Anda di halaman 1dari 5

REFERAT

MANEJEMEN TB PARU DENGAN GANGGUAN FUNGSI HATI

Disusun oleh: Aulia Rahman - 406 10 0054 Elinna Sutikno - 406 10 0029 David Santoso - 406 10 0027 Pembimbing:

dr. Luluk Sp. P

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS

Bab I PENDAHULUAN

Obat merupakan zat kimia yang sering diberikan oleh para dokter dalam penatalaksanaan suatu penyakit. Di dalam tubuh, setiap zat dimetabolisme agar dapat digunakan oleh tubuh sesuai dengan fungsinya. Hati adalah organ utama dalam metabolisme berbagai zat. Obat yang kita telan akan mengalami beberapa kali proses kimia sebelum akhirnya dapat digunakan oleh tubuh. Obat diabsorbsi terlebih dahulu di saluran cerna, kemudian zat-zat yang terkandung dalam obat tersebut akan didistribusikan melalui darah untuk dimetabolisme di hati, baru kemudian diekskresikan baik melalui ginjal maupun melalui feses. Karena berbagai macam proses tersebut dan melibatkan banyak zat, obat dapat

menyebabkan intoksikasi pada organorgan tubuh. Peningkatan kadar dosis obat yang digunakan juga berpengaruh terhadap derajat intoksikasi. Namun, pada beberapa obat, ketergantungan obat tersebut tidak berlaku. Hati sebagai tempat metabolisme seluruh zat yang ada di tubuh menjadi sangat rentan mengalami intoksikasi. Meskipun pada hati sendiri memiliki sistem hepatoprotektor, tetapi adakalanya sistem tersebut tidak dapat membendung banyaknya zat yang masuk di dalam tubuh, sehingga zat tersebut mempengaruhi sel hepar secara langsung. Lebih dari 900 obat, toksin, dan jamujamuan telah dilaporkan menyebabkan kerusakan pada hati. 20-40 % kerusakan hati yang disebabkan oleh obatobatan menyebabkan kerusakan hati berat. 75% reaksi obat idiosinkratik mengharuskan penatalaksanaan transplantasi hati atau kematian. Di Amerika, dilaporkan 2000 kasus gagal hati akut, dan 50% diantaranya disebabkan oleh penggunaan obat.(1)

TB Paru - hepatotoksis

Obat-obatan anti tuberculosis adalah obat yang paling sering menyebabkan druginduced liver injury. Berdasarkan laporan, insiden hepatotoksisitas yang disebabkan oleh obat anti-TB berkisar antara 2.5%-3.49%. Namun hal ini seringkali diikuti sedikit peningkatan dari transaminase, yang mana kerusakan serius pada hepar terjadi kurang dari 5% kasus, dan perubahan yang pasti pada obat-obatan anti-TB yang dibutuhkan hanya 1-2%. Insiden hepatitis meningkat berdasarkan umur, mulai dari dibawah 1% pada pasien dengan umur kurang dari 20 tahun, dan meningkat sampai 5% pada pasien umur 60 tahun. Faktor resiko lain dari hepatotoksisitas adalah riwayat mengkonsumsi alcohol atau alcoholic liver disease, hepatitis B dan C, terpapar substansi lain yang menginduksi enzim sitokrom P450, peningkatan transaminase atau bilirubin dan kemungkinan ko-infeksi dari HIV. Akibat kematian yang disebabkan oleh obat-obatan anti-TB paling banyak terjadi pada pasien lebih dari 50 tahun dengan faktor resiko. Dari obat lini pertama, Isoniazid, Rifampisin dan Pirazinamid adalah obat yang berpotensi hepatotoksik. Karena obat-obatan itu digunakan dalam kombinasi, maka akan sulit untuk menentukan obat mana yang menyebabkan reaksi hepatotoksisitas. Sering, seorang pasien dengan obat yang sama setelah episode hepatotoksisitas tidak akan menyebabkan kambuhnya gejala. Akibatnya, perkiraan mengenai pentingnya obat-obatan sebagai penyebab hepatotoksisitas mungkin tidak begitu akurat. Pirazinamid dengan insidens tertinggi menyebabkan hepatitis sekitar 0,5% per 1 bulan therapy. Ketika diberi sendiri sebagai profilaksis selama 1 tahun, Isoniazid menyebabkan peningkatan enzim hati sekitar 10% dan klinis hepatitis sekitar 1% dimana insiden ini meningkat pada usia tua. Dalam pengobatan TB aktif, ada bukti bahwa Isoniazid mungkin umumnya lebih terkait dengan hepatitis dibandingkan dengan Rifampiain. Rifampisin juga dapat menyebabkan hepatitis, meskipun lebih sering isoniazid. Rifampisin menyebabkan hyperbilirubinaemia terisolasi, mungkin karena

penghambatan ekskresi bilirubin. Ethambutol dan Streptomisin jarang menyebabkan kerusakan iiver. Hepatotoksisitas dari isoniazid dianggap sebagai reaksi yang istimewa. Hasil metabolisme Isoniazid di metabolit reaktif mengikat dan menyebabkan kerusakan

TB Paru - hepatotoksis

makromolekul sel hati. Sedikit peningkatan transaminase bersifat asimptomatik, yang terlihat pada banyak pasien adalah hasil toksisitas langsung dari metabolit hidrazin. Namun, pada beberapa pasien, ada lebih banyak kerusakan hati serius, yang diperkirakan akibat pengalihan dari metabolisme ke jalur yang berbeda melalui sistem sitokrom P450, bukti tidak langsung menyatakan bahwa acetylators lambat tampak lebih mudah terjadi hepatotoksisitas yang serius yang disebabkan oleh Isoniazid. (2) Pada makalah ini akan dibahas mengenai Managemen TB Paru dengan gangguan fungsi hati,meliputi Epidemiologi,gejala dan tanda klinis,diagnosis banding,penalaksanaan,komplikasi dan pencegahannya

TB Paru - hepatotoksis

TB Paru - hepatotoksis

Anda mungkin juga menyukai