2, Agustus
24fl
"
KLMANDIKIAN
JUKNAL AGKIbISNIS
Vol.3
KLMANDIKIAN
JUKNALAGKIbISNIS
Penanggung Jawab
Prof. Dr. H. Muhammad Siri Dangnga, MS o Dr. Ali Musa Pasaribu, MS o Dr. Ir. Zulkifli Syamsir, MM
l#i;,
Staf Administrasi & Sirkulasi o Asrinan, S.Pd r Ilham, S.Pd. M.Pd o Usman, S.K.M
Alamat Redaksi,/Penerbit Jalan Jenderal Ahmad Yani Km 6, Parepare Sulawesi Selatan Tlp. (0a21) 227s7 Fax(0421)2s524 e-mail: pslumpar@yahoo.com Penerbit: UMPAR Press
KLMANDIKIAN
rnenl'ajikan hasil penelitian dan artikel dalam bentuk ulasan. Jurnal ini diterbitkan setahun tiga kali: April, Agustus, dan Desember.
Vol.3
KLMANDIKIAN
JUKNALAGKIbISNIS
DAFTAR ISI
1.
District of Sidenreng Rappang) Oleh: Agusalim Mursidi, Sutiruth Made, Abdul Azis
Ambar
of Arab Layer Farm
With
86-97
2.
SENSITIVITAS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM AP.AB PETELUR BERBASIS AGRIBISNIS DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG (Sensitivily and Development Strotegt
of
Business
Agribusiness Basic Program in Sidenreng Rappang Regency) Oleh: Djumadil Dialil, Ansar, Abdul Azis Ambar
...
98-109
3.
PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI KERIA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK SAPI BALI DI KECAMATAN BALUSU KABUPATEN BARRU Motivation and Work Competence Effict to the Bredded Income of the Bali's Cow
on Balusu Subdistrict of Baruu Regency Oleh: Sulaiman S, MasnamaTadjo, Abd.
Munir
110-117
4.
...
118-129
5.
PENGARUH EFISIENSI USAHATANI KENTANG TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PETANI DI KECAMATAN MASALLE KABT]PATEN ENREKANG (lhe Influence ofPatatoes Farm Enterprises Efficiency lncreqse ofFarmer Production in Masalle District Enrekang Regency)
Oleh: Syahdawiah Anwar, Muhammad Siri Dangnga, Abdul
Munir
130-146
6.
141-160
KLMANDIKIAN
setahun tiga kali:
ini
diterbitkan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi atas
terbitnya jurnal ini, dengan disertai harapan semoga bersedia meluangkan waktunya
untuk bersama-sama membina, mengembangkan dan memikirkan kelangsungan jurnal
ini ke depan. Disadari bahwa jumal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat konstmktif dari semua pihak, dan insya
KLMANDIKIAN,
Volume
No. 2, Agustus 2011, semoga Allah Swt. tetap memberi rahmat, taufik dan inayah-Nya. Amien.
ANALISN KELAYAKAN DAN SENSITTVITAS USAIIA PENGGILINGAN PADI DI DESATETEAJI KECAMATAN TELLU LIMPOE KABUPATEN SIDENPIENG RAPPANG (Feasihility and Sensitivity Analysis of Rice Milling in the Tetaji Wlage of
Tellu Limpoe District of Sidenreng Rappang)
Absfiak
Kabupaten Sidenreng Rappang sebagai penyumbang cadangan produksi beras nasional, dimarw dariiuas wilayah administaratif yaloi 188.325 Ha terdapat 44.689 Ha (23.73 %o) dipergunakan areal tanam untuk pertanaman padi, dengan rqta-ratq produksi 200-250 ton gabah dalam satu koli musim tanam (MT). Jumlah populasi usaha penggilingan padi yang ada di desa Teteaii sendiri saqt ini berjumlah 9 unit yang tersebar meratq diseluruh wiloyah desa. Untuk memberdayakan peran pengusaha penggilingan padi di daerqh, khususnya usaha penggilingan
dan
yang ada di desa Teteaji Kecamatqn Tellu LimpoE, maka perlu perencanaan padi 'perhiiungan
yang tepat melalui qnalisis kelayakan dan tingkat sensitivitas usaha. Tingkat -kelayakan usaha'penggilingan padi dinyatakan layak, baik PPK, PPS dan PPB, dimana setelah dilakukan analiiis tingkat kelayakan investasi masing-masing diperoleh NPY sebesar j2.403.954; 282.649.651, dan 1.712.048.000, artinya investasi layak selama periode investasi. 1RX diperoleh 29,01%; 32,01% dan 51,01%, artinya investasi memungkinkan untuk pengembalian melebihi tingkat suku bunga berlaku (DF 18%o). Adopun Net B/C diperoleh 1,44; -1,7i dan 2,80, artinya tingkat pengembalian dari biaya yang dikeluarknn lebih dari I atau dinyatakan layak Jumlah penerimaan (netincome) PPK diperoleh Rp 114.380.000,-hulan atqu ratd-rata Rp 1-372.560.l}2,Jtahun; netincome PPS Rp 653.408.000,-/bulan atau Rp 7.657.770.000,Jtahun; dan net income PPB Rp 2.589.440.000,-/bulan atau Rp 33.059.040.000,/tahun. |'ingkat sensitivitas tertinggi pertama didapat dari PPB yalmi: 15,963 (kondisi ,, 15,604 (kandisi II) dan 7,850 (kondisi III). Kedua adalah PPS yalcni: 1,996 (kondisi I), 2,996 (kondisi II)
dan 0,304 (kondisi III). Sedangkan untuk PPK yalcni: 1,496 (kondisi D, 1,496 (kondisi
II)
dan
0,499 (kondisi III). Dengan demikian dapat disimpulkan balrwa semakin hesar skala usaha maka semakin besar pula tingkat sensitivitas terhadap perubahan arus kas.
Abstruct
Sidenreng Rappang has as suplayer national rice production, where the totql area of 188 325 Ha administaratif that there are 44 689 ha (23.73%o) usedfor the rice planting area, with an qverage production of 2A0-250 tons of grain in one seqson planting (MT). To empower the role of entrepreneurs in the.rice mills, rice mills in particular business in the Village District Teteaii
Tetli LimpoE, it needs proper planning and calculation through analysis of the feasibility and the sehsiiivity level of effort. Level of rice mill feasibility feasible, both PPK, PPS and PPB, where after a feasibitity-level analysis of each investment acquired 32.403.954 NPY; 282.649. 651, and 1.7 12.048.000, y,hich mecns that inve.stment is worth the investment period. IRR obtained 29,01%, 32,01% and 51,01ok, meaning that allows for the return of investment exceeds
the interest rate applicable (DF l8%o). The Net B/C gained 1,44; 1,71 and 2,80, meaningthat the rate of return than the cost is more thsn I or declared eligible. Total revenue (netincome) PPK
or an average 1.372.560.000,Jyear; netincome PPS Rp and netincome PPB Rp 2.589.440.00a,-/mount or 7.657.770.000,Jyear or 653.408.00A,-/mount, Rp 33.059.040.000,-year. First obtained the highest sensitivity level of the PPB: 15,963 (iondition D, 15-604 (kanclisi II) and 7.85U (condition III). The second is that PPS: 1,996 (condition I), 2,996 (condition II) and 0,3a4 @ondition III). As for the PPK namely: 1,496 (condition D, 1,496 (condition II) and 0,499 (condition IIi). It can be concluded thot the larger
obtqined Rp 114.j80.000,-/mount,
the scale the greater the degree of sensitivity to changes in cash flow.
Industri penggilingan padi setiap t{T --"oggiling lebih aari OO juta ton gabah kenng giling (GKG) dan akan terus
Tahun 2013 atau Surplus Nasional Sepuluh Juta Ton Beras pada Tahun 2014.
mengintensifkan peran lumbung p-uai nasional untuk menghasilkan gabaf, seiiap tahtmnya. Hal ini demi mewujudkan target pemerintah dalam mencapai Surplus dua Juta Ton Beras di Sulawesi Selatan pada
pemerintah, seperti mencetak lahan tidur menjadi iahanJahan sawah baru yang dapat ditanami padi dan termasuk j"g" Vrl^g paling penring adalah - - Aengai
nasional khus,rsnya beras dmgan _ :,*iul konsumsi beras masyarakat setia! tan"unnya.
penggilingan menengah dan besar yang bisa lebih dari 10 orang per unit.
Potensi perkembangan
-..;i;
267
penggilingan padi juga masih terbuka. jumlah penduduk Indonesia ,"titu. lengan
industri
induski penggilingan padi di i"aor,"ria lju masalah cukup serius yang ierjadi. yaitu
efi sien terutama pada
Y:.j"
industrikecii.
menyeluruh sehingga penggilingan padi mempunyai pilar yang kokoh. nga pitar rvitalisasi penggilingan padi yaitu:' (l)
dilakuf* ,""*u
gerdgqanean gabah lebih dari Rp19S filiun. luTlut itu jauh melebihi nilai perdagangan
penggilingan padi kepada sumber-sumber pembiayaan, serta menggandeng mitra usaha yang diharapkan akan menjadi sumber pembiayaan.
teregistrasi; (3) Revitaliasai Permodalan/Pembiayaan dilakukan dengan memudahkan akses Gapoktan atau usiha
kelembagaan Gapol,.tan yang " sehat, mempunyai legalita-s secara huk-um dan
menambah/mengganti peralatan yurg *iut sehingga berfungsi kembali atau i"nleAiran yt. ggnSgi.lingan padi yang baru; (2) Revi alisasi kelembagaan untuk menjadikan
aengan
nasional setiap tahun mencapai 10_15 persen daritotal gabah yang digiling. Denganharga
seperti meniro kaful dan sekam, menir untuk industri makanan, sedangkan katul untuk
Kabupaten Sidenreng
nasronal, dimana
Rappang
drlr*
menggiling 65 juta ton beras, nilai tambah dari katul-mencapai Rp 19,5 triliun setiap tahun. Belum lagi penjualan sekam untut
alas
mempekerjakan lima tenaga kerja, I 10^.452 unit penggilingan menyerap sekiiar 500.000 tenaga kerja. Belum lagi pekerja di
87
besar. Potensi lahan dan sumbeidaya yang memadai adalah daya dukung utama yan! harus digerakkan, hal ini penting demi untui memenuhi kebutuhan suplai beras di tingkat
tahun. Kabupaten Sidenreng Rappang dapat menghasilkan produksi gabahr CSSTle,Sa Ton (MT 2010) (BpKp Sidrap,20t0. Hal irii
administaratif yakni 199.325 Ha terdapat 44.689 Ha (23.73 %) dipergunakan areal tanam untuk pertanaman padi, dengan ratarata produksi 200-250 ribu ton gabah dalam satu kali Musim Tanam (MT) atau setiap
dari luas
wilayah
juga tlnitat
KLMANDIKIAN
Sejalan dengan hal tersebut, maka peran pelaku usaha penggilingan padi perlu mendapat perhatian yang besar dengan asumsi ketersediaan beras bagi masyarakat baik kuantitas maupun kualitasnya tetap tinggi. Kabupaten Sidenreng Rappang dalam
perlu dilakukan kajian penelitian tentang analisis kelayakan dan sensitivitas usaha penggilingan padi di Desa Teteaji Kecamatan Tellu LimpoE Kabupaten
Sidenreng Rappang. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan bererapa
permasalahan
yang selanjutnya
menjadi
PoPulasi penggilingan padi sebanyak 358 unit, yang terdiri atas Penggilingan Padi Besar (PPB) sebanyak 27 unit Penggilingan Padi Sedang (PPS) sebanyak 186 unit, Penggilingan Padi
bahan kajian dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kelayakan usaha penggilingan padi di Desa Teteaji, Kecamatan Tellu LimpoE KabuPaten
Sidenreng Rappang ?
Kecil (PPK) sebanyak 99 unit dan fuce Milling Unit (RMU) sebanyak 46 unit. Adapun di Kecamatan Tellu LimPoE
terdapat penggilingan padi sebanyak 28 unit
Tellu LimpoE
KabuPaten
Sidenreng Rappang?
(sembilan) unit PPS, 14 (empat belas) unit PPK, dan 3 (tiga) unit RMU. Di Kecamatan Tellu LimPoE sendiri dalam hal ini terdapat 9 kelompok tani yang mana 6 (enam) diantaranya bergerak dalam
dapat memecahkan
permasalahan
sektor usaha pertanian khususnya padi, sedangkan 3 (tiga) kelompok yang lain mengembaagkan usaha di bidang peternakan. Hasil produksi berupa gabah
dari hasil panen petani adalah potensi yang cukup menjanjikan, selain menguntungkan bagi pengusaha penggilingan, karena dapat memperoleh bahan baku yang tersedia di wilayah Desa Teteaji, dan disisi lain juga menguntungkan bagi pihak petani, karena tidak kesulitan memasarkan hasil panennya' Hal ini memungkinkan adanya kerjasama
sebagaimama yang telah dijelaskan pada rumusan masalah antara lain adalah: l. Menganalisis secara finansial kelayakan usaha penggilingan padi di Desa Teteaji,
Kecamatan
Tellu LimpoE
KabuPaten
Sidenreng Rappang.
Tellu LimpoE
KabuPaten
Sidenreng Rappang.
A. Lokasi
yang saling menguntungkan antara petani dengan usaha penggilingan padi atau
pengusaha penggilin gan.
diseluruh wilayah desa. Untuk memberdayakaa peran Pengusaha penggilingan padi di daerah, khususnya
usaha penggilingan padi yang ada
Jumlah populasi usaha penggilingan 'di yang ada di Desa Teteaji sendiri saat ini ' ,mlah 9 unit yang tersebar merata
B.
Desain Penelitian
di Desa Teteaji Kecamatan Tellu LimpoE, maka perlu perencanaan dan perhitungan yang
tepat melalui analisis kelayakan dan tingkat
adalah penelitian survey. Penelitian survey dilakukan untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada, mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok atau unit (Nasution, 2006).
Sumber data diperoleh dari Data Primer
Primer
K"6yakan Dan Sensitivitas Usaha Penggilingan Padi Di Desa Teteaji Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang 86-97 (Agusalim Mursidi, Sutinah Made, Abdui Azis Ambar)
A*lirir
Dimana:
C.
Benefit
usaha
menunjukkan kelel,r:
(marria.,:,
penggilingan padi yang ada di Desa Teteaji Kecamatan Tellu LimpoE saat ini berjumlah 9 unit yang tersebar merata.
Jurnlah poprrlasi
sampel untuk analisis aspek 19up* kelayakan finansial, Studi Kasus terhadap 3 usaha penggilingan padi berdasarkan klasifikasi skala usaha Kecrl, Sedang dan Besar yang dipilih
berdasarkan metode purposive
benefitpadatahun ke t cost pada tahun ke t : umur usaha Jika NPV > 0, usaha tersebut layak
Bt Ct n
sa*ptirg
(Nasution, 2006).
NetB/C=
\rruaaeng(+) t=t\
\rvWutnene!f(-)
r=0
D.
Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkarL maka pengumpulan data
dilakukan melalui wawancar;, pengisian
Dimana:
Net
B/C
adalah
E.
Analisis Data
I I
PV
PV
(+) :
G) :
jumlah nilai PV
jumtah nilai pV
> l,
usaha tersebul
yaitu
diperoleh petani dengan adanya sistem agribisnis selama proses produksi yang dihitung sebagai
berikut (Soekartawi, 2003); .) Analisis Keuntungan Usaha:
IRR=i'+
IRR
Dimana:
kemampuan
n =TR-TC
Dimana:
TR
= Keuntungan
Total Revenue
(total
penerimaan)
TC :
i' I"
NPV'
: :
berdasarkan kriteria
NPV=SB'-c'
ft
1r+
i.y,
89
KLMANDIRIAN
Jika IRR > suku bunga kredit, berarti usaha tersebut layak dikembangkan.
3. Analisis
Sensitivitas, menjelaskan
kapasitas produksi
per mesin
polisher
Penggilingan padi besar dapat melalrukan 3 kali atau lebih proses penyosohan atau disebut dengan penggilingan padi 3 phase (Anonim,
2010).
nilai SV,
4.
SV=P
Dimana:
r-NPV* _
NPI/-
Rendemen adalah persentase hasil bagi antara berat beras gilling yang dihasilkan dengan berat gabah yang
di
gilling/dimasukkan.
NPV_
(nilai
5.
SV
Swithing Vqlue
sensitivitas)
usaha
perubahan biaYa
atau
6. Biaya adalah terdiri dari biaYa tetap/investasi (dapat digunakan berulang kali) dan biaya variabel
(hanya untuk sekali proses produksi).
pengeluaran (TC).
NPV*
sebelum ada
NPV-
setelah
ada
8. Net B/C
F. Definisi Operasional
menghindari kesimpangsiuran pemahaman (persepsi) pada peneitian ini, disusun definisi operasional sebagai berikut: l. Penggilingan Padi Kecil (PPK)
rJntuk
adalah penggilingan
kapasitas produksi
per jam dengan konfigurasi mesin penggilingan padi terdiri dari husker .daa polisher (H-P). Penggilingan
padi kecil biasanya hanya melakukan
secara
1 kali
Phase
2. Penggilingan Padi
kapasitas
l.
a.
Biaya Investasi
1)
Tanah
polisher (C-H-S-P-P). Penggilingan padi menengah daPat melakukan 2 kali proses penyosohan atau disebut dengan penggilingan padi 2 phase
(Anonim,2010).
areal
dan
PPB
masing-masing
90
li
Usaha Penggilingan
PPK
PPS
45.000.000,250.000.000,1.500.000.000,-
2)
Gudang Tabel
Bi
Investasi Luas 50
Pada Usaha
Padi
Usaha Penggilingan
JUE
ahun
10 15
PPK
PPS
2.500
20
20i2
3)
Lantai Jemur
Tabel 3 Usaha
JUE
ahun
10 15
PPK
PPS
60.000.000,165.000
2.000.000,4.000.000.-
Motor Penggerak
Tabel 4
Usaha
Motor
ruE l0
Jwn]ah Investasi
5.000.000,30.000.000,-
PPS
15
32.500.
65.000.000,-
Biaya Investasi Mesin Penggilingan pada Usaha penggilingan padi rji JUE
tahun Jumlah Investasi
R
PPK
PPS
l0
15
25.000.000,85.000.000,1.100.000.000.-
91
KLMANDIKIAN
Biaya Operasional
Khusus untuk usaha penggilingan padi yang diusahakan di desa Teteaji dalam operasionalnya memerlukan biaya operasional antara lain, sebagai berikut:
1)
Oli Mesin
Pada Usaha Penggilingan Padi
di
Desa
Total Investasi
(pertahun) 2.100.000,3.000.000,6.000.000,-
2)
Tabel
Desa
Usaha
penggilingan PPK
["0:P* (pertahun)
Total lnvestasi
(pertahun) 33.600.000,_84.000.000,-
3)
710 liter/bln x l2 bln PPS I .600 liter/bln x _12_bln PPB 4.600 liter/bln x 12 bln Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
272.500.000.-
Air Accu
Desa
Tabel8 Biaya Operasional Pembelian Air Aki Pada Usaha Penggilingan Padi di
Teteaji
Usaha Penggilingan
Total lnvestasi
600.000,-
4.800.000,30.000.000,-
4)
Air
Air biasanya digunakan untuk mendinginkan mesin, tujuarrnya agar mesin tetap dingin sehingga tidak cepat rusak. Jumlah kebutuhan air untuk operasional penggilingan padi tergantung pada kapasitas mesin atau motor penggerak yang dig',nakan. PPB yang menggunakan motor lebih besar tentu membutuhkan kapasitas air yang lebih banyak dibanding dengan PPS atau bahkan PPK.
Upah Tenaga Kerja
9 Biaya Operasional Untuk Pembayaran Upah Tenaga Kerja Usaha Jumlah Tenaga Upah Pekerja Total Pengeluaran Penggilingan Kerja (pebulan) (pertahun)
Tabel PPK
PPS 2 orang 15 orang
650.000,1.100.000,1.200.000,-
1s.600.000,198.000.000,-
432.000.000.-
Analisis Kelayakan Dan Sensitivitas Usaha Penggilingan Padi Di Desa Teteaji Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang (Agusalim Mursidi, Sutinah Made, Abdul Azis Ambar) 86-97
92
d.
bunsa
l*q -h*,
,t"*
Demikian halnya dengan usaha ppB yang diharuskan membayar bunga pinjaman atas kredit sebesar Rp 52.353.000,- per^b-ulai utu, np ozs'.236.000,_ per tah*n dari "' jumlah investasi sebesar Rp 5.121.520.000,_ (Lampi*"i."t
2.
Cash
a. Penerimaan
Tabel
In Flow
pada
Rendemen Giling
Penggilingan
(%)
58 60
PPK
PPS
6.500,6.800,6.900,-
.657.770.000,-
33.059.000.000,_
Usaha Penggilingan
Nilai Awal
(Rp)
45.000.000,250.000.000,1.500.000
(Rp)
U
PPK
PPS PPB
0
0
250.000.000,1.500.000.000,-
Sumber:Oataprim@
B. Analisis Keuntungan Usaha . ._ Untuk menghitung keuntungan bersih usahatani atau keuntunlan
usahatani (profit) dengan rumus sebagai berikut:
5.a), untuk PPS = Rp 134.162.000,_ per tahun atau Rp 11.180.000,- per bulan (Larnpiran 5.b), sedangkan untuk ppB :
Rp 1.068.132.000,- per tahun atau dalam satu bulan keuntungan yang diperoleh 4^t+ Rp 89.011.000,- (Lampiran 5.c). .Iurrdah tersebut di atas sudah termasui pembayaran pajak 5% dari jumlah
penerimaan kotor (Tabel l2).
: jumlah
TC :
produk x harga
totalcosr:totalpengeluaran=
biaya tetap + biaya variabel
Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada ketiga skala- usaha penggilingan padi yang ada di Desa Teteaji, baik ppK, ppS maupun ppB, maka diperoleh data yakni: ppK : Rp 23.578.000,- atau dalam satu bulan \glltungan usaha yang diperoleh pada PPK adalah Rp 1.965.000,- (Lamiiran
No. 2, Agustus 201-
Tabel 12 Hasil fuialisis Keurtungan Usaha Pada Usaha Penggilingan Padi di Desa Teteaji Keuntungan Perbulan Keuntungan Pertahun usaha Penggilingan (RP) (Rp) PPK
PPS
23.578.000,134.162.000,-
1.965.000,11.180.000,89.011.000,-
1.068.132.000,-
1.
kecil, sedang ataupun besar. Namun yang membedakan dalam hal ini adalah
akan
memberikan kesimpulan,
diperoleh adalah
aPakah Yang
berarti investasi usaha penggilingan padi dianggap layak untuk diusahakan atau "Go", dan sebaliknya jika angka yang diperoleh adalah negatif (NPV < 0), berarti investasi usaha penggilingan padi yang bersangkutan dianggap tidak layak atanuNo Go".
0),
(layak), demikian halnya dengan PPS setelah tahun ke-15, dan PPB setelah
masih
2.
Yang
dilakukan pada usaha PPK yang ada di Desa Teteaji menunjukkan angka NPV 32.403.954 (positif), artinya investasi usaha PPK yang dilaksanakan <ii Desa
Teteaji adalah layak selama kurun waktu 10 tahun (Lampiran 6.a). Hal ini lebih laajut menunjukkan bahwa keuntungan dari nilai investasi yang dikeluarkan sekarang dapat ditutupi selama kurun waktu tersebut di atas pada masa yang
akan datang
(1
Net BIC (Net Benefit Cost Ratio) Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Net B/C pada usaha PPK tersebut diperoleh 1,44 dengan demikian Net B/C sebesar 1,214 lebih besar dari I (satu)
telah PPK
0 tahun).
Pada usaha PPS diPeroleh angka NPV 282.&9.651 '(positifl, artinYa investasi usaha PPS yang ada di Desa Teteaji adalah layak selama kurun waktu l5 tahun (Lampiran 6.b). Sehingga kerlntungan dari nilai investasi yang
PPS
'
bahwa Net B/C pada usaha PPB tersebut diperoleh 2,80 dengan demikian Net B/C sebesar 2,80 lebih besar dari 1 (satu) maka benefit yang diperoleh tersebut 2,80 kali lipat dari cost Yang telah
PPB
Adapun untuk PPB Yang ada di Desa Teteaji nilai NPV yang diperoleh
1.712.048.000. Sehingga keuntungan dari nilai investasi yang dikeluarkan sekarang dapat ditutupi selama kurun waktu tersebut di atas pada masa yang akan datang (20 tahun) (Lampiran 6.c).
3. IRR
adalah
Dengan demikian
daPat
Yang juga
nr*tirir f"tuyakan Dan Sensitivitas Usaha Penggilingan Padi Di Desa Teteaji Kecamatan Teliu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang 86-91 (Agusalim Mursidi, Sutinah Made, Abdul Azis Ambar)
Hasil perhitungan menunjukkan bahrva IRR pada usaha ppK tersebut dipcroleh 29,01 yo, sehingga tingkat bunga bank yang berlaku- pada iaat sekarang adalah l8%, maka IRR > tingkat__bunga yang berlaku Atinya usaha PPK telah menguntungkan atau
layak dibiayai dari kredit perbankan.
sekarang adalah l\o/o, maka IRR > tingkat_bunga yang berlaku. Artinya usaha PPS telah menguntungkan atau
bahwa IRR pada usaba ppS tersebut diperoleh 32,01 o/o, sehingga tingkat bungan bank yang berlaku pada saat
Usaha Penooilinoa. usahapenggilingan
DD7 PPK
tingkat*bunga yang berlaku. Artinya usaha PPB telah menguntungkan atau layak dibiayai dari kredir pirbankan.
enggilingan padi di Desa uu* Teteaii rslt4rr
1,44
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa IRR pada usaha ppB tlsebut diperoleh 51,01 o/o, sehingga tingkat bunga bank yang berlaku- paaa iaat sekarang adalah 78yo, maka IRR >
xmrl
32.403.954 (positif) 282.649.651 (positif) 1.712.048.000 (nositi
PPS
29,01yo
PPB
l,7l
2,80
32,01%
D. Sensitivitas Usaha
Sensitivitas diukur berdasarkan pada tiga asumsi, yakni: kondisi I, dimana cash out flow (biaya operasionalj diasumsikan meningkat - persatuan persen. Kondisi II, dimana cash in flow (penjualan) diasumsikan menurun persatuan persen, dan kondisi III, dimana
menunjukkan nilai sensitivitas adalah 2,996 artinya batas toleransi yang diakibatkan menumnnva penjualan adalah 2,gg6yo penjualan.
II
p"r*,in*
meningkat
nilai
0,gll7yo.
Besar
1.
3. Penggilingan padi
sensitivitas
sensitif toleransi yang diakiba&an .dengan meningkatnya biaya adalah '1,4960oh biaya meningkat. kondisi II
diasumsikan peningkatan
III
secara bersamaan
2.
15,963296. Pada asumsi kondisi II menunjukkan nilai 15,6044 artinya batas toleransi yang diakibatkan peningkatan penjualan adalah sebesar I 5,6044yo. Selanjutnya pada kondisi
penjualan adalah 0,9967%. Penggilingan padi Sedang Hasil analisis yang dilakukan pada usaha PpS menunjukkan nilai sensitivitas kondisi I adalah 1,999
dengan menurunnya penjualan adalah sebesar 7,8505 artinya batas toleransi yang dapat diterima akibat III
adalah
95
KLMANDIKIAN
Vol.
3 No.
2, Agustus 2011
Tabel 14
Usaha Penggilingan
Hasil Analisis Sensitivitas Pada Usaha Penggilingan Padi di Desa Teteaii Korrdisi I
t,496yo
Kondisi II
1,497% 2,996%
15,604yo
Kondisi III
0,997% 0,304%
7,850yo
PPK
PPS
PPB
l,999Yo t5,963%
KESIMPT]LAN
Seteiah melaliukan penelitian yang
selanjutnya membahas permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan adalah sebagai berikut:
2012. Sidrop
htbp
Optimis
10
Sidrap/ Optimis
l.
Tingkat kelayakan usaha penggilingan padi dinyata-kan layak, dimana semakin besar skala usaha, maka semakin besar pula tingkat kelayakannya.
Tingkat sensitivitas usaha penggilingan
Arsyad,
M.
2.
padi dapat dinyatakan cukup sensitif baik pada kondisi I (biaya naik), kondisi II (penjualan menurun), dan
(penjualan menumn secara bersama-sama biaya naik). Dengan
kondisi
III
2011
Datq
Revitalisqsi
Unit
DAFTARPUSTAKA
Anonim. 2010. Pedoman Telmis Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil. Anonim
[Pengolairan dan Pemasaran Hasil Pertanianl Kementerian Pertanian RI.
Beras
dan
Padi dan
Gettinger,
Padi. Anonim [Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian] Kementerian Pertanian RI.
http :/ipphp.deptan. so.idldisp-info
Ikatan Akauntan Indonesia 2009. Arus Kas (Cash Flow). Jumal Ilmiah
Iakatan Akuntan
:
Indonesia.
0
Analisis Kelayakan Dan Sensitivitas Usaha Penggilingan Padi Di Desa Teteaji Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang 86-91 (Agusalim Mursidi, Sutinah Made, Abdul Azis Ambar)
96
Khotimah, K, Sutawi AS, Maleha dan Evita S.H., 2002. Evaluasi proyek dan
UMMPress.
l.
Ekonomi
Jakarta: LP3ES.
Pasaribu,
Evqluasi Proyek
Press.
dqn perikanan.
Tinambuan
A. 2008. Anolisis Keuntungan Usahqtani dan pemasaron gambir di Kabupaten pak*pak Barat, Tesis. Fakultas Ekonomika dqn Bisnis. Yogyakarta: UGM press.
1999.
Kamus Lengkap
Ekonomi.
Zulfajri, E.M. & R.A. Senja, 2001. Kamus Lengkap Bahasq Jakarta: penerbit
Difa Publisher.
97
KLMANDIKIAN
SENSITIVITAS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM ARAB PETELUR BERBASIS AGRIBISNIS DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
(Sensitivity and Development Strategt of Business of Arab Layer Farm With Agrihusiness Basic Program in Siilenreng Rappang Regency)
berlangsung selqma 3 bulan. Metode Penarikan sampel dengan Cluster Random Sampling (CRS) Two Stage, sehingga diperoleh total 25 sampel responden, dari peternak, perywluh danpedagang telur. Pengumpulan data melalui wowancetre, angket dqn observqsi lapangan. Analisis dqta menggunakan qnalisis kelalakan investasi Q{PV, Net B/C, MC dan PbP), untuk analisis
menggunakan model kerangka kerja tiga tahap. Hasil analisis kelayakan riil periode investasi 5 tahun skalq usoha 1.000 ekar, qdalah NPy : 110.874.460 (positifl, Net B/C - 6,63, RC : 1,23, dan PbP - 0,87 tahun. Nilai sensitivitas usaha, menunjukkan batas sensitif kandisi I (penjualan turun) adalah 14,3%, kondisi II (biaya naik) adalah 17,8% dan kondisi III (penjualan turun dan biaya naik) adalqh 7,7o%. Hasil analisis Matril{s IE menempatkan usaho pada latadran IV, dengan IFE -- 3,0496 dan EFE : 3,0604, stategi yang bisa diterapkan peternak adalah tumbuh dan bina. Lebih lanjut hasil analisis SW'OT, menunjukkan ada 9 strategi yang dianggap loyak digunakan. Hasil dari pengolahan QSPM, 3 strategi yang prioritas untuk dapat dilerapkan adalah l) Revitalisasi peran danfungsi kelompohani, 2) Mengatur sistem manaiemen yang baik, dan 3) Meningkatkan kualitas SDM melalui dildat.
sensitivitas digunakan
pengembangan usahs
Abstract
Synptoms of the decline in egg production in the District Sidenreng Rappang over a period of 5 50%o underlying the importance of this research. The study was conducted to determine the sensitivity level of Arab Layer farm a variety of financial condition that may occur, analyze the kn:t internal factors (strengths or weaknesses) and external factors (opportunities or threats), and ;hen formulate a sfrateg/ worth considering, and recommending strategies based on the priority list. IntakB of example method is Cluster Random Sampling (CRS) Two Stage, which totql 25 responden sample. The data collected by interview, direct watch, and observation. The data analysed by usingfeasibitity analysis (l{PV, Net B/C, R/C, and PbP), sensitivity of farm by using SV ($uithing Yalue), and then for development strateg/ of bussines by using 3 stage of formulate strateg/ from David, 2A06. The results of the feasibility analysis of real investment periodof 5 year 1.000 the scale of the tail, is NPV - 110 874 460 (positive), Net B/C:6.63, MC : 1.23, and PBP : 0.87 years. The value of sensitivity shows the condition I is sensitive sales fell 14.3%, condition II is sensitive to the rising cost of 17.8% and condition III is sensitive to the 7.795 sales fall and costs rise. The results of analyzes IE matrLx show farm in Quadrant IY (IFE and EFE - 3.A496 - 3.06A4, a workable strategt is to grow the company and community development. Further results of the SWOT analysis, shows there are 9 strategies were considered. The results of processing QSPM, 3 strategt is a priority to be applied is 1) Revitalize the role and function.farmers Empowering, 2) Set a good management system, 3) Improve the quality of human resources through the Training.
years up to
Keywords
Sensitivitas Dan Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur Berbasis Agribisnis Di Kabupaten Sidenreng Rappang 98-109 (Djumadil Djalil, Arsar, Abdul Azis Ambar)
pada tahun 20ll (Anonim, 20fl). Dari jumlah tersebut,.telur Ayam Buras memberi
produksi telur adalah 1,g juta ton peitahun, turun menjadi menjadi 1,5 juta ton per tahun
PENDAHULUAN Kontribusi produksi telur nasional selama k-urun waktu 2 tahun terakhir menunjukkan angka penunrnail, dimaaa tercatat pada akhir tahun 2010 jurdah
keburuhan suplai telur Avam Buras di tingkat kabupaten, provinsi atau juga tingkat nasional. Data menunjukkan jurdah produksi terakhir_terus mengalami penurunan yang cukup drastis yakni hampir 5A% dimia tercatat pada tahun 2007 jumlah produksi telur mencapai 739.7g9 tbn, tahun 200g (813.766 ton), tahun 2009 (9iX5.650 ton), tahun 2010 (139.051 ton) dan terakhir tahun 2011 hanya menghasilkan 493.244 ton. Hal
rn"r".i*
telur Ayam Buras di Kabupaten Sia"n Rappang dalam kurun -waktu 5 tahd "ng
Ayam Buras itu sendiri, termasuk- juga produktivitas Ayam Buras yang sulit dip;; Produktivitas yang optimal dapat diperoleh {engan pengelolaan yang intensif.
upaya untuk
Kendalany4 hirggu saat komersial dalam skala besar atau sistem
ada mengembangkannya secara
perkembangan produksi
ini
22.288.323
lerakhfu terus mengalami peningkatan dari 19?!!112 ton pada rahun 2007 menjadi
belum
utuu
intensif, akan tetapi usaha peternakan Ayam Buras lebih cenderung dijadikan sebagai fegiatan sampingan, bukan merupakL
kegiatan yang berorientasi ekonomi.
di
atas,
seluruh
Di
komersil.
menunjukkan bahwa Ayam Buras memang tetap digemari oleh masyarakat sebagai unggas peliliaraan,
yang
sejumlah wilayah
sentra
kesadaran
kg/kapita/tahun, sedangkan pada tahun 2007 meningkat menjadi 7,72 kg/ kapita/tahun dan diperkirakan dengan adanya kenaikan
2%o
masyarakat dalam mengkonsumsi telur juga mengalami peningkatan, dimana teriatat gadl tahun 1987 jumlah konsumsi telur per kapita adalah sebesar 2,61 kgkapita/tahun,
4,56
petemakan.
telur melalui peningkatan populasi ternak Ayam Buras di Kabupaten Sidenreng Rappang, yang salah satu langkahnya adah[ mengoptimalkan potensi Ayarn Arab. Haragan dengan adanya peningkatan populasi Ayam Arab oleh peternak dengan skala ekonomi yang besar, maka afan meningkatkan pula jumlah produksi telur Ayam Buras, selain tentunya memberikan peluang lapangan ke{a baru di sektor
Jurnlah petemak Ayam Arab petelur
di Kabupaten Sidenreng
merupakan salah safu sentra peternakan unggas di Sulawesi Selatan memiliki peluang untuk mengembangkan usaha Ayam Buras yang berskala besar. potensi lahan dan sumber daya yang memadai adalah daya dukung utama yang harus digerakkan, hal ini penting demi untuk
99
pada
agribisnis. Untuk memuluskan langkalr tersebut di atas maka perlu dibuat se6uah
p.erlu ditingkatkan melalui peningkatan skala usaha di tingkat petemak Oi atas t.OOO ekor. Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah melalui p"rg";rU*g*
berbisis
Kecamatan, dengan skala usaha rata-ratadi bawah I.000 ekor. Oleh karena itu, populasi Ayam Arab
di i i
Rappang tercatat
KLMANDIKAN
pakan. Pakan dalam usaha peternakan unggas termasuk Ayam Arab sangat
berganf.rng pada ketersediaan pakan yang cukup. Pakan berkontribusi kurang lebih 7080% dalam input, sehingga terjadinya perubahan harga pakan (input bertambah) maka besar kemungkinan akan berdampak pada kondisi arus kas (keuntungan).
3. Bagaimana strategi pengembangan dan pilihan strategi prioritas untuk pengembangan usaha Ayam Arab
Petelur berbasis agribisnis di Kabupaten
Sidenreng Rappang?
terhadaP
mengalami
Perubahan
penurunan (output berkurang), dan bahkan tidak iarang terjadi biaya meningkat
2. Mengidentifikasi faktor
pengembangan usaha
Sidenreng Rappang.
dilalcukan guna mendorong peningkatan produksi telur Ayam Buras, dengan jalan
meningka&an populasi ternak Ayam Arab Petelur itu sendiri. Oleh karena ihr" perlu dilakukan analisis tingkat kelayakan dan sensitivitas serta lebih khusus merumuskan
rencana strategi pengembangan usaha yang lebih terarah sejalan dengan peningkatan populasi, peningkatan produksi dan terlebih
segera
3.
pilihan
strategi
METODE PENELITIAN
lagi
Penelitian dilaksanakan
Rapp*g,
di
Kabupaten Siderueng
di
batasan
permasalahan
berikut:
dalam
penelitian antara
lain adalah
sebagai
diantara 30 43 menit - 40 09 menit Lintang Selatan dan 1190 41 menit -1200 10 menit Bujur Timur, jarak dari
i..t.tut
dan
2.
Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan (Makassar) kurang lebih 183 km. Wilayah Administratif KabuPaten Sidenreng Rappang memiliki Luas 1.883,25 knz, terdiri I I Kecamatan
dengan I 06 Desa,{(elurahan.
Batas wilaYah administratif Kabupaten Sidenreng Rappang adalah: Sebelah Utara: Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Enrekang; Sebelah Timur:
Kabupaten Luwu dan KabuPaten Wajo; r00
Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur Sidenreng Rappang Di Kabupaten Berbasis Agribisnis 98-109 (Djumadil Djalil, Ansar, Abdul Azis Ambar)
Kabupaten Soppeng; dan Sebelah Barat: Kabupaten pinrang dan Kota parepare.
Arsyad, 2011).
B.
Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan maksud untuk menggambarkan, suatu kondisi yang ada pada suatu wilayah (Nasir, 1985). Adaprm tahapan penelitian adalah
digunakan rumus:
I.t
SV=P
Dimana:
SV P
Swithing
sensitivitas)
(nilai
dan
4)
: perubahan biaya
C.
Jumlah peternak Ayam Arab Pgtglyr di Kabupaten Sidenreng Rappang adalah 47 peternak yang tersebar-dii li Penyuluh. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Cluster Random Sampling (CRS) Two Srage (Nasution, 2006), dimana dipilih 5
tingkatan, yakni: peternak sebanyak lecamatan dengan dibina oleh 26 orang
&riji,
NPV* NPV.
2.
ada ada
setiap
pengembangan agribisnis Ayam Arab Petelur diarralisis melalui kerangka kei,r tiga tahap.
orang (30Yo sampel), penyuluh sebanyak 7 orang (30% sampel) dan pedagang sebanyak 5 orang.
li
1)
2)
3)
Mahiks SWOT)
Tahap Kepurusan (eSpM)
IE dat
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang -dati dibutuhkan, maka pengumpulan
dilakukan dengan beberapa teknik antara lain:
3.
pemahaman (persepsi)
1.
Wawancara,
2. Observasi, 3. Angket.
Untuk menghindari
Definisi Operasional
E.
Teknik Analisis Data Model analisis yang digunakan untuk pengolahan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data akan disesuaikan dengan kebutuhan atau
2.
1. Alalisis Sensitivitas, menjelaskan tentang tingkat sensitif usaha Ayam A.qb Petelur terhadap perubahan penjualan (Kondisi I), perubahan biava
(Kondisi III) secara bersamaan. Semakin kecil nilai SV berarti semakin sensitif
3.
produksi (Kondisi II), dan perubahan antara penjualan dan biaya produksi
yang diharapkan.
suatu menghalangi,
t0l
KE-MANDIKIAN
5. Analisis Sensitivitas
adalah tingkat sensitif usaha terhadaP Perubahan penerimaan penjualan (Kondisi I), kenaikan biaya produksi (Kondisi II),
dan perubahan antara Penjualan dan
7.
pengembangan usaha yang diperoleh dari hasil analisis pilihan strategi dan skala perioritas yang menjadi perioritas pertama. Ayam Arab Petelur Berbasis Agribisnis adalah usaha budidaYa Ayam Arab Petelur Yang berdasar
bersamaan adalah
dan
II|.
6. Strategi Pengembangan
alternatif strategi atau
anggota
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Sensitivitas
1.
t)
Tabel
P"r,rr** P"*ti*
Asumsi Perubahan 14%
14,2
No
Kriteria Kelayakan
(%) NPv (Rp) Net B/C PbP (Tahun
r5%
14,3
I
2
J
sv
1.769.205
1.03
-s.115.925
0.92
2. Kenaikan
Tabel 2
No I
2
3
t8%
17,8
sv
4.124.289
1.07
-r.407.284
0.98 4-65
3.79
3.
Tabel
No
Penjualan
dan
Biaya
Kriteria Kelayakan
Asumsi Perubahan
8.:;''/o
I
2
J
sY (%)
NPV (Rp)
Net B/C
PbP (Tahun)
8,2
1.536.803
1.02
-4.671.547
0.93 5.34
4.13
menghemat
produksi.
3)
waktu dan
biaYa Yang
Menghasilkan
produk
ASUH (Aman-Sehat-Utuh-Halal)
4) Menerapkan sistem Pencatatan data keuangan dengan baik. s) Petemak yang teramPil dan
berpengalaman.
ada di KabuPaten
strategis
Yang
ban Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur Berbasis Agribisnis Di Kabupaten Sidenreng Rappang 98-109 (Djumadil Ojulil, Attt*, Abdul Azis Ambar)
S"*iti'it*
t02
6) Memiliki tingkat
Ratio) positif.
kelayakan
b.
SC
7) Memiliki tingkat 8)
sensitivitas
harga) cukup baik. Produksi telur cukup tinggi (lebih dari 50%).
b. Identifikasi
bagi pengembangan usaha Ayam Arab Petelur di Kabupaten Sidenreng 2) Belum mrmpu
Rappang, antara lain: 1) Keterbatasan modal memenuhi
6) Kekuatan tawar-menawar
terhadap usaha tinggi
l)
3)
2.
C. Tahap Masukan (Input Stage) 1. Analisis Matriks IFE Berikut ini merupakan ha:,i analisis Matriks IFE padi peternal -Kabupal...
4.
a.
Identifikasifaktorpeluang - Adapun faktor_faktor skategi eksternal yang merupakan peluang baii usaha Ayam Arab petelur di Kabupatir
Sidenreng Rappang, adalah:
l) Meninqkatnya
.Sulawesi Selatan.
perrumbuhan
4) Kebijakan pemerintah
KLMANDIKIAN
Rating
Rata-rata 4
3
Nilai
Tertimbang 0,2945 0,2790 0,1715 0,1410 0,3743
0,1369 0,3825 0,2372
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1 2. 3.
KEKUATAN
Lokasi usaha peternakan yang strategis Usaha memiliki saluran distribusi yang efesien sehingga menghemat waktu dan biaya Menghasilkan produk yang ASUH (Aman-Sehat-
Utuh-Halal)
Menghasilkan produk yang berkualitas baik
Menerapkan sistem pencacatan data keuangan dengan baik Memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman
0,1042
0,0656
0,r 130
0,0627 0,1117
J
BCR;IRR)positif
Memiliki tingkat sensitivitas ftepekaan terhadap perubahan harga) cukup baik Produksi telur cukup tinggi (lebih dari 50%) KELEMAHAN
Keterbatasan modal Belum mampu memenuhi permintaankonsumen Keterbatasan modal / Skala usaha < 1000 ekor 0,0935
0,3452
0,1472
0,0659
-- J ;.)
J
0,2413 0,2802
0,1661
Pada kolom bobot daPat dilihat bahwa nilai tertinggi tingkat kelayakan
usaha (0, 1 I 3 0) disusul produksi telur cukup tinggi (0,1117), sedangkan nilai terendah diperoleh pada lokasi usaha. Artinya bahwa
4, hal ini menunjukkan bahwa ketiga faktor kunci tersebut di atas lebih kuat dibanding
pesaing.
2.
Bobot Rating
0,0959 0,1037 0,0591 0,0784
Nilai
1.
2.
4.
Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat alamiah (Back to Nature) Pembinaan dan pelatihan tentang usaha agribisnis Ayam Arab Petelur oleh pemerintah Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu adanya pemberian kredit dan hibatu serta adanya kebijakan mencegah penyakit flu burung dan atau penyakit merrular lainnya
Sensitivitas Dan Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur Berbasis Agribisnis Di Kabupaten Sidenreng Rappang 98-109 (Djumadil Djalil, Ansar, Abdul Azis Ambar)
i04
ANCAMAN
Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur di Sulawesi Selatan tidak mengalami perkembangan. 0,1272
0,0791 0,1304
2. Harga telur yang fluktuatif (naik-turun) tiaat 3. Y:dun"Vu penyakit flu burung di beberapa daerah di Indonesia 4. Dampak anomali iklim yang tidak dapat diprediksi 5. Persaingan dengan usala sejenis 6. Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap usaha
tinesi
menenfu
0,2906 0,3104
0,2878
Stage)
Rata-rata
2.0
I-emah
Tinggi
Total
Skor
EF'E Menengah
3.0
,.*n
II
UI
YI
TX
2.0 Rendah
1.0
IV
v vIII
!.II
2.
SWOT maka alternatif atau pilihan shategi yang dapat diberikan untuk mengembangkan usaha peternakan Ayam Arab Petelur di Kabupaten Sidenreng Rappang adalah sebagai
berikut:
3)
b) Meningkatkan kualitas SDM melalui Diklat dan pelatihan (Wl, V/2, 1W3 dan 02, O3).
Strategi S-T
a)
]p
l) Strategi S-O a) Mempertahankan dan aku ' meningkatkan kualitas produk (Sl, s2, s3, s4, s5, 56, 57, Sg dan ol, 02,o3,o4). b) Meningkatkan kapasitas produksi c)
(S1, 52, 57, S8 dan
4)
Menjalin hubungan baik dengan pelanggan (S1, 53, 54, 58 dan 01,
2)
02,o3,A4).
Strategi W-O
a)
(Wl,
V/2,
105
KLMANDIKIAN
Tabel
6 Hasil
-W
Faktor Internal
(Kelemahan)
Keterbatasan modal permintaan konsumen
J. Keterbatasair
Fak\or Eksternal
strategis 2.
saluran efesien
modal
ASUH
Halal)
4. 5.
(Aman-Sehat-Utuh-
Menerapkan
pencacatan
dengan baik
data
sistem keuangan
6.
7.
; Net BCR ;
8.
Strategi SO
Strategi WO
dan
Meningkatnya pertumbuhan
tahun khususnya Sulawesi Selatan Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang
penduduk setiap
l.
Mempertahankan
02, o3,o4)
2.
o4)
Meningkatkan
kapasitas
dan pelatihan 02,04) tentang usaha - agribisnis Ayam Arab Petelur oleh 3. Menjaiin hubungan
Pembinaan
pemerintah
2.
Meningkatkan kualitas
dan
baik
febijakan pemerintah yang mendukung yaitu adanya pemberian kredit dan hibah,
o4)
{'
-T
Strategi ST
rendah
(Ancaman)
Strategi WT
l.
di
i.
Tl,T2,
Sensitivitas Dan Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur Berbasis Agribisnis Di Kabupaten Sidenreng Rappang (Djumadil Dialil, Arsar, Abdul Azis Ambar) 98-109
106
(naik-turun) tidak menentu 3. Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah di Indonesia 4. Dampak anomali iklim yang tidak dapat diprediksi 5. Persaingan dengan usaha
seJems
2.
Menjaga hrrbr"g*
kerjasama dengan subsisiem hulu dan hilir (W1,W2 dan T1, T2,T4,
Ts)
6.
Kekuatan
tinggi
pemasok terhadap
tawar-menawar
usaha
E.
1.
Tahap Keputusan (Decision Stage) Analisis QSPM Adapun prioritas strategi untuk pengembangan usaha peternakan _ Ayarn Arab Petelur adalah sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel 5.7.
2.
J.
4.
5. . Meingkatkan kualitas SDM melalui Dik_lat dan pelatihan I Pengembangan produk melalui upaya diversifikasi 7 Revitalisasi peran dan fungsi kelompoktani 8 Mengatur sistem manajemen yang baik 9. Menjaga hubungan kerjasama dengan subsistem hulu dan
hilir
Mempertahankan dan atau meni@ Meningkatkan kapasitas produksi Menjalin hubungan baik dengan pelanggan Penguatan Modal dengan bekerjasama dingan pihak pemerfurtah atau swasta
4
6
8
7
J
I
2
5
2. Rekomendasi
Strategi
2)
Mengembangkan sistem
Ayarn
Arab
miningkatkaa efisr.:nsi a*
produksi yang baik, mulai dari hulu (penyediaan sarana dan prasarana produksi), proses produksi, sampai sektor hilir (pemasaran hasil). Hal yang demikian dimaksudkan dapat
sehingga
@en
efektivitas usahq
fungsi
dan sebagai unit usah4 melalui kelompok diharapkan permasalahan baik kelemahan ataupun ancaman yang dihadapi dalam usaha Ayam
3) Peningkatan SDM perernak iru sendiri, bukan maksud untuk mengesampingkan kemampuan pendidikan dan latihan
peternak, namun dengan program
yang
teratasi.
petemak semakin
peternak dengan pihak lain, baik sektor hulu maupun sektor hilir.
IA7 KLMANDIKIAN
KESIMPI]LAN Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara
lain sebagai berikut:
Pertanian Periksnan
Penyuluhan.
dan
menunjukkan bahwa usaha Ayam Arab Petelur adalah layak, dan memiliki tingkat sensitivitas
Sidrap: Bidang
Penluluhan
BPKP.
.menjadi kekuatan bagi usaha adalah lokasi yang strategis, saluran distribusi dan pemasaran baik; Kelemahan Yang dimiliki usaha adalah keterbatasan modal dan skala usaha Yang belum mamPu bersaing. Peluang bagi usaha adalah
meningkatnya pertumbuhan penduduk, kesadaran konsumsi masyarakat yang
Pusat
meningkat, pembinaan dan pelatihan serta kebijakan pemerintah. Ancaman bagi usaha adalah daya beli masyarakat
yang rendah, harga telur yang fluktuatif, ancaman serangan flu burung, anomali iklim, persaingan usaha dan kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap usaha. Berdasarkan analisis Matriks IE, usaha
nr eng RaPP an g -
3.
dapat ditumbuh
melalui 9 strategi
dan
Downey, D.D.,
&
Trocke, J.K.,
1989.
Revitalisasi peran dan fungsi kelompollani, mengatur sistem manajemen yang baik, dan Meningkatkan kualitas SDM melalui
Diklat dan Pelatihan.
Ge$inger,
J.P.,
Press.
1986.
Analisis Ekanomi
Anonim, 2}ll. Data Produksi Telur . lttasionat Pada Tahun 2010' Jurnal ISPI (Ikatan Sarjana
Petemakan Indonesia).
DAFTARPUSTAKA
Hamsie,
Arsyad,
M.,
2011. Dikfat Mata Kulialt Analisis KelaYakan Agribisnis P rogram Pascasarj ana UMPAR'
Parepare: UmPar Press.
Hasan
I.M., 2002. Poknk-Pofutk Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Khotimah, K., Sutawi AS., Maleha & Evita S.H., 2002. Evaluqsi ProYek dan Perencqnaan Usaha. Jakarta:
Ghalia Indonesia & UMM Press.
2011. Progtama
PenYuluhan
Sensitivitas Dan Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur Berbasis Agribisnis Di Kabupaten Sidenreng Rappang 98-109 (Djumadil Djalil, Ansar, Abdul Azis Ambar)
108
Kinnear, T.C.,
..r
:,
Lengkop Bahosa
Indonesia
Strategi Fqrm
Nasution,
5., Metode
Bumi Aksara.
Research. Jakarta:
Pasaribu,
&
Amiluddin,
Proyek Periksnan.
Aplikasinya. Jakarta:
Grapindo Persada.
Raja
Sujionohadi, K., & Setiawan, A.I., 2009. Ayam Kampung Petelur. Jakarta:
Penebar Swadaya
. 2009. Budidaya 22
Potensial. Jakarta:
Swadaya.
Ternak
Penebar
Action. Jakarta: PT
Pustaka Utama.
Gramedia
109 KLMANDIKIAN
PENGARTIH MOTIVASI DAN KOMPETENSI KERJA TERIIADAP PENDAPATAN PETERNAK SAPI BALI DI KECAMATAN BALUSU KABUPATEN BARRU Motivation and Work Competence Effect to the Bredded Income of the Bali's Cow on Balusu Subdistrict of Barru Regency
Sulaiman
Munir
Abstrak Gejala rendahnya pendapatan peternak sapi Bali di Kecamatan Balusu Kabupaten Batu yang milatarbelakangi penriignya penelitian ini. Fahor redahnya pendapatan peternak sapi Bali
ini disebabkan ,"idohnyo motivisi dan kompetensi keria peternak itu sendiri. Penelitian sebagai beternak" pengalaman dan kedisiplinan, tingkat bertujuan untuk (l) Apakah kerjasama, bagiLn dari kompeteisi sumbeidaya manusia dan motivasi berperan dan berpengaruh terhadap peidapatan petirnak sapi bali di Kabupaten Barru. (2) Manakoh fahor-fahor yang dominan 'brrprigrrri terhadap pendapatan petani ternak sapi Bali di Kabupaten Barru' Populasi peieliian adalah 320 piternai di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru yang diambil 20% atau '64 orang anggofa sampel. Pengumpulan data dilqkukan dengan observasi, interview, kuesioner dan doium"ilasi. Serc\ah data diperoleh diolah dengan menggunakan olah data spss regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (l)Variabel Kerja sama, tingkat kedisiptinin, dan pengalaman beternqk sebagai bagian dari kompetensi sumber doya manusia dqn motivqst birperan dan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pendapatan peternak sapibali di Kabupatei Barru (2) faktor yang domintn berpengoruh terhadap -pendapatan petani ternak topt bdi di Kabupaten Barru adalah pengalaman beternak
Kata Kunci: Motivasi, kompetensi dan pendapatan
Abstract
The low indication of the Bali's cow breeder income on Balusu subdistrict of Barru Regency as background this research importance. The low factor of the Bali's cow breeder income was
,ourid the low of the both breeder work competency and motivation. This research aimed to (l) whqt hqd the cooperation, the discipline rate, and the breed experience, as section from humqn
resource competence and motivation played role and effected to the Bali's cow breeder income on Barru Regency. (2) Where hadthe dominanfactors affectedtothe Bali's cow breeder income on
Barru Rigeniy? The research populations were 320 breeders on Balusu subdistrict of Barnt Regency ioui tok"n about 20%o or 64 peoples the sampel members. The data colleting was
conducted with abservation, interview, questionnaire and documentation. After the dqta acquired was proceised with using the multiple regression from SPSS for windows. The research outcome
shoied that (l) The cooperation variabel, the discipline level, and the breed experience as subdivision from the humin resource and motivation have significantly played role and effected and posititi to the Bali's cow breeder income on Baru Regency (2) the dominan factor have
ayeited to the Bali's cow breeder income on Barru Regency was the breed experience.
Keywords: Motivqtion, competence and income
PENDAHULUAN
Pada masa krisis ekonomi dan moneter, di mana sektor lain mengalami
pertumbuhan negatif, sektor pertanian masih
Dan Kompetensi Kerja Terhadap Pendapatan Petemak Sapi Bali Di Kecamatan Balusu Kabupaten Bamr 110-117 (Sulaiman S, Masnama Tadjo, Abd' Munir)
P*c".rh M"tt"^l
;uga mJn;aai -sektor andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi perdesaian melalui peng"mbingao
nas.rlnal.
sektor pertanian terbukti lebih tangguh bertahan dan mampu pulih lebih c"Jpat dibanding sektor-sektor lain, sehinjga berperan sebagai penyangga prmO*g,rilo
pertanian
konsisten, sektor pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi Dalam pelaksanaan otonomi daerah diperlukan penyesuaian dalam penerapan
positif secL
Denian
sehingga ditetapkan ,iUugui kon.l unggulan daerah. Olehnya itq l,i,;r Peternakan Kabupaten B;rru senantiasa
kerbau sebanyak 373 ekor. Data tr,,r. menunjukkan bahwa sapi adalah ko,;, ternak besar dengan populasi terb.r , . .
i
r
dengan
program pengembangt*, feruqaVa TenI .usun ternak sapi selain temak tainnya antara ia;,r
melakukan
pembinaan kelompok
pengembangan peternakan.
d;ir,
sas,u.l
yang
konsekwensi atas diberlakutuo.ryu UU No. 22 tahun 1999 dan tIU No. ZS iatrun 1SSS
Berdasarkan uraian yang tele.h dipaparkan sebelumnya, maka -terdapli lgberapa perrnasalahan pokok yang perl,,
l.
pengalaman beternak, sebagai -Oan bagian dari kompetensi sumberdJy;r manusia dan motivasi berperan dar berpengaruh terhadap pendapatan
- Manakah 2. I
tingkat lapangan/kelompok,
Rakorbangtan
,:.!"4"p
berpengaruh terhadap pendapatan petani ternak sapi Bali di Kabupaten Bamr. Adapun tujuan penelitian ini adalah: menganalisis bagaimana peranari -Untuk
2. Unhrk
di Kabupaten Bamr.
rupin*;
satu sentra produksi sapi khususnya sapi l{i d* menjadi daerah pemurnian sapi Kabupaten Enrekang berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 46gNill/1g76
gendapatan peternak
Kabupaten Bamr.
sapi Bali
O';
dan
Sebagaimana ditunjukkan dalam Kabupaten _d3lam Angka {20t1) bahwa pada tahun 2011 populasi temak sapi sebanyak
Bibit Sapi Bali di propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan tanggal l l Agustus i976. Di Sulawesi Selatan adalah Kabupaten Bamr. Sapi adalah sumberdaya lokal
(J.
ini
dilaksanakan pada
B. Desain Penelitian
Desain penelitian
yaitu
B3rru
ul
KE-MANDIKIAN
a) Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peternak sapi yang menjacii anggota kelompok tani ternak pada
C. Definisi Operasional
adalah merupakan salah satu bangsa sapi asli dan murni Indonesia yang merupakan
enam desa,/kelurahan
di
% drt
320:64
responden.
b)
Sampel
jumlah
orang sehingga peneliti akan mengambil sekilar 20 % dari populasi yang ada dan akan menghasilkan ju*lah sampel
sebanyak 64 responden.
dalam
E. Teknik Pengumpulan
Sumber data
Data
dan
data
e.
Dalam pengumpulan
menghasilkan keturunan secara kontinyu dan memrtjukkan kondisi tubuh yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan, hal ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan
petemak.
penelitian teknik yang digunakan adalah metode survei yang terdiri dari Observasi, Dokumentasi dan wawancara sedangkan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
f.
F. Teknik
Analisis Data
1. Pengujian hipotesis menggunakan metode regresi linier berganda (Sudana, 2002), dengan runus,
Y:
X2
Xl :
Kerjasama
Kedisiplinau
dan
tingkah laku peternak yang timbul dari did sendiri terhadap aturanaturan pengembangan ternak sapi dan ketekunan peternak dalam melakukan usaha pengembangan temak sapi. Motivasi kerja adalah upaya
E:
Kesalahan estimasi
i.
menggerakkan
diri sendiri
oleh
Pengaruh Motivasi Dan Kompetensi Kerja Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Bali Di Kecamatan Balusu Kabupaten Bamr 1 l0-l (Sulaiman S, Masnama Tadjo, Abd. Munir)
t12
l7
- Uji T untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari setiap variabel - Uji Statistik Ho : b1 :0, Ht : bl
0
trebas
2.
Karakteristikresponden
Data penelitian ini adalah para petemak sapi Bali di Kecamatan Balusu Kabupaten Bamr terdiri atas 64 orang, dengan responden jenis
sebanyak 4 orang, dimana tingkat keterlibatan perempuan dalam
diterima, Ho ditolak
pendapatan
3.
pekerjaan pemeliharaan temak sapi bali berkisar 6,3 o/o dan jenis kelamin Iaki-laki berkisar g3,B oh. Analisa regresi linier berganda
berganda
A. Hasil Penelitian
1.
Keadaan Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Balusu merupakan salah satu Kecamatan yang ada dalam wilayah Kabupaten Bamr, wilayah Kecamatan Balusu terdiri dad 6 Desa,/Kelurahan yang terletak di pesisir pantai dengan ketinggian 2
sam4 kedisiplinarl
pengalaman
berpengaruh signifikan terhadap upaya peningkatan pendapatan peternak sapi Bali di Kabupaten Bamr. Adapun ringkasan analisis regresi linier berganda dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel
kabu
Linier Berganda variabel kerja sam4 kedisiplinan, pengaraman |:,lf1,1rrr_1:flti beternak dan motivasi terhadap upaya peningkatan pendapatan
Barnr Koefisien
represi T hitung 3,447 2,5A9
p"i"*ut
sapi bali di
Nilai
probabilitas
0,001
Korelasi
Parsial
4,909 2,573
1,778 3,080
Kedisiplinan
Pengalaman betemak
0,01s
2,321
4,167
0,024
0,000 0,000
Motivasi
Adjusted R'
SEE F hitung
2,703
0,720 0,98520 41,543 0,000 4.14
5,320
Probabilitas F
F tabel Sumber: data diolah, 2012
B. Pemtrahasan
Berdasarkan uji statistik diperoleh
secara probabilitas diperoleh nilai probabilitas 0,015 < 0,05 sehingga kita dapat menerima Ha dan menolak Ho,
dan juga
Sapi Bali di Kecamatan Balusu ini didukung clari hasil uji t diperoleh t hitung :2,3D1 >
Kabupaten Bamr, hal
ke{asama terhadap pendapatan peternak sapi Bali adalah sebesar 2,573.yariabel Kedisiplinan mempunyai pengaruh yang signihkan terhadap pendapatan petemak
t tabel 2,00 dan juga secara probabilitas diperoleh nilai probabilitas 0,024 < 0,05 sehingga kita dapat menerima Ha dan
menolak
lain
KLMANDIKIAN
variabel kedisiplinan
kita dapat menerima Ha dan menolak Ho, atau dengan kata lain variabel Motivasi berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan petemak sapi Bali
kontribusi variabel disiplin sebesar 1.778. Variabel Pengalaman betemak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pendapatan peternak Sapi Bali di Kecamatan Balusu Kabupaten Barru,
variabel
didukung dari
diperoleh t hitung
dan juga
:4,167
hasil uji t
di
Kabupaten
probabilitas 0,000 < 0,05 sehingga menerima Ha dan menolak Ho, dapat kit atau dengan kata lain variabel
diharapkan mampu
sapi mereka.
ilmiah. Pendekatan
ini
untuk
pengalaman betemak
berPengaruh signifikan terhadap pendapatan petemak sapibali di Kecamatan Balusu Kabupaten Bamr. Adapun besar kontribusi variabel
dominan
terhadaP
pendapatan peternak saPi Bali Kecamatan Balusu KabuPaten Bamr dibandingkan dengan variabel kerja sama, kedisiplinan dan motivasi, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata total jawaban responden terhadap variabel pengalaman sebesar 4,20 (tala-rala tolal kerjasama 4,17, kedisiplinan 3,28 dan motivasi 2,88.). kedominan variabel pengalaman dapat dilihat juga dari koefisien regresi variabel pengalaman
di
tingkat
2.
Bali di
Kabupaten
pengalaman beternak
dibuktikan pada hasil analisis kami yang menggunakan program SFSS dan telah didukung dari hasil uji t. Begitujuga dari ketiga hasil pengolahan kami dimana
rata-rata
total jawaban
responden
dengan pendapatan peternak sapi Bali adalah 0,569 lebih besar dibandingkan
terhadap variabel pengalaman beternak sebesar 4,20, ini lebih besar dari rata-rata total jawaban responden dibandingkan
hal ini
dan
diperoleh t hitung
juga
uji
regresi pengalaman betemak sebesar 3.080 juga lebih besar dari variabel lain yang berpengaruh serta untuk uji korelasi parsial variabel pengalaman betemak sebesar 0,569 juga lebih besar dari uji korelasi parsial dari variabel lain
yang sama-sama berPertgaruh.
nilai
P*g*rh M"ttr^t
Dan Kompetensi Kerja Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Bali Di Kecamatan Balusu Kabupaten Bamr 1 10-1 17 (Sulaiman S, Masnama Tadjo, Abd. Munir)
114
DAFTAP.PUSTAKA Anonim. 201A. Kajian Strategi pencapaian Rencana pengembangon Seiuta ,Sapi di proyinsi Sulawesi Selitan,
2A04. Buku Statistik peternakan Tahun 2003. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina produksi peternakan
Departemen pertanian.
Kesehatan
19g7.
Penerbit Gramedia
Selatan:
In Human
Resource,
pustaka-
suatu tinjauan
meningkatan Kinerio
Pengontar dalam
Tinjauan
SDM,
yang
dan
profesional,
pengembongan
poing
199g.
in evolution compensation and benefits review, September_ Ok1ober, 21 - 28 David Mc Clelland. 19g9. psikologi . Pendidikan, Jakarta.
Davidoft. 1999. Contect Costumer Service
A Concept
Pacific.
of the United Nations. RAp Publication 2004/20. Bankok: FAO Regional Office for Asia and the
Food and Agriculture Develapmeit in Asia Factfic Region lggg_2003. Food and Agriculture Organization
Manajemen
in the Hospitality
Industry
Handiwirawan, E. 2003. penggunaan Mikrosatelit HELS don NAAOSS sebagai penciri Khas Sapi Bali.
Tesis. Program pascasarjana.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hardjosubroto,
Makassar. Dinas
BINA
peternakan
(DITJEN
PRODIIKSI
KLMANDIKIAN
(Analisis
Implementasi
dan
Prehalindo, Jakarta.
dan I
Ziemsen Verslag,
Lutherstandt.
Witterberg
Ekonomi
Buleleng
Bali. Balai
LP3ES, Jakarta
Pengkajian
K. 1979. Phylogenetic Studies on the Native Domestic Animals in East and Southeast Asia. Proc.
Resources
Workshop Animal Genetic in Asia and Oceania. Tsukubq 3-7 September 1979. Society for the Advancement of Breeding Researches in Asia and
Jafar.H.M.1994.
Pengembangan
Oceania
Hlm.23-43.
(SABRAO).Tsukuba.
7,
Stategi
Produktivitas dan breeding sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali. 2-3
September Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. Rahardi, F dan Hartono, R. 2003. Agribisnis
I.l99l.
t991.
Sapi Potong di
Prosiding
Sulawesi Selatan.
Pandang
Robbins
S. 2003.
Prisip-Prinsip Prilaku
l0-13
1.
Pengaruh Motivasi Dan Kompetensi Kerja Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Bali Di Kecamatan Balusu Kabupaten Bam.r (Sulaiman S, Masnama Tadjo, Abd. Munir) 110-117
Mason.
york.
Longman.
Said, E.G. dan Intan, A.H.200l.Manajemen Agribisnis.Ghalia lndonesia. Jakarta.
Mengetas
dalqm Tinjauan
Meninglratlun
Sugiono.l983. Metode
A
penelirian
Saragih
Suprihanto
dengan
Pusat
Studi
nasional. Prosiding
Pertanian. Edisi
Milineum.
Sutardi
T.
Siswanto, H,
B.
Manajemen, Bandung.
1997. Peluang dan Tantangan llmu - Ilmu Nutrisi Ternak. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Nutrisi Ternak Fakultas Peternakan IPB Bogor: Institut
Pengembangan
Pertanian Bogor.
Syam
J.
Pascasarjana
Hasanuddin.
Universitas
Suarda,
A.
Raja
117 KLMANDIKIAN
HUBUNGAN ANTARA POLA KEMITRAAN MANDIRI TIRIIADAP PENDAPATAN PETANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG
The Relalian of Self Partnership Pallern lowards the Incame of Oni's Farmer in Ar'ggeraja District Enrekang Regency
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan enlara pola kemitraan mandiri dengan sistcm bagi hnsil terhadap pendapatan pelani bawang merah maupun pemodal mondiri, menganalisis faktor-faktor yang menjadi sorqna produkti utama yqng dibutuh*an oleh petani bawang merah sertq biaya yang dibutuhkan dalam melqktkan usqha toni bawong merah di
kabupaten Enrekang. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang, dengan pendekatan kualitatif dan kaantitatif. Pengambilan sampel dengan menggunakan ruwus yang dikemukakon oleh Slovin fuilam Sunyoto diperoleh sampel sebanyak 72 petani di I0 Desa,kelurahan, data kualitotd diperoleh dari hasil wswancqra, data kuantitatif diperaleh dori penyebaran kuesioner.Data dianalisa dengan menggunakan statistik korelasi product moment. Dqri hasil anqlisis karclasi menunjuk*an adanya hubungan yang kuat dan sigrifikan pada peneropqn sistem pola kzmitraan terhadap pendapqtqn petolti bowtmg merah. Hal ini dilunjukkan dengan nilai korelqsi product moment sebesar 0.93 atau 93 %) Kata Kanci: Pola kemitraan, pembagian hosil, pendapatan
Abstract
This study aims to lrnow how far the implementation of self partnership pattern with the system of contribution and distributionfor the onion's farmers and investors in increasing their income and to analyze the factors that hsve become vitol produclion needed by them as well as the cost of productiort The population ofthis research was conducled in the district ofAnggeraj+ Enrekang Regency, with the qtnlitotive and quantitative approaches. Purposive sampling is used, and obtained the number of samples is 72 onion's farmers from la viilages. The qaalitative data obteined from inleryiews, while the quarnilative data obtained from queslionaries- Data were analyzed using corelation statistics product moment. The renilts of this resemch conclude that there was a strong and significant relation in implemenfing the system of self pcrtnership pattern between the investors qnd the onion's farmers. This is indicated by the corelation value of product moment was 0.93 or 93'%.
PENDAHULUAN
Kabupaten Enrekang perlu ditujl disempurnakan dan ditingkatkan agar penanganannya lebih efektif. Hal tersebut
ditujukan kepada upaya mengoptimalkan pembinaan bagi petani bawang merah. Sub perlarian dalam hal
di
Kecamatan Anggeraja
penghasilan masyarakat secara lebih merata oleh karena itu kita harus memelihara komitmen yang besm terhadap peningkatan sektor pertanian pada umunnya dan petani
khususnya^
ini
petani bawang
Sebagaimana diketahui pola kemitraan yang dilakukan dimasyarakat telah mendapat respon yang sangat positif oleh pemerintah dengan mengeluarkan UU No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil yang kemudian
merah memilki peranan yang penting dalam meningkatkan pendapatan dan penghasilan
serta
dijabarkan dalam PP No 44 Tahun 1997 tentang kemitraan. Aturan tersebut antara lain ditujutan untuk mengatasi kesulitan daa
Hubungan Dengan Pola Kemitraan Mandiri Terhadap Pendapatan Petaru Bawang Merah Di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang (Asoa, iVhrhamrnad SLr';n. Svariiirdd.in YLrsulJ 1 18-i 2S
118
dan
kemitraan mengacu pada konsep kerjasama antara u-saha kecil, menengah dan usaha memperhatikan
menguntungkan
adalah sebesar 3,9 yo pertahun. Komponen perfumbuhan areal panen (3,5%) ternyata
petani secara interuif. Komoditas sayuran ini termasuk kedalam kelompok rempah tida.k bersubtitusi yang berfirngsi sebagai bumbu penyedap makanan serta o6at tradisional. Pertumbuhan produksi rata-;ata bawang merah selama periode 19g9 _ 2003
Pola kemitraan adalah sebagai suatu incvasi yang mengandung pengertian bahwa telah terjadi suafu inovasi (Inovasi = sesuqru yang
banyak hal. Artinya pola kemitraan bukan suatu yang baru sama sekali dalam dunia petani tetapi telah mengalami perubahan dari waktu kewaktu hingga saat ini. proses ke{asama antara petani, antara petani dan pedagang pengumpul dan antara petani dengan kios saprodi telah terjadi sejak lama,
proses ke{asama tersebut kemudian disebut sebagai proses bermitra. tersebut berlangsung tanpa adanya sesuatu aturan yang fomral, semuanya didasari atas adanya saling percaya antara pelaku. Wilayah yang terbatas dalam suasana yang interaksi yang
dal;
utama (luas areal panen >1000 hektar/ tahutr) bawang merah diantaranya adalah
Sumatra utara, Sumatra barat, Jawa barat, Jawa tengah, DI Jogy4 Jawa Timur Bali NTB dan Sulawesi Selatan, kesembilan
provinsi
ini
memberikan kontibusi 75% da/r produksi estimasi permintaan domestic tahun 2004 adalah sebesar 4,56 Kg kapita pertahun atau
total bawang merah di Indonesia pada tahun 2003. Konsumsi bawang merah untuk
pengetahuan dan teknologi bertambahnya jumlah pelaku bisnis sayuran dan wilavah kerjasama yang semakin luas, maka proses
intensif, saling kenal yang baik antara'sati dengan lainnya membuat proses bermitra berjalan dengan control sosial antara pelaku. Seiring dengan berkembangnya iimu
informal yang tradisional sampai dengan cara cara yang modern. Sejauh mana
kemitraan tersebut berbeda beda seiuai dengan kondisi masyarakatnya atau sesuai dengan kultur dan struktur masyarakatnya. Bila dilihat dari sisi pengorganisasian secara
dan
telah
sampai saat ini terlah banyak macam pola kemitraaan yang telah diterapkan dalam penelitian ini untuk meneliti bentuk pola kemitraan yang berlangsung antara pelani
bau'ang merah dengan pemodal mandiri.
varietas bawang merah yang disukai petant untuk ditanam pada musin kemarau adalah varietas Philipines (impor) puncak panerr bawang merah
berbagai varietas bawang merah yang diusahakan petani diantaranya adalah kuning (fumpeng, Berwa, Sidapurna, dan Tablet), Bangkok warso, Bima timor, Bima sawo, Bima Brebes, Engkel, Baagkok, Philipines dan Thailand, Sementara itu
selama
di
1.
N{enyedia"kan
benih varietas
unggul
sebagai
terjadi gagal panen ataupun harga dipasaran anjlok (hasil wawanacawa prapenelitian), hal inilah yarlLg menyebabakan petani bawang merah lebih memilih pola kemitraan dan bahkan banyak petani lain 1'ang selama
ketergantungan terhadaP
impor).
Pasokan
beralih ke
2. Meningkatkan
2A05
komoditas bawang merah karena faktor kendala dapat teratasi dibuklikan dengan adanya perkembangan pr'oduksi bawang
merah di Kabupaten Enrekang yang semakin meningkat dibandingkan komoditas lainProduksi bawang merah di Kabupaten Enrekang mencapai 13.432.67 ton pertahun dan wilayah yang paling tinggi produksinya
3.
nilai tambah,
uPaya substansi
Yang
pengembangan Produksi olahan. Lebih khusus konsep kemitraan yang dikembangkan di Kabupaten Enrekang adalah mengacu pada kerjasama antara
pemodal perorangan non lembaga non perbankan tetapi secara pribadi sehingga disebut pemodal mandiri dengan petani bawang msrah dengan memperhatikan prinsip saling menguntungkan dan
ini
sebagai
tanaman
hortikultura.
rnemperkuat antara satu dengan yang lain dm memegang teguh komitrnen yang telah
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakan- pola kemitraan mandiri antara
disepakati bersama antara lain, kegiatan yang berkaitan dengan aktifitas penyedia saprotan mulai dari bibit, pupuk, pestisida" dan herbisida serta tenaga kerja yang
2. Apakah
bersifat borongan ditanggulangi oleh pemodal, sedangkan aktifitas produksi antara lain mengolah tanah, rnenimam,
memelihara dan memanen ditanggulangi
dan layak diterapkan bagi petani bawang merah. Tujuan yang inqin dicaPai dalam penelitian ini adalah:
adaPun
pemasaran hasil panen dilakukan secara bersama sama antara pemodal dan petani,
pendapatan pemodal
mandiri
dalam Pola
pertimbangan
dan
keputusan petani untuk memilih melakukan pola kemitraan untuk mengatasi masalah
A. Lokasi
di
@emitraan
Mandiri Terhadap Pendapatan Petani Kabupaten Enrekang Anggeraja Bawan! Merah Di Kecamatan tAsna,iluharnmaclsuLrn, Svariiir<iilin
120
\lirsutt
ili-ilg
dengan jumlah
Desa,/Kelurahan,
yaitu
di
sepuluh
sebagai patokan untuk dana ,yon;, , . semakin besar jumlah bibit yang ditr,
maka semakin banyak pula dana , dibutuhkan ukurannya adala jut:L kwintal yang ditanam contoh apabit
.
I
,
petani menanam 1 (satu) kwintal bawang merah maka pemodal harus siap menyediakan dana sekitar Rp.4.000.00h
B. Desain Penelitian
petani, pemodal
qendapatan
ditanam maka pemodal harus pi,: bersiap urtuk mendanai sejumlah yan. telah dijadika sebagai patokan dana tersetrut. Dan turut serta dalar., panen. Memiliki komitmen terhadan
memantau perfumbuhan tanaman da:"i dapat bertindak sebagai pembeli hasil
sampai dengan Rp. 5000.000 (Ha:, wawancara dengan petani) sehingga semaliin banyak jurnlah krvintal yar,
,
per siklus, dll. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik, yaitu
analisis korelasi untuk melihat keeratan hubungan antar variabel bebas dengan variable terikat. Digunakan pula analisis
pendapatan
2.
Adalah salah satu pihak dalam pola kemitraan mandiri yang bertindak
budidaya tanamanBawang
mempunyai tugas&ewajiban
berikut:
merali,
sebagai
a. Menyiapkan lahan,
fasilitas lingkungan kebun.
pengairan,
C. Definisi Operasional Disebut pola kemitraan karena bentuk kerjasama mandiri secara bersama-sama anta.ra petani bawang
meran dan pemodal perorangan/ mandiri {l;ngan komponen yang dimitrakan antara lain saran produksi dan biaya tenaga kerja dalam bentuk biaya untuk
c. Memiliki komitmen
3. Pendapatanpetani
perj anj ian
terhadap
kemitraan 6ujur).
4. Pendapatan pemodal
kemitraan mandiri.
perseorangan
Adalah sejumlah uang dari bagi hasil 50Yo keuntungan bersih usaha budidaya bawang merah dengan pola
yang mempturyai
Adalah pihak pemodal atas aama pribadi dalam pola kemitraan mandiri
tugas/kewajiban
5.
kemitraan mandiri. Jumlah modal yang dikeluarkan pemodal untuk membiayai kegiatan
sarana produksi (benih, pupuk, pestisida), biaya pemeliharaan, dan pasca panen. Pengadaan sarana produksi tersebut dalam bentuk pembelian secara bersama sama oleh petani dan pemodal
biasanya dana yang disiapkan sesuai
121
Bawang
KLMANDIKIAN
selama
Kecamatan
1.
Populasi
n= I +(Ne2)
(t)
kemitraan
trO
a. b. c. d. e.
dimana: banyaknya sampel N = banyaknya populasi e : tingkat kesalahan yang ditolerir (%) Berdasarkan ju*tah populasi petani bawang merah di kecamatan Angger4la maka jurdah sampel sesuai dengar runus yang yang dikemukakan oleh Lovin dalarn Sunyoto adalah:
n:
n:-
1+(Nxe2)
257
1+ {257 x 0,102)
z5:I
l+ (257x0,01)
:71,98
Jadi
atau 72 sampel
bawang merah yang melakukan pola kemitraan tersebut sebanyak 257 yang
tersebar
di
jum lah sampel petani bawang merah yang diambil di kecamatan Anggeraja sebanyak 7Z petani tersebar di l0
Desa/Kelurahan,
10 Desa/Kelurahan tersebut
No
1
Desa / Kelurahan
Jlh Petani
Lakawan
Mataran Tanete Bubun Lamba Siambo 36
2 J
l0
6 6 7
2l
21
4
5
6 7
8
25
Tindalung Bafunoni
Saruran
36
29 29
10
5
9
10
Mampu
Pekalobean
l8
21
dengan
Hubungan Dengan Pola Kemitraan Mandiri Terhadap Pendapatan Petanr Bawang Merah Di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang i i8-129 {Asna. Vir-ihamnrad Suun- Svariiudriin Yu^sul't
122
variabel Y
IY :
Jumlah
nilai dari
pengaffii.
dengan
di
lapangan untuk
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penggunaan Sarana Input Pendapatan yang diperoleh b,,, bagi pemodal maupun bagi pe&iii; dengan sistem kemirraan ini i*p,
F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Finansial Menurut Kotler (1994), Laba atau keuntungan (Z) didefinisi-kan sebagai
total penjualan/pendapatan (R) dikurangi
total biaya (C). Sedangkan pendaparan (R) adalah harga netto produk (p) dikalikan jumlah penjualan (e). Dalam pola kemitraan mandiri ini, dimana keuntungan dibagi dua masing-masing 50Yo, maka rumus untuk menghitung pendapatan petani dapat dituliskan seperti dalam persamaan (6) sebagai
berikut: zP: 50%.{P.Q
Keterangan:
mempengaruiri pendapatan adalah pengmaan pestisicla yang tidak tetap tergantungjika seranga,, hama dan penyakit semakin besar maka
- C} ............(6)
sepekan dapat berubah secara drastis perubahan harga bawang ini sangat
dipengaruhi oleh harga bawang yang ada pada provinsi lain terutama pada harga bawang yang ada di Bima dan Brebe,,
Zo
P:
Bawang
lokasi pemasarannya adalah Indonesil bagian timur sehingga kalau di Bima dan Brebes mengalami panen raya makl harga bawang yang ada di Enrekang juga turun akan tetapi pada umumnya hasil usaha tani bawang merah di
Kabupaten Enrekang ja.ang mengalami kerugian dalam jumlah yang besat \arena faktor kegagalan panen yang
2.
Analisis Statistik.
Teknik analisis data untuk mel:hat derajat hubungan fungsional antar variabel bebas dan variabel terikat
adalah dengan rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (1989) dengan rumus koefisien korelasi seperti pada persamaan (5), sebagai berikut: n fX;Y; - (IXr)
diakibatkan
oleh
rendah itupun pada umumnya jalan ditempat atau kembali modal sehinggrr usaha tani bawang merah ini menjadi
primadona para petani di Enrekang pada saat sekarang apalagi perhatiar pemerintah daerah Kabupaten Enrekang
(|yJ
r*,
{GErTs,-} 1T;trrtrYm
:
Keterangan:
variabel X
Koefisien korelasi antara variabel X dan Y n = Jumlah pengamatan atau ulangan IX : Jumlah nilai dari pengamatan
sudah mulai turun targan dalam mengatasi masalah pengadaan bibit yang selama ini memasok bibit dari Bima dan
Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Enrekang (Fajar,2 Juni 2012) pihaknya sudah mengancang ancang membangun
t23
KLMANDIKIAN
yang tinggi ditambah dengan biaya sarana produksi yang lain oleh karena
itulah pemerintah daerah sangat serius r:ntuk mengupayakan untuk berupaya tidak lagi tergantung suplai bibit dari luar tetapi berupaya untuk melakukan penangkaran bibit sendiri di Kabupaten Enrekang 'yang bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Unhas yang saat ini
bisa bersaing dipasar nasional. bila aeroponik ini sudah rampung petani tidak perlu lagi
menurutnya
menunggu benih dari Bima atau Brebes" letrih lanjut dikatakan bahwa kualitas
bawang merah di Enrekang saat ini sudah mulai diakui ditingkat nasional.
Hanya saja para petani bawang dalam
menanam bawang masih sangat tergantung dari suplai bibit dari bawang
semakin bertambah
jumlahnya.
Tabel 1. Rata rata kisaran penggunaao input psaha tani bawang merah persiklus perkwintal sistim pola kemitraan No
Uraian
Volume
Nilai/Satuan(Rp) Total(Rp)
120.000 120.000 120.000 60.000 70.000 140.000 17s.000 70.000 1.213.395 498.821 1.726.155 70.000 140.000 175.000
l.
120.000 60.000
Mencabut bawang
2.
l 1 I
Bibit
Pupuk
Pestisida, herbisida
Dan fungisida
Trrmlah
4 Iq?
?R1
d lo? ?eI
Dad data yang ada diatas terlihat bahwa penggunaan dana untuk usaha tani bawang perkwintal adalah Biaya Tenaga Ke{a yaitu Rp 755 .000, biaya tenaga kerja ini biasanya sudah perrnInen untuk setiap
kwintal karena upah tenaga kerja biasanya tetap dalam waktu yang lama disusul biaya
Rp.
penggunarln
pestisida yaitu Rp 1.726.155 kemudian biaya bibit Rp. 1.213.935 dan dana yang
melewati biaya dari Rp,5.000.000 resiko kerugian akan dialami oleh petani apalagi kalau harga jual perkilo dibawah Rp. 10.000 sehingga apabila dikalkulasi biaya sudah mendekati Rp. 5.000.000 mengindikasikan bahwa serangan hama sangat keras pada
akan
paling sedikit menyerap biaya produksi adaiah pupuk yaitu dalam satu kwintal hanya Rp. 489.821 sehingga jumlah total
biaya yang digunalian adalah Rp. 4.193.381
Adapaun faktor-faktor
menyebabkan biaya produksi
adalah:
tidak
yang tetap
perkwintal. Biaya ini tidak permanen karena terutama biaya pupuk dan pestisida yang selalu mengalami perubahan ,akan tetapi dalam satu kwintal jumlah biaya produksi
hanya berkisar antara Rp. 4.000.000 sampai
1.
Hubungan Dengan Pola Kemitraan Mandiri Terhadap Pendapatan Petani Bawang Merah Di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang i,.\sna. ivluhammad Suun- Svariiiicldin YLrsui't llii-12")
2.
memiliki modal untuk diinvestasikan pada usaha tani bawang merah ini dengan sistim pola bagi basil dan sudah
tahu tentang seluk beluk bercocok tanam adalah pemilik lahan dan berperan <ialam hal penyemprotan dengan pestisida,
Jika bibit yang ditanam menggunakan bibit unggul maka kemungkinan untuk mati muda karena mengalami klcrosis semakin kecil sedangkan jika bibit yang digunakan bibit yang kurang berkualitas
maka resiko penyulaman akan semakin besar sedangkan biaya produksi kedua yang terbesar pada budidaya tanaman bawang adalah biaya bibit. SDM Petani Bawang.
hal
ini
3.
Tidak semua petani bawang mempunyai kompetensi yang sama dalam kemahiran bercocok tanam bawang terutama dalam kemampuan mengetahui penyakit yang menyerang tanaman bawang sehingga berbeda antara satu petani dengan petani lain
namun dari keempat faktor yang menyebabkan biaya produksi yang
sehingga biaya produksi perkwintal berkisar antara Tiga sampai Lima Juta dan yang paling banyak dan umum
berbeda antara satu dengan yang lain tetapi perbedaan itu tidak terlalu besar
dalam meracik pestisida yang digunakan,
B. Analisis Pendapatan Keuntungan yang didapatkan petani berdasarkan rumus yang dikemukakan Kotler (1994), Laba atau
keuntungan
(Z) didefinisi,kan
sebagai
(p)
(e).
Dalam
dimana
Sehingga keuntungan
yang
adalah Empat setengan juta rupiah perkwintal, sarana produksi tersebut diatas keselumhanaya ditanggung oleh pemodal dengan cara petani bawang
yang tersebut notanya
diperoleh petani dan pemodal pada kegiatan usaha tani bawang merah dengan pola sistim kemitraan ini berdasarkan Kotler (1994) adalah dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
kepada pemodalnya dan menjadi catatan pengeluaran oleh pemodal jadi biaya produksi atau adajuga petani yang hanya
memberikan catatan kebutuhan sarana produksi tersebut terutama pupuk dan pestisida kepada pemodalnya kemudian
pemodalnya yang membelikannya ditoko tani jadi pemodal tidak memberikan biaya produksi dalam bentuli tunai langsung kepada petani hal inilah yang
mulai
penanaman sampai pada panennya oleh karena itu pada umumnya pemodal adalah pedagang bawang merah atau petani bawang sendiri yang kebehrlan
125
KLMANDIKIAN
lah hasil
P
elurahan
No
Desa/
Jumlah
Kelurahan
l.
Lakawan Mataran
6
10
i0500
8366
4700 4243
7900
9000 6750
10500
2730
5787
6
7
8
3052 4396
6293
7.
8. 9. Mampu
8 10
5
9633 6666
2880
5000 3000
9250
10450
10. Pekalobean
89.015 72 Jumlah Sumber: Data Primer diolah tahun 2012 Tabel 4.3.: Desa/
42.081
No
1.
2s.345.700 22.842.855
10.393.375 21.459.742
2. Malaran
3. Tanete 4. Bubunlamba 5. Siambo 6. Tindalung 7. Batu Noni 8. Saruran 9. Mampu
1
46.158.000
60.620.469 19.198.080
4.863.s00 25.868.233
35.199.861 7.470.080
25.420.608
1.728.000 r 4.830.750 12.207.000
1 r
46.2s0.000
31.350.000
31.419.250
19.143.000
0. Pekalobean
Jumlah
382.674.487 Sumber: Data Primer diolah tahun 2012 Berdasarkan data diatas maka: Haiga jual tertinggi hasil panen bawang merah dipasaran selama berlangsungnya penelitian adalan sebesar Rp. 10500/Kg,
78.668.931
2M.005.556
1.
yakni di
Rp.
12.934.1 16.
Rp.10.500,1Kg
dari tata-rala
2.
Rp.
Harga terendah didapatkan yakni didesa Saruran yakni harga jual Rp 6666lKg sehingga dari total hasil penjualan Rp.
19.198.080 dikurangi
biaya
RP.
hanYa
HuU"nga" Dengan Pola Kemitraan Mandiri Terhadap Pendapatan Petani Bawang Merah Di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang i i 8-i 2S iAsoa. lVluhammaci Suun. Svariiuddin l'tisrrfi
126
3.
total
s0%:P.Q-C
Adalah:
o/o
Sehingga total modal yang dikeluarkan pemodal se kecamatan Anggeraja sebesar Rp 178.668.931 dapar diperoleh keuntungan sebesar Rp.
102.002.778 sehingga kalau dirata ratakan keuntungan dai72 petani yang sudah dirata ratakan ditiap desa (10 Desa) yang bermiha maka diperoleh:
l! dgsa tersebut jumlah total biaya yang dikeluarkan oleh pemodal sesuai dengan jumlah kwintal bibit yang ditanam oleh
(disimbolkan dengan X) sedangkan jumlah totai hasil penjualan rne*pik*
variable terikat dan (disimbolkan dengan Y).
meqjadi sampel dalam penelitian ini dengan judah sampel berdasarkan rumus. penarikan sampel oleh Slovin dalam sunyoto sebanyak 72 petani yang terbagi atas 10 Desa,/Kelurahan dari ke
bebas
Rp 102.A02.778/
10
Rp 10.200.278 keuntungan/petani bawang merah dalam jangka waktu lebih kurang tiga bulan. Tabel
4'
di Kecamatan
Anggeraja
No
Desa/Kelurahan
49.350.000
2.
Mataran
12.654.083 11.173.625
35.496.938 21.567.000
52.083.000 20.601.000
30.623.298 15.737.s00
20.289.767
2s.42A.608
I 1.728.000 14.830.750
46.158.000 60.620.469
19. r 98.080
46.2s0.000
3
12.207.000 178.668.931
r.350.000
Jumlah
Total
382.674.487
1' 2'
Jumlah modal sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pemodal yang disimbolka, dengan X jumlah_totalnya adolah jumlah keseluruhan aara yaig terpakai pada 72 petarri dengan 10 (Sepuluh) desal Kelurahan Jumlah hasii perrjualan (pendapatan )adalah jumlah hasil panen dikalikan dengan harga rara rata per Desa/Kelurahan dan disimbolkan dengan y
127
KTMANDIKIAN
No Desa/
xl(o0o)
576.206.418
160.125.817
r"! (ooo)
2.435.422.500
1.260.032.647 465.135.489
xY 00a.aa0)
1.184.612.205 449.181.200
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Bubun lamba
Siambo
240.981.570
1.594.953.230
2.712.638.889
424.401.201 2.130.56A.964 3.674.841.262 368.565.276
324.208.238
936.535.865
Tindalung Batunoni
Saruran
131.s45.948
l.541.009.179 225.155.082
685,922.188 382.689.450
Mampu
2t9.95r.146
149.010.849 Pekalobean 3.611.027.352 Jumlah Sumber: Data Primer diolah tahun 2012 Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat
2.139.062.500 982.822.500
16.s93.484.188
1.565.247.406
diketahui:
oleh para petani kita di Indonesia pada umumnya dan petani bawang merah di
Kabupaten Enrekang
Tv
l0
178.668.931 382.674.487
3.611 .027 .352.000
7
Iv
T T
1'2
14,
daPat
IY2
dari
modal
Dengan demikian besarnya korelasi product moment adalah sebagai berikut: n fXY - OX)
rxy
O\)
yang dilakukan dari sepuluh Desa/Kelurahan dengan jumlah petani bawang merah sebanyak 72 orang selama penelitian berlangsung tidak
Yang
\{;tr-eE"-){];t?:lEST
semuanya memperoleh
keuntungan
: 0.89 atau besarnya koefisien korelasi (r) = 89 % sehingga dalam penelitian ini
huburgan antara dua variable yaitu variable
walaupun berbeda beda karena berlaku hukum pasar yakni hukum permintaan dan pemasaran (suplay and demand) tetapi secara umum baik petani maupun
(biaya
pemodal mandiri
memPeroleh
keuntungan sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha yang dilakukan dengan sistim pola kemitraan mandiri layak dan
tani
KESIMPULAN
kemitraan yang diterapkan pada usaha tani bawang merah dapat memberikan pendapatan yang layatr< bagi petani dan
pemodal mandiri.
DAFTAR PLTSTAKA
A. Karim
H"b*rg* D".g*
Pola Kemitraan Mandiri Terhadap Pendapatan Petant Anggeraja Kabupaten E'nrekang Kecamatan Di Bawang Merah i i 8- i 29 ( Asrra. ivl Lfiamtnacl Sttun. Svaritrrcldin Yr'rsul')
t28
Murpi Solehuddin,
201
l.
Manajexe,,:,,
Laskar.
...
::
Aziz MansTur, 2010. Telmologi Budidaya dan pasca panen BpTp Sulawesi Selatan Fakultas pertanian
Unhas.
lil
-:
Hanz Yohanis Tegai, 2003. Tesis peranqn pola Kemitraqn krhadap Peningkatan Usqha Kecil ai
Kabupaten Jayapura.
Hasan
Rukmana Rahmat, 1994. Bav,ang i4err;it (Budidaya dan pengolahin pr, panen) Karrisius.
Panen Hortikultura
Udayana Denpasar, Bali.
Fakulta:;
Jean Collingride
peclom*,: Kecil,
Mengelola perusahaan
Penebar swadaya, Jakarta.
I No
1, UMPAR press.
2, UMpAR press.
Sunyoto, Damang,
Sunyoto,
untuk Ekonomi.
CAPS.
Analisis perencanaan
P e nge n dal i an,
dqn
Erlangga.
Suyana Aimad,
12e KLMANDIKIAN
PENGARUH EFISIENSI USATIATANI KENTANG TERHADAP PEMNGKATAN PRODUKSI PETANI DI KECAMATAN MASALLE KABUPATEN ENREKANG
(The Influence al Patatoes Farm Enterprises EfJiciency Increase of Farmer Production in Mosalle District Enrekang Regencl) Syahdawiah Anwar, Muhammad Siri Dangnga, Abdul
Munir
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh foktor produksi terhadop peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan usqhatani k"entang, lingfuit efisiensi dari setiap faktor produksi yang digunakan. Lokasi penelitian di Kecamatan Mqsqlle Kabupaten Enrekang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adqlah survei lapangan. Jumlah responden qdalah 50 petani. Analisis data yang diguno.kan adalah analisis fungsi produksi Cobb Douglas, analisis efisiensi. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa penggunaan faktar produksi yong berpengaruh terhadap peningkatan produksi usahatani kentang qdalah sewa luas lahan, bibit, dan pestisida. Sedangkan yang kurang berpengaruh adalah pupuk dan upah tenaga keria. Penggunaanfaktor produksi luas lahan, bibit danpestisida adalahefisien, sedangkanpeggmaon pupuk dan tenaga kerja belum efisien.
K at a K u n c i :
P e n garuh efe
sie
ns
i,
u s aha t an
ke n t a n g,
pe ningkat an
pr o duks
Abstruct
The aim of the study was to analyze the effect of production factors on the product qnd income increasing of potatoes farm, fficiency level of each production factors, and the most eficient elistribution. The study was conducted in Masalle Dislrict, Enrekang Regency using a survey. The number of samples was 5A farmers. The data werw analyzed by using Cobb Douglas produclion
function, fficiency analysis. The results of the study are indicate that, application of the production factors thqt inJluence to the product increase of patatoes farm are rent for wide qreo, seed and pestiside. At the same time, wages of workers andfertilizer do not give much inJluence. The application of the product factors, wide area, seed and pestiside are fficient but use fertilizer
and wages ofworkers do not effcient.
PENDAHULUAN
pertumbuhan ekonomi
pendapatan
nasional.
Pertanian memiliki posisi strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Strategi pembangunan pertanian jangka panjang bertujuan untuk mewujudkan pertanian yang tangguh, maju, produktif, efektif dan efisien, mengingat sampai saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia mata pencahariannya atau berusaha di sektor pertanian. Salah satu prioritas yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersetrut adalah usaha pengembangan hortikultura. Pembangunan komoditas hortikultura masih
sangat terbukq karena lndonesia masih memiliki banyak areal lahan yang belum termanfaatkan secara optimal (Saragih,
2002).
Pengaruh Efisiensi Usahatani Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecarnatan Masaile Kabupaten Enrekang (S1.ahda*-iah Anu.ar, \4rrhammad Sir:i Dangnga, Abdrrl \4unir)
30-146
Kegiatan
,:;
memanfaatkan sumber daya alam secar.a bijaksana dan optimal dalam skala usaha
kemampuan
gizi, vitamin dan mineral yang dibutuhkan bagi pertumbuhan manusia sampai usia lanjut. Oleh karena itu walaupun sa),uran bukan merupakan bahan makanan pokok, n.rmun komoditi ini termasuk dalam kebutuhan dasar manusia yang perlu dikonsumsi setiap hari. Menurut standar FAO, untuk hidup sehat, setiap orang perlu mengkonsumsi sa1.rrrm sebanyak 65,75 kg/tahun, di lain pihak, saluran cocok untuk usaha peningkatan pendapatan, karena sayuran merupakan salah satu komoditi komersial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan sebagian besar atau seluruh hisil
untuk
keunggulan komperatif dan kompetitii Komoditas Hortikultura khuzusnya saluran adalah bahan makanan yang sangat variatif, karena setiap jenisnya mengandung
sumber daya manusia dalam manaje.mcr, usaha, serta meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam melaksanakalr
agribisnis hortikultura.
pengembangan
komoditas
melalui perlursan areal tanam. Dalam ini sangat diperlukan koordinasi penentuan lokasi pirluasan
kaitannya dengan hal
kawasan. Pemanfaatan sumberdaya alam secara arif bijaksana penyediaan dan penerapan teknologi produksi, pemilihan dan penggunaan agro input yang ramah lingkungan akan memberikan hasil yangl
maksimal. Keberadaan sektor pertanian, telah terbukti mampu memperbaiki taraf hidup
maupun
cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri hulu dan hilir yang mendukung potensi serapan pasar dalam dan luar negeriFenomena dalam kehidupan masyarakat
meningkatnya pola konsumsi masyarakat. Prospek pengembangan hortikultura dimasa mendatang cukup menggembirakan
masyarakat pedesaan, meskipun hal rru belum merata menyenfuh pedesaan secara menyeluruh. Kemampuan sektor pertanian dapat ditunjukkan dengan aktivitas dalam meningkatkan pendapatan petani. Selain itu
dalam
ketersediaan pangan
tingkat minat
masyarakat terhadap komoditas hortikultura. Ditinjau dari ketersediaan dan dava dukung sumber daya alam, maka Indonesia
berkerakyatan,
besar.
kondisi iklim dapat dikembangkan untuk berbagai jenis dan varietas komoditas hortikultura. Dalam upaya memenuhi
131
mewujudkan pertumbuhan
rangka dan
KLMANDIKIAN
ekonomi tinggi. Oleh karena itu, banyak petani ataupun investor mulai menanamkan
Selaqjutnya, pembangunan sektor pertanian sesungguhnya bertujuan: (1) meningkatkan produksi guna memenuhi
modal untuk rnembudidayakannya. Selain faktor tersebut di atas juga merupakan komoditi yang memprmyai peranan dalam
penrenuhan gizi dan diversifikasi konsumsi serta dalarn hal pemanfaatan sumberdaya
dan devisa.
memperbaiki makanan
gizi
melalui bahan makanan, sayumn; (4) untuk meningkatkan efisiensi; (5) mendukung untuk terbukanYa
terutama
satu
lainnya. tetapi
meningkatkan devisa melalui ekspor hasilhasii tanaman Hortikultura (Anonim, 2002). Pembangunan usahatani hortikultura merupakan salah satu uPaya untuk
tahun ke tahun sebagai akibat dari berkembangnya jurnlah Penduduk, peningkatan taraf hidup masyarakat,
kesadaran masyarakat
akan gizi,
dan
serta
wisatawan asing atau orang asing yang tinggal di Indonesia meningkat. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tanaman kentang perlu dikembangkan melalui pengelolaan yang intensif sebagai upaya peningkatan
pendapatan petani maupun permintaan akan kebutuhan kentang Yang semakin meningkat. Dari masalah pokok tersebut di atas, selanjutnya dapat dirumuskan masalah penelitian, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat efisiensi dari setiap biaya faktor Produksi Yang dikeluarkan dalam meningkatkan produksi usahatani kentang di
Kecamatan Masalle
Enrekang.
KabuPaten
penting yang mempunyai potensi besar sebagai sumber karbohidrat termasuk komoditas yang bernilai ekonomi tinggi. Budidaya tanaman kentang merupakan bagian, dari Pertanian Yang Perlu
2.
dikembangkan sejalan dengan peningkatan sumber daya manusia untuk mewujudkan pertanian maju, eltsiensi dan tangguh. Untuk keberhasilan mendukung lebih pengembangan kentang maka diperlukan
dari
meningkatkan Produksi
meningkatkan pendapatan
lahan
dan usahatani
kentang di
Kecamatan
Masalle
tuberosum) yang banyak jenis sayuran tanaman adalah ditanam di daerah pegunungan dan termasuk
Kentang (Solanum
Kabupaten Enrekang.
faktor
jenis tanaman sa)'uran semusim, berumur pendek. dan berbentuk perdu atau semak. Kentang banyak mengandung karbohidrat dan termasuk komoditas yang bemilai
Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang (S,vahdau,iah Anrr,'ar, Mr.lhammad Sin Dangnga, Atrdr'rl \'!rrnir)
132
1
3o_146
METODE PENELITIAN
A. Waktu
penelitian
produksi, pemasaran,
ini
dilaksanakan di
Kabupaten
2. Data
berusahatani kentang.
Sekunder,
pada Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang merupakan daerah berpotensi untuk pengembangan
didasarkan
di
khususnya
yaitu data
yang
Perkebunan. Data sekunder tersebut meliputi: gambaran umum lokasi penelitian, kebijakan pendukung
l.
Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh petani tanaman kentang yang ada di lokasi penelitian sebanyak 250
petani.
D. Pengumpulan Data
penelitian ini diperoleh dari:
Pengumpulan data
dalam
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi penelitian yang diteliti dan dapat mewakili populasi. Oleh karena
1. Observasi (pengamatan), yaitu pengumpulan daia dan informasi yang dilakukan dengan cara
mengamati secara langsung hal_hal
yang berhubungan dengan penelitian.
2. Wawancara (inteview), yaitu pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan cara
mengadakan wawancara langsung dengan petani sampel di iul* usahatani dan atau di rumah (anjang
sebagainya, maka dalam ini dilakukan penarikan sampel. Sampel dipilih secara acak dengan jumlah sampel, yaitu 20yo
penelitian
dari 250 petani kentang sebanyak 50 responden petani yang diteliti .
dan
3. Dokumentasi (document), yaitu pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan cara
mengambil dokumen_dokumen yang
berkaitan dengan penelitian.
ini
telah
C. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder.
E. Analisis Dala .. . Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, maka
digunakan analisis sebagai berikut:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar
Data primer tersebut meliputi: identitas petani responden, tenaga kerja, potensi sumber daya, sarara produksi, asset dan peralatan, biaya
tani
y:
Di
berikut:
a XrbI xro,
xr* &H
X5Hsu
Y: a : X1 :
Intercept
Luas lahan (Rpl are)
IJJ
KLMANDIKIAN
X2 = Biaya bibit (Rp/kg) X3 = Biaya pupuk (Rp/kg) )Q : Biaya Pestisida (Rplkg) X5 = Upah tenaga kerja (RP/HOK) b1...b5: Parameter (koefisien
5.
Lahan adalah jumlah luas areal lahan perkebunan yang ditalrami kentang a'tau tanalr- tempat di mana petani
menggarap usahataninya
(ha).
6.
yang
p: e:
2,718
F. Definisi
2.
suatu usahatani dimana sebidang tanah atau lahan ditanami kentang. Petani sampel adalah petani yang menantlm dan mengusahakan usahatani kentang.
A.
lklim
3. Produksi kentang
adalah produksi yang dihasilkan oleh Petani Pada usahatani kentang yang dinyatakan
dalam kilogram (kg).
Yang
4.
Proses
Kabupaten Enrekang memiliki tipe m C2,D1, D2, dan M El, E2. Untuk lebih jelasnYa berikut akan dikemukakan keadaan curah ini hujan dan hari hujan selama 3 tahun
Tabel 1. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan untuk Setiap Bulan di Kabupaten Enrekang
Tahun 2009-2010
Hari Hu
Bulan
Januari Februari 2009
352
249
2010 128
2009
17
t7
19 14 14 18 18 19 19 18
230
94
2A
Maret
t72
231
170
5
t1
16 16 J 10 J J J
April
Mei
Juni Juli Agustus
September
r88
200 281
97
5
241
450 .7 1)
411
4
41 91
Oktober November
2t
21 10
10 629 13 224 122 Desember Sumbe., Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Enrekang
Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang (S,vahc1.au.rah An..r.,ar, Mr.rhammad Sin Dangnga, Abdul \'ltln!r)
t34
1
30-146
sebagai berikut:
yang terdiri dari lahan kering seluas 74.956 Ha dan lahan basah (sawah) sekitar 10.920 Ha dengan rincian adalal
dimiliki
Penggunaan
Kabupaten Enrekang dibedakan mJnjadi jqtuk bangunan, pekaranlan, tegalan/kebun, ladangihumu au, Juin
lahan kering
di
JeT
hujan.
meliputi sawah irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi a"r, au, taOai,
un 2010
sawah
q.uiuo
a. Irigasi Teknis
b. Irigasi Setengah Teknis b. Irigasi Sederhana c. Irigasi Desa d. Tadah Hujan JumIah Sumber: Kantor
zit
2.317 3.46A
2,72
1l aa LL,LL
31,69
44,39
4.846
10.920
Ot"*
menunjukkan bahwa di
100%
Tabel
Kabupaten Enrekang, luas lahan pertanian tyt {urg menggunakan irigasi ietengah teknis, irigasi sederhana dan irigasi d"esa ^ teknis 297 Hq irigasi sederhana 2317"Ha dan irigasi desa 3.460 Ha. Sedangkan luas
areal lahan pertanian yang menggunakan tadah hujan adalah sebanyak4.g 46lia.
iq"$
masing-masing:
irigasi
setengah
Luas Areal
Sawah Pekarangan
Padang Rumput
Tegala,4(ebun Perkebunan
36.152
164 8.430 43.649 8.34s
Kolam
Hutarr Rakyat
Hutan
Sumber: Kantor Oinur pe
lahan didominasi oleh Hutan seluas 43.649 Ha selanjutnya Tegalail(ebun seluas 4g.04i fiu,
Potensi tersebut
pada penggunaan
3.
l.
di
atas merupakan
untuk
dengan
setempat.
135
KLMANDIRIAN
Tabel 4. Luas Tanam, Luas Panen , Produksi dan Produktivitas Komoditi Hortikultura (SayurSayuran ) Tahun 2010
I.lo.
I
2 3. 4. 5. 6.
a 8.
Komoditi
Luas
Panen
Produksi
(Ton)
Proiiuktivitas
(Ton/Ha)
352,69
(Ha)
1.100
Kubis
Merah Kentang
Bawang
38.795,2
2.439
100
1l I
1.128
Tomat
Buncis
Petsai/sawi Kacang Merah Cabe Besar Bawang Daun
Cabe
274 123
769 605
924 265
116 903
470
9. 10.
11.
766
88
111
719
76
95
Rawit
Terong
291 t3,12 50 565,6 Mentimun 53 13. Sumber: Kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Enrekang 12.
Wortel
331
11.114,9 83,94 8i0,7 81,11 10,226 110,67 2.803,6 105,80 3.224 277,93 2.702,6 29,93 1.666,1 35,45 5.922,1 82,37 179,3 23,59 t0t,47 964 4.525,5 155,52
di
adalah cabe rawit, sebe# 179,3 Ton dan proCuktivitas 23,59 T onlHa.
Kabupaten Enrekang yang paling besar adalah produksi kubis sebanyak 38.7 95,2 Ton dan produktivitas 352,68 Ton&{a.
2. Produksi, Pertanian
Pangan
Tanaman
panen,
sebesar
17.114,9 Ton dan produiktivitas 83,94 Tonrfla. Tetapi jumlah produksi sayruan yang paling rendah dalam satuan Ton
produktivitas
Tabel 5 Luas Tanam, Luas Panen Volume Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan 2010 Luas Luas Produktivitas Produksi No. Komoditi (Kwi/Ha) (Ton) Tanam Panen (Ha) {Ha)
1.
2.
J.
Padi Jagung
52.51
s2.99
140,44
Ubi Kayu
IJbi Jalar
Kacang Tanah
320
533 338
4. 5. 6.
7.
85,58
15,71
4.561,3s
53 1,05
Kacang Hijau
'Kedelai
sz
46
311
1
9,17
1,48
44,94
Tabel
bahwa
di
5 di
atas, menunjukkan
masing 4.494,09 ton, 4.561,15 Ton, 531.05 Ton, 425,78 Ton dan 44,94 Ton
volume produksi padi adalah masingmasing 15.088 Ha, 13.136 Ha dan 68.982,28 Ton dengan produktivitas
dengan produktivitas masing-masing adalah 140,44Ton/lla, 85,58TonIHa, 15,71Ton/Ha, 9,77Ton/I1a & 11,48
Ton/Ha.
mencapai sekitar 52,51 Ton/F{a sedangkan volume produksi jagut g 66.898,16 Ton dengan produktivitas 52,99 Ton/Ha. Kemudian volume produksi ubi kayr.r, ubi jalar, kacang
tanah, kacang hijau dan kedelai masingPengaruh Efisiensi Usahatani Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecarnatan Masalle Kabupaten Enrekang (Syahdau'iah Anrvar, \4uhammad Sin Dangnga, Ahdul \4rtnir) 136
1
30-146
3.
Tahun2008-2010
Keterangan
Kopi
Kakao Cengkeh
Unggulan
Kelapa
Lada
Vanili
Gula Aren
203,5 850,65
Ig,g0
594 403,5 7,7
594
Jambu Mete
396,40 8,40 sumber: Kantor Dinas Pertanian dan perkebunan Kabupaten &uekang
Kemiri
tanaman unggulan
di
Kabupaten
cengkeh. lad4 vanila dan gula aren di tahun 2009-2010 produksi tetap (Tidak
4.
No
Produksi
2049
(Ekor)
2010 Keterangan
1.508
t.M3
36.361
30.168
Kerbau 1.141 Kuda 1.164 Kambing 34.866 Ayam Buras 121.178 Ayam Ras 339.175 Sumber: Kantor Dinas Petemak*
3.145
669
39. I 68
165.62r
551.347
Populasi petemakan di Kabupaten Enrekang pada tahun 2009201 0, rata-rata mengalami peningkatan setiap tahunnya (Lihat Tabel 6). Tetapi
rffi,
dari
34.866 ekor meningkat menjadi 39. t 69. Tetapi yang paling kurang populasinya
339.175 ekor meningkat di tahun 2010 menjadi 551.347 ekor, kemudian ayam Buras ditahun 2009 jumlahnya l2l.l7g
ekor
669 ekor.
5.
Tabel
No.
1.
2010
125,42
Keterangan
2. ,-
107
t95
227,59
438.3
r
p@
427.51
137
KLMANDIKIAN
3 No.
2, Agustus 2011
Tabel
menunjukkan bahwa
tahun. Kemudian pada tahun 20082010, ruta-ruta hasil produksi ikan dari perairan hanya sekitar 433 ton setiap
tahun.
rata-rata produksi
ikan dari
kolam
hanya mencapu 8,733 ton setiap tahun. Sedangkan rata-rata hasil produksi ikan
B.
ini
kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 9. Enrekans Tahun 2010 Penduduk Kepadatan
No. Kecamatan
l.
2.
J. J.
Jumlah Desa 22
18 15
8
Jumlah
l:Fu9$, (Jrwa/Km-
4. 5. 6.
7. 8.
9.
10. 11.
Maiwa Enrekang Baraka Alla Anggeraja Bungin Cendana Curio Malua Buntu Batu Masalle Baroko
23.t19
30.568 21.201 21.727 23.825
60,13
105 133
107
15
96,7
190 18,38
83,1 4
li
6 7
8
4.345
8.804 14.841 7.641 12.719 14.354 10.284
89
100,9
6
5
I )q ))
80,1
1.088,58 193.488 Jumlah Sumber: Kantor Biro Statistik Kabupaten Enrekang (Dalam Angka) Tahun 2011
Dari tabel di atas me.,r*jukkaf, bahwa jumlah penduduk meruPakan potensi yang dimiliki suatu wilayah dalam percepatan pembangunannya-
Pemerintah bersama-sama akan banyak bergerak secara bersama-slma menuju tujuan bersama. 1. Program Pokok Pembangunan
melalui penyuluhan
pertanian
b. Mendorong,
memfasilitasi peran
c.
yaitu
prinsip
perumusan kebijakan
yang
peng*"tr Efisiensi Usahatani Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecamatan Masaile Kabupaten Enrekang (Syahclarr,'iah Anrvar, lr4uhernmail Siri Dangnga, Abdul \'lunir)
138
1
30-1 46
d. Menciptakan hubungan
termasuk potensi
pengembangan
implementasi
monitoring dan
2.
Program
Pengembangan
pertanian yaitu:
l)
Program utama pembangunan pertanian di Kabupaten Enrekang terdiri dari: (l) program peningkatan Hortikulnr4 (2) program pengembangan agribisnis, (3) program peningkatan kesejahteraan petani. Mengacu pada ketiga program agribisnis saat ini serta memperhatikan permasalahan yang dihadapi, maka
tujuan pengembangan kentang adalah
2) Pengembangan
penyuluhan pertanian
sistem
3) Pengembaagan 4) 5)
tangga
a.
Peningkatan
sebagai berikut:
Komoditi Hortikultura
Pengembangan usahatani rumah Pengembangan usahatani ramah lingkungan
usaha-usaha
6) Pengembangan
b. c.
kentang secara optimal; Menyediakan benih varietas unggul kentang yang bermutu tinggi;
3.
7)
LangkahJangkah Pelaksanaan
l)
Mengembangkan industri benih kentang dalam rangka I menjaga kontinuitas pasokan benih yang
bennutu tinggi;
2)
3) 4)
d. Mengembangkan e.
Lingkungan
5) Pengembangan
Pertanian
Meningkatkan kompetensi dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) Pembina dan
Usaha-Usaha Saing
6) Pengembangan Daya
7) Koordinasi
Produk
Pembangunan
Pertanian
satu
pengembangan kentang di Kabupaten Enrekang tersebar di tiga Kecamatan yaitu: Kecamatan Masalle, Baroko dan
Kecamatan Alla.
tanaman pertanian.
komoditas unggulan Holtikultura di Kabupaten Enrekang yang banyak diusahakan oleh petani dari areal
Potensi
impor); (2) pengembangan industri benih kentang dari b,ji yang teiah diseleksi dalam rangka menjaga kontinuitas pasokan benih bermutrr tinggi; (3) perluasan areal tan*n:i kentang sebagai upaya antisipasi peningkatan konsumsi; dan (4)
pengembangan
pengembangan varietas kentang setara kualitas impor sebagai salah satu upaya subtitusi (pengurangarr ketergantungan terhadap pasokan
(1)
teknik
13e KLMANDIKIAN
mendukung pada
(Anonim,2010).
efisiensi pefiBsarar
ilntuk
peningkatan kenlang
strategi
a.
Strategi pengembangan
di lini
on
pengembangan produksi kentang di Kecamatan Masalle Kabupa{en Enrekang, dapat dilakukan tahapantahapan sebagai berikut:
l.
prioritas
oleh
b.
percepatan deserminasinya kepada pengguna, langkah-langkah shategi pengembangan tersebut diarahkan untuk meningkatkan efisiensi usahatani kentang dan daYa saing produksi. Strategi pengembangan di lini off-
lebih meningkatkan produksi kentang tersebut. Keberhasilan perbaikan peningkatan produksi dan pendapatan
akan
meningkatkan produksi
dan
dengan
khususnya
meningkatkan p.oduldi
kentang
Dalam
kentang,
lain
sebagainya. Pengembangan industri hilir diarahkan untuk meningkatkan efi siensi pengolahan kentang.
(1)
Peningkatan
(2) (3)
luas areal lahan usahatani kentang pada tanah yang subur dan cocok dengan tanaman kentang; Penggunaan tenaga kerja pertanian
usahataninya.
d. Strategi pengembangan di
lini
serta
lebih
Yang
pengembangan sistem informasi (harga penawaran dan Permintaan produk) untuk mendukung uPaYa
(4)
menangkap peluang
Pengembangan
Pasar'
perlengkapan pertanian
sebagainya;
jugu
daPat
eeraaruh Efisiensi usahatani Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang (Syahdau,ah Anrvar. \4trhammad Sin Dangnga. Abdlrl \'llrnir)
140
!
30-146
secara
aturan
."
kerja
b;,:
dii.:
(7)
serta menyebarluaskan ilmu pengekhuan dan teknologi pertanian. Pelaksanaan keenam langkahlangkah strategis pada usahatani kentang tersebut diharapkan dapai
digrading berdasarkan mutunya. produk kentang ini kemudian dikemas dala ,, jaring berkapasitas 100 Kg. produk yang telah ditempatkan dalam jaring terseh,;
kentang dibiarkan dikeburU dijemur 1_2 sampai tanah yang melekat mudah dikeluarkan, produk yang telah dijemur tidak
2.
Pasea Panen
yang ditetapkan terutama apabila terjadi hujan. Untuk meningkatkan mutu hasil produksi kentang, waktu panen harus
Tabel
l.
Luas Lahan
Luas lahan ,garapan petani responden cukup bervariasi, hal ini dapat dilihat pada Tabel iO.
di Kecamatan M
Kabupaten Enrekan
Persentase
l0
No
1.
Petani
Jurntah
(Orang)
37
13
(%)
74 26
100
2.
50
Tabel
orang (74 %) luas lahan garapan yang diusahakan petani dengan kisaran O,iO _ 0,50 dan 26 % (13 orang) dengan kisaran
l0
memperlihatkan bahwa 37
9,60
fakor
satu
sekaligus
2.
dianjurkan uatuk menggunakan bibit dengan varietas unggul. Jumlah benih atau bibit yang ditanam tergantung dari
masing-masing luas lahan garapan yil1g dimiliki oleh petani sampel. Jenis bibii kentang yang banyak digunakan oleh petani sampel adalah jenis bibit dengan
varietas granola.
peningkatan produksi adalah bibit atau benih yang digunakan oleh petani. Untuk memperoleh hasil yang maksimal petani
Ponska, ZA, Sp36/TSp, KCL, ppC, dan pupuk kandang. Namun disadari bahwa
penelitian umunnya
kentang. Hasil produksi akan mencapai optimal jika tingkat penggunaan pupuk dapat disamakan dengan jenis tanah dan
di
daerah
petaru
dalam hal
berimbang.
ini
Berdasarkan
dengan petani responden, salah sahr faktor yang menyebabkan sehingga petani menggunakan pupuk tidak sesuai
hasil
wawancara
rasa
KTMANDIKIAN
samping harganya mahal, penggunaan pupuk selain Urea dan KCI yang selama ini dilakukan tidak banyak memberikan
pengaruh terhadap peningkatan produksi. Oleh karena itu. menurut petani
digunakan adalah besamya tenaga kerja efektif yang dipakai. Tenaga kerja yang dimaksud adalah tenaga kerja pria, wanita, anak-anak, temak dan mesin. Di daerah penelitian petani umumnya
menggunakan tenaga
kerja
dalam
Ponska, TSP.
ZA dan PPC
KCl, Ure4
hanYa
persemaian), pengolahan
dan
dan tanah,
panen.
pestisida pada setiap komoditas kecuali apabila tanaman sudah dalam keadaan
r.
kritis. Hal ini disebabkan karena adanya efek samping yang ditimbulkan dalam penggunaan pestisida terlebih lagi jika
terhadap variabel dependen (Y). Pada usahatani kentang yang menjadi variabel independen (X) adalah sewa
[X)
5.
dalam
lahan (Xr), biaya bibit (X2), biaya pupuk (X3), biaya pestisida ()Q), dan upah tenaga kerja (X5). Sedangkan variabel dependen (! adalah produksi. Berdasarkan hasil komputerisasi
SPSS
Tabel 11. Hasil Estimasi Fungsi Cobb Douglas Pada Usahatani Kentang
di
Kecamatan Masalle
No
Koefisien Regresi
690.619 58.784 262
401 101.343 1.272
t.
hitung
? 1A(
2,781
0,71
Koefisien Determinasi
0,977
1. Konstanta 2. Sewa lahan (Xr) 3. Biaya bibit (X2) 4. Biaya Pupuk (X3) 4. 5. Biaya Pestisida ()Q) 6. U.Tenaga Kerja (X5)
Sumber: Data Primer Setelah Diolah
- 1,459
479 - 213
Berdasarkan data pada Tabel 11 di atas, maka fungsi produksi Cobb-Douglas dinyatakan sebagai berikut y : 690.619Xt s8.7E4 X2 x2 X3 -401 r'4 10I.343
Xa -1'zzr
Ln Y = 690.619 +58.784 lnX, + 262lnXz401 lnX: + 101.343|n&- 1.272lnXs tabel I I diatas diperoleh data yang nyata
Dari Pengujian tersebut terlihat pada
dari penggunaan faktor-faktor produksi pada
Pengaruh Efisiensi Usahatani Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang (S1,ahdau'i ah,4 nx'at, \4,.rhanmad Siri Dan gnga, A bdr"rl lt'lrtnir)
t42
!
30-146
koefisien determinasi R2 :0,977 Yo . Hal ini berarii perubahan bebas (Faktor-faklor produksi) dapat menerangkan variasi dalam
berpengaruh
(Y) produksi
adanya
perubahan
secara
baik), maka penggunaan model analisa tersebut cukup baik, karena penggunaan
faktor-faktor tersebut, secara bersama-sama
dari biaya faklor produksi terhadap tingkat Produksi, dapat ditafsirkan dari masing-masing nilai koefisien regresi atau nilai elastisitas masing-masing biaya faktor produksi tersebut. Dari Tabel I I tersebut menunjukkan
pengaruh
bahwa Elastisitas produksi dari variabel sewa lahan usahatani kentang (X1) sebesar
penambahan
pengeluarannya perlu dikurangi, karena apabila ditambah hanya akan mengurangi pendapatan, sehingga ada indikasi bahwa
terjadi pemborosan dalam penggunaan biaya faktor produk-si pupuk (X3) dan upah tenaga
kentang
58.784, berarti setiap kenaikan atau Rpl dari sewa lahan akan
iti jugu
disebabkan
meningkatkan pendapatan sebesar Rp 58.784 dengan asumsi variabel lain (bibit, pupuk, pestisida dan upah tenaga ke{a)
konstan.
Elastisitas produksi dari variabel biaya bibit (X2) sebesar 262, artinya setiap kenaikan atau penambahan Rp I biaya bibit
akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp
Elastisitas produksi dari variabel Biaya pupuk (X3) sebesar - 401 artinya setiap kenaikan atau penambahan Rp 1
biaya pupuk akan menurunkan pendapatan sebesar Rp 401 dengan asumsi variabel lain (sewa lahan, bibit, pestisida dan upah tenaga
kerja) konstan.
yang
Elastisitas produksi
biaya pestisida
(&)
dari
siensinya,elatif tinggi.
Dalam pengambilan keputusan, seorang petani bersedia menggunakan input (faktor produksi) selama nilai tambah yang dihasilkan dari tambahan input tersebut berada sama atau lebih besar dari tambahan biaya yang diakibatkan oleh tambahan input
tersebut. Efisiensi tercapai pada
saat
dari
dengan asumsi variabel lain (sewa lahan, bibit, pupuk. dan pestisida) konstan.
(Rt)
r43
KLMANDIKIAN
Tabel l2 Hasil Analisis Efisiensi Usahatani Kentang di Kecamatan Masallle Kab Emekang No
1.
Variabel Indevenden
Sewa lahan (Rplare) Biaya bibit (Rp/kg) Biaya pupuk (Rp/kg) Biayapestisida Ep/kg) Upah tenaga kerja (Rp/HOK)
Koefisien
Regresi
(bi)
Nilai Produk
Marjinal (NPM)
7,79 2.69 -8,14
5,451
2.
J.
58.78 262
- 401
101.3
4.
5.
-1.272
-23"77
58.74 adalah lebih besar dari 1 (Ep > l), maka penambahan luas lahan (dengan
produk marjinal dari variabel pupuk (X3) sebesar -8,14 artinya setiap penambahan pupuk 8,14 kg, mengakibatkan penurunan procluksi sebesar 8,14 kg. Nilai produk marjinal variabel pestisida (X4) sebesar
kg,
akan
meningkatkan pendapatan, pada keadaan ini luas lahan perlu ditambah. Elastisitas
produksi dari variabel biaya bibit CK2) sebesar 262 adalah lebih besar dengan 1 ( Ep > 1), maka penambahan biaYa bibit (dengan asumsi variabel lain konstan) akan meningkatkan pendapatan, pada keadaan ini
akan dicapai produksi yang efisien. Elastisitas produksi dari variabel biaya
pupuk (X3) sebesar - 401 adalah kecil dari 0 (Ep < 0), artinya penambahan biaya pupuk (dengan asumsi variabel lain konstan) justru akan menurunkan pendapatan. Elastisitas produksi dari variabel biaya pestisida (&) sebesar 101.343 adalah lebih besar dengan I ( Ep > 1), maka penambahan biaya pestisida (dengan asumsi variabel lain konstan) akan meningkatkan pendapatan, pada keadaan ini akan dicapai produksi yang efisien.
I(ESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan
2. Setiap
Elastisitas produksi
dari variabel
Kecamatan Masalle
Enrekang.
Kabupaten
upah
tenaga kerja (X5) sebesar -1.272 adalah kecil dari O'(Ep < 0), artinya penambahan upah
menurunkan
atas,
Berdasarkan
Tabel 12 di
hubungan antara produksi marjinal dengan produksi total dapat dijelaskan yaitu: Nilai produk marjinal dari variabel sewa luas lahan (Xr) sebesar 7,79 artinya setiap penambahan luas lahan sebesar 1 are mengakibatkan kenaikan produksi sebesar 7,79 kg. Nilai produk marjinal dari variabel
Penggunaan faktor - faktor produksi yang digunakan berpengaruh terhadap kenaikan produksi dan pendapatan petani. yang sangat kuat pengaruhnya terhadap kenaikan produksi adalah
dan
tetapi
Penggunaan
terhadap tingkat produksi kentang. Ini disebabkan karena penggunaan pupuk yang tidak berimbang dan tenaga kerja
144
1
Fengaruh Efisiensi Usahatani Kentang Terhadap Peningkatan Produksi Petani Di Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang (S.vahc1ar."iah Anr.r,s 1, lr4r.rh ant mad S in Dan gnga, Abdtrl }4unir,)
?0-t 46
yang
berlebihan
sehingga
Hernanto,
DAFTARPUSTAKA
Anonim, 2002. Pokok-Pokak Kebijakon dan
Tanaman Pangan,
Direktorat
Kentang. Direktorat
Hortikultura. Jakarta.
Badan Bimbingan
Indonesia. Jakarta.
Lewangka, O. 2003. Metode penelitian dan Teknik Penulisan Loporan Penelitian Bisnis. program Studi Magister Manajemen. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
2010. Pedoman
Mardjuki,
Pelal<sanaan
Direktorat Jakarta. i
A.
Pertanian
Andi
dan Offset.
2010.
Mosher,
Bahar,
A. F.
1994. Holtikulturs Sulawesi program Selatan dqn Penelitiannya. Disampaikan pada Simposium Holtikultura Fakultas
Ekonomi
LP3ES, Jakarta.
dan
Perhimpunan Holtikultura
Indonesia. Maiang.
'
Rahardi
Ekonomi
Saleh,
K. 2002. Princeiples of
Dillon., John., and J.B. Hardaker, 19g1. Farm Management Research For
Small Farmer Development, FAO.
Bull4l.
Samadi,
Roma.
145
KTMANDIKIAN
Pengembangan
Soelarso,
Bebas Penyakit.
Yogyakarta.
Departemen KoPerasi
Masyarakat.IPB Bogor.
dan
Sukirno. S 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Edisi Ketiga. PT. Raja
Grafi ndo Persada. Jakarta.
dayaan.
Jakarta.
A.I,
Konteks Indonesia.
Lembaga
Penelitian dan
Penerangan
(Dengan Pokok
Aplikasinya.
Persada. Jakarta.
Soeharjo,
A.
Universitas
Fenga."h Efisiensi Usahatani Kentang Terhadap Peningkatan Produlisi Petani Di Kecamatan Masaile Kabupaten Enrekang (S.vahclaiviah Anrr,ar, \4rrhammarl Siri Dan gnga, Ab'drrI L4r-rnir)
t46
1'10_146
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA PEMBUATAN PUPU (TUPPD IKAN TUNA DI PESISIR PANTAI KABUPATEN MAJENE
(Industrial Business Development strategt Househgtd Making pupu(tuppi) on the coast Majene District)
of
kemampuan ekonomi petani masih lemah,- penerapanleluologi yang belum opimal, mofiv,asi tani nelayan wanitq tinggi, potensi menghasiikan produk olah;n.'Seiongkan kelemahon yang od, terbatasnya tenagq terampil, masih kurangnya kuantitas dan kualitas ikan tuna. Hasil anolisis matriks space menempatkan pada (kuadran I aggresifl (0,2:0,3). Selanjutnya hosil analisis Sll/oT menuniukkan 9 fahor kunci l) Memanfaatkrm potensi area, 2) Menambah jumtah protluksi, 3) Memoti'tasi para pembuat 4) Mengoptimilkon kelembtagaan petani nelayon, 5) penerapan _Pupu, teknologi dengan menye.diakan,tenga terampil serra dukunian iou, oS liempeiboiki pasaran, 7) Meningkatkan dukungan tenaga kerja, g) Meningkatkar'prrrkorr*ian sistem petani nelayan, 9) Menyiaplutn tenaga rerampil untul memperoteh hasil yZng maksimal.
@:flrirg ancama) dqn selanjutnya merumuskan strategi yqng loyak dipertrmbaigks; 'serta merekomendasikan strategi berdasarkon dafiar prioritis hlsil inatisis internal din elxternal yang meniadi kekuatan poleruti ereo pengembangon, tersedianya dukungan tenala keria
Abstract
The maior problem faced by fisherman wives in a cuffent village at Majene regency in order to increase Pupu (Iuppi) production v'as the usage 9{tryditional"system in tuna Jish processing to Pupu (Tuppi), where they onty ctble to procluied-2lkg/day w it i, categorized as less-optimal praductiott. They also stili used traditional equipmenti to process the tuna, then sometimis they found,dfficult when they tried to get rav, tuni ii cheapq pri"r. Ihis research aimed to determine the strategt in increasing Pupu (Tuppi) home industriat pioduction to reach the optimal result. By analyzing the internal key factors (strengths and weqA'nesses) and external (opportunity and threat), then abbreviated a considerable strategt and also recommended .faciors ir based on internal and external list of analysis priority results whichiecame potential strength to be developed, the availabiliy' o.f skilled employees still low, less-optimal-technologt implementation, the high
tle producers, 1) optimizing fisherman partnership, S)*applying supportetl technologt ctncl -fuJtu sldlled employees resources, 6) revitalizing market tyttn*,' li inir"isirg employees supporr, g) increasingfisherman economic matters, 9) providing skitled employees to reach maximum result"
motivation oJ'fisherman wives, and potency to produce *orrrfiaurid products. white the andiow quality ani quantity oJ'tuna. The anal.jtsi,g result of space mqtrix placed at (Endrant I oggressivi) Q,i:O,3).'rhen swor analysis reiults sltowed 9 key factors l) using the area potnn"y, 21 increasing prlducrion amouftt, 3) moti,,ting
tveaknesses were the limited skilled employees
K eyw o r cls :
P up
t o r s, e x t e r n
al fac
to rs
Kabupaten Majene salah .satu Kabupaten yang ada di Sularvesi Barat, yang memiliki potensi perikanan hasil laut yang juga didukung demografi Wilayah yang letaknya di pesisir pantai. Ikan tuna termasuk salah
meruPakan
PENDAHULUAN
bentuk
pupu
teknologi
pengolahan
terasa
empuk dan kandungan gr.z;:.r:rYa terbilang tinggi, memiliki pula nilai ekonomi yang cukup tinggi. Ikan tuna bagi masyarakat nelayan khususnya yang ada di Majene memberi kontribusi yang cukup baik. Ada beberapa keluarga dari nelayan yang ada di Kabupaten Majene menjadikan ikan tuna sebagai bahan utama dalam hal pembuatan rnakanan pupu yang sudah menjadi PelengkaP makanan khas di Kabupaten Majene, utamanya pada saat acata adat diadakan"
bahau pencampur lainnya demi perbaikan rasa daripada produksi pupu tersebut. Dengan dilakukannya peneraparl teknologi dalam pengolahan pupu akan meningkatkan mutu sehingga dengan mudah akan masuk ke pasaran secara luas baik antar daerah maupun antar propinsi. Hal ini berdasarkan wawancara dengan ibu - ibu nelayan pembuat pupu di pedesaan Kabupaten Majene mengharapkan dengan penerapan teknologi "penggiling daging ikan dan pengemasan" dapat mengatasi
Baik itu
kebutuhan konsumen di Kabupaten Majene. Dalam mewujudkan hal tersebut tentu bukanlah sesuatu yang mudah, namun
di
acvra'acata menjadi
Pembuatan
pupu sudah
sumber penghasilan utama bagi ibu - ibu nelayan yang ada di Kabupaten Majene beberapa ibu - ibu Nelayan yang ada di Kabupaten Majene, namun usaha tersebut
bahkan sampai ke pedesaan. Usaha pembuatan pupu telah lama dilalarkan oleh
sehingga produksinya masih sangat terbatas. Padahal potensi untuk pengembangannya terbuka
(peluang dan ancaman) dalam rangka pengembangan usaha pupu. Hasil analisis intemal dan ekternal yang diperoleh kemudian diolah untuk menghasilkan
luas dan memiliki prospek yang bQus sebagai usaha peningkatan pendapatan karena makin banyaknya peminat atau
pesanan dari berbagai kalangart' n'rasyarakat
di
Kabupaten Majene adalah masih memakai sistem tradisional dalam pengolahan ikan tuna sehingga menjadi
pupu dimana hanya mampu memproduksi pupu dari ikan tuna 20 kg I hari sehingga
bagi pengembangan usaha, dan lebih lanjut dapat pula diperoleh rumusan prioritas strategi yang harus segera dilakukan, dan pada akhirnya jugu diharapkan akan mendongkrak peningkatan pendapatan masyarakat. Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan pada latar belakang" maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Apa saja faktor-faktor intemal (kekuatan dan kelemahan) dan ekstemal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan
2. Apa strategi
produksi kurang optimal. Kemudian alat alat pengolahan ikan tuna menjadi pupu
serta
yang diprioritaskan untuk dalam diimplementasikan pengembangan usaha pembuatan Pupu ikan tuna di Pesisir Pantai Kabupaten
Majene?
sulit memperoleh bahan dasar pembuatan pupu yang mengandalkan ikan tuna. dimana harga ikan tuna terkadang
Penelitian
ini
dilaksanakan dengan
Strategi Pengembangan Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Pupu (Tuppi) Ikan Tuna Di Pesisir Pantai Kabupalen Majene 147-164 $invana Santpara" Ansar, Yr,tnarti)
l. Untuk
mengidentifikasi faktor_faktor
pupu
di
pcr,
2. Untuk
yang tepat dalam pengembangan lsaha pembuatan Pupu ikan tuna di pesisir Pantai Kabupaten Majene.
A. Lokasi
METODE PENELITIAN dan Waktu Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Majene provinsi Sulawesi
UMK tersebut di pilih s*ba5r penerapan teknologi untupembuatan pupu (tuppi) karena ke kelompok ini telah bertahun-tahur" menjadikan pembuatan pupu (rupt, sebagai pendapatan rumah hgt,
iokasi
mereka.
Barat, tepatnya di daerah pesisir pantai Majene, dengan alasan daerah teisebut merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan usaha produk olahan
Waktu
Sumber data dalam penelitian in; adalah data primer yang diperoleh d
dokumentasi,
B.
Desain Penelitian
yerrry
da1:,,
3.
Angket.
Analisis deskriftif Adalah metode analisis dengan cara dak yang disusun dikelompokkan, kemudian dianalisis sehingga diperoleh
2. Untuli
merumuskan
strategi
1) .
Pantai Majene berjumlah 12 buah. Sampel Usaha Miko Kecil yang dipilih
adalah
Kelurahan Pangali-ali
Pengambilan sampel 30
% dari jumlah
ancaman, kekuatan, dan kelemahan yang ada dievaluasi dan dibuat dalam bentuk matriks EFE dan lFE.
2)
Matriks SWOT)
tahap
EFE dan
IFE
dapat
faktor
lingkungan
menggunakan input dari Tahap 1 dan hasil pencocokan dari analisis Tahap 2 untuk menentukan secara objektif dianlara altematif strategi. Format dasar dari QSPM
diilustrasikan dalam Tabel 9.
F. Definisi Operasional
l.
data dan
Untuk
F )
Tersedianya areapengembangan Dukungan pemerintah daerah sebesar 2.500.000 rupiah,&elompok tani pupu
1. Lingkungan Internal adalah Seluruh aspek yang berkenaan dengan internal perusahaan. seperti: manajemen, keuangan/akuntansi, produksiloperasi dan sumber daya
manusia.
(tuppi)
Tersedianya dukungan SDM
dengan
Masih kurangnya kuantitas dan kualitas ikan tuna (tergantung cuaca) Terbentuknya kelembagaan ekonomi petani (kelompok tani) Potensi menghasilkan produk olahan
(sambussa)
Te'ibatasnya tenaga terampil I SDM teknologi terbatas Motivasi tani nelayan wanita tinggi Pemasaran produk masih terbatas
7.
acara pemerintahan
Maiene.
di
KabuPaten
meningkat Pupu (tuppi) ikan tuna sebagai bahan makanan penting Cuaca yang tidak dapat dikendalikal. Harga bahan dasar berfluktuatif (ikan tuna) Adanya produk berbahan ikan tuna dari luar
Strategi Pengembangan Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Pupu (Tuppi) Ikan Tuna Di Pesisir Pantai Kabupaten Majene 147-160 (l'Jinvana Sampara^ Ansar. Yunad)
150
optimal Motivasi tani nelayan wanita tinggi Potensi menghasilkan produk olahan Terbatasnya tenaga terampil Masih kurangrrya kuantitas dan kualitas ikan tuna 9. Kebutuhan akan produk terus meningkat 10. Sebagai bahanmakananpenting I l. Belum optimalnya kelembagaan petani
Penerapan teknologi yg belum
1 ? 3. 4 5 6. 7. 8.
Potensi areapengembangan Tersedianya dukungan tenaga kerja Kemampuan ekonomi petani masih Lemah
l.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
ukungan SDM
Diversifikasi produk olahan Sebagai produk subtitusi Pemsaran produk masih terbatas g. Cuaca yang tidak dapat dikendalikan g. Harga ikan tuna fluktuatif 10. Adanya produk berbahan ikan fula dari luar (sambussa)
Dari tahapan pengumpulan data melalui hasil wawancara dan pengisian kuisioner selanjutnya ditetapkan rn"r;uai Z faktor yaitu internal bila faktor itu berasal dari dalam system pengembangan industri
rynah tangga pembuatan pupu (tuppi) dan
sebaliknya faktor ekstemal bila berasal dari
luar.
2.
Tahapan Analisis
Berdasarkan inventarisasi
terhadap faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancarnan, selanjutnya di pilih lima faktor yang mempunyai nilai
dan
faktor
Tabel
Peluang d1n Ancaman yang Berpengaruh terhadap pengembangan Industri rumah rangga pembuat pupu di Kabupaten Majene (Strenghts) peluang (Oppurtunity) {(gkuatan l.Potensi area pengembangan l. perminta.an kon**.n pupu cukup 2.Tersedianya dukungan tenaga kerja 2. Dukungan t"p"g*f, dan geografi 3.Motivasi tani nelayan wanita tinggi 3. Djrkunlan p"mJrintah daerah 4'Kebutuhan akan produk terus meningkat +. rlrs"di"unyl autunguo snnr 5. Sebagai bahan makanan penting 5. Sebagai pioduk subtitusi
Ancaman (Threats)
l. 2.
3. 4.
5.
dikendalikan
Harga ikan tuna flu}tuatif Adanya produk ikan tuna dari luar Pemasaran produk masih terbatas
tuna Belum optimalnya kelembagaaan petani _ Sumber: Data Primer Setelah Diolal.t,2012
5.
Kelima faktor tersebut, selanjutnya diberi bobot yang nilai kumulatifnya dimuiai dari 1,00 (paling penting) sampai dengan 0.00 (tidak penting), faktor faklor tersebut 15t
memberi input, output maupun input terhadap pengembangan produk pr.rp,, (tuppi). Semua bobot tersebut jumlahnya
tidak melebihi skor total 1-00.
KLMANDIKIAN
Pemberian nilai rating kekuatan yang paling besar diberi nilai empat, tetapi jika
produk pupu (tuppi) diberi rathg satu, sedangkan pemberian nilai kelemahan
adalah sebaliknya. Jika kelemahan tesar di
kelemahannya
untuk mengidentifikasi
faktor-fai<tor
Demikian juga dengan pemberian nilai skala rating faktor ekstemal, peluang paling besar diberi nilai empat, tetapi jika peluangnya kecil terhadap pengembangan produk pupu (tuppi) diberi rating satu
sedangkan pemberian
nilai
ancamarulya pemberian
dan
7.
1.
Analisis Faktor Internal Analisis faktor internai diperoleh melalui identifikasi faktor-faktor kekuatan (strength) yang dimiliki dan kelemahan (weakness) yang dihadapi
dalam upaya pengembangan pembuatan
B. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Pembuatan Pupu (tuppi) di Kabupaten Majene Pembuatan pupu di pesisir pantai Kabupaten Majene memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan
karena didukung oleh sumber daya alam
a). Kekuatan Adapun faktor-faktor kekuatan yang dimiliki dalam rangka upaya pengembangan pembuatan pupu di
pesisir pantai Kabupaten Majene dapat kita lihat pada Tabel 7.
sebagai
Tabel
7.
No 1 2 3 4 5
Kekuatan Internal
Potensi area pengembangan
1234 - 5 12 5 17 25 23 6 10
512345
13 8
10 36
s2 32
Total Nilai 90 93 9s 97 98
Tersedianya
dukungan tenaga
10 51
-1520 -6928
kerja
nelayan
3.16 3.23
Kebutuhan
akanproduk terus
meningkat
14
t2 30 s6
3.26
Stlategi Pengembangan Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Pupu (Tuppi) Ikan Tuna Di Pesisir Pantai Kabupaten Majene
152
f{invana
Sampara" .Ansar,
Yr"rnarti)
47 -16Q
b).
Kelemahan
Tabel 8 Identifikasi Faktor Intemal (Kelemahan) Berdasarkan Lrfomrasi Responden di Kiil,, Majene
No I 2 3 4 5
Kelemahan
Internal
Rating
JumlahNilai Rating
-l -2
-3
g
Kemampuan
ekonomi
-4 5-45 -2 -j --t 22
24
Total Rala-
-66
Nilai -90
Rara
-3.00
Penerapanteknologi
belum optimal
Terbatasnya
12
l8
36
-108
-3.60
-2.-..t.
tenaga -
lg 3
7
2C
22 kelembagaan petani Sumber: Dataprimer setelah diolah, Tahun 2012 Dengan melihat hasil data pada tabel
36 21 -6 60 66
-3.13 -3.26
-3t
18 dalam
2.
faktor kemampuan ekonomi petani masih lemah dan belum optimalnya kelembagaan
Analisis lingkungan eksternal diperoleh melalui identitikasi faktor_ faktor peluang (opportunities) dan anctunan Qhreats) yang dihadapi tani
upaya Kabupaten Majene. peluanrl
nilai rating tertinggi pada faktor p"r".upa, teknologr belum optimal dengan rating + demikian pula total nila tertinggi !l:T*), 108 dan rata-rata tertinggi 3.60 pada fakior
a).
Adapun fallor-faktor
Tabel
Identifrkasi Faktor Ekstemal (Peluang) Berdasarkan Informasi Responden pembuat pupu (Tuppi) di Kabupatrn Majene
No
Peluang
Ekstemal
Rating
1 -
2 -
34 723 s25
30
5 1 2 3 + STodNilai - 2t 92 _ 113
Rata_Rata
3.77 3.83
topografi
rs
_ 40 _ 24
30
54
hoo 120
15
120 70 78
4.00
2.33 2.60
Sebagai
subtitusi
SDM
- 20 l0 - t2 lg
produk
153
KLMANDIKIAN
b). Ancaman
Adapun faktor-faktor
tangga pembuat pupu
ancaman
No
Ancaman
Eksternal
-l
-,
*It"*-o
1 Pemasaran produk
terbatas 2 Cuacayang tidak dapal -
4 8 18
Rata-Rata
-3.46
-2.56
13 17
10 20
-2.66
-2.23
fluktuatif 4 Adanyaprodukikan
23 7 -
-46
tuna dari luar Sumber: Data primer setelah diolah, Tahun 2012
3.
ancaman
di
Kabupaten Majene,
dengan
dalam
merumuskan
strategi
(peluang,
dari
Bobot
0.0706
0.1
faktor-faktor
eksternal.
Tabel 11 Perhitungan Skor Faklor lntemal Faktor kekuatari dan kelemahan Rating
J
Skor
0.2118 0.4236
Fahor Kekuatan:
2
J
059
4 4
1
0.0588 0.0882
0.23s2
0.3528 0.3528
-0.24'72
4
5
0.1235
0.0824
4t
-3
0.1294
0.0765
-4
-3
-0.5176
-0.2295 -0.5648 -0.4940
Kuransnya kuantitas dan kualitas ikan tuna Belum optimalnya kelembagaan petani Total
0.1412 4.1235
I
-4 -4
3.6293
Sumber: Data primer setelah diolah Tahun,2012. Strategi Pengembangan Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Pupu (Tuppi) Ikan Tuna Di Pesisir Pantai Kabupaten Majene 147-150 f'Jinvana Sanrpara. Ansar^ Yunarti)
154
Ratins
4 4
Faklor Peluang:
2
J
Permintaan konsumen pupu (tuppi) cukup Dukunsan tooosrafi dan eeoffafi Dukungan pemerintah daerah Tersedianya dukungan SDM
Sebagai oroduk subtitusr
4
3
43164
0.2592 0.410r -0.3140
-0.4101 -0.2313 -o.4317
4
5
Faklor Ancqman:
Pemasaran produk terbatas 2
J
4
-J -3 .J
0.t367
0.0791
Harsa ikan tuna fluktuatif 4 Adanva oroduk ikan tuna dari luar Total Sumber: Data primer setelah diolah Tahun, 2012
0.1439
-3.4172
4.
Diagram Matriks
Pengembangan Pupu (Tuppi).
SWOT
Berdasarkan analisis faktor intemal dan eksternal di atas, maka disusun matriks SWOT untuk berbagai altematif strategi pengembangan pupu di Kabupaten Majene, dengan shategi
kombinasi kekuatan dan peluang dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang, kombinasi
secara
dapat
4 set
kemungkinan
dengan
altematif strategi. Keempat tipe strategi yang dimaksud adalah : SO Strategi (SO : Strengths Opportunity), WO Strategi (WO Weakness Opportunity), ST Strategi (ST : Strengths Threots), WT Strategi W Weakness Threats)
seperti terlihatpada Tabel 13.
Tabel 13 MatriksSW)T
Kekuatan (s)
TFAS
Kelemahan (w)
1. Kemampuan ekonomi
petani lemah
2. Penerapan
belum optimal terampil
teknologi
tenaga
luyu,
EFAS
4. 5.
Peluang (O)
wanita tinggi
3. Terbatasnya
4.
5-
Belum
optimal
kelembaeaan oetani
l.
1. Permintaan konsumen ouou cukuo
155
Strategi SO
Memanfaatkan potensi area
Strategi WO
Mengoptimalkan
dengan dukungarr
tenaga
keria
serla
terus
KLMANDIKIAN
Dukungan
dan geografi daerah
topografi
lemah maka perlu dukungan pemerintah daerah dengan adanya pendampingan dan
pembinaan(1,5-3)
Sebagai
subtitusi
Menanmbah
jumlah
produk
permintaan semakin meningkat disamping memang pupu (tuppi) sebagai bahan makan juga sebagai produk
subtitusi (4,5-5)
3.
Strategi WT
Ancaman (T)
1.
l.
Meningkatkan
Pemasaran produk
terbatas
Cuaca yang
tidak
tuna
dapat dikendalikan
Harga ikan
fluktuatif
Adanya
kebutuhan produk maka system pemasaran puPu perlu di perluas dengan mengurangi produk ikan
perekonomian
petani, tuna
kualitas ikan
't-
sehingga
produk
pengembangan
area
yantr
sehingga harga ikan tuna berfluktuatif ( I ,4-3 ) Menyiapkan tenaga terampil sehingga memperoleh hasil maksimal agar dapat menembus pasar komersil (3-l )
5. Penentuan
Matrix
Space
di Kabuoaten M
INTERNAL KEKUATAN:
l.Potensi area pengembangan
2.Tersedianya dukungan tenaga
RATING
EKSTERNAL PELUANG
I .Permintaan konsumen pupu
RATIN(
4
4
cukuo 2.Dukungan topografi dan demosrafi flmkunsan oemerintah daerah 4.Tersedianya duliunean SDM
3
.
4 4
J J
1
tinssi
4.Kebutuhan akan produk terus naik S.Sebaeai bahan makanan penting
4 4
19/5:3.8
8/5= 3.6
KELEMAHAN
ANCAMAN:
156
Strategi Pengembangan Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Pupu (Tuppi) Ikan Tuna Di Pesisir Pantai Kabupaten Majene I 47-164 .\Iinr,ana Sarnpara, An.sar, Yutarti)
-J
-4
-J -1
optimal
rBuJd [,uiil[lt^ 11211 KgniltgS ikan 5.Belum optimalnya kelembagaan petani
4
-3
dikendalikan
tuna fluktuatif 4.Adanya produk ikan tuna dari
rr<an
r.flarga
-4
luar
..,
4
-18/6= -3.6 -13/4= 3.3
Dari hasil analisis faktor intemal dan faktor ekstemal maka di daparkm nilai sebagai berikut: + Kelemahan
Sumbu Vertikal
(yF3,g + (_3,6)
=42
Berdasarkan hasil anatisiJ rlfr"or, dapat dilihat posisi strategis pengembangan industry rumah tangga pembuat pupu (tuppi) di pantai Kabupaten Majene, seierti pada gambar berikut. Peluang
3.6
Kuadran
III
Konservatif
Kuadran I
Agresif
(0,2 ;0"3)
Kelemahan
-3.6
-3
Kuadran
IV
Defensif
Kuadran
II
Kompetitif
-4
Ancaman
Gambar 4.1 Posisi Strategis Pengembangan Berdasarkan hasil analisis space matrix daa gambar tersebut diatas dapat terlihat dengan jelas garis vektor bersifat positif menunjukkan bahwa posisi strategi
157
Pupu (Tuppi)
pengembangan industri rumah targga pembuatan pupu terletak pada kuadran I yaitu strategi agresgf menurut David (2006), yang memilikr sejumlah kekuaran dan juga
KLMANDIKIAN
dibutuhkan
strategi ST (Strenghtlhreats) yaitu dengan memaksimalkan kondisi faktor intemal kekuatan yang dimiliki baik untuk faktor internal maupun ekstemal, sehingga dapat
dikatakaa bahwa pengemtrangan pembuatan
pembuatan pupu
bagt
selanjutnya
ditentukan strategi mana yang tepat, dengan melakukan penilaian pembobotan dan rating pada issue strategis dan sekaligus merupakan faktor-faktor kunci keberhasilan
pengembangan produksi
pupu.
Untuk
4. Analisis Matriks
Perencanaan
mengetahui faktor-faktor kunci keberhasilan pengembangan produksi pupu di Kabupaten N{ajene, dapat dilihat pada Tabel 15 berikut
ini:
I
Memanfaatkan potensi area dengan dukungan tenaga kerja serta terus memperhatikan motivasi pembuat pupu disamping juga melihat dukungan topografi dan geografi (1,2,3-2) 2. Menambah jumlah produksi dengan melihat permintaan yang terus meningkat disamping pupu sebagai makanan penting serta sebagai produk subtitusi (4,5-5) 3. Terus memotivasi para pembuat pupu sehingga produk terus
l.
234 0.1104 4
0.4416
0.3750
0.1618 0.2850
meningkat sebagai langkah penyedia An SDM (3,4-4) 4. Mengoptimalkan kelembagaan petani agar ekonomi petani tidak lemah maka perlu dukungan pemerintah daerah dengan adanya pendampingan dan pembinaan (1,5-3) 5. Penerapan teknologi dengan menyediakan tenaga terampil serta dukungan SDM (2,3'4) 6. Meningkatnya kebutuhan produk maka system pemasaran. 0.0950 Diperluas dengan mengurangi produk ikan tuna dari luar. Sehingga kontribusi ke pembuat pupu ditingkatkan(4-l,4)
0.2796 0.1900
Meningkatkan dukungan tenaga kerja serta memotivasi 0.1323 pembuat pupu dengan pengembangan area yang berpotensi dengan tetap melihat cuaca yang tidak dapat dikendalikan (1,2-
7.
0.3969
3,2)
8. Meningkatkan perekonomian petani,kurangnya kuantitas kualitas ikan tuna sehingga harga flukhrasi (1,4-3f
dan
0'0884 0.1323
0.3536 0.2646
g.
hasil
maksimal
(3-l)
ada
Berdasarkan Tabel 4.15 Yang merupakan formulasi strategis yang diperoleh dari matriks SWOT, dengan membandingkan satu dengan lain, dimana skor tertinggi merupakan skala prioritas dalam menl'usun program pengembangan industry rumah tangga pembuat pupu di Kabupaten Majene, menunjukkan bahwa
di
KabuPaten
Strategi Pengembangan Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Pupu (Tuppi) Ikan Tuna Di Pesisir Pantai Kabupaten Majene 147-160 $,lirrvana Sampara. Ansar. Yr.lnarti)
158
ri3",,"b*
menggambarkan
Rangkuti,
posisi strategi agresif atau pengembangar Potensi area. menyediakan tenaga kerja dengan
PT.
Jakarta.
motivasi nelayan wanita yang tinggi' Pupu terus di tingkatkan sebagai kebutuhan dan juga sebagai bahan
makanan penting'
Rahardi
DAFTARPUSTAKA
Anggoro,
BPS. 2011.
Majene.
Tadjo,
M.
David, F. 2006.
Jakarta.
2000. Pembangunan Kqv'asan Pesisir dan Laut: Tiniauan AsPek Ekologis dan Ekonomi. Jumal
Ekonomi Lingkungan-
Manaiemen
I.M. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
St*t.gt P*g"*brrg* Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan l"p" (f"ppi; Ikan Tuna Di Pesisir Pantai Kabupaten Majene
1'tuirr.,ono^io*para" Ansar'
160
Yunerli)
147-16Q
PEDOMAN PENULISAN
JURNAL:
KLMANDIKIAN
2.
bahasa Indonesia atctu bahasa Inggris dan merupakan hasil penelitian, pemikiran murni dari peneliti. Naskah diketik rapi di atas kertas A4 dengan jarak satu setengah spasi dengan iumlah halaman l0 -'1 5 dan naskah dikirirn melalui E-mail atau disimpan/dicopy ke dqlam CD-R menggunakan program Microsofi l{'ord (termasuk abstrak, daftar pustaka dan lampiran kalau
aCa).
pengalaman pendidikan/kursus,
,Iurnal
4. Naskah diserahkon langsung atatt dibirim melqlui pos dan E-mail sekretariat KLMAN D I KIAN P as c as ari ana L: nit' er s t as Muhammadiy ah P ar epar e. 5. Sistimqtikn tulisan:
i
a. b. c. d. e. f. g.
bahasa Inggris dan Indonesia berisi intisari dari seluruh tulisan meliputi penelitian. lujuan, metode dan hasil
bila perlu dengan tabel, grahk, diagram, lukisan foto. Hasil yang telah dijelaskan dengan ilustrasi tersebrgt tidak periu diulang atau diuraikan lagi secara
HASIL, dikemukakan
secara jelas
PEMBAIIASAN, menerapkan arti hasil penelitian, bagaimana hasil penelitian dapat memecahkan masalah, persamaan atau perbedaan hasil penelitian terdahulu serta kemungkinan
pengembangannya, bila dianggap perlu hasii dan pembahasan disatukan.
secara singkat.