Anda di halaman 1dari 34

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer karena sifatnya asimptomatik dan telah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya.1 Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi padausia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.1,2 Kurangnya pengetahuan dalam konteks keluarga yang mempunyai masalah hipertensi termasuk anggota keluarga yang usia lanjut mengakibatkan tidak tepatnya penanganan yang dilakukan pada penderita, hal ini juga dapat berpengaruh pada fungsi dan peran anggota keluarga. Pengobatan hipertensi memerlukan jangka waktu yang lama (seumur hidup) karena hipertensi hanya dapat dikurangi atau dikontrol bukan dihilangkan. Dianjurkan agar upaya penanganan hipertensi dilakukan secara continue dan terus menerus.2

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis berkeinginan menyajikan masalah ini dalam bentuk sebuah laporan kasus hipertensi yang didapatkan melalui hasil kunjungan rumah agar dapat menjadi bahan masukan kepada diri penulis dan kita semua dalam menangani penyakit tidak menular seperti hipertensi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah: 1 a. Apa saja faktor resiko dari hipertensi? b. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien? 2 a. Bagaimana terapi hipertensi grade II? b. Bagaimana terapi pada pasien? 3. Apa fungsi keluarga pada kedokteran keluarga?

1.3. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk memahami bagaimana cara pengelolaan pada pasien hipertensi dalam kedokteran keluarga.

2. Tujuan Khusus Dapat diketahuinya cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pengelolaan dalam mengatasi masalah hipertensi serta menerapkan prinsipprinsip pelayanan kedokteran secara komprehensif dan holistik dan peran aktif dari pasien dan keluarga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui.Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II.2 2.2. Epidemiologi Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjutuntuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatanmasyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah.3 Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama dinegara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakanmenjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan didaerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi

terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran,Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8%. 14, 6 2.3. Etiologi Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi.4 a. Faktor genetik Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. b. Umur Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang berumur di atas60 tahun, 50 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Halini merupakan pengaruh degenerasi yang

terjadi pada orang yang bertambah usianya. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor.Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun,dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya

penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimanaaliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun. c. Jenis kelamin Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada

premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 4555 tahun.

d.

Etnis Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang

berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar. e. Obesitas Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional). Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badandengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem reninangiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus. f. Pola asupan garam dalam diet Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gramgaram) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalamcairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar,sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraselulertersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk 6

mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate(MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkantidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masakmemasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG. g. Merokok Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Womens Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.

2.4 Tanda dan gejala Secara umum orang dengan hipertensi terlihat sehat dan sebagian besar tidak menimbulkan gejala. Tapi ada pula gejala awal yang mungkin timbul dari hipertensi antara lain: Perubahan detak jantung National Institutes of Health menyatakan bahwa seseorang yang mengalami hipertensi mungkin merasakan adanya perubahan denyut jantung menjadi tidak teratur. Biasanya akan lebih terasa pada saat merasakan sakit kepala atau

ketegangan pada leher, tetapi banyak yang tidak menyadari perubahan detak jantung ini.

Sakit kepala Pada awal-awal hipertensi sakit kepala jarang dirasakan tetapi seiring berjalannya waktu sakit kepala bisa bertambah berat sesuai dengan kenaikan tekanan darah. Pusing juga sering dialami penderita hipertensi. Pusing dan sakit kepala berbeda pusing disertai dengan menurunnya keseimbangan tubuh sedangkan sakit kepala hanya rasa sakit saja.

Mimisan Ini karena pembuluh darah dalam hidung sangat rapuh sehingga saat terjadi kenaikan tekanan darah dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di hidung atau mimisan.

Perubahan kognitif Orang dengan hipertensi dapat mengalami kemunduran kognitif seperti sering merasa bingung dan gangguan pandangan. Gangguan pandangan seperti mata berkunang-kunang, penglihatan ganda, buram atau melihat obyek lain merupakan gejala hipertensi yang serius dan harus mendapatkan terapi.

Telinga berdenging Telinga berdenging dalam bahasa kedokteran disebut sebagai tinitus. Ada banyak penyebab tinitus salah satunya adalah hipertensi. Tekanan yang tinggi didalam telinga dapat menyebabkan telinga berdenging yang terus menerus atau bisa juga hanya beberapa menit.

2.5 Klasifikasi Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali pengukuran pada masing-masing kunjungan Kalsifikasi tekanan darah

2.6 Patofisiologi Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. AngiotensinII inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.4,6 Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairandari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi

NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stressdapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.3,4 Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadang- kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta danarteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai dariprehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat). kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengankomplikasi pada usia 40-60 tahun.

2.7 Komplikasi Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobatiakan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital.5

10

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Sistem organ Jantung System saraf pusat Ginjal Mata Pembuluh darah perifer

Komplikasi Infark miokard, Angina pectoris, Gagal jantung kongestif Stroke, Ensefalopati hipertensif Gagal ginjal kronis Retinopati hipertensif Penyakit pembuluh darah perifer

2.8

Penatalaksanaan

Secara garis besar ada 2 jenis penatalaksanaan: 1. Penatalaksanaan non farmakologis yaitu pendidikan kesehatan (penyuluhan) dan perbaikan gaya hidup. Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Pendidikan kesehatan pada pasien hipertensi diantaranya adalah: - Menjelaskan tentang hipertensi dengan jelas serta klasifikasinya - Menerangakan faktor-faktor penyebab hipertensi - Menjelaskan tanda dan gejala - Menjelaskan penanganan dan terapi yang dapat di lakukan sebagai penyembuhan Modifikasi kebiasaan hidup dilakukan pada setiap penderita hipertensi, meskipun cara ini tidak dapat dilakukan sebagai cara tunggal untuk setiap derajat hipertensi, akan tetapi cukup potensial dalam menurunkan faktor resiko kardiovaskuler dan bermanfaat pula menurunkan tekanan darah. Disamping itu diharapkan memperbaiki efikasi obat antihipertensi. Keuntungan lain karena

11

merupakan upaya penatalaksanaan hipertensi yang murah dengan efek samping minimal. Menurut JNC 7, modifikasi kebiasaan hidup untuk pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi adalah sebagai berikut: Menurunkan berat badan (index masa tubuh diusahakan 18,5 - 24,9 kg/m2) diperkirakan menurunkan TDS 5-20 mmHg/10 kg penurunan berat badan. Diet dengan asupan cukup kalium dan kalsium dengan mengkonsumsi makanan kaya buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi asam lemak jenuh diharapkan menurunkan TDS 8-14 mmHg Mengurangi konsumsi natrium tidak lebih dari 100 mmoU hari (6 gram NaCI), diharapkan menurunkan TDS 2-8 mmHg Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan berjalan minimal 30 menit/hari diharapkan menurunkan TDS 4-9 mmHg Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Mengurangi konsumsi alkohol 2 gelas ( 30 mL ethanol) per hari pada laki-laki dan1 gelas per hari pada wanita dan pasien kurus diharapkan dapat menurunkan TDS 24 mmHg 2. Penatalaksanaan farmakologis Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.6 Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal

12

pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi : Step 1 Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor Step 2 Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama dinaikkan. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator Step 3 Alternatif yang bisa ditempuh: Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain Step 4 Alternatif pemberian obatnya: Ditambah obat ke-3 dan ke-4 Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi

2.9. Dokter Keluarga Dokter keluarga adalah dokter praktik umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga, komunitas, dan lingkungan yang dilandasi keterampilan dan keilmuan yang mapan. Pelayanan dokter keluarga melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring di tingkat primer, dokter spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang semuanya bekerja sama di bawah naungan peraturan dan perundang-undangan. Pelayanan yang diberikan kepada semua pasien tidak memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit

13

keluarga dan tidak menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (IDI 1982). Menurut Persatuan Dokter Keluarga Indonesia (2000), dokter keluarga adalah tenaga kesehatan tempat kontak pertama pasien (fasilitas/sistem pelayanan kesehatan) untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin sedini dan sedapat mungkin, secara paripurna, dengan pendekatan holistik, bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan mennerapkan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien yang mengutamakan pencegahan serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral. Layanan yang diselenggarakannya (wewenang) sebatas kompetensi dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran dasar ditambah dengan kompetensi dokter layanan primer yang diperoleh melalui (Continuing Medical Education) CME/ (Continuing Professional Development) CPD terstruktur atau program spesialisasi kedokteran keluarga. Secara lebih singkat dokter (basic medical doctor) adalah Dokter Praktik Umum (DPU) penyelenggara pelayanan primer dasar dengan pendekatan kedokteran keluarga. Oleh karena itu mereka dapat berpraktik sebagai dokter keluarga sekalipun belum berpredikat DK di belakang namanya masing-masing. Menurut the American Board of Family Practice (1969), dikatakan sebagai dokter keluarga merupakan dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan yang

menyeluruh/komprehensif yang dibutuhkan oleh semua anggota keluarga dan bila berhadapan dengan masalah kesehatan khusus yang tidak mampu ditanggulangi, meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli yang sesuai. Adapun ciri ciri profesi dokter keluarga sebagai berikut. a. Mengikuti pendidikan dokter sesuai standar nasional; b. Pekerjaannya berlandaskan etik profesi; c. Mengutamakan panggilan kemanusiaan daripada keuntungan; 14

d. Pekerjaannya legal melalui perizinan; e. Anggota anggotanya belajar sepanjang hayat; f. Anggota anggotanya bergabung dalam suatu organisasi profesi; g. Melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang, melainkan sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya; h. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang di sampaikan; i. Mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati sedini mungkin; j. Mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya; dan k. Menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan. Kompetensi sebagai dokter layanan primer sebatas yang diperoleh selama pendidikan, terbatas pada kedokteran dasar (basic medical knowledge and skills) artinya belum seluruh cakupan ilmu dan keterampilan dokter layanan primer dikuasai dan dimahir. Gelar profesional yang dapat digunakan adalah dokter sesuai dengan peringkat kompetensi, kewenangan, dan cakupan layanannya. Dokter keluarga juga merupakan dokter yang melayani masyarakat sebagai kontak pertama yang merupakan pintu masuk ke sistem pelayanan kesehatan, menilai kebutuhan kesehatan total pasien dan menyelenggarakan pelayanan kedokteran perseorangan dalam satu atau beberapa cabang ilmu kedokteran serta merujuk pasien ke tempat pelayanan lain yang tersedia sementara tetap menjaga kesinambungan pelayanan, mengembangkan tanggung jawab untuk pelayanan kesehatan menyeluruh dan berkesinambungan serta bertindak sebagai koordinator pelayanan kesehatan, menerima tanggung jawab untuk perawatan total pasien termasuk konsultasi sesuai

15

dengan keadaan lingkungan pasien yakni keluarga serta masyarakat (The American Academic of General Practice, 1947). Dalam penyelenggaraan praktik dokter keluarga, biasanya dokter keluarga memiliki Klinik Dokter Keluarga (KDK) yang merupaka klinik yang

menyelenggarkan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK). Sebuah klinik dokter keluarga layaknya memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut. a. Mudah untuk dicapai dengan kendaraan umum atau berada di tempat yang strategis; b. Memiliki bangunan yang memadai, dilengkapi dengan sarana komunikasi; c. Memiliki sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK; d. Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis yang lulus dengan pelatihan khusus pembantu KDK; e. Bentuk praktik mandiri atau berkelompok; f. Memiliki izin berorientasi wilayah; g. Penyelenggaraan berupa pelayanan bersifat paripurna, holistik, terpadu, dan berkesinambungan; h. Melayanai semua jenis penyakit dan golongan umur; dan i. Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik yang bersangkutan. Hak dan Kewajiban Dokter Keluarga Hak Dokter Keluarga Dokter keluarga memiliki hak atau wewenang dalam menjalankan praktik kedokterannya. Adapun hak atau wewenang dokter keluarga sebagai berikut. a. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standard; b. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat; c. Melaksanakan tindakan pencegahan penyakit;

16

d. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer; e. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal; f. Melakukan tindakan prabedah, bedah minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer; g. Melakukan perawatan sementara; h. Menerbitkan surat keterangan medis; i. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap; dan j. Memberikan perawatan di rumah untuk keadaan khusus.

Kewajiban Dokter Keluarga Di samping hak atau wewenang yang dimiliki oleh dokter keluarga, seorang dokter keluarga juga memiliki kewajiban yang harus diselenggarakan dengan baik. Adapun kewajiban dokter keluarga sebagai berikut. a. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna, menyeluruh, dan bermutu guna penampisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan; b. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat; c. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit; d. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya; e. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi; f. Menangani penyakit akut dan kronik g. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit; h. Tetap bertanggungjawab atas pasien yang dirujuk ke dokter spesialis atau di rawat di rumah sakit; i. Memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan; j. Bertindak sebagai mitra, penasikat, dan konsultan bagi pasiennya;

17

k. Mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasiennya; l. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standard; dan m. Melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

Jenis Pelayanan Dokter Keluarga Pelayan kedokteran keluarga adalah pelayanan dengan pendekatan menyeluruh (holistik), terpadu dan berkesinambungan. Batasan pelayanan dokter keluarga (lebih menunjukkan kepada ciri pelayanan) adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, pada mana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak di batasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja. Adapun 9 prinsip pelayanan kesehatan oleh dokter keluarga sebagai berikut. a. Pelayanan yang holistik dan komprehensif; b. Pelayanan yang kontinyu; c. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan; d. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif; e. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya; f. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya; g. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum; h. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu; dan i. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan. Pelayanan kedokteran yang menyeluruh/komprehensif yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit dimana tanggungjawab dokter

18

terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja (The American Academy of Family Physician, 1969). Pelayanan dokter keluarga juga dapat dikatakan merupakan pelayanan spesialis yang luas yang bertitik tolak dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu lainnya terutama ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan penyakit kandungan, ilmu bedah, ilmu kedokteran jiwa yang membentuk kesatuan yang terpadu, diperkaya dengan ilmu perilaku, biomedik dan klinik sehingga mampu mempersiapkan dokter untuk mempunyai peran unik dalam menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah, pelayanan konseling serta bertindak sebagai dokter pribadi yang mengkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan (The American Academy of Family Physician, 1969).

Kompetensi Dokter Keluarga Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi inilah yang perlu dilatihkan melalui program pelatihan. Secara garis besar, kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter keluarga adalah sebagai berikut. a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga. b. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan keterampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluarga. c. Menguasai keterampilan berkomunikasi. d. Menyelenggarakan hubungan profesional dokter-pasien yang beguna untuk sebagai berikut. 1. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga;

19

2. secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk bekerja sama menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga; dan 3. dapat bekerja sama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan. e. Memiliki keterampilan manajemen pelayanan klinis. f. Memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spiritual. 1. Dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan memperhitungkan potensi yang dimiliki pengguna jasa pelayanan untuk menyelesaikan masalahnya; dan 2. Menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga yang bermutu sesuai dengan standard yang ditetapkan. g. Memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang pengelolaan pelayanan kesehatan termasuk sistem pembiayaan (asuransi kesehatan atau Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat/JPKM). Untuk semua memiliki kompetensi tersebut, dokter keluarga setidaknya telah menjalani standard pendidikan dokter keluarga sebagai berikut. a. Paket A : konsep kedokteran keluarga; b. Paket B : manajemen klinik DK; c. Paket C : keterampilan klinis; dan d. Paket D : keluasan wawasan ilmu dan penerapan

20

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1. Identitas Pasien Nama Jenis Kelamin Usia Pekerjaan Pendidikan Agama Alamat : Ny Sukijah : Perempuan : 57 tahun : IRT : Tamat SD : Islam : Jl.Pelita Sekip Bendung, Gang Loben 1 RT 24 Kel D II

Tanggal Berobat : 16 Desember 2012 3.2. Proses Diagnosis A. Anamnesis Dilakukan secara auto-anamnesa pada tanggal 16 Desember 2012 pukul 10.00 WIB 1. Keluhan Utama: Kontrol hipertensi lagi 2. Keluhan Tambahan: Obat pasien sudah habis a. Riwayat Penyakit Sekarang: 2 tahun yang lalu pasien sering merasa sakit kepala dan terasa berat dibelakang leher, yang hilang timbul dan semakin lama semakin memberat terutama jika pasien sedang kecapaian ataupun stress, pasien juga sering mengalami sulit tidur. Sehingga pasien datang berobat ke Puskesmas, dan pasien didiagnosa menderita hipertensi. Sebelum terdiagnosa menderita hipertensi kebiasaan makan sehari-hari pasien mengkonsumsi makanan asin dan berlemak ditambah pasien juga jarang berolahraga. Menurut pengakuan pasien ayah pasien juga menderita hipertensi dan saat ini telah meninggal. Pada tanggal 16 Desember 2012 pasien datang untuk kontrol hipertensinya disertai adanya keluhan sakit kepala sejak 3 hari sebelum pasien

21

kontrol. Rasa sakit dirasakan pasien hilang timbul, terlebih bila kurang istirahat. Sakit kepala dirasakan di kepala bagian bawah disertai rasa pegal dan kaku pada tengkuk dan bahu. Pasien juga mengeluh mulai sulit tidur, terutama beberapa minggu belakangan ini. Adanya keluhan mual, muntah disangkal. Pasien menyangkal adanya kencing yang banyak, atau kencingnya berpasir dan buang air besar pasien juga normal tidak ada keluhan. Pasien turut menyangkal adanya perubahan pada penglihatannya dan tidak mempunyai keluhan penurunan berat badan yang bermakna. Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri dada, sesak atau bengkak pada kaki. Saat ini pasien mengaku jarang makan makanan berlemak setelah 2 tahun lalu pasien di diagnosa menderita hipertensi. Pasien sudah sering berobat ke puskesmas dengan keluhan yang sama, namun pasien tidak kontrol secara teratur. b. Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien mengaku memiliki penyakit hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Adanya riwayat asma, penyakit jantung, diabetes melitus disangkal pasien. c. Riwayat Penyakit Keluarga: - Riwayat hipertensi dalam keluarga dibenarkan oleh pasien. Ayah pasien menderita hipertensi. - Riwayat diabetes melitus, asma dan penyakit jantung dalam keluarga disangkal

4. Riwayat Sosial Ekonomi: Pasien seorang janda yang tinggal bersama, anak, menantu dan cucunya. Pasien sudah tidak bekerja, dan untuk sehari-harinya kehidupan pasien mendapatkan bantuan uang dari anaknya yang bekerja sebagai wiraswasta. Sosial ekonomi keluarga ini termasuk keluarga dengan ekonomi menengah ke atas 22

5. Riwayat Kebiasaan: Keluarga Ny. Sukijah memiliki kebiasaan makan sehari tiga-empat kali dengan menu makanan sehari-hari keluarga ini tidak tetap. Menu makanan yang biasanya disediakan oleh anaknya yaitu Ny. Titik Ernawati adalah nasi dengan lauk pauk yang sering adalah ikan, sayur-sayuran, telur, ayam, tetapi daging sangat jarang dikonsumsi oleh keluarga ini. Keluarga Ny. Sukijah tidak selalu menerapkan pola gizi seimbang. Hal ini karena pengetahuan yang kurang tentang makanan dengan gizi seimbang. Daftar anggota keluarga yang tinggal satu rumah

No
1. 2. 3. 4.

Nama
Ny. Sukijah Tn. Sukarno Ny.Titik Erawati Nn. Siti M

Kedudukan dalam Keluarga


Ibu Ny. Titik KK (suami Ny.Titik) Istri (anak Ny. Sukijah) Cucu

Keterangan Tambahan Jenis Kel


P L P P

Umur
57 th 46 th 36 th 17 th

Pendidikan
SD SLTA SD SLTA

Pekerjaan
Wiraswasta Pasien

Pasien -

Wiraswasta Pelajar

23

Genogram

``(Ny. Sukijah 57 th Pasien) (Ny. Titik E 36 th) (Tn. Sukarno 46th) (Nn Siti M 17 th) : laki laki : perempuan : pasien : meninggal Dalam struktur keluarga, 1 kepala keluarga adalah menantu pasien, karena saat ini pasien ikut tinggal dengan keluarga anaknya. Dalam 1 rumah beranggotakan 4 orang.

24

B. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Kesadaran : Compos Mentis Tek. Darah : 180/100 mmHg Frek. Nadi : 98 x/menit Frek Pernapasan : 20 x/menit Suhu : 36,20C 2. Keadaan Khusus a. Kepala - Bentuk kepala : normocephali, simetris - Rambut : warna hitam namun sebagian putih. - Nyeri tekan : tidak ada b. Mata - Palpebra : edema (-) - Konjungtiva : anemis (-) - Sklera : ikterik (-) - Pupil : reflek cahaya (+/+), isokor dengan diameter 3 mm c. THT - Telinga : tidak ada discharge - Hidung : tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada sekret - Mulut : bibir tidak sianosis, faring tidak hiperemis d. Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tekanan vena jugularis tidak meningkat, tidak ada pembesaran gondok e. Thorak Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri pada saat statis dan dinamis, tidak terdapat retraksi diafragma, iktus kordis tidak terlihat.

25

Palpasi

: Fremitus taktil dan vokal simetris kanan dan kiri, Iktus kordis teraba di ICS IV linea midklavikula sinistra, kuat angkat, dan tidak terdapat thrill.

Perkusi

:Sonor seluruh lapang paru, Batas jantung kanan pada ICS V linea sternalis dextra, batas jantung kiri pada ICS V linea midklavikula sinistra, batas pinggang jantung pada ICS III linea parasternalis sinistra, proyeksi besar jantung

Auskultasi :Vesikuler kanan sama dengan kiri, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing, bunyi jantung I dan II normal, tidak terdapat murmur dan bunyi gallop. h. Pemeriksaan abdomen Inspeksi : Tampak datar, simetris, tidak terdapat kelainan kulit, tidak terdapat caput medusa dan spider nevy. Auskultasi : Bising usus normal, bising aorta abdominalis terdengar. Palpasi Perkusi (-). : lemas, tidak terdapat nyeri tekan, Hepar dan lien tak teraba. : tympani di seluruh lapang abdomen, Undulasi (-), Pekak beralih

3.3. Diagnosis Banding Hipertensi Grade 2 Hipertensi + DM

3.4 Diagnosis Kerja Hipertensi Grade 2

26

3.5. Penatalaksanaan Menurut konsep dokter keluarga Promotif Memberikan informasi mengenai gambaran umum Hipertensi, sehingga pasien diharapkan dapat memutuskan upaya pencegahan secara mandiri apa yang akan dilakukan. Preventif Memberikan informasi mengenai upaya pencegahan yang dapat dilakukkan sehingga tidak mencetuskan dan tidak memperparah kondisinya, misalnya : Perubahan pola makan yaitu diit dengan mengkonsumsi makanan kaya buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi asam lemak jenuh, diit rendah garam atau Natrium. Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan seperti berolahraga, jogging, melakukan beberapa aktivitas fisik,dll, minimal 30 menit sehari. Positive thinking untuk mengurangi kecemasan Memanfaatkan waktu luang untuk istirahat cukup

Pada pasien ini untuk menangani hipertensinya diberikan Catopril dengan dosis 25 mg diminum 2 kali sehari, HCT 1 kali sehari diminum pada pagi hari, karena pasien mengeluh sulit tidur dapat juga ditambahkan diazepam 1 kali sehari pada malam hari.

3.6 Prognosis - Ad vitam : ad bonam - Ad sanasionam :ad bonam - Ad fungsionam :ad bonam

27

3.7 Implementasi No. Masalah yang dihadapai 1. Pasien mengalami penyakit hipertensi stage II, dan dengan adanya riwayat Hipertensi keluarga Memberikan edukasi tentang upaya-upaya pencegahan dari penyakit yang diderita Rencana Pembinaan Sasaran Pembinaan Pasien Pasien dapat melakukan upaya-upaya pencegahan kekambuhan dengan baik 2 Pasien mempunyai kebiasaan memakan makanan dengan komposisi yang kurang sehat dan jarang berolahraga secara rutin. Memberikan motivasi Pasien untuk merubah pola hidup sehat dengan berolahraga dan makanan yang bergizi dan sehat Pasien dapat mengatasi stressor-stressor yang dihadapinya dan dapat merubah perilaku hidup sehat 3 Aspek psikososial keluarga Menganjurkan kepadakeluarga memberi dukungan kepada pasien agar selalu menjaga kesehatannya dan selalu mengingatkan pasien untuk kontrol berobat. Keluarga Keluarga memberi perhatian lebih kepada pasien Target

28

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Hipertensi grade II yang telah diderita selama 2 tahun. Diagnosis ini diperoleh berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan keluhan pasien yaitu: sakit kepala cenderung nyeri kepala dirasakan di kepala bagian bawah disertai rasa pegal dan kaku pada tengkuk dan bahu. Dari pemeriksaan tekanan darah pasien saat berobat ke Puskesmas mencapai 180/100 mmHg lalu pasien di beri terapi captopril 25 mg diminum 2 kali sehari, diazepam 1 kali sehari diminum saat malam, HCT 1 kali sehari diminum saat pagi. Sementara saat dilakukan kunjungan rumah tekanan darah pasien sudah menurun dan keluhan yang dirasakan sudah berkurang.

4.2 Saran 1. Untuk kelompok kedokteran keluarga selanjutnya, dalam mencari laporan kasus untuk kunjungan rumah sebaiknya mencari kasus yang berbeda. 2. Sebaiknya kalau untuk stase IKK dipilih Puskesmas yang di sosialisasikan khusus untuk IKK, karena selama ini Puskesmas sudah terbiasa dengan Fakultas Kedokteran lain yang programnya lebih menonjol di IKM.

29

DAFTAR PUSTAKA

1. Elsanti, Salma. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan Jantung, Araska, Yogyakarta. 2. European Society of Hypertension (ESH) and European Society of Cardiology (ESC) 2007. 3. National High Blood Pressure Education Program. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U.S. Department of Health and Human Services: National Institutes of Health National Heart, Lung, and Blood Institute, 2004. 4. S u d o y o A r u W , S e t i y o h a d i . B a m b a n g , A l w i I d r u s , K M a r c e l l s S i m a d i b a r a t a , Setiati Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 2006 Pusat penerbitan FK UI Jakarta 5. Rohaendi,2003. Hipertensi dan faktor resiko,

http://rohaendi.blogspot.com/2008_06_01_archive.html diakses tanggal 12 maret 2012. 6. Rahyani. 2007. Faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada pasien yang berobat dipoliklinik dewasa puskesmas bangking periode januari-juni 2007 http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/02/files-of-drsmed-faktor-

yang berhubungan-dengan-kejadian-hipertensi.pdf , diakses tanggal 27 Februari 2012. 7. Sustrani, Lanny, dkk. 2006. Hipertensi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 8. Sutanto. 2009. Awas 7 Penyakit Degeneratif, Paradigma Indonesia,Yogyakarta.

30

LAMPIRAN

Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup Lingkungan tempat tinggal Status kepemilikan rumah: milik sendiri Daerah perumahan: padat bersih Karakteristik Rumah dan Lingkungan Luas rumah: 20 x 15 m2 Jumlah penghuni dalam satu rumah: 4 orang Bertingkat Lantai rumah dari: Semen (keramik) Dinding rumah dari: batu bata Jamban keluarga: Ada Penerangan listrik: 400 watt Ketersediaan air bersih: Ada (baik) Tempat pembuangan sampah : Ada (baik) Kesimpulan Ny. Sukijah tinggal di rumah yang sederhana, jumlah penghuni 4 orang. Rumah terdiri dari ruang tamu dan ruang keluarga yg menjadi satu, serta memiliki lima kamar tidur. Rumah memiliki kamar mandi dan jamban. Ketersediaan air bersih dan pembuangan sampah keluarga cukup baik.

31

Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Faktor Cara mencapai pusat pelayanan kesehatan Tarif pelayanan kesehatan Kualitas pelayanan kesehatan

Keterangan Jalan kaki atau menggunakan jasa ojek Bayar sendiri Cukup memuaskan

Kesimpulan Pasien jika sakit berobat ke puskesmas. Karena biaya yang murah dan jarak cukup dekat dari rumah, sehingga perjalanan ditempuh dengan jalan kaki. Dan pasien juga merasa cukup puas dengan pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas.

Pola Dukungan Keluarga a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga: Kerukunan terjalin baik di dalam keluarga ini dan dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatan Ny. Sukijah. Jarak rumah dengan puskesmas yang cukup dekat dapat diakses mudah dengan jalan kaki atau menggunakan jasa ojek yang memudahkan pasien untuk selalu kontrol rutin. Selain itu, biaya berobat di puskesmas juga tidak terlalu mahal bagi pasien karena biaya berobat masih di tangung sendiri oleh pasien. b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga: Anggota keluarga biasanya mengingatkan pasien untuk berobat, namun tidak ada keluarga yang mengantar pasien untuk berobat, pasien biasanya ke puskesmas sendiri tanpa ada yang mengantar. Selain itu, keluarga juga kurang memperhatikan makanan yang dikonsumsi pasien yang dapat mengakibatkan kekambuhan penyakitnya.

32

Penilaian APGAR Dengan menggunakan APGAR keluarga yang digunakan untuk menilai 5 fungsi pokok keluarga yang dapat untuk mengukur sehat atau tidaknya suatu keluarga fungsi yang dinilai adalah : a. Adaptasi (Adaptation) Dinilai dari tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukan. b. Kemitraan (partnership) Dinilai dari tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi, urun rembug dalam menggambil keputusan dan atau menyelesaikan masalah. c. Pertumbuhan (growth) Dinilai dari tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga. d. Kasih sayang ( affection) Dinilai dari tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung. e. Kebersamaan ( resolve) Dinilai dari tingkat kepuasan anggora keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kakayaan dan ruang antar keluarga.

33

Kuisioner APGAR keluarga Penilaian Saya puas dengan keluarga saya karena masingmasing anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya. Saya puas dengan keluarga saya karena dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang saya hadapi. Saya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga saya untuk mengembangkan kemampuan yang saya miliki. Saya puas dengan kehangatan / kasih sayang yang diberikan keluarga saya. Saya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan TOTAL 10 Hampir tidak pernah Kadang Hampir selalu

V V

Skoring: hampir selalu: 2, kadang:1, hampir tidak pernah:0 Total skor: 8-10: fungsi keluarga sehat (high functional family) 4-7 : kurang sehat (moderate dissfunctional family) 0-3 : sakit (severe dissfunctional family) Pasien masuk ke dalam kategori fungsi keluarga sehat.

34

Anda mungkin juga menyukai