Anda di halaman 1dari 47

Petunjuk Konsil Resusitasi Eropa untuk Resusitasi 2010 Bagian 6.

Bantuan Hidup Pediatri


Dominique Biarenta, Robert Binghamb, Christoph Eichc, Jess Lpez-Herced, Ian Maconochiee, Antonio Rodrguez-Nnezf, Thomas Rajkag, David Zidemanh

Pendahuluan Petunjuk bantuan hidup pediatri berdasarkan pada dua prinsip utama : (1) insidensi penyakit kritis, terutama pada henti kardiopulmoner, dan cedera pada anak-anak jauh lebih rendah daripada orang dewasa; (2) sebagian besar kedaruratan pada pediatri diatasi oleh petugas yang bukan merupakan spesialis pediatri dan memiliki pengalaman kondisi darurat pediatri yang terbatas. Oleh karena itu, petunjuk bantuan hidup pediatri bukan hanya harus memiliki bukti ilmiah terbaik yang tersedia tetapi juga harus dalam bentuk yang sederhana dan mudah. Pada akhirnya, petujuk internasional harus mengakui adanya variasi pada

infrastruktur medis lokal dan nasional dan memperbolehkan fleksibilitas jika diperlukan.

Proses Konsil Resusitasi Eropa - European Resuscitation Council (ERC) mempublikasikan petunjuk bantuan hidup pediatri - Paediatric Life Support (PLS) pada tahun 1994, 1998, 2000 dan 2005. Dua publikasi terakhir berdasarkan Konsensus Internasional Ilmiah yang Proses ini

dipublikasikan oleh Komite Liaison Internasional untuk Resusitasi (ILCOR).

berulang pada tahun 2009/2010, dan hasil Konsensus Ilmiah dengan Rekomendasi Terapi (CoSTR) dipublikasikan bersamaan dalam Resusitasi, Sirkulasi dan Pediatri. PLS Working Party dari ERC telah mengembangkan Petunjuk PLS ERC berdasarkan CoSTR 2010 dan didukung oleh literatur ilmiah. Petunjuk untuk resusitasi bayi baru lahir tercantum pada Bagian 7.

Ringkasan perubahan sejak Petunjuk 2005 Perubahan petunjuk dibuat sebagai respon untuk meyakinkan bukti ilmiah baru dan untuk menyederhanakan pengajaran dan memori. Seperti sebelumnya, masih terdapat

kekurangan pada bukti yang berkualitas mengenai resusitasi pediatri. Oleh karena itu untuk memudahkan dan mendukung penyebaran dan pelaksanaan Petunjuk PLS, perubahan hanya dilakukan jika terdapat bukti ilmiah baru yang berlevel tinggi atau untuk menjamin konsistensi petunjuk dewasa. Kemudahan dalam penerapan pedoman yang sama untuk
1

semua orang dewasa dan anak-anak tetap menjadi topik utama pembelajaran. Perubahan inti dalam petunjuk baru ini termasuk : Pengenalan henti jantung Petugas kesehatan tidak dapat diandalkan dalam menentukan ada atau tidaknya nadi dalam waktu kurang dari 10 detik pada bayi dan anak-anak. Oleh karena itu, palpasi nadi tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya penentu henti jantung dan perlunya dilakukan kompresi dada. Apabila korban tidak memberikan respon, tidak bernapas secara normal, dan tidak memperlihatkan tanda kehidupan, penolong awam harus memulai RKP. Petugas

kesehatan harus memperhatikan tanda-tanda kehidupan dan apabila mereka yakin dengan teknik yang dilakukannya, mereka dapat menambahkan palpasi nadi untuk mendiagnosa henti jantung dan memutuskan apakah mereka harus memulai kompresi dada atau tidak. Keputusan untuk memulai RKP harus diambil dalam waktu kurang dari 10 detik. Berdasarkan usia anak, pemeriksaan nadi karotis (anak-anak), brakial (bayi) atau femoral (anak-anak dan bayi) dapat dilakukan.

Rasio kompresi ventilasi Rasio kompresi ventilasi (CV) yang digunakan untuk anak-anak harus berdasarkan jumlah penolong yang ada, apakah tunggal atau lebih. Penolong awam, yang biasanya hanya mempelajari teknik penolong-tunggal, harus diajarkan untuk menggunakan rasio 30 kompresi dengan 2 ventilasi yang sama dengan petunjuk dewasa dan membolehkan setiap orang yang dilatih dalam bantuan hidup dasar (BLS) untuk melakukan resusitasi anak-anak dengan informasi tambahan yang minim. Penolong yang bertugas untuk merespon harus mempelajari menggunakan rasio CV 15:2 yang telah disahkan dalam penelitian hewan dan manekin. Kelompok kedua, yaitu petugas kesehatan profesional, harus mendapatkan pelatihan khusus untuk anak-anak. Untuk mereka, kesederhanaan petunjuk akan hilang apabila rasio yang diajarkan berbeda pada skenario di mana terdapat satu atau dua penolong. Akan tetapi, kelompok yang bertugas merespon dapat menggunakan rasio 30:2 jika mereka sendiri, terutama jika mereka tidak mencapai jumlah kompresi yang adekuat karena kesulitan peralihan antara ventilasi dan kompresi. Ventilasi masih merupakan komponen RKP yang sangat penting pada asfiksia. Penolong yang tidak dapat atau tidak mau memberikan ventilasi mulut-ke-mulut harus didukung untuk melakukan setidaknya RKP hanya-kompresi.

Kualitas RKP Teknik kompresi untuk bayi termasuk kompresi dua-jari untuk penolong tunggal dan teknik dua-ibu jari yang melingkar untuk dua penolong atau lebih. Untuk anak-anak yang lebih tua, teknik satu atau dua tangan dapat digunakan, tergantung pilihan penolong. Perhatian ditujukan untuk mencapai kedalaman kompresi yang adekuat (mis, sekitar 4 cm pada bayi dan sekitar 5 cm pada anak-anak). Pelepasan yang sempurna setelahnya juga harus diperhatikan. Kompresi dada harus dilakukan dengan interupsi yang minimal untuk -

mengurangi waktu tanpa-aliran. Untuk bayi dan anak-anak, laju kompresi sedikitnya 100 tetapi tidak lebih dari 120 per menit.

Defibrilasi Defibrilator eksternal otomatis Laporan kasus mengindikasikan bahwa defibrilator eksternal otomatis (AED) aman dan berhasil bila digunakan pada anak-anak berusia di atas 1 tahun. Defibrilator eksternal

otomatis dapat mengidentifikasi aritmia pada anak-anak secara akurat; alat ini sangat tidak mungkin menyarankan pemberian kejut (shock) yang tidak sesuai. Sebagai akibatnya,

penggunaan AED diindikasikan pada semua anak yang berusia lebih dari 1 tahun. Meskipun demikian, jika terdapat kemungkinan bahwa AED perlu digunakan pada anak-anak, pembeli harus memeriksa bahwa kegunaan model tersebut telah diuji dapat mengatasi aritmia pediatri. Banyak perusahaan yang saat ini memproduksi pad/bantalan atau perangkat lunak khusus untuk pediatri, yang pada umumnya melemahkan tenaga mesin hingga 50-75 J dan jumlah ini direkomendasikan untuk anak-anak berusia 1-8 tahun. Apabila daya kejut yang dilemahkan atau mesin yang disesuaikan secara manual tidak tersedia, alat AED dewasa tanpa modifikasi dapat digunakan pada anak-anak di atas 1 tahun. Bukti untuk mendukung penggunaan AED pada anak-anak yang berusia kurang dari 1 tahun terbatas hanya pada laporan kasus. Insidensi gangguan irama yang dapat dikejutkan pada bayi sangat rendah kecuali bagi menderita penyakit jantung. Pada kasus yang jarang tersebut, rasio risiko/keuntungan dapat bermanfaat dan penggunaan AED (terutama dengan penurun dosis) harus dipertimbangkan.

Defibrilator manual Rekomendasi terapi untuk fibrilasi ventrikel (VF) atau takikardi ventrikuler tanpa nadi (VT) pediatri masih memerlukan defibrilasi segera. Pada bantuan hidup lanjutan dewasa
3

(ALS), direkomendasikan untuk memberikan kejut tunggal dan kemudian melanjutkan RKP sesegera mungkin tanpa memeriksa nadi atau memeriksa ulang irama (lihat Bagian 4). Untuk mengurangi waktu tanpa-aliran, kompresi dada harus dilanjutkan selagi menyiapkan dan mengisi bantalan/paddles atau bantalan yang melekat (self-adhesive pads) (jika ukuran dada anak sesuai). Kompresi dada harus segera dihentikan saat defibrilator telah siap untuk

digunakan. Dosis daya ideal untuk defibrilasi yang aman dan efektif pada anak-anak tidak diketahui, tetapi percobaan pada hewan dan pada beberapa kasus pediatri menunjukkan bahwa dosis yang lebih besar dari 4J/kg memberikan defibrilasi yang efektif dengan efek samping yang dapat diabaikan. Penelitian klinis pada anak-anak mengindikasikan bahwa dosis 2J./kg tidak tepat pada sebagian besar kasus. Kejut bifasik setidaknya sama efektif dan menghasilkan disfungsi miokard yang lebih sedikit setelah pemberian kejut daripada kejut monofasik. Oleh karena itu, untuk menyederhankan dan memantapkan dengan BLS dewasa serta petunjuk ALS, maka strategi kejut tunggal menggunakan dosis yang tidak dinaikkan sebesar 4J/kg (bifasik lebih baik tetapi monofasik dapat digunakan) direkomendasikan untuk defibrilasi pada anak-anak. Menggunakan bantalan berukuran terbesar atau bantalan yang cocok dengan dada bayi atau anak pada posisi antero-lateral atau antero-posterior tanpa saling menyentuhkan bantalan satu sama lain.

Jalan Napas Pipa trakea dengan cuff Pipa trakea dengan cuff dapat digunakan dengan aman pada bayi dan anak muda. Ukurannya harus dipilih menggunakan rumus yang disahkan. Tekanan krikoid Keamanan dan manfaat menggunakan tekanan krikoid selama intubasi trakea tidak jelas. Oleh karena itu, penggunaan tekanan krikoid harus diubah atau dihentikan apabila mengganggu ventilasi atau kecepatan atau kemudahan intubasi. Kapnometri Mengawasi kadar karbon dioksida (CO2) yang dikeluarkan secara ideal dengan menggunakan kapnografi, bermanfaat untuk memastikan posisi pipa trakea yang benar dan direkomendasikan selama RKP untuk membantu dan meningkatkan kualitasnya.

Titrasi Oksigen Berdasarkan meningkatnya bukti bahaya yang berpotensial terjadi akibat hiperoksemia setelah henti jantung, setelah sirkulasi spontan kembali, oksigen yang dihirup harus dititrasi untuk membatasi risiko hiperoksemia. Sistem tanggap cepat Pelaksanaan sistem tanggap cepat pada pasien rawat inap pediatri dapat mengurangi angka henti jantung dan napas dan mortalitas dalam rumah sakit. Topik Baru Topik baru pada petunjuk 2010 yaitu channelopathies (pentingnya otopsi dan pemeriksaan keluarga) dan beberapa keadaan khusus yang baru : trauma, pre- dan postperbaikan tahap 1 ventrikel tunggal, sirkulasi post-Fontan, dan hipertensi pulmoner.

Terminologi Pada tulisan berikutnya, laki-laki melingkupi wanita dan anak berarti bayi dan anakanak kecuali dituliskan sebaliknya.

Istilah baru saja lahir merujuk kepada neonatus segera setelah persalinan. Neonatus adalah seorang anak sampai usia 4 minggu. Bayi adalah anak di bawah usia 1 tahun, dan istilah anak merujuk pada anak-anak yang berusia antara 1 tahun hingga mulai timbulnya pubertas. Sejak anak-anak mengalami pubertas kemudian disebut remaja di mana petunjuk dewasa digunakan untuk mereka. Lebih lanjut lagi, sangat penting untuk membedakan bayi dan anak yang lebih tua, karena terdapat beberapa perbedaan penting yang berhubungan dengan diagnostik dan teknik intervensional antara kedua golongan tersebut. Onset timbulnya pubertas, di mana merupakan akhir psikologis masa kanak-kanak, merupakan penunjuk yang paling logis untuk menentukan batas atas usia penggunaan petunjuk pediatri. Apabila terjadi kesalahan

penilaian dan korban ternyata seorang dewasa muda, dapat terjadi keadaan yang sedikit membahayakan, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian etiologi bahwa pola henti jantung pediatri berlanjut hingga masa awal kedewasaan.

A. Bantuan hidup dasar pediatri Rangkaian tindakan

Penolong yang telah diajarkan BLS dewasa dan tidak memiliki pengetahuan khusus mengenai resusitasi pediatri dapat menggunakan rangkaian dewasa, karena akan memberikan hasil yang lebih buruk jika dia tidak melakukan apapun. Tenaga yang tidak ahli yang ingin mempelajari resusitasi pediatri karena memiliki pertanggungjawaban untuk anak-anak (mis, guru, perawat sekolah, pengawal renang), harus diajarkan bahwa lebih baik untuk melakukan sedikit perubahan pada BLS dewasa dan melakukan lima bantuan napas awal yang diikuti dengan RKP sekitar 1 menit sebelum mencari bantuan (lihat petunjuk BLS dewasa). Rangkaian berikut harus diikuti oleh mereka yang bertugas untuk merespon kedaruratan pediatri (biasanya tim petugas kesehatan profesional) (Gambar 6.1) 1. Memastikan keamanan penolong dan anak 2. Memeriksa tingkat respon anak : Memberikan stimulasi dengan lembut pada anak dan menanyakan dengan lantang : apakah kamu baik-baik saja? 3A. Apabila anak memberikan respon dengan menjawab atau bergerak : Biarkan anak dalam posisi saat pertama kali anda menemukannya (dengan ketentuan bahwa dia tidak dalam keadaan berbahaya) Periksalah kondisinya dan cari bantuan jika diperlukan Lakukan pemeriksaan ulang secara reguler 3B. Apabila anak tidak memberi respon : Berteriak meminta bantuan Balikkan anak dengan hati-hati pada punggungnya Bukalah jalan napas anak dengan cara mengungkit kepala dan mengangkat dagu o Letakkan tangan anda pada dahi nya dan mengungkit kepalanya dengan lembut ke belakang o Di saat yang sama, dengan ujung jari anda di bawah ujung dagu anak, angkatlah dagu. Jangan menekan jaringan lunak dibawah dagu karena dapat menghambat jalan napas. o Apabila anda masih mengalami kesulitan dalam membuka jalan napas, cobalan melakukan jaw thrust : tempatkan dua jari pertama dari masing-masing tangan pada sisi belakang masing-masing mandibula dan dorong rahang ke depan.

Jika dicurigai terdapat cedera pada bagian leher, cobalah untuk membuka jalan napas hanya dengan cara jaw thrust. Apabila hanya dengan jaw thrust tidak memberikan patensi
6

jalan napas yang adekuat, tambahkan dengan sedikit mengungkit kepala pada waktu yang sama hingga jalan napas terbuka.

4. Menjaga jalan napas terbuka dengan cara melihat, mendengar dan merasakan adanya pernapasan normal dengan menempatkan kepala anda mendekati kepala anak dan melihat ke arah seluruh dada : Lihat pergerakan dada Dengarkan suara pernapasan pada hidung dan mulut anak Rasakan pergerakan udara di pipi anda

Gbr 6.1. Algoritma bantuan hidup dasar pediatri untuk mereka yang bertugas merespon kedaruratan pediatri

Pada beberapa menit pertama setelah henti jantung anak-anak dapat menarik nafas sesekali dengan lambat dan jarang. Lihat, dengar dan rasakan tidak lebih dari 10 detik sebelum memutuskan apabila anda meragukan apakah pernapasan tersebut normal, bertindaklah seakan-akan pernapasan tidak normal :
7

5A. Apabila anak bernapas dengan normal: Balikkan anak pada posisi pemulihan (lihat di bawah) Kirim atau carilah bantuan lakukan panggilan ke nomor penanganan darurat lokal untuk mendapatkan ambulans Periksalah apakah anak masih terus bernapas 5B. Apabila pernapasan tidak normal atau tidak ada : Menghilangkan hal yang jelas menyebabkan obstruksi jalan napas dengan hati-hati Berikan lima bantuan pernapasan awal Sementara melakukan bantuan pernapasan, perhatikan adanya refleks muntah atau batuk yang merupakan respon dari tindakan anda. Ada atau tidaknya respon tersebut akan memberikan bentuk bagian dari penilaian tanda kehidupan anda, yang akan dijelaskan nanti.

Bantuan pernapasan untuk anak-anak berusia lebih dari 1 tahun (Gbr 6.2) Menjamin tindakan mengungkit kepala dan mengangkat dagu Memencet bagian lunak dari hidung yang berhadapan dengan jari telunjuk dan ibu jari anda pada dahi anak Hal tersebut akan memungkinkan mulut membuka, tetapi tetap mempertahankan dagu dalam posisi terangkat Ambil napas dan letakkan bibir anda di sekitar mulut, pastikan bahwa anda dapat menutup mulut anak dengan baik

Gbr 6.2. Ventulasi mulut-ke0mulut pada anak

Berikan tiupan yang stabil ke dalam mulut sekitar 1-1.5 detik sambil memperhatikan pengembangan dada
8

Pertahankan kepala tetap terungkit dan dagu terangkat, jauhkan mulut anda dari korban dan perhatikan dadanya yang kembali bergerak turun saat udara keluar Tarik napas kembali dan ulang rangkaian ini lima kali. Kenali efektivitas tindakan ini dengan melihat adanya pergerakan dada anak naik turun yang serupa dengan pergerakan yang dihasilkan oleh pernapasan normal.

Bantuan pernapasan untuk bayi (Gbr. 6.3) : Menjamin posisi netral kepala (oleh karena kepala bayi biasanya dalam keadaan fleksi pada posisi supinasi, hal ini membutuhkan beberapa tindakan ekstensi) dan dagu terangkat. Tarik napas dan tutup mulut dan hidung bayi dengan mulut anda, pastikan tidak ada kebocoran. Apabila hidung dan mulut tidak dapat tertutupi pada bayi yang lebih tua, maka penolong dapat berusaha hanya menutup hidung atau mulut bayi dengan mulutnya (jika memilih hidung, rapatkan bibir untuk mencegah kebocoran udara). Berikan tiupan dengan stabil kepada mulut dan hidung bayi selama 1-1.5 detik, cukup untuk melihat dada terangkat. Pertahankan posisi kepala dan dagu terangkat, jauhkan mulut anda dari korban dan perhatikan dada bayi kembali bergerak turun saat udara keluar. Tarik napas kembali dan ulangi rangkaian ini lima kali.

Gbr.6.3 Ventilasi mulut-ke-mulut dan hidung pada bayi

Untuk bayi dan anak, apabila anda mengalami kesulitan mencapai pernapasan yang efektif, maka dapat terjadi obstruksi pada jalan napas : Buka mulut anak dan keluarkan benda asing yang menyebabkan obstruksi. melakukan sapuan jari tanpa melihat. Jangan

Pastikan bahwa kepala terungkit dan dagu terangkat dengan adekuat serta leher tidak dalam keadaan overekstensi Apabila pengungkitan kepala dan pengangkatan dagu tidak dapat membuka jalan napas, cobalah metode mendorong rahang. Cobalah hingga lima kali untuk memperoleh pernapasan yang efektif, jika masih tidak berhasil, beralih ke kompresi dada.

6. Menilai sirkulasi anak. Tidak lebih dari 10 detik untuk : Melihat tanda-tanda kehidupan termasuk pergerakan, batuk atau pernapasan normal (bukan napas sesekali atau terengah-engah, pernapasan ireguler) Apabila anda memeriksa nadi, pastikan anda tidak melakukannya lebih dari 10 detik Pada anak yang berusia lebih dari 1 tahun rasakan pulsasi karotis di leher Pada bayi rasakan pulsasi brakial pada bagian dalam lengan atas. Pulsasi femoral pada pangkal paha, yaitu setengah jarak antara spina iliaka anterior superior dan simfisis pubis, juga dapat digunakan pada bayi dan anak.

7A. Apabila anda yakin bahwa anda dapat mendeteksi tanda-tanda kehidupan dalam 10 detik: Lanjutkan bantuan pernapasan, jika diperlukan, hingga anak mulai bernapas sendiri secara efektif. Balikkan anak pada posisi pemulihan jika masih belum sadar. Lakukan penilaian ulang pada anak sesering mungkin

7B. Jika tidak terdapat tanda-tanda kehidupan, KECUALI jika anda yakin anda dapat merasakan pasti pulsasi lebih dari 60 kali per menit dalam 10 detik : Mulailah kompresi dada Kombinasikan bantuan pernapasan dan kompresi dada :

Kompresi dada: Untuk semua anak-anak, tekan setengah bagian bawah sternum : Untuk menghindari penekanan perut bagian atas, tentukan letak xiphisternum dengan mencari sudut di mana tulang iga terbawah bersatu di bagian tengah. Tekan sternum selebar satu jari di atas tempat tersebut; kompresi harus cukup untuk menekan sternum sedikitnya dengan kedalaman sepertiga rongga dada. Jangan takut untuk mendorong terlalu keras : Tekan Keras dan
10

Cepat. Lepaskan seluruh tekanan dan ulangi dengan laju sedikitnya 100 kali per menit (tetapi tidak melebihi 120 kali per menit). Setelah 15 kompresi, ungkit kepala, angkat dagu, dan berikan dua bantuan pernapasan yang efektif. Lanjutkan kompresi dan bantuan napas dengan rasio 15:2. Metode terbaik untuk kompresi sedikit bervariasi antara bayi dan anak. Kompresi dada pada bayi (Gbr. 6.4): Penolong tunggal menekan sternum dengan kedua ujung jari. Jika terdapat lebih dari dua penolong, gunakan teknik saling melingkar

(encircling). Tempatkan kedua ibu jari sejajar satu sama lain pada setengah bagian bawah sternum (seperti di atas) dengan ujungnya mengarah ke kepala bayi. Sebarkan seluruh jari yang lainnya hingga melingkari bagian bawah rongga dada bayi dengan ujung-ujung jari menyokong punggung bayi. Untuk kedua metode, tekanlah sternum bagian bawah dengan kedalaman sedikitnya sepertiga rongga dada bayi. Kompresi dada pada anak berusia lebih dari 1 tahun (Gbr 6.5 dan 6.6): Letakkan salah satu ujung pangkal telapak tangan pada setengah bagian bawah sternum (seperti di atas). Angkat jari-jari untuk memastikan bahwa tekanan tidak diberikan pada seluruh tulang iga anak. Posisikan diri anda secara vertikal di atas dada korban dan, dengan kedua lengan lurus, tekan sternum hingga kedalaman sedikitnya sepertiga rongga dada. Pada anak yang lebih besar atau penolong yang kecil, hal ini dapat dilakukan dengan mudah dengan menggunakan kedua tangan di mana posisi jari-jari saling mengunci.

Gbr. 6.4. Kompresi dada bayi

8. Jangan memutuskan kompresi hingga : Anak menunjukkan tanda-tanda kehidupan (mulai sadar, bergerak, membuka mata dan bernapas secara normal atau denyut nadi lebih dari 60 per menit saat dipalpasi) Pertolongan yang lebih berkualitas tiba dan mengambil alih
11

Anda sudah kelelahan

Kapan harus memanggil bantuan Sangat penting untuk penolong mendapatkan bantuan secepat mungkin saat anak pingsan Apabila tersedia lebih dari satu penolong, salah satu memulai resusitasi sementara penolong yang lain mencari bantuan Apabila hanya terdapat satu penolong, lakukan resusitasi sekiatr 1 menit sebelum pergi mencari bantuan. Untuk meminimalkan terputusnya RKP, penolong dapat membawa bayi atau anak yang kecil selagi mencari bantuan.

Gbr. 6.5. Kompresi dada dengan satu tangan anak

Gbr 6.6. Kompresi dada dengan dua tangan anak Satu-satunya pengecualian untuk melakukan RKP 1 menit sebelum mencari bantuan

adalah pada kasus di mana anak jatuh dan disaksikan oleh seorang penolong. Dalam kasus ini, henti jantung sangat mungkin disebabkan oleh aritmia dan anak akan membutuhkan defibrilasi. Carilah bantuan sesegera mungkin jika tidak ada yang menghampiri anda.
12

Posisi pemulihan Seorang anak yang tidak sadar dengan jalan napas bebas, dan dapat bernapas secara normal, harus dibalikkan ke posisi pemulihan. Terdapat beberapa posisi pemulihan; seluruhnya bertujuan untuk mencegah obstruksi jalan napas dan mengurangi kecenderungan cairan seperti saliva, sekresi atau muntahan masuk ke jalan napas bagian atas. Terdapat beberapa prinsip penting yang harus diikuti Tempatkan anak sedekat mungkin pada posisi lateral, dengan mulut yang terbuka bebas, hingga memungkinkan cairan dapat mengalir dengan sendirinya. Posisi ini harus stabil. Pada seorang bayi, hal ini mungkin memerlukan sebuah bantal kecil atau selimut yang dapat digulung untuk ditempatkan di sepanjang punggungnya sehingga posisi dapat dipertahankan, dan mencegah bayi agar tidak berputar ke posisi supinasi atau pronasi. Hindari adanya tekanan pada dada anak yang dapat mengganggu pernapasan Anak harus dapat dibalikkan dan kemudian dikembalikan ke posisi pemulihan dengan mudah dan aman, dengan adanya pertimbangan kemungkinan terjadinya cedera tulang belakang servikal maka dilakukan teknik stabilisasi servikal segaris (in-line). Mengubah sisi tumpuan untuk mencegah penekanan daerah tertentu (setiap 30 menit) Posisi pemulihan dewasa cocok digunakan untuk anak-anak.

Obsrtuksi jalan napas karena benda asing (Foreign body airway obstruction - FBAO) Tidak terdapat bukti baru yang dipresentasikan selama Konferensi Konsensus 2010 mengenai topik ini. Memukul punggung (back blows), mendorong dada (chest thrust) dan mendorong perut (abdominal thrust), semuanya dapat meningkatkan tekanan intratorasik dan dapat mengeluarkan benda asing dari jalan napas. Pada sebagian kasus diperlukan lebih dari satu teknik untuk menghilangkan obstruksi. Tidak terdapat data yang mengindikasikan

tindakan mana yang harus pertama dilakukan atau bagaimana urutan yang harus dikerjakan. Apabila salah satu cara tidak berhasil, cobalah cara lainnya secara bergantian hingga benda asing dapat dihilangkan. Algoritma untuk obstruksi jalan napas oleh benda asing (FBAO) bagi anak-anak

disederhanakan dan disamakan dengan versi dewasa pada petunjuk 2005; hal ini berlanjut menjadi rangkaian yang direkomendasikan untuk mengatasi FBAO (Gbr.6.7)

13

Penanganan FBAO :

Gbr.6.7. Algoritma obstruksi jalan napas oleh benda asing pediatri

Mengenali obstruksi jalan napas oleh benda asing Saat benda asing memasuki jalan napas, anak segera bereaksi dengan

membatukkannya sebagai usaha untuk mengeluarkan benda tersebut. Batuk yang spontan kemugkinan besar lebih efektif dan aman daripada manuver yang mungkin dilakukan oleh penolong. Akan tetapi, apabila batuk tidak terjadi atau tidak efektif dan benda asing

menyumbat total jalan napas, maka anak akan menjadi asfiksia dengan cepat. Intervensi aktif untuk menghilangkan FBAO hanya diperlukan apabila batuk tidak efektif, dan setelahnya intervensi tersebut harus dimulai dengan cepat dan penuh keyakinan. Sebagian besar

kejadian tersedak pada bayi dan anak-anak timbul saat kegiatan makan atau bermain, di mana anak biasanya dijaga oleh perawat; sehingga kejadian tersebut seringkali disaksikan dan intervensi biasanya dimulai saat anak dalam keadaan sadar. Obstruksi jalan napas oleh benda asing ditandai oleh onset gagal napas yang tiba-tiba yang berhubungan dengan batuk, refleks muntah (gagging) atau mendengkur (Tabel 6.1). Tanda tanda dan gejala yang serupa dapat berhubungan dengan penyebab obstruksi jalan napas lainnya seperti laringitis atau epiglottitis; kondisi-kondisi tersebut diatasi dengan cara yang berbeda daripada FBAO. Curigai adanya FBAO apabila onsetnya sangat tiba-tiba dan tidak terdapat tanda-tanda anak sedang sakit; mungkin dapat ditemukan petunjuk yang dapat diwaspadai oleh penolong, mis.,riwayat makan atau bermain dengan benda-benda kecil sebelum timbulnya onset gejala.

14

1. Keamanan dan memanggil bantuan Keamanan adalah hal terpenting : penolong tidak boleh menempatkan dirinya dalam keadaan bahaya dan harus mempertimbangkan penatalaksanaan teraman dari anak yang tersedak. Apabila anak batuk dengan efektif, tidak diperlukan manuver eksternal. Dukunglah anak untuk batuk, dan lakukan pengawasan secara berkelanjutan. Apabila batuk yang dilakukan oleh anak (atau menjadi )tidak efektif , teriaklah meminta bantuan sesegera mungkin dan tentukan derajat kesadaran anak.

2. Anak yang sadar dengan FBAO Apabila anak masih dalam keadaan sadar tetapi tidak batuk atau batuknya tidak efektif, berikan pukulan pada punggung (back blows) Apabila back blows tidak menghilangkan FBAO, berikan dorongan pada dada (chest thrust) pada bayi atau dorongan pada perut (abdominal thrust) pada anak-anak. Manuver tersebut menciptakan batuk buatan, meningkatkan tekanan intratorasik dan mengeluarkan benda asing.

Tabel 6.1 Tanda-tanda obstruksi jalan napas oleh benda asing Tanda-tanda umum FBAO Kejadian disaksikan Batuk/tersedak Onset tiba-tiba Riwayat baru saja bermain dengan/memakan benda kecil Batuk yang tidak efektif Tidak dapat bersuara Batuk yang diam Tidak dapat bernapas Sianosis Tingkat kesadaran menurun Pukulan punggung pada bayi Sokonglah bayi dengan kepala menghadap ke bawah, tubuh dalam posisi pronasi, untuk memungkinkan gravitasi memudahkan pengeluaran benda asing Penolong yang dalam keadaan duduk atau berlutut harus dapat menyokong bayi dengan aman di pangkuannya.
15

Batuk yang efektif Respon terhadap pertanyaan berupa tangisan atau verbal Dapat menarik napas sebelum batuk Merespon dengan baik

Sokonglah kepala bayi dengan menempatkan ibu jari salah satu tangan, pada sudut rahang bawah, dan satu atau dua jari lain dari tangan yang sama, pada posisi yang sama di sisi rahang bawah lainnya. Jangan menekan jaringan lunak di bawah rahang bayi, karena akan memperburuk obstruksi jalan napas Berikan hingga lima pukulan punggung yang tajam dengan tumit salah satu tangan pada bagian tengan punggung antara kedua bilah bahu. Tujuannya adalah untuk menghilangkan obstruksi dengan salah satu pukulan daripada memberikan kelima pukulan

Pukulan punggung pada anak-anak di atas 1 tahun Pukulan punggung lebih efektif apabila anak diposisikan dengan kepala menghadap ke bawah Anak yang kecil dapat ditempatkan di atas pangkuan penolong sama seperti bayi. Jika hal ini tidak dapat dilakukan, sokong anak pada posisi membungkuk ke depan dan berikan pukulan punggung dari belakang.

Jika pukulan punggung gagal mengeluarkan benda asing, dan anak masih dalam keadaan sadar, gunakan dorongan dada untuk bayi atau dorongan perut untuk anak-anak. Jangan gunakan dorongan perut (manuver Heimlich) pada bayi.

Dorongan dada untuk bayi Balikkan bayi pada posisi supinasi dengan kepala ke arah bawah. Posisi ini diperoleh dengan aman dengan cara menempatkan lengan yang bebas di sepanjang punggung bayi dan pegang oksiput dengan tangan. Sokong bayi dengan lengan, yang ditempatkan ke bawah (atau di atas) paha anda Lakukan identifikasi daerah untuk kompresi dada (pada setengah bagian bawah sternum, sekitar selebar satu jari di atas xiphisternum) Berikan lima dorongan pada dada; tindakan ini serupa dengan kompresi dada tetapi lebih tajam dan diberikan pada kecepatan yang lebih lambat. Dorongan perut pada anak-anak berusia lebih dari 1 tahun. Berdiri atau berlutut di belakang anak; tempatkan lengan anda di bawah lengan anak dan lingkarilah badannya
16

Cengkramlah kepalan tangan anda dan tempatkan antara umbilikus dan xiphisternum. Genggamlah tangan ini dengan tangan lainnya dan tariklah dengan tajam ke arah dalam dan atas. Ulangi hingga lima kali Pastikan bahwa tekanan tidak diberikan pada prosessus xiphoideus atau rongga dada bagian bawah hal ini dapat menyebabkan trauma abdominal.

Setelah dorongan dada atau perut, lakukan penilaian ulang pada anak. Jika objek masih belum dapat dikeluarkan dan korban masih sadar, lanjutkan rangkaian pukulan punggung serta dorongan dada (untuk bayi) dan perut (untuk anak-anak). Mintalah, atau kirimkan bantuan apabila masih belum tersedia. Jangan tinggalkan anak pada keadaan tersebut. Apabila benda asing dapat berhasil dikeluarkan, lakukan pemeriksaan kondisi klinis anak. Masih terdapat kemungkinan bahwa sebagain dari benda asing tersebut tertinggal dalam saluran pernapasan dan menyebabkan komplikasi. Jika meragukan, carilah bantuan medis. Dorongan perut dapat menyebabkan cedera internal dan semua korban yang ditangani dengan dorongan perut harus diperiksa oleh dokter.

3. Anak yang tidak sadar dengan FBAO Apabila anak dengan FBAO tidak atau menjadi tidak sadar, tempatkan pada permukaan yang keras dan datar. Carilah bantuan jika masih belum tersedia. Jangan tinggalkan anak dalam keadaan tersebut; lanjutkan dengan langkah-langkah berikut : Membuka jalan napas. Bukalah mulut dan lihat apakah benda asing terlihat jelas. Jika terlihat, cobalah untuk mengeluarkannya dengan satu sapuan jari. Jangan mencoba sapuan jari tanpa melihat atau mengulangnya hal ini dapat menyebabkan benda jatuh lebih dalam ke faring dan menyebabkan cedera. Bantuan pernapasan. Bukalah jalan napas dengan mengungkit kepala/mengangkat dagu dan berikan lima napas bantuan. Lakukan penilaian keefektifan setiap bantuan napas yang diberikan: jika satu bantuan napas tidak memberikan pengembangan dada, ubahlah posisi kepala sebelum memberikan napas bantuan selanjutnya. Kompresi dada dan RKP Berilah lima bantuan pernapasan dan jika tidak ada respon (bergerak, batuk, napas spontan) lanjutkan ke kompresi dada tanpa penilaian lebih lanjut pada sirkulasi.

17

Ikuti rangkaian tindakan untuk penolong RKP tunggal (langkah 7B di atas) untuk sekitar satu menit sebelum memanggil EMS (jika belum dilakukan oleh orang lain) Saat jalan napas dibuka saat mencoba memberikan napas bantuan, perhatikan apakah ada benda asing yang terlihat dalam mulut. Jika sebuah benda terlihat, cobalah untuk mengeluarkannya dengan satu sapuan jari . Jika obstruksi nampaknya telah hilang, buka dan periksalah jalan napas seperti di atas; berikan bantuan pernapasan jika anak tidak bernapas Apabila anak sudah kembali sadar dan menunjukkan pernapasan spontan yang efektif, tempatkan pada posisi yang aman (posisi pemulihan) dan awasi pernapasan serta tingkat kesadaran sementara menunggu kedatangan EMS.

B. Bantuan hidup lanjut pediatri Pencegahan henti kardiopulmoner Pada anak-anak, henti kardiopulkmoner sekunder yang diakibatkan baik oleh kegagalan napas atau sirkulasi, lebih sering terjadi daripada henti kardiopulmoner primer yang diakibatkan oleh aritmia. Keadaan yang disebut dengan henti asfiksia atau henti napas juga lebih lazim ditemukan pada dewasa muda (mis, trauma, tenggelam, keracunan). Akibat dari henti kardiopulmoner pada anak-anak sangat buruk; penemuan mengenai kondisi gagal napas atau jantung sebelumnya adalah prioritas utama, karena intervensi awal yang efektif dapat menyelamatkan jiwa. Urutan penilaian dan intervensi untuk setiap penyakit berat atau anak yang cedera mengikuti prinsip ABC. A menunjukkan jalan napas (Ac untuk jalan napas dan stabilisasi tulang belakang servikal untuk anak yang cedera) B menunjukkan pernapasan C menunjukkan sirkulasi (dengan kontrol perdarahan pada anak yang cedera) Intervensi dilakukan pada setiap langkah penilaian selama terdapat abnormalitas yang teridentifikasi. Langkah penilaian selanjutnya tidak dimulai hingga abnormalitas yang ditemukan sebelumnya telah diatasi jika memungkinkan. Memanggil tim respon cepat kedaruratan medis pediatri dapat mengurangi risiko henti jantung dan/atau napas pada anak-anak yang dirawat inap di luar perawatan intensif. Tim ini harus terdiri atas satu spesialis anak dengan pengetahuan khusus di lapangan dan satu perawat ahli, serta yang dipanggil untuk mengevaluasi anak yang berpotensi menjadi kritis adalah yang tidak
18

sedang berada dalam ruang perawatan intensif anak (PICU) atau unit gawat darurat anak (ED)

Mendiagnosa gagal napas: pemeriksaan A dan B Pemeriksaan dari anak yang berpotensial jatuh ke keadaan kritis dimulai dengan pemeriksaan jalan napas (A) dan pernapasan (B). Ketidaknormalan patensi jalan napas atau pertukaran udara dalam paru dapat menyebabkan gagal napas. Tanda-tanda gagal napas termasuk: Laju pernapasan tidak dalam kisaran normal untuk usia anak, baik terlalu cepat atau terlalu lambat Pada awalnya usaha pernapasan ditingkatkan, yang dapat berkembang menjadi usaha bernapas yang inadekuat/menurun, terdengar suara tambahan seperti stridor, mengi, merintih, atau hilangnya suara pernapasan Penurunan volum tidal ditandai oleh pernapasan yang dangkal, penurunan ekspansi dada atau penurunan jumlah udara yang dihirup saat auskultasi. Hipoksemia (dengan/tanpa oksigen tambahan) pada umumnya diidentifikasi dengan sianosis tetapi evaluasi terbaik didapatkan dengan oksimetri nadi.

Mungkin terdapat beberapa tanda yang berhubungan dengan sistem organ lain baik yang dipengaruhi oleh ventilasi dan oksigenasi yang inadekuat atau karena usaha kompensasi terhadap masalah pernapasan. Hal ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan langkah C dan termasuk: Takikardi yang meningkat (mekanisme kompensasi sebagai usaha untuk meningkatkan penghantaran oksigen) Pucat Bradiakrdi (indikator yang berbahaya akibat kehilangan mekanisme kompensasi) Gangguan derajat kesadaran (suatu tanda bahwa mekanisme kompensasi sudah berlebihan)

Mendiagnosa kegagalan sirkulasi: pemeriksaan langkah C Kegagalan sirkulasi (atau syok) ditandai oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan metabolik jaringan dan penghantaran oksigen serta nutrisi oleh sirkulasi. Mekanisme

kompensasi fisiologis mengakibatkan perubahan denyut jantung, pada resistensi vaskuler

19

sistemik (yang biasanya meningkatk sebagai respon adaptif) dan perfusi jaringan serta organ. Tanda-tanda kegagalan sirkulasi termasuk : Peningkatan denyut jantung (bradikardi adalah tanda yang berbahaya dari dekompensasi fisiologis) Penurunan tekanan darah sistemik Penurunan perfusi perifer (waktu pengisian kapiler yang memanjang, penurunan suhu kulit, kulit yang pucat dan berbintik) Nadi perifer yang lemah atau tidak ada Penurunan atau peningkatan volum intravaskuler Penurunan hasil produksi urin dan asidosis metabolik Sistem lain dapat terpengaruhi, misalnya : Frekuensi pernapasan pada awalnya dapat menigkat, sebagai usaha untuk meningkatkan penghantaran oksigen, yang kemudian melambat dan disertai oleh kegagalan sirkulasi dekompensata Derajat kesadaran dapat menurun oleh karena perfusi serebral yang buruk

Mendiagnosa henti kardiopulmoner Tanda tanda henti kardiopulmoner termasuk : Tidak berespon terhadap nyeri (koma) Apnea atau pola pernapasan yang megap-megap (gasping) Tidak adanya tanda sirkulasi Pucat atau sianosis Palpasi nadi tidak dapat diandalkan sebagai penentu tunggal perlunya kompresi dada diberikan. Apabila dicurigai terjadi henti jantung, dan tanda-tanda kehidupan tidak terlihat, penolong (awam dan profesional) harus memulai RKP kecuali mereka yakin dapat merasakan nadi sentral dalam 10 detik (bayi arteri brakial dan femoral; anak-anak arteri karotis dan femoral). Jika ragu, mulailah RKP. Apabila personel terlatih menggunakan ekokardiografi yang tersedia, pemeriksaan ini dapat bermanfaat untuk mendeteksi aktivitas jantung dan berpotensi untuk mengatasi penyebab henti jantung tersebut. Akan tetapi, ekokardiografi tidak boleh mengganggu tindakan kompresi dada. Penatalaksanaan gagal napas dan sirkulasi Pada anak-anak, terdapat berbagai penyebab kegagalan napas dan sirkulasi yang dapat berkembang secara bertahap atau tiba-tiba. Pada awalnya kedua hal tersebut dikompensasi
20

tetapi kemudian akan menjadi dekompensata tanpa penanganan yang adekuat. Dekompensasi gagal pernapasan dan sirkulasi yang tidak diterapi akan menyebabakan henti kardiopulmoner. Oleh karena itu, tujuan bantuan hidup pediatri adalah intervensi awal dan efektif pada anakanak yang mengalami gagal napas dan sirkulasi agar tidak mengalami henti napas atau henti jantung total.

Jalan napas dan pernapasan Buka jalan napas dan pastikan ventilasi dan oksigenasi adekuat . Berikan oksigen dengan aliran tinggi. Lakukan pemantauan pernapasan (lini pertama oksimetri nadi/SpO2) Mencapai ventilasi dan oksigenasi yang adekuat mungkin memerlukan penggunaan alat bantuan pernapasan tambahan, ventilasi masker dengan kantong (bag-mask ventilation /BMV), penggunaan alat jalan napas masker laringeal (laryngeal mask airway/LMA), mengamankan jalan napas dengan intubasi trakea dan ventilasi tekanan positif. Pembuatan jalan napas operatif sangat jarang diperlukan. Sirkulasi Lakukan pemantauan jantung (lini pertama oksimetri nadi/SpO2.

Elektrokardiografi/EKG, dan pengukur tekanan darah non-invasif (NIBP) Menjamin akses intravaskuler. Hal ini dapat dilakukan melalui pemasangan kanula

intravena (IV) perifer atau intraosseus (IO). Jika sudah berada di dalam tubuh, maka harus digunakan kateter intravena sentral. Berikan bolus cairan (20 ml/kg) dan/atau obat (mis, atropin, vasopresor, anti-aritmia) bila diperlukan. Kristaloid isotonik direkomendasikan sebagai resusitasi cairan awal pada bayi dan anakanak pada berbagai jenis syok, termasuk syok sepsis. Lakukan pemeriksaan pada anak dan ulangi, mulailah setiap pemeriksaan dengan jalan napas sebelum melanjutkan ke pernapasan kemudian sirkulasi. Selama pemberian tindakan, kapnografi, pemantauan invasif tekanan darah arteri, analisis gas darah, pemantauan curah jantung, ekokardiografi dan saturasi oksigen vena sentral (ScvO2) dapat bermanfaat untuk menuntun terapi gagal napas dan/atau jantung. Jalan napas Membuka jalan napas menggunakan teknik bantuan hidup dasar. Peralatan bantuan jalan napas orofaringeal dan nasofaringeal dapat membantu mempertahankan jalan napas.
21

Gunakan alat jalan napas orofaringeal hanya pada anak yang tidak sadar, karena tidak memiliki refleks muntah. Gunakan ukuran yang tepat (dari gigi insisivus hingga angulus mandibula), untuk mencegah agar lidah tidak terdorong ke belakang dan menyumbat epiglottis, atau menekan glottis secara langsung. Palatum molle pada anak dapat rusak karena pemasangan alat jalan napas orofaringeal hindarilah kejadian ini dengan cara hati-hati memasukkan alat ; tanpa paksaan. Alat jalan napas orofaringeal pada umumnya dapat

ditoleransi lebih baik pada anak yang sadar atau setengah sadar (dengan refleks muntah yang baik), tetapi tidak boleh digunakan jika terdapat fraktur dasar tengkorak atau koagulopati. Kedalaman pemasangan yang tepat harus diukur dari nostril ke angulus mandibula tetapi harus diperiksa kembali setelah pemasangan. Alat jalan napas sederhana ini tidak melindungi jalan napas dari aspirasi sekresi, darah atau isi lambung.

Alat jalan napas masker laringeal (Laryngeal mask airway - LMA) Walaupun ventilasi bag-mask masih menjadi rekomendasi pertama untuk memperoleh kontrol jalan napas dan ventilasi pada anak-anak, LMA adalah alat jalan napas yang cocok oleh petugas kesehatan yang telah terlatih menggunakannya. Hal ini sangat bermanfaat pada kasus di mana obstruksi jalan napas disebabkan oleh abnormalitas jalan napas supraglottis atau jika ventilasi bag-mask tidak dapat digunakan. LMA tidak total melindungi jalan napas dari aspirasi sekresi, darah atau isi lambung, dan oleh karena itu diperlukan pemantauan ketat. Penggunaan LMA dihubungkan dengan insidensi komplikasi yang lebih tinggi pada anakanak yang berukuran kecil dibandingkan dengan orang dewasa. Alat jalan napas supraglottis lainnya (mis, pipa laringeal) yang telah berhasil digunakan pada bagian anestesi anak, juga bermanfaat pada keadaan darurat, tetapi data penggunaannya masih sedikit.

Intubasi trakea Intubasi trakea adalah cara yang paling menjamin dan efektif untuk mempertahankan jalan napas, mencegah distensi lambung, melindungi paru dari aspirasi, memungkinkan kontrol optimal tekanan jalan napas dan memberikan tekanan positif akhir ekspirasi (PEEP). Jalur oral lebih dipilih selama resusitasi. Intubasi oral lebih cepat dan sederhana, serta

dihubungkan dengan komplikasi yang lebih sedikit dibandingkan pemasangan melalui hidung. Pada anak yang sadar, penggunaan obat anestesi, sedarif dan pelumpuh otot yang bijaksana sangat penting untuk mencegah pengulangan usaha memasang intubasi atau gagal intubasi. Anatomi jalan napas anak sangat berbeda dari orang dewasa; oleh karena itu,
22

intubasi pada anak memerlukan pelatihan dan pengalaman khusus. Pemeriksaan klinis dan kapnografi harus digunakan untuk memastikan pemasangan pipa trakea yang benar. Pipa trakea harus terjamin dan tanda-tanda vital harus dipantau. Hal penting lainnya adalah

merencanakan penatalaksanaan teknik jalan napas alternatif apabila trakea tidak dapat diintubasi. Sampai sekarang belum terdapat rekomendasi berdasarkan bukti yang menjelaskan kriteria yang berhubungan dengan keadaan, pasien dan operator untuk intubasi sebelum ke rumah sakit pada anak-anak. dipertimbangkan apabila : (1) Jalan napas dan/atau pernapasan dalam bahaya atau terancam; (2) Cara dan durasi pemindahan memerlukan jalan napas untuk cepat diamankan (mis.,transportasi udara); dan (3) Apabila operator sangat terlatih dalam penatalaksanaan lanjut jalan napas termasuk penggunaan obat untuk memudahkan intubasi trakea Tabel 6.2 Rekomendasi ukuran pipa trakea dengan cuff dan tanpa cuff (diameter internal dalam mm) Tanpa cuff Dengan cuff Neonatus prematur Usia kehamilan dalam Tidak digunakan minggu/10 Neonatus cukup bulan 3.5 Biasanya tidak digunakan Bayi Anak-anak 1-2 tahun Anak-anak >2 tahun 4.5-4.0 4.0-4.5 Usia/4+4 3.0-3.5 3.5-4.0 Usia/4+3.5 pediatri Intubasi sebelum ke rumah sakit pada anak-anak dapat

Rangkaian cepat induksi dan intubasi Anak dengan henti kardiopulmoner dan/atau koma dalam tidak memerlukan sedasi atau analgesia untuk diintubasi; sebaliknya, intubasi harus dilanjutkan dengan oksigenasi (BMV dengan pelan kadangkala dibutuhkan untuk mencegah hipoksia), sedasi cepatm analgesia dan penggunaan obat pelumpuh otot untuk meminimalkan kegagalan dan komplikasi intubasi . Operator intubasi harus berpengalaman dan mengenal baik obat-obat yang digunakan untuk rangkaian cepat induksi. Penggunaan tekanan krikoid dapat mencegah atau membatasi regurgitasi isi lambung, tetapi dapat mengganggu jalan napas dan menyebabkan laringoskopi serta intubasi menjadi lebih sulit. Tekanan krikoid tidak boleh digunakan apabila intubasi atau oksigenasi tertekan.
23

Ukuran pipa trakea Rekomendasi umum diameter internal (ID) pipa trakea untuk usia yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6.2. Ini hanya merupakan penuntun dan pipa yang berukuran satu kali lebih besar dan lebih kecil harus tersedia. Ukuran pipa juga dapat diperkirakan dari panjang tubuh anak seperti yang telah diukur dengan pita resusitasi (resuscitation tape).

Pipa trakea dengan cuff banding tanpa cuff Pipa trakea tanpa cuff telah digunakan sejak dulu pada anak-anak yang berusia hingga 8 tahun tetapi pipa dengan cuff dapat menawarkan beberapa keuntungan pada keadaan tertentu, mis.,komplians paru yang buruk, resistensi jalan napas tinggi atau jika terdapat kebocoran udara yang besar dari glottis. Penggunaan pipa dengan cuff memungkinkan

pemilihan ukuran pipa yang tepat pada pemasangan pertama. Pipa trakea dengan cuff yang berukuran tepat memiliki keamanan yang sama dengan pipa tanpa cuff untuk bayi dan anakanak (bukan untuk neonatus) karena perhatian yang diberikan pada pemasangan, ukuran dan tekanan inflasi cuff. Oleh karena tekanan cuff yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan iskemik dan stenosis pada jaringan sekitar laring, tekanan inflasi cuff harus dipantau dan dipertahankan kurang dari 25 cm H2O. Konfirmasi pemasangan pipa trakea yang tepat Pipa yang bergeser, salah tempat atau tersumbat sering terjadi pada anak yang terintubasi dan berhubungan dengan peningkatan risiko kematian. Tidak ada satu pun teknik yang dapat diandalkan 100% untuk membedakan intubasi esofagus dari trakea. Pemeriksaan pemasangan pipa trakea yang benar yaitu dengan cara: Melihat pipa melewati pita suara dengan menggunakan laringoskopi; Mendeteksi CO2 akhir-tidal (dengan kolorimetri atau kapnometri/grafi) jika anak memiliki irama perfusi (juga dapat terlihat dengan RKP yang efektif, tetapi tidak dapat diandalkan sepenuhnya); Mengamati pergerakan dada yang simetris selama pemberian ventilasi tekanan positif; Mengamati adanya kabut pada pipa selama fase ekspirasi dari ventilasi; Tidak adanya distensi lambung; Masuknya udara yang seimbang pada auskultasi bilateral di aksilla dan apeks dada Tidak adanya udara yang masuk ke lambung pada auskultasi;

24

Adanya perbaikan atau keseimbangan SpO2, dalam kisaran yang diinginkan (tanda tertunda I); Adanya perbaikan denyut jantung seiring nilai yang sesuai umur (atau tetap dalam keadaan normal) (tanda tertunda!). Apabila anak mengalami henti kardiopulmoner dan CO2 yang dikeluarkan tidak terdeteksi di samping kompresi dada yang adekuat, atau apabila terdapat keraguan, pastikan posisi pipa trakea melalui laringoskopi direk. Setelah pemasangan yang benar dan telah dipastikan, amankan pipa trakea dan lakukan pemeriksaan ulang posisinya. Pertahankan kepala anak pada posisi netral. Fleksi kepala mendorong pipa masuk lebih dalam ke trakea sedangkan ekstensi dapat menariknya keluar dari jalan napas. Pastikan posisi pipa trakea berada di pertengahan trakea dengan foto Thoraks; ujung pipa trakea harus berada setinggi vertebra torakalis kedua dan ketiga. DOPES adalah akronim yang bermanfaat untuk penyebab gangguan tiba-tiba pada anak yang terintubasi : Displacement (pergeseran) pipa trakea Obstruction (obstruksi) pipa trakea atau penukar panas dan kelembapan (HME) Pneumotoraks Equipment (peralatan) yang menyebabkan kegagalan (sumber udara, bag-mask, ventilator,dll) Stomach (distensi lambung dapat mengganggu mekanisme diafragma)

Pernapasan Oksigenasi Berikan oksigen dengan kadar tinggi (100%), selama resusitasi awal. Setelah sirkulasi pulih, berikan oksigen yang cukup untuk mempertahankan saturasi oksigen arteri (SaO2) sekitar 94-98%. Penelitian pada neonatus menyatakan terdapat beberapa keuntungan menggunakan udara ruangan selama resusitasi (lihat Bagian 7). Pada anak yang lebih tua, tidak terdapat bukti atau manfaat penggunaan udara dibanding oksigen, maka gunakanlah oksigen 100% untuk resusitasi awal dan setelah sirkulasi spontan kembali (Return of a Spontaneous Circulation - ROSC) turunkan fraksi oksigen yang dihirup (FiO2) untuk mencapai SaO2 sekitar 94-98%. Pada keadaan di mana terjadi inhalasi asap (keracunan karbon monoksida)

25

dan anemia berat, FiO2 yang tinggi harus dipertahankan hingga masalah terselesaikan karena pada keadaan ini oksigen yang larut berperan penting dalam penghantaran oksigen. Ventilasi Petugas kesehatan pada umumnya memberikan ventilasi yang berlebihan selama RKP dan hal ini dapat membahayakan. Hiperventilasi menyebabkan peningkatan tekanan

intratorasik, menurunkan perfusi serebral dan koroner, dan angka bertahan hidup yang lebih buruk pada hewan percobaan dan dewasa. Walaupun normoventilasi adalah tujuan selama resusitasi, sulit untuk mengetahui jumlah volum per menit yang tepat yang telah diberikan. Petunjuk sederhana untuk menghantarkan volum tidal yang sesuai adalah dengan mencapai pengembangan dinding dada yang sedang. Gunakan rasio 15 kompresi dada dan 2 ventilasi serta laju kompresi sekitar 100-120/menit. Setelah ROSC dicapai, berikan ventilasi normal (laju/volum) berdasarkan usia korban dan, sesegera mungkin, berdasarkan pemantauan CO2 akhir-tidal dan nilai gas darah. Setelah jalan napas terlindungi oleh intubasi trakea, lanjutkan ventilasi tekanan positif dengan 10-12 napas/menit tanpa memutus kompresi dada. Perhatikan dengan seksama untuk memastikan bahwa inflasi paru adekuat selama kompresi dada. Setelah sirkulasi kembali, atau anak masih memiliki irama perfusi, berikan ventilasi 12-20 napas/menit untuk mencapai tekanan karbon dioksida arteri yang normal (PaCO2). Hiperventilasi dan hipoventilasi dapat membahayakan.

Ventilasi bag-mask (Bag Mask Ventilation - BMV) Ventilasi bag-mask (BMV) efektif dan aman untuk anak yang membutuhkan ventilasi bantuan untuk waktu yang singkat,mis., pada situasi sebelum ke rumah sakit (prehospital) atau di unit gawat darurat. Lakukan pemeriksaan keefektivan BMV dengan mengamati

pengembangan dada yang adekuat, memantau denyut jantung dan auskultasi bunyi pernapasan, serta mengukur saturasi oksigen perifer (SpO2). Setiap petugas kesehatan yang bertanggungjawab menangani anak-anak harus dapat memberikan BMV secara efektif.

Perpanjangan ventilasi Apabila perpanjangan ventilasi dibutuhkan, keuntungan jalan napas yang aman melebihi risiko potensial yang berhubungan dengan intubasi trakea. Untuk intubasi darurat, dapat digunakan pipa trakea dengan atau tanpa cuff. Memantau pernapasan dan ventilasi
26

CO2 akhir- tidal Memantau CO2 akhir-tidal (ETCO2) dengan detektor kolorimetri atau kapnometer memastikan pemasangan pipa trakea pada anak dengan berat lebih dari 2 kg dan dapat digunakan pada situasi sebelum dan di dalam rumah sakit, sama halnya selama pemindahan anak. Perubahan warna atau adanya bentuk gelombang kapnografik selama lebih dari empat napas yang diventilasikan mengindikasikan bahwa pipa berada dalam percabangan trakeobronkial baik pada saat adanya irama perfusi dan selama henti kardiopulmoner. Kapnografi tidak menyingkirkan kemungkinan intubasi pada bronkus. Tidak adanya CO2 yang dihembuskan selama henti kardiopulmoner tidak menjamin kesalahan pemasangan pipa karena ETCO2 yang rendah atau tidak ada dapat mencerminkan aliran darah paru yang rendah atau tidak ada. Kapnografi juga dapat memberikan informasi mengenai efisiensi kompresi dada dan dapat memberikan indikasi dini ROSC. Harus dilakukan beberapa usaha untuk memperbaiki kualitas kompresi dada apabila ETCO2 masih di bawah 15 mmHg (2kPa). Interpretasi nilai ETCO2 harus dilakukan dengan teliti khususnya setelah pemberian adrenalin atau obat vasokontriktor lain karena dapat terjadi penurunan nilai sementara atau setelah penggunaan natrium bikarbonat karena dapat terjadi peningkatan sementara. Bukti terkini tidak

mendukung penggunaan nilai ambang ETCO2 sebagai indikator untuk menghentikan usaha resusitasi.

Alat pendeteksi esofageal (Oesophageal detector devices- ODD) Balon yang terpompa sendiri atau semprit aspirasi (alat pendeteksi esofageal,ODD) dapat digunakan untuk pemastian kedua pemasangan pipa trakea pada anak-anak dengan irama perfusi. Tidak ada penelitian mengenai penggunaan ODD pada anak-anak dengan henti jantung.

Oksimetri nadi Evaluasi klinis saturasi oksigen darah arteri (SaO2) tidak dapat diandalkan; oleh karena itu, lakukan pemantauan saturasi oksigen perifer secara berkelanjutan menggunakan oksimetri nadi (SpO2). Oksimetri nadi kadang tidak dapat diandalkan pada keadaan tertentu, sebagai contoh, apabila anak mengalami kegagalan sirkulasi, henti kardiopulmoner atau memiliki perfusi perifer yang buruk. Walaupun oksimetri nadi secara relatif adalah alat yang

27

sederhana, tetapi merupakan petunjuk yang buruk untuk pergeseran pipa trakea. Kapnografi mendeteksi pergeseran pipa trakea lebih cepat daripada oksimetri nadi.

Sirkulasi Akses vaskuler Akses vaskuler penting untuk memungkinkan pemberian obat dan cairan, begitu pula untuk pengambilan sampel darah. Mungkin akan terjadi sedikit kesulitan untuk memperoleh akses vena selama resusitasi bayi dan anak. Pada anak-anak dengan sakit kritis, apabila akses vena tidak dapat segera diperoleh maka akses intraosseus harus cepat dipertimbangkan, terutama pada anak dengan henti jantung atau kegagalan sirkulasi dekompensata. Pada

beberapa kasus, di mana anak sakit kritism jika usaha untuk memperoleh akses intravena tidak berhasil dalam satu menit, maka dilakukan pemasangan jarum intraosseus sebagai gantinya.

Akses intraosseus Akses intraosseus merupakan jalur yang cepat, aman dan efektif untuk memberikan obat, cairan, dan produk darah. Mula kerja dan waktu untuk mencapai kadar obat plasma yang adekuat sama dengan pemberian melalui jalur vena sentral. Sampel sumsum tulang dapat digunakan untuk pengecekan jenis golongan darah atau untuk analisis kimia serta pengukutan gas darah (nilainya setara dengan gas vena sentral jika belum ada obat yang diinjeksikan ke dalam ruangan). Akan tetapi sampel dapat merusak analisator otomatis dan harus digunakan terutama dalam analisator dengan wadah penyimpan (cartridge analyzer) . Bilaslah masing-masing obat dengan bolus larutan salin normal untuk memastikannya hilang dari kavitas tulang, dan untuk memperoleh distribusi yang lebih cepat ke sirkulasi sentral. Injeksikan bolus cairan dalam jumlah banyak menggunakan tekanan manual. Akses

intraosseus dapat dipertahankan hingga akses definitif IV telah ada. Keuntungan alat IO semi-otomatis masih terlihat tetapi pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa alat ini cepat dan efektif untuk mencapai akses sirkualasi.

Akses intravena Akses IV perifer memberikan kadar plasma obat dan respon klinis setara dengan akses vena sentral atau IO. Jalur vena sentral memberikan akses jangka panjang yang lebih aman

28

tetapi dibandingkan dengan IO atau akses IV perifer, tidak memberikan keuntungan selama resusitasi. Akses pipa trakea Akses intraosseus atau IV harus lebih diutamakan daripada pipa trakea untuk pemberian obat. Obat yang diberikan melalui trakea memiliki tingkat absorbsi yang sangat bervariasi, tetapi sebagai penuntun, direkomendasikan dosis berikut : Adrenalin Lidokain Atropin 100 g/kg 2-3 mg/kg 30 g/kg

Dosis optimal untuk nalokson tidak diketahui Cairkan obat dengan 5 ml larutan salin normal dan pemberian diikuti dengan lima ventilasi. Jangan memberikan obat yang tidak dapat larut dalam lemak (mis, glukosa,

bikarbonat, kalsium) melalui pipa trakea karena akan merusak mukosa jalan napas.

Cairan dan obat Ekspansi volum diindikasikan saat anak menunjukkan tanda kegagalan sirkulasi tanpa adanya tanda kelebihan volum. Kristaloid isotonik direkomendasikan sebagai cairan

resusitasi awal untuk bayi dan anak-anak dengan berbagai jenis kegagalan sirkulasi. Apabila perfusi sistemik tidak adekuat, berikan bolus kristaloid isotonik 20 ml/kg walaupun tekanan darah sistemik normal. Setelah setiap bolus, lakukan pemeriksaan ulang kondisi klinis anak, menggunakan ABC, untuk memutuskan apakah bolus tambahan atau terapi lain diperlukan. Tidak terdapat data yang cukup untuk membuat rekomendasi mengenai penggunaan larutan salin hipertonik untuk kegagalan sirkulasi yang berhubungan dengan trauma kapitis atau hipovolemia. Data yang tidak cukup juga ditemukan untuk merekomendasikan penundaan resusitasi cairan pada anak yang hipotensif dengan trauma tumpul. Hindari larutan yang mengandung dekstrosa kecuali terdapat hipoglikemia. Lakukan pemantauan kadar glukosa dan hindari hipoglikemia; bayi dan anak yang kecil cenderung mudah mengalami hipoglikemia.

Adenosin Adenosin adalah nukleotida endogen yang menyebabkan blok atrioventrikuler singkat dan mengganggu pemasukan ulang berkas aksesoris pada nodus AV. Adenosin
29

direkomendasikan untuk terapi takikardi supraventrikuler (SVT).

Obat ini aman karena

memiliki waktu paruh yang singkat (10 detik); berikan melalui intravena ekstremitas atas atau vena sentral untuk meminimalkan waktu yang diperlukan obat mencapai jantung. Berikan adenosin dengan cepat, diikuti dengan bilasan 3-5 ml larutan salin normal. Adenosin harus digunakan dengan hati-hati pada pasien asma, blok AV derajat dua atau tiga, sindrom QT memanjang dan pada resipien transplan jantung.

Adrenalin (epinefrin) Adrenalin adalah katekolamin endogen yang berpotensi bekerja pada reseptor adrenergik , 1 dan 2. Obat ini terutama ditempatkan pada algoritma terapi henti jantung untuk irama yang dapat dikejutkan dan tidak. Adrenalin menginduksi vasokonstriksi,

meningkatkan tekanan diastolik dan oleh karena itu memperbaiki tekanan perfusi arteri koroner, meningkatkan kontraktilitas miokard, merangsang kontraksi spontan, dan meningkatkan amplitudo serta frekuensi VF, sehingga meningkatkan kemungkinan keberhasilan defibrilasi. Penggunaan dosis adrenalin IV/IO yang direkomendasikan pada anak-anak untuk pertama kali dan selanjutnya adalah 10 g/kg. Dosis tunggal maksimum adalah 1 mg. Jika diperlukan, berikan dosis adrenalin lanjutan setiap 3-5 menit. Adrenalin intratrakea tidak lagi direkomendasikan, tetapi jika jalur ini pernah digunakan, maka dosisnya sepuluh kali lebih besar (100 g/kg). Penggunaan dosis adrenalin yang lebih tinggi melalui jalur IV atau IO tidak direkomendasikan secara rutin karena tidak memperbaiki kelangsungan hidup dan hasil neurologis setelah henti kardiopulmoner. Setelah sirkulasi spontan kembali, pemberian adrenalin secara kontinu melalui infus mungkin diperlukan. Efek hemodinamik obat ini tergantung dosis; terdapat juga perbedaan yang dapat dipertimbangkan mengenai respon antara anak-anak; oleh karena itu, dosis infus dititrasi hingga diperoleh efek yang diinginkan. Laju pemberian infus yang tinggi dapat menyebabkan vasokonstriksi yang berlebihan, membahayakan ekstremitas, mesenterik, dan aliran darah ginjal. takiaritmia. Untuk menghindari kerusakan jaringan penting untuk memberikan adrenalin melalui jalur intravaskuler yang aman (IV atau IO). Adrenalin (dan katekolamin lainnya) menjadi Adrenalin dosis tinggi, dapat menyebabkan hipertensi berat dan

30

tidak aktif dengan pemberian larutan alkali dan tidak boleh dicampur dengan natrium bikarbonat. Amiodaron Amiodaron adalah inhibitor non-kompetitif reseptor adrenergik: menekan konduksi jaringan miokard dan oleh karena itu memperlambat konduksi AV, dan memanjangkan interval QT serta masa refrakter. Kecuali untuk pemberian terapi VF refrakter/VT tanpa nadi, amiodaron harus diinjeksikan dengan lambat (selama 10-20 menit) dengan tekanan darah sistemik dan pemantauan EKG untuk menghindari terjadinya hipotensi. Efek samping ini jarang terjadi dengan larutan akuous. Efek samping lain yang jarang tetapi signifikan adalah bradiakrdi dan VT polimorfik.

Atropin Atropin mempercepat pemacu sinus dan atrial dengan menghambat respon parasimpatis. Obat ini juga dapat meningkatkan konduksi AV. Dosis kecil (<100 g) dapat menyebabkan bradiakrdi paradoksikal. Pada bradikardi dengan perfusi yang buruk dan tidak berespon terhadap ventilasi dan oksigenasi, obat lini pertama adalah adrenalin, bukan atropin. Atropin direkomendasikan untuk bradikardi yang disebabkan oleh peningkatan tonus vagal atau toksisitas obat kolinergik.

Kalsium Kalsium penting untuk fungsi miokard tetapi penggunaan kalsium rutin tidak memperbaiki hasil setelah henti kardiopulmoner. Kalsium diindikasikan pada kondisi hipokalsemia, kelebihan obat penghambat saluran kalsium, hipermagnesemia dan hiperkalemia.

Glukosa Data dari neonatus, anak-anak dan dewasa mengindikasikan bahwa baik hiper dan hipoglikemia berhubungan dengan hasil yang buruk setelah henti kardiopulmoner, tetapi hal ini tidak pasti jika keadaan ini bersifat kausatif. Lakukan pemeriksaan kadar glukosa darah atau plasma serta lakukan pemantauan ketat pada setiap anak yang sakit atau cedera, termasuk yang telah mengalami henti jantung. Jangan memberikan cairan yang mengandung glukosa selama RKP kecuali terdapat hipoglikemia. Hindari hiper dan hipoglikemia setelah ROSC. Pemantauan glukosa yang ketat belum menunjukkan manfaat kelangsungan hidup pada
31

dewasa saat dibandingkan dengan pemantauan glukosa moderat serta meningkatkan risiko hipoglikemia pada neonatus, anak-anak dan dewasa.

Magnesium Tidak terdapat bukti untuk pemberian magnesium secara rutin selama henti kardiopulmoner. Terapi magnesium diindikasikan pada anak-anak dengan riwayat

hipomagnesemia yang tercatat atau dengan VT torsades de pointes tanpa melihat penyebabnya.

Natrium bikarbonat Jangan memberikan natrium bikarbonat secara rutin selama henti kardiopulmoner atau setelah ROSC. Setelah ventilasi dan kompresi dada yang efektif telah dicapai dan adrenalin telah diberikan, pemberian natrium bikarbonat dapat dipertimbangkan untuk anak dengan henti kardiopulmoner yang memanjang dan/atau asidosis metabolik berat. Natrium

bikarbonat juga dapat dipertimbangkan pada kasus di mana terdapat hemodinamik yang tidak stabil dan hiperkalemia yang menyertai, atau pada penatalaksanaan kelebihan dosis obat antidepresan trisiklik. Jumlah natrium bikarbonat yang berlebihan dapat mengganggu

penghantaran oksigen jaringan, menghasilkan hipokalemia, hipernatremia, hiperosmolaritas, dan katekolamin menjadi tidak aktif.

Lidokain Lidokain kurang efektif daripada amiodaron untuk VF/VT tanpa nadi yang resisten dengan defibrilasi pada orang dewasa dan oleh karena itu bukan merupakan terapi lini pertama pada VF/VT tanpa nadi yang resisten dengan defibrilasi pada anak-anak.

Prokainamid Prokainamid memperlambat konduksi intra-atrial dan memanjangkan interval QRS dan QT. Obat ini dapat digunakan pada SVT atau VT yang resisten dengan obat lain pada anak yang memiliki hemodinamik stabil . Akan tetapi, data pediatri sangat jarang mengenai obat ini dan penggunaannya harus dengan hati-hati. Prokainamid adalah vasodilator kuat dan dapat menyebabkan hipotensi: pemberian melalui infus diberikan dengan lambat dengan pemantauan yang ketat.

32

Vasopresin terlipresin Vasopresin adalah hormon endogen yang bekerja pada reseptor khusus,

memperantarai vasokonstriksi sistemik (melalui reseptor V1) dan reabsorpsi air di tubulus ginjal (melalui reseptor V2). Sekarang ini bukti yang ada tidak cukup untuk mendukung atau menyangkal penggunaan vasopresin atau terlipresin sebagai alternatif untuk atau dalam kombinasi dengan, adrenalin pada semua henti irama jantung dewasa dan anak-anak. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa terlipresin (suatu analog vasopresin kerja lama dengan efek yang setara) memperbaiki hemodinamik pada anak-anak dengan syok septik vasodolatoar yang refrakter, tetapi dampaknya pada anak yang selamat kurang jelas. Terdapat dua seri kasus pediatri menyatakan bahwa terlipresin dapat efektif digunakan pada henti jantung refrakter. Obat ini dapat digunakan pada henti jantung refrakter dengan beberapa dosis adrenalin.

Defibrilator Defibrilator, dioperasikan secara otomatis atau manual, dan dapat menghantarkan baik kejut monofasik atau bifasik. Defibrilator manual yang dapat menghantarkan kebutuhan energi penuh dari neonatus hingga anak-anak, harus tersedia dalam rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang merawat anak-anak dengan risiko henti kardiopulmoner. Defibrilator eksternal otomatis (Automated external defibrillator - AED) telah memiliki ketetapan untuk semua variabel termasuk dosis daya.

Ukuran bantalan ( pad/paddle ) untuk defibrilasi Pilihlah ukuran pad terbesar yang tersedia untuk memberikan kontak yang baik dengan dinding dada. Ukuran yang ideal tidak diketahui tetapi harus terdapat pemisahan yang baik antara pad . Ukuruan yang direkomendasikan adalah: Diameter 4.5 cm untuk bayi dan anak-anak dengan berat badan < 10 kg Diameter 8-12 cm untuk anak-anak dengan berat badan > 10 kg (lebih dari 1 tahun) Untuk menurunkan impedansi kulit dan toraks, penghubung penghantar elektrik diperlukan antara kulit dan pad. Pemberian gel pada pad atau yang melekat sendiri pada elektroda defebrilasi adalah efektif. Jangan menggunakan gel alat USG, kasa yang direndam larutan salin atau alkohol.
33

Posisi paddles (bantalan) Tempatkan paddles dengan erat pada dada yang telanjang dengan posisi antero lateral, satu pad ditempatkan di bawah klavikula kanan dan yang lainnya pada aksilla kiri (Gbr.6.8). Jika paddles terlalu besar dan terdapat bahaya dari percikan arus yang melintasi paddles, maka satu pad harus ditempatkan di punggung bagian atas, di bawah skapula kiri dan lainnya di depan, di sebelah kiri sternum. Posisi ini disebut dengan posisi antero-posterior dan juga dapat digunakan.

Gbr.6.8 Posisi paddle untuk defibrilasi anak

Tenaga optimal paddle Untuk menurunkan impedansi transtorasik selama defibrilasi, gunakan tenaga 3 kg untuk anak-anak dengan berat < 10 kg dan 5 kg untuk anak yang lebih besar. pelaksanaannya, hal ini berarti bahwa paddles harus ditempatkan dengan erat dan kuat. Pada

Dosis energi pada anak-anak Dosis energi yang ideal untuk defibrilasi yang aman dan efektif tidak diketahui. Kejut bifasik setidaknya sama efektif dan menghasilkan disfungsi miokard yang lebih sedikit setelah pemberian kejut daripada kejut monofasik. Percobaan pada hewan menunjukkan hasil yang lebih baik dengan dosis pediatri 3-4 J/kg daripada dosis yang lebih rendah, atau dosis dewasa. Penelitian klinis pada anak-anak mengindikasikan bahwa dosis 2J/kg tidak sesuai pada sebagian besar kasus. Dosis yang lebih besar dari 4J/kg (hingga 9J/kg) telah Saat

memberikan defibrilasi yang efektif pada anak-anak hampir tanpa efek samping.

menggunakan defibrilator manualm gunakan 4J/kg (kejut bifasik lebih diutamakan tetapi monofasik juga dapat digunakan) untuk pemberian kejut pertama dan selanjutnya.
34

Jika tidak tersedia defibrilator manual, gunakan AED yang dapat mengenali irama yang dapat dikejut pada pediatri. AED harus dilengkapi dengan peredam dosis yang

menurunkan energi yang dihantarkan hingga ke dosis yang sesuai untuk anak berusia 1-8 tahun (50-75 J). Jika AED tersebut tidak tersedia, gunakan AED standar dengan ketetapan kadar energi dewasa. Untuk anak-anak di atas 8 tahun, gunakan AED standar dengan paddle standar. Walaupun bukti untuk mendukung rekomendasi penggunaan AED (diutamakan alat dengan peredam dosis) pada anak-anak kurang dari 1 tahun terbatas hanya pada laporan kasus, tetapi dapat diterima jika tidak tersedia pilihan lain. Penatalaksanaan lanjut henti kardiopulmoner ABC Mulai dan lanjutkan dengan bantuan hidup dasar Oksigenasi dan ventilasi dengan BMV Berikan ventilasi tekanan positif dengan oksigen inspirasi kadar tinggi Berikan lima bantuan pernapasan diikuti oleh kompresi dada eksternal dan ventilasi tekanan positif dengan rasio 15:2 Hindari penolong yang kelelahan dengan mengganti penolong melakukan kompresi dada Lakukan pemantauan jantung Lakukan pemeriksaan irama jantung dan tanda-tanda kehidupan (periksa nadi sentral selama tidak lebih dari 10 detik)

Pada keadaan asistol yang tidak dapat dikejut, aktivitas elektrik tanpa nadi (pulseless electrical activity - PEA) Berikan adrenalin IV atau IO (10 g/kg) dan ulangi setiap 3-5 menit Identifikasi dan terapi setiap penyebab yang reversibel (4 Hs dan 4 Ts) (Gbr.6.10) Pada keadaan VF- yang dapat dikejut/VT tanpa nadi Berikan defibrilasi sesegera mungkin (4 J/kg) : Isilah defibrilator sementara penolong lainnya melanjutkan kompresi dada Setelah defibrilator terisi, hentikan kompresi dada, pastikan semua penolong tidak menyentuh pasien. Minimalkan rentang waktu antara menghentikan kompresi dada dan pemberian kejut bahkan penundaan 5-10 detik akan mengurangi kesempatan keberhasilan kejut Berikan satu kejut Lanjutkan RKP sesegera mungkin tanpa memeriksa ulang irama
35

Setelah 2 menit, periksalah irama jantung dengan singkat pada monitor Berikan kejut kedua (4J/kg) jika irama masih VF/VT tanpa nadi Berikan RKP untuk 2 menit sesegera mungkin tanpa memeriksa ulang irama Hentikan dengan singkat untuk memeriksa iramal jika masih VF/VT tanpa nadi berikan kejut ketiga dengan dosis 4J/kg Berikan adrenalin 10 g/kg dan amiodaron 5 mg/kg setelah kejut ketiga dan RKP Berikan adrenalin setiap pergantian siklus (mis, setiap 3-5 menit selama RKP) Berikan dosis amiodaron kedua 5 mg/kg jika masih VF/VT tanpa nadi setelah kejut ke lima Apabila anak masih dalam VF/VT tanpa nadi, lanjutkan untuk mengganti kejut 4J/kg dengan 2 menit RKP. Apabila tanda-tanda kehidupan terlihat, periksalah monitor untuk melihat adanya irama yang teratur; jika ada, periksalah tanda-tanda kehidupan dan nadi sentral serta evaluasi hemodinamik anak (tekanan darah, nadi perifer, waktu pengisian kapiler). Identifikasi dan terapi setiap penyebab yang reversibel (4 Hs dan 4 Ts), ingatlah bahwa 2 Hs pertama (hipoksia dan hipovolemia) memiliki prevalensi tertinggi pada anak-anak yang kritis atau cedera (Gbr.6.11) Apabila defibrilasi berhasil tetapi VF/VT tanpa nadi kembali muncul, lanjutkan RKP, berikan amiodaron dan defibrilasi lagi dengan dosis 4J/kg. Mulailah pemberian infus kontinu amiodaron.

Penyebab reversibel henti jantung Penyebab reversibel henti jantung dapat dipertimbangkan dengan cepat dengan mengingat 4 Hs dan 4 Ts : Hipoksia Hipovolemia Hiper/hipokalemia Hipotermia Tension pneumotoraks Gangguan toksik/terapeutik Tamponade (koroner atau pulmoner) Trombosis (koroner atau pulmoner)

36

Rangkaian kejadian pada henti kardiopulmoner 1. Apabila anak tidak memberikan respon, tanpa tanda-tanda kehidupan (tidak ada pernapasan, batuk atau pergerakan), mulailah RKP sesegera mungkin 2. Berikan BMV dengan oksigen 100% 3. Mulailah pemantauan. Ambillah defibrilator manual atau AED untuk mengidentifikasi dan mengatasi irama yang dapat dikejut secepat mungkin. Pada keadaan yang lebih jarang di mana terdapat saksi korban yang jatuh, aktivasi dini pelayanan darurat dan pengambilan AED akan lebih tepat; mulailah RKP secepat mungkin.

Gbr.6.9. Algoritma bantuan hidup lanjut pediatri


37

Pemantauan jantung Memasang elektroda monitor jantung atau paddle defibrilasi secepat mungkin untuk memungkinkan terlihatnya perbedaan antara irama jantung yang dapat dikejut dan tidak. Pemantauan invasif tekanan darah sistemik dapat bermanfaat untuk memperbaiki efektivitas kompresi dada tetapi tidak boleh menunda kelengkapan resusitasi dasar atau lanjut. Irama yang dapat dikejut yaitu VT tanpa nadi dan VF. Irama ini kemungkinan besar terjadi setelah anak-anak atau remaja dengan penyakit jantung tiba-tiba jatuh. Irama yang tidak dapat dikejut adalah aktivitas elektrik tanpa nadi (PEA), bradikardi (< 60/ menit tanpa tanda sirkulasi) dan asistol. PEA dan bradiakrdi seringkali memiliki kompeks QRS yang lebar. Ekokardiografi dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab henti jantung yang berpotensi dapat diatasi pada anak-anak. Aktivitas jantung dapat dengan cepat terlihat dan tamponade perikard dapat didiagnosa. Akan tetapi, operator yang sangat terlatih harus

tersedia dan penggunaannya harus diseimbangkan agar tidak terjadi interupsi pada kompresi dada selama pemeriksaan.

Irama yang tidak dapat dikejut Sebagian besar henti kardiopulmoner pada anak-anak dan remaja awalnya berasal dari pernapasan. RKP yang dilaksanakan segera harus diberikan untuk kelompok usia ini sebelum mencari AED atau defibrilator manual, karena ketersediaan yang cepat dari alat ini tidak memperbaiki hasil setelah henti pernapasan.

Gbr.6.10 Algoritma untuk irama yang tidak dapat dikejut pada pediatri

38

Gbr.6.11. Algoritma untuk irama yang dapat dikejut pada pediatri

RKP yang dilakukan oleh saksi disamping anak berhubungan dengan hasil neurologis yang lebih baik pada dewasa dan anak. Sebagian besar pola EKG pada bayi, anak-anak dan remaja dengan henti kardiopulmoner adalah asistol dan PEA, PEA ditandai oleh aktivitas elektik kompleks yang sempit dan lebar, pada umumnya (tetapi tidak selalu) dengan laju nadi yang lambat atau tidak ada. Biasanya diikuti oleh periode hipoksia atau iskemia miokard, tetapi kadangkala memiliki penyebab yang reversibel (salah satu dari 4Hs dan 4Ts) yang memberikan gangguan akut pada curah jantung.

Irama yang dapat dikejut VF primer timbul pada 3.8-19% henti kardiopulmoner anak-anak. Insidensi VF/VT tanpa nadi meningkat sesuai umur. Penentu kelangsungan hidup utama dari henti

kardiopulmoner VF/VT tanpa nadi adalah waktu hingga defibrilasisi diberikan. Defibrilisasi sebelum ke rumah sakit dalam 3 menit pertama pada orang dewasa dengan saksi yang mengalami henti karena VF memberikan angka kelangsungan hidup > 50%. Akan tetapim keberhasilan defibrilasi menurun secara dramatis seiring dengan lamanya waktu hingga defibrilasi diberikan: untuk setiap menit penundaan defibrilasi (tanpa RKP), kelangsungan hidup menurun 7-10%. Angka kelangsungan setelah lebih dari 12 menit VF pada korban dewasa < 15%. Resusitasi kardiopulmoner yang diberikan sebelum defibrilasi untuk interval respon lebih dari 5 menit memperbaiki hasil pada beberapa penelitian, tetapi tidak untuk lainnya.
39

VF sekunder timbul pada beberapa kondisi tertentu hingga 27% pada resusitasi dalam rumah sakit. Kondisi ini memiliki prognosis yang lebih buruk daripada VF primer. Obat-obat untuk irama yang dapat dikejut Adrenalin (epinefrin) Adrenalin diberikan setiap 3-5 menit melalui IV atau IO yang lebih diutamakan daripada jalur pipa trakea. Amiodaron pada VF/VT tanpa nadi Amiodaron diindikasikan untuk VF yang resisten dengan defibrilasi/VT tanpa nadi. Pengalaman klinis dan eksperimental dengan amiodaron pada anak-anak jarang ditemukan; bukti dari penelitian dewasa menunjukkan peningkatan kelangsungan hidup hingga masuk ke rumah sakit, tetapi tidak hingga dipulangkan dari rumah sakit. Terdapat satu laporan serial kasus yang menunjukkan keefektivan amiodaron untuk aritmia ventrikuler yang mengancam jiwa. Oleh karena itu, amiodaron IV memiliki peran penting dalam terapi defibrilasi refrakter atau VF/VT tanpa nadi yang refrakter pada anak-anak.

Bantuan hidup ekstrakorporeal Bantuan hidup ekstrakorporeal harus dipertimbangkan untuk anak-anak dengan henti jantung yang refrakter dengan RKP konvensional, jika henti jantung timbul di lingkungan yang penuh pengawasan dan tersedian tenaga ahli serta peralatan untuk segera memulai bantuan hidup ekstrakorporeal (ECLS).

Aritmia Aritmia yang tidak stabil Periksalah tanda-tanda kehidupan dan nadi sentral pada setiap anak dengan aritmia; jika tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan, lakukan penanganan henti kardiopulmoner. Apabila anak memiliki tanda-tanda kehidupan dan nadi sentral, periksalah status hemodinamik. Kapanpun status hemodinamik dalam bahaya, maka langkah pertama adalah: 1. Bukalah jalan napas 2. Berikan oksigen dan ventilasi bantuan sesuai keperluan 3. Pasanglah monitor EKG atau defibrilator dan nilailah irama jantung 4. Evaluasi jika irama lambat atau cepat untuk usia anak 5. Evaluasi jika irama reguler atau ireguler

40

6. Lakukan pengukuran kompleks QRS (kompleks sempit : durasi <0.08 detik; kompleks lebar : > 0.08 detik) 7. Pilihan terapi tergantung pada keseimbangan hemodinamik anak

Bradikardi Bradikardi seringkali disebabkan oleh hipoksia, asidosis dan/atau hipotensi berat; yang dapat berkembang menjadi henti kardiopulmoner. Berikan oksigen 100% dan ventilasi tekanan positif jika dibutuhkan, pada setiap anak yang mengalami bradiaritmia dan kegagalan sirkulasi. Apabila anak dengan perfusi yang buruk memiliki denyut jantung < 60 kali/menit dan apabila mereka tidak berespon secara cepat terhadap ventilasi dengan oksigen, mulailah kompresi dada dan beri adrenalin. Apabila bradikardi disebabkan oleh stimulasi vagal (seperti setelah memasang pipa nasogastrik), pemberian atropin dapat efektif. Pemacu jantung (baik transvena atau eksternal) pada umumnya tidak bermanfaat selama resusitasi. Dapat dipertimbangkan pada kasus blok AV atau disfungsi nodus sinus yang tidak berespon terhadap oksigenasi, ventilasi, kompresi dada dan obat lainnya; pemacu jantung tidak efektif pada asistol atau aritmia yang disebabkan oleh hipoksia atau iskemia.

Takikardi Takikardi dengan kompleks yang sempit Apabila SVT merupakan irama yang kemungkinan besar terjadi, manuver vagal (Valsalva atau refleks menyelam) dapat digunakan pada anak-anak dengan hemodinamik yang stabil. Selain itu juga dapat digunakan pada anak-anak dengan hemodinamik yang tidak stabil, tetapi hanya jika kardioversi listrik atau kimiawi tidak tertunda. Apabila anak tidak stabil dengan derajat kesadaran yang menurun, berilah kardioversi dengan sinkronisasi elektrik sesegera mungkin. Adenosin biasanya efektif untuk mengubah SVT menjadi irama sinus. Obat ini

diberikan melalui injeksi intravena yang cepat sedekat mungkin dengan jantung (lihat di atas), diikuti sesegera mungkin dengan bolus larutan salin normal. Apabila kondisi hemodinamik anak sangat tidak stabil, abaikan manuver vagal dan berikan kardioversi secepatnya. Kardioversi elektrik (disinkronisasikan dengan gelombang R) juga diindikasikan apabila akses vaskuler tidak tersedia, atau saat adenosin gagal mengubah irama jantung. Dosis energi pertama untuk kardioversi elektrik SVT adalah 0.5J/kg dan dosis kedua adalah
41

2 J/kg.

Jika tidak berhasil, berikan amiodaron atau prokainamid di bawah pengawasan

spesialis jantung pediatri atau spesialis perawatan intensif sebelum pemberian dosis ketiga. Verapamil dapat dipertimbangkan sebagai terapi alternatif pada anak yang lebih tua tetapi tidak boleh digunakan secara rutin pada bayi. Amiodaron telah terbukti efektif dalam terapi SVT pada beberapa penelitian pediatri. Akan tetapi, oleh karena sebagian besar penelitian penggunaan amiodaron pada takikardi dengan kompleks sempit digunakan untuk takikardi ektopik pada anak-anak yang telah dioperasi, maka kemungkinan penggunaannya untuk semua kasus SVT mungkin terbatas. Apabila anak memiliki kondisi hemodinamik yang stabil, konsultasi dini dengan spesialis direkomendasikan sebelum memberikan amiodaron. Spesialis tersebut juga harus ditanyakan mengenai strategi terapi alternatif karena bukti yang mendukung obat lainnya dalam terapi SVT terbatas dan tidak dapat disimpulkan. Apabila amiodaron digunakan pada kondisi ini, hindari pemberian yang cepat karena sering terjadi hipotensi.

Takikardi dengan kompleks yang lebar Pada anak-anak, takikardi dengan kompleks QRS yang lebar jarang terjadi dan kemungkinan besar pada awalnya berasal dari supraventrikuler daripada ventrikuler. Meskipun demikian, pada anak-anak dengan hemodinamik yang tidak stabil, harus dipertimbangkan mengalami VT hingga terbukti sebaliknya. Takikardi ventrikuler seringkali terjadi pada anak dengan penyakit jantung sebelumnya (mis, setelah operasi jantung, kardiomiopati, miokarditis, gangguan elektrolit, interval QT yang memanjang, kateter intrakardiak sentral). Kardioversi yang disinkronisasikan adalah pilihan terapi untuk VT yang tidak stabil dengan nadi. Pertimbangkan terapi anti-aritmia jika pemberian kardioversi kedua tidak berhasil atau jika VT kembali. Amiodaron telah terbukti efektif untuk terapi aritmia pediatri, meskipun efek samping kardiovaskuler sering terjadi.

Aritmia stabil Selagi mempertahankan jalan napas anak, pernapasan dan sirkulasi, hubungilah seorang spesialis sebelum memulai terapi. Tergantung dari riwayat klinis anak, hasil

pemeriksaan dan diagnosis EKG, seorang anak dengan takikardi kompleks QRS lebar yang stabil dapat diterapi untuk SVT dan diberikan manuver vagal atau adenosin. Amiodaron dapat dipertimbangkan sebagai pilihan terapi jika penanganan tersebut gagal atau jika
42

diagnosis VT dipastikan pada EKG. Prokainamid juga dapat dipertimbangkan pada SVT stabil yang refrakter dengan manuver vagal dan adenosin, serta untuk VT yang stabil. Jangan memberikan prokainamid dengan amiodaron.

Kondisi khusus Channelopathy Apabila henti jantung yang tidak dapat dijelaskan timbul pada anak-anak dan dewasa muda, carilah riwayat medis dan keluarga yang lengkap dari korban (termasuk riwayat episode sinkop, kejang, kecelakaan yang tidak dapat dijelaskan/tenggelam, atau mati mendadak) dan meninjau ulang setiap pemeriksaan EKG yang tersedia. Semua bayi, anakanak dan dewasa muda dengan kematian mendadak, harus , jika mungkin, memiliki otopsi klinis, terutama yang dilakukan oleh ahli patologi di bidang kardiovaskuler. Pertimbangan khusus diberikan pada analisis genetik jaringan untuk menentukan adanya channelopathy, yang mengacu pada keluarga pasien dengan penyebab kematian tidak ditemukan pada otopsi yang dilakukan oleh pusat kesehatan dengan gangguan irama jantung.

Bantuan hidup untuk trauma tumpul atau tusuk Terdapat mortalitas yang sangat tinggi berhubungan dengan henti jantung akibat trauma mayor (tumpul atau tusuk). Hanya sedikit bukti yang mendukung intervensi yang berbeda dari penatalaksanaan rutin pada henti jantung.; akan tetapi, penggunaan torakotomi resusitatif dapat dipertimbangkan pada anak-anak dengan trauma tusuk.

Ventrikel tunggal setelah perbaikan tahap-1 Insidensi henti jantung pada bayi yang telah menjalani perbaikan tahap-1 ventrikel tunggal adalah sekitar 20%, dengan kelangsungan hidup hingga pemulangan yaitu 33%. Tidak terdapat bukti bahwa terdapat tindakan lain di luar protokol resusitasi rutin yang harus diikuti. Diagnosis pada kondisi sebelum terjadinya henti jantung sulit dilakukan tetapi dapat dipermudah dengan memantau ekstraksi oksigen (ScvO2 vena kava superior) atau dengan spektroskopi inframerah jarak dekat (sirkulasi splanknik dan serebral). Terapi untuk resistensi vaskuler sistemik yang tinggi dengan penghambat reseptor adrenergik-alfa dapat memperbaiki penghantaran oksigen sistemik, mengurangi insidensi kolaps kardiovaskulerm dan meningkatkan kelangsungan hidup.

43

Ventrikel tunggal post-Fontan Anak-anak yang berada dalam kondisi sebelum henti jantung yang memiliki anatomi Fontan atau hemi-Fontan dapat memperoleh manfaat dari peningkatan oksigenasi dan perbaikan curah jantung dari pemberian ventilasi tekanan negatif. Oksigenasi membran

ekstrakorporeal (ECMO) dapat bermanfaat untuk anak-anak dengan sirkulasi Fontan yang gagal tetapi tidak ada rekomendasi yang dapat dibuat untuk mendukung atau menolak ECMO pada mereka dengan fisiologi hemi-Fontan atau untuk penyelamatan selama resusitasi.

Hipertensi pulmoner Terdapat peningkatan risiko henti jantung pada anak-anak dengan hipertensi pulmoner. Ikutilah protokol resusitasi rutin pada pasien ini dengan penekanan pada FiO2 yang tinggi dan alkalosis/hiperventilasi karena hal ini dapat sama efektifnya dengan inhalasi nitrit oksida untuk menurunkan resistensi vaskuler pulmoner. Resusitasi kemungkinan besar akan berhasil pada pasien dengan penyebab reversibel yang diterapi dengan epoprostenol intravena atau inhalasi nitrit oksida. Apabila pengobatan rutin untuk mengurangi tekanan arteri pulmoner dihentikan, maka harus dimulai kembali dan penggunaan epoprostenol dalam bentuk aerosol atau nitrit oksida inhalasi dipertimbangkan. Alat penyokong ventrikel dekstra dapat meningkatkan kelangsungan hidup.

Penatalaksanaan setelah henti jantung Setelah hipoksia-iskemia total seluruh tubuh yang memanjang, ROSC telah digambarkan sebagai kondisi patofisiologis yang tidak alami, dihasilkan oleh RKP yang baik. Penatalaksanaan setelah henti jantung harus merupakan aktivitas multidisiplin dan memasukkan semua terapi yang diperlukan untuk pemulihan neurologis total. Tujuan utama adalah untuk memulihkan cedera otak dan disfungsi miokard, serta untuk mengatasi iskemia sistemik/respon reperfusi dan patologi lainnya yang masih ada.

Disfungsi miokard Disfungsi miokard sering terjadi setelah resusitasi kardiopulmoner. Obat-obat

vasoaktif (adrenalin, dobutamin, dopamin dan noradrenalin) dapat memperbaiki nilai hemodinamik anak setelah henti jantung tetapi obat tersebut harus dititrasi tergantung pada kondisi klinisnya.

44

Pengawasan dan penatalaksanaan suhu Hipotermia sering terjadi pada anak setelah resusitasi kardiopulmoner. Hipotermia sentral (32-34oC) dapat bermanfaat, sementara demam dapat membahayakan otak yang cedera. Hipotermia ringan bersifat cukup aman pada orang dewasa dan neonatus. Selagi hal ini dapat memperbaiki hasil neurologis pada anak-anak, suatu penelitian observasional tidak mendukung maupun menolak penggunaan terapeutik hipotermia pada pediatri yang henti jantung. Seorang anak yang memperoleh kembali sirkulasi spontan, tetapi masih dalam keadaan koma setelah henti kardiopulmoner, dapat memperoleh manfaat dengan cara didingankan hingga suhu inti 32-34oC sedikitnya selama 24 jam. Anak yang berhasil

diresusitasi dengan hipotermia dan ROSC tidak boleh dihangatkan kembali secara aktif kecuali suhu inti di bawah 32oC. Setelah periode hipotermia ringan, hangatkan kembali anak dengan lambat pada suhu 0.25-0.5oC/jam. Terdapat beberapa metode untuk menginduksi, memantau dan mempertahankan suhu tubuh pada anak-anak. Teknik pendinginan eksternal/internal dapat digunakan untuk

memulai pendinginan. Gejala menggigil dapat dicegah dengan sedasi yang dalam dan obat pelumpuh otot. Komplikasi dapat terjadi, termasuk peningkatan risiko infeksi,

ketidakstabilan kardiovaskuler, koagulopati, hiperglikemia dan abnormalitas elektrolit. Petunjuk ini berdasarkan bukti dari penggunaan terapeutik hipotermia pada neonatus dan dewasa. Pada saat penulisan, terdapat ujicoba multisenter prospektif yang sedang

berjalan mengenai terapeutik hipotermia pada anak-anak yang diikuti sebelum masuk dan setelah keluar rumah sakit karena henti jantung. Demam sering terjadi setelah resusitasi kardiopulmoner dan berhubungan dengan hasil neurologis yang buruk, risiko peningkatan untuk setiap derajat suhu tubuh lebih besar dari 37oC. Terdapat data eksperimental yang terbatas menyatakan bahwa terapi demam dengan antipiretik dan/atau pendinginan fisik mengurangi kerusakan neuron. Antipiretik dan obat lain yang cocok untuk mengatasi demam aman; oleh karena itu, gunakanlah untuk mengatasi demam secara agresif.

Pengawasan kadar glukosa Hipo dan hiperglikemia dapat mengganggu hasil terapi orang dewasa dan anak-anak yang sakit kritis dan harus dihindari, tetapi pengawasan kadar glukosa yang ketat juga dapat berbahaya. Walaupun bukti yang ada masih belum cukup untuk mendukung atau menolak
45

strategi penatalaksanaan khusus kadar glukosa pada anak-anak dengan ROSC setelah henti jantung, pengawasan kadar glukosa adalah hal yang tepat dan hindarilah hipoglikemi dan hiperglikemia.

Prognosis henti kardiopulmoner Walaupun beberapa faktor berhubungan dengan hasil setelah henti kardiopulmoner dan resusitasi, tidak ada petunjuk sederhana untuk menentukan kapan usaha resusitasi menjadi sia-sia. Setelah 20 menit melakukan resusitasi, pemimpin tim resusitasi harus

mempertimbangkan apakah harus menghentikannya atau tidak. Pertimbangan yang relevan dalam keputusan untuk melanjutkan resusitasi yaitu penyebab henti jantung, kondisi kesehatan sebelumnya, usia, lokasi, apakah ada yang menyaksikan, durasi henti kardiopulmoner tanpa tindakan (tidak ada aliran), jumlah dosis adrenalin, nilai ETCO2, adanya irama yang dapat dikejut pada irama pertama dan selanjutnya, ketepatan waktu untuk bantuan hidup ekstrakorporeal karena proses penyakit yang reversibel, dan kondisi khusus lain yang berkaitan (mis, tenggelam di air es, terpapar dengan obat toksik).

Kehadiran orangtua Pada beberapa perkumpulan Western, sebagian besar orangtua lebih memilih hadir selama resusitasi anak mereka. Kehadiran orangtua belum pernah dianggap mengganggu atau memberi stres untuk staf. Orangtua yang menyaksikan resusitasi anak mereka meyakini bahwa kehadirannya bermanfaat untuk anak. Membolehkan orangtua berada di samping anaknya membantu mereka memperoleh pandangan yang realistik mengenai usaha resusitasi dan kematian anak. Selanjutnya, mereka mungkin memiliki kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada anak mereka. Keluarga yang hadir pada saat kematian anaknya menunjukkan penyesuaian yang lebih baik dan menjalani proses duka yang lebih baik pula. Kehadiran orangtua dalam ruang resusitasi dapat membantu petugas kesehatan mempertahankan tindakan profesional mereka, dengan membantu mereka melihat anak tersebut sebagai makhluk hidup dan anggota keluarga. Akan tetapi, pada resusitasi di luar rumah sakit, beberapa pelaksana EMS dapat merasa terancam dengan kehadiran keluarga atau merasa khawatir bahwa keluarga dapat mengganggu usaha resusitasi mereka. Bukti mengenai kehadiran orangtua selama resusitasi berasal dari negara pilihan dan kemungkinan tidak dapat

46

dianggap sama untuk seluruh Eropa, karena adanya perbedaan pertimbangan sosio-kultural dan etis.

Petunjuk kehadiran keluarga Apabila keluarga dibolehkan hadir dalam ruangan resusitasi, harus terdapat satu anggota tim yang ditunjuk untuk menjelaskan ke orangtua mengenai proses resusitasi dalam cara empatis, memastikan bahwa orangtua tidak mengganggu atau mengalihkan prosesnya. Apabila kehadiran orangtua mengganggu perkembangan resusitasi, mereka harus

diperintahkan untuk keluar dengan baik-baik. Jika sesuai, kontak fisik dengan anak harus dibolehkan dan kapanpun mungkin diberikan kesempatan untuk bersama dengan anaknya yang sekarat. Pemimpin tim resusitasi, bukan orangtua, akan memutuskan kapan harus menghentikan resusitasi; hal ini harus disampaikan dengan penuh perasaan dan pemahaman. Setelah kejadian, harus dilakukan wawancara dengan tim, untuk memungkinkan penyampaian masalah dan untuk merefleksikan praktek klinis mereka dalam lingkungan yang mendukung.

47

Anda mungkin juga menyukai