+ 1,2 M
C
= - 1555,2 . 2
1,2 M
B
+ 8,4 M
C
= - 1495,2 . 3
Persamaan 1, 2, dan 3 dieliminasi dan subtitusi mundur, maka didapat :
M
A
= -0.36 kN.m
M
B
= -215.28 kN.m
M
C
= -147.24 kN-m


















Gambar 8. Balok menerus contoh 2
14

Untuk mengecek nilai-nilai M
A
, MB, dan MC yang diperoleh di atas, metode
balok-padanan digunakan lagi untuk mendapatkan
A
,
B
, dan
C
. Diagram
momen pada setiap bentangan adalah jumlah dari diagram-diagram momen pada
Gambar 8b dan c.
Terapkan metode balok-padanan terhadap,
Bentangan AB:

A
= 0
3
1
3
2
2
1
) 3 (
1
6 5 1
=
|
.
|

\
|
A A A
I E
C

B
= |
.
|

\
|
+ +
6 5 1
3
1
3
2
2
1
) 3 (
1
A A A
I E
C
=
C
EI
64 , 71
+ (searah jarum jam)

Bentangan BC:

B
= |
.
|

\
|
+
8 7 3 2
3
1
3
2
) (
2
1
) 10 (
1
A A A A
I E
C
=
C
EI
64 , 71
+ (searah jarum jam)

C
= |
.
|

\
|
+ + +
8 7 3 2
3
2
3
1
) (
2
1
) 10 (
1
A A A A
I E
C

=
C
EI
24 , 85
(berlawanan jarum jam)

Bentangan CD:

C
= |
.
|

\
|
+
10 9 4
3
1
3
2
6
3 / 10
) 2 (
1
A A A
I E
C
=
C
EI
24 , 85
(berlawanan jarum jam)

D
= |
.
|

\
|
+ +
10 9 4
3
2
3
1
6
3 / 8
) 2 (
1
A A A
I E
C
=
C
EI
62 , 45
+ (searah jarum jam)
Reaksi-reaksi, diagram gaya geser dan momen, dan sketsa kurva elastis
dapatlah kemudian diperoleh melalui cara yang sama seperti pada contoh
sebelumnya.

Contoh 3. Dengan menggunakan persamaan tiga-momen, analisalah balok-
kontinu pada Gambar 9a sehubungan dengan penurunan 15 mm di tumpuan B.
Gambarkan diagram gaya geser dan momennya. Buatlah sketsa kurva elastisnya.

15

PENYELESAIAN: Apabila hanya terjadi penurunan-penurunan tumpuan
yang tak sama tapi tak ada beban yang bekerja, persamaan tiga-momen yang
bersangkutan menjadi
2
C
1
A
2
2
C
2
2
1
1
B
1
1
A
L
6Eh
L
6Eh
I
L
M
I
L
I
L
2M
I
L
M + + =
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
+ +
|
|
.
|

\
|

Dalam penggunaan persamaan di atas, perhatikanlah bahwa h
A
dan h
C
masing-
masing adalah besaran yang menunjukkan bahwa sebenarnya tumpuan A dan C
lebih tinggi daripada tumpuan B.
Terapkan persamaan tiga-momen terhadap
Bentangan AB dan BC:
12
0,015) 6E(
6
0,015) 6E(
I 10
12
M
I 10
12
3I
6
2M
I 3
6
M
C
C
C C
B
C
A
+
+
+
+ =
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
+ +
|
|
.
|

\
|

2 M
A
+ 6,4 M
B
+ 1,2 M
C
= + 0,0225 EI
C

Bentangan BC dan CD:
12
0,015) ( 6E
I 2
6
M
2I
6
I 10
12
2M
10I
12
M
C
D
C C
C
C
B

+ =
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
+ +
|
|
.
|

\
|

1,2 M
B
+ 8,4 M
C
+ 3 M
D
= - 0,0075 EI
C

Karena M
A
=M
D
= 0 dan EI
C
= 80.000 kN.m, persamaan tiga momen yang
bersangkutan menjadi
6,4 M
A
+ 1,2 M
B
= + 1800
1,2 M
B
+ 8,4 M
C
= - 600
Sederhanakan,
M
B
= + 302,75 kN.m
M
C
= - 114,68 kN.m

Reaksi-reaksi, beserta diagram gaya geser dan momennya ditunjukkan pada
Gambar 9b hingga d. Sketsa kurva elastiknya ditunjukkan pada Gambar 9e.

16































Gambar 9. Balok menerus contoh 3
17

Untuk mengecek ketepatan M
B
dan M
C
, kemiringan kurva elastis di B dan C
masing-masing harus dihitung dengan menggunakan diagram momen pada
bentangan sebelah kiri dan kemudian bentangan sebelah kanan serta lihatlah
bahwa hasil yang sama diperoleh. Demi kelengkapan, kemiringan di A dan D juga
dihitung agar kurva elastis pada Gambar 6.4.1e dapat diplot secara lebih baik.
Terapkan metode balok-padanan terhadap.
Bentang AB:

A
=
(

+ =
|
.
|

\
|
+ ) 25 , 908 (
3
1
) 000 . 80 ( 3
1
6
015 , 0
3
1
3
1
R
1 AB
A
EI
C

= + 3,7614 x 10
-3

B
=
(

+ =
|
.
|

\
|
+ ) 25 , 908 (
3
2
) 000 . 80 ( 3
1
6
015 , 0
3
2
3
1
R
1 AB
A
EI
C

= - 0,0229 x 10
-3


Bentang BC:

B
= |
.
|

\
|
+
3 2 BC
3
1
3
2
10
1
R A A
EI
C

=
(

+ ) 08 , 688 (
3
1
) 50 , 1816 (
3
2
) 000 . 80 ( 10
1
12
015 , 0
= - 0,0230 x 10
-3

C
= |
.
|

\
|
+ +
3 2 BC
3
2
3
1
10
1
R A A
EI
C

=
(

+ + ) 08 , 688 (
3
2
) 50 , 1816 (
3
1
) 000 . 80 ( 10
1
12
015 , 0
= - 1,4335 x 10
-3


Bentang CD:

C
=
(

+ =
|
.
|

\
|
+ ) 04 , 344 (
3
2
) 000 . 80 ( 2
1
0
3
2
2
1
R
4 CD
A
EI
C
= - 1,4335 x 10
-3

D
=
(

+ =
|
.
|

\
|
+ ) 04 , 344 (
3
1
) 000 . 80 ( 2
1
0
3
1
2
1
R
4 CD
A
EI
C
= + 0,7168 x 10
-3


18

Contoh 4. Dengan menggunakan persamaan tiga-momen, analisalah balok-
kontinu pada Gambar 10 sehubungan dengan penurunan 15 mm di tumpuan B.
Gambarkan diagram gaya geser dan momennya. Buatlah sketsa kurva elastisnya.

PENYELESAIAN: Terapkan persamaan tiga-momen terhadap
Bentangan A
0
A dan AB:
6
(-0,015) 6E
I 3
6
M
I 3
6 L
2M
L
M
C
B
C
0
A
0
A0
=
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
+

+ |
.
|

\
|


4 M
A
+ 2 M
B
= -0,0150 EI
C

Bentangan AB dan BC:
12
0,015) ( 6E
6
0,015) ( 6E
I 10
12
M
I 10
12
3I
6
2M
I 3
6
M
C
C
C C
B
C
A
+
+
+
+ =
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
+ +
|
|
.
|

\
|

2 M
A
+ 6,4 M
B
+ 1,2 M
C
= + 0,0225 EI
C


Bentangan BC dan CD:
12
(-0,015) 6E
I 2
6
M
2I
6
I 10
12
2M
10I
12
M
C
D
C C
C
C
B
+ =
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
+ +
|
|
.
|

\
|

1,2 M
B
+ 8,4 M
C
+ M
D
= - 0,0075 EI
C


Diketahui MD = 0 dan EI
C
= 80.000 kN.m dalam persamaan tiga momen,
4 M
A
+ 2 M
B
= - 1200
2 M
A
+ 6,4 M
B
+ 1,2 M
C
= + 1800
1,2 M
B
+ 8,4 M
C
= - 600
Selesaikan,
M
A
= - 537,70 kN.m, M
B
= - 475,41 kN.m, M
C
= - 139,34 kN-m
Reaksi-reaksi, diagram gaya geser dan momen, serta kurva elastisnya ditunjukkan
pada Gambar 10b-e.
Untuk mengecek ketepatan M
A
, M
B
dan M
C
, tiga kondisi keselarasan yang
bersangkutan dapat diuji benar-tidaknya dengan melihat bahwa (1)
A
= 0, (2)
B

yang dihitung dari bentang BA =
B
yang dihitung dari bentang BC, dan (3)
C

yang dihitung dari bentang CB =
C
yang dihitung dari bentang CD.
19

Terapkan metode balok-padanan terhadap
Bentang AB:

A
= |
.
|

\
|
+ +
2 1 AB
3
1
3
2
3
1
R A A
EI
C

=
(

+ + + ) 23 , 1426 (
3
1
) 10 , 1613 (
3
2
) 000 . 80 ( 3
1
6
015 , 0
= 0

B
= |
.
|

\
|
+
2 1 AB
3
2
3
1
3
1
R A A
EI
C

=
(

+ + ) 23 , 1426 (
3
2
) 10 , 1613 (
3
1
) 000 . 80 ( 3
1
6
015 , 0
= + 0,7787 x 10
-3


Bentang BC:

B
= |
.
|

\
|
+
4 3 BC
3
1
3
2
10
1
R A A
EI
C

=
(

+ ) 04 , 836 (
3
1
) 46 , 2825 (
3
2
) 000 . 80 ( 10
1
12
015 , 0
= + 0,7787 x 10
-3

C
= |
.
|

\
|
+ +
4 3 BC
3
2
3
1
10
1
R A A
EI
C

=
(

+ + ) 04 , 836 (
3
2
) 46 , 2825 (
3
1
) 000 . 80 ( 10
1
12
015 , 0
= - 1,7418 x 10
-3


Bentang CD:

C
= |
.
|

\
|
+
5 CD
3
2
2
1
R A
EI
C

=
(

+ ) 02 , 418 (
3
2
) 000 . 80 ( 2
1
0 = - 1,7418 x 10
-3

D
= |
.
|

\
|
+
5 CD
3
1
2
1
R A
EI
C

=
(

+ ) 02 , 418 (
3
1
) 000 . 80 ( 2
1
0 = + 0,8709 x 10
-3

20

























Gambar 10. Balok menerus contoh 4
1.5 Soal Latihan
1. Analisalah balok-kontinu pada Gambar di bawah ini dengan menggunakan
persamaan tiga-momen. Gambarkan diagram gaya geser dan momennya.
Buatlah sketsa kurva elastisnya. Juga lakukan pengecekan terhadap
kontinuitas kemiringan di kedua tumpuan-tengahnya.
21









2. Analisalah balok-kontinu pada Gambar di bawah ini dengan menggunakan
persamaan tiga-momen. Gambarkan diagram gaya geser dan momennya.
Buatlah sketsa kurva elastisnya. Juga lakukan pengecekan terhadap ketiga
kondisi keselarasan untuk kurva elastis.







3. Analisalah balok-balok kontinu pada Gambar di bawah ini dengan
menggunakan persamaan tiga-momen. Gambarkan diagram gaya geser
dan momennya. Buatlah sketsa kurva elastisnya. Lakukan pengecekan
terhadap kontinuitas kemiringan di semua tumpuan.

Anda mungkin juga menyukai