Anda di halaman 1dari 1

GM The Sunan Hotel Dicky Sumarsono : Identik Budaya Solo

oleh Fajar Sodik pada 12-03-2008

Kenapa nama Hotel Quality di Solo berubah menjadi The Sunan Hotel? Untuk mengetahui jawabannya, sekaligus menggali makna sebuah brand, reporter Harian Joglosemar Fajar Sodik, mewawancarai Dicky Sumarsono, General Manager The Sunan Hotel Solo. Berikut petikan wawancaranya: Bisakah dikemukakan alasan perubahan nama dari Quality menjadi The Sunan? Perubahan nama dan manajemen dilakukan untuk menghemat biaya, sebab dengan brand Quality, kami setiap tahun harus mengeluarkan biaya kompensasi yang sangat tinggi kepada pemilik brand Quality di Amerika. Selain itu, setelah hampir 10 tahun berdiri dan memakai brand Quality, kami merasa sudah bisa mandiri sehingga dengan lepasnya brand Quality, kami bisa menghemat pengeluaran yang sangat besar untuk membayar brand tersebut. Kenapa memilih nama The Sunan? Karena lafal nama tersebut mudah diucapkan baik oleh orang lokal maupun orang asing. Karena hanya terdiri dari dua suku kata, yaitu The dan Sunan. Perlu diketahui, pemilihan nama The Sunan sangat identik dengan lingkungan budaya Solo. Apakah dengan perubahan tersebut segmentasi juga ikut berubah? Tidak, karena segmentasi pasar kami masih tetap sama dan tidak berubah. Malahan kami bisa membidik segmen baru. Misalnya, organisasi massa Islam. Mereka senang dengan pergantian nama tersebut. Atas dasar itulah mereka pada pertengahan tahun 2008 berniat menyelenggarakan konferensi pendidikan sekolah Islam se- dunia yag dipusatkan di hotel The Sunan. Acara itu tahun lalu diselenggarakan di Malaysia. Selain itu, berubahnya nama juga tudak menyebabkan kepercayaan masyarakat berubah terhadap The Sunan Hotel. Bahkan, beberapa waktu lalu, ketika Pak Harto meninggal dunia dan dimakamkan di Astana Giribangun Karanganyar, Presiden Yudhoyono beserta menteri-menteri memilih menginap di The Sunan Hotel.Tentunya pemilihan hotel ini melalui penilaian yang sangat ketat oleh staf kepresidenan, baik penilaian dari segi keamanan, kebersihan maupun pelayanan. Oleh sebab itu, The Sunan Hotel dianggap hotel yang memenuhi kualifikasi sebagai tempat penginapan tamu VVIP, khususnya RI 1. Apakah menginapnya Presiden berdampak positif? Ya, sebab dengan menginapnya Presiden, maka masyarakat akan semakin percaya terhadap pelayanan The Sunan Hotel. Tentunya, pelayanan yang maksimal dan memuaskan. Mengenai tingkat hunian? Untuk tingkat occupancy, selama tahun 2007 selalu diatas 70 persen per bulan, atau tepatnya 73 persen per tahun. Bahkan dari total kamar 127 kamar yang tersedia, hampir selalu penuh. Sedangkan untuk tahun 2008, kami menargetkan tingkat hunian mencapai 76 persen. Jadi naik dari target 2007 yang dipatok 73 persen. Sekarang di Solo pembangunan apartemen mulai bermunculan, apakah terpengaruh? Tidak, tentunya dengan bermunculan apartemen mempunyai dampak yang sangat posisif bagi bisnis perhotelan. Karena, munculnya apartemen secara langsung maupun tidak langsung akan menarik tingkat kunjungan, baik wisatawan dalam negeri maupun mancanegara, ke Solo. Hal ini akan berdampak terhadap meningkatnya tingkat hunian hotel. Selain itu, The Sunan Hotel juga sudah mempunyai pangsa pasar tertentu, sehingga kehadiran apartemen tidak terlalu mengkhawatirkan. Akan tetapi, kami juga harus siap selalu dengan kompetisi tersebut. Apartemen-apartemen tersebut hadir dengan manajemen perhotelan kelas internasional, bagaimana dengan kehadiran mereka? Masuknya mereka ke Solo harus disambut baik, sebab masing-masing manajemen hotel tersebut memiliki jaringan yang sangat luas. Maksudnya? Mereka selain mengelola manajemen perhotelan, mereka juga sebagai travel agen. Mereka masuk, pastinya akan diikuti oleh masuknya jaringan travel agen perjalanannya. Jaringan mereka selama ini hanya berkonsentrasi di pangsa pasar Amerika dan Eropa. Lantas, mereka pun akan masuk ke Solo, tentunya dengan membawa tamu-tamu wisatawan mancanegara yang sangat banyak, sehingga hotel-hotel pun akan kecipratan rezekinya. (***)

Anda mungkin juga menyukai