Anda di halaman 1dari 79

VoL 3 No.

2, Agustus

24fl

"

ISSN 2085 - 6482

KLMANDIKIAN
JUKNAL AGKIbISNIS

Program Studi Agrih Program Pascasarja Universitas Muhammadiyah:'

Vol.3

No. 2, Agustus 2011

ISSN 208s -6482

KLMANDIKIAN
JUKNALAGKIbISNIS
Penanggung Jawab

DirekFrr ?rogram Pascasarj ana Un i',:6rsitas Muham;nadiyah Parepare


Pemimpin Redaksi Drs. H. A. M. Arafah Madjid, SE, M.Si
Dervan Redaksi

Prof. Dr. H. Muhammad Siri Dangnga, MS o Dr. Ali Musa Pasaribu, MS o Dr. Ir. Zulkifli Syamsir, MM

' ?^.X"X',:#:ifit -"


.'otTti:l;,

l#i;,

Staf Administrasi & Sirkulasi o Asrinan, S.Pd r Ilham, S.Pd. M.Pd o Usman, S.K.M

Staf Keuangan Herwin Rezma, SE o Sumadin, S. Pd.I

Program Studi Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Parepare

Alamat Redaksi,/Penerbit Jalan Jenderal Ahmad Yani Km 6, Parepare Sulawesi Selatan Tlp. (0a21) 227s7 Fax(0421)2s524 e-mail: pslumpar@yahoo.com Penerbit: UMPAR Press

KLMANDIKIAN

merupakan Jurnal Agribisnis pertama kali terbit Agustus 2009,

rnenl'ajikan hasil penelitian dan artikel dalam bentuk ulasan. Jurnal ini diterbitkan setahun tiga kali: April, Agustus, dan Desember.

Vol.3

No. 2, Agustus 2011

ISSN 2085 -6482

KLMANDIKIAN
JUKNALAGKIbISNIS
DAFTAR ISI

1.

ANALISIS KELAYAKAN DAN SENSITIVITAS USAHA PENGGILINGAN PADI

DI DESA TETEAJI KECAMATAN TEt,LiT I-IMPOE KABUPATEN SIDENRENG


RAPPANG
(Feasibility and Sensitivity Analysis of Rice Milling in the Tetaji Yillage of Tellu Limpoe

District of Sidenreng Rappang) Oleh: Agusalim Mursidi, Sutiruth Made, Abdul Azis

Ambar
of Arab Layer Farm
With

86-97

2.

SENSITIVITAS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM AP.AB PETELUR BERBASIS AGRIBISNIS DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG (Sensitivily and Development Strotegt

of

Business

Agribusiness Basic Program in Sidenreng Rappang Regency) Oleh: Djumadil Dialil, Ansar, Abdul Azis Ambar

...

98-109

3.

PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI KERIA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK SAPI BALI DI KECAMATAN BALUSU KABUPATEN BARRU Motivation and Work Competence Effict to the Bredded Income of the Bali's Cow
on Balusu Subdistrict of Baruu Regency Oleh: Sulaiman S, MasnamaTadjo, Abd.

Munir

110-117

4.

HUBUNGAN ANTARA POLA KEMITRAAN MANDIRI TERHADAP


PENDAPATAN PETANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG The Relation of Self Partnership Pattern towards the Income of Oni's Farmer in Anggeraja District Enrekang Regency
Oleh: Aspa, Muhammad Suun, Syarifuddin Yusuf

...

118-129

5.

PENGARUH EFISIENSI USAHATANI KENTANG TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PETANI DI KECAMATAN MASALLE KABT]PATEN ENREKANG (lhe Influence ofPatatoes Farm Enterprises Efficiency lncreqse ofFarmer Production in Masalle District Enrekang Regency)
Oleh: Syahdawiah Anwar, Muhammad Siri Dangnga, Abdul

Munir

130-146

6.

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA


PEMBUATAN PLTPU GUPPD IKAN TLTNA DI PESISIR PANTAI KAB{.]PATEN MAJENE (Industrial Business Development Strategt Household Making Pupu(tuppi) on the Coast of Maiene District) Oleh; Nirwana Sampara, Anssr, Yunarti

141-160

KATA PENGANTAR a5;Jt6*-;llall3

Assalamu'Alaikum Warahmatullahi Wrrbarakatuh


Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas rahmat

dan taufik-Nya jualah, sehingga penerbitan jurnal ini dapat div"ujudkan.

KLMANDIKIAN
setahun tiga kali:

merupakan Jurnal Agribisnis pertama kali terbit Agustus 2009,

menyajikan hasil penelitian dan artikel dalam bentuk ulasan. Jurnal

ini

diterbitkan

April, Agustus, dan Desember.


menyampaikan

Kami dari Dewan Redaksi mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi atas

terbitnya jurnal ini, dengan disertai harapan semoga bersedia meluangkan waktunya
untuk bersama-sama membina, mengembangkan dan memikirkan kelangsungan jurnal

ini ke depan. Disadari bahwa jumal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat konstmktif dari semua pihak, dan insya

Allah kami dengan senang hati menerimanya.


Demikianlah pengantar kami pada Penerbitan

KLMANDIKIAN,

Volume

No. 2, Agustus 2011, semoga Allah Swt. tetap memberi rahmat, taufik dan inayah-Nya. Amien.

Wabillahit Taufik Walhidavah

ANALISN KELAYAKAN DAN SENSITTVITAS USAIIA PENGGILINGAN PADI DI DESATETEAJI KECAMATAN TELLU LIMPOE KABUPATEN SIDENPIENG RAPPANG (Feasihility and Sensitivity Analysis of Rice Milling in the Tetaji Wlage of
Tellu Limpoe District of Sidenreng Rappang)

Agusalim Mursidi, Sutinah Made, Atrdul Azis Arnbar

Absfiak
Kabupaten Sidenreng Rappang sebagai penyumbang cadangan produksi beras nasional, dimarw dariiuas wilayah administaratif yaloi 188.325 Ha terdapat 44.689 Ha (23.73 %o) dipergunakan areal tanam untuk pertanaman padi, dengan rqta-ratq produksi 200-250 ton gabah dalam satu koli musim tanam (MT). Jumlah populasi usaha penggilingan padi yang ada di desa Teteaii sendiri saqt ini berjumlah 9 unit yang tersebar meratq diseluruh wiloyah desa. Untuk memberdayakan peran pengusaha penggilingan padi di daerqh, khususnya usaha penggilingan
dan

yang ada di desa Teteaji Kecamatqn Tellu LimpoE, maka perlu perencanaan padi 'perhiiungan

yang tepat melalui qnalisis kelayakan dan tingkat sensitivitas usaha. Tingkat -kelayakan usaha'penggilingan padi dinyatakan layak, baik PPK, PPS dan PPB, dimana setelah dilakukan analiiis tingkat kelayakan investasi masing-masing diperoleh NPY sebesar j2.403.954; 282.649.651, dan 1.712.048.000, artinya investasi layak selama periode investasi. 1RX diperoleh 29,01%; 32,01% dan 51,01%, artinya investasi memungkinkan untuk pengembalian melebihi tingkat suku bunga berlaku (DF 18%o). Adopun Net B/C diperoleh 1,44; -1,7i dan 2,80, artinya tingkat pengembalian dari biaya yang dikeluarknn lebih dari I atau dinyatakan layak Jumlah penerimaan (netincome) PPK diperoleh Rp 114.380.000,-hulan atqu ratd-rata Rp 1-372.560.l}2,Jtahun; netincome PPS Rp 653.408.000,-/bulan atau Rp 7.657.770.000,Jtahun; dan net income PPB Rp 2.589.440.000,-/bulan atau Rp 33.059.040.000,/tahun. |'ingkat sensitivitas tertinggi pertama didapat dari PPB yalmi: 15,963 (kondisi ,, 15,604 (kandisi II) dan 7,850 (kondisi III). Kedua adalah PPS yalcni: 1,996 (kondisi I), 2,996 (kondisi II)
dan 0,304 (kondisi III). Sedangkan untuk PPK yalcni: 1,496 (kondisi D, 1,496 (kondisi

II)

dan

0,499 (kondisi III). Dengan demikian dapat disimpulkan balrwa semakin hesar skala usaha maka semakin besar pula tingkat sensitivitas terhadap perubahan arus kas.

Kata Kunci: Sensitivitas, NPV, IRR, net B/C, penggilingan padi

Abstruct
Sidenreng Rappang has as suplayer national rice production, where the totql area of 188 325 Ha administaratif that there are 44 689 ha (23.73%o) usedfor the rice planting area, with an qverage production of 2A0-250 tons of grain in one seqson planting (MT). To empower the role of entrepreneurs in the.rice mills, rice mills in particular business in the Village District Teteaii

Tetli LimpoE, it needs proper planning and calculation through analysis of the feasibility and the sehsiiivity level of effort. Level of rice mill feasibility feasible, both PPK, PPS and PPB, where after a feasibitity-level analysis of each investment acquired 32.403.954 NPY; 282.649. 651, and 1.7 12.048.000, y,hich mecns that inve.stment is worth the investment period. IRR obtained 29,01%, 32,01% and 51,01ok, meaning that allows for the return of investment exceeds
the interest rate applicable (DF l8%o). The Net B/C gained 1,44; 1,71 and 2,80, meaningthat the rate of return than the cost is more thsn I or declared eligible. Total revenue (netincome) PPK

or an average 1.372.560.000,Jyear; netincome PPS Rp and netincome PPB Rp 2.589.440.00a,-/mount or 7.657.770.000,Jyear or 653.408.00A,-/mount, Rp 33.059.040.000,-year. First obtained the highest sensitivity level of the PPB: 15,963 (iondition D, 15-604 (kanclisi II) and 7.85U (condition III). The second is that PPS: 1,996 (condition I), 2,996 (condition II) and 0,3a4 @ondition III). As for the PPK namely: 1,496 (condition D, 1,496 (condition II) and 0,499 (condition IIi). It can be concluded thot the larger
obtqined Rp 114.j80.000,-/mount,
the scale the greater the degree of sensitivity to changes in cash flow.

Keywords: Sensitivity, NPI/, IRR, net B/C- rice milling


Analisis Kelayakan Dan Sensitivitas Usaha Penggilingan Padi Di Desa Teteaji
Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang (Agusalim Mursidi, Sutinah Made, Abdul Azis Ambar) 86-97
86

meningkat. Tahun 2010 saja ada 65 juta ton

Industri penggilingan padi setiap t{T --"oggiling lebih aari OO juta ton gabah kenng giling (GKG) dan akan terus

Tahun 2013 atau Surplus Nasional Sepuluh Juta Ton Beras pada Tahun 2014.

mengintensifkan peran lumbung p-uai nasional untuk menghasilkan gabaf, seiiap tahtmnya. Hal ini demi mewujudkan target pemerintah dalam mencapai Surplus dua Juta Ton Beras di Sulawesi Selatan pada

pemerintah, seperti mencetak lahan tidur menjadi iahanJahan sawah baru yang dapat ditanami padi dan termasuk j"g" Vrl^g paling penring adalah - - Aengai

Berbagai cara tlUfr dit"rrprh

nasional khus,rsnya beras dmgan _ :,*iul konsumsi beras masyarakat setia! tan"unnya.

dituntut untuk dapat menyeimbangkan antara ketersediaan cadangan p*gun

PENDAHULUAN Indonesia dengan penduduk yang mayoritas mengkonsumsi beras, fru*,

penggilingan menengah dan besar yang bisa lebih dari 10 orang per unit.

Potensi perkembangan

-..;i;

267

penggilingan padi juga masih terbuka. jumlah penduduk Indonesia ,"titu. lengan

industri

induski penggilingan padi di i"aor,"ria lju masalah cukup serius yang ierjadi. yaitu
efi sien terutama pada

konsumsi beras berkualitas bagu; meningkat. Di tengah perkembanfan


industri penggitingan paOi"yang iiaak

kesejahteraan yang lebih baik mendirong

meningkat. Ekonomi yang terus 1*. berkembang dan membawa orilg k;

penduduk 1,49 persen, kebutuhan beras akan

juta jiwa dan laju pertumb;;

Y:.j"

Dirjen pengolahan dan pemasaran Hasil Pertanian (ppHp) mengemukakan


bahwa revitalisasi harus

industrikecii.

menyeluruh sehingga penggilingan padi mempunyai pilar yang kokoh. nga pitar rvitalisasi penggilingan padi yaitu:' (l)

dilakuf* ,""*u

GKg yang digiling dengan nilai


industri garrnen. tekstil, dan ilgi* Besamya nilai perdagangan ini b; Ilnghitung perdagangan gabah yang diolah mclustri penggilingan. Bagaimana kalau diolah menjadi beras? Jika hLga beras rata_ fb lp 6.000 per kilogram, dan sangat berpeluang besar mencapai Rp g.000, niiai perdagangannya bisa naik menjadi Rp 259 triliun dan berpotensi mencafai np :ZO triliun per tahun. Selain itu hasil lain yang diperoleh

Revitalisasi bidang teknologi

gerdgqanean gabah lebih dari Rp19S filiun. luTlut itu jauh melebihi nilai perdagangan

penggilingan padi kepada sumber-sumber pembiayaan, serta menggandeng mitra usaha yang diharapkan akan menjadi sumber pembiayaan.

teregistrasi; (3) Revitaliasai Permodalan/Pembiayaan dilakukan dengan memudahkan akses Gapoktan atau usiha

kelembagaan Gapol,.tan yang " sehat, mempunyai legalita-s secara huk-um dan

menambah/mengganti peralatan yurg *iut sehingga berfungsi kembali atau i"nleAiran yt. ggnSgi.lingan padi yang baru; (2) Revi alisasi kelembagaan untuk menjadikan

aengan

nasional setiap tahun mencapai 10_15 persen daritotal gabah yang digiling. Denganharga

industri pakan ternak. produksi katul

seperti meniro kaful dan sekam, menir untuk industri makanan, sedangkan katul untuk

Kabupaten Sidenreng
nasronal, dimana

menyumbang cadangan produksi padi

mempunyai posisinya sangat penting

Rappang

drlr*

campuran industri bata atau untuk


kandang ternak.

menggiling 65 juta ton beras, nilai tambah dari katul-mencapai Rp 19,5 triliun setiap tahun. Belum lagi penjualan sekam untut
alas

industri penggilingan tahun

katul rata-rata Rp 2.000

p"i Llto[rurn ai,


2010

mempekerjakan lima tenaga kerja, I 10^.452 unit penggilingan menyerap sekiiar 500.000 tenaga kerja. Belum lagi pekerja di
87

rata setiap unit penggilingan padi

menyerap banyak tenaga kerja. Dengan iata-

Industri penggilinga:r padi j.rgu

besar. Potensi lahan dan sumbeidaya yang memadai adalah daya dukung utama yan! harus digerakkan, hal ini penting demi untui memenuhi kebutuhan suplai beras di tingkat

memiliki peluang untuk mengembangkan usaha penggilingan padi yung bers-kala

tahun. Kabupaten Sidenreng Rappang dapat menghasilkan produksi gabahr CSSTle,Sa Ton (MT 2010) (BpKp Sidrap,20t0. Hal irii

administaratif yakni 199.325 Ha terdapat 44.689 Ha (23.73 %) dipergunakan areal tanam untuk pertanaman padi, dengan ratarata produksi 200-250 ribu ton gabah dalam satu kali Musim Tanam (MT) atau setiap

dari luas

wilayah

kabupaten, provinsi atau

juga tlnitat

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, agustul ZOt t

nasiond seiring dengan langkah revitalisasi


penggilingan padi.

Sejalan dengan hal tersebut, maka peran pelaku usaha penggilingan padi perlu mendapat perhatian yang besar dengan asumsi ketersediaan beras bagi masyarakat baik kuantitas maupun kualitasnya tetap tinggi. Kabupaten Sidenreng Rappang dalam

perlu dilakukan kajian penelitian tentang analisis kelayakan dan sensitivitas usaha penggilingan padi di Desa Teteaji Kecamatan Tellu LimpoE Kabupaten
Sidenreng Rappang. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan bererapa

permasalahan

yang selanjutnya

menjadi

hal ini memiliki jumlah

PoPulasi penggilingan padi sebanyak 358 unit, yang terdiri atas Penggilingan Padi Besar (PPB) sebanyak 27 unit Penggilingan Padi Sedang (PPS) sebanyak 186 unit, Penggilingan Padi

bahan kajian dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kelayakan usaha penggilingan padi di Desa Teteaji, Kecamatan Tellu LimpoE KabuPaten
Sidenreng Rappang ?

Kecil (PPK) sebanyak 99 unit dan fuce Milling Unit (RMU) sebanyak 46 unit. Adapun di Kecamatan Tellu LimPoE
terdapat penggilingan padi sebanyak 28 unit

2. Bagaimana tingkat sensitivitas usaha penggilingan padi di Desa Teteaji,


Kecamatan

Tellu LimpoE

KabuPaten

dengan dua diantaranya adalah PPB,

Sidenreng Rappang?

(sembilan) unit PPS, 14 (empat belas) unit PPK, dan 3 (tiga) unit RMU. Di Kecamatan Tellu LimPoE sendiri dalam hal ini terdapat 9 kelompok tani yang mana 6 (enam) diantaranya bergerak dalam

Sebagai bagian tujuan Yang ingin dicapai dalam penelitian id diharapkan

dapat memecahkan

permasalahan

sektor usaha pertanian khususnya padi, sedangkan 3 (tiga) kelompok yang lain mengembaagkan usaha di bidang peternakan. Hasil produksi berupa gabah
dari hasil panen petani adalah potensi yang cukup menjanjikan, selain menguntungkan bagi pengusaha penggilingan, karena dapat memperoleh bahan baku yang tersedia di wilayah Desa Teteaji, dan disisi lain juga menguntungkan bagi pihak petani, karena tidak kesulitan memasarkan hasil panennya' Hal ini memungkinkan adanya kerjasama

sebagaimama yang telah dijelaskan pada rumusan masalah antara lain adalah: l. Menganalisis secara finansial kelayakan usaha penggilingan padi di Desa Teteaji,

Kecamatan

Tellu LimpoE

KabuPaten

Sidenreng Rappang.

2. Menganalisis sensitivitas usaha penggilingan padi di Desa Teteaji,


Kecamatan

Tellu LimpoE

KabuPaten

Sidenreng Rappang.

A. Lokasi

yang saling menguntungkan antara petani dengan usaha penggilingan padi atau
pengusaha penggilin gan.

METODE PENELITIAN dan Waktu Lokasi penelitian be*emPat di

Desa Teteaji Kecarnatan Tellu LimpoE Kabupaten Sidenreng Rappang, dengan


alzsan daerah tersebut merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan usaha penggilingan. Pelaksanaan penelitian selama 3 bulan.

diseluruh wilayah desa. Untuk memberdayakaa peran Pengusaha penggilingan padi di daerah, khususnya
usaha penggilingan padi yang ada

Jumlah populasi usaha penggilingan 'di yang ada di Desa Teteaji sendiri saat ini ' ,mlah 9 unit yang tersebar merata

B.

Desain Penelitian

di Desa Teteaji Kecamatan Tellu LimpoE, maka perlu perencanaan dan perhitungan yang
tepat melalui analisis kelayakan dan tingkat

Jenis penelitian yang digunakan

sensitivitas usaha. Hasil analisis yang diperoleh seianjutnya dijadikan sebagai


bahan masukan bagi pemerintah daerah dan seluruh stakeholder terkait guna pengembangan agribisnis pertanian. Pertimbangan yang baik berdasarkan uraian di atas, maka

adalah penelitian survey. Penelitian survey dilakukan untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada, mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok atau unit (Nasution, 2006).
Sumber data diperoleh dari Data Primer

dan Data Sekunder. Data

Primer

dikumpulkan langsung dari pelaku usaha

Unhrk itu, menjadi

penggilingan, pedagang dan seluruh Stakeholcier. Sedangkan data sekunder


88

K"6yakan Dan Sensitivitas Usaha Penggilingan Padi Di Desa Teteaji Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang 86-97 (Agusalim Mursidi, Sutinah Made, Abdui Azis Ambar)

A*lirir

diperoleh dari hasil dokumentasi dan kajian-k-ajian yang telah dibuat


sebelumnya.

NPV : (Net Present Value) :

Dimana:

C.

Populasi dan Sampel

Benefit
usaha

menunjukkan kelel,r:
(marria.,:,

penggilingan padi yang ada di Desa Teteaji Kecamatan Tellu LimpoE saat ini berjumlah 9 unit yang tersebar merata.

Jurnlah poprrlasi

dibandingkan dengan cori (biaya)

sampel untuk analisis aspek 19up* kelayakan finansial, Studi Kasus terhadap 3 usaha penggilingan padi berdasarkan klasifikasi skala usaha Kecrl, Sedang dan Besar yang dipilih
berdasarkan metode purposive

benefitpadatahun ke t cost pada tahun ke t : umur usaha Jika NPV > 0, usaha tersebut layak

Bt Ct n

Net B/C Rario

sa*ptirg

(Nasution, 2006).

NetB/C=

\rruaaeng(+) t=t\
\rvWutnene!f(-)
r=0

D.

Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkarL maka pengumpulan data
dilakukan melalui wawancar;, pengisian

Dimana:
Net

kuisioner dan penelusuran dokumen yang relevan dari seluruh Stakeholder


terkait usaha penggilingan padi.

B/C

perbandingan antam jurnlah NpV positif dengan jumlah NpV


negative

adalah

E.

Analisis Data

dari hasil pengumpulan data adalah


kuantitatif yang akan disesuaikan dengan kebutuhan atau tujuan penelitian aaJal
sebagai berikut:

Model analisis yang digunakan untuk pengolahan data yang diperoleh

I I

PV
PV

(+) :
G) :

jumlah nilai PV
jumtah nilai pV

Net Benefit positif

analisis data kuatitatif dan analisis data

Net Benefit negative

Jika Net B/C


Iayak.

> l,

usaha tersebul

1. Analisis keuntungan usaha

yaitu

diperoleh petani dengan adanya sistem agribisnis selama proses produksi yang dihitung sebagai
berikut (Soekartawi, 2003); .) Analisis Keuntungan Usaha:

analisis yang menghitung besamya penerimaan dan keuntungan yang

Internal Rate of Return (IRR)

IRR=i'+

NPy' (," -, ) NPTI _ NPI|

IRR

Dimana:

kemampuan

adalah unhrli mengetaiui sebagai alat ukur


usaha

n =TR-TC

Dimana:

TR

= Keuntungan

Total Revenue

(total

mengembalikan bunga pinjaman dari lembaga


keuangan yang membiayai
usaha tersebut.

pole and line

penangkapan alat tangkap


dalam

penerimaan)

2. Analisis untuk aspek-aspek yang mendukung kelayakan usaha


investasi (Pasaribu dkk, 2005), adalah sebagai

TC :

Total cost (total biaya)

i' I"
NPV'

: :

berdasarkan kriteria

berikut: F Net Present Value (NpV)

NPV=SB'-c'

ft

1r+

i.y,

= nilai NPV (+) mendekati nol NPV": nilai NPV C)


mendekati nol_

tingkat suku bunga di NpV (+) tingkat suku bunga di NpV C)


yang yang

89

KLMANDIRIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 20l t

Jika IRR > suku bunga kredit, berarti usaha tersebut layak dikembangkan.

3. Penggilingan Padi Besar (PPB) adalah penggilingan padi dengan

3. Analisis

tentang tingkat sensitif usaha penggilingan padi terhadaP


perubahan penjualan, perubahan
biaya produksi, dan perubahan antara

Sensitivitas, menjelaskan

jam dengan konfigurasi


penggilingan

kapasitas produksi

> 3 ton beras

per mesin

polisher

padi terdiri dari dryer, cleaner, husker, seporator dan


(D-C-H-S-P-P-P).

penjualan dan biaya produksi secara bersamaan. Semakin kecil nilai SV

berarti semakin sensitif usaha tersebut (Djamin, 1992 dalam


Arsyad, 201 1).

Penggilingan padi besar dapat melalrukan 3 kali atau lebih proses penyosohan atau disebut dengan penggilingan padi 3 phase (Anonim,
2010).

Untuk mendaPatkan digunakan rumus:

nilai SV,

4.

SV=P
Dimana:

r-NPV* _
NPI/-

Rendemen adalah persentase hasil bagi antara berat beras gilling yang dihasilkan dengan berat gabah yang
di

gilling/dimasukkan.

NPV_
(nilai

5.

Keuntungan adalah selisih margm yang diperoleh dari total penerimaan

SV

Swithing Vqlue
sensitivitas)

usaha

tani (TR) dengan total

perubahan biaYa

atau

manfaat yang menjadikan NVP tersebut negatif.

6. Biaya adalah terdiri dari biaYa tetap/investasi (dapat digunakan berulang kali) dan biaya variabel
(hanya untuk sekali proses produksi).

pengeluaran (TC).

NPV*

: nilai NPV : nilai NPV


perubahan perubahan

sebelum ada

7. NPV (Net Present Value) Yaitu menunjukkan kelebilran Benefit


(manfaat) dibandingkan dengan cost
(biaya).

NPV-

setelah

ada

8. Net B/C

adalah perbandingan antara

jumlah NPV positif dengan jumlah


NPV negative.
mengetahui sebagai alat ukur kemamPuan usaha

F. Definisi Operasional

menghindari kesimpangsiuran pemahaman (persepsi) pada peneitian ini, disusun definisi operasional sebagai berikut: l. Penggilingan Padi Kecil (PPK)

rJntuk

9. IRR adalah untuk

penangkapan alat tangkap pole and

line dalam mengembalikan bunga pinjaman dari lembaga keuangan


10.

adalah penggilingan
kapasitas produksi

padi dengan < 0,75 ton beras

yang membiayai usaha tersebut. Sensitivitas yaitu tingkat kepekaan

per jam dengan konfigurasi mesin penggilingan padi terdiri dari husker .daa polisher (H-P). Penggilingan
padi kecil biasanya hanya melakukan

usaha terhadap adanya Perubahan kondisi arus kas (kenaikan mPut,


penunrnan output, dan atau kenaikan

input dan penurunan outPut


bersamaan).

secara

1 kali

penyosohan atau disebut

dengan penggilingan Padi (Anonim,2010).

Phase

2. Penggilingan Padi
kapasitas

Sedang (PPS) adalah penggilingan padi dengan


produksi 0,75 - 3 ton beras
mesin dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Aspek Kelayakan Usaha

l.

Cash Out F'low

per jam dengan konfigurasi penggilingan

padi terdiri dari

a.

Biaya Investasi

1)

Tanah

cleaner, husker, seParator

polisher (C-H-S-P-P). Penggilingan padi menengah daPat melakukan 2 kali proses penyosohan atau disebut dengan penggilingan padi 2 phase
(Anonim,2010).

Untuk PPK luasan

areal

yang dibutuhkan kurang lebih 0,25

hek:tar dengan asumsi harga RP 45.000.000,-. AdaPun untuk PPS

dan

PPB

masing-masing
90

A"rttrtr K"t"yrkan Dan Sensitivitas Usaha Penggilingan Padi Di Desa Teteaji


Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang (Agusalim Mursidi, Sutinah Made, Abdul Azis Ambar) 86-91

membutuhkan luas areal yakni 1 hektar seharga Rp 250.000.000,-

dan 5 hektar seharga


Tabei

Rp 1.500.000.000,-. Seperri yang telah

dibahas sebelumnya bahwa nilai jual tanah diakhir periode investasi


tidak berkurang atau dianggap tetap (Tabel r).

Biaya Investasi Tanah pada Usaha


Luas Tanah 0,25 1,00

li

Usaha Penggilingan

Padi Jurnlah Investasi

PPK
PPS

45.000.000,250.000.000,1.500.000.000,-

PPB 5 Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2012

2)

Gudang Tabel

Bi

Investasi Luas 50

Pada Usaha

Padi

Usaha Penggilingan

JUE
ahun
10 15

Jurnlah Investasi 8.500.000,65.000.000,150.000.000.-

PPK
PPS

2.500

PPB 10.000 Sumber: Data Primer Setelah Diolah,

20

20i2

3)

Lantai Jemur
Tabel 3 Usaha

Investasi Lantai Jemur Pada Usaha penggilingan padi di Desa


Luas 0,25 0,75

JUE
ahun
10 15

Jumlah Investasi 5.000.000,-

Perbaikan tahun 500.000,-

PPK
PPS

60.000.000,165.000

)A PPB 3,00 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 20D 4)

2.000.000,4.000.000.-

Motor Penggerak
Tabel 4
Usaha

Biaya Investasi Motor Penggerak Pada Usaha Penggilingan padi


Desa Teteaii

Motor

ruE l0

Harga Perunit 5.000.000,1s.000.000,-

Jwn]ah Investasi
5.000.000,30.000.000,-

PPS

15

PPB 20 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012

32.500.

65.000.000,-

5) Perangkat Mesin Penggilingan


Tabel 5 Desa Teteaii

Biaya Investasi Mesin Penggilingan pada Usaha penggilingan padi rji JUE
tahun Jumlah Investasi
R

PPK
PPS

l0
15

25.000.000,85.000.000,1.100.000.000.-

PPB 2A Sumber: Data Primer Setelah Diolah. 2012

91

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

Biaya Operasional
Khusus untuk usaha penggilingan padi yang diusahakan di desa Teteaji dalam operasionalnya memerlukan biaya operasional antara lain, sebagai berikut:

1)

Oli Mesin
Pada Usaha Penggilingan Padi

Tabel6 Biaya Operasional Pembelian OIi Mesin


Teteaji

di

Desa

usahaPenggilingan :1bll*] (pertahun)


PPK
PPS

Total Investasi
(pertahun) 2.100.000,3.000.000,6.000.000,-

PPB Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012

x 12 bln x 12 bln 20liter/bln x l2 bln


7 liter/bln
10 liter/bln

2)

Bahan Bakar Minyak (Solar)

Tabel

T Biaya Operasional Pembelian Solar Pada Usaha Penggilingan Padi di


Teleaii

Desa

Usaha

penggilingan PPK

["0:P* (pertahun)

Total lnvestasi
(pertahun) 33.600.000,_84.000.000,-

3)

710 liter/bln x l2 bln PPS I .600 liter/bln x _12_bln PPB 4.600 liter/bln x 12 bln Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012

272.500.000.-

Air Accu
Desa

Tabel8 Biaya Operasional Pembelian Air Aki Pada Usaha Penggilingan Padi di
Teteaji
Usaha Penggilingan

Kebutuhan rtahun Rp 50.000,&ln x 12 bln Rp 400.000/bln x 12 bln

Total lnvestasi
600.000,-

Rp 2.400.000/bln x 12 bln Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012

PPK PPS PPB

4.800.000,30.000.000,-

4)

Air

Air biasanya digunakan untuk mendinginkan mesin, tujuarrnya agar mesin tetap dingin sehingga tidak cepat rusak. Jumlah kebutuhan air untuk operasional penggilingan padi tergantung pada kapasitas mesin atau motor penggerak yang dig',nakan. PPB yang menggunakan motor lebih besar tentu membutuhkan kapasitas air yang lebih banyak dibanding dengan PPS atau bahkan PPK.
Upah Tenaga Kerja

9 Biaya Operasional Untuk Pembayaran Upah Tenaga Kerja Usaha Jumlah Tenaga Upah Pekerja Total Pengeluaran Penggilingan Kerja (pebulan) (pertahun)
Tabel PPK
PPS 2 orang 15 orang

650.000,1.100.000,1.200.000,-

1s.600.000,198.000.000,-

PPB 30 orang Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012

432.000.000.-

Analisis Kelayakan Dan Sensitivitas Usaha Penggilingan Padi Di Desa Teteaji Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang (Agusalim Mursidi, Sutinah Made, Abdul Azis Ambar) 86-97

92

d.

Bunga Bank Adapun

investasi Rp 534.025.000,- adalah sebe"sar Rp-g.0r0.000,_ (Lampiran 3.b).

T|3l ::t" flS

bunsa

l*q -h*,

dibayarkan -np atas pinjaman kredir

,t"*

96.r20.000,_ per tahun

Demikian halnya dengan usaha ppB yang diharuskan membayar bunga pinjaman atas kredit sebesar Rp 52.353.000,- per^b-ulai utu, np ozs'.236.000,_ per tah*n dari "' jumlah investasi sebesar Rp 5.121.520.000,_ (Lampi*"i."t

2.

Cash

a. Penerimaan
Tabel

In Flow

10 Potensi Penerimaan dari Hasil Penjualan Beras dan Hasil Sampingannya


Usaha

pada

Rendemen Giling

Penggilingan

(%)
58 60

Harga Beras (pertahun)

Total Penerimaan Pertahun (Rp)


1.372.560.000,_
7

PPK
PPS

6.500,6.800,6.900,-

.657.770.000,-

PPB 65 Sumber: Data primei Setetah OiolahJOtZ

33.059.000.000,_

'b. Nilai Sisa Tabel 11 Potensi Penerimaan Nilai Sisa


Desa T

berupa Tanah Pada Usaha penggilingan padi di


Penyusutan

Usaha Penggilingan

Nilai Awal
(Rp)
45.000.000,250.000.000,1.500.000

(Rp)
U

Total Nilai Sisa (Rp)


45.000.000,_

PPK
PPS PPB

0
0

250.000.000,1.500.000.000,-

Sumber:Oataprim@

B. Analisis Keuntungan Usaha . ._ Untuk menghitung keuntungan bersih usahatani atau keuntunlan
usahatani (profit) dengan rumus sebagai berikut:

5.a), untuk PPS = Rp 134.162.000,_ per tahun atau Rp 11.180.000,- per bulan (Larnpiran 5.b), sedangkan untuk ppB :

tt:TR-TC lt - Keuntungaa TR = tutal revenue: total


penerimaan usahatani Dirhana:

Rp 1.068.132.000,- per tahun atau dalam satu bulan keuntungan yang diperoleh 4^t+ Rp 89.011.000,- (Lampiran 5.c). .Iurrdah tersebut di atas sudah termasui pembayaran pajak 5% dari jumlah
penerimaan kotor (Tabel l2).

: jumlah

TC :

produk x harga

totalcosr:totalpengeluaran=
biaya tetap + biaya variabel

Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada ketiga skala- usaha penggilingan padi yang ada di Desa Teteaji, baik ppK, ppS maupun ppB, maka diperoleh data yakni: ppK : Rp 23.578.000,- atau dalam satu bulan \glltungan usaha yang diperoleh pada PPK adalah Rp 1.965.000,- (Lamiiran
No. 2, Agustus 201-

Tabel 12 Hasil fuialisis Keurtungan Usaha Pada Usaha Penggilingan Padi di Desa Teteaji Keuntungan Perbulan Keuntungan Pertahun usaha Penggilingan (RP) (Rp) PPK
PPS

23.578.000,134.162.000,-

1.965.000,11.180.000,89.011.000,-

PPB Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2012

1.068.132.000,-

C. Anatisis Kelayakan Investasi

1.

NPV (Net Present Value)

kecil, sedang ataupun besar. Namun yang membedakan dalam hal ini adalah
akan

memberikan kesimpulan,
diperoleh adalah

Hasil akumulasi total

jangka waktu investasi pada setiap usaha

aPakah Yang

investasi tersebut layak selama kurun

berbeda. Oleh karena itu, daPat diasumsikan bahwa investasi PPK


setelah tahun ke-10 belum tentu positif

waktu tertentu. Jika angka

berarti investasi usaha penggilingan padi dianggap layak untuk diusahakan atau "Go", dan sebaliknya jika angka yang diperoleh adalah negatif (NPV < 0), berarti investasi usaha penggilingan padi yang bersangkutan dianggap tidak layak atanuNo Go".

positif OIPV >

0),

(layak), demikian halnya dengan PPS setelah tahun ke-15, dan PPB setelah

tahun ke-20 belum tentu


menunjukkan angka yang posistif.

masih

2.

Dari hasil analisis NPV

Yang

dilakukan pada usaha PPK yang ada di Desa Teteaji menunjukkan angka NPV 32.403.954 (positif), artinya investasi usaha PPK yang dilaksanakan <ii Desa
Teteaji adalah layak selama kurun waktu 10 tahun (Lampiran 6.a). Hal ini lebih laajut menunjukkan bahwa keuntungan dari nilai investasi yang dikeluarkan sekarang dapat ditutupi selama kurun waktu tersebut di atas pada masa yang
akan datang
(1

Net BIC (Net Benefit Cost Ratio) Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Net B/C pada usaha PPK tersebut diperoleh 1,44 dengan demikian Net B/C sebesar 1,214 lebih besar dari I (satu)

maka benefit yang diperoleh tersebut

1,44 kali lipat dari cosl yang dikeluarkan, sehingga usaha


tersebut dapat dikatak at " Go"

telah PPK

Hasil perhitungan menunjukkan


bahwa Net B/C pada usaha PPS tersebut diperoleh 1,71 dengan demikian Net B/C sebesar 1,71 lebih besar dari 1 (satu) maka benefit yang diperoleh tersebut 1,71 kali lipat dari cost yang telah

0 tahun).

Pada usaha PPS diPeroleh angka NPV 282.&9.651 '(positifl, artinYa investasi usaha PPS yang ada di Desa Teteaji adalah layak selama kurun waktu l5 tahun (Lampiran 6.b). Sehingga kerlntungan dari nilai investasi yang

dikeluarkan, sehingga usaha


tersebut dapat dikatak at " G o"

PPS

Hasil perhitungan menunjukkan

'

dikeluarkan sekarang dapat ditutupi


selama kurun waktu tersebut di atas pada masa yang akan datang (15 tahun).

bahwa Net B/C pada usaha PPB tersebut diperoleh 2,80 dengan demikian Net B/C sebesar 2,80 lebih besar dari 1 (satu) maka benefit yang diperoleh tersebut 2,80 kali lipat dari cost Yang telah

dikeluarkan, sehingga usaha


tersebut dapat dikatakwt "Go"

PPB

jt.rga positif yakni

Adapun untuk PPB Yang ada di Desa Teteaji nilai NPV yang diperoleh
1.712.048.000. Sehingga keuntungan dari nilai investasi yang dikeluarkan sekarang dapat ditutupi selama kurun waktu tersebut di atas pada masa yang akan datang (20 tahun) (Lampiran 6.c).

3. IRR

(Internal Rate af Return)

Pada dasarnya IRR

adalah

memperlihatkan bahwa Present Value

(PY) Benefit akan sama dengan Present

Dengan demikian

daPat

IRR tersebut menunjukkan NPV : 0 dengan demikian untuk mencari IRR,

Value (PY) Co.rf dengan kata lain bahwa

disimpulkan bahwa usaha penggilingan


padi yang ada di Desa Teteaji layak, baik

kita harus menaikkan DF

Yang juga

sebagai Opportunity Cost of Capital.


94

nr*tirir f"tuyakan Dan Sensitivitas Usaha Penggilingan Padi Di Desa Teteaji Kecamatan Teliu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang 86-91 (Agusalim Mursidi, Sutinah Made, Abdul Azis Ambar)

Hasil perhitungan menunjukkan bahrva IRR pada usaha ppK tersebut dipcroleh 29,01 yo, sehingga tingkat bunga bank yang berlaku- pada iaat sekarang adalah l8%, maka IRR > tingkat__bunga yang berlaku Atinya usaha PPK telah menguntungkan atau
layak dibiayai dari kredit perbankan.

layak dibiayai dari kredit perbankan.

sekarang adalah l\o/o, maka IRR > tingkat_bunga yang berlaku. Artinya usaha PPS telah menguntungkan atau

bahwa IRR pada usaba ppS tersebut diperoleh 32,01 o/o, sehingga tingkat bungan bank yang berlaku pada saat
Usaha Penooilinoa. usahapenggilingan
DD7 PPK

Hasil perhitungan menu4iukkan

tingkat*bunga yang berlaku. Artinya usaha PPB telah menguntungkan atau layak dibiayai dari kredir pirbankan.
enggilingan padi di Desa uu* Teteaii rslt4rr
1,44

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa IRR pada usaha ppB tlsebut diperoleh 51,01 o/o, sehingga tingkat bunga bank yang berlaku- paaa iaat sekarang adalah 78yo, maka IRR >

xmrl
32.403.954 (positif) 282.649.651 (positif) 1.712.048.000 (nositi

PPS

29,01yo

PPB

l,7l
2,80

32,01%

Sumber: nata primei Setelah5iolahrOt7

D. Sensitivitas Usaha
Sensitivitas diukur berdasarkan pada tiga asumsi, yakni: kondisi I, dimana cash out flow (biaya operasionalj diasumsikan meningkat - persatuan persen. Kondisi II, dimana cash in flow (penjualan) diasumsikan menurun persatuan persen, dan kondisi III, dimana

diakibatkan terjadinya peningkata-i

artinya batas toleransi yang

menunjukkan nilai sensitivitas adalah 2,996 artinya batas toleransi yang diakibatkan menumnnva penjualan adalah 2,gg6yo penjualan.

II

biaya adalah l,99gyo biaya. Kondisi

analisis yang telah


menunjukkan bahwa:

cash in Jlow $teryualan). Dari hasil


dilakukan

bersamaan dengan terjadinya

cash out flow (biaya)

Kondisi III menunjukkan

p"r*,in*

meningkat

biaya yang seffra bersama-_sama terjadinya penurunan penjualan


adalah

sensitivitas adalah 0,9117 artinva batas toleransi adanya peningkatL

nilai

0,gll7yo.
Besar

1.

Penggitingan padi Kecil

3. Penggilingan padi
sensitivitas

menunjukkan nilai kondisi I adalah 1,4960

Hasil analisis pada usaha ppK


artinya batas

sensitif toleransi yang diakiba&an .dengan meningkatnya biaya adalah '1,4960oh biaya meningkat. kondisi II

diasumsikan peningkatan

pada usaha ppB menunjukkan nilai sensitivitas kondisi i dimana


biaya adalah

Hasil analisis yang dilakukan

akibat peningkatan biaya

adalah 15,9632 artinya batas toleransi

yang dapat ditoleransi terhadap penumnan penjualan adalah


diperoleh
1,4967Yo, sedangkan pada kondisi

adalah 1,4967 artinya batas sensitif

terjadinya peningkatan biaya yang

nilai 0,9967 dimana


penurunan

III

secara bersamaan
2.

III yang diasumsikan dens*r."


meningkahrya biaya bersama-se,l,n,

15,963296. Pada asumsi kondisi II menunjukkan nilai 15,6044 artinya batas toleransi yang diakibatkan peningkatan penjualan adalah sebesar I 5,6044yo. Selanjutnya pada kondisi

penjualan adalah 0,9967%. Penggilingan padi Sedang Hasil analisis yang dilakukan pada usaha PpS menunjukkan nilai sensitivitas kondisi I adalah 1,999

asumsi pada kondisi


7,8505%.

dengan menurunnya penjualan adalah sebesar 7,8505 artinya batas toleransi yang dapat diterima akibat III
adalah

95

KLMANDIKIAN

Vol.

3 No.

2, Agustus 2011

Tabel 14
Usaha Penggilingan

Hasil Analisis Sensitivitas Pada Usaha Penggilingan Padi di Desa Teteaii Korrdisi I
t,496yo

Kondisi II
1,497% 2,996%
15,604yo

Kondisi III
0,997% 0,304%
7,850yo

PPK
PPS

PPB

l,999Yo t5,963%

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012

KESIMPT]LAN
Seteiah melaliukan penelitian yang
selanjutnya membahas permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan adalah sebagai berikut:

2012. Sidrop
htbp

Optimis
10

Mendukung Target Surplus

Juta Ton Beras Tahun 2014.


://bpkp-sidrap.blosspot.conl Mendukung/ Target.htrnl.

Sidrap/ Optimis

l.

Tingkat kelayakan usaha penggilingan padi dinyata-kan layak, dimana semakin besar skala usaha, maka semakin besar pula tingkat kelayakannya.
Tingkat sensitivitas usaha penggilingan

Arsyad,

M.

2011. Dihat Mata Kuliah Analisis Kelayakan Agribisnis


PPs UMPAR ISMS fV]. Parepare: Umpar Press.

2.

padi dapat dinyatakan cukup sensitif baik pada kondisi I (biaya naik), kondisi II (penjualan menurun), dan
(penjualan menumn secara bersama-sama biaya naik). Dengan

Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan,

kondisi

III

201l. Programa Penyaluhan Pertonian Periksnan dan


Kehutanqn Kabupaten Sidenreng Rapang. BPKP Sidrap: Bidang
Penyuluhan.

demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar skala usaha maka


semakin besar pula tingkat sensitivitas
terhadap perubahan arus kas.

Dinas Pertanian dan Perkebunan.

2011

Datq

Revitalisqsi

Unit

DAFTARPUSTAKA
Anonim. 2010. Pedoman Telmis Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil. Anonim
[Pengolairan dan Pemasaran Hasil Pertanianl Kementerian Pertanian RI.

Penggilingan Padi di Kabupoten

Sidenreng Rappang. Sidenreng

Rappang: Bidang Agribisnis


Distanbun.

. 2011. Data Surplus Minus


Perkebunan.

Beras
dan

Kabupaten Sidenreng Rapnang.

Sidrap: Dinas Pertanian

Padi dan

2011. Revitalisasi Penggilingan


Pengembangan

Manaiemen Stok Berqs untuk


Mendukung Target Beras l0 Juta Ton. Jurnal PERPADI

Gettinger,

J.P., 1986. Analisis Ekonomi Pertanian. Proyek-Proyek Jakarta: Universitas Indonesia


Press.

[Perhimpunan Pengilingan Padi


Indonesia].

2011. Revitalisasi Penggilingan

Hermanto F. 1995. Ilmu Usahatani. Iakarta: Penebar Swadaya.

Padi. Anonim [Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian] Kementerian Pertanian RI.
http :/ipphp.deptan. so.idldisp-info

Ikatan Akauntan Indonesia 2009. Arus Kas (Cash Flow). Jumal Ilmiah

Iakatan Akuntan
:

Indonesia.
0

rmasi/l /3i58l1 252iworkshop revi


tal i sasipeng gi linganjadi.html.

http I kazekago. blo gspot. coml2


0/01 /arus-kas-htrnl.

Analisis Kelayakan Dan Sensitivitas Usaha Penggilingan Padi Di Desa Teteaji Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang 86-91 (Agusalim Mursidi, Sutinah Made, Abdul Azis Ambar)

96

Khotimah, K, Sutawi AS, Maleha dan Evita S.H., 2002. Evaluasi proyek dan

Perencanaan Usaha. penerbit Ghalia Indonesia dengan Jakarta:

UMMPress.

Monografi Desa. 201l. Monogarafi Desa Teteaji, Kecamatan Tellu LimpoE

Kabupaten Sidenreng Rappang


Tahun 201

l.

Nasution,S., Metode Research. Jakarta:


Bumi Aksara.

Mubyarto. 1989. Pengantar


P ert anian.

Ekonomi

Jakarta: LP3ES.

Pasaribu,

Evqluasi Proyek
Press.

A.M., 2005. perencanaan

dqn perikanan.

Makassar: Hasanuddin University Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi


P ertanian.

Jakarta: Rajawali press,.

2003. Agribisnis, Teori dqn Aplikasinya. Jakaria: Raja Grapindo


Persada.

Tinambuan

A. 2008. Anolisis Keuntungan Usahqtani dan pemasaron gambir di Kabupaten pak*pak Barat, Tesis. Fakultas Ekonomika dqn Bisnis. Yogyakarta: UGM press.
1999.

Wirashasmit4 R.A.R., Maman K.S., Ronal

Kamus Lengkap

H.S., dan Brenggan M,

Ekonomi.

Ban"lung: Penerbit pionir Jaya.

Zulfajri, E.M. & R.A. Senja, 2001. Kamus Lengkap Bahasq Jakarta: penerbit
Difa Publisher.

97

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 20l

SENSITIVITAS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM ARAB PETELUR BERBASIS AGRIBISNIS DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
(Sensitivity and Development Strategt of Business of Arab Layer Farm With Agrihusiness Basic Program in Siilenreng Rappang Regency)

Djumadil Djalil, Ansar, Abdul Azis Ambar


Abstrak
Gejala merosotnya produksi telur di Kabupaten Sidenreng Rappang selama kurun waldu 5 tahun terakhir sampai dengan 50'% melatarbelakangi pentingnya penelitian ini. Penelitiqn ini dilqkulrun untuk mengetahui tingkat sensitivitas usaha Ayam Arab Petelur terhadap berbagai fumdisi keuangan yang mungkin terjadi, menganalisis faktor kunci internal (kckuatan atau kelemahan) dan ekternat (peluang atau ancaman), dan selanjutnya merumuskan slrategi yang layak

dipertimbanglan serta merekomendssikan strategi berCasarkan daftar prioritas. Penelitiqn

berlangsung selqma 3 bulan. Metode Penarikan sampel dengan Cluster Random Sampling (CRS) Two Stage, sehingga diperoleh total 25 sampel responden, dari peternak, perywluh danpedagang telur. Pengumpulan data melalui wowancetre, angket dqn observqsi lapangan. Analisis dqta menggunakan qnalisis kelalakan investasi Q{PV, Net B/C, MC dan PbP), untuk analisis
menggunakan model kerangka kerja tiga tahap. Hasil analisis kelayakan riil periode investasi 5 tahun skalq usoha 1.000 ekar, qdalah NPy : 110.874.460 (positifl, Net B/C - 6,63, RC : 1,23, dan PbP - 0,87 tahun. Nilai sensitivitas usaha, menunjukkan batas sensitif kandisi I (penjualan turun) adalah 14,3%, kondisi II (biaya naik) adalah 17,8% dan kondisi III (penjualan turun dan biaya naik) adalqh 7,7o%. Hasil analisis Matril{s IE menempatkan usaho pada latadran IV, dengan IFE -- 3,0496 dan EFE : 3,0604, stategi yang bisa diterapkan peternak adalah tumbuh dan bina. Lebih lanjut hasil analisis SW'OT, menunjukkan ada 9 strategi yang dianggap loyak digunakan. Hasil dari pengolahan QSPM, 3 strategi yang prioritas untuk dapat dilerapkan adalah l) Revitalisasi peran danfungsi kelompohani, 2) Mengatur sistem manaiemen yang baik, dan 3) Meningkatkan kualitas SDM melalui dildat.

sensitivitas digunakan

SV (Swithing Value) dqn untuk strategi

pengembangan usahs

Kqta Kunci: Sensitivitas, internalfaktor, eksternalfaktor, ayamArab petelur

Abstract
Synptoms of the decline in egg production in the District Sidenreng Rappang over a period of 5 50%o underlying the importance of this research. The study was conducted to determine the sensitivity level of Arab Layer farm a variety of financial condition that may occur, analyze the kn:t internal factors (strengths or weaknesses) and external factors (opportunities or threats), and ;hen formulate a sfrateg/ worth considering, and recommending strategies based on the priority list. IntakB of example method is Cluster Random Sampling (CRS) Two Stage, which totql 25 responden sample. The data collected by interview, direct watch, and observation. The data analysed by usingfeasibitity analysis (l{PV, Net B/C, R/C, and PbP), sensitivity of farm by using SV ($uithing Yalue), and then for development strateg/ of bussines by using 3 stage of formulate strateg/ from David, 2A06. The results of the feasibility analysis of real investment periodof 5 year 1.000 the scale of the tail, is NPV - 110 874 460 (positive), Net B/C:6.63, MC : 1.23, and PBP : 0.87 years. The value of sensitivity shows the condition I is sensitive sales fell 14.3%, condition II is sensitive to the rising cost of 17.8% and condition III is sensitive to the 7.795 sales fall and costs rise. The results of analyzes IE matrLx show farm in Quadrant IY (IFE and EFE - 3.A496 - 3.06A4, a workable strategt is to grow the company and community development. Further results of the SWOT analysis, shows there are 9 strategies were considered. The results of processing QSPM, 3 strategt is a priority to be applied is 1) Revitalize the role and function.farmers Empowering, 2) Set a good management system, 3) Improve the quality of human resources through the Training.

years up to

Keywords

Sensit iviQ, int ernal

factor, external fact or, Arab layer farm


98

Sensitivitas Dan Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur Berbasis Agribisnis Di Kabupaten Sidenreng Rappang 98-109 (Djumadil Djalil, Arsar, Abdul Azis Ambar)

pada tahun 20ll (Anonim, 20fl). Dari jumlah tersebut,.telur Ayam Buras memberi

produksi telur adalah 1,g juta ton peitahun, turun menjadi menjadi 1,5 juta ton per tahun

PENDAHULUAN Kontribusi produksi telur nasional selama k-urun waktu 2 tahun terakhir menunjukkan angka penunrnail, dimaaa tercatat pada akhir tahun 2010 jurdah

keburuhan suplai telur Avam Buras di tingkat kabupaten, provinsi atau juga tingkat nasional. Data menunjukkan jurdah produksi terakhir_terus mengalami penurunan yang cukup drastis yakni hampir 5A% dimia tercatat pada tahun 2007 jumlah produksi telur mencapai 739.7g9 tbn, tahun 200g (813.766 ton), tahun 2009 (9iX5.650 ton), tahun 2010 (139.051 ton) dan terakhir tahun 2011 hanya menghasilkan 493.244 ton. Hal

rn"r".i*

telur Ayam Buras di Kabupaten Sia"n Rappang dalam kurun -waktu 5 tahd "ng

Ayam Ras dan telur Itik

kontribusi sebesar l2,4Tyo, sedangkan telur


masing-rnasing

menlumbang 7Z,20oA dan 15,40yo.

Ayam Buras itu sendiri, termasuk- juga produktivitas Ayam Buras yang sulit dip;; Produktivitas yang optimal dapat diperoleh {engan pengelolaan yang intensif.
upaya untuk
Kendalany4 hirggu saat komersial dalam skala besar atau sistem
ada mengembangkannya secara

rendahnya angka peningkatan populasi

peningkatan produksi - Lambatnya telur Ayarn Buras disebabkan oleh

perkembangan produksi

ini

22.288.323

lerakhfu terus mengalami peningkatan dari 19?!!112 ton pada rahun 2007 menjadi

dimana tercatat selama kurun waktu 5 tahun

demikian berbanding terbalik dengan telur Ayam {as,

belum

mengalami peningkatan kurang lebth 37%


(6.044.112 ton).

ton pada tahun 2}ll

utuu

intensif, akan tetapi usaha peternakan Ayam Buras lebih cenderung dijadikan sebagai fegiatan sampingan, bukan merupakL
kegiatan yang berorientasi ekonomi.

stakeholders perlu digalakkan dan secara


bersama-sama untuk meningkatkan produksi

. peran maka pemerintah dan

Sejalan dengan hal tersebut

di

atas,

seluruh

Di

komersil.

akan tetapi bukan dalam- skala


Setiap tahun tingkat

menunjukkan bahwa Ayam Buras memang tetap digemari oleh masyarakat sebagai unggas peliliaraan,
yang

relatif sangat kecil. FaLta

pemeliharaan Ayam Buras, memang terjadi kenaikan populasi, namun kenaikan-tersJbut

sejumlah wilayah

sentra

kesadaran

kg/kapita/tahun, sedangkan pada tahun 2007 meningkat menjadi 7,72 kg/ kapita/tahun dan diperkirakan dengan adanya kenaikan
2%o

pada tahun 1997 sebesar


per 10 tahun, maka dipiediksi

masyarakat dalam mengkonsumsi telur juga mengalami peningkatan, dimana teriatat gadl tahun 1987 jumlah konsumsi telur per kapita adalah sebesar 2,61 kgkapita/tahun,
4,56

petemakan.

telur melalui peningkatan populasi ternak Ayam Buras di Kabupaten Sidenreng Rappang, yang salah satu langkahnya adah[ mengoptimalkan potensi Ayarn Arab. Haragan dengan adanya peningkatan populasi Ayam Arab oleh peternak dengan skala ekonomi yang besar, maka afan meningkatkan pula jumlah produksi telur Ayam Buras, selain tentunya memberikan peluang lapangan ke{a baru di sektor
Jurnlah petemak Ayam Arab petelur

di Kabupaten Sidenreng

merupakan salah safu sentra peternakan unggas di Sulawesi Selatan memiliki peluang untuk mengembangkan usaha Ayam Buras yang berskala besar. potensi lahan dan sumber daya yang memadai adalah daya dukung utama yang harus digerakkan, hal ini penting demi untuk
99

kglkapita/tahun. Kabupaten Sidenreng Rappang yang

akan telur Ayarn Buras aaaiatr 9

tahun 2017 kebutuhan konsumsi masyarakat

pada

komprehensif dengan memperhaiikan pengaruh faktor internal kunci (kekuatan


dan kelemahan), serta faktor ekstemal kunci (peluang dan ancaman).

perencanaan strategis pengembangan yang

agribisnis. Untuk memuluskan langkalr tersebut di atas maka perlu dibuat se6uah

usaha Ayam Arab petelur

p.erlu ditingkatkan melalui peningkatan skala usaha di tingkat petemak Oi atas t.OOO ekor. Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah melalui p"rg";rU*g*
berbisis

Kecamatan, dengan skala usaha rata-ratadi bawah I.000 ekor. Oleh karena itu, populasi Ayam Arab

47 petemak yang tersebar

di i i

Rappang tercatat

- Perlu dipahami bahwa pengeluara:r terbesar dalam usaha peternakan- adaiah

KLMANDIKAN

Vol. 3 No.2, Agustus 201-

salah satunya terkait masalah input berupa

pakan. Pakan dalam usaha peternakan unggas termasuk Ayam Arab sangat
berganf.rng pada ketersediaan pakan yang cukup. Pakan berkontribusi kurang lebih 7080% dalam input, sehingga terjadinya perubahan harga pakan (input bertambah) maka besar kemungkinan akan berdampak pada kondisi arus kas (keuntungan).

3. Bagaimana strategi pengembangan dan pilihan strategi prioritas untuk pengembangan usaha Ayam Arab
Petelur berbasis agribisnis di Kabupaten
Sidenreng Rappang?

Berdasarkan pennasalahan yang terjadi, maka penelitian diharapkan dapat


memacahkan permasalahannya" sekaligus sebagai tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang dimaksud dalam pelaksan.um
penelitian antara lain adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis secara finansial kelayakan

Disisi lain, menunjukkan bahwa produk hasil pertanian sangat elastis


terhadap hukum permintaan dan penawaran, yaitu ketika jumlah barang (telur) melimpah

dan sensitivitas usaha


kemungkinan terjadinya
Sidenreng Rappang.

terhadaP

maka otomatis harga akan

mengalami

Perubahan

penurunan (output berkurang), dan bahkan tidak iarang terjadi biaya meningkat

kondisi arus kas pacia usaha Ayam Arab


Petelur berbasis agribisnis di Kabupaten

bersamaan dengan penunrnan penjualan,


sehingga perlu suatu analisis tentang tingkat sensitivitas usaha Ayam Arab Petelur, sebagai bagian dalam mengantisipasi

2. Mengidentifikasi faktor
pengembangan usaha
Sidenreng Rappang.

intemal (kekuatan dan kelemahan) dan ekstemal

terjadinya kemungkinan perubahan kondisi


arus kas.

(peluang dan ancaman) dalam AYam Arab


Petelur berbasis agribisnis di Kabupaten Menyusun

dilalcukan guna mendorong peningkatan produksi telur Ayam Buras, dengan jalan
meningka&an populasi ternak Ayam Arab Petelur itu sendiri. Oleh karena ihr" perlu dilakukan analisis tingkat kelayakan dan sensitivitas serta lebih khusus merumuskan
rencana strategi pengembangan usaha yang lebih terarah sejalan dengan peningkatan populasi, peningkatan produksi dan terlebih

Upaya kongkrit Perlu

segera

3.

dan Pilihan prioritas strategi dalam upaya


pengembangan usaha pengembangan usaha
Sidenreng Rappang.

pilihan

strategi

Ayarn Arab Petelur berbasis agribisnis di Kabupaten

METODE PENELITIAN

lagi

peningkatan kesejahteraan peternak

A. Lokasi dan Waktu

Ayam Arab Petelur yang ada di Kabupaten

Penelitian dilaksanakan
Rapp*g,

di

Usaha Ayarn Arab Petelur Berbasis Agribisnis di Kabupaten Sidenreng


Rappang.

Sidenreng Rappang, mslalui penelitian Sensitivitas dan Strategi Pengembangan

Kabupaten Siderueng

dengan alasan daerah tersebut merupakan daerah

yang potensial untuk pengembangan usaha komoditi Ayam Buras Petelw


khususnya Ayam Arab Petelur.

Berdasarkan uraian latar belakang

di

atas maka dapat dirumuskan

batasan

Kabupaten Sidenreng RaPPang yang beribukota Pangkajene Sidenreng

permasalahan
berikut:

yang akan dikaji

dalam

penelitian antara

lain adalah

sebagai

diantara 30 43 menit - 40 09 menit Lintang Selatan dan 1190 41 menit -1200 10 menit Bujur Timur, jarak dari

i..t.tut

1. Bagaimana tingkat kelayakan

dan

sensitivitas usaha Ayam Arab Petelur berbasis agribisnis Yang ada di

2.

Kabupaten Sidenreng RaPPang? Apa yang mempengaruhi faktor internal

Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan (Makassar) kurang lebih 183 km. Wilayah Administratif KabuPaten Sidenreng Rappang memiliki Luas 1.883,25 knz, terdiri I I Kecamatan
dengan I 06 Desa,{(elurahan.

(kekuatan dan kelemahan) dan faktor


ekstemal (peluang dan ancaman) sebagai upaya pengembangan usaha Ayam Arab

Petelur berbasis agribisnis yang ada di Kabupaten S idenreng RaPPang?

Batas wilaYah administratif Kabupaten Sidenreng Rappang adalah: Sebelah Utara: Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Enrekang; Sebelah Timur:
Kabupaten Luwu dan KabuPaten Wajo; r00

Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur Sidenreng Rappang Di Kabupaten Berbasis Agribisnis 98-109 (Djumadil Djalil, Ansar, Abdul Azis Ambar)

S"rsitiult* Dan Strategi

Kabupaten Soppeng; dan Sebelah Barat: Kabupaten pinrang dan Kota parepare.

Sebelah Selatan: Kabupaten Bamr dan

Arsyad, 2011).

usaha tersebut (Djamin, 1992 dt,:,t

B.

pengolahan dan analisis dat4


pembahasan hasil.

sebagai berikut: l) penyusunan instrumen, 2) pengumpulan dat4 3)

Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan maksud untuk menggambarkan, suatu kondisi yang ada pada suatu wilayah (Nasir, 1985). Adaprm tahapan penelitian adalah

digunakan rumus:

Untuk mendapa&an nilai

I.t

SV=P
Dimana:

]{PV* NPV* _ NPI/Value

SV P

Swithing
sensitivitas)

(nilai

dan

4)

: perubahan biaya

C.

Populasi dan Sampel

Jumlah peternak Ayam Arab Pgtglyr di Kabupaten Sidenreng Rappang adalah 47 peternak yang tersebar-dii li Penyuluh. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Cluster Random Sampling (CRS) Two Srage (Nasution, 2006), dimana dipilih 5
tingkatan, yakni: peternak sebanyak lecamatan dengan dibina oleh 26 orang

manfaat yang menjadikttr NVp tersebut negatif

&riji,

NPV* NPV.
2.

nilai NpV sebelum


perubahan

ada ada

nilai NpV setelah


perubahan

proporsi responden pada

wilayah sampel dengan memperhatikan

setiap

pengembangan agribisnis Ayam Arab Petelur diarralisis melalui kerangka kei,r tiga tahap.

Untuk merumuskan perencansurn strategi

orang (30Yo sampel), penyuluh sebanyak 7 orang (30% sampel) dan pedagang sebanyak 5 orang.

li

1)

2)
3)

Tahap Input (Matriks IFE dan Matriks EFE)

Tahap Pencocokan (Matriks

Mahiks SWOT)
Tahap Kepurusan (eSpM)

IE dat

D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang -dati dibutuhkan, maka pengumpulan
dilakukan dengan beberapa teknik antara lain:

3.

pemahaman (persepsi)

1.

Wawancara,

2. Observasi, 3. Angket.

disusun definisi operasional


sebagai berikut:

kesimpangsiurar dan s"kuliguo sebagai batasan atas penelitian ini, mika


adalah

Untuk menghindari

Definisi Operasional

E.

tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

Teknik Analisis Data Model analisis yang digunakan untuk pengolahan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data akan disesuaikan dengan kebutuhan atau

1. Kekuatan (smngths; adalah kemampuan intemal yang lebih

2.

1. Alalisis Sensitivitas, menjelaskan tentang tingkat sensitif usaha Ayam A.qb Petelur terhadap perubahan penjualan (Kondisi I), perubahan biava
(Kondisi III) secara bersamaan. Semakin kecil nilai SV berarti semakin sensitif

3.

kondisi yang dapat dimanfaatke,rr untuk memperoleh hasit melebihi

pesaing. Peluang (Opportunities) adalah suaiu

keunggulan dibanding d..,g*

ungcul. Kelemahan (It'eakness) adalah suahr kondisi yang cenderung mengurangi

produksi (Kondisi II), dan perubahan antara penjualan dan biaya produksi

4. Aacaman (Threats) adalah


kondisi yang dapat

yang diharapkan.

bahkan menimbulkan resifo kegagalan dalam mencapai sesuatu


yang diinginkan.

suatu menghalangi,

t0l

KE-MANDIKIAN

Vol. 3 No.2, Agustus 2011

5. Analisis Sensitivitas

adalah tingkat sensitif usaha terhadaP Perubahan penerimaan penjualan (Kondisi I), kenaikan biaya produksi (Kondisi II),
dan perubahan antara Penjualan dan

arus kas, yang dihitung berdasarkan 3 asumsi, ya-kni: Penurunan

7.

pengembangan usaha yang diperoleh dari hasil analisis pilihan strategi dan skala perioritas yang menjadi perioritas pertama. Ayam Arab Petelur Berbasis Agribisnis adalah usaha budidaYa Ayam Arab Petelur Yang berdasar

biaya produksi secara


(Kondisi

bersamaan adalah

pada skala usaha ekonomis

dan

II|.

6. Strategi Pengembangan
alternatif strategi atau

menguntungkan, guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup bagi

kumpulan bagi yang iayak strategi serangkaian

petemak dan Para


keluarganya.

anggota

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Sensitivitas

1.

Penurunan Penerimaan Penjualan (Kondisi


1

t)

Tabel

Hasil Analisis Sensitivitas Akibat

P"r,rr** P"*ti*
Asumsi Perubahan 14%
14,2

No

Kriteria Kelayakan
(%) NPv (Rp) Net B/C PbP (Tahun

r5%
14,3

I
2
J

sv

1.769.205
1.03

-s.115.925
0.92

2. Kenaikan
Tabel 2

Biaya Froduksi (Kondisi II) Hasil Analisis Sensitivitas Akibat T


Kriteria Kelayakan

inva Kenaikan Biaya Produksi Asumsi Perubahan


17 o/o 17,7

No I
2
3

t8%
17,8

(%) NPV (Rp) Net BiC


PbP (Tahun

sv

4.124.289
1.07

-r.407.284
0.98 4-65

3.79

3.

Penurunan Penjualan dan Kenaikan Biaya (Kondisi

Tabel
No

Itr) Hasil Analisis Sensitivitas Akibat Perubahan


Produksi Variabel
8.0%
8,1

Penjualan

dan

Biaya

Kriteria Kelayakan

Asumsi Perubahan
8.:;''/o

I
2
J

sY (%)
NPV (Rp)
Net B/C
PbP (Tahun)

8,2

1.536.803
1.02

-4.671.547
0.93 5.34

4.13

B. Anatisis Lingkungan Usaha 1. Identifikasi Faktor Internal a. Identifikasi faktor kekuatan


Adapun faktor-faktor strategi internal yang meruPakan kekuatan bagi usaha AYam Arab Petelur Yang
Sidenreng Rappang, antara lain adalah:

2) Usaha memiliki saluran distribusi yang efesien sehingga

menghemat
produksi.
3)

waktu dan

biaYa Yang

Menghasilkan

produk

ASUH (Aman-Sehat-Utuh-Halal)
4) Menerapkan sistem Pencatatan data keuangan dengan baik. s) Petemak yang teramPil dan
berpengalaman.

ada di KabuPaten
strategis

1) Lokasi usaha Petemakan

Yang

ban Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur Berbasis Agribisnis Di Kabupaten Sidenreng Rappang 98-109 (Djumadil Ojulil, Attt*, Abdul Azis Ambar)

S"*iti'it*

t02

6) Memiliki tingkat
Ratio) positif.

finansial Q.IPV; Net BfR

kelayakan

b.

SC

7) Memiliki tingkat 8)

(kepekaan terhadap perubahan

sensitivitas

harga) cukup baik. Produksi telur cukup tinggi (lebih dari 50%).

usaha Ayam Arab petelur di Ki;,..,,. S idenreng Rappang, adalah:

Adapun faktor_faktor eksternal yang merupakan ancarr.,

Idenffikasi faktor ancaman

1) Daya beli yang rendah menyebabk;i. konsumsi telur di Sulawesi Seiatan


tidak mengalami perkembangan.

faktor kelemahan Berdasarkan hasil analisis lingkungan intemal yang dilakukan,

b. Identifikasi

^ Hargatelur yang fluktuatif 2) 3) Merebaknyapenyakit flu burung rt,


4)
beberapa daerah di Indonesia Dampak anomali iklim yang tidak dapat diprediksi lelsaingan dengan usatra sejenis pemas,
i,

bagi pengembangan usaha Ayam Arab Petelur di Kabupaten Sidenreng 2) Belum mrmpu
Rappang, antara lain: 1) Keterbatasan modal memenuhi

maka diperoleh faktor_faktor strategi internal yang merupakan kelemahin

6) Kekuatan tawar-menawar
terhadap usaha tinggi

l)

3)

permintaan konsumen Skala usaha di bawah 1.000 ekor

2.

C. Tahap Masukan (Input Stage) 1. Analisis Matriks IFE Berikut ini merupakan ha:,i analisis Matriks IFE padi peternal -Kabupal...

Berdasarkan hasil analisis lingkungan ekstemal yatrrg dilakukan


lerhadap usaha peternakan Ayam Arab Petehu, maka diperoleh beberapa faktor

Identifikasi Faktor Eksternal

Aya.n Arab petelur di

Sidenreng Rappang dapat dilihat ,iaber

4.

pengembangan Ayam Arab petelur di


Kabupaten Sidenreng Rappang.

yang cukup signifikan dalam

masih terkait atau memberikan pengaruh


usaha

strategi yang bersifat ektemal namun

a.

Identifikasifaktorpeluang - Adapun faktor_faktor skategi eksternal yang merupakan peluang baii usaha Ayam Arab petelur di Kabupatir
Sidenreng Rappang, adalah:

l) Meninqkatnya
.Sulawesi Selatan.

perrumbuhan

pendu.ruk setiap tahun khususnya

2) Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang


mengarah ke sifat alamiah (Back Nature).

3) Pembinaan dan pelatihan

tentang usaha agribisnis Ayam Arab petelur oleh pemerintah. yang

4) Kebijakan pemerintah

kebijakan mencegah penyakjt n, buruag dan atau penyakit menular


lainnya.

kredit dan hibah, serti

mendukung yaitu adanya pemUerian


adanva

KLMANDIKIAN

No. 2, Agustus 201I

Tabel4. Hasil Analisis Matrik IFE


Faktor Internal Bobot
Rata-rata 0,0771 0,0865 0,0514 0,0611
2

Rating
Rata-rata 4
3

Nilai
Tertimbang 0,2945 0,2790 0,1715 0,1410 0,3743
0,1369 0,3825 0,2372

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1 2. 3.

KEKUATAN
Lokasi usaha peternakan yang strategis Usaha memiliki saluran distribusi yang efesien sehingga menghemat waktu dan biaya Menghasilkan produk yang ASUH (Aman-Sehat-

Utuh-Halal)
Menghasilkan produk yang berkualitas baik
Menerapkan sistem pencacatan data keuangan dengan baik Memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman

0,1042
0,0656

Memiliki tingkat kelayakan finansial (NPV ; Net

0,r 130
0,0627 0,1117
J

BCR;IRR)positif
Memiliki tingkat sensitivitas ftepekaan terhadap perubahan harga) cukup baik Produksi telur cukup tinggi (lebih dari 50%) KELEMAHAN
Keterbatasan modal Belum mampu memenuhi permintaankonsumen Keterbatasan modal / Skala usaha < 1000 ekor 0,0935

0,3452

0,1472
0,0659

-- J ;.)
J

0,2413 0,2802
0,1661

Dari Tabel 5.4 menunjukkan bahwa

berperan penting dalam pengembangan


usaha Ayam Arab Petelur, adapun untuk lokasi peranannya relatif lebih kecil, karena secara umum semua lokasi dianggap sama. Selanjutnya pada kolom rating, nilai tertinggi menunjukkan bahwa faktor kunci sangat kuat dibandingkan pesaing, yakni skor tertinggi pada lokasi, sistem pencatatan

nilai rata-rata tertimbang antara bobot dan


rating dari masing-masing faktor kunci, baik intemal kekuatan maupun internal kelemahan, dimana hasil yang diperoleh adalah 3,0496 artinya faklor kunci intemal
usaha adalah kuat.

Pada kolom bobot daPat dilihat bahwa nilai tertinggi tingkat kelayakan
usaha (0, 1 I 3 0) disusul produksi telur cukup tinggi (0,1117), sedangkan nilai terendah diperoleh pada lokasi usaha. Artinya bahwa

keuangan, dan tingkat sensitivitas akan


perubahan harga yang masing-masing rating

4, hal ini menunjukkan bahwa ketiga faktor kunci tersebut di atas lebih kuat dibanding
pesaing.

tingkat kelavakan dan jumlah produksi telur

2.

Analisis Matriks EFE


Tabel 5.5. Hasil Analisis Matrik EFE Faktor Eksternal

Bobot Rating
0,0959 0,1037 0,0591 0,0784

Nilai

Rata-rata Rata-rata Tertimbang


0,3428
0,3242
0,1901
0,1 81

1.

PELUANG Meningkatnya pertumbuhan penduduk setiap tahun


khususnya Sulawesi Selatan

2.

4.

Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat alamiah (Back to Nature) Pembinaan dan pelatihan tentang usaha agribisnis Ayam Arab Petelur oleh pemerintah Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu adanya pemberian kredit dan hibatu serta adanya kebijakan mencegah penyakit flu burung dan atau penyakit merrular lainnya

Sensitivitas Dan Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur Berbasis Agribisnis Di Kabupaten Sidenreng Rappang 98-109 (Djumadil Djalil, Ansar, Abdul Azis Ambar)

i04

ANCAMAN
Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur di Sulawesi Selatan tidak mengalami perkembangan. 0,1272
0,0791 0,1304

0,4739 0,2171 0,4527 4


2

2. Harga telur yang fluktuatif (naik-turun) tiaat 3. Y:dun"Vu penyakit flu burung di beberapa daerah di Indonesia 4. Dampak anomali iklim yang tidak dapat diprediksi 5. Persaingan dengan usala sejenis 6. Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap usaha
tinesi
menenfu

0,0739 0,1327 0,1205

0,2906 0,3104

0,2878

D. Tahap Pencocokan (Matching l. Analisis Matriks IE

Stage)

Total Skor IFE


Kuat

Rata-rata
2.0

I-emah

Tinggi
Total
Skor
EF'E Menengah

4.0 3.0 3.0604

3.0

,.*n

II

UI
YI
TX

2.0 Rendah
1.0

IV

v vIII

!.II

Gambar 5.1 Positioning Usaha Ay

2.

Analisis Matriks SWOT

SWOT maka alternatif atau pilihan shategi yang dapat diberikan untuk mengembangkan usaha peternakan Ayam Arab Petelur di Kabupaten Sidenreng Rappang adalah sebagai
berikut:

Berdasarkan analisis Matriks

3)

b) Meningkatkan kualitas SDM melalui Diklat dan pelatihan (Wl, V/2, 1W3 dan 02, O3).
Strategi S-T

a)

Pengembangan produk melalui upaya diversifikasi usaha (S1, 53,


54, 57, S8 dan T1, T2, T5).
Fungsi

]p

l) Strategi S-O a) Mempertahankan dan aku ' meningkatkan kualitas produk (Sl, s2, s3, s4, s5, 56, 57, Sg dan ol, 02,o3,o4). b) Meningkatkan kapasitas produksi c)
(S1, 52, 57, S8 dan

b) Revitalisasi peran dan

Kelompoktani (Sl, S2, 53, 55 dan

4)

T2,T3, T4, T5, T6).


Strategi W-T

a) Mengatur sistem manajemon yang baik (W1, W2, W3 danT2,T3,T4,

Ol, 02, 04)

Menjalin hubungan baik dengan pelanggan (S1, 53, 54, 58 dan 01,

Ts) b) Mempererat hubungan kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir

2)

02,o3,A4).

Strategi W-O

a)

Penguatan Modal dengan beke{asama dengan pihak


pemerintah atau swasta W3 dan 01, 02, O4).

Untuk lebih lengkapnya hasil analisis Matriks SWOT (4 faktor sel


faktor strategi) unhrk pengembangan usaha Ayam Arab Petelur di Kabupaten Sldenreng Rappang sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 6.
kunci) dan pilihan strategi yang layak (4

(Wl,W2 dan Tl, T2, T4, T5).

(Wl,

V/2,

105

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

Tabel

6 Hasil

Analisis Matriks SWOT Strenghts - S


Weaknees

-W

Faktor Internal

(Kekuatan) t. Lokasi usaha peternakan yang


1.

(Kelemahan)
Keterbatasan modal permintaan konsumen
J. Keterbatasair

Fak\or Eksternal

strategis 2.

2. Belum marnpu memenuhi

Usaha memiliki distribusi yang


dan biaya

saluran efesien

modal

sehingga menghemat waktu


3.

Skala usaha < 1000 ekor

Menghasilkan produk yang

ASUH
Halal)
4. 5.

(Aman-Sehat-Utuh-

Menghasilkan produk yang


berkualitas baik

Menerapkan
pencacatan
dengan baik

data

sistem keuangan

6.
7.

Memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman Memiliki tingkat kelayakan


finansial (NPV
IRR ) positif

; Net BCR ;

8.

Memiliki tingkat sensitivitas

(kepekaan terhadap perubahan harga) cukup baik


Opportunities - O (Peluang)

Strategi SO

Strategi WO
dan

Meningkatnya pertumbuhan
tahun khususnya Sulawesi Selatan Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang

penduduk setiap

l.

Mempertahankan
02, o3,o4)

1. Penguatan Modal dengan

Meningkatkan kualitas produk

beke{asama dengan pihak


pemerintah atau swasta (W1, W2, W3 dan Ol, 02,

(s1, s2, s3, s4, s5, s6, s7, s8


dan 01,

mengarah ke sifat alamiah (Back to I'{ature)

2.

o4)

Meningkatkan

kapasitas

dan pelatihan 02,04) tentang usaha - agribisnis Ayam Arab Petelur oleh 3. Menjaiin hubungan
Pembinaan
pemerintah

produksi (S1, 52, 57, 58 dan 01,

2.

Meningkatkan kualitas
dan

SDM melalui Diklat


Pelatihan

baik

(Wl, W2, V/3 dan 02, 03)

febijakan pemerintah yang mendukung yaitu adanya pemberian kredit dan hibah,

dengan pelanggan (S1, 53, 54, S8 dan O1, 02, 03,

o4)

{'

serta adanya kebijakan


lainnya Threals

mencegah penyakit flu burung

dan atau penyakit menular

-T
Strategi ST
rendah

(Ancaman)

Strategi WT

l. Daya beli yang

l.

Pengembangan produk melalui

menyebabkan konsumsi telur

upaya diversifikasi vertikal atau


horizontal
(S1, S3, 54, S7, S8 dan
T5')

di

Sulawesi Selatan tidak

Mengatur sistem manajemen yang baik (Wl, W2, W3 dan T2,T3,


T4, T5)

i.

mengalami perkembangan. 2. Harsa

Tl,T2,

telur yang fluktuatif

Sensitivitas Dan Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur Berbasis Agribisnis Di Kabupaten Sidenreng Rappang (Djumadil Dialil, Arsar, Abdul Azis Ambar) 98-109

106

(naik-turun) tidak menentu 3. Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah di Indonesia 4. Dampak anomali iklim yang tidak dapat diprediksi 5. Persaingan dengan usaha
seJems

2. Revitalisasi peran dan Fungsi


Kelompokrani (S1, S2, 53, 55 dan

2.

Menjaga hrrbr"g*

T2,T3, T4, T5, T6)

kerjasama dengan subsisiem hulu dan hilir (W1,W2 dan T1, T2,T4,

Ts)

6.

Kekuatan
tinggi

pemasok terhadap

tawar-menawar
usaha

E.

1.

Tahap Keputusan (Decision Stage) Analisis QSPM Adapun prioritas strategi untuk pengembangan usaha peternakan _ Ayarn Arab Petelur adalah sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel5.7 Hasil Analisis OSpM dan No Altematif


1.

2.
J.

4.

5. . Meingkatkan kualitas SDM melalui Dik_lat dan pelatihan I Pengembangan produk melalui upaya diversifikasi 7 Revitalisasi peran dan fungsi kelompoktani 8 Mengatur sistem manajemen yang baik 9. Menjaga hubungan kerjasama dengan subsistem hulu dan
hilir

Mempertahankan dan atau meni@ Meningkatkan kapasitas produksi Menjalin hubungan baik dengan pelanggan Penguatan Modal dengan bekerjasama dingan pihak pemerfurtah atau swasta

STAS 6,606 6,397 6,093


6,376 6,807

4
6
8

7
J

6,076 7,645 7,339


6,559

I
2
5

2. Rekomendasi

Strategi

analisis yang telah dilakukan, maka


pengembangan usaha
sebagai berikut:

Setelah diperoleh data dari hasil

2)

Mengembangkan sistem

sebagai bagian dari

dapat direkomendasikan strategi prioritas upaya

Ayarn

Petelur berbasis agribisnis yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang adalah

Arab

miningkatkaa efisr.:nsi a*

produksi yang baik, mulai dari hulu (penyediaan sarana dan prasarana produksi), proses produksi, sampai sektor hilir (pemasaran hasil). Hal yang demikian dimaksudkan dapat
sehingga

@en

efektivitas usahq

l) Revitalisasi peran dan


kelompoktani sebagai
kerjasama, kelas

fungsi

dan sebagai unit usah4 melalui kelompok diharapkan permasalahan baik kelemahan ataupun ancaman yang dihadapi dalam usaha Ayam

wahana belajar mengajar

3) Peningkatan SDM perernak iru sendiri, bukan maksud untuk mengesampingkan kemampuan pendidikan dan latihan
peternak, namun dengan program
yang

pendapatan dan kesejahteraan para peternak juga meningkat, dan

Arab Petelur dapat


mengembangkan

teratasi.

Revitalisasi dipandang perlu untuk


kemampuan,

kolektivitas dan juga lebih penting


meningkatkan posisi tawar-menawar

meningkat, terutama menyangkut teknologi baru yang cocok unhrk diterapkan.

petemak semakin

terprogram diharapkan kemampuan

peternak dengan pihak lain, baik sektor hulu maupun sektor hilir.

IA7 KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

KESIMPI]LAN Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara
lain sebagai berikut:

Pertanian Periksnan
Penyuluhan.

dan

Kehutanan Kabupaten Sidenreng Rappang. BPKP Sidrap: Bidang

1. Hasil analisis kelayakan


yang besar.

menunjukkan bahwa usaha Ayam Arab Petelur adalah layak, dan memiliki tingkat sensitivitas

2011. Revitalisasi Gabungan Kelompoktani (Gapoklan) dan Kelompohani (Poktan) tingkat


Kabupaten Sidenreng RaPPang.

2. Berdasarkan hasil analisis lingkungan intemal dan ekstemal usaha, Yang

Sidrap: Bidang

Penluluhan

BPKP.

.menjadi kekuatan bagi usaha adalah lokasi yang strategis, saluran distribusi dan pemasaran baik; Kelemahan Yang dimiliki usaha adalah keterbatasan modal dan skala usaha Yang belum mamPu bersaing. Peluang bagi usaha adalah
meningkatnya pertumbuhan penduduk, kesadaran konsumsi masyarakat yang

Badan Pusat Statistik, 2011. Sidenreng Rappang dalam Angka Tqhun

2010. SidraP: Badan


Statistik.

Pusat

David, F.R., 2006. Manaiemen Strategis.


Jakarta: Salemba EmPat'

meningkat, pembinaan dan pelatihan serta kebijakan pemerintah. Ancaman bagi usaha adalah daya beli masyarakat
yang rendah, harga telur yang fluktuatif, ancaman serangan flu burung, anomali iklim, persaingan usaha dan kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap usaha. Berdasarkan analisis Matriks IE, usaha

Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten

Sidrap, 2011. LaPoran Tahunan Dinas Pertqnian dan PerkPbunan


Kab upat en
S i de

nr eng RaPP an g -

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

3.

dapat ditumbuh

melalui 9 strategi

dan

berdasarkan analisis SWOT- Adapun rekomendasi prioritas strategi adalah

kembangkan, Yang laYak

Sidrap, 2011. LoPoran Tqhunan Dinss Peternakan dan Periksnan


Kabupaten Sidenreng RaPPang -

Downey, D.D.,

&

Trocke, J.K.,

1989.

Revitalisasi peran dan fungsi kelompollani, mengatur sistem manajemen yang baik, dan Meningkatkan kualitas SDM melalui
Diklat dan Pelatihan.

Agribussines Management USA: Mc Graw Hill, Inc.

Ge$inger,

J.P.,
Press.

1986.

Analisis Ekanomi

Pertaniqn. Proyek-Proyek Jakarta: Universitas Indonesia

Anonim, 2}ll. Data Produksi Telur . lttasionat Pada Tahun 2010' Jurnal ISPI (Ikatan Sarjana
Petemakan Indonesia).

DAFTARPUSTAKA

Hamsie,

A.H.. 1992. Agribi;nis


Pertanian.

(Materi Pelatihan Bagi PPS dan Pondok


Pesanteren). Bogor: DePartemen

Arsyad,

M.,

2011. Dikfat Mata Kulialt Analisis KelaYakan Agribisnis P rogram Pascasarj ana UMPAR'
Parepare: UmPar Press.

Hasan

I.M., 2002. Poknk-Pofutk Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

Austin, J.8., 1992. Agroindustrial Praject AnalYsis. London: The Johns


Hopkins UniversitY Press. Badan Penluluhan dan Ketahanan Pangan,

Khotimah, K., Sutawi AS., Maleha & Evita S.H., 2002. Evaluqsi ProYek dan Perencqnaan Usaha. Jakarta:
Ghalia Indonesia & UMM Press.

2011. Progtama

PenYuluhan

Sensitivitas Dan Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur Berbasis Agribisnis Di Kabupaten Sidenreng Rappang 98-109 (Djumadil Djalil, Ansar, Abdul Azis Ambar)

108

Kinnear, T.C.,

& Taylor, I.R., lggl.

Aproach. Mc Graw Hill


lntemational Edition.

Marketing Research ond Applied

Wirashasmit4 R.A.R., Maman K.S..

..r
:,

Kamus Lengkap irl.t,..; :,,


Bandung: Penerbit pionii" Ji; ;,

H.S., & Brenggan M." . i,..,.

Kotler, P., 2005. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, dan


Pengendcrlian Terjemahan. Edisi

Zulfaji, E.M., & Senja, R.A., 20A1. Kqmz,,.;

Lengkop Bahosa

Indonesia

Kelima. Jakarta: Erlangga.

Jakarta: Penerbit Difa pubtisher.

Linawati, 2009. Formulasi

Strategi Fqrm

Arab Petelur di Triss

Pengembangan Usaha Ayam

Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Slvipsi. Bogor: IPB Press.


Nasir, M., 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nasution,

5., Metode
Bumi Aksara.

Research. Jakarta:

Pasaribu,

A.M., Yusuf, D.,

&

Amiluddin,

2005. Perencanaan dan Evaluasi

Proyek Periksnan.

Makassar: Hasanuddin University Press,

2010. Diloat Mata Kuliqh Manajemen Agribisnis Semester


L Parepare: Umpar Pasca Press.

Soekartawi, 2003. Agribisnis, Teori dqn

Aplikasinya. Jakarta:
Grapindo Persada.

Raja

Sujionohadi, K., & Setiawan, A.I., 2009. Ayam Kampung Petelur. Jakarta:
Penebar Swadaya

Susilorin, T.E., Sawitri M.E., & Muharlien,

. 2009. Budidaya 22
Potensial. Jakarta:
Swadaya.

Ternak
Penebar

Tadjo, M., 2A09. Agribisnis, Strategi dan


Aplikasi. Sengkang: Lampena
Triharyanto, B., 2001. Beternak Ayam Arab. Yogyakarta: Kanisius.

Umar, H., 20O8. Strategic Management in

Action. Jakarta: PT
Pustaka Utama.

Gramedia

109 KLMANDIKIAN

Voi. 3 No. 2, Agustus 2011

PENGARTIH MOTIVASI DAN KOMPETENSI KERJA TERIIADAP PENDAPATAN PETERNAK SAPI BALI DI KECAMATAN BALUSU KABUPATEN BARRU Motivation and Work Competence Effect to the Bredded Income of the Bali's Cow on Balusu Subdistrict of Barru Regency

Sulaiman

S, Masnama Tadjo, Abd.

Munir

Abstrak Gejala rendahnya pendapatan peternak sapi Bali di Kecamatan Balusu Kabupaten Batu yang milatarbelakangi penriignya penelitian ini. Fahor redahnya pendapatan peternak sapi Bali

ini disebabkan ,"idohnyo motivisi dan kompetensi keria peternak itu sendiri. Penelitian sebagai beternak" pengalaman dan kedisiplinan, tingkat bertujuan untuk (l) Apakah kerjasama, bagiLn dari kompeteisi sumbeidaya manusia dan motivasi berperan dan berpengaruh terhadap peidapatan petirnak sapi bali di Kabupaten Barru. (2) Manakoh fahor-fahor yang dominan 'brrprigrrri terhadap pendapatan petani ternak sapi Bali di Kabupaten Barru' Populasi peieliian adalah 320 piternai di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru yang diambil 20% atau '64 orang anggofa sampel. Pengumpulan data dilqkukan dengan observasi, interview, kuesioner dan doium"ilasi. Serc\ah data diperoleh diolah dengan menggunakan olah data spss regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (l)Variabel Kerja sama, tingkat kedisiptinin, dan pengalaman beternqk sebagai bagian dari kompetensi sumber doya manusia dqn motivqst birperan dan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pendapatan peternak sapibali di Kabupatei Barru (2) faktor yang domintn berpengoruh terhadap -pendapatan petani ternak topt bdi di Kabupaten Barru adalah pengalaman beternak
Kata Kunci: Motivasi, kompetensi dan pendapatan

Abstract
The low indication of the Bali's cow breeder income on Balusu subdistrict of Barru Regency as background this research importance. The low factor of the Bali's cow breeder income was

,ourid the low of the both breeder work competency and motivation. This research aimed to (l) whqt hqd the cooperation, the discipline rate, and the breed experience, as section from humqn

resource competence and motivation played role and effected to the Bali's cow breeder income on Barru Regency. (2) Where hadthe dominanfactors affectedtothe Bali's cow breeder income on

Barru Rigeniy? The research populations were 320 breeders on Balusu subdistrict of Barnt Regency ioui tok"n about 20%o or 64 peoples the sampel members. The data colleting was
conducted with abservation, interview, questionnaire and documentation. After the dqta acquired was proceised with using the multiple regression from SPSS for windows. The research outcome

shoied that (l) The cooperation variabel, the discipline level, and the breed experience as subdivision from the humin resource and motivation have significantly played role and effected and posititi to the Bali's cow breeder income on Baru Regency (2) the dominan factor have
ayeited to the Bali's cow breeder income on Barru Regency was the breed experience.
Keywords: Motivqtion, competence and income

PENDAHULUAN

pembangunan nasional masih cukuP


penting, terutama pada pembentukan PDB, penyediaan bahan pangan dan industri,

Pada masa krisis ekonomi dan moneter, di mana sektor lain mengalami
pertumbuhan negatif, sektor pertanian masih

mampu tumbuh positif yang ditunjukkan

perolehan devis4 sumbsr pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja dan


pertumbuhan sektor lainnya. Secara umum,

pada PDB (Produk Domestik Bruto)


pertanian nasional tumbuh rata-rata
0,8o/o

penanggulangaa kemiskinan serta penciptaan iklim yang kondusif bagi


110

per tahun. Sampai saat ini peranannya dalam

Dan Kompetensi Kerja Terhadap Pendapatan Petemak Sapi Bali Di Kecamatan Balusu Kabupaten Bamr 110-117 (Sulaiman S, Masnama Tadjo, Abd' Munir)

P*c".rh M"tt"^l

usaha berbasis pertanian. pertumbuhan yang terus


nasional.

;uga mJn;aai -sektor andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi perdesaian melalui peng"mbingao

nas.rlnal.

sektor pertanian terbukti lebih tangguh bertahan dan mampu pulih lebih c"Jpat dibanding sektor-sektor lain, sehinjga berperan sebagai penyangga prmO*g,rilo
pertanian

konsisten, sektor pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi Dalam pelaksanaan otonomi daerah diperlukan penyesuaian dalam penerapan

positif secL

Denian

sehingga ditetapkan ,iUugui kon.l unggulan daerah. Olehnya itq l,i,;r Peternakan Kabupaten B;rru senantiasa

kerbau sebanyak 373 ekor. Data tr,,r. menunjukkan bahwa sapi adalah ko,;, ternak besar dengan populasi terb.r , . .
i
r

54.136 ekor, kuda sebanyak 2.451 ek

dengan

program pengembangt*, feruqaVa TenI .usun ternak sapi selain temak tainnya antara ia;,r

melakukan

pembinaan kelompok

prinsip-prinsip manajemen perenftrraan pembangunan pertanian yang merupakan


menetapkan bahwa titik berat manajemen pembangunan berada pada pemerintah daerah, kabupaten dan kota.
kabupaten/kota maka diperlukan proses penyusunan perencaniuul button_up yang mampu menampung aspirasi masyarakat pelaku agribisnis, yaitu melalui penjekatan
tahap

pengembangan peternakan.

guna mencapai tujuan dan

menunJang program pengembangan terselri

tani temak untuk


r

d;ir,

sas,u.l

yang

konsekwensi atas diberlakutuo.ryu UU No. 22 tahun 1999 dan tIU No. ZS iatrun 1SSS

diusahakan pemecahannya yaitu

Berdasarkan uraian yang tele.h dipaparkan sebelumnya, maka -terdapli lgberapa perrnasalahan pokok yang perl,,

l.

otonomi daerah yang berbasis

Untuk menjiwai semangat reformasi dan


di

pengalaman beternak, sebagai -Oan bagian dari kompetensi sumberdJy;r manusia dan motivasi berperan dar berpengaruh terhadap pendapatan

Apakah kerjasama, tingkat kedisiplinzur,

- Manakah 2. I

peternak sapibali di Kabupaten Bamr.

faktor-faktor yang domina;,

perencan&ur partisipatif. proses ini


perencanaan, dimulai dari perencanurn ai

dilakukan melalui rangkaian

regional penyusuuu berbagai


pembangunan pertanian.

di tingkat Kabupaten, di tingkat proplnsi, rapat regional penyusunan program seria


proyek

tingkat lapangan/kelompok,

Rakorbangtan

,:.!"4"p

kerjasama, kedisiplinan, p"n[du**, betemak, dan motivasi berpengarut,


pendapatan petemak

berpengaruh terhadap pendapatan petani ternak sapi Bali di Kabupaten Bamr. Adapun tujuan penelitian ini adalah: menganalisis bagaimana peranari -Untuk

2. Unhrk

di Kabupaten Bamr.

rupin*;

satu sentra produksi sapi khususnya sapi l{i d* menjadi daerah pemurnian sapi Kabupaten Enrekang berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 46gNill/1g76

Kabupaten Bamr merupakan salah

menganalisis faktor_faktor yang sangat dominan berpengaruh terhadap

gendapatan peternak
Kabupaten Bamr.

sapi Bali

O';

Bali bersama dengan Kabupaten Bone

dan

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu penelitian


Penelitian

Sebagaimana ditunjukkan dalam Kabupaten _d3lam Angka {20t1) bahwa pada tahun 2011 populasi temak sapi sebanyak

dikenal oleh masyarakat di

iklim dan geografis serta umumnya

terbukti mampu beradaptasi dengan kondisi


Bamr.

peternakan yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Bamr karena


telah

Bibit Sapi Bali di propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan tanggal l l Agustus i976. Di Sulawesi Selatan adalah Kabupaten Bamr. Sapi adalah sumberdaya lokal

tentang Penetapan Daerah-Daerah Sumber

(J.

berdasarkan metode purposive sampling

dan Lampoko. penentuan lokasi ini


Suprianto,

Binuang, Madello, Takkalasi. Kamiri

di Kecamatan Balusu Kabupaten Bamr, yaitu: Balusu,


enrm Desa

ini

dilaksanakan pada

dilaksanakan selama tiga (tiga) bulan.

2007). penelitia; inl

B. Desain Penelitian

Desain penelitian

yaitu

B3rru

dimana tingkat pendapatan *"*puk* variabel terikat sedangkan keriasama

menggunakan analisis imferensia dengan menggunakan regresi linier berganda

ul

KE-MANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 20l l

kedisiplinan, pengalaman dan motivasi


merupakan variabel bebas.

D. Populasi dan Sampel

a) Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peternak sapi yang menjacii anggota kelompok tani ternak pada

C. Definisi Operasional

a. Sapi Bali (Bos sondaicus)


keturunan

adalah merupakan salah satu bangsa sapi asli dan murni Indonesia yang merupakan

enam desa,/kelurahan

asli banteng (Bibos banteng) dan telah mengalami proses


b. Petemak adalah orang
3.500 SM di lndonesia.

kecamatan yang menyebar ke seiunrh desa.ikelwahan

Balusu Kabupaten Bamr


jumlah sarnpel sebanyak 20

di

sebanyak 320 peternak, adaprr

domestikasi yang terjadi sebelum


yang

% drt

320:64

responden.

b)

Sampel

c. Populasi ternak sapi

membudidayakan temak sapi. adalah

Pengumpulan sampel dilakukan

dengan cara melihat

jumlah

sekelompok temak sapi yang berada pada suatu daerah tertentu.

(populasi) peternak sebanyak 320

d. Pendapatan adalah pendapatan bersih


yang diterima petemak dalam kurun waktu satu tahun (memperhitungkan

orang sehingga peneliti akan mengambil sekilar 20 % dari populasi yang ada dan akan menghasilkan ju*lah sampel
sebanyak 64 responden.

nilai tambahan ternak


skala likers.

dalam

setahun), ukurannya menggunakan

E. Teknik Pengumpulan
Sumber data

Data

dan
data

e.

Produktivitas Ter:nak Sapi adalah


kemampuan seekor temak sapi untuk

Dalam pengumpulan

menghasilkan keturunan secara kontinyu dan memrtjukkan kondisi tubuh yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan, hal ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan
petemak.

penelitian teknik yang digunakan adalah metode survei yang terdiri dari Observasi, Dokumentasi dan wawancara sedangkan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

f.

Kerjasama adalah terjadinya suatu hubungan kerja yang timbal balik


antar peternak dengan petemak atau antar peternak dengan instansi terkait seperti Pemerintah Daerah, lembaga penelitian dan perguruan tinggi guna

F. Teknik

Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan


untuk mengolah data yang dikumpulkan
dalam penelitian adalah:

mendapatkan manfaat atas usaha temak mereka sesuai dengan tujuan


yang telah ditetapkan.

1. Pengujian hipotesis menggunakan metode regresi linier berganda (Sudana, 2002), dengan runus,

g. Pengalaman Betemak adalah' lamanya peternak menekuni.


mengetahui seluk beluk dan mampu

I = 8o +81f1 + B2X2+ 81tr3 +8+X+ + E


Dimana:

dengan formula sebagai berikut:

Y:
X2

Xl :

Pendapatan peternak sapi

mengatasi solusi terhadap masalah


usahanya.

Kerjasama

Kedisiplinau

h. Kedisiplinan adalah sikap

dan

tingkah laku peternak yang timbul dari did sendiri terhadap aturanaturan pengembangan ternak sapi dan ketekunan peternak dalam melakukan usaha pengembangan temak sapi. Motivasi kerja adalah upaya

X3: Pengalaman beternak X4: Motivasi 81*84: Parameter yang akan


ditaksir Bo: Konstanta

E:

Kesalahan estimasi

i.

menggerakkan

diri sendiri

oleh

petemak untuk mencapai sasaran dengan penuh kesadaran dan


bertanggung jawab.

2. Pengujian hipotesis. - Uji F untuk mengetahui pengaruh bersama-sama semwr variabel


terhadap pendapatan petani

Pengaruh Motivasi Dan Kompetensi Kerja Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Bali Di Kecamatan Balusu Kabupaten Bamr 1 l0-l (Sulaiman S, Masnama Tadjo, Abd. Munir)

t12

l7

- Uji T untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari setiap variabel - Uji Statistik Ho : b1 :0, Ht : bl
0
trebas

sampai 58,2 meter dari permukaan


laut

2.

Karakteristikresponden

- Bila F Hitung > F Tabel, maka Ha


diterima, Ho ditolak artinya secara bersama-sama variabel bebas
mempengaruhi pendapatan

Data penelitian ini adalah para petemak sapi Bali di Kecamatan Balusu Kabupaten Bamr terdiri atas 64 orang, dengan responden jenis
sebanyak 4 orang, dimana tingkat keterlibatan perempuan dalam

diterima, Ho ditolak
pendapatan

Bila T Hitung > T Tabel, maka Ha


artinya

dan jenis kelarrin p"."-p.r*

kelamin laki-laki sebanyak 60 orang

variabel tersebut mempengaruhi


kepercayaan a = 0,05

Pengujian dilakukan pada taraf

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis regresi linier

pekerjaan pemeliharaan temak sapi bali berkisar 6,3 o/o dan jenis kelamin Iaki-laki berkisar g3,B oh. Analisa regresi linier berganda
berganda

A. Hasil Penelitian

1.

Keadaan Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Balusu merupakan salah satu Kecamatan yang ada dalam wilayah Kabupaten Bamr, wilayah Kecamatan Balusu terdiri dad 6 Desa,/Kelurahan yang terletak di pesisir pantai dengan ketinggian 2

dilakukan dalam penelitian ini adalah menjawab hipotesis bahwa kerja

sam4 kedisiplinarl

pengalaman

berpengaruh signifikan terhadap upaya peningkatan pendapatan peternak sapi Bali di Kabupaten Bamr. Adapun ringkasan analisis regresi linier berganda dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

betemak dan motivasi berperan dan

Tabel

kabu

Linier Berganda variabel kerja sam4 kedisiplinan, pengaraman |:,lf1,1rrr_1:flti beternak dan motivasi terhadap upaya peningkatan pendapatan
Barnr Koefisien
represi T hitung 3,447 2,5A9

p"i"*ut

sapi bali di

Variabel independen Kontanta


Kerjasama

Nilai
probabilitas
0,001

Korelasi
Parsial

4,909 2,573
1,778 3,080

Kedisiplinan
Pengalaman betemak

0,01s

2,321
4,167

0,024
0,000 0,000

Motivasi
Adjusted R'
SEE F hitung

2,703
0,720 0,98520 41,543 0,000 4.14

5,320

0,310 0,289 0,s69 0,477

Probabilitas F
F tabel Sumber: data diolah, 2012

B. Pemtrahasan
Berdasarkan uji statistik diperoleh

secara probabilitas diperoleh nilai probabilitas 0,015 < 0,05 sehingga kita dapat menerima Ha dan menolak Ho,

t hitung = 2,508 > r tabel 2,00

dan juga

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petemak sapibali di

atau dengan kata lain variabel kerja sama

Sapi Bali di Kecamatan Balusu ini didukung clari hasil uji t diperoleh t hitung :2,3D1 >
Kabupaten Bamr, hal

ke{asama terhadap pendapatan peternak sapi Bali adalah sebesar 2,573.yariabel Kedisiplinan mempunyai pengaruh yang signihkan terhadap pendapatan petemak

Adapun besar kontribusi


113

Kecamatan Balusu Kabupaten Bamr.


variabel

t tabel 2,00 dan juga secara probabilitas diperoleh nilai probabilitas 0,024 < 0,05 sehingga kita dapat menerima Ha dan
menolak

Ho, atau dengan kata

lain

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

variabel kedisiplinan

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak

sapi bali di Kecamatan Balusu Kabupaten Bamr. AdaPun besar

kita dapat menerima Ha dan menolak Ho, atau dengan kata lain variabel Motivasi berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan petemak sapi Bali

kontribusi variabel disiplin sebesar 1.778. Variabel Pengalaman betemak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pendapatan peternak Sapi Bali di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru,

di Kecamatan Balusu Kabupaten Bamr.

Adapun besar kontribusi

variabel

motivasi yang diberikan adalah sebesar


2,703. Berdasarkan pengamatan peneliti, hubungan kerja sama menjadi salah satu sumber kemarrpuan bagi peternak atau

hal ini nilai

didukung dari

diperoleh t hitung
dan juga

> t tabel 2,00 diperoleh probabilitas secara

:4,167

hasil uji t

kelompok petemak sapi pendekatan

di

Kabupaten

Barm yang masih memerlukan berbagai

probabilitas 0,000 < 0,05 sehingga menerima Ha dan menolak Ho, dapat kit atau dengan kata lain variabel

diharapkan mampu
sapi mereka.

ilmiah. Pendekatan

ini

untuk

mengefektifkan kegiatan pemberdayaan

pengalaman betemak

berPengaruh signifikan terhadap pendapatan petemak sapibali di Kecamatan Balusu Kabupaten Bamr. Adapun besar kontribusi variabel

petemak dalam pengembangan ternak

pengalaman beternak adalah sebesar


3,080.

KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan


yang telah dikemukakan, maka kesimpulan

Dari uraian diatas disimPulkan bahwa variabel pengalaman aCalah

yang dapat ditarik dalam penelitian ini


adalah:

variabel yang paling memberikan kontribusi

dominan
terhadaP

pendapatan peternak saPi Bali Kecamatan Balusu KabuPaten Bamr dibandingkan dengan variabel kerja sama, kedisiplinan dan motivasi, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata total jawaban responden terhadap variabel pengalaman sebesar 4,20 (tala-rala tolal kerjasama 4,17, kedisiplinan 3,28 dan motivasi 2,88.). kedominan variabel pengalaman dapat dilihat juga dari koefisien regresi variabel pengalaman
di

1. Variabel Kerja sama,

tingkat

kedisiplinan, dan pengalaman beternak sebagai bagian dari kompetensi sumber


daya manusia dan motivasi berperan dan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pendapatan petemak sapibali di Kabupaten Bam.r sesuai dengan hasil yang telah dilakukan dengan menggunakan hipotesis uji F. Faktor-faktor yang dominan berpengaruh

2.

terhadap pendapatan petani ternak sapi

Bali di

Kabupaten

adalah 3,080 lebih besar koefisien regresi variabel kerjasama 2,573,


kedisiplinan 1,778 dan variabel motivasi

pengalaman beternak

Bamr adalah hal ini telah

sebesar 2,703. Terakhir, kedominan

variabel pengalaman Yang


parsial antara variabel

Paling dominan juga dapat dilihat dari korelasi


pengalaman

dibuktikan pada hasil analisis kami yang menggunakan program SFSS dan telah didukung dari hasil uji t. Begitujuga dari ketiga hasil pengolahan kami dimana

rata-rata

total jawaban

responden

dengan pendapatan peternak sapi Bali adalah 0,569 lebih besar dibandingkan

terhadap variabel pengalaman beternak sebesar 4,20, ini lebih besar dari rata-rata total jawaban responden dibandingkan

dengan korelasi parsial dari variabel


kerja sama 0,310, kedisiplinan 0,289 dan

dengan variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadaP PendaPatan


peternak sapi bali dan untuk uji koefisien

motivasi 0,477. Variabel Motivasi mempunyai pengaruh yang signifikan


terhadap pendapatan peternak Sapi Bali di Kecamatan Balusu Kabupaten Bamt,

hal ini
dan

didukung dari hasil

diperoleh t hitung

juga

5,320 > t tabel 2,00 secara probabilitas diperoleh

uji

regresi pengalaman betemak sebesar 3.080 juga lebih besar dari variabel lain yang berpengaruh serta untuk uji korelasi parsial variabel pengalaman betemak sebesar 0,569 juga lebih besar dari uji korelasi parsial dari variabel lain
yang sama-sama berPertgaruh.

nilai

probabilitas 0,000 < 0,05 sehingga

P*g*rh M"ttr^t

Dan Kompetensi Kerja Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Bali Di Kecamatan Balusu Kabupaten Bamr 1 10-1 17 (Sulaiman S, Masnama Tadjo, Abd. Munir)

114

DAFTAP.PUSTAKA Anonim. 201A. Kajian Strategi pencapaian Rencana pengembangon Seiuta ,Sapi di proyinsi Sulawesi Selitan,

2A04. Buku Statistik peternakan Tahun 2003. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina produksi peternakan
Departemen pertanian.

f)inas petemakan dan

Kesehatan

Hewan Provinsi Sulawesi Selatan,


Makassar.

Downey, W.D. dan Erickson, S.p.

19g7.

Manaj e men Agr ib is ni s - Te{ emahan

dengan Badan pusat Statistik


Kabupaten Barru.

Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bamr Bekerjasama

2011. Banu dalam Angka 2011,

oleh Sirait, A dan Ganda, R. Erlangga. takarta. Donald. 2007.


Management
Jakarta.

Penerbit Gramedia
Selatan:

In Human

Resource,

pustaka-

Ella A. 2002. Crop Livestock System di


Sulqwesi

2011. Kecamatan Balusu dalam


Angka 2011, Badan pusat Statistik
Kabupaten Bamr.

pelaksanaan kegiatan. Wqitazoa l2(l): t8-23.

suatu tinjauan

2010. Buletin Dinas peternakan


2010, Dinas Petemakan Kabupaten Bamr.

Ermaya Santika. 2000. Morivasi: Suatau

Asmaun. 2000. Tetmik Menombah Pengolaman Bidang Kerja,


Penerbit Bina llmu, Solo.

Penerbit: Reman_dja Rosdakarya,


Bandung.

meningkatan Kinerio

Pengontar dalam

Tinjauan
SDM,

Evami. 2001. Menjadi SDM


Berpengalaman

yang

Bahri, S. 2003. Strategi

dan

profesional,

pengembongan

Penerbit Rineka Cipta Jakarta.

Agribisnis peternsksn Sapi

di Kabupaten Bulukumba. Tesis tidak diterbitkan. Makassar.


Program pascasarjana Universitas
Hasanuddin.

poing

(FAO) Food and Agriculture Organization.

Cira DJ dan Benjamin, E.R.


Competensy based pay;

199g.

in evolution compensation and benefits review, September_ Ok1ober, 21 - 28 David Mc Clelland. 19g9. psikologi . Pendidikan, Jakarta.
Davidoft. 1999. Contect Costumer Service

A Concept

Pacific.

of the United Nations. RAp Publication 2004/20. Bankok: FAO Regional Office for Asia and the

Food and Agriculture Develapmeit in Asia Factfic Region lggg_2003. Food and Agriculture Organization

2004. Selected Indicators of

Fhatoni.2004. Manajemen Sumber Dava


Manusia, pT. Renika Cipta, Jakada

Grant. S. 2000. Szfues

Manajemen

in the Hospitality

P e nj ualan, Erlangga. Jakarta

Industry

newjersal prentice hqll.

Davidson, J. 2001. Manajemen Sumberdqva Manus i a, Harvarindo, Jakarta

Handiwirawan, E. 2003. penggunaan Mikrosatelit HELS don NAAOSS sebagai penciri Khas Sapi Bali.
Tesis. Program pascasarjana.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dinas Peternakan Sulawesi Selatan. 2004. Statistik peternakan Tahun 2003

Hardjosubroto,

Makassar. Dinas
BINA

peternakan

W. dan Astuti, M.1993. Buku Pintar peternaksn. pT.

Propinsi Sulawesi Selatan.

Gramedia Widiasarana lndonesia.


Jakarta.

(DITJEN

PRODIIKSI

PETERNAKAN). Direktorat Jenderal Bina Produksi peternakan.


115

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Adstus 20i

Hasibuan, M.S.P. 20}l.Manaj emen Sumber

Kottler. 1987. Manajemen

Doya Manusla, Edisi Revisi, PT.


Bumi Aksara, Jakarta.
Herweijer, C.H. 1950. Enkele aantekeningen btreffende de geschiendenis van de runCerveeteelt op het Eiland Timor.
Hemera Zoa56:689.

(Analisis

Implementasi

dan

Pemasaran Perencanaan, Kontrol). PT.

Prehalindo, Jakarta.

Mahardika,Y. 2000. Pengalaman Bidang Kerja sebagai Potensi Dirl Penerbit


Remadj a Rosdakary4 Bandung.

IASPD. 1998, Competensy Based Training.


Pelatihan dan Program Pemahaman Pengaj aran IASPD, Australia

Manullang. 2000. Manajemen Sumber Doya Manus i a, BPFE, Yogyakarta.

I Made Rai Yas4 I.A.Parwati,I. N. Adijaya"

Meijer, W.C.P. 1962. Das Balirind. A.

K.Mahaputra. 2006. Pertumbuhan Sapi Bali yang


Digemukkan di Lqhan Kering Desa Sanggalangit Kecamataq Gerokgak

dan I

Ziemsen Verslag,
Lutherstandt.

Witterberg

Mubyarto. 1998. Pengantar


P ertanian.

Ekonomi

Buleleng

Bali. Balai

LP3ES, Jakarta

Pengkajian

Teknologi Pertanian Bali.

Istiadi,Y, dan H. Banjarnahor. 2009.


Pengaruh Pengetahuan tentang
Pengelolaan Lahan, Persep.si Tata

National Research Council.1983. LittleKonwn Asian Animols with a

Promising Economic Future. Washington, D.C. National


Academic Press. Nozawa,

Lahan Gambut pada


Banyuasi, Propinsi
Pancasila, Jakarta.

Guna Lahan, dan Motivqsi Keria Terhadap Produhivitas Pertanian


Petani Transmigran, Survey di Kabupaten
Sumatera

K. 1979. Phylogenetic Studies on the Native Domestic Animals in East and Southeast Asia. Proc.
Resources

Selatan, Jurnal Ilmiah Exacta Vol. 2 No. I Mei 2009, Universitas

Workshop Animal Genetic in Asia and Oceania. Tsukubq 3-7 September 1979. Society for the Advancement of Breeding Researches in Asia and

Jafar.H.M.1994.

Pengembangan

Kelembagaan Agribisnis dalqm

Oceania
Hlm.23-43.

(SABRAO).Tsukuba.

Rangka Meningkatkan Citrr Petani. Pusat Pengembangan


Usaha dan Hubungan Kelembagaan tsadan Agribisnis, Jakarta.
l

Payne, W.J.A. and Rollinson, D.H.L. 1973.

Bali Cattle.World Anim. Rev.


13-2lPane,

7,

Jumriah Syam. 2006. tidak diterbitkan.


Hasanuddin.

Stategi

Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Wajo. Tesis


Makassar.

Produktivitas dan breeding sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali. 2-3
September Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. Rahardi, F dan Hartono, R. 2003. Agribisnis

I.l99l.

t991.

Program Pascasarjana Universitas

Katoe Z. 1991. Tinjauan


Pengembangan

Peternakan. Edisi Revisi. Penebar Ekonomi


Swadaya. Jakarta.

Sapi Potong di
Prosiding

Sulawesi Selatan.
Pandang

Seminar Nasionql Sapi Bali.Ujtng

Robbins

S. 2003.

Prisip-Prinsip Prilaku

2-3 September 1991. Ujung Pandaag: Fakultas Universitas Peternakan


Hasanuddin. Hkn
1

Organisasi edisi kelima, Penerbit


Erlanng4 Jakarta.

l0-13

1.

Rollinson, D.H.L. 1984. Bali cattle. In: Evolution of Domestic Animals.


116

Pengaruh Motivasi Dan Kompetensi Kerja Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Bali Di Kecamatan Balusu Kabupaten Bam.r (Sulaiman S, Masnama Tadjo, Abd. Munir) 110-117

Mason.

I.L. (Ed). Ne'w

york.

Longman.
Said, E.G. dan Intan, A.H.200l.Manajemen Agribisnis.Ghalia lndonesia. Jakarta.

Sudrajat. 2005. Kiot

Mengetas

Pengangguran melalui Wirqu.yaha. PT. Bumi Aksara. Jakarta


Sugeng Y8.2003. Sapi potong. pT. penebar Swadaya. Jakarta.

Santika E. 2000. Motivqsi: Suatu pengantar

dalqm Tinjauan

Meninglratlun

Sugiono.l983. Metode
A

penelirian

Kinerja SDM Penerbit Remandja


Rosdakarya, Bandung.

dmi ni s tr as i. Alfabeta Bandung.

Saragih

B. 1998. Agribisnis paradigma Baru Pembangurun Ekonomi


Berba,sisPertanian Yayasan Mulia Persada Indonesia dan pT-

Suprianto.J. 2O07. Teknik Sompling untuh Survei dan Eksperimen. Jakarta

Suprihanto

J dan Sumami M. 2003. Pengantar Bisnis (Dasar-Dasar

dengan

Surveyor Indonesia bekerjasama

Pusat

Ekanomi Pentsahaan) Edisi kelima Liberty. Yogyakarta. Suryana

Studi

Penelitian Institut Pertanian Bogor. Bogor.


20A3.

A. 2000. Harapan dqn tantangqn bagi subsehor peternaltan dalam


Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner.

Agribisnis Paradigma Bmu Pembangunan Ekonomi Berbasis

nasional. Prosiding

meningkatkan kztahanqn pangan

Pertanian. Edisi

Milineum.

dan PT. Surveyor Indonesia


Pembangunan

Yayasan Mulia Persada Indonesia

Bogor l8-19 September 2000. Bogor Puslitbang petemakan

Departemen Pertanian. Hlm 21-28.

beke{asama dengan pusat Studi

IPB dan Unit for

Sutardi

T.

Social aad Economic Studies and Evaluation OSESE) Fondation.

Siswanto, H,

B.

Manajemen, Bandung.

2008. Pengantar Bumi Aksara,

1997. Peluang dan Tantangan llmu - Ilmu Nutrisi Ternak. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Nutrisi Ternak Fakultas Peternakan IPB Bogor: Institut
Pengembangan

Pertanian Bogor.

Swastha.B dan Handoko. 1996. Manajemen

Soekartawi. 2002. Perinsip Dasar Ekonomi

Pemasaran. Analisis perilaku


Kons um e n, Liberty, Jakarta.

Pertanion. Edisi Revisi. pT. Raja


Grafindo Perkasa, Jakarta.

Syam

J.

.........2003Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo


Perkasa. Jakarta.

Agribisnis Sapi potong di Kabupaten Wajo. Tesis tidak


diterbitkan. Makassar. program

2006. Strategi Pengembangan

Pascasarjana
Hasanuddin.

Universitas

Suarda,

A.

1999. Strategli Pengembangan

Sapi Potong di Sulsel lJntuk


Menjadi Komoditi Unggulan. Tesis tidak diterbitkan. Makassar. Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin.

Wahab. 2000. Sumber Daya Manu,iia Dolam Potensi, penerbit, Andi,


Yogyakarta. Winardi, J.2001. Motivasi dan pemotivesian

Sudjana.2002. Metode Statistika, Tarsito,


Bandung

dalam Mcnajemen, pT.


Grafindo Persada- Jakarta.

Raja

117 KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

HUBUNGAN ANTARA POLA KEMITRAAN MANDIRI TIRIIADAP PENDAPATAN PETANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG
The Relalian of Self Partnership Pallern lowards the Incame of Oni's Farmer in Ar'ggeraja District Enrekang Regency

Aspa, Muhammad Suun, Syarifuddin Yusuf

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan enlara pola kemitraan mandiri dengan sistcm bagi hnsil terhadap pendapatan pelani bawang merah maupun pemodal mondiri, menganalisis faktor-faktor yang menjadi sorqna produkti utama yqng dibutuh*an oleh petani bawang merah sertq biaya yang dibutuhkan dalam melqktkan usqha toni bawong merah di
kabupaten Enrekang. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang, dengan pendekatan kualitatif dan kaantitatif. Pengambilan sampel dengan menggunakan ruwus yang dikemukakon oleh Slovin fuilam Sunyoto diperoleh sampel sebanyak 72 petani di I0 Desa,kelurahan, data kualitotd diperoleh dari hasil wswancqra, data kuantitatif diperaleh dori penyebaran kuesioner.Data dianalisa dengan menggunakan statistik korelasi product moment. Dqri hasil anqlisis karclasi menunjuk*an adanya hubungan yang kuat dan sigrifikan pada peneropqn sistem pola kzmitraan terhadap pendapqtqn petolti bowtmg merah. Hal ini dilunjukkan dengan nilai korelqsi product moment sebesar 0.93 atau 93 %) Kata Kanci: Pola kemitraan, pembagian hosil, pendapatan

Abstract
This study aims to lrnow how far the implementation of self partnership pattern with the system of contribution and distributionfor the onion's farmers and investors in increasing their income and to analyze the factors that hsve become vitol produclion needed by them as well as the cost of productiort The population ofthis research was conducled in the district ofAnggeraj+ Enrekang Regency, with the qtnlitotive and quantitative approaches. Purposive sampling is used, and obtained the number of samples is 72 onion's farmers from la viilages. The qaalitative data obteined from inleryiews, while the quarnilative data obtained from queslionaries- Data were analyzed using corelation statistics product moment. The renilts of this resemch conclude that there was a strong and significant relation in implemenfing the system of self pcrtnership pattern between the investors qnd the onion's farmers. This is indicated by the corelation value of product moment was 0.93 or 93'%.

Keywoids: Self partnership, contribution, income

PENDAHULUAN

merah dan pemodal mandiri


dilaksanakan

Pola Kemitraan antara petani bawang


yang

Kabupaten Enrekang perlu ditujl disempurnakan dan ditingkatkan agar penanganannya lebih efektif. Hal tersebut
ditujukan kepada upaya mengoptimalkan pembinaan bagi petani bawang merah. Sub perlarian dalam hal

di

Kecamatan Anggeraja

penghasilan masyarakat secara lebih merata oleh karena itu kita harus memelihara komitmen yang besm terhadap peningkatan sektor pertanian pada umunnya dan petani

bawang merah pada

khususnya^

ini

petani bawang

Sebagaimana diketahui pola kemitraan yang dilakukan dimasyarakat telah mendapat respon yang sangat positif oleh pemerintah dengan mengeluarkan UU No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil yang kemudian

merah memilki peranan yang penting dalam meningkatkan pendapatan dan penghasilan

serta perluasan lapangan kerja

serta

dijabarkan dalam PP No 44 Tahun 1997 tentang kemitraan. Aturan tersebut antara lain ditujutan untuk mengatasi kesulitan daa

Hubungan Dengan Pola Kemitraan Mandiri Terhadap Pendapatan Petaru Bawang Merah Di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang (Asoa, iVhrhamrnad SLr';n. Svariiirdd.in YLrsulJ 1 18-i 2S

118

bagi petani kecil peningkatan mutu di masala dalam pemasaran (Departemen


Pertanian 2003).

masalah keterbatasan modal dan teknologi

Prospek dan arah perkembangan agribisnis bawang merah secara nasio-nal


merupakan salahsatu komoditas unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh
sangat terbuka lebar karena bawang merah

Disektor tanaman pangar banyak diminati untuk

hortikultura, sa].uran merupakan,"kto. yarg

dan

dan potensi pasarnya tinggi.

dikembangkai melalui kemitraan karena siklusnya pendek


Konsep

kemitraan mengacu pada konsep kerjasama antara u-saha kecil, menengah dan usaha memperhatikan

besar disertai pembinaan dengan konsep saling


dan saling memperkuat.

menguntungkan

adalah sebesar 3,9 yo pertahun. Komponen perfumbuhan areal panen (3,5%) ternyata

petani secara interuif. Komoditas sayuran ini termasuk kedalam kelompok rempah tida.k bersubtitusi yang berfirngsi sebagai bumbu penyedap makanan serta o6at tradisional. Pertumbuhan produksi rata-;ata bawang merah selama periode 19g9 _ 2003

Pola kemitraan adalah sebagai suatu incvasi yang mengandung pengertian bahwa telah terjadi suafu inovasi (Inovasi = sesuqru yang

terhadap pertumbuhan produksi bawang lerah dibandingkan dengan komponen


ascalonicum) diihasilkan di 24 dari 30 Provinsi di Indonesia, provinsi penghasil
Produktivitas (0,4%). Bawang merah (Altum

lebih banyak memberikan kontriLusi

banyak hal. Artinya pola kemitraan bukan suatu yang baru sama sekali dalam dunia petani tetapi telah mengalami perubahan dari waktu kewaktu hingga saat ini. proses ke{asama antara petani, antara petani dan pedagang pengumpul dan antara petani dengan kios saprodi telah terjadi sejak lama,
proses ke{asama tersebut kemudian disebut sebagai proses bermitra. tersebut berlangsung tanpa adanya sesuatu aturan yang fomral, semuanya didasari atas adanya saling percaya antara pelaku. Wilayah yang terbatas dalam suasana yang interaksi yang

baru)- Terhadap pola kemitraan

dal;

utama (luas areal panen >1000 hektar/ tahutr) bawang merah diantaranya adalah
Sumatra utara, Sumatra barat, Jawa barat, Jawa tengah, DI Jogy4 Jawa Timur Bali NTB dan Sulawesi Selatan, kesembilan

provinsi

ini

menyumbang g1,gyo (Jawa

memberikan kontibusi 75% da/r produksi estimasi permintaan domestic tahun 2004 adalah sebesar 4,56 Kg kapita pertahun atau
total bawang merah di Indonesia pada tahun 2003. Konsumsi bawang merah untuk

Pada awalnya proses

pengetahuan dan teknologi bertambahnya jumlah pelaku bisnis sayuran dan wilavah kerjasama yang semakin luas, maka proses

intensif, saling kenal yang baik antara'sati dengan lainnya membuat proses bermitra berjalan dengan control sosial antara pelaku. Seiring dengan berkembangnya iimu

Hortikultura 2004), estimasi permintaan domestik untuk komoditas tersebut pada


tahun 2004 mencapai 915550 ton konsumsi : 795 264 ton: benih ekspor dan industri = 119 286. Profil usaha bawang merah terutama dicirikan oleh 80 % petari merupakan petani kecil dengan luas lahar. usaha < O,S Ha

9:38 Kg Kapita perbulan @irjen

informal yang tradisional sampai dengan cara cara yang modern. Sejauh mana

kemitraan tersebut berbeda beda seiuai dengan kondisi masyarakatnya atau sesuai dengan kultur dan struktur masyarakatnya. Bila dilihat dari sisi pengorganisasian secara

berkembang. Perkembangan inovasi pola

kerjasamapun semakin luas

dan

telah

efektifitas dan manfaat pola kemitraan yang

sampai saat ini terlah banyak macam pola kemitraaan yang telah diterapkan dalam penelitian ini untuk meneliti bentuk pola kemitraan yang berlangsung antara pelani
bau'ang merah dengan pemodal mandiri.

berlangsung dalam masyarakai hususnya dalam kaitannya dengan agribisnis

varietas bawang merah yang disukai petant untuk ditanam pada musin kemarau adalah varietas Philipines (impor) puncak panerr bawang merah

berbagai varietas bawang merah yang diusahakan petani diantaranya adalah kuning (fumpeng, Berwa, Sidapurna, dan Tablet), Bangkok warso, Bima timor, Bima sawo, Bima Brebes, Engkel, Baagkok, Philipines dan Thailand, Sementara itu

selama

6-7 bulan setiap tahun, dn.,

di

Indonesia terjadi hampir

terjadi pada bulan Pebruari, Mei, dari November, berdasarkan pengamatall


tersebut musim tanam puncak diperkirakan

terkonsentrasi antara bulan Juni-Desember -Januari, sedangkan bulan kosong panen

No. 2, Agustus 2011

terjadi pada bulan April, dan Oktotrer'


(Http :www. scribd.com).

sistem kredit yang memiliki resiko tinggi

dengan pengembalian modal walupun

Tujuan pengembangal agribisnis


bawang merah adalah mencakuP:

1.

N{enyedia"kan

benih varietas

unggul
sebagai

bawang merah kualita impor

salah satu upaya subtitusi (pengurangan

terjadi gagal panen ataupun harga dipasaran anjlok (hasil wawanacawa prapenelitian), hal inilah yarlLg menyebabakan petani bawang merah lebih memilih pola kemitraan dan bahkan banyak petani lain 1'ang selama

ketergantungan terhadaP
impor).

Pasokan

ini tidak menanam bawang

beralih ke

2. Meningkatkan
2A05

produksi bawang merah

ruta rata 5,24 % pertahun selama periode

komoditas bawang merah karena faktor kendala dapat teratasi dibuklikan dengan adanya perkembangan pr'oduksi bawang
merah di Kabupaten Enrekang yang semakin meningkat dibandingkan komoditas lainProduksi bawang merah di Kabupaten Enrekang mencapai 13.432.67 ton pertahun dan wilayah yang paling tinggi produksinya

benih bawang merah dalam rangka menjaga kontinuitas pasokan bnih


bermutu.

2010 , mengembangkan industri

3.

Mengembangkan dipersifikasi produk

bawang merah dalam


meningkatkan

nilai tambah,

uPaya substansi

adalah Kecamatan Anggeraja


lahan tanaman 399 Ha.

Yang

mencapai 4-949.51 ton pertahun dengan luas

pengembangan agribisnis bawang merah

diarahkan untuk ketersediaan benih


unggul, mengembangkan senta produksi,

sumber daya alam dalmr

Besarnya peranan dan kontribusi


rangka
Yang

dan perluasan areal tanam, serta

pengembangan sektor pertanian tercermin

pengembangan Produksi olahan. Lebih khusus konsep kemitraan yang dikembangkan di Kabupaten Enrekang adalah mengacu pada kerjasama antara

dari luas panen/luas lahan


saytuitrr yang mengalami

dimanfaa&an untuk pengembargan berbagai komoditas prtanian, terutarna jenis sayur


peningkatan

pemodal perorangan non lembaga non perbankan tetapi secara pribadi sehingga disebut pemodal mandiri dengan petani bawang msrah dengan memperhatikan prinsip saling menguntungkan dan

produksi, peningkatan produksi

ini

sebagai

akibat terjadinya peningkatan pemanfaan

sumber daya lahan untuk

tanaman

hortikultura.

rnemperkuat antara satu dengan yang lain dm memegang teguh komitrnen yang telah

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakan- pola kemitraan mandiri antara

disepakati bersama antara lain, kegiatan yang berkaitan dengan aktifitas penyedia saprotan mulai dari bibit, pupuk, pestisida" dan herbisida serta tenaga kerja yang

dengan pemodal daPat memberikan


pendapatan yang menguntungkan-

2. Apakah

pola kemitraan mandiri efektif

bersifat borongan ditanggulangi oleh pemodal, sedangkan aktifitas produksi antara lain mengolah tanah, rnenimam,
memelihara dan memanen ditanggulangi

dan layak diterapkan bagi petani bawang merah. Tujuan yang inqin dicaPai dalam penelitian ini adalah:

oleh petani bawang merah inilah salah satu

adaPun

1. Untuk menganalisis hubungan antara pola kemitraan mandiri terhadaP


pendapatan petani bawang merah dan

pemasaran hasil panen dilakukan secara bersama sama antara pemodal dan petani,

pendapatan pemodal

mandiri

dalam Pola

pertimbangan

dan

kegiatan usaha tani bawang merah:

keputusan petani untuk memilih melakukan pola kemitraan untuk mengatasi masalah

2. Untuk menganalisis aPakah

disektor pertanian pada umumnya yaitu


keterbatasan modal (Kahar mustari 2010:9) yang selama ini dirasakan oleh petani bawang merah di Kabupaten Enrekang dan pola kemitraan ini sudah berjalan dengan

kemitraan yang diterapkan memberikan keuntungan dan efektif diterapkan pada


usaha tani bawang merah di Kecamatan Anggeraj a KabuPaten Enrekang-

baik, serasi dan saling menguntungkan baik


apabila petani menggunakan modal dengan

A. Lokasi

METODE PENELITIAN dan Waktu Penelitian

pemodal maupun petani dibandingkan

di

Penelitian ini akan dilaksanakan Kabupaten Enrekang, di kecamatan

@emitraan

Mandiri Terhadap Pendapatan Petani Kabupaten Enrekang Anggeraja Bawan! Merah Di Kecamatan tAsna,iluharnmaclsuLrn, Svariiir<iilin

120

\lirsutt

ili-ilg

yang menjadi sentra produksi bawang merah yaitu di Kecamatan Anggeraja,


dengan mengarnbil sampel
Kelurahan Lakawan, Mataran, Tanete, Desa Bubun lamba, Desa Siambo, Desa Tindalung,

dengan jumlah

(Q) bibit yang ditar:,.r

Desa,/Kelurahan,

yaitu

di

sepuluh

sebagai patokan untuk dana ,yon;, , . semakin besar jumlah bibit yang ditr,

Desa batunoni, Desa Saruran, Desa


mamprL dan Desa Pekalobean penelitian ini membutuhkan waktu 6 bulan.

maka semakin banyak pula dana , dibutuhkan ukurannya adala jut:L kwintal yang ditanam contoh apabit
.

I
,

petani menanam 1 (satu) kwintal bawang merah maka pemodal harus siap menyediakan dana sekitar Rp.4.000.00h

B. Desain Penelitian

kualitatif. Data-data dapat diperoleh melalui wawancara, observasi atau

Penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif dan

petani, pemodal
qendapatan

dengan kuisioner, berisi data tentang:


perseorangan,

ditanam maka pemodal harus pi,: bersiap urtuk mendanai sejumlah yan. telah dijadika sebagai patokan dana tersetrut. Dan turut serta dalar., panen. Memiliki komitmen terhadan
memantau perfumbuhan tanaman da:"i dapat bertindak sebagai pembeli hasil

sampai dengan Rp. 5000.000 (Ha:, wawancara dengan petani) sehingga semaliin banyak jurnlah krvintal yar,
,

per siklus, dll. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik, yaitu
analisis korelasi untuk melihat keeratan hubungan antar variabel bebas dengan variable terikat. Digunakan pula analisis
pendapatan

2.

perjanjian kemitraan (iujur). Petani Bawang merah

finansial terkait dengan

Adalah salah satu pihak dalam pola kemitraan mandiri yang bertindak

petani dan pemodal dalam usaha tani

mandiri. Jumtah dana yang dikeluarkan


pemodal perseorangan adalah
sebagai

bawang merah dengan pola kemitraan

budidaya tanamanBawang
mempunyai tugas&ewajiban
berikut:

sebagai penggarap tanah untuk kegiatan

merali,
sebagai

didata dana yang diberikan


peroftmgan, Jumlah

variabel bebas (X), akan dihitung atau


kepada

a. Menyiapkan lahan,
fasilitas lingkungan kebun.

pengairan,

dihitung atau didata kemudian dianalisis.

hasil penjualan sebagai variable terikat Oa), akan

b. Melakukan kegiatan budidaya/ bercocok tanan bawang merah,


pemeliharaanr p&SCo panen, dal
pemasaran.

C. Definisi Operasional Disebut pola kemitraan karena bentuk kerjasama mandiri secara bersama-sama anta.ra petani bawang
meran dan pemodal perorangan/ mandiri {l;ngan komponen yang dimitrakan antara lain saran produksi dan biaya tenaga kerja dalam bentuk biaya untuk

c. Memiliki komitmen
3. Pendapatanpetani
perj anj ian

terhadap

kemitraan 6ujur).

hasil 50% keuntungan bersih

Adalah sejumlah uang dari bagi


uruhu

budidaya Bawang merah dengan pola

4. Pendapatan pemodal

kemitraan mandiri.

perseorangan

mendanai kegiatan usaha tani bawang

merah sampai panen. Pemodal mandiri

Adalah sejumlah uang dari bagi hasil 50Yo keuntungan bersih usaha budidaya bawang merah dengan pola

yang mempturyai

Adalah pihak pemodal atas aama pribadi dalam pola kemitraan mandiri
tugas/kewajiban

5.

kemitraan mandiri. Jumlah modal yang dikeluarkan pemodal untuk membiayai kegiatan

sarana produksi (benih, pupuk, pestisida), biaya pemeliharaan, dan pasca panen. Pengadaan sarana produksi tersebut dalam bentuk pembelian secara bersama sama oleh petani dan pemodal
biasanya dana yang disiapkan sesuai
121

sebagai berikut: menyediakan modal

(C) jumlah pendapatan disimbolkan dengan (P) dan jumlah keuntungan


6. Jumlah penghasilan petani
merah (dalam satuan rupiah )

Produksi dilambangkan dengan

disimbolkan dengan Zp.

Bawang

Adalah sebagai variabel terikat (disimbolkan dengan y), seberapa

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

banyak penghasilan petani


berlangsungnya pola kemitraan.

selama

maka jumiah sampel di

Kecamatan

Anggeraja berdasarkan Rumus penarikan

D. Populasi dan sampel

sarnpel yaitu dengan menggunakan rumus Slovin dalam Sunyoto (2011),


sesuai persamaan (1).

1.

Populasi

Luas areal budidaya Bawang merah di


Kecamatan Anggeraja berdasarkan data
Kabupaten Enrekang 2010 adalah seluas 1.063 Ha. Dengan jumlah petani bawang merah

dari Dinas Pertaniau

n= I +(Ne2)

(t)

yang melahlkan pola


sebanyak
lain;

257 yang tersebar di

kemitraan
trO

(sepuluh) desa dan Kelurahan antara


Kelurahar, Lakawan sebanyak 21 Kelurahan Mataran sebanyak 36 Kelurahan Tanete sebanyak 2l Desa Bubun Lamba sebanyak 21 Desa Siambo sebanyak 25 f. Desa Tindalung sebanyak 29 g. Desa Batu Noni sebanyak 29 h. Desa Saruran sebanyak 36 i. Desa Mampu sebanyak 18 j. Pekalobean sebanyak 21 Sumber @ata sekunder dari Kantor PPL Kecamatan Angger aj a 20 1 2) 2. Sampel Berdasarkan data jumlah populasi petani

a. b. c. d. e.

dimana: banyaknya sampel N = banyaknya populasi e : tingkat kesalahan yang ditolerir (%) Berdasarkan ju*tah populasi petani bawang merah di kecamatan Angger4la maka jurdah sampel sesuai dengar runus yang yang dikemukakan oleh Lovin dalarn Sunyoto adalah:

n:

n:-

1+(Nxe2)
257
1+ {257 x 0,102)

z5:I

l+ (257x0,01)

:71,98
Jadi

atau 72 sampel

bawang merah yang melakukan pola kemitraan tersebut sebanyak 257 yang
tersebar

di

jum lah sampel petani bawang merah yang diambil di kecamatan Anggeraja sebanyak 7Z petani tersebar di l0
Desa/Kelurahan,

10 Desa/Kelurahan tersebut

Tabel 3.1. Jumlah Petani dan sampel yang

No
1

Desa / Kelurahan

Jlh Petani

bermitra ditingkat Desa,/Kelurahan bermitra Jlh Sampel Petani


21

Lakawan
Mataran Tanete Bubun Lamba Siambo 36

2 J

l0
6 6 7

2l
21

4
5

6 7
8

25

Tindalung Bafunoni
Saruran
36

29 29
10
5

9
10

Mampu
Pekalobean

l8
21

Jumlah 257 Sumber: Data Primer diolah tahun 2012

Wawancara, sebagai proses untuk


memperoleh keterangan dengan cara

E. Jenis dan Sumber Data


Pengumpulan data sekuoder dapat diperoleh dari badan/dinaVinstansi terkait. Sedang data primer dapat

hal ini petanii Bawang merah dan pemodal


responden dalam
perseorzmgan.

Tanya jawab langsung

dengan

diperoleh melalui hasil penelitian dengan


cillzt:

Hubungan Dengan Pola Kemitraan Mandiri Terhadap Pendapatan Petanr Bawang Merah Di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang i i8-129 {Asna. Vir-ihamnrad Suun- Svariiudriin Yu^sul't

122

2 Kuesioner, merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan


3. Observasi, dilaksanakan
melihat langsung
obyek yang diteliti.
kepada responden untuk diisi.

variabel Y

IY :

Jumlah

nilai dari

pengaffii.

dengan

di

melakukan pengamatan terhadap

lapangan untuk

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penggunaan Sarana Input Pendapatan yang diperoleh b,,, bagi pemodal maupun bagi pe&iii; dengan sistem kemirraan ini i*p,

F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Finansial Menurut Kotler (1994), Laba atau keuntungan (Z) didefinisi-kan sebagai
total penjualan/pendapatan (R) dikurangi

total biaya (C). Sedangkan pendaparan (R) adalah harga netto produk (p) dikalikan jumlah penjualan (e). Dalam pola kemitraan mandiri ini, dimana keuntungan dibagi dua masing-masing 50Yo, maka rumus untuk menghitung pendapatan petani dapat dituliskan seperti dalam persamaan (6) sebagai
berikut: zP: 50%.{P.Q
Keterangan:

dipasaran yang cenderung sanpi. fluktuatif dan juga tetap mengiku,.


huk-um pasar yaitu tergantung penawarair

dipengar.rhi oleh terutama harga bawe,r

juga jumlahnyri besar harga bawang dalam waktu


penggunaan pestisida

mempengaruiri pendapatan adalah pengmaan pestisicla yang tidak tetap tergantungjika seranga,, hama dan penyakit semakin besar maka

faktor lain yang

dan permintaan (suptay and demqn(!\

- C} ............(6)

sepekan dapat berubah secara drastis perubahan harga bawang ini sangat
dipengaruhi oleh harga bawang yang ada pada provinsi lain terutama pada harga bawang yang ada di Bima dan Brebe,,

Zo

Bagian keuntungan bagi hasil Harga

untuk petani (Rp/siklus).

P:

jual netto dari

Bawang

ditanggung seluruhnya oleh pemodal


perseorangan (Rp/siklus).

usaha tani Bawang merah,

(kglsiklus) : total biaya yang dikeluarkan dari


yang

merah (Rp/kg). a: Jumlah hasil panen Bawang merah

distribusi pemasaran yang sama yaitu

Jawa Timur karena mempunyai lokasi

lokasi pemasarannya adalah Indonesil bagian timur sehingga kalau di Bima dan Brebes mengalami panen raya makl harga bawang yang ada di Enrekang juga turun akan tetapi pada umumnya hasil usaha tani bawang merah di
Kabupaten Enrekang ja.ang mengalami kerugian dalam jumlah yang besat \arena faktor kegagalan panen yang

2.

Analisis Statistik.

Teknik analisis data untuk mel:hat derajat hubungan fungsional antar variabel bebas dan variabel terikat
adalah dengan rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (1989) dengan rumus koefisien korelasi seperti pada persamaan (5), sebagai berikut: n fX;Y; - (IXr)

diakibatkan

penyakit sangat kecil kalaupun rugi

oleh

serangan hama dan

rendah itupun pada umumnya jalan ditempat atau kembali modal sehinggrr usaha tani bawang merah ini menjadi
primadona para petani di Enrekang pada saat sekarang apalagi perhatiar pemerintah daerah Kabupaten Enrekang

karena disebabkaa harga dipasaran yang

(|yJ

r*,

{GErTs,-} 1T;trrtrYm
:

Keterangan:

variabel X

Koefisien korelasi antara variabel X dan Y n = Jumlah pengamatan atau ulangan IX : Jumlah nilai dari pengamatan

sudah mulai turun targan dalam mengatasi masalah pengadaan bibit yang selama ini memasok bibit dari Bima dan
Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Enrekang (Fajar,2 Juni 2012) pihaknya sudah mengancang ancang membangun

Brebes. seperti yang dikatakan oleh

Baharuddin Saatiago Kepala Dinas

t23

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 20l l

sentra aeroponik untuk pembenihan


tersebui "Kita upayakan'bisa melakukan pembibitan dengan tehnclogi tinggi kami sudah menggandeng Unhas untuk menciptakan benih bawang unggul yang

yang tinggi ditambah dengan biaya sarana produksi yang lain oleh karena
itulah pemerintah daerah sangat serius r:ntuk mengupayakan untuk berupaya tidak lagi tergantung suplai bibit dari luar tetapi berupaya untuk melakukan penangkaran bibit sendiri di Kabupaten Enrekang 'yang bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Unhas yang saat ini

dari luar yang tentu saja dengan harga

bisa bersaing dipasar nasional. bila aeroponik ini sudah rampung petani tidak perlu lagi
menurutnya

menunggu benih dari Bima atau Brebes" letrih lanjut dikatakan bahwa kualitas

bawang merah di Enrekang saat ini sudah mulai diakui ditingkat nasional.
Hanya saja para petani bawang dalam

menanam bawang masih sangat tergantung dari suplai bibit dari bawang

jika terealisasi maka petani bawang merah akan


tersebut, yang tentunya

sementrara dalam proses pelaksaan proses

semakin bertambah

jumlahnya.

Tabel 1. Rata rata kisaran penggunaao input psaha tani bawang merah persiklus perkwintal sistim pola kemitraan No
Uraian

Volume

Nilai/Satuan(Rp) Total(Rp)
120.000 120.000 120.000 60.000 70.000 140.000 17s.000 70.000 1.213.395 498.821 1.726.155 70.000 140.000 175.000

l.

Tenaga Kerja Dompeng Membuat bedengan


Persiapan lahan
Penanaman

120.000 60.000

Mencabut bawang

2.

Mengikat Membersihkan Sarana Produksi

l 1 I

70.000 1.213.39s 498.821 1.726.155

Bibit
Pupuk
Pestisida, herbisida

Dan fungisida
Trrmlah

4 Iq?

?R1

d lo? ?eI

Sumber: Data Primer diolah tahun 2012

Dad data yang ada diatas terlihat bahwa penggunaan dana untuk usaha tani bawang perkwintal adalah Biaya Tenaga Ke{a yaitu Rp 755 .000, biaya tenaga kerja ini biasanya sudah perrnInen untuk setiap
kwintal karena upah tenaga kerja biasanya tetap dalam waktu yang lama disusul biaya

Rp.

5.000.000, karena apabila sudah

yang terbesar yaitu pada

penggunarln

pestisida yaitu Rp 1.726.155 kemudian biaya bibit Rp. 1.213.935 dan dana yang

kondisi ini biasanya petani


tiba masa panen.

melewati biaya dari Rp,5.000.000 resiko kerugian akan dialami oleh petani apalagi kalau harga jual perkilo dibawah Rp. 10.000 sehingga apabila dikalkulasi biaya sudah mendekati Rp. 5.000.000 mengindikasikan bahwa serangan hama sangat keras pada
akan

paling sedikit menyerap biaya produksi adaiah pupuk yaitu dalam satu kwintal hanya Rp. 489.821 sehingga jumlah total
biaya yang digunalian adalah Rp. 4.193.381

membiarkan tanaman bau'angnya tanpa perlakuan lagi atau diterlantarkan sampai

Adapaun faktor-faktor
menyebabkan biaya produksi
adalah:

tidak

yang tetap

perkwintal. Biaya ini tidak permanen karena terutama biaya pupuk dan pestisida yang selalu mengalami perubahan ,akan tetapi dalam satu kwintal jumlah biaya produksi
hanya berkisar antara Rp. 4.000.000 sampai

1.

Jika iklim dan cuaca kurang mengunfungkan maka intensitas


serangan hama akan semakin meningkat sehingga frekwensi penggunaan 124

Intensitas seftmgan hama penyakit

Hubungan Dengan Pola Kemitraan Mandiri Terhadap Pendapatan Petani Bawang Merah Di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang i,.\sna. ivluhammad Suun- Svariiiicldin YLrsui't llii-12")

pestisida semakin tresar sedangan biaya


penggunaan pestisida, herbisida maupun

produksi yang paling besar adalah

2.

fungisida. Kualitas bibit

memiliki modal untuk diinvestasikan pada usaha tani bawang merah ini dengan sistim pola bagi basil dan sudah
tahu tentang seluk beluk bercocok tanam adalah pemilik lahan dan berperan <ialam hal penyemprotan dengan pestisida,

Jika bibit yang ditanam menggunakan bibit unggul maka kemungkinan untuk mati muda karena mengalami klcrosis semakin kecil sedangkan jika bibit yang digunakan bibit yang kurang berkualitas
maka resiko penyulaman akan semakin besar sedangkan biaya produksi kedua yang terbesar pada budidaya tanaman bawang adalah biaya bibit. SDM Petani Bawang.

bawang merah "petani dalam

hal

ini

herbisida atau pungisida menyiram,


memupuk dan melakukan perawatan
tanaman hingga taJraman bawang merah dipanen.

3.

Tidak semua petani bawang mempunyai kompetensi yang sama dalam kemahiran bercocok tanam bawang terutama dalam kemampuan mengetahui penyakit yang menyerang tanaman bawang sehingga berbeda antara satu petani dengan petani lain
namun dari keempat faktor yang menyebabkan biaya produksi yang
sehingga biaya produksi perkwintal berkisar antara Tiga sampai Lima Juta dan yang paling banyak dan umum
berbeda antara satu dengan yang lain tetapi perbedaan itu tidak terlalu besar
dalam meracik pestisida yang digunakan,

B. Analisis Pendapatan Keuntungan yang didapatkan petani berdasarkan rumus yang dikemukakan Kotler (1994), Laba atau
keuntungan

(Z) didefinisi,kan

sebagai

total penjualan/pendapatan (R) dikwangi total biaya (C). Sedangkan pendapatan

(R) adalah harga netto produk


pola kemitraan mandiri ini,
dikalikan jumlah penjualan

(p)

(e).

Dalam
dimana

keuntungan dibagi dua masing-masing


50ol0, maka rumus untuk menghitung pendapatan petani dapat dituliskan
seperti dalam persamaan sebagai berikut:

zp: sU%.{P.Q-C} ...............(6)

Sehingga keuntungan

yang

menyediakan kebutuhan kemudian memperlihatkan

mengambil ditoko tani

adalah Empat setengan juta rupiah perkwintal, sarana produksi tersebut diatas keselumhanaya ditanggung oleh pemodal dengan cara petani bawang
yang tersebut notanya

diperoleh petani dan pemodal pada kegiatan usaha tani bawang merah dengan pola sistim kemitraan ini berdasarkan Kotler (1994) adalah dapat
dilihat pada tabel berikut ini:

kepada pemodalnya dan menjadi catatan pengeluaran oleh pemodal jadi biaya produksi atau adajuga petani yang hanya

memberikan catatan kebutuhan sarana produksi tersebut terutama pupuk dan pestisida kepada pemodalnya kemudian
pemodalnya yang membelikannya ditoko tani jadi pemodal tidak memberikan biaya produksi dalam bentuli tunai langsung kepada petani hal inilah yang

ini bukan hanya berlangsung karena saling percaya


menjadikan pola kemitraan

penuh akan tetapi pemodal ikut juga

berperan didalam proses

mulai

penanaman sampai pada panennya oleh karena itu pada umumnya pemodal adalah pedagang bawang merah atau petani bawang sendiri yang kebehrlan

125

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

Tabel4.2 Rata- rata

lah hasil
P

elurahan

No

Desa/

Jumlah

Kelurahan

sampel Petarri (Rata rata

2. 3. Tanete 4. Bubun Lamba 5. Siambo 6. Tindalung

l.

Lakawan Mataran

6
10

i0500
8366

4700 4243

7900
9000 6750
10500

2730
5787

6
7
8

3052 4396
6293

7.

8. 9. Mampu

Batu Noni Saruran

8 10
5

9633 6666

2880
5000 3000

9250
10450

10. Pekalobean

89.015 72 Jumlah Sumber: Data Primer diolah tahun 2012 Tabel 4.3.: Desa/

42.081

No
1.

Kelurahan Lakawan 49.350.000 35.496.938 21.567.000


52.083.000 20.601.000 24.004.300 12.654.083 11.173.625 3A.623.298 1s.737.s00 20.289.767

2s.345.700 22.842.855
10.393.375 21.459.742

2. Malaran
3. Tanete 4. Bubunlamba 5. Siambo 6. Tindalung 7. Batu Noni 8. Saruran 9. Mampu
1

46.158.000
60.620.469 19.198.080

4.863.s00 25.868.233
35.199.861 7.470.080

25.420.608
1.728.000 r 4.830.750 12.207.000
1 r

46.2s0.000
31.350.000

31.419.250
19.143.000

0. Pekalobean

Jumlah

382.674.487 Sumber: Data Primer diolah tahun 2012 Berdasarkan data diatas maka: Haiga jual tertinggi hasil panen bawang merah dipasaran selama berlangsungnya penelitian adalan sebesar Rp. 10500/Kg,

78.668.931

2M.005.556

1.

diperoleh keuntungan Rp.25.868.233 dalam hal ini, Rp. 25.868.233 x 50o/o


untuk petani dan 50 7o untuk pemodal

sehingga masing-masing memperoleh


pendapatan

yakni di

Kelurahan Lakawan sebesar

Rp.

12.934.1 16.

total pendapatan Rp.49.350.000 dengan biaya

Rp.10.500,1Kg

dari tata-rala

2.

Rp.

24.004.300 diPeroleh Laba/keuntungan sebesar Rp. 25.345.700

Harga terendah didapatkan yakni didesa Saruran yakni harga jual Rp 6666lKg sehingga dari total hasil penjualan Rp.

dalam hal ini Rp. 25.345.700 x 50 %


untuk petani dan 50 %o untuk pemodal sehingga masing masing memperoleh Pendapatan Flp.12.672.850., dan di Desa Tindalung juga dengan harga 10-500,&9 dari rata-rata total pendapatan Rp.
46.158.000 dengan biaya Rp. 2A'289.767

11.728.000 hanya mendaPatkan keuntungan sebesar Rp. 7.470.080 x


50% sehingga baik petani bawang merah

19.198.080 dikurangi

biaya

RP.

maupun pemodal mandiri


3.735.040.

hanYa

memperoleh keurtungan sebesar Rp'

HuU"nga" Dengan Pola Kemitraan Mandiri Terhadap Pendapatan Petani Bawang Merah Di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang i i 8-i 2S iAsoa. lVluhammaci Suun. Svariiuddin l'tisrrfi

126

3.

Secara Keseluruhan dari keuntungan berdasarkzur mmus:


zP

total

C. Analisis Hubungan Antar Variatrel


Analisis hubungan anlar variable dalam penelitian in dilalmkan dengan menggunakan Analisis koefi sien korelasi

s0%:P.Q-C

Adalah:

ZP 50% = Rp. 382.674.487 -Rp, :Prp.102.0A2.778

178.668.931 : Rp. 204.00 5.556 X 5O

o/o

Sehingga total modal yang dikeluarkan pemodal se kecamatan Anggeraja sebesar Rp 178.668.931 dapar diperoleh keuntungan sebesar Rp.
102.002.778 sehingga kalau dirata ratakan keuntungan dai72 petani yang sudah dirata ratakan ditiap desa (10 Desa) yang bermiha maka diperoleh:

l! dgsa tersebut jumlah total biaya yang dikeluarkan oleh pemodal sesuai dengan jumlah kwintal bibit yang ditanam oleh
(disimbolkan dengan X) sedangkan jumlah totai hasil penjualan rne*pik*
variable terikat dan (disimbolkan dengan Y).

meqjadi sampel dalam penelitian ini dengan judah sampel berdasarkan rumus. penarikan sampel oleh Slovin dalam sunyoto sebanyak 72 petani yang terbagi atas 10 Desa,/Kelurahan dari ke

Product Moment yakni melakukan analisis di Kecamatan Anggeraja yang

petani merupakan variabel

bebas

Rp 102.A02.778/

10

Rp 10.200.278 keuntungan/petani bawang merah dalam jangka waktu lebih kurang tiga bulan. Tabel

4'

Data jumlah Modal dan hasil penjualan bawang merah


Kabupeten Enrekang

di Kecamatan

Anggeraja

No

Desa/Kelurahan

49.350.000

2.

Mataran

12.654.083 11.173.625

35.496.938 21.567.000
52.083.000 20.601.000

3. Tanete 4. Bubun Lamba 5. Siambo 6. Tindalung 7. Batu Noni 8. Saruran


Mampu
Pekalobean
I 0.

30.623.298 15.737.s00
20.289.767

2s.42A.608
I 1.728.000 14.830.750

46.158.000 60.620.469
19. r 98.080

46.2s0.000
3

12.207.000 178.668.931

r.350.000

Jumlah

Total

382.674.487

Sumber: Data Primer diotali tatrun ZOU

1' 2'

Jumlah modal sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pemodal yang disimbolka, dengan X jumlah_totalnya adolah jumlah keseluruhan aara yaig terpakai pada 72 petarri dengan 10 (Sepuluh) desal Kelurahan Jumlah hasii perrjualan (pendapatan )adalah jumlah hasil panen dikalikan dengan harga rara rata per Desa/Kelurahan dan disimbolkan dengan y

127

KTMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

Tabel 5. Besarnya korelasi product moment

No Desa/

xl(o0o)
576.206.418
160.125.817

r"! (ooo)
2.435.422.500
1.260.032.647 465.135.489

xY 00a.aa0)
1.184.612.205 449.181.200

1 2 3 4 5 6 7 8 9
10

Kelurahan Lakawan Mataran


Tanete

Bubun lamba
Siambo

124.849.896 937.786.380 247.668.906


411.674.645 646.2A7 311

240.981.570
1.594.953.230

2.712.638.889
424.401.201 2.130.56A.964 3.674.841.262 368.565.276

324.208.238
936.535.865

Tindalung Batunoni
Saruran

131.s45.948

l.541.009.179 225.155.082
685,922.188 382.689.450

Mampu

2t9.95r.146

149.010.849 Pekalobean 3.611.027.352 Jumlah Sumber: Data Primer diolah tahun 2012 Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat

2.139.062.500 982.822.500
16.s93.484.188

1.565.247.406

diketahui:

oleh para petani kita di Indonesia pada umumnya dan petani bawang merah di

Kabupaten Enrekang

Tv

l0
178.668.931 382.674.487
3.611 .027 .352.000
7

yakni masalah kekurangan modal disisi lain


kepercayaan pemodal untuk membiayai usaha tani bawang merah ini tidaklah sia

Iv
T T

1'2
14,

sia karena pemodalPun


memperoleh keuntungan

daPat

IY2

16.593.484.188.000 .s6s.247 .406.000.000

dari

modal

yang ditanamkan pada usahatani ini.

3. Dari hasil penelitian

Dengan demikian besarnya korelasi product moment adalah sebagai berikut: n fXY - OX)

rxy

O\)

yang dilakukan dari sepuluh Desa/Kelurahan dengan jumlah petani bawang merah sebanyak 72 orang selama penelitian berlangsung tidak

satupun petani bawang merah

Yang

\{;tr-eE"-){];t?:lEST

mengalami puso atau gagal panen dan

semuanya memperoleh

keuntungan

: 0.89 atau besarnya koefisien korelasi (r) = 89 % sehingga dalam penelitian ini
huburgan antara dua variable yaitu variable

walaupun berbeda beda karena berlaku hukum pasar yakni hukum permintaan dan pemasaran (suplay and demand) tetapi secara umum baik petani maupun

x dan variable y salgat besar


sangat'erat yakni 0.89 atau 89 %).

(biaya

pemodal mandiri

memPeroleh

produksi dan produksi yang dihasilkan

keuntungan sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha yang dilakukan dengan sistim pola kemitraan mandiri layak dan

efektif diterapkan pada usaha


tani lainnnya karena dapat

tani

KESIMPULAN

bawang merah secara khusus dan usaha


pendapatan mangatasi kendala modal yang selama ini dirasakan oleh petani.

1. Berdasarkan analisis data

petani dan pemodal dalam usaha tani


bawang merah menunjukkan bahwa pola

kemitraan yang diterapkan pada usaha tani bawang merah dapat memberikan pendapatan yang layatr< bagi petani dan
pemodal mandiri.

DAFTAR PLTSTAKA

2. Pola kemitraan yang diterapkan ini


sangat efektif karena dapat mengatasi
kendala yang selama ini sangat dirasakan

A. Karim

Adiwarman, 2A07. Ekanomi Micro Islam, Kharis Putra Utama


Offset.

H"b*rg* D".g*

Pola Kemitraan Mandiri Terhadap Pendapatan Petant Anggeraja Kabupaten E'nrekang Kecamatan Di Bawang Merah i i 8- i 29 ( Asrra. ivl Lfiamtnacl Sttun. Svaritrrcldin Yr'rsul')

t28

Arikunto Suharsimi, 199g.

prosedur penelitian, pT Rineka Cipta.

Murpi Solehuddin,

201

l.

Manajexe,,:,,

untuk Orang Awan,

Laskar.
...

::

Aziz MansTur, 2010. Telmologi Budidaya dan pasca panen BpTp Sulawesi Selatan Fakultas pertanian
Unhas.

R.A. Supriyono, I996. Manajenu,:


yogyakar"ra.

dan Kebijaktn Bisnis Edis.i 2

lil

-:

Hanz Yohanis Tegai, 2003. Tesis peranqn pola Kemitraqn krhadap Peningkatan Usqha Kecil ai
Kabupaten Jayapura.

Ruki Achmad- 5., 2002. Sukses sebagt;i Manajer personalia, Gramelir


pustaka Utama Jakarta.

Hasan

H Hasbi, 201l. Ekonomi Syariah di


Dunia Islqm Kontemporer Gramata publising.

Rukmana Rahmat, 1994. Bav,ang i4err;it (Budidaya dan pengolahin pr, panen) Karrisius.

Utama Made, 2A02. Teknologi pascu

www.scribd.com Analisis Regresi dan Korelasi diambil pada tanggal 3


Pebruari 2012.

Panen Hortikultura
Udayana Denpasar, Bali.

Tehnologi pertanian Universitas


Saefuddin Edin, 2009. pengendolian Gulftuj.
Ta nam

Fakulta:;

Husein Umar, 2000. Studi Ketqyakan Bisnis,

Manajemen, Metode, dan kasus


Gramedia pustaka Utama Jakarta.

Hqma dqn penyakit Utnu.t


qn B att ang. Syngenta.

Jean Collingride

& Mary Ritschie, 1975. Dasar-Dasar Manajemen

Singgih, Wiboyo, 19g6.

peclom*,: Kecil,

Mengelola perusahaan
Penebar swadaya, Jakarta.

Personalia bagi perusahaan- Kecil, Pustaka Binaan presindo Jakarta.

Sudjan4 1989. Metoda Statistika. Edisi ke,.


Bandung: Tarsito.

Ade Kusmiawaty, 2009. Jurnal Agribisnis


Yol

I No

1, UMPAR press.

Nurhapsa ,2009. Jurnal Agribisnis Vol

2, UMpAR press.

Suliyanto, 2010. Studi Kelayakan Bisnis, Andi yogyakarta.


No

Sunyoto, Damang,
Sunyoto,

Kotler, 2000. Manajemen pemasaran di


Indonesia. Edisi pertama. Jakarta:
Salemba Empat.

201 l. Metodologi penelilian Ekonomi CAPS.

untuk Ekonomi.
CAPS.

D., 2011. Metodologi penelitian


yogyakarta:

Kotler.. P.. 1984. Manajemen pemasaran;

Analisis perencanaan
P e nge n dal i an,

dqn

Erlangga.

Suyana Aimad,

Lina Simatupang, 2011. Tesis penerapan Pola Kemitrqan dengan Siitem


petani/peternak
Mansyrlr Azis.

Pengembangan pertanian Departemer: Pertanian.

Merah, Badan penelitian d;i

2005. Agribisnis Bawang

di Kecamnlan Pantai Cermin Kabupoten Serdang.


201

Gaduhan terhadap Keseiahteraan

Pascq panen Makassar. BpTp


Sulawesi Selatan.

0. Buklet Budidaya dan

12e KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

PENGARUH EFISIENSI USATIATANI KENTANG TERHADAP PEMNGKATAN PRODUKSI PETANI DI KECAMATAN MASALLE KABUPATEN ENREKANG
(The Influence al Patatoes Farm Enterprises EfJiciency Increase of Farmer Production in Mosalle District Enrekang Regencl) Syahdawiah Anwar, Muhammad Siri Dangnga, Abdul

Munir

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh foktor produksi terhadop peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan usqhatani k"entang, lingfuit efisiensi dari setiap faktor produksi yang digunakan. Lokasi penelitian di Kecamatan Mqsqlle Kabupaten Enrekang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adqlah survei lapangan. Jumlah responden qdalah 50 petani. Analisis data yang diguno.kan adalah analisis fungsi produksi Cobb Douglas, analisis efisiensi. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa penggunaan faktar produksi yong berpengaruh terhadap peningkatan produksi usahatani kentang qdalah sewa luas lahan, bibit, dan pestisida. Sedangkan yang kurang berpengaruh adalah pupuk dan upah tenaga keria. Penggunaanfaktor produksi luas lahan, bibit danpestisida adalahefisien, sedangkanpeggmaon pupuk dan tenaga kerja belum efisien.
K at a K u n c i :
P e n garuh efe
sie

ns

i,

u s aha t an

ke n t a n g,

pe ningkat an

pr o duks

Abstruct
The aim of the study was to analyze the effect of production factors on the product qnd income increasing of potatoes farm, fficiency level of each production factors, and the most eficient elistribution. The study was conducted in Masalle Dislrict, Enrekang Regency using a survey. The number of samples was 5A farmers. The data werw analyzed by using Cobb Douglas produclion

function, fficiency analysis. The results of the study are indicate that, application of the production factors thqt inJluence to the product increase of patatoes farm are rent for wide qreo, seed and pestiside. At the same time, wages of workers andfertilizer do not give much inJluence. The application of the product factors, wide area, seed and pestiside are fficient but use fertilizer
and wages ofworkers do not effcient.

Kqnoords: Effeciency influence, polatoes farm, increase offatmer production

Pembangunan nasional selalu diarahkan pada terciptanya induslri maju


yang didukung oleh sektor pertanian yang tangguh. Hal ini mengindikasikan bahwa
sektor pertanian masih merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam proses

PENDAHULUAN

pembangunan nasional dan tetaP diperhitungkan dalam memacu laju

pertumbuhan ekonomi
pendapatan

nasional.

Pertanian memiliki posisi strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Strategi pembangunan pertanian jangka panjang bertujuan untuk mewujudkan pertanian yang tangguh, maju, produktif, efektif dan efisien, mengingat sampai saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia mata pencahariannya atau berusaha di sektor pertanian. Salah satu prioritas yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersetrut adalah usaha pengembangan hortikultura. Pembangunan komoditas hortikultura masih

Pembangunan pertanian secara garis besarnya diarahkan untuk meningkatkan


petani, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta mengisi dan memperluas pasar. baik pasar dalanr negeri maupun pasar Iuar negeri melalui pertanian.

dan taraf hidup

sangat terbukq karena lndonesia masih memiliki banyak areal lahan yang belum termanfaatkan secara optimal (Saragih,
2002).

Pengembangan usaha agribisnis hortikultura mempturyai keunggulan


130
1

Pengaruh Efisiensi Usahatani Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecarnatan Masaile Kabupaten Enrekang (S1.ahda*-iah Anu.ar, \4rrhammad Sir:i Dangnga, Abdrrl \4unir)

30-146

dibandingkan dengan komoditas pertanian


lainya- Pertama dalam suatu luas lahan yang kecil dapat memberikan keuntungan rilatf besar. Kedua, dapat memberikan jaminan pendapatan yang tinggi, jangka panjang dan berkelanjutan, khususnya pada pengusahaan buah-buahan dan sayuran. perluasan areal

kebutuhan akan produk hortikri


diperlukan usaha peningkatan produksi mengarah kepada penilgkatarr cti usahatani, produktivitas dan mutu pii-,,.:

Kegiatan

ini dapat dilakukan den;1;rr;

,:;

penguasium dan aplikasi ilmu dan teknolop,i,

hortikultura merupakan upaya investasi jangka panjang dan diarahkan untuk

komoditas sayuran dan buah-buahan unggulan nasional yang mempunyai

yanq layak, meningkatkan

memanfaatkan sumber daya alam secar.a bijaksana dan optimal dalam skala usaha
kemampuan

produksiaya yang ditujukan

gizi, vitamin dan mineral yang dibutuhkan bagi pertumbuhan manusia sampai usia lanjut. Oleh karena itu walaupun sa),uran bukan merupakan bahan makanan pokok, n.rmun komoditi ini termasuk dalam kebutuhan dasar manusia yang perlu dikonsumsi setiap hari. Menurut standar FAO, untuk hidup sehat, setiap orang perlu mengkonsumsi sa1.rrrm sebanyak 65,75 kg/tahun, di lain pihak, saluran cocok untuk usaha peningkatan pendapatan, karena sayuran merupakan salah satu komoditi komersial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan sebagian besar atau seluruh hisil
untuk

keunggulan komperatif dan kompetitii Komoditas Hortikultura khuzusnya saluran adalah bahan makanan yang sangat variatif, karena setiap jenisnya mengandung

sumber daya manusia dalam manaje.mcr, usaha, serta meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam melaksanakalr
agribisnis hortikultura.

Salah satu upaya yang dilakukar,


dalam

pengembangan

komoditas

melalui perlursan areal tanam. Dalam ini sangat diperlukan koordinasi penentuan lokasi pirluasan
kaitannya dengan hal

hortikultura adalah melalui penumbuharr sentra-sentra produksi komoditas yaitu

kawasan. Pemanfaatan sumberdaya alam secara arif bijaksana penyediaan dan penerapan teknologi produksi, pemilihan dan penggunaan agro input yang ramah lingkungan akan memberikan hasil yangl
maksimal. Keberadaan sektor pertanian, telah terbukti mampu memperbaiki taraf hidup

hortikultura yang mengacu sepenuhnya pacla pengembangan sentra di masing-masing

memenuhi kebutuhan pasar. pemrintaan pasar selalu meningkat sejalan dengan


meningkatnya kesadaran gizi, meningkatnya

kemampuan daya beli,

maupun

juga menunjukkan meningkatnya

cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri hulu dan hilir yang mendukung potensi serapan pasar dalam dan luar negeriFenomena dalam kehidupan masyarakat

karena permintaan yang

meningkatnya pola konsumsi masyarakat. Prospek pengembangan hortikultura dimasa mendatang cukup menggembirakan

masyarakat pedesaan, meskipun hal rru belum merata menyenfuh pedesaan secara menyeluruh. Kemampuan sektor pertanian dapat ditunjukkan dengan aktivitas dalam meningkatkan pendapatan petani. Selain itu

sektor pertanian berperan


peningkatan ekspo. dan devisa
kesempatan berusaha.

dalam

penyediaan bahan baku

ketersediaan pangan

dan Sayur sa),uran,


industri,
negara, dan

penyediaan kesempatan kerja

Sehubungan dengan peranan sektor pertanian tersebut, maka visi pembangunan

peningkatan kesadaran dan

pendidikan dan kesejahteraan. mendorong

tingkat minat

sejahtera khususnya petani melalui pembangunan sistem dan usaha agribisnis


berkelanjutan, berbasis pedesaan dan berwawasan lingkungan, selain itu juga
pendekatan

pertanian adalah terwujudnya masyarakat

masyarakat terhadap komoditas hortikultura. Ditinjau dari ketersediaan dan dava dukung sumber daya alam, maka Indonesia

yang berdaya saing,

berkerakyatan,

mempunyai potensi yang sangat

perlu ditempuh suatu


perencanuin usahatani

besar.

kondisi iklim dapat dikembangkan untuk berbagai jenis dan varietas komoditas hortikultura. Dalam upaya memenuhi
131

Berbagai daerah dengan karal,leristik dan

yang berorientasi pada pernanfaatan sumberdaya secara

efisien dan efektif, dalam

mewujudkan pertumbuhan

rangka dan

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

perkembangan atau peningkatan sektor


perlanian.

ekonomi tinggi. Oleh karena itu, banyak petani ataupun investor mulai menanamkan

Selaqjutnya, pembangunan sektor pertanian sesungguhnya bertujuan: (1) meningkatkan produksi guna memenuhi

modal untuk rnembudidayakannya. Selain faktor tersebut di atas juga merupakan komoditi yang memprmyai peranan dalam
penrenuhan gizi dan diversifikasi konsumsi serta dalarn hal pemanfaatan sumberdaya
dan devisa.

kebutuhan masyarakat; (2) meningkatkan pendapatan petani sehingga menjadi pasar


potensial bagi produksi industri-indutri; (3)

memperbaiki makanan

gizi

melalui bahan makanan, sayumn; (4) untuk meningkatkan efisiensi; (5) mendukung untuk terbukanYa
terutama

masyarakat buah dan

Kentang merupakan salah

satu

komoditas sayuran yang mendapat prioritas

karena dapat mendatangkan keuatungan


bagi petani, dan mempunyai peluang yang baik dalam pemasaran dan ekspor, tidak

kesempatan kerja dan kesempatan berusaha

di pedesaan; dan (6) untuk

mudah rusak seperti sayuran

lainnya. tetapi

meningkatkan devisa melalui ekspor hasilhasii tanaman Hortikultura (Anonim, 2002). Pembangunan usahatani hortikultura merupakan salah satu uPaya untuk

Meskipun kentang bukan bahan rnakanan

pokok bagi rakyat Indonesia,

konsumerurya cenderung meningkat dari

mendayagunakan keunggulan komperatif


sumber daya lokal baik berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia dalam upaya memperluas lapangan pekerjaan,

tahun ke tahun sebagai akibat dari berkembangnya jurnlah Penduduk, peningkatan taraf hidup masyarakat,
kesadaran masyarakat

akan gizi,

dan

meningkatkan daya saing dan memperbaiki

tingkat kesejahteraan petani


menetapkan bahwa

serta

meningkatkan perolehan devisa. Untuk


mencapai tujuan tersebut, pemerintah telah
Pengembangan

wisatawan asing atau orang asing yang tinggal di Indonesia meningkat. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tanaman kentang perlu dikembangkan melalui pengelolaan yang intensif sebagai upaya peningkatan
pendapatan petani maupun permintaan akan kebutuhan kentang Yang semakin meningkat. Dari masalah pokok tersebut di atas, selanjutnya dapat dirumuskan masalah penelitian, sebagai berikut:

komoditas Hortikultura merupakan salah


satu prioritas pembangunan pertanian yang diupayakan melalui pembangunan sistem dan usaha angribisnis (Anonim, 2002).

yang mempunyai ProsPek

Salah satu komoditas hortikultura


untuk

dikembangkan guna memenuhi harapan


tersebut adalah usahatani kentang' Kentang merupakan salah satu komoditas saluran

1. Bagaimanakah tingkat efisiensi dari setiap biaya faktor Produksi Yang dikeluarkan dalam meningkatkan produksi usahatani kentang di

Kecamatan Masalle
Enrekang.

KabuPaten

penting yang mempunyai potensi besar sebagai sumber karbohidrat termasuk komoditas yang bernilai ekonomi tinggi. Budidaya tanaman kentang merupakan bagian, dari Pertanian Yang Perlu

2.

Apakah terdapat pengaruh biaya faktor produksi terhadap tingkat pendapatan


usahatani kenta:"g di Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang.

dikembangkan sejalan dengan peningkatan sumber daya manusia untuk mewujudkan pertanian maju, eltsiensi dan tangguh. Untuk keberhasilan mendukung lebih pengembangan kentang maka diperlukan

Tujuan yang ingin dicaPai

dari

penelitian ini adaiah untuk: 1. Menganalisis tingkat efisiensi dari setiap

fakor produksi yang digunakan dalam

meningkatkan Produksi
meningkatkan pendapatan

bibit bermutu oleh petani pada


usahatani.

lahan

dan usahatani

kentang di

Kecamatan

Masalle

tuberosum) yang banyak jenis sayuran tanaman adalah ditanam di daerah pegunungan dan termasuk

Kentang (Solanum

2. Mengetahui pengaruh biaya


Kabupaten Enrekang.

Kabupaten Enrekang.

faktor

jenis tanaman sa)'uran semusim, berumur pendek. dan berbentuk perdu atau semak. Kentang banyak mengandung karbohidrat dan termasuk komoditas yang bemilai

produksi terhadap tingkat pendapatan usahatani kentang di Kecamatan Masalle

Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang (S,vahdau,iah Anrr,'ar, Mr.lhammad Sin Dangnga, Atrdr'rl \'!rrnir)

P*rc"*h Ef"t"r* usahatani

132
1

3o_146

METODE PENELITIAN

A. Waktu

penelitian

dan Lokasi penelitian

produksi, pemasaran,

usahatani kentang, volume dan nilai


pembinaan

Kecamatan Masalle penelitian ini


pertimbangan bahwa

ini

dilaksanakan di
Kabupaten

serta masalah yang dihadapi dalam

Enrekang. Untuk memilih lokasi dilam

2. Data

berusahatani kentang.

Sekunder,

usahatani Kentang. penelitian ini dilakukan selama kurang lebih tiga


bulan.

pada Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang merupakan daerah berpotensi untuk pengembangan

didasarkan

di

khususnya

diperoleh dari insransi yang teitaitl

yaitu data

yang

Perkebunan. Data sekunder tersebut meliputi: gambaran umum lokasi penelitian, kebijakan pendukung

Dinas pertanian dan

tingkat h*gq volume dan nitai produksi, serta keptxtakaan yang


relevan dengan penelitian ini.

pengembangan usahatani kentang,

B. Populasi dan Sampel

l.

Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh petani tanaman kentang yang ada di lokasi penelitian sebanyak 250
petani.

D. Pengumpulan Data
penelitian ini diperoleh dari:

Pengumpulan data

dalam

2.

Sampel

jumlahnya banyak serra tidak dapat dijangkau secara keseluruhan oieh

populasi dalam penelitian ini

Sampel adalah sebagian dari populasi penelitian yang diteliti dan dapat mewakili populasi. Oleh karena

1. Observasi (pengamatan), yaitu pengumpulan daia dan informasi yang dilakukan dengan cara
mengamati secara langsung hal_hal
yang berhubungan dengan penelitian.

2. Wawancara (inteview), yaitu pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan cara
mengadakan wawancara langsung dengan petani sampel di iul* usahatani dan atau di rumah (anjang

sebagainya, maka dalam ini dilakukan penarikan sampel. Sampel dipilih secara acak dengan jumlah sampel, yaitu 20yo
penelitian
dari 250 petani kentang sebanyak 50 responden petani yang diteliti .

dan

peneliti, dan mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga, biaya

sana), dengan menggunakan instrumen berupa pedoman


wawancara dan daftar pertanyaan.

Menurut Lewangka (2003),


bahwa jumlah 30 sampel merupakan batas minimal, oleh sebab itu jumlah

3. Dokumentasi (document), yaitu pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan cara
mengambil dokumen_dokumen yang
berkaitan dengan penelitian.

sampel 50 petani sampel


memenuhi syarat penelitian.

ini

telah

C. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder.

E. Analisis Dala .. . Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, maka
digunakan analisis sebagai berikut:

7. Analisis Fungsi produkgi Cobb_ Dottglas, yaitu mengetahui faktor


produksi yang berpengaruh terhadap kentaag. Soekartawi (2003). Model penelitian dapat dirumuskan sebagai

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar
Data primer tersebut meliputi: identitas petani responden, tenaga kerja, potensi sumber daya, sarara produksi, asset dan peralatan, biaya

tingkat pendapatan usaha

tani

fungsi produksi Cobb-Douglas dalam

yang dijadikan responden.

pefianyaan dengan petani kentang

y:
Di

berikut:
a XrbI xro,

xr* &H

X5Hsu

Y: a : X1 :

mana: Pendaparan (Rp)

Intercept
Luas lahan (Rpl are)

IJJ

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

X2 = Biaya bibit (Rp/kg) X3 = Biaya pupuk (Rp/kg) )Q : Biaya Pestisida (Rplkg) X5 = Upah tenaga kerja (RP/HOK) b1...b5: Parameter (koefisien

5.

Lahan adalah jumlah luas areal lahan perkebunan yang ditalrami kentang a'tau tanalr- tempat di mana petani

menggarap usahataninya
(ha).
6.

yang

dinyatakan dalam satuan luas hektar

p: e:

regresi) Kesalahan (error);dan

2,718

Pupuk adalah jumlah pupuk yang digunakan pada usahatani kentang

Dengan transformasi logaritma,

maka persamaan firngsi produksi ini


dirubah menjadi regresi linear berganda (double log), yaitu: ln y = ln a * tr1 lnXl + b2 lnX, + b3 lnx3 + ba lnXr + b5 lnX5+ p
7.

dalam usaha menyuburkan dan menggemburkan tanaman yang


dinyatakan dalam kg atau sak.

Tenaga kerja adalah orang-orimg


yang bekerja pada usahatani kentang atau jumlah tenaga kerja petani yang

digunakan pada usahatani kentang


dalam rangka meningkatkan produksi

F. Definisi

Operasional Batasan Pengertian istilah dalam penelitian ini antara lain:

kentang yang dinyatakan dalam Hari Orang Kerja (HOK).

1. Usahatani kentang adalah

2.

suatu usahatani dimana sebidang tanah atau lahan ditanami kentang. Petani sampel adalah petani yang menantlm dan mengusahakan usahatani kentang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Keadaan Sektor Pertanian 1. Karakteristik Tanah dan

lklim

Berdasarkan banyaknYa curah

3. Produksi kentang

adalah produksi yang dihasilkan oleh Petani Pada usahatani kentang yang dinyatakan
dalam kilogram (kg).

hujan di Kabupaten Enrekang daPat dibagi beberapa zorra iklim menurut

Oldemen. Dari kriteria

Yang

maka iklim daerah

dikemukakan oleh Oldemen tersebut,


wilaYah

4.

yang digunakan dalam

Faltor produksi adalah semua input

produksi kentang agar mampu tumbuh dan menghasilkan dengan


baik seperti luas laharu bibit, pupuk,
pestisida, dan tenaga kerja'

Proses

Kabupaten Enrekang memiliki tipe m C2,D1, D2, dan M El, E2. Untuk lebih jelasnYa berikut akan dikemukakan keadaan curah ini hujan dan hari hujan selama 3 tahun

terakhir (2009-2010) untuk setiap bulan di Kabupaten Enrekang, daPat

disajikan pada Tabel l.

Tabel 1. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan untuk Setiap Bulan di Kabupaten Enrekang
Tahun 2009-2010

Hari Hu
Bulan
Januari Februari 2009

352
249

2010 128

2009
17

t7
19 14 14 18 18 19 19 18

230
94

2A

Maret

t72
231
170
5

t1
16 16 J 10 J J J

April
Mei
Juni Juli Agustus
September

r88
200 281

97
5

241
450 .7 1)
411

4
41 91

Oktober November

2t
21 10

10 629 13 224 122 Desember Sumbe., Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Enrekang

Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang (S,vahc1.au.rah An..r.,ar, Mr.rhammad Sin Dangnga, Abdul \'ltln!r)

p"rg".-l, Efit**i usahatani

t34
1

30-146

2. Pola Penggunaan Lahan Potensi areal yarlC

sebagai berikut:

yang terdiri dari lahan kering seluas 74.956 Ha dan lahan basah (sawah) sekitar 10.920 Ha dengan rincian adalal

Kabupaten Enrekang seluas g5.g76 Ha

dimiliki

Penggunaan

Kabupaten Enrekang dibedakan mJnjadi jqtuk bangunan, pekaranlan, tegalan/kebun, ladangihumu au, Juin

lahan kering

di

JeT

hujan.

meliputi sawah irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi a"r, au, taOai,
un 2010

sebagainya Sedang tanah

sawah

q.uiuo

a. Irigasi Teknis

b. Irigasi Setengah Teknis b. Irigasi Sederhana c. Irigasi Desa d. Tadah Hujan JumIah Sumber: Kantor

zit
2.317 3.46A

2,72
1l aa LL,LL

31,69
44,39

4.846
10.920

Ot"*
menunjukkan bahwa di

100%

Tabel

Kabupaten Enrekang, luas lahan pertanian tyt {urg menggunakan irigasi ietengah teknis, irigasi sederhana dan irigasi d"esa ^ teknis 297 Hq irigasi sederhana 2317"Ha dan irigasi desa 3.460 Ha. Sedangkan luas

areal lahan pertanian yang menggunakan tadah hujan adalah sebanyak4.g 46lia.

iq"$

masing-masing:

irigasi

setengah

areal pertanian atau usahatani


rincian adalah sebagai berikut:
ten

dimana luas areal masil OiaomLasi oletr


dengan

Tul, te]ah diupayakan penggunaannya

Keadaan luas wilayah Kabuoaten Enrekang adalah 1.7g6.01 Km2 (17g,601

Tahel .3 Luas Lahan pertanian rvi

Luas Areal
Sawah Pekarangan
Padang Rumput

Tegala,4(ebun Perkebunan

10.920 4.270 14.127 48.049

36.152
164 8.430 43.649 8.34s

Kolam
Hutarr Rakyat

Hutan
Sumber: Kantor Oinur pe

perkebunan seluas 36.152 Ha dan padang rumput seluas 14.127 Ha.

lahan didominasi oleh Hutan seluas 43.649 Ha selanjutnya Tegalail(ebun seluas 4g.04i fiu,
Potensi tersebut

pada penggunaan

Dari tabel 3 di atas terlihat bahwa

3.

Potensi, Produksi dan produktivitas

l.

lahan yang dapat dimanfaatkan


usahatani hortikultura

di

atas merupakan
untuk

produksi dan produktivitas sayuran


tahun 2010-

luas tanam, luas panen,

Produksi Sayuran Berikut ini akan dikemukakan


volume

dengan
setempat.

yang disesuaikan iklim dan pola tanam petani

135

KLMANDIRIAN

Vol. 3 No. 2. Agustus 2011

Tabel 4. Luas Tanam, Luas Panen , Produksi dan Produktivitas Komoditi Hortikultura (SayurSayuran ) Tahun 2010

I.lo.
I
2 3. 4. 5. 6.
a 8.

Komoditi

Luas Tanam (Ha)


t.204
2.307

Luas
Panen

Produksi

(Ton)

Proiiuktivitas
(Ton/Ha)
352,69

(Ha)
1.100

Kubis

Merah Kentang
Bawang

38.795,2

2.439
100

1l I
1.128

Tomat

Buncis
Petsai/sawi Kacang Merah Cabe Besar Bawang Daun
Cabe

274 123
769 605

924 265
116 903

470

9. 10.
11.

766
88
111

719
76
95

Rawit

Terong

291 t3,12 50 565,6 Mentimun 53 13. Sumber: Kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Enrekang 12.

Wortel

331

11.114,9 83,94 8i0,7 81,11 10,226 110,67 2.803,6 105,80 3.224 277,93 2.702,6 29,93 1.666,1 35,45 5.922,1 82,37 179,3 23,59 t0t,47 964 4.525,5 155,52

Tabei 4 menunjukkan bahwa pada

tahun 2010, produksi saluran

di

adalah cabe rawit, sebe# 179,3 Ton dan proCuktivitas 23,59 T onlHa.

Kabupaten Enrekang yang paling besar adalah produksi kubis sebanyak 38.7 95,2 Ton dan produktivitas 352,68 Ton&{a.

2. Produksi, Pertanian
Pangan

Tanaman
panen,

Sedangkan bawang merah

sebesar

Untuk luas tanam, luas

17.114,9 Ton dan produiktivitas 83,94 Tonrfla. Tetapi jumlah produksi sayruan yang paling rendah dalam satuan Ton

volume produksi dan

produktivitas

tanaman pangan tahun 2010 dapat di lihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Luas Tanam, Luas Panen Volume Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan 2010 Luas Luas Produktivitas Produksi No. Komoditi (Kwi/Ha) (Ton) Tanam Panen (Ha) {Ha)
1.

2.
J.

Padi Jagung

15.088 13.136 12.192 12.625


4s9
570 321
355

52.51

s2.99
140,44

Ubi Kayu
IJbi Jalar
Kacang Tanah

320
533 338

68.982,28 66.898,16 4.494,09

4. 5. 6.
7.

85,58
15,71

4.561,3s
53 1,05

Kacang Hijau

'Kedelai

sz

46
311
1

9,17
1,48

44,94

425.78 Sumber: Kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Enrekang

Tabel
bahwa

di

5 di

atas, menunjukkan

Kabupaten Enrekang pada

masing 4.494,09 ton, 4.561,15 Ton, 531.05 Ton, 425,78 Ton dan 44,94 Ton

tahun 2010, luas tanam, luas panen, dan

volume produksi padi adalah masingmasing 15.088 Ha, 13.136 Ha dan 68.982,28 Ton dengan produktivitas

dengan produktivitas masing-masing adalah 140,44Ton/lla, 85,58TonIHa, 15,71Ton/Ha, 9,77Ton/I1a & 11,48
Ton/Ha.

mencapai sekitar 52,51 Ton/F{a sedangkan volume produksi jagut g 66.898,16 Ton dengan produktivitas 52,99 Ton/Ha. Kemudian volume produksi ubi kayr.r, ubi jalar, kacang
tanah, kacang hijau dan kedelai masingPengaruh Efisiensi Usahatani Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecarnatan Masalle Kabupaten Enrekang (Syahdau'iah Anrvar, \4uhammad Sin Dangnga, Ahdul \4rtnir) 136
1

30-146

3.

Produksi Tanaman perkebunan


Tabel.6 Jenis Produksi Tanamau perkebunan di

Tahun2008-2010
Keterangan

Kopi
Kakao Cengkeh

ffi6lo5.350 1.766 430 204 862 19 604 404 9


5.t74,55
917,17 509,20 200,90 850,65
19,90

Produksi (Ton) 8.915,53 1.035,22


509,2

Unggulan

Kelapa
Lada

Vanili
Gula Aren

203,5 850,65

Ig,g0
594 403,5 7,7

594

Jambu Mete

396,40 8,40 sumber: Kantor Dinas Pertanian dan perkebunan Kabupaten &uekang

Kemiri

Tabel 6 menunjukkan bahwa di


Kabupaten Enrekang, produksi kopi daa produksi kakao pada tahun 2009-2010 mengalami peningkatan dari 5.174,55 ton menjadi 8,915,53 ton, dan kakao dari 917,17 ton naik menjadi 1.035,22 ton tanaman kopi ini merupakan

Enrekang. Sedangkan komoditi


peningkatan/penurunan). _ mengalami * Tetapi jambu mente produksinya mengalami penurunan setiap tahunnya.

tanaman unggulan

di

Kabupaten

cengkeh. lad4 vanila dan gula aren di tahun 2009-2010 produksi tetap (Tidak

4.

Perkembangan Populasi Ternak Tabel 7 lasi Temak di Ka


Jenis Ternak Sapi Perah Sapi Potong

No

Produksi
2049

Enrekang Tahun 2009-20 1 0

(Ekor)
2010 Keterangan

1.508

t.M3
36.361

30.168

Kerbau 1.141 Kuda 1.164 Kambing 34.866 Ayam Buras 121.178 Ayam Ras 339.175 Sumber: Kantor Dinas Petemak*

3.145
669
39. I 68

165.62r
551.347

populasi temak yang paling tinggi


kenaikannya adalah ayam

Populasi petemakan di Kabupaten Enrekang pada tahun 2009201 0, rata-rata mengalami peningkatan setiap tahunnya (Lihat Tabel 6). Tetapi
rffi,
dari

populasi kambing adalah

.meniagkat ditahun 2010 menjadi 165.621 ekrr. Kemudian menyusul


sebesar

34.866 ekor meningkat menjadi 39. t 69. Tetapi yang paling kurang populasinya

339.175 ekor meningkat di tahun 2010 menjadi 551.347 ekor, kemudian ayam Buras ditahun 2009 jumlahnya l2l.l7g

ekor

darl 20A9-2010 adalah kuda dari 1164 produksinya menurun meqjadi

669 ekor.

5.

Tabel

Produksi Perikanan 8 i Perikanan di Kabu


Jenis Temak

Enrekang Tahun 2008-201 0 2009 135,50

No.
1.

2010
125,42

Keterangan

2. ,-

268 Perairan 433 Sumber: Kantor Dinas Petemakan dan

Kolam Mina Padi

107

t95

227,59
438.3
r

p@

427.51

137

KLMANDIKIAN

3 No.

2, Agustus 2011

Tabel

menunjukkan bahwa

dari mina padi sekitar 7,740 ton setiap

hasil produksi perikanan di Kabupaten Enrekang, yaitu pada tahun 2008-2010.

tahun. Kemudian pada tahun 20082010, ruta-ruta hasil produksi ikan dari perairan hanya sekitar 433 ton setiap
tahun.

rata-rata produksi

ikan dari

kolam

hanya mencapu 8,733 ton setiap tahun. Sedangkan rata-rata hasil produksi ikan

B.

Jumlah Penduduk Untuk lebih jelasnya berikut


Tabel 9 Populasi Penduduk di

ini

akan dikemukakan jumlah penduduk desa dan

kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 9. Enrekans Tahun 2010 Penduduk Kepadatan

No. Kecamatan
l.
2.
J. J.

Jumlah Desa 22
18 15
8

Jumlah

l:Fu9$, (Jrwa/Km-

4. 5. 6.
7. 8.

9.
10. 11.

Maiwa Enrekang Baraka Alla Anggeraja Bungin Cendana Curio Malua Buntu Batu Masalle Baroko

23.t19
30.568 21.201 21.727 23.825

60,13
105 133

107

15

96,7
190 18,38
83,1 4

li

6 7
8

4.345
8.804 14.841 7.641 12.719 14.354 10.284

89

100,9

6
5

I )q ))
80,1

1.088,58 193.488 Jumlah Sumber: Kantor Biro Statistik Kabupaten Enrekang (Dalam Angka) Tahun 2011

Dari tabel di atas me.,r*jukkaf, bahwa jumlah penduduk meruPakan potensi yang dimiliki suatu wilayah dalam percepatan pembangunannya-

Pemerintah bersama-sama akan banyak bergerak secara bersama-slma menuju tujuan bersama. 1. Program Pokok Pembangunan

Keberhasilan pembangunan dalam suatu wilayah diPengaruhi oleh


kemampuan dan usaha penduduk dalam membangun wilayahnya.

Pertanian a. Mewujudkan ketahanan pangan"

melalui penyuluhan

pertanian

pada tingkat rumah tangga dan


tingkar. kabupaten tahun 2010.

C. Pembangunan Daerah Pertanian


sebagai Daerah Agropolitan

b. Mendorong,

memfasilitasi peran

serta masyarakat dalam upaya


peningkatan komoditi hortikultura

budaya yang dianut

Dengan memPerhatikan nilai


dalam

penyelenggaran pembangunan daerah


Kabupaten Enrekang yang diangkat dari

pada tingkat rumah tanggq wilayah, dan nasional sesuai

tradisi dan prinsip kearifan budaya Enrekang, yaitu sipakalau dan


assamaturu sipakatau, kebersamaan yang berbasis Pada perhargaan dan pengakuan terhadap
keberadaan

c.

sumber daya dan budaya lokal. Meningkatkan mutu pelayanan

pertanian tentang pengkajian,


pengembangan, pemantauan dan

yaitu

prinsip

perumusan kebijakan

yang

jati diri setiap anggota masyarakat. Sedangkan assamaturu,

menyangkut aspek ketersediaan komoditi hortikultura dan pangan,


cadangan makanan, kewaspadaan pangan serta upaya ketersediaan penganekaragaman konsumsi

yaitu prinsip kebersamaan yang berbasis


pada mementingkan semangat satu kata dalam melaksanakan aktivitas.

peng*"tr Efisiensi Usahatani Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecamatan Masaile Kabupaten Enrekang (Syahclarr,'iah Anrvar, lr4uhernmail Siri Dangnga, Abdul \'lunir)

138
1

30-1 46

makanan,sa),uran,buah-buahan pangan dan gizi.

d. Menciptakan hubungan

Kabupaten Enrekang mempunyai potensi sumber daya alam (SDA)


dan

koordinasi yang harmonis antara

termasuk potensi

pengembangan

lintas sektor, Iintas pelaku dan kntas wilayah dalam kegiatan


perencanum, penggunurn,

holtikultur4 terutama kentang cukup


besar untuk dikembangkan.

pemantauan, evaluasi, pertanian Kabupaten Enrekang.

implementasi

monitoring dan

2.

Program Pengembangan Pertanian

Program

Pengembangan

pertanian yaitu:

l)

Pengembangan sarana dan


prasarana pertanian

Program utama pembangunan pertanian di Kabupaten Enrekang terdiri dari: (l) program peningkatan Hortikulnr4 (2) program pengembangan agribisnis, (3) program peningkatan kesejahteraan petani. Mengacu pada ketiga program agribisnis saat ini serta memperhatikan permasalahan yang dihadapi, maka
tujuan pengembangan kentang adalah

2) Pengembangan
penyuluhan pertanian

sistem

3) Pengembaagan 4) 5)
tangga

a.
Peningkatan

sebagai berikut:

Meningkatkan produksi dan mutu

kentang melalui perluasan areal


tanam pada tanah yang subur cocok untuk tanaman kentang dan

Komoditi Hortikultura
Pengembangan usahatani rumah Pengembangan usahatani ramah lingkungan
usaha-usaha

penerapan teknologi budidaya

6) Pengembangan

b. c.

kentang secara optimal; Menyediakan benih varietas unggul kentang yang bermutu tinggi;

3.

7)

pertanian Pengembangan dan saing produk

LangkahJangkah Pelaksanaan

l)

Pengembangan Sarana dan


Prasana Pertanian

Mengembangkan industri benih kentang dalam rangka I menjaga kontinuitas pasokan benih yang
bennutu tinggi;

2)
3) 4)

d. Mengembangkan e.

Peningkatan Sistem Penluluhan


Pertanian. Peningkatan Hortikultura Pengembangan Pertanian Ramah

diversifikasi produk kentang dalam peningkatan nilai tambah;dan

Lingkungan

5) Pengembangan
Pertanian

Meningkatkan kompetensi dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) Pembina dan

Usaha-Usaha Saing

pelaku usaha produksi serta


penguatan kelembagaan pelaku

6) Pengembangan Daya
7) Koordinasi
Produk

Pembangunan

Di Kabupaten Enrekang, terutama di Kecamatan Masalle


pembangunan agribisnis kentang pada lima tahun mendatang diarahkan untuk:

usaha hortikultura (Anonim, 20 1 0).

Pertanian

D.Strategi Perkembangan Usahatani Kentang di Kecamatan Masalle


Katlupaten Enrekang

Kentang adalah salah

satu

pengembangan kentang di Kabupaten Enrekang tersebar di tiga Kecamatan yaitu: Kecamatan Masalle, Baroko dan
Kecamatan Alla.

tanaman pertanian.

komoditas unggulan Holtikultura di Kabupaten Enrekang yang banyak diusahakan oleh petani dari areal
Potensi

impor); (2) pengembangan industri benih kentang dari b,ji yang teiah diseleksi dalam rangka menjaga kontinuitas pasokan benih bermutrr tinggi; (3) perluasan areal tan*n:i kentang sebagai upaya antisipasi peningkatan konsumsi; dan (4)
pengembangan

pengembangan varietas kentang setara kualitas impor sebagai salah satu upaya subtitusi (pengurangarr ketergantungan terhadap pasokan

(1)

Untuk melaksanakan sistem agribisnis, di Kecamatan Masalle

yang baik dan


diversifikasi produk

teknik

pengendalirrr pengembaait.:, olahan kentarr,

13e KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

dalam rangka upaya peningkatan nilai


tambah.

mendukung pada
(Anonim,2010).

efisiensi pefiBsarar
ilntuk

peningkatan kenlang
strategi

Strategi pengembangan kentang ditetapkan untuk mencapai tujuan dan


sasaran meliputi:

a.

Strategi pengembangan

di lini

on

farm mencakup: perakitan varietas


unggul, penguatan sistem Produksi benih sumber, pengelolaan harna dan pengendalian hama PenYakit terpadu serta perbaikan mutu dan daya simpan produk. Berdasarkan

pengembangan produksi kentang di Kecamatan Masalle Kabupa{en Enrekang, dapat dilakukan tahapantahapan sebagai berikut:

l.

Tahapan Budidaya Kentang

Penerapan teknologi budidaya tanaman kentang di Kabupaten Enrekang


(Kecamatan Masalle) diharapkan dapat

prioritas

pengembangan Yang menitikberatkan pada Perbaikan

varietas serta didukung

oleh

b.

percepatan deserminasinya kepada pengguna, langkah-langkah shategi pengembangan tersebut diarahkan untuk meningkatkan efisiensi usahatani kentang dan daYa saing produksi. Strategi pengembangan di lini off-

lebih meningkatkan produksi kentang tersebut. Keberhasilan perbaikan peningkatan produksi dan pendapatan

petani pada gilirannya lebih

akan

memperlancar upaya pengembangan luas areal pertanian kentang dalam rangka

meningkatkan produksi

dan

produktivitas kentang pada umumnya di

farm yang diawali

dengan

peningkataa produksi kentang di


Kabupaten Enrekang.

Sulawesi Selatan dan

khususnya

perbaikan teknologi Pengolahan untuk mendukung Pengembangan


industri hilir (skala rumah tangga maupun industri), misalnya industri

meningkatkan p.oduldi
kentang

Dalam

ranska untuk dan mutu

irisan kerilg, krupuk

kentang,

tepung kentang dan

lain

di Kabupaten Eruekang, perlu dilakukan langkah-langkah yurg strategi, yaitu:

c. Strategi pengembangan di lini kebijakan pemerintah Yang


mencakup dukungan kebijakan

sebagainya. Pengembangan industri hilir diarahkan untuk meningkatkan efi siensi pengolahan kentang.

(1)

Peningkatan

(2) (3)

luas areal lahan usahatani kentang pada tanah yang subur dan cocok dengan tanaman kentang; Penggunaan tenaga kerja pertanian
usahataninya.

d. Strategi pengembangan di

perlindungan harga produsen.

yang berkualitas tinggi dan produktif dalam melakukan


Menggunakan benih kentang yang telah diseleksi dengan baik/yang

lini

pemasaran dan perdagangan Yang

mencakup pengembangan unit


usaha bersama (koperasi atau usaha

berbadan hukum lainnYa)

serta

lebih unggul, yang dapat meningkatkan produksi

lebih
Yang

pengembangan sistem informasi (harga penawaran dan Permintaan produk) untuk mendukung uPaYa

(4)

tinggi. Penyediaan modal yang tinggr, digunakan untuk perbaikan lahan

menangkap peluang
Pengembangan

pasar harus dilakukan sejalan dengan perkembangan di sisi on-farm,


sehingga bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Langkah strategi

Pasar'

perkebunan kentang, perbaikan


mesln-mesln. alat-alat
dan

perlengkapan pertanian
sebagainya;

pembelian sarana produksi lainnya seperti pupuk, pestisida dan lain

pasar Yang didukung oleh kebijakan


pengembangan
pemerintah terutama menYangkut pemberian kredit usaha mikro,

(5) Penggunaan kimiawi

jugu

diperlukan untuk kesuburan tanah


dan pernrmbuhan tanaman kentang yang lebih baik, seperti penggunaan pupuk pestisida dan lain-iain

kecil dan menengah

daPat

eeraaruh Efisiensi usahatani Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang (Syahdau,ah Anrvar. \4trhammad Sin Dangnga. Abdlrl \'llrnir)

140
!

30-146

dengan penggunaarl berimbang sesuai (6) Penggunaan tenaga pemiliiran p"do**,


penggunaannya; dan

secara

aturan

kentang tersebut menjadi Iebih

dianjurkan sehingga mutu pf{},.


l

."

badan/industri pemerintah dan

penyuluhan pertanian yang berkualitas tinggi dari berbagai

kerja

telah menguning. Setelah


jam

Dengan tanda-tanda daun dan

b;,:

dii.:

(7)

lebih meningkatkan produksi kentang di Kabupaten Enrekang


khususnya di Kecamatan Masalle.

serta menyebarluaskan ilmu pengekhuan dan teknologi pertanian. Pelaksanaan keenam langkahlangkah strategis pada usahatani kentang tersebut diharapkan dapai

digrading berdasarkan mutunya. produk kentang ini kemudian dikemas dala ,, jaring berkapasitas 100 Kg. produk yang telah ditempatkan dalam jaring terseh,;

umuumya disortasi namun

kentang dibiarkan dikeburU dijemur 1_2 sampai tanah yang melekat mudah dikeluarkan, produk yang telah dijemur tidak

(misalnya Makassar, 9:*t Kalimantan,

kemudian didistribusikan atau disalurk ke pasar-pasar baik lokal maupun kelur


parepare, Jakarta dan pulau lainnya).

2.

Pasea Panen

Waktu panen kentang kadang_ kadang

B. Penggunaan Faktor produksi

yang ditetapkan terutama apabila terjadi hujan. Untuk meningkatkan mutu hasil produksi kentang, waktu panen harus
Tabel

dilakukan lebih awal dari umur

l.

Luas Lahan

sesuai dengan umur optimal yang

Luas lahan ,garapan petani responden cukup bervariasi, hal ini dapat dilihat pada Tabel iO.
di Kecamatan M
Kabupaten Enrekan
Persentase

l0

No
1.

Luas Lahan Luas Lahan Garapan (ha)

Petani

Jurntah

(Orang)
37
13

(%)
74 26
100

2.

- 0,50 0.60 - 0,10


0,1 0
1

Jurnlah Sumber: Data Primer setelah-iolatl, r01

50

Tabel

orang (74 %) luas lahan garapan yang diusahakan petani dengan kisaran O,iO _ 0,50 dan 26 % (13 orang) dengan kisaran

l0

memperlihatkan bahwa 37

3. Penggunaan Pupuk Pupuk merupakan salah

lahan adalah sebagai pemiL


penggarap.

9,60

0,10 ha. Dengan status kep:milikan

produksi yang sangat mempengaruhi produksi tanaman

fakor

satu

sekaligus

2.

lain yang arnat berpengaruh

Peiiggunaan Bibit Selain luas lahan, faktor produksi


dalam

dianjurkan uatuk menggunakan bibit dengan varietas unggul. Jumlah benih atau bibit yang ditanam tergantung dari
masing-masing luas lahan garapan yil1g dimiliki oleh petani sampel. Jenis bibii kentang yang banyak digunakan oleh petani sampel adalah jenis bibit dengan
varietas granola.

peningkatan produksi adalah bibit atau benih yang digunakan oleh petani. Untuk memperoleh hasil yang maksimal petani

Ponska, ZA, Sp36/TSp, KCL, ppC, dan pupuk kandang. Namun disadari bahwa

menggunakan beberapa jenis pupuk diantaranya Urea,

penelitian umunnya

tingkat kesuburannya petani

kentang. Hasil produksi akan mencapai optimal jika tingkat penggunaan pupuk dapat disamakan dengan jenis tanah dan

di

daerah

tingkat penggunaan pupuk oleh

petaru

sarnpel belum sesuai dengan aniuran,

dalam hal
berimbang.

ini

menerapkan penggunaan pupuk yang

terdapat petani tidak

Berdasarkan

dengan petani responden, salah sahr faktor yang menyebabkan sehingga petani menggunakan pupuk tidak sesuai

hasil

wawancara

anjuran adalah adanya


t41

rasa

KTMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

ketidakpuasan petani terhadap produksi yang diperoleh setiap musim tanam. Di

samping harganya mahal, penggunaan pupuk selain Urea dan KCI yang selama ini dilakukan tidak banyak memberikan
pengaruh terhadap peningkatan produksi. Oleh karena itu. menurut petani

digunakan adalah besamya tenaga kerja efektif yang dipakai. Tenaga kerja yang dimaksud adalah tenaga kerja pria, wanita, anak-anak, temak dan mesin. Di daerah penelitian petani umumnya

menggunakan tenaga

kerja

dalam

keluarga dengan melibatkan seluruh


anggota keluarga yang ada sehingga bisa menghemat biaya produksi. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam usahatani kentang yang membutuhkan tenaga kerja diantaranya,

penggunaan pupuk seperti

Ponska, TSP.

ZA dan PPC

KCl, Ure4
hanYa

digunakan seadanya dengan tidak


mengikuti anjuran PPL.

4. Penggunaan Pestisida Hasil wawancara dengan PPL


setempat mengatakan bahwa sekarang ini dianjurkan agar petani dapat mengurangi atau bila perlu tidak lagi menggunakan

persiapan (pembuatan bedeng

persemaian), pengolahan
dan

dan tanah,

penanaman, pemeliharaan (pemupukan dan pemberantasan hama & penyakit),

panen.

pestisida pada setiap komoditas kecuali apabila tanaman sudah dalam keadaan

r.

kritis. Hal ini disebabkan karena adanya efek samping yang ditimbulkan dalam penggunaan pestisida terlebih lagi jika

C. Analisis Fungsi Produksi Usahatani Kentang Ftnrgsi produksi Cobb Douglas


pada usahatani kentang digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen

dosis yang diberikan terlalu tinggi.


Meskipun demikian kondisi nyata yang terjadi di daerah penelitian petani masih
teiap menggunakan pestisida.

terhadap variabel dependen (Y). Pada usahatani kentang yang menjadi variabel independen (X) adalah sewa

[X)

5.

Penggunaan Tenaga Kerja Setiap usaha pertanian yang akan

dilaksanakan pasti memerlukan tenaga

kerja. Oleh karena itu


menganalisis ketenagakerjaan

dalam

lahan (Xr), biaya bibit (X2), biaya pupuk (X3), biaya pestisida ()Q), dan upah tenaga kerja (X5). Sedangkan variabel dependen (! adalah produksi. Berdasarkan hasil komputerisasi

di bidang pertanian penggunaan tenaga kerja

dengan menggunakan program

SPSS

keria. Curahan waktu kerja


Kabuoaten Enrekang Variabel Bebas (Rp)

dinyatakan oleh besarnya curahan waktu


yang

diperoleh koefisien regresi atau elastisitas produksi, sebagaimana


disajikan
pada.

Tabel 11. Hasil Estimasi Fungsi Cobb Douglas Pada Usahatani Kentang

di

Kecamatan Masalle

No

Koefisien Regresi
690.619 58.784 262
401 101.343 1.272

t.

hitung
? 1A(
2,781
0,71

Koefisien Determinasi
0,977

1. Konstanta 2. Sewa lahan (Xr) 3. Biaya bibit (X2) 4. Biaya Pupuk (X3) 4. 5. Biaya Pestisida ()Q) 6. U.Tenaga Kerja (X5)
Sumber: Data Primer Setelah Diolah

- 1,459
479 - 213

Berdasarkan data pada Tabel 11 di atas, maka fungsi produksi Cobb-Douglas dinyatakan sebagai berikut y : 690.619Xt s8.7E4 X2 x2 X3 -401 r'4 10I.343
Xa -1'zzr

Ln Y = 690.619 +58.784 lnX, + 262lnXz401 lnX: + 101.343|n&- 1.272lnXs tabel I I diatas diperoleh data yang nyata
Dari Pengujian tersebut terlihat pada
dari penggunaan faktor-faktor produksi pada

Kemudian dilogaritmekan menj adi

usahatani kentang terhadap kenaikan


produksi kentang dengan mempunyai nilai

Pengaruh Efisiensi Usahatani Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang (S1,ahdau'i ah,4 nx'at, \4,.rhanmad Siri Dan gnga, A bdr"rl lt'lrtnir)

t42
!

30-146

koefisien determinasi R2 :0,977 Yo . Hal ini berarii perubahan bebas (Faktor-faklor produksi) dapat menerangkan variasi dalam

variabel independen (X)


terhadap variabel dependen

berpengaruh

petani. Hal ini menunjukkan

(Y) produksi
adanya

perubahan

tidak bebas (Produksi

secara

signifikan yang kuat antara sewa lahan (X1),

baik), maka penggunaan model analisa tersebut cukup baik, karena penggunaan
faktor-faktor tersebut, secara bersama-sama

biaya bibit (X2), biaya pupuk (X:), biaya


pestisida (>L), dan upah tenaga kerja (X5), sedanglian sisanya 2,3 o/o roampu dijelaskan oleh variatrel lain, yang tidak dimasukkan cialam variabel penelitian ini. Berdasarkan hasil koefisien regresi atau elastisitas produksi variabel independen biaya pupuk (X3) dan upah tenaga kerja (X5)

mempunyai pengaruh yang cukup kuat


terhadap tingkat produksi kentang.

Berdasarkan fungsi prodtksi Cobb-

Douglas, untuk mengetahui seberapa besar

dari biaya faklor produksi terhadap tingkat Produksi, dapat ditafsirkan dari masing-masing nilai koefisien regresi atau nilai elastisitas masing-masing biaya faktor produksi tersebut. Dari Tabel I I tersebut menunjukkan
pengaruh
bahwa Elastisitas produksi dari variabel sewa lahan usahatani kentang (X1) sebesar
penambahan

pengeluarannya perlu dikurangi, karena apabila ditambah hanya akan mengurangi pendapatan, sehingga ada indikasi bahwa
terjadi pemborosan dalam penggunaan biaya faktor produk-si pupuk (X3) dan upah tenaga

kerja (Xs) pada usahatani


meni,r"gkat, ndU

kentang

sedanskan hasil-yang ingin dicapai tidak

58.784, berarti setiap kenaikan atau Rpl dari sewa lahan akan

iti jugu

disebabkan

pengetahuan teartang kultur teknis kentang

meningkatkan pendapatan sebesar Rp 58.784 dengan asumsi variabel lain (bibit, pupuk, pestisida dan upah tenaga ke{a)
konstan.

masih kurang. terutarna mengenai cara


pemupukan yang belum tepat. Sedangkan tenaga kerja yang cenderung bertambah

Elastisitas produksi dari variabel biaya bibit (X2) sebesar 262, artinya setiap kenaikan atau penambahan Rp I biaya bibit
akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp

akibat berkurangnya areal pertanaman kentaog yang tidak diiringi dengan


berkurangrrya tenaga kerja hal tersebut akan berdampak langsung pada penambahan

262 dengan asumsi variabel lain


Iahan, pupuk, pestisida dan
kerja) konstan.

(sewa upah tenaga

biaya tenaga kerja yang mengakibatkan pendapatan usahatani kentang semakin


berkurang.

Elastisitas produksi dari variabel Biaya pupuk (X3) sebesar - 401 artinya setiap kenaikan atau penambahan Rp 1
biaya pupuk akan menurunkan pendapatan sebesar Rp 401 dengan asumsi variabel lain (sewa lahan, bibit, pestisida dan upah tenaga
kerja) konstan.

D. Analisis Efrsensi Usahatani Kenlang


Efi siensi biasanya dinyatakan sebagai

kemampuan untuk menghasilkan output


yang maksimum dari penggunaan sejumlah

input tertentu. Apabila output


efi

yang

dihasilkan relatif lebih besar dibanding input

yang digunakan, maka dikatakan tingkat

Elastisitas produksi
biaya pestisida

(&)

variabel sebesar 101.343 artinya

dari

siensinya,elatif tinggi.

biaya pestisida akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 101.343 dengan

setia;i kenaikan atau penambahan Rp I

asumsi variabel lain (sewa lahan, bibit,


pupuk, dan upah tenaga kerja) konstan. Elastisitas produksi dari variabel upah tenaga kerja (X5) sebesar -1.272 artinya setiap kenaikan atau penambahan Rp I akan menurunkan pendapatan sebesar Rp 1.272

Dalam pengambilan keputusan, seorang petani bersedia menggunakan input (faktor produksi) selama nilai tambah yang dihasilkan dari tambahan input tersebut berada sama atau lebih besar dari tambahan biaya yang diakibatkan oleh tambahan input
tersebut. Efisiensi tercapai pada
saat

tercapainya keuntungan maksimum, yaitu

apabila nilai produk marginal

dari

penggunaan setiap falrtor produksi sama

dengan asumsi variabel lain (sewa lahan, bibit, pupuk. dan pestisida) konstan.

dengan hargaxya. Analisis


berikut

e{isiensi usahatani kentang disajikan pada Tabel 12


lnr.

(Rt)

Selanjutnya koefisien determinasi sebesar 0,977 artinya sekitar 97,7 %

r43

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 201I

Tabel l2 Hasil Analisis Efisiensi Usahatani Kentang di Kecamatan Masallle Kab Emekang No
1.

Variabel Indevenden
Sewa lahan (Rplare) Biaya bibit (Rp/kg) Biaya pupuk (Rp/kg) Biayapestisida Ep/kg) Upah tenaga kerja (Rp/HOK)

Koefisien
Regresi

(bi)

Nilai Produk
Marjinal (NPM)
7,79 2.69 -8,14
5,451

2.
J.

58.78 262

- 401
101.3

4.
5.

-1.272

-23"77

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011

Berdasarkan Tabel 12 di aias, variabel independen (X1) dapat dianalisa


secara parsial yaitu:

Elastisitas produksi atau koefisien


regresi dari variabel luas lahan (X1) sebesar

58.74 adalah lebih besar dari 1 (Ep > l), maka penambahan luas lahan (dengan

produk marjinal dari variabel pupuk (X3) sebesar -8,14 artinya setiap penambahan pupuk 8,14 kg, mengakibatkan penurunan procluksi sebesar 8,14 kg. Nilai produk marjinal variabel pestisida (X4) sebesar

kg,

5.45, artinya setiap penarnbahan pestisida 1 mengakibatkan kenaikan produksi


sebesar 5.45.k9. Nilai produk marjinal dari variabel upf,h t.nugu kerja sebesar 23,77

asumsi variabel lain konstan)

akan

meningkatkan pendapatan, pada keadaan ini luas lahan perlu ditambah. Elastisitas

produksi dari variabel biaya bibit CK2) sebesar 262 adalah lebih besar dengan 1 ( Ep > 1), maka penambahan biaYa bibit (dengan asumsi variabel lain konstan) akan meningkatkan pendapatan, pada keadaan ini

artinya setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1 HOK, mengakibatkan penurunan


produksi sebesar 23,77 kg.

akan dicapai produksi yang efisien. Elastisitas produksi dari variabel biaya
pupuk (X3) sebesar - 401 adalah kecil dari 0 (Ep < 0), artinya penambahan biaya pupuk (dengan asumsi variabel lain konstan) justru akan menurunkan pendapatan. Elastisitas produksi dari variabel biaya pestisida (&) sebesar 101.343 adalah lebih besar dengan I ( Ep > 1), maka penambahan biaya pestisida (dengan asumsi variabel lain konstan) akan meningkatkan pendapatan, pada keadaan ini akan dicapai produksi yang efisien.

I(ESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan

penelitian. maka dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut:

1. Faktor-faktor produksi yang digunakan secara efisien dapat meningkatkan


produksi dan meningkatkan pendapatan
usahatani kentang di Kecamaian Masalle Kabupaten Enrekang.

2. Setiap

penggunaan faktor produksi sangat berpengaruh terhadap tingkat

pendapatan usahatani kentang di

Elastisitas produksi

dari variabel

Kecamatan Masalle
Enrekang.

Kabupaten

upah

tenaga kerja (X5) sebesar -1.272 adalah kecil dari O'(Ep < 0), artinya penambahan upah

3. Pada usahatani kentang di Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang,

tenaga kerja (dengan asumsi variabel lain

konstan) justru akan


pendapatan.

menurunkan
atas,

Berdasarkan

Tabel 12 di

hubungan antara produksi marjinal dengan produksi total dapat dijelaskan yaitu: Nilai produk marjinal dari variabel sewa luas lahan (Xr) sebesar 7,79 artinya setiap penambahan luas lahan sebesar 1 are mengakibatkan kenaikan produksi sebesar 7,79 kg. Nilai produk marjinal dari variabel

Penggunaan faktor - faktor produksi yang digunakan berpengaruh terhadap kenaikan produksi dan pendapatan petani. yang sangat kuat pengaruhnya terhadap kenaikan produksi adalah

penggunaan lahan, bibit,


penggunaannya,

dan

penggunaall pestisida, penggunaan faktor produksi ini j,rga sangat efisien

tetapi

Penggunaan

faktor produksi pupuk dan tenaga kerja


hanya mempunyai perrgaruh yang sedikit

bibit CKz) sebesar 2,69 artinya setiap penambahan bibit 1 kg mengakibatkan


kenaikan produksi sebesar 2.69 kg. Nilai

terhadap tingkat produksi kentang. Ini disebabkan karena penggunaan pupuk yang tidak berimbang dan tenaga kerja
144
1

Fengaruh Efisiensi Usahatani Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang (S.vahc1ar."iah Anr.r,s 1, lr4r.rh ant mad S in Dan gnga, Abdtrl }4unir,)

?0-t 46

penggunaannya belum efisien. Penggunaan pupuk dan tenaga kerja


perlu dikurangi.

yang

berlebihan

sehingga

Hernanto,

F., 1990. Ilmu Usqhatani. Penebar Swadaya. Jakarta-

Jafar, 2003. Penyuluh Agribisnis. Direktorat Jendral Tanaman pangan, Jakarta.

DAFTARPUSTAKA
Anonim, 2002. Pokok-Pokak Kebijakon dan

Kay. Ronald. D, i981. Farm Management.


Mc. Graw. Aucland.

Langkah Strategis pembangunan

Tanaman Pangan,

Direktorat

Kusumo, 1999. Ilmu (Jsshqtani. BPFE,


Yogyakarta.

Jenderal Tanaman Pangan, Jakarta.

Kentang. Direktorat
Hortikultura. Jakarta.

1997. Pedoman Teknis Budidaya


Jenderal

1984. Prodului Kentang (ii


Indones ia, kumpulan makalah.

Badan Bimbingan
Indonesia. Jakarta.

1997. Pembangunan Pertanian.


Masyarakat

Departemen Pertanian Republik

Lewangka, O. 2003. Metode penelitian dan Teknik Penulisan Loporan Penelitian Bisnis. program Studi Magister Manajemen. Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Benih dan Pupuk


Jenderal Hortikultura.

2010. Pedoman

Mardjuki,
Pelal<sanaan

Direktorat Jakarta. i

1994. Masalahnya. Yogyakarta.

A.

Pertanian

Andi

dan Offset.

Pengembangan dqn P embinaqn Hortikultura SulawesiSelalan.

2010.

Mosher,

AT, 1991. Menciptakan Struhur Pedesaan Progressif. CV.


Yasaguna, Jakarta.

Bahar,

A. F.

1994. Holtikulturs Sulawesi program Selatan dqn Penelitiannya. Disampaikan pada Simposium Holtikultura Fakultas

Mubyarto, lgg5. Pcngantar


P ertonian.

Ekonomi

LP3ES, Jakarta.

Nicholson, 1995. Microeconomic Theory.


CBS College Publishing, The Days
and Press, Chicago.

dan

Pertanian, Universitas Brawijaya

Perhimpunan Holtikultura

Indonesia. Maiang.

Bruce, R.B. and Rabert, T.C.,

Nickels dan Mc Hugh, 1997 Konsep Dasar Management Bisnis Internasional


1996.
press, Bussines,

Ekonomi Produlesi (Ierjemahan).

'

Gajah Mada University


Jakarta.

Rahardi

F, Rony Patungkun, Asiani Budiarti, 2000. A gr ib i snis Tanaman

Daniel, M. 2002. Pengctntar

Ekonomi

Sayar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta

Saleh,

K. 2002. Princeiples of

Dillon., John., and J.B. Hardaker, 19g1. Farm Management Research For
Small Farmer Development, FAO.

Farm Monagemet. Program pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

Bull4l.

Samadi,

Roma.

S. 1991. Llsaho Tani Kentang. Penerbit Kanisius. yogyakarta.

Halcrow, Harold. G. 1992. Ekonomi Usahatani. Penebar Swadava.


Jakarta.

Saragih, 2002. Strategis pengembangan Pertanian. Manajemen Usahau.:,'l


Indonesia. Jakarta.

145

KTMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

Satari, U.S., 1996.

Pengembangan

Usahatani Holtikultura dalqm Pelatihan Konsultasi. LaPoran

Soelarso,

Bebas Penyakit.
Yogyakarta.

R.8., 1997. Budi Doya Kentang


Kanisius,

Departemen KoPerasi
Masyarakat.IPB Bogor.

dan

Pembinaqn Usaha Kecil. kmbaga

Penelitian dan Pengabdian Pada

Sukirno. S 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Edisi Ketiga. PT. Raja
Grafi ndo Persada. Jakarta.

Setiadi, 2004 Kentang Varietas


P emb udi

dayaan.

dan enebat SwadaYa,

Jakarta.

Tohir, K., 1983. Seuntai Pengetchuan Tenlang Usahatani Indonesia.


Penebar Swadaya, Indonesia.

1994. Sayuran Dataran Setiawan, Tinggi, BudidaYa dan Pengaturon


Panen. Penebar SwadaYa. iakarta.

A.I,

Sicat dan Amdt, 1997. Ilmu Ekonomi untuk

Konteks Indonesia.

Lembaga

Penelitian dan

Penerangan

Ekonomi Sosial (LP3ES), Jakarta' Soeha{o,A dan Palong, D.1987. Sendi-sendi

Pokok llmu Usahatani. kmbaga Penerbit Universitas Hasanuddin


Ujung Pandang.

Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Ekanomi


Pe.rtanian (leori dan Aplikasinya). Rajawali Press. Jakarta'

1995. Analisis Usahalani.


Universitas Indonesia. Jakarta.
2002. Prinsip Dasnr Ekonomi Pertanian (Ieori dan Aplikasinya).

Edisi Revisi, PT. Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

(Dengan Pokok

20A3. Teori Ekonomi Produlai Pembahasan

Analisis Ftmgsi Cobb-Douglas).


PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Aplikasinya.

2AB. Agribisnis Teori dsn PT. Raja Grafrndo

Persada. Jakarta.

Solahuddin, 1999. Pembangunan Pertanian


Pertanian RI. Jakarta.

Era Reformasi. DePartemen


sendi Pokok llmu Lembaga Penerbit

Soeharjo,

A.

dan Patong,D.1987. SendiUsahatcrni.

Universitas

Hasanuddin, Ulung Pandang'

Fenga."h Efisiensi Usahatani Kentang Terhadap Peningkatan Produlisi Petani Di Kecamatan Masaile Kabupaten Enrekang (S.vahclaiviah Anrr,ar, \4rrhammarl Siri Dan gnga, Ab'drrI L4r-rnir)

t46
1'10_146

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA PEMBUATAN PUPU (TUPPD IKAN TUNA DI PESISIR PANTAI KABUPATEN MAJENE
(Industrial Business Development strategt Househgtd Making pupu(tuppi) on the coast Majene District)

of

Nirwana Sampara, Ansaro yunarti


Abstrak Masalah utama yqng dihadapi oleh ibu nelayan di Pedesaqn Kabupaten Majene dalam upaya peningkatan produksi Pupu (Twppi) adalah masih memakai sistem tradisional"dalam pnrgilohrn ikan Tuna sehingga menjadi Pupu (Tuppi), dimana hanya mampu memproduksi 20 ig/ hari sehingga produksi kurang optimal. Kemudiqn alar ataipengolihan ikan Tuna menjadi pupu (fuppl masih sangat tradi,sional dan terbatas serta terkadaig sulit memperaleh bihan dasar pembuatan Pupu (Iuppi) yqng mengandalkan ikan tuna, diiqna harga ikan tuna te,kadang malal' Pelaksonaan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi pengembangan usaha industri rumah tangga daram har pembuatan rupu (rupf,) ogo, *"r*pii iasir yaig optimat. Dengan menganalisis fctktor kunci internal (kckuitan dan'*aeiananl dai eksrernai ao,

kemampuan ekonomi petani masih lemah,- penerapanleluologi yang belum opimal, mofiv,asi tani nelayan wanitq tinggi, potensi menghasiikan produk olah;n.'Seiongkan kelemahon yang od, terbatasnya tenagq terampil, masih kurangnya kuantitas dan kualitas ikan tuna. Hasil anolisis matriks space menempatkan pada (kuadran I aggresifl (0,2:0,3). Selanjutnya hosil analisis Sll/oT menuniukkan 9 fahor kunci l) Memanfaatkrm potensi area, 2) Menambah jumtah protluksi, 3) Memoti'tasi para pembuat 4) Mengoptimilkon kelembtagaan petani nelayon, 5) penerapan _Pupu, teknologi dengan menye.diakan,tenga terampil serra dukunian iou, oS liempeiboiki pasaran, 7) Meningkatkan dukungan tenaga kerja, g) Meningkatkar'prrrkorr*ian sistem petani nelayan, 9) Menyiaplutn tenaga rerampil untul memperoteh hasil yZng maksimal.

@:flrirg ancama) dqn selanjutnya merumuskan strategi yqng loyak dipertrmbaigks; 'serta merekomendasikan strategi berdasarkon dafiar prioritis hlsil inatisis internal din elxternal yang meniadi kekuatan poleruti ereo pengembangon, tersedianya dukungan tenala keria

Kata Kunci: Pupu/ruppi, interrl Taktor, eksternal faktor

Abstract
The maior problem faced by fisherman wives in a cuffent village at Majene regency in order to increase Pupu (Iuppi) production v'as the usage 9{tryditional"system in tuna Jish processing to Pupu (Tuppi), where they onty ctble to procluied-2lkg/day w it i, categorized as less-optimal praductiott. They also stili used traditional equipmenti to process the tuna, then sometimis they found,dfficult when they tried to get rav, tuni ii cheapq pri"r. Ihis research aimed to determine the strategt in increasing Pupu (Tuppi) home industriat pioduction to reach the optimal result. By analyzing the internal key factors (strengths and weqA'nesses) and external (opportunity and threat), then abbreviated a considerable strategt and also recommended .faciors ir based on internal and external list of analysis priority results whichiecame potential strength to be developed, the availabiliy' o.f skilled employees still low, less-optimal-technologt implementation, the high

tle producers, 1) optimizing fisherman partnership, S)*applying supportetl technologt ctncl -fuJtu sldlled employees resources, 6) revitalizing market tyttn*,' li inir"isirg employees supporr, g) increasingfisherman economic matters, 9) providing skitled employees to reach maximum result"

motivation oJ'fisherman wives, and potency to produce *orrrfiaurid products. white the andiow quality ani quantity oJ'tuna. The anal.jtsi,g result of space mqtrix placed at (Endrant I oggressivi) Q,i:O,3).'rhen swor analysis reiults sltowed 9 key factors l) using the area potnn"y, 21 increasing prlducrion amouftt, 3) moti,,ting
tveaknesses were the limited skilled employees

K eyw o r cls :

P up

tt/T upp i, i nt e r nal fac

t o r s, e x t e r n

al fac

to rs

147 KLMAND KIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

Kabupaten Majene salah .satu Kabupaten yang ada di Sularvesi Barat, yang memiliki potensi perikanan hasil laut yang juga didukung demografi Wilayah yang letaknya di pesisir pantai. Ikan tuna termasuk salah
meruPakan

PENDAHULUAN

mahal. Disamping itu pemasaran pupu juga

masih sangat terbalas karena


pula.

bentuk

penyajian ke konsumen masih tradisional

perlu upaya penerapao


pengolahan
bahan

Demi peningkatan produksi

pupu

teknologi

ikan tuna dan

pengolahan

satu jenis ikan hasil laut yang dagingnya

terasa

empuk dan kandungan gr.z;:.r:rYa terbilang tinggi, memiliki pula nilai ekonomi yang cukup tinggi. Ikan tuna bagi masyarakat nelayan khususnya yang ada di Majene memberi kontribusi yang cukup baik. Ada beberapa keluarga dari nelayan yang ada di Kabupaten Majene menjadikan ikan tuna sebagai bahan utama dalam hal pembuatan rnakanan pupu yang sudah menjadi PelengkaP makanan khas di Kabupaten Majene, utamanya pada saat acata adat diadakan"

bahau pencampur lainnya demi perbaikan rasa daripada produksi pupu tersebut. Dengan dilakukannya peneraparl teknologi dalam pengolahan pupu akan meningkatkan mutu sehingga dengan mudah akan masuk ke pasaran secara luas baik antar daerah maupun antar propinsi. Hal ini berdasarkan wawancara dengan ibu - ibu nelayan pembuat pupu di pedesaan Kabupaten Majene mengharapkan dengan penerapan teknologi "penggiling daging ikan dan pengemasan" dapat mengatasi

Baik itu

to'mappatamma (penamatan Al Quran) bahkan jrga menjadi sajian makanan

acara to'kawen (pemikahan),

kebutuhan konsumen di Kabupaten Majene. Dalam mewujudkan hal tersebut tentu bukanlah sesuatu yang mudah, namun

perlu upaya yang serius termasuk di


dalamnya adalah dengan mengembangkan
strategi pengembnagan usaha. Langkah awal

pelengkap khas daerah


pemerintahan.

di

acvra'acata menjadi

Pembuatan

pupu sudah

yang harus dilalcukan adalah melalmkan


analisis lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) maupun lingkungan eklernal

sumber penghasilan utama bagi ibu - ibu nelayan yang ada di Kabupaten Majene beberapa ibu - ibu Nelayan yang ada di Kabupaten Majene, namun usaha tersebut

bahkan sampai ke pedesaan. Usaha pembuatan pupu telah lama dilalarkan oleh
sehingga produksinya masih sangat terbatas. Padahal potensi untuk pengembangannya terbuka

(peluang dan ancaman) dalam rangka pengembangan usaha pupu. Hasil analisis intemal dan ekternal yang diperoleh kemudian diolah untuk menghasilkan

masih bersifat tradisional

pilihan strategi yang layak

luas dan memiliki prospek yang bQus sebagai usaha peningkatan pendapatan karena makin banyaknya peminat atau
pesanan dari berbagai kalangart' n'rasyarakat

yang ada di Kabupaten M;,jene.

oleh para ibu * ibu nelayan

di hadaPi di pedesaan Kabupaten Majene dalam upaya


Masalah utama yang

peningkatan produksi dan pemasaran pupu

di

Kabupaten Majene adalah masih memakai sistem tradisional dalam pengolahan ikan tuna sehingga menjadi
pupu dimana hanya mampu memproduksi pupu dari ikan tuna 20 kg I hari sehingga

bagi pengembangan usaha, dan lebih lanjut dapat pula diperoleh rumusan prioritas strategi yang harus segera dilakukan, dan pada akhirnya jugu diharapkan akan mendongkrak peningkatan pendapatan masyarakat. Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan pada latar belakang" maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Apa saja faktor-faktor intemal (kekuatan dan kelemahan) dan ekstemal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan

usaha pembuatan Pupu ikan tuna di


Pesisir Pantai Kabupaten Majene?

2. Apa strategi

produksi kurang optimal. Kemudian alat alat pengolahan ikan tuna menjadi pupu

masih sangat tradisional dan terbatas


terkadang

serta

yang diprioritaskan untuk dalam diimplementasikan pengembangan usaha pembuatan Pupu ikan tuna di Pesisir Pantai Kabupaten
Majene?

sulit memperoleh bahan dasar pembuatan pupu yang mengandalkan ikan tuna. dimana harga ikan tuna terkadang

Penelitian

ini

dilaksanakan dengan

tujuan sebagai berikut: t48

Strategi Pengembangan Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Pupu (Tuppi) Ikan Tuna Di Pesisir Pantai Kabupalen Majene 147-164 $invana Santpara" Ansar, Yr,tnarti)

l. Untuk

ekstemal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan usaha pembuatan pupu

internal (kekuakn dan kelemahan) dan

mengidentifikasi faktor_faktor

populasi 103 wanita nelayan

Kabupaten Majene alir responden yang mewakili ciari


populasi yang ada.

pupu

di

pcr,

ikan funa di pesisir pantai Kabupaten


Majene.

2. Untuk

yang tepat dalam pengembangan lsaha pembuatan Pupu ikan tuna di pesisir Pantai Kabupaten Majene.

menentukan prioritas strategi

A. Lokasi

METODE PENELITIAN dan Waktu Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Majene provinsi Sulawesi

UMK tersebut di pilih s*ba5r penerapan teknologi untupembuatan pupu (tuppi) karena ke kelompok ini telah bertahun-tahur" menjadikan pembuatan pupu (rupt, sebagai pendapatan rumah hgt,

iokasi

mereka.

D. Teknik Pengumpulan Data

pelaksanaan penelitian direncanakan


selama 2 (dua) bulan.

pupu (tuppi) ikan tuna.

Barat, tepatnya di daerah pesisir pantai Majene, dengan alasan daerah teisebut merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan usaha produk olahan
Waktu

dikumpulkan melalui pengisian kuisioner secara langsung olej:


responden. Sedangkan data sekundei, merupakan data pendukturg penelitiar

Sumber data dalam penelitian in; adalah data primer yang diperoleh d

yang diperoleh melalui

dokumentasi,

B.

Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif-kuantitatif dengan


menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara. Desain penelitian merupakan riset deskriptif artinya menggambarkan suatu kondisi yang ada

studi literatur serta hasil penelitian yang telah dikaji sebelumnya.

Untuk memperoleh data dibutuhkan, maka pengumpulan


wawancam" observasi dan angket. 1. Wawancara, 2. Observasi,

yerrry
da1:,,

dilakukan dengan beberapa cara yakni:

pada suatu waktu

uji. Riset deskriptif

mencakup survey dan pencari fakta

pedoman wawancar4 baik secara langsung maupun alat kuisionel detgan


tahapan sebagai berikut: 1) penyusunan instrument, 2) pengumpulan data 3) pengolahan dan analisis data, dan 4) pembahasan hasil. Data yang diperoleh

responden dilakukan dengan tehnik

Data yang diperoleh dari


l.

3.

Angket.

E. Teknik Analisis Data

Analisis deskriftif Adalah metode analisis dengan cara dak yang disusun dikelompokkan, kemudian dianalisis sehingga diperoleh

m'erupakan data primer dengan data


sekunder (dokumentasi).

gambaran umum tentang usaha pembuatan pupu yang ada di


Kabupaten Majene.

C. Populasi dan Sampel Jumlah populasi Usaha Mikro


Kecil bergerak dalam bidang pengolahan
produk pupu (tuppi) yang ada di pesisir

2. Untuli

merumuskan

pengembangan usaha dianalisis melalui kerangka kerja tiga tahap.

strategi

1) .

Pantai Majene berjumlah 12 buah. Sampel Usaha Miko Kecil yang dipilih
adalah

Tahap lnput (Matrits IFE dan Matriks EFE)

Kelurahan Pangali-ali
Pengambilan sampel 30

kelompok yang berasal dari


Kecamatan Majene.

Banggae dan Desa Bonde Kecamatan

kuantitatif menurut analisis lingkungan intemal dan eksternal. Daftar peluang,

lata yang diperoleh dari setiap kemudian diklasifikasikan secara

tahap input dianalisis secara deskriptit.

Pamboang Kabupaten ANDIKIAN

% dari jumlah

ancaman, kekuatan, dan kelemahan yang ada dievaluasi dan dibuat dalam bentuk matriks EFE dan lFE.

No. 2. Agusfus 2011

2)

Tahap Pencocokan (Matriks IE dan

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Strategi Pengembangan Pembuatan Pupu (Iuppi)

Matriks SWOT)

Tahap kcdua adalah


pembobotan matriks
kedalam matr'rks IE. 3) Tahap Keputusan (QSPM)

tahap

pencocokan dengan memasukkan hasil

EFE dan

IFE

Model analisis untuk


membandingkan

dapat

menetapkan beberapa strategi yaitu

faktor

lingkungan

Teknik ini secara objektif


dengan analisis

ekstemal berupa peluang dan ancaman


dengan faktor lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan. Tahapan penentuan strategi pengembangan industry rumah tangga pembuatan pupu

mengindikasikan alternatif strategi

mana yang terbaik,

menggunakan input dari Tahap 1 dan hasil pencocokan dari analisis Tahap 2 untuk menentukan secara objektif dianlara altematif strategi. Format dasar dari QSPM
diilustrasikan dalam Tabel 9.
F. Definisi Operasional

(tuppi) melalui pendekata*, agribisnis


sebagai berikut:

l.

Tahapan Pengumpulan Data

Hasil tahapan pengumpulan berdasarkan hasil wawancara

data dan

menghindari kesimpangsiuran pemahaman (persepsi)

Untuk

jawaban pengisian kuisioner antara lain:

pada peneitian ini, disusun dsfinisi


operasional sebagai berikut:

F )

Tersedianya areapengembangan Dukungan pemerintah daerah sebesar 2.500.000 rupiah,&elompok tani pupu

1. Lingkungan Internal adalah Seluruh aspek yang berkenaan dengan internal perusahaan. seperti: manajemen, keuangan/akuntansi, produksiloperasi dan sumber daya
manusia.

(tuppi)
Tersedianya dukungan SDM

Permintaan konsumen pupu (tuppi)


dalam daerah/bulan Rp 8.000.000,Kemampuan ekonomi petani masih lemah dengan pendapatan bersih rata-rata Rp 250.000,-/ bulan.
Penerapan teknologi belum optimal (masih secara tradisional)

Lingkungan Eksternal adalah Seluruh

aspek yang berkenaan


memiliki kaitan dengan

dengan

ekstemal perusahaan namun masih


perusahaan dan dapat mempengaruhi perusahaan. Perencanaan Strategis adalah Proses

Adanya diversifikasi produk olahan


(sambussa)

kegiatan sebagai bagian dari pengembagan usaha u,ntuk


menghasilkan pilihan starategi yang layak. Altematif Strategi adalah Kumpulan serangkaian strategi yang layak bagi 'pengembangan usaha yang diperoleh dari hasil analisis pilihan strategi.
5.

Masih kurangnya kuantitas dan kualitas ikan tuna (tergantung cuaca) Terbentuknya kelembagaan ekonomi petani (kelompok tani) Potensi menghasilkan produk olahan
(sambussa)

pilihan strategi yang

Pilihan Prioritas Strategi adalah


laYak berdasarkan skala perioritas yang menj adi prioritas pertama. Pupu (tuppi) jenis makanan yang bahan bakunya dari daging ikan tuna serta campuran bumbu lalu dibuat berbentuk kerucut. Pupu merupakan makanan khas

Te'ibatasnya tenaga terampil I SDM teknologi terbatas Motivasi tani nelayan wanita tinggi Pemasaran produk masih terbatas

Dukungan topografi serta geografi Usaha pembuatan pupu (tuppi)


menguntungkan Kebutuhan akan produk terus

7.

daerah Mandar saat acara adat dan

acara pemerintahan
Maiene.

di

KabuPaten

meningkat Pupu (tuppi) ikan tuna sebagai bahan makanan penting Cuaca yang tidak dapat dikendalikal. Harga bahan dasar berfluktuatif (ikan tuna) Adanya produk berbahan ikan tuna dari luar

Strategi Pengembangan Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Pupu (Tuppi) Ikan Tuna Di Pesisir Pantai Kabupaten Majene 147-160 (l'Jinvana Sampara^ Ansar. Yunad)

150

Tabel 5 Hasil pengklasifikasian data internal dan etrs1"*u1 Faktor internal

optimal Motivasi tani nelayan wanita tinggi Potensi menghasilkan produk olahan Terbatasnya tenaga terampil Masih kurangrrya kuantitas dan kualitas ikan tuna 9. Kebutuhan akan produk terus meningkat 10. Sebagai bahanmakananpenting I l. Belum optimalnya kelembagaan petani
Penerapan teknologi yg belum

1 ? 3. 4 5 6. 7. 8.

Potensi areapengembangan Tersedianya dukungan tenaga kerja Kemampuan ekonomi petani masih Lemah

l.
2. 3. 4. 5. 6. 7.

Faktor ekstemal Permintaan konsumen pupu


daerah cukup

Dukungan topografi dan geografi Dukungan pemerintah daerah


Tersedianya
d

ukungan SDM

Diversifikasi produk olahan Sebagai produk subtitusi Pemsaran produk masih terbatas g. Cuaca yang tidak dapat dikendalikan g. Harga ikan tuna fluktuatif 10. Adanya produk berbahan ikan fula dari luar (sambussa)

Sumber: Data Primer setelah diolah,2012

Dari tahapan pengumpulan data melalui hasil wawancara dan pengisian kuisioner selanjutnya ditetapkan rn"r;uai Z faktor yaitu internal bila faktor itu berasal dari dalam system pengembangan industri
rynah tangga pembuatan pupu (tuppi) dan
sebaliknya faktor ekstemal bila berasal dari
luar.

2.

Tahapan Analisis
Berdasarkan inventarisasi

tertinggi untuk factor kekuatan

terhadap faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancarnan, selanjutnya di pilih lima faktor yang mempunyai nilai
dan

peluang sedang untuk faktor kelemahan

diklasifikasikan selanjutnya faktor-faktor tersebut diidentifikasikan lagi berdasarkan

Setelah faktor intemal dan ekstemal

dan ancaman di pilih yang jurnlah keseluruhan persepsi responden


mempunyai nilai terendah. Kelima faktcr. kekuatan dan kelemahan (intemal) serta-

faktor

(kekuatan dan kelemahan), sedangkan faktor ekstemal (peluang dan ancaman).

faktornya yaitu untuk intemal

ancaman) tersebut dapat dilihat Tabel 6.

lima faktor eksternal (peluang dan


padi,i

Tabel

Peluang d1n Ancaman yang Berpengaruh terhadap pengembangan Industri rumah rangga pembuat pupu di Kabupaten Majene (Strenghts) peluang (Oppurtunity) {(gkuatan l.Potensi area pengembangan l. perminta.an kon**.n pupu cukup 2.Tersedianya dukungan tenaga kerja 2. Dukungan t"p"g*f, dan geografi 3.Motivasi tani nelayan wanita tinggi 3. Djrkunlan p"mJrintah daerah 4'Kebutuhan akan produk terus meningkat +. rlrs"di"unyl autunguo snnr 5. Sebagai bahan makanan penting 5. Sebagai pioduk subtitusi

6 Faktor-faktor Kekuatan, Kelemahan,

Kelemahan (Weaknesses) 1. Kemampuan ekonomi petani masih lemah


2. 3. Penerapan teknologi belum optimal

Ancaman (Threats)

l. 2.
3. 4.
5.

Pemasaran produk terbatas Cuaca yang tidak dapat

Terbatasnya tenaga terampil Kurangnya kuantitas dan kualitas ikan

dikendalikan
Harga ikan tuna flu}tuatif Adanya produk ikan tuna dari luar Pemasaran produk masih terbatas

tuna Belum optimalnya kelembagaaan petani _ Sumber: Data Primer Setelah Diolal.t,2012

5.

Kelima faktor tersebut, selanjutnya diberi bobot yang nilai kumulatifnya dimuiai dari 1,00 (paling penting) sampai dengan 0.00 (tidak penting), faktor faklor tersebut 15t

memberi input, output maupun input terhadap pengembangan produk pr.rp,, (tuppi). Semua bobot tersebut jumlahnya
tidak melebihi skor total 1-00.

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

Pemberian nilai rating kekuatan yang paling besar diberi nilai empat, tetapi jika

lautnya terbilang banyak dan kondisi


sosial budaya masyarakat yang membuat

kekuatannya kecil terhadap pengernbangan

produk pupu (tuppi) diberi rathg satu, sedangkan pemberian nilai kelemahan
adalah sebaliknya. Jika kelemahan tesar di

pupu seczra turun-temurun, namun hasilnya masih belum optimal dalam


peningkatan produksi.

Untuk itu diperiukan suatu upaya

beri nilai satu, tetapi bila


kecil di beri nilai empat.

kelemahannya

untuk mengidentifikasi

faktor-fai<tor

Demikian juga dengan pemberian nilai skala rating faktor ekstemal, peluang paling besar diberi nilai empat, tetapi jika peluangnya kecil terhadap pengembangan produk pupu (tuppi) diberi rating satu
sedangkan pemberian

internal dan ekstemal yang mempengaruhi pengembangan


tangga
pembuatan pupu sebagai industri rumah di pesisir pantai Kabupaten Majene.

nilai

kecil diberi nilai empat. Hasil


eksternal dapat dilihat pada tabel

ancamarulya pemberian
dan
7.

1.

bobot dan skala rating faktor internal

Analisis Faktor Internal Analisis faktor internai diperoleh melalui identifikasi faktor-faktor kekuatan (strength) yang dimiliki dan kelemahan (weakness) yang dihadapi
dalam upaya pengembangan pembuatan

B. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Pembuatan Pupu (tuppi) di Kabupaten Majene Pembuatan pupu di pesisir pantai Kabupaten Majene memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan
karena didukung oleh sumber daya alam

pupu (tuppi) sebagai industri rumah


tangga di Kabupaten Majene.

a). Kekuatan Adapun faktor-faktor kekuatan yang dimiliki dalam rangka upaya pengembangan pembuatan pupu di
pesisir pantai Kabupaten Majene dapat kita lihat pada Tabel 7.

berupa topografi yang mana


daerah

sebagai

di pesisir pantai yang hasil ikan


Maiene Rating

Tabel

7.

Identifikasi Faklor Internal (Kekuatan) Berdasarkan lnformasi Responden di Kabupaten

No 1 2 3 4 5

Jumlah Nilai Rating

Kekuatan Internal
Potensi area pengembangan

1234 - 5 12 5 17 25 23 6 10

512345
13 8

10 36

s2 32

Total Nilai 90 93 9s 97 98

RataRata 3.00 3.10

Tersedianya
dukungan tenaga

10 51
-1520 -6928

kerja

Motivasi taai wanita tinggi

nelayan

3.16 3.23

Kebutuhan
akanproduk terus

meningkat

Sebagai bahan makanan penting

14

t2 30 s6

3.26

Sumber: Data primer setelah diolah, Tahun 2012

Stlategi Pengembangan Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Pupu (Tuppi) Ikan Tuna Di Pesisir Pantai Kabupaten Majene

152

f{invana

Sampara" .Ansar,

Yr"rnarti)

47 -16Q

b).

Kelemahan

Tabel 8 Identifikasi Faktor Intemal (Kelemahan) Berdasarkan Lrfomrasi Responden di Kiil,, Majene

No I 2 3 4 5

Kelemahan

Internal

Rating

JumlahNilai Rating

-l -2

-3
g

Kemampuan
ekonomi

-4 5-45 -2 -j --t 22
24

Total Rala-

-66

Nilai -90

Rara

-3.00

Penerapanteknologi
belum optimal
Terbatasnya

Petani masih lemah

12

l8
36

-72 -20 -28

-108

-3.60
-2.-..t.

tenaga -

lg 3

7
2C

22 kelembagaan petani Sumber: Dataprimer setelah diolah, Tahun 2012 Dengan melihat hasil data pada tabel

terampil Kurangnya kuantitas dan kualitas ikan tuna Belum optimalnya

36 21 -6 60 66

-77 -94 -98

-3.13 -3.26

-3t

usaha industri rumah tangga pembuatan pupu di Kabupaten Majene,


petani dengan jumlah responden tertinggi masing-masing 22 pada rating 3 (cukup l:Tut) dan 4 (lemah). Sementara jumtair

18 dalam

tentang faktor internal (kelemahan)

2.

Analisis Faktor Eksternal

faktor kemampuan ekonomi petani masih lemah dan belum optimalnya kelembagaan

pengembangan industri rumah tanggl.,


pembuatan pupu

nelayan wanita dalarn


di
Peluang

Analisis lingkungan eksternal diperoleh melalui identitikasi faktor_ faktor peluang (opportunities) dan anctunan Qhreats) yang dihadapi tani
upaya Kabupaten Majene. peluanrl

pensrapan teknologi belum optimal.

nilai rating tertinggi pada faktor p"r".upa, teknologr belum optimal dengan rating + demikian pula total nila tertinggi !l:T*), 108 dan rata-rata tertinggi 3.60 pada fakior

a).

(oppurrunities) dalam pengembangan

Adapun fallor-faktor

di Kabupaten Majene dapat dilihat


tabel 9-

i1d-1stri rumah tangga pembuatan pupri


pacta

Tabel

Identifrkasi Faktor Ekstemal (Peluang) Berdasarkan Informasi Responden pembuat pupu (Tuppi) di Kabupatrn Majene

No

Peluang

Ekstemal

Rating

Jumlah Nilai Rating

1 Permintaan konsumer 2 Dukungan


dan geogmfi
daerah

pupu (tuppi) cukup

1 -

2 -

34 723 s25
30

5 1 2 3 + STodNilai - 2t 92 _ 113

Rata_Rata

3.77 3.83

topografi

rs
_ 40 _ 24
30
54

hoo 120

15

Dukunganpemerintal- Tersedianya dukungar

120 70 78

4.00
2.33 2.60

Sebagai
subtitusi

SDM

- 20 l0 - t2 lg

produk

Sumber: Data primer setelah diolah, Tahun 2012

153

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

tertinggi 120 pada bobot 4 (peluang) pada faktor dukungan pemerintah


daerah. Begitu pula halnya dengan nilai

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah nilai rating

b). Ancaman

Adapun faktor-faktor
tangga pembuat pupu

ancaman

(threats) yang dihadapi dalam rangka upaya pengembangan industri rumah

tertinggi 720 dw:-rata-rata tertinggi 4.00 berpeluang dengan adanya dukungan


pemerintah daerah.

di Kabupaten Majene dapat kita lihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Identifikasi Faktor Ekstemal (Ancaman) Berdasarkan Informasi Responden Pembuat


Pupu (Tuppi) di Kabupaten Majene

No

Ancaman

Eksternal

-l

-,

*It"*-o

1 Pemasaran produk
terbatas 2 Cuacayang tidak dapal -

4 8 18

l:l;| -s 1"1'f Tt"'Y**-r -24 -72 -104


-8 -26
-20

Rata-Rata

-3.46
-2.56

13 17
10 20

-51 -60 -21

-77 -80 -67

dikendalikan 3 Harga ikan tuna

-2.66
-2.23

fluktuatif 4 Adanyaprodukikan

23 7 -

-46

tuna dari luar Sumber: Data primer setelah diolah, Tahun 2012

3.

Perhitungan Skor Faktor Internal


dan Eksternal

ancaman). Kondisi lingkungan ini dapat merupakan suatu peluan g (Opportunity)

Untuk memperoleh gambaran situasi dan kondisi pengembangan


industri rumah tangga pembuatan pupu

dan dapat pula merupakan


(threats).

ancaman

di

Kabupaten Majene,

dengan

Mengingat Analisis SWOT adalah akronim untuk Strengths,


Weaknesses, Opporrunities. dan Threats, maka perlu untuk mengetahui penentuan

mengidentifftasi faktor-faktor internal dan eksternal pada tingkat responden

dalam

merumuskan

strategi

skor IFAS (Internal Strategic Factor


Summory) dari faktor intemal kekuatan dan kelemahan sedang faktor EFAS

pengembangan industri rumah tangga

pembuat pupu dengan melihat faklorfaktor intemal (kekuatan, kelemahan)

(External Strategic Factor Summary)

dan faktor-faktor eksternal


No

(peluang,

dari
Bobot
0.0706
0.1

faktor-faktor

eksternal.

Tabel 11 Perhitungan Skor Faklor lntemal Faktor kekuatari dan kelemahan Rating
J

Skor
0.2118 0.4236

Fahor Kekuatan:
2
J

Potensi area oengembangan Tersedianva dukunsan tenaga keria

059

4 4
1

Motivasi tani nelayan wanita tinggi


Kebutuhan akan produk terus meningkat
Sebaeai bahan makanan penting Faktor Kelemahan Kemamouan ekonomi petani masih lemah
.

0.0588 0.0882

0.23s2
0.3528 0.3528
-0.24'72

4
5

0.1235
0.0824

4t
-3

Penerapan teknologi belum optimal

0.1294
0.0765

-4
-3

-0.5176
-0.2295 -0.5648 -0.4940

Terbatasnva tenasa terampil


4
5

Kuransnya kuantitas dan kualitas ikan tuna Belum optimalnya kelembagaan petani Total

0.1412 4.1235
I

-4 -4

3.6293

Sumber: Data primer setelah diolah Tahun,2012. Strategi Pengembangan Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Pupu (Tuppi) Ikan Tuna Di Pesisir Pantai Kabupaten Majene 147-150 f'Jinvana Sanrpara. Ansar^ Yunarti)
154

Tabel 12 Perhitun Skor Faktor Eksternal No Faktor Peluang dan Ancaman

Bobot 0.1223 0.1223


0.0791

Ratins
4 4

Skor 0.4892 0.4892

Faklor Peluang:
2
J

Permintaan konsumen pupu (tuppi) cukup Dukunsan tooosrafi dan eeoffafi Dukungan pemerintah daerah Tersedianya dukungan SDM
Sebagai oroduk subtitusr

4
3

43164
0.2592 0.410r -0.3140
-0.4101 -0.2313 -o.4317

4
5

0.0864 0.1367 0.0935

Faklor Ancqman:
Pemasaran produk terbatas 2
J

4
-J -3 .J

Cuaca vans tidak menentu

0.t367
0.0791

Harsa ikan tuna fluktuatif 4 Adanva oroduk ikan tuna dari luar Total Sumber: Data primer setelah diolah Tahun, 2012

0.1439

-3.4172

4.

Diagram Matriks
Pengembangan Pupu (Tuppi).

SWOT

untuk meminimalisir kelemahan unhrk


menghindari ancaman.

Berdasarkan analisis faktor intemal dan eksternal di atas, maka disusun matriks SWOT untuk berbagai altematif strategi pengembangan pupu di Kabupaten Majene, dengan shategi
kombinasi kekuatan dan peluang dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang, kombinasi

secara

Matriks SWOT menggambarkan jelas bagaimana peluang dan

ancaman eksternal yang dihadapi petanipeternak dalam pengembangan pupu di

Kabupaten Majene dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang

dimilikinya. Makiks ini


menghasilkan

dapat

kekuatan dan ancaman


kombinasi kelemahan dan

4 set

kemungkinan

dengan

menggunakan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk menghindari anmman,


peluang
serta

dengan memanfaatkan peluang yang ada

unfuk mengatasi kelemahan

kombinasi kelemahan dan ancaman

altematif strategi. Keempat tipe strategi yang dimaksud adalah : SO Strategi (SO : Strengths Opportunity), WO Strategi (WO Weakness Opportunity), ST Strategi (ST : Strengths Threots), WT Strategi W Weakness Threats)
seperti terlihatpada Tabel 13.

Tabel 13 MatriksSW)T
Kekuatan (s)
TFAS

Kelemahan (w)

L Potensi areapengembangan 2. Tersedianya dukungan 3. Motivasi tani t


tenaga kerja

1. Kemampuan ekonomi
petani lemah

2. Penerapan
belum optimal terampil

teknologi
tenaga

luyu,

EFAS

4. 5.
Peluang (O)

wanita tinggi

Kebutuhan akan produk


terus meningkat

3. Terbatasnya

4.
5-

Kurangnya kuantitas dan


kualitas ikan tuna

Sebagai bahan makanan


penting

Belum

optimal

kelembaeaan oetani

l.
1. Permintaan konsumen ouou cukuo
155

Strategi SO
Memanfaatkan potensi area

Strategi WO
Mengoptimalkan

dengan dukungarr

tenaga

keria

serla

terus

kelembagaan petani agar ekonomi petani tidak

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

Dukungan
dan geografi daerah

topografi

Dukungan pemerintah Tersedianya dukugan


SDM

jugu melihat dukungan topografi dan geografi


(1,2,3-2)

memperhatikan motlvasr pembuat pupu ciisamping

lemah maka perlu dukungan pemerintah daerah dengan adanya pendampingan dan
pembinaan(1,5-3)

Sebagai
subtitusi

Menanmbah

jumlah

produk

produksi dengan melihat

permintaan semakin meningkat disamping memang pupu (tuppi) sebagai bahan makan juga sebagai produk
subtitusi (4,5-5)
3.

Perlunya penerapan teknologi dengan menyediakan tenaga


terampil serta
sDM (2,3-4)
dukungan

penting dengan melihatnya

Terus memotivasi para pembuat pupu sehingga produk terus meningkat


setragai langkah penyediaan

dukunsan SDM (3.4-4) Strategi ST

Strategi WT

Ancaman (T)
1.

Dengan meningkatnya akan

l.

Meningkatkan

Pemasaran produk

terbatas

Cuaca yang

tidak
tuna

dapat dikendalikan

Harga ikan
fluktuatif
Adanya

kebutuhan produk maka system pemasaran puPu perlu di perluas dengan mengurangi produk ikan

perekonomian

petani, tuna

kurangnya kuantilas dan

kualitas ikan
't-

tuna dad luar

sehingga

kontribusi ke pembuat pupu


ikan
2. dapat ditingkatkan ((4- 1,4) Meningkatkan duk-ungar

produk

tuna dari luar

tenaga kerja serta memotivas pembuiat pupu dengat

pengembangan

area

yantr

berpotensi dengan tidal


melupakan kondisi cuaca d sekitar pesisir pantai Majent (1.2.3-2)
Sumber: Data primer setelah diolah Tahun, 2012

sehingga harga ikan tuna berfluktuatif ( I ,4-3 ) Menyiapkan tenaga terampil sehingga memperoleh hasil maksimal agar dapat menembus pasar komersil (3-l )

5. Penentuan

Posisi Pengembangan Pembuatan Pupu dengan Tabel 14. Matriks S

Matrix

Space

di Kabuoaten M

POSISI FAKTOR STRATEGI

INTERNAL KEKUATAN:
l.Potensi area pengembangan
2.Tersedianya dukungan tenaga

RATING

POSISI FAKTOR STRATEGI

EKSTERNAL PELUANG
I .Permintaan konsumen pupu

RATIN(

keria 3.Motivasi tani nelayan wanita

4
4

cukuo 2.Dukungan topografi dan demosrafi flmkunsan oemerintah daerah 4.Tersedianya duliunean SDM
3
.

4 4
J J
1

tinssi
4.Kebutuhan akan produk terus naik S.Sebaeai bahan makanan penting

4 4

S.Sebagai produk subtitusi

19/5:3.8

8/5= 3.6

KELEMAHAN

ANCAMAN:
156

Strategi Pengembangan Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Pupu (Tuppi) Ikan Tuna Di Pesisir Pantai Kabupaten Majene I 47-164 .\Iinr,ana Sarnpara, An.sar, Yutarti)

1 .Kemampuan ekonomi petani lemah 2.Penerapan tetn-togi Glum

-J

I Pe2.Cuaca yang tiOat aapar

-4
-J -1

optimal
rBuJd [,uiil[lt^ 11211 KgniltgS ikan 5.Belum optimalnya kelembagaan petani

4
-3

dikendalikan
tuna fluktuatif 4.Adanya produk ikan tuna dari
rr<an

r.flarga

-4

luar

..,

4
-18/6= -3.6 -13/4= 3.3

Dari hasil analisis faktor intemal dan faktor ekstemal maka di daparkm nilai sebagai berikut: + Kelemahan

Analisis faktor eksternal :peluang


+ Ancaman Sumbu Horizontal (X):3,6 + (_3.3)

Analisis faktor intemal :Kekuatan

Sumbu Vertikal

(yF3,g + (_3,6)

=42

Berdasarkan hasil anatisiJ rlfr"or, dapat dilihat posisi strategis pengembangan industry rumah tangga pembuat pupu (tuppi) di pantai Kabupaten Majene, seierti pada gambar berikut. Peluang
3.6

Kuadran

III

Konservatif

Kuadran I

Agresif
(0,2 ;0"3)

Kelemahan
-3.6

-3
Kuadran

IV

Defensif

Kuadran

II

Kompetitif

-4

Ancaman
Gambar 4.1 Posisi Strategis Pengembangan Berdasarkan hasil analisis space matrix daa gambar tersebut diatas dapat terlihat dengan jelas garis vektor bersifat positif menunjukkan bahwa posisi strategi
157

Pupu (Tuppi)

pengembangan industri rumah targga pembuatan pupu terletak pada kuadran I yaitu strategi agresgf menurut David (2006), yang memilikr sejumlah kekuaran dan juga

KLMANDIKIAN

Vol. 3 No. 2, Agustus 2011

memiliki ancaman sehingga

dibutuhkan

strategi ST (Strenghtlhreats) yaitu dengan memaksimalkan kondisi faktor intemal kekuatan yang dimiliki baik untuk faktor internal maupun ekstemal, sehingga dapat
dikatakaa bahwa pengemtrangan pembuatan

pembuatan pupu

faktor-faktor kunci pengembangan di Kabupaten Majene.


Tujuannya adalah unt'.rk mengidentifikasi

faktor-faktor yang penting

bagt

pengembangan produksi pupu.

Dari hasil analisis yang digrinakan

pupu di Kabupaten Majene, secara internal

maka dapat disusun berbagai altematif

kuat sehingga dapat memanfaatkan potensi

strategi fungsional dan

selanjutnya

pembuat pupu secara oPtimal dan memaksimalkan peluang dengan cara


mengembangkan tindakan-tindakan yang
cukup agresif untuk meningkatkan produksi pupu di Kabupaten Majene.

ditentukan strategi mana yang tepat, dengan melakukan penilaian pembobotan dan rating pada issue strategis dan sekaligus merupakan faktor-faktor kunci keberhasilan

pengembangan produksi

pupu.

Untuk

4. Analisis Matriks

Perencanaan

Strategi Kuantitatif (QSPM ) Langkah selanjutuYa dalam tahaP

mengetahui faktor-faktor kunci keberhasilan pengembangan produksi pupu di Kabupaten N{ajene, dapat dilihat pada Tabel 15 berikut

ini:

penilaian situasi adalah mengidentifikasi


Tabel 15. Faktor Kunci Pengembangan Produksi Pupu (Tuppi) di Kabupaten Majene Bobot Rating Skor Fahor Kunci Pengembangan Produksi Pupu

I
Memanfaatkan potensi area dengan dukungan tenaga kerja serta terus memperhatikan motivasi pembuat pupu disamping juga melihat dukungan topografi dan geografi (1,2,3-2) 2. Menambah jumlah produksi dengan melihat permintaan yang terus meningkat disamping pupu sebagai makanan penting serta sebagai produk subtitusi (4,5-5) 3. Terus memotivasi para pembuat pupu sehingga produk terus

l.

234 0.1104 4

0.4416

0.1250 3 0.0809 2 0.0950 3 0.1398 2 2 3 4 2

0.3750

0.1618 0.2850

meningkat sebagai langkah penyedia An SDM (3,4-4) 4. Mengoptimalkan kelembagaan petani agar ekonomi petani tidak lemah maka perlu dukungan pemerintah daerah dengan adanya pendampingan dan pembinaan (1,5-3) 5. Penerapan teknologi dengan menyediakan tenaga terampil serta dukungan SDM (2,3'4) 6. Meningkatnya kebutuhan produk maka system pemasaran. 0.0950 Diperluas dengan mengurangi produk ikan tuna dari luar. Sehingga kontribusi ke pembuat pupu ditingkatkan(4-l,4)

0.2796 0.1900

Meningkatkan dukungan tenaga kerja serta memotivasi 0.1323 pembuat pupu dengan pengembangan area yang berpotensi dengan tetap melihat cuaca yang tidak dapat dikendalikan (1,2-

7.

0.3969

3,2)

8. Meningkatkan perekonomian petani,kurangnya kuantitas kualitas ikan tuna sehingga harga flukhrasi (1,4-3f

dan

0'0884 0.1323

0.3536 0.2646

g.

Menyiapkan tenaga terampil turtuk memperoleh

hasil

maksimal

(3-l)
ada

Berdasarkan Tabel 4.15 Yang merupakan formulasi strategis yang diperoleh dari matriks SWOT, dengan membandingkan satu dengan lain, dimana skor tertinggi merupakan skala prioritas dalam menl'usun program pengembangan industry rumah tangga pembuat pupu di Kabupaten Majene, menunjukkan bahwa

9 point urutan prioritas pelaksanaan strategi pengembangan produk pupu di


Kabupaten Majene dapat dirumuskan grand
strategi pengembangan pupu.

Dengan skor tertinggi 0.3969 Pada


tabel 4.15 sebagai prioritas atau falctor kunci dalam pengembangan usaha industry rumah

tangga pembuatm pupu

di

KabuPaten

Strategi Pengembangan Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Pupu (Tuppi) Ikan Tuna Di Pesisir Pantai Kabupaten Majene 147-160 $,lirrvana Sampara. Ansar. Yr.lnarti)

158

kelembagaan petani. Sedang faktor


ektemal yang menjadi hambatan dalam
pengembangan industri rumah tangga pembuatan pupu (tuppi) di Kabupaten

Hermanto F. 1995. Ilmu Usahat


Swadaya, Jakarta.

ri3",,"b*

Majene yakni Pemasaran Produk terbatas, cuaca Yang tidak daPat


dikendalikan, harga ikan tuna fluktuatil adanyaproduk ikan tuna dari luar.
dalarn pengembangan usaha pembuatan pupu

Kottler. P. 1997. Manaiemen Pemasarqn Jilid I. Prenhallindo. Jakarta.


Pasaribq A.M., dkk. 2005. Perencanlan

2. Strategi Paling tePat

dan Evaluasi ProYek Perikanan.


Press.

Makassar: Hasanuddin UniversitY

berdasarkan analisis strategi Matriks

menggambarkan

SWOT dan Matriks SPace' Posisi dan arah


pengembangan Pembuatan PuPu Pada

Rangkuti,

F. 2009. Anulisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis- Penerbit

posisi strategi agresif atau pengembangar Potensi area. menyediakan tenaga kerja dengan

PT.
Jakarta.

Gramedia Pustaka Utama'

motivasi nelayan wanita yang tinggi' Pupu terus di tingkatkan sebagai kebutuhan dan juga sebagai bahan
makanan penting'

Rahardi

F. 2003. Agribisnis Peternakan (edisi revisi). PeneRangkuti, F. 2009.


Pustaka Utama. Jakarta.

Analisis SWOT Teknik Membedah


Kasus Bisnis. Penerbit PT' Gramedia

DAFTARPUSTAKA
Anggoro,

Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi


P ertanian.

Rajawali Press, Jakarta.

M. T. 2008. Metode Penelitian' Penerbit Universitas Terbuka'


Jakarta.

2003. Agribisnis, Teori dan Aplikasinya. Raja Grapindo Persada.


Jakarta.

BPS. 2011.

Data dan Potensi Kabupaten

Majene.

Tadjo,

M.

2009. Agribisnis, Strategi dan

Apl ikasi. Sengkang: LamPena'

David, F. 2006.

Manaiemen Strategis. Penerbit Salemba. Jakarta' Ekonomi

Daniel M. 2002. Penganlar

Pertaniqn. Bumi Aksara. Jakarta.

Downey D. W dan S.P Erickson' 1987' Manajemen Agribisnis. Erlangga'


,

Jakarta.

2000. Pembangunan Kqv'asan Pesisir dan Laut: Tiniauan AsPek Ekologis dan Ekonomi. Jumal
Ekonomi Lingkungan-

Gumbira E dkk. 2A04.


Hasan

Manaiemen

Agribisnis. Ghalia lndonesia. Jakarta'

I.M. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

St*t.gt P*g"*brrg* Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan l"p" (f"ppi; Ikan Tuna Di Pesisir Pantai Kabupaten Majene
1'tuirr.,ono^io*para" Ansar'

160

Yunerli)

147-16Q

PEDOMAN PENULISAN

JURNAL:

KLMANDIKIAN

menerima tulisan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Naskah ditulis dalam

2.

bahasa Indonesia atctu bahasa Inggris dan merupakan hasil penelitian, pemikiran murni dari peneliti. Naskah diketik rapi di atas kertas A4 dengan jarak satu setengah spasi dengan iumlah halaman l0 -'1 5 dan naskah dikirirn melalui E-mail atau disimpan/dicopy ke dqlam CD-R menggunakan program Microsofi l{'ord (termasuk abstrak, daftar pustaka dan lampiran kalau
aCa).

3. Sertqkan daflar riwayat hidup secara ringkas (fTL,


pengalaman keri a, dll).

pengalaman pendidikan/kursus,
,Iurnal

4. Naskah diserahkon langsung atatt dibirim melqlui pos dan E-mail sekretariat KLMAN D I KIAN P as c as ari ana L: nit' er s t as Muhammadiy ah P ar epar e. 5. Sistimqtikn tulisan:
i

a. b. c. d. e. f. g.

Abstrak (bahasa Inggns dan lndonesia)


Pendahuluan Bahan dan metode Hasil dan pembahasan

Kesimpulan Daftar pustaka I-ampiran (kalau ada)

Dengan pedoman sebagai herikut:

JUDUL, harus menggambarkan isi pokok rulisan


dari 15 kata.

secara ringkas, jelas dan diusahakan tidak lebih

bahasa Inggris dan Indonesia berisi intisari dari seluruh tulisan meliputi penelitian. lujuan, metode dan hasil

ABSTRAK, ditulis dalam

PENDAHULUAN, berisi masalah, hipotesis lang mendorong penyelenggaraan penelitian,


penemuan yang akan disanggah atau dikembangkan, pendekatan dan tujuan penelitian, referensi hendaknya pada hal-hal yang erat hubungarinl-a dengan pei-elitian.

bila perlu dengan tabel, grahk, diagram, lukisan foto. Hasil yang telah dijelaskan dengan ilustrasi tersebrgt tidak periu diulang atau diuraikan lagi secara

HASIL, dikemukakan

secara jelas

panjang lebar di dalam konteks.

PEMBAIIASAN, menerapkan arti hasil penelitian, bagaimana hasil penelitian dapat memecahkan masalah, persamaan atau perbedaan hasil penelitian terdahulu serta kemungkinan
pengembangannya, bila dianggap perlu hasii dan pembahasan disatukan.

KESIMPULAII, memuat hasil yang diperoleh dalam penelitian


DAFTAR PUSTAKA, ditulis

secara singkat.

dengan ketentuan umum yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai