“frenia” yang arinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah
seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (Hawari,2003)
Dewasa ini ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang pesat dengan ditemukannya
mekanisme terjadinya skizofrenia dan obat-obatan anti-skizofrenia, sehingga penderita
skizofrenia dapat pulih kembali dan dapat kembali menjalani kehidupan yang normal.
Gejala Skizofrenia
Skizofrenia memiliki berbagai tanda dan gejala. Kombinasi kejadian dan tingkat
keparahan pun berbeda berdasarkan individu masing-masing. Gejala-gejalanya dapat
terjadi kapan saja. Pada pria biasanya timbul pada akhir masa kanak-kanak atau awal usia
20-an, sedangkan pada wanita, usia 20-an atau awal 30-an.
Skizofrenia dapat mempengaruhi cara berpikir, perasaan dan tingkah laku. Dokter
membedakan gejala skizofrenia dalam tiga kategori sebagai berikut :
Gejala negatif
Gejala kognitif
• Mengalami problema dengan perhatian dan ingatan. Pikiran mudah kacau
sehingga tidak bisa mendengarka n musik/ menonton televisi lebih dari beberapa
menit. sulit mengingat sesuatu, seperti daftar belanjaan.
• Tidak dapat berkosentrasi, sehingga sulit membaca, menonton televisi dari awal
hingga selesai, sulit mengingat/ mempelajari sesuatu yang baru.
• Miskin perbendaharaan kata dan proses berpikir yang lambat. Misalnya saat
mengatakan sesuatu dan lupa apa yang telah diucapkan, perlu usaha keras untuk
melakukannya.
Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak. Pada otak terjadi proses
penyampaian pesan secara kimiawi (neurotransmitter) yang akan meneruskan pesan
sekitar otak. Pada penderita skizofrenia, produksi neurotransmitter-dopamin- berlebihan,
sedangkan kadar dopamin tersebut berperan penting pada perasaan senang dan
pengalaman mood yang berbeda. Bila kadar dopamin tidak seimbang–berlebihan atau
kurang– penderita dapat mengalami gejala positif dan negatif seperti yang disebutkan di
atas.
Ada beberapa langkah yang dapat membantu mengatasi gejala skizofrenia, antara lain
belajar mananggulangi stres, depresi, pikiran negatif, belajar rileks, dan tidak
menggunakan alkohol ataupun obat-obatan tanpa sepengetahuan dokter serta segera
berkonsultasi ke dokter/ psikiater bila timbul gejala-gejala seperti yang disebutkan di
atas.
• Pada skizofrenia fase aktif, penderita mudah terpukul oleh problema yang
sederhana sekalipun. Kurangi pemberian tanggung jawab agar tidak membebani
penderita dan mengurangi stres jangka pendek. Tetapi dengan mengambil semua
tanggungjawabnya, akan menimbulkan ketergantungan dan problema lain
dikemudian hari.
• Penderita skizofrenia mungkin menggunakan kata-kata yang tidak masuk akal.
Agar lebih memahami, cobalah berkomunikasi dengan cara lain dan mengajak
melakukan aktivitas bersama-sama seperti mendengarkan musik, melukis,
menonton televisi, atau menunjukkan perhatian tanpa harus bercakap-cakap.
• Jangan membicarakan penderita jika penderita skizofrenia tidak ada. Penderita
skizofrenia biasanya perhatian (sensitif) dengan apa yang terjadi di sekitarnya.
Sesungguhnya tiga dari empat penderita skizofrenia dapat mengalami perbaikan yang
bermakna atau pulih dengan baik dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara
normal, tetapi sembuh atau tidaknya belum dapat diketahui. Satu-satunya jalan untuk
mengendalikan gejala adalah dengan pemberian antipsikotik yang dikombinasikan
dengan terapi pendukung (tanpa obat-obatan).
Obat antipsikotik banyak beredar di pasaran yang diresepkan dokter. Meskipun efektif
mengatasi gejala-gejala skizofrenia, obat ini menimbulkan berbagai efek samping seperti
: kekakuan otot, gerakan kaku seperti robot, mengantuk, sindroma metabolik seperti
peningkatan berat badan (kegemukan), diabetes melitus, meningkatnya hormon prolaktin
dalam darah sehingga dapat menyebabkan gangguan seksual, amenorea (tidak
menstruasi), galaktorea (keluarnya air susu), ginekomastia (membesarnya payudara
pada pria), yang sudah tentu akan sangat mengganggu pada wanita lajang dan pria.
Sindroma metabolik juga dapat mengakibatkan gangguan pembuluh darah dan jantung.
Sebaiknya sebelum memberikan antipsikotik perlu dilakukan pemeriksaan darah secara
teratur untuk menghindari kejadian tersebut.
Pengobatan berkemungkinan juga dapat membantu pasien melihat kenyataan bahwa dia
menderita skizofrenia dan perlu mematuhi pengobatan yang dilakukan atau yang
dianjurkan oleh dokter. Psikoterapi ini dapat dilakukan baik pada individu atau anak-
anak, maupun dengan pasangan, keluarga atau kelompok.