1. PENGERTIAN A. Generator (G ) - Mengkonversi energi mekanis (putaran) ke energi elektris. - Adanya penggerak mula (prime mover) memutar poros generator
B. Motor (M) - Mengkonversi energi elektris ke energi mekanis (putaran). - Adanya torsi T m akibat interaksi antara arus jangkar I a dan fluks | pada belitan medan.
Mesin listrik dapat berupa : - Mesin arus searah - Mesin induksi - Mesin sinkron 2 Komparasi
Topik Motor/Generator DC Motor Induksi Motor/Generat or sinkron Trafo
Stator
Umumnya Belitan medan M : arus DC G : arus DC
Belitan medan AC 3 fase, atau AC 1 fase
Belitan jangkar AC 3 fase
Belitan primer Arus ac 3 fase, atau Arus ac 1 fase
Rotor
Belitan jangkar M : Arus DC G : Arus AC disearahkan komutator Fekuensi tak penting
Belitan jangkar terhubungsing kat Arus AC induksi Frek rotor = sf medan
Belitan medan Arus dc dari eksiter
Belitan sekunder Berbeban Arus AC Frek f p = f s
Kecepat an
tak terjadi slip
terjadi slip
serempak
tak berputar
3 PRINSIP MESIN AC 1 FASE
4
5 MESIN ARUS SEARAH 2. KONSTRUKSI A. Konstruksi Generator dan motor hampir sama: 1) Stator (bagian yang diam), terdapat : belitan medan. 2) Rotor (bagian berputar), padanya terdapat belitan jangkar. 3) Celah udara antara stator dan rotor
6 3. PRINSIP KERJA MESIN ARUS SEARAH A. DASAR KEMAGNETAN
1) Medan magnet permanen 2) Medan magnet elektromagnetik 3) Medan magnet pada celah udara
7 B. PENGERTIAN INDUKSI
1) Interaksi Kawat berarus dan medan magnet 2) Aplikasi kaidah tangan kanan/kiri Fleming 3) Aplikasi aturan sekrup/ pencabut gabus
8 C. GENERATOR DAN MOTOR ARUS SEARAH
- Belitan medan dicatu arus searah intinya menjadi kutub magnetik - Generator: Belitan jangkar pada rotor diputar dalam medan magnet pada belitan timbul ggl induksi. - Motor : Belitan jangkar pada rotor dialiri arus searah Interaksi arus jangkar pada rotor dan medan pada stator menghasilkan torsi putar pada poros.
Sekarang generator arus searah kurang produktif. Pada G (poros diputar penggerak mula) dan pada M (poros berputar), pada belitan jangkar terjadi tegangan induksi sebesar : E a = c . n . | volt dengan : E a = ggl pada jangkar c = konstanta mesin n = putaran (rpm) | = fluks (weber). Pada G ggl tersebut mendorong arus ke rangkaian luar Pada M ggl tersebut melawan arus masuk motor 9 4. KALSIFIKASI MESIN ARUS SEARAH
D. Menurut sumber arus eksitasi : - Mesin arus searah eksitasi sendiri - Mesin arus searah eksitasi luar (terpisah)
E. Mesin arus searah eksitasi sendiri, menurut posisi belitan medan terhadap jangkar : - Mesin arus searah shunt - Mesin arus searah seri - Mesin arus searah kompon
F. Mesin arus searah kompon, posisi belitan medan : - Mesin arus searah kompon panjang - Mesin arus searah kompon pendek
G. Mesin arus searah kompon, menurut arah fluks pada belitan medan : - Mesin arus searah kompon kumulatif - Mesin arus searah kompon diferensial
10 5. UNTAI EKIVALEN ENERGI BALANS
U = E a - I a .R a U = E a + I a .R a
E a - U U - E a
I a = I a = R a R a
Selanjutnya rumus di atas dikalikan I a diperoleh :
Pada G berlaku : U.I a = E a .I a - I a 2 .R a
Pada M berlaku : U.I a = E a .I a + I a 2 .R a
U.I a = Po = Daya keluaran G U.I a = Po = Daya keluaran M M U Rf If
G U Rf If
Ea=Eb = ggl pada jangkar Ia = arus jangkar R a = resistans jangkar U = tegangan terminal Rf = resistans medan If = arus medan (arus eksitasi) 11 E a .I a = Daya elektromagnetis = P em
I a 2 .R a = Rugi tembaga = P cu menjadi panas
E a .I a = Daya elektromagnetis = P em I a 2 .R a = Rugi tembaga = P cu menjadi panas
P em pada G : Energi mekanis diubah menjadi energi listrik P em pada M : Energi listrik diubah menjadi energi mekanis P i = P em + P rotasi
Pi = Daya masuk G P o = P em - P rotasi
P i = Daya masuk M Pi Pem Rugi rotasi Rugi tembaga G Pi Po = U.I a Energi listrik Energi listrik Energi mekanik Energi mekanik Po = U.I a Rugi rotasi Rugi tembaga M Po Po Pi = U.Ia Energi listrik Energi listrik Energi mekanik Energi mekanik Pi = U.Ia 12 Pada G : U.Ia = Po daya yang dikeluarkan Pada M : U.I a = P i daya masukan
Bentuk umum : P o = P i - P rugi-rugi
P rugi-rugi = P rotasi + P tembaga
Rugi-rugi : Rugi rotasi = besarnya tergantung kecepatan n, tetapi biasanya dianggap tetap Rugi tembaga = I a 2 .R a = besarnya tergantung pada arus beban. Rugi-rugi berupa panas - suhu naik - membahayakan isolasi. Mesin dianjurkan untuk dibebani tidak melampaui beban nominalnya.
A. KAPASITAS DAN EFISIENSI Untuk generator = kW - rating atau kVA rating. Motor = HP - rating Po Efisiensi q = -------------------- X 100% Pi Prugi-rugi
13 6. KARAKTERISTIK GENERATOR
Generator direncanakan beroperasi pada putaran n tetap Motor direncanakan beroperasi pada sumber tegangan terminal U tetap A. Karakteristik tanpa beban - Menggambarkan tegangan E atau U sebagai fungsi arus eksitasi If pada kondisi kecepatan n konstan dan arus jangkar Ia = 0. - Karakteristik ini dapat dikembangkan untuk berbagai nilai kecepatan n. B. Karakteristik berbeban - Menggambarkan tegangan E atau U sebagai fungsi arus eksitasi If pada kondisi kecepatan n konstan dan arus jangkar Ia konstan - Karakteristik ini dapat dikembangkan untuk berbagai nilai arus beban Ia. - Pada karakteristik ini ada pengertian reaksi jangkar. 1. Karakteristik luar 2. Menggambarkan tegangan U sebagai fungsi arus beban Ia pada kondisi kecepatan n konstan dan arus eksitasi If konstan 3. Karakteristik ini dapat bersifat drooping atau rising
14 7. PEMBENTUKAN TEGANGAN
Pembangkitan tegangan pada genertor DC mengikuti rumus :
E = c . n . | volt ; | = fungsi arus medan I f .
A. KEGAGALAN TEGANGAN DAPAT TERJADI KARENA :
1. Tak ada remanensi 2. Arah putaran terbalik 3. Sambungan kumparan medan terbalik 4. Kecepatan terlalu rendah 5. Resistans belitan medan terlalu besar 6. Ada pengertian 7. Kecepatan kritis 8. Resistans kritis
15 8. REAKSI JANGKAR
A. ARUS BEBAN YANG MEGALIR PADA BELITAN JANGKAR, dapat : 1. Memperlemah fluks utama dari belitan medan 2. Membelokkan / menyebabkan distorsi fluks utama B. AKIBATNYA : 1. Berpengaruh terhadap komutasi - Berkaitan dengan pengertian : MNA = Magnetic Neutral Axis GMA = Geometric Neutral Axis 2. Berpengaruh terhadap regulasi tegangan 3. Memperbesar rugi-rugi tembaga C. TIMBUL USAHA MENGATASI AKIBAT REAKSI JANGKAR : 1. Belitan komutasi 2. Belitan kompensasi 3. Resistans komutasi 4. Interpole 16
9. KERJA PARALEL 2 GENERATOR ARUS SEARAH
A. PERSYARATAN 1. Rated tegangan sama 2. Rated putaran sama 3. Tipe generator sama (shunt, seri dsb) sifatnya anjuran
B. KERJA PARALEL ATAS PERTIMBANGAN : 1. Kontinyuitas pelayanan 2. Kepentingan perawatan 3. Penambahan kapasitas daya 4. Meningkatan efisiensi
17
C. LANGKAH KERJA PARALEL 1. Mengoperasikan generator pertama (G 1 ) pada rated tegangan dan putaran, boleh berbeban atau tidak. 2. Mengoperasikan generator kedua (G 2 ) pada rated putaran 3. Mengatur arus eksitasi generator G 2 sampai tegangannya sama (floating) dengan tegangan generator G 1
4. Memasukkan saklar kopling pada busbar G 1 dan G 2
5. Menaikkan arus eksitasi G 1 sampai G 1 mengambil bagian sesuai prosen pembebanan yang diinginkan
18 ASPEK OPERASI MOTOR ARUS SEARAH
1. PENGASUTAN
A. Metode pengasutan : 1. Starter tiga titik 2. Starter empat titik 3. Starter dengan kendali kecepatan
2. PENGENDALIAN KECEPATAN
A. Faktor pengendalian kecepatan :
U - Ia.Ra n = ---------------- rpm c. |
19 B. Metode pengendalian putaran : 1. Pengendalian fluks : Pengendalian arus eksitasi - Pengaturan resistans medan 2. Pengendalian arus jangkar - Pengaturan resistans jangkar 3. Pengendalian tegangan jangkar - Regulator tegangan / Multiple Voltage Control - Metode Ward Leonard - Dengan piranti elektronis (statis) : phase control, PWM, Chopper. 20 3. KARAKTERISTIK MOTOR
A. Macam karakteristik : 1. Karakteristik torsi - Hubungan torsi dan arus pembebanan 2. Karakteristik kecepatan - Hubungan kecepatan dan pembebanan 3. Karakteristik torsi dan kecepatan - Diturunkan dari karakteristik torsi dan kecepatan
Contoh
1. Motor seri mempunyai watak torsi kuadratis terhadap arus beban, dianjurkan selalu terkopel dengan beban. Cocok untuk beban dengan torsi asut tinggi. 2. Motor shut mempunyai torsi linear terhadap perubahan beban. 3. Yang produktif : Motor penguatan terpisah, memungkinkan untuk dilakukan pengendalian medan maupun tegangan jangkar, baik secara elektronis maupun konvensional.
21 MESIN INDUKSI 3 FASE
1. KONSTRUKSI - Stator (bagian yang diam), padanya terdapat belitan medan (umumnya 3 fase atau kelipatannya). - Rotor (bagian berputar), padanya terdapat belitan jangkar (umumnya 3 fase atau kelipatannya). - Mesin induksi umumnya motor induksi, sedangkan generator induksi kurang produktif, sering ditinjau saat terjadi efek generating.
2. PRINSIP KERJA - Belitan medan dicatu arus bolak balik 3 fase intinya menjadi kutub magnetik bersifat medan putar selaras dengan frekuensi (f) arus masuk stator. - Belitan jangkar terhubung singkat (di dalam motor atau di luar motor dengan resistor) pada belitan timbul ggl dan arus induksi. - Interaksi arus induksi pada rotor dan medan putar pada stator menghasilkan torsi putar pada poros (rotor), dengan frekuensi sinkron n s .p/120 Hz. n s = kecepatan poros per menit, p = jumlah kutub. - Oleh karena poros berputar setelah jangkar terjadi arus induksi, maka kecepatan poros tertinggal atau terjadi slip terhadap medan putar, sebesar s = (n s n}/n s . n = putaran rotor. 22
23
24 3. KLASIFIKASI MOTOR INDUKSI
1. Menurut tipe rotor : - Motor induksi rotor sangkar kurung - Motor induksi rotor lilit
2. Menurut tipe belitan sehubungan dengan pengendalian kecepatan - Motor induksi rotor sangkar kurung - Motor induksi rotor lilit dengan 3 kumparan - Motor induksi rotor lilit dengan 6 kumparan (Dahlander)
3. Menurut jumlah kecepatan : - Motor satu kecepatan, belitan Y atau A - Motor dua kecepatan, belitan Dahlander - Motor dua kecepatan, belitan terpisah (separate windings) Catatan : Ada motor 3 kecepatan atau lebih merupakan modifikasi dari tersebut di atas
25 4. TIPE PERLINDUNGAN
Umumnya disimbolkan dengan kode index protection (IP), diikuti angka arab dan alfabet. Angka pertama perlindungan terhadap gangguan mekanis, angka ke dua terhadap cairan. Contoh IP 23S, IP 44, IP 55
26
27 5. SIKLUS KERJA
Siklus kerja perlu diketahui, apakah motor tersebut tipe kerja kontinu, atau putus sambung, misalnya dikenal dengan kode tertentu.
Menurut stadart German VDE Rulers 0530/3.59
1) Continuous duty (DB) 2) Short time duty (KB) 3) Continuous duty with short time loading (DKB) 4) Intermittent duty (AB) 5) Continuous duty with intermittent loading (DAB) 6) Contnuous periodic duty (DSB) 7) Intermittent periodic duty (ASB)
28 6. PENGENDALIAN KECEPATAN - Motor induksi rotor sangkar kurung pengendalian slip mengatur tegangan masuk rotor secara elektromekanis atau elektronis. - Motor induksi rotor lilit dengan 3 kumparan (tipe sangkar tupai) metode Y/A - Motor induksi rotor lilit dengan 6 kumparan (Dahlander) metode mengubah kutub Y/YY atau A/YY.
29 MESIN SINKRON
Mesin sinkron yang produktif dioperasikan sebagai generator.
1. KONSTRUKSI - Stator (bagian yang diam), padanya terdapat belitan jangkar 3 fase. - Rotor (bagian berputar), padanya terdapat belitan medan.
30
2. PRINSIP KERJA - Belitan medan dicatu arus searah intinya menjadi kutub magnetik unipolar U atau S. - Apabila poros diputar Belitan jangkar dipotong garis gaya dari medan pada belitan tersebut timbul ggl dan arus induksi 3 fase dengan frekuensi n.p/120 Hz. N = putaran poros per menit, p = jumlah kutub.
3. PEMBANGKITAN TEGANGAN - Kumparan medan diberi arus eksitasi dc - Rotor diputar pada kecepatan sinkron - Pada jangkar di stator terbangkit EMF (GGL) sebesar : 31 E = 4,44. | .f.n s volt rms dengan frekuensi f = (ns.p)/120 untuk pitch penuh E = 4,44. K d .K p . | .f.n s volt rms untuk fractional pitch penuh K d = faktor distribusi K p = faktor pitch
2. REAKSI JANGKAR Reaksi jangkar tergantung : - Besar beban - Tipe beban ( faktor daya beban ) - Generator berbeban ketiga fase arus jangkar fluks pada celah udara - Sifat fluks arus jangkar memperkuat/memperlemah fluks utama o GGL E g = 4,44. K d .K p . | g .f.n s volt o | g = fluks resultans di celah udara atau (| m + | j )
3. REAKTANS SINKRON (Xs) - Pengaruh reaksi jangkar terhadap tegangan - Pengaruh fluks reaksi jangkar pada reaktans jangkar X a
- Pengaruh fluks bocor pada celah udara seolah punya reaktans bocor X l
- Reaktans sinkron X s = X a + X l
32
4. UNTAI EKIVALEN - Tegangan yang dibangkitkan E - Impedans generator : Z = R a + j X s
- resistans efektif belitan jangkar R a
- reaktans sinkron X s
- Tegangan terminal V - Hubungan : E = V + I (R a + j X s )
5. REGULASI TEGANGAN
|E| - |V| - Regulasi = X 100 % |V| - Komponen Regulasi tegangan : o Tegangan pembangkitan E o Impedans generator Z = R a + j X s
o Arus beban dan Faktor daya Cos IZ
33 E = V + I (Cos + j Sin )(Ra + j X s )
6. KARAKTERISTIK GENERATOR
1. Karakteristik Tegangan - Menggambarkan tingkah laku tegangan terminal terhadap perubahan arus eksitasi - Gen berbeban Kejenuhan inti stator berpengaruh terhadap X a dan X l
- Gen tak berbeban Kejenuhan inti rotor stator berpengaruh terhadap tanggapan I f
- Faktor daya beban berpengaruh terhadap tegangan generator - Kegunaan : untuk menghitung regulasi tegangan berdasar hasil tes, untuk generator baru atau sebabis perbaikan 2. Karakteristik Luar - Menggambarkan tingkah laku tegangan terminal dan arus jangkar untuk berbagai faktor daya. - Kegunaan : untuk menentukan kebutuhan arus eksitasi pada beban tertentu. 3. Karakteristik Hubung Singkat - Menggambarkan hubungan arus penguatan dan arus jangkar dalam keadaan tegangan terminal gen. terhub. Singkat Kegunaan : Bersama karakteristik tegangan untuk menghitung regulasi tegangan
34
7. KAPABILITAS GENERATOR
- Kurve yang berusaha melukiskan kapasitas suatu generator berdasar batasan-batasan komponen pendukungnya, seperti kapasitas belitan stator, belitan rotor, penggerak mula dan sebagainya.
8. KERJA PARALEL GENERATOR
1. Aspek sinkronisasi - Perhatian terhadap urutan fase (khusus untuk awal instalasi/sehabis perbaikan) - Penyamaan tegangan - pengendalian putaran penggerak mula - pengendalian arus eksitasi kumparan medan - Penyamaan frekuensi - pengendalian putaran penggerak mula - Penyamaan fase - pengendalian pemercepat putaran penggerak mula
3. Pengatur tegangan otomatis (AVR) 4. Pengatur bahan bakar/uap/gas (Governor) 5. Aspek pembebanan/pembagian beban - Pengaturan arus eksitasi oleh AVR otomatis/manual - Pengaturan putaran oleh governor
9. PERSYARATAN - Rated tegangan sama - Rated putaran sama - Tipe generator sama - Tipe hubungan trafo ( jam trafo) untuk generator yang menggunakan trafo.
9. LANGKAH KERJA PARALEL MANUAL
36 - Mengoperasikan generator pertama (G 1 ) pada rated tegangan dan putaran, boleh berbeban atau tidak. - Mengoperasikan generator kedua (G 2 ) pada rated putaran - Mengatur arus eksitasi generator G 2 sampai tegangannya sama (floating) dengan tegangan generator G 1
- Mengatur phase dengan pengamatan melalui sinkronoskop, sampai terjadi time phasing (tegangan G 1 dan G 2 sefase) - Memasukkan saklar kopling pada busbar G 1 dan G 2
- Menaikkan arus eksitasi G 1 sampai G 1 mengambil bagian sesuai prosen pembebanan yang diinginkan
Catatan : Kerja paralel secara manual menimbulkan masalah kestabilan dan keandalannya setelah pasca proses paralel, apakah masing-masing generator mampu bertahan dengan adanya perubahan beban yang mungkin terjadi setiap saat. Langkah kerja paralel 2 generator arus bolak balik sangat memerlukan pengalaman berlatar belakang kelistrikan tentang pengoperasian generator. Mengingat kendala pengoperasian 2 generator arus bolak balik cukup rumit, umumnya pengoperasian paralel dituntut adanya otomatisasi, kecuali dalam kasus darurat.