Anda di halaman 1dari 10

QURBAN SUNNAH YANG MENJADI QURBAN NADZAR Suatu misal, saya beli kambing (akan saya jadikan qurban).

Tiba-tiba tetangga saya bertanya: 'Beli kambing untuk apa pak? Saya menjawab "untuk saya jadikan qurban" Nah, kata pak Kyai tetangga saya, karena saya sudah berkata seperti jawaban diatas, qurban saya telah berubah menjadi qurban nadzar. Saya lalu heran, mengapa barang yang asalnya sunat (qurban sunat) hanya karena saya katakan saja sudah berubah menjadi qurban nadzar yang sifatnya wajib. Karena sudah menjadi wajib, barang tentu saya tidak bisa makan dagingnya barang sedikitpun. Timbul pertanyaan dalam hati. Salat tahajud itu sunat. Misalnya karena sudah berkata 'nanti malam saya akan salat tahajud' apakah salat tahajud yang tadinya sunat bisa berbah menjadi wajib? Hanya karena sudah saya katakan sebelumnya? Yang ingin saya tanyakan: 1. Apakah betul kata Pak Kyai tetangga saya itu? 2. Apakah barang sunah karena sudah dikatakan seperti tadi bisa berubah menjadi wajib? 3. Bagaimana caranya supaya qurban sunah bisa terhindar dari wajib, sehingga saya bisa makan dagingnya hingga 1/3 bagian? Jawaban Karena pertanyaan saudara sangat erat hubungannya dengan masalah nadzar maka sebaiknya kita tinjau dulu bagaimana nadzar bisa terjadi. Penjelasan kitab Bajuriy juz 2 halaman 329:

: ... .
Rukun-rukun nadzar ada tiga: 1. orang-rang yang nadzar 2. perkara yang dinadzari 3. sighat (ucapan yang menunjukkan nadzar)' Dalam masalah sighat, adalah adanya lafal (ucapan) yang menunjukkan adanya penetapan dan dalam pengertian penetapan (mewajibkan) ini adalah keterangan bab dlaman (tanggungan). Yaitu seperti kata 'Demi Allah wajib atasku perkara seperti ini atau wajib atasku perkara seperti ini. Maka sighat tidak sah hanya sekedar niat (tanpa diucapkan), sebagaimana juga tidak sah semua aqad hanya dengan niat. Juga tidak sah sighat yang tidak menunjukkan penetapan (mewajibkan) seperti ucapan: 'Saya melakukan seperti ini'.

Kitab Tadzhib halaman 254: ...

... .. .

'Pengertian nadzar secara syara' berarti janji melakukan kebaikan tertentu atau menetapkan (mewajibkan dirinya) melakukan perkara yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang perkara tersebut pada hukum asalnya tidak wajib' Yang kedua: adanya nadzar tersebut tidak diambangkan/digantungkan pada sesuatu seperti ucapan: 'Demi Allah, wajib bagiku puasa atau haji atau yang lainnya. Selanjutnya marilah kita perhatikan ucapan-ucapan Jumhurul Ulama' (mayoritas ulama) pada keterangan di bawah ini mengenai nadzar dan qurban: Kitab Bajuriy juz 2 halaman 310:

, : , ... .
Yang termasuk qurban nadzar sebenarnya adalah seperti apabila seseorang berkata: 'Demi Allah wajib atasku berqurban dengan ini' maka ucapan itu jelas sebagai nadzar sejak awal. Hal ini sebagaimana apabila seseorang berkata 'Demi Allah wajib atasku qurban" atau secara hukum sebagai nadzar. Seperti bila seseorang berkata: Ini adalah hewan qurban' atau diucapkan 'Aku menjadikan ini sebagai hewan qurban'. Maka ini adalah wajib disebabkan kata 'menjadikan', akan tetapi dalam konteks hukum yang dinadzari. Kitab Bajuriy juz II halaman 305 ...

, ,

: ... : .
'Dari perkataan orang-orang, 'Ini adalah hewan qurban,' maka hewan qurban tersebut menjadi wajib. Tersebab perkataan itu haram hukumnya memakan dagingnya. Tidak diterima alasan (atas perkataan itu) mereka 'Aku menghendakinya sebagai qurban sunah' Hal ini berbeda dengan pendapat sebagian ulama. Imam Sibromalisi berkata: '(Tetapi) bagi orang awam (orang yang belum mengetahui hukum ucapan tersebut) mudah untuk dimaafkan. Perkataan Imam Sibromalisi ini mudah untuk difahami (diterima)' Memang demikianlah hukumnya, namun qurban tidak menjadi wajib sebab ucapan orang waktu menyembelihnya: Ya Allah ini adalah hewan qurbanku, maka semoga Engkau menerimanya dariku, wahai Dzat Yang Maha Mulia'. Kitab Sulaiman Kurdi juz 2 halaman 204

.
Al Allamah As Sayid Umar Al Bashriy berkata dalam komentar atas kitab Tuhfatul Muhtaj: Seyogyanya letak status nadzar itu ialah selagi tidak bermaksud memberi kabar. Kemudian jika memang bermaksud memberi kabar, 'Kambing ini yang saya maksudkan untuk qurban', maka tak ada penentuan dan berlaklkan jawaban. Demikian pula dalam peristiwa yang terjadi pada seorang yang naif ini, yakni seseorang membeli kambing untuk digunakan qurban lalul bersua dengan seseorang lain kemudian bertanya: 'Apa ini?' Maka jawab si orang tadi: 'Qurbanku'. Dari keterangan-keterangan tersebut, maka dapat dijelaskan di sini, bahwa pertanyaan Anda yang pertama mengenai pendapat Pak Kyai tetangga saudara itu bisa dianggap benar. Karena jawaban saudara ada kata 'menjadikan', yang mempunyai makna sama dengan nadzar. Kata menjadikan yang berkonotasi mewajibkan hewan tersebut untuk qurban (Bajuri 2:310). Akan tetapi bisa juga jawaban Anda itu tidak mengubah qurban Anda menjadi nadzar karena ketidaktahuan Anda. Hal 3

tersebut berpegang pada pendapat Imam Syibromalisi dan pendapat Sayid Umar al-Bashriy: bahwa jawaban saudara tersebut hanya bermaksud memberi kabar. Untuk pertanyaan Anda yang kedua, bisa membaca lagi keterangan masalah nadzar tadi. Untuk pertanyaan ketiga, Anda bisa berpegang pada keterangan Sayid Umar al-Bashriy. Yang perlu diingat, beribadah itu tidak sulit dan tak perlu dipersulit. Niatlah yang ikhlas semata karena patuh kepada Allah. Dalam kitab Iaanah dan Hasyiah Bujairami disebutkan : : : Jika demikian apa yang terjadi pada ucapan kebanyakan orang awam ketika membeli hewan kurban di awal-awal tahun adalah yang dimaksud kurban tersebut. Dan setiap orang yang menanyakan mereka tentang hewan itu, maka mereka menjawabnya ; itu adalah hewan untuk kurban karena ketidaktahuan mereka atas hukum akibat ucapan tersebut yang demikian itu menjadi kurban wajib yang ia dilarang memakan sebagian dari dagingnya. Dan tidak terima ucapannya kembali Aku berniat kurban sunnah dengannya , berbeda bagi sebagian ulama mutaakhkhirin .

5. Pembagian Daging Qurban Daging kurban wajib disedekahkan dalam keadaan mentah dan boleh mudhahhi memakan sebagiannya, kecuali jika kurban itu dinadzarkan, maka harus disedekahkan keseluruhannya. 136- : 1 ( #) Wajib (dalam kurban sunnah) mensedekahkan sebagian dagingnya walaupun sedikit dan makanlah dari kurban sunnah bukan kurban nadzar. : 2 ) 302) Disyaratkan untuk daging dibagikan dengan mentah agar sipenerima bebas mentasarufkan dengan sekehendaknya apakah dijual atau yang lain. Adapun yang berhak menerima daging qurban adalah orang faqir sebgaimana yang dijelaskan oleh al-Quran : 27 : ) ) Maka makanlah sebagian daripadanya dan berikanlah (sebagian yang lain)
4

untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. Ijtihad para fuqaha tentang pembagian daging qurban ini setidaknya ada tiga pendapat : (1) Disedekahkan seluruhnya kecuali sekedar untuk laukpauk (2) Dimakan sendiri separo dan disedekahkan separo (3) Sepertiga dimakan sendiri, sepertiga dihadiahkan dan sepertiga lagi disedekahkan. (Kifayatul Akhyar, juz 2 : 241) Bagaimana dengan mendistribusikan daging qurban ke daerah lain atau disalurkan kepada masyarakat yang sedang tertimpa bencana ? ( ( 242 : 2 ))

Apa niat dibaca untuk berkorban dalam Hari Raya Haji? Sunat bagi orang Islam yang berkuasa membuat udhhiyyah (korban) jika ada lebih belanja, maka ia membuat udhhiyyah dengan menyembelih kambing dan lembu yang sudah berumur dua tahun, dengan niat udhhiyyah ketika menyembelih itu, atau ketika ia menentukan sesuatu binatang itu jadi udhhiyyah seperti katanya dengan lidahnya: "Saya niat membuat udhhiyyah (korban) sunat", atau "Saya niat menunaikan sunat membuat udhhiyyah". Orang ramai ada berkata ketika ia membeli binatang yang ia hendak buat udhhiyyah atau ia berkata ketika orang bertanya kepadanya akan darihal binatang-binatang itu, katanya: "Ini udhhiyyah". Apabila berlaku jawapan daripadanya seperti katanya: "Ini udhhiyyah", maka udhhiyyah itu sudah jadi wajib, tertegah ia makan sesuatu dari udhhiyyah itu. Jadinya, dia beli sahaja binatang dengan tiada bercakap-cakap udhhiyyah, apabila sampai masa berudhhiyyah baharulah ia berkata dan berniat udhhiyyah, bagaimana lafaz niat yang disebutkan di atas ini, atau ia kata kepada yang bertanya: "Kita mahu sembelih akannya pada Hari Raya", supaya jadi udhhiyyah itu udhhiyyah sunat dan harus ia memakan dari daging udhhiyyah itu. Bahkan sunat ia makan dari daging udhhiyyah itu dengan kadar beberapa suap dari dagingnya. Harus ia berwakil kepada seseorang Islam pada berniat udhhiyyah sunat dan berwakil pada menyembelih udhhiyyah itu. Seekor kerbau atau lembu memadai bagi tujuh udhhiyyah dan seekor kambing memadai bagi satu udhhiyyah sahaja. Jikalau berhimpun tujuh orang atau tujuh rumah dan mereka keluarkan seekor kerbau atau seekor lembu maka itu memadai membuat udhhiyyah bagi tiap-tiap satu orang atau satu buah rumah itu 1/7 dari binatang itu. Tiada memadai pada membuat udhhiyyah dengan binatang yang kurus kerana sakit, dan binatang yang kudung ekor, atau telinganya telah dipotong sekalipun sedikit potong itu, tiada memadai dengan binatang dengket, binatang buta, binatang yang sakit teruk, tiada mengapa dibuat udhhiyyah binatang yang telinganya pecah, atau telinganya berlubang, dan tiada sah udhhiyyah 5

dengan binatang yang hamil. Sunat binatang itu warna putih, kemudian warna kuning, kemudian kelabu, kemudian campur putih hitam, kemudian merah. Orang yang membuat udhhiyyah yang ia bernazar padanya atau udhhiyyah sudah jadi wajib dengan katanya: "Ini binatang saya buat udhhiyyah", bagaimana telah lalu sebutannya di atas ini, maka haram baginya makan daging binatang nazar atau wajib itu hendaklah ia sedekahkan semuanya kepada fakir dan miskin hingga kulit dan tanduknya. Wajib ia bersedekah walaupun kepada seorang fakir dengan sesuatu yang mentah walaupun sedikit dari udhhiyyah yang sunat itu. Tetapi yang lebih afdhal utama ia bersedekah akan semuanya melainkan beberapa suap dari daging udhhiyyah sunat kerana mengambil berkat daripadanya. Dia boleh memberi orang kaya dari bangsa Islam supaya makan daging itu, tiadalah boleh ia beri kepada orang kaya itu supaya ia jual daging itu Apabila ia beri orang kaya itu supaya ia makan sama ada daging itu mentah atau sudah masak, maka orang kaya itu boleh beri atau sedekah kepada orang lain dan tiada harus orang kaya itu jual daging mentah atau sudah masak itu. Orang kafir tiadalah boleh diberi akannya sesuatu dari udhhiyyah sunat itu. Orang laki-Iaki membuat udhhiyyah itu sunat ia menyembelih sendiri udhhiyyah kiranya ia berdaya, kerana Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam telah membuat udhhiyyah 100 ekor unta, dan Nabi sendiri menyembelih 63 ekor, dan Baginda suruh Sayyidina 'Ali Radhiallahu 'anhu menyembelih baki 37 ekor itu. Sunat perempuan yang membuat udhhiyyah melihat udhhiyyah disembelih dan dia berwakil kepada orang laki-laki menyembelih akannya. Sunat membuat udhhiyyah bagi tiap-tiap orang Islam yang berkuasa tetapi memada jika seorang dari sebuah rumah membuat udhhiyyah itu. Tiada suatu amal yang lebih utama dibuat pada Hari Raya Haji seperti menyembelih udhhiyyah dan udhhiyyah lebih utama dari sedekah biasa, dengan dari mula satu titik darah tumpah dari udhhiyyah maka Allah Ta'ala mengampunkan segala dosa yang membuat udhhiyyah itu. Udhhiyyah itu suatu tunggangan orang mukmin di atas titi shirt Hari Kiamat. Dari itu molekkan udhhiyyah itu. Demikianlah bagaimana disebutkan dalam hadis-hadis. Tiada harus dan tiada boleh seseorang itu membuat udhhiyyah bagi orang lain dengan tiada izin kebenarannya, melainkan seperti suami berudhhiyyah kerana ahli rumahnya, dan penjaga kanakkanak berbuat udhhiyyah kerana kanak-kanak yang dijaganya dari harta penjaga itu sendiri, dan raja dari harta Baitulmal membuat udhhiyyah kerana orang Islam, sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membuat udhhiyyah dengan dua kambing kibasy dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

()
Maksudnya: "Allhumma ya Allah mohon terima ini udhhiyyah daripada Muhammad, dan daripada keluarga Muhammad dan daripada umat Muhammad. (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim) Orang mati jika ada wasiat sebelum ia mati menyuruh membuat udhhiyyah baginya maka itu harus. Harus orang yang membuat udhhiyyah itu bersedekah pahala udhhiyyah yang ia buat itu kepada ibu bapa dan saudara maranya yang mati. Udhhiyyah itu tiada sah dijadikan upah menyembelih udhhiyyah. Dari itu tiada sah sesuatu dari mana-mana udhhiyyah itu dijadikan upah dan upah mestilah dibayar dari daging lain dari udhhiyyah atau dibayar dari wang umpamanya.

Adab Menyembelih Udhhiyyah 1. Sebelum menyembelih maka orang yang menyembelihberkata: "

" . "" . 3. Dan dia baca: " " . 4. Dia baca: "" . 5. Dia baca: " " atau ia baca Melayunya:
2. Ketika menyembelih ia berkata: "Allahumma ya Allah ini udhhiyyah yang sunat, suatu anugerah daripada Tuhan hamba, kepada hamba, dan hamba berdamping kepada Tuhan hamba dengannya, maka mohon terimalah damping hamba itu. " Ringkas Waktu Menyembelih Dibaca:


Atau baca Melayunya: "Ya Allah ini udhhiyyah yang sunat anugerahMu, dan hambaMu berdamping dengannya, kepadaMu, mohon terima daripada hambaMu (polan bin polan) " Berwakil Pada Menyembelih Saya berwakil kepada kamu berniat waktu kamu menyembelih binatang itu dengan kata kamu ini udhhiyyah sunat daripada polan bin polan dan saya berwakil kepada kamu menyembelih akannya dan lain-lain ibarat seumpamanya, wallahu a 'lam. Bersedekah Ketika Ada Perkara Yang Membimbangkan Berkata Sayyidina Muhammad bin Abdullah Al-'Idrus dalam kitab dhh Asrar 'Ulm Al-Muqarrabn: "Setengah dari perkara damping yang lebih disukai oleh Allah Ta'ala, dan telah dicuba oleh ulama dan orang-orang yang kenalkan Allah (ahl al-ma'rifah) ialah damping yang manfaatnya melampaui kepada orang lain, seperti membuat baik dengan menghiburkan hati-hati orang susah dan sedih, dan memberi makan orang yang lapar, dan memberi suka kepada orang-orang miskin yang kurang mewah, maka perkara-perkara seperti ini memberi kesan sangat kepada hati-hati yang menerimanya." Dan setengah dari rahsia yang telah dicuba oleh ahl al-ma'rifah bahawa mereka membanyakkan bersedekah kepada hamba-hamba Allah yang dha'f dan lemah, ketika ditimpa perkara-perkara yang susah, ketika berlaku perkara-perkara yang menakutkan, ketika kena sakit, dan ketika jatuh ke tangan orang-orang zalim, dan bersedekah itu mengikut kadar berat dan ringan kesusahan dan perkara yang menakutkan yang datang menimpa. Jika seseorang dapat memahamkannya dan berbuat dengannya, maka sesungguhnya ia telah dikurniakan sedikit dari ilmu ahli khusus bagi Allah Ta' ala. Doa itu otak ibadat kepada Allah Ta' ala, bagaimana dalam hadis, dan ketika berdoa itu hendaklah ada khusy' badan, merendah diri dan hadir hati. Hendaklah ia takut murka Allah Ta'ala dari berdoa dengan hati yang lalai dan sebaik-baik doa itu sebelum Subuh atau waktu lepas tengah malam, dan sehampir-hampir doa diterima Allah Ta' ala ialah ketika hati khusy' kepada Allah Ta'ala. Setengah dari syarat berdoa hendaklah makanannya itu halal, dan hendaklah sentiasa berdoa dengan tiada putus-putus, dan apabila seseorang hendak berdoa dalam perkara-perkara yang mustahak, hendaklah ia dahulukan doanya suatu sedekah dengan tujuan mohon redha Tuhan Rabb Al- 'lamn, dan hendaklah ia sukakan hati orang fakir yang salih, yang tiada mengadukan halnya dan hal ahli rumahnya, dan hendaklah ia memberi hadiah kepada orang miskin. Dengan cara begitu ia berdamping kepada Allah dan mudah dikabulkan doanya, dan doa yang tulus ikhlas maka tiadalah doa itu bergantung kepada lain daripada Allah Ta'ala, hendaklah ia sembunyikan doanya, hendaklah banyak berdoa itu mengikut kadar darjat hajatnya, dan hendaklah ia banyak minta tolong daripada Allah Ta'ala. 8

Doa itu ada mempunyai rahsia yang sulit, iaitu doa itu terangkat kepada Allah Ta'ala dari hati yang hadir tiada lalai bengis dan dari yang rendah diri lagi pecah hati dengan qashad tujuan yang betul. Menurut suatu hadis: "Barangsiapa tiada minta daripada Allah, maka Allah Ta 'ala murka akan dia dan bahawa Allah Ta'ala apabila tiada diminta daripadaNya, maka Ia murka, dan Allah Ta 'ala malu dan pemurah, malu daripada hambaNya apabila ia menadah dua tangan kepadaNya dengan menolak keduanya dengan hampa dengan tiada meletakkan sesuatu kebajikan pada keduanya". Dari itu banyakkan doa dengan (hai Tuhan yang hidup sentiasa kekal), (hai Tuhan yang empunya kemuliaan dan kebesaran). Hendaklah ia fahamkan rahsia ini. Ketahui olehmu bagi sedekah itu ada banyak rahsia baginya. Maka bagi orang-orang yang mendapat faham daripada Allah Ta'ala, ada suatu jalan yang bagus dalam perkara sedekah itu dan mereka telah cuba dan mereka dapati memberi guna dan manfaat. Mereka berkata tiada sesuatu yang lebih membawa damping pada redha Allah Ta'ala dari memasukkan kesukaan kepada hatihati orang-orang yang baik dan hati-hati mereka pecah sedih. Maka barangsiapa ada hajat kepada Allah Ta'ala, maka hendaklah mengadakan kenduri makanan yang baik-baik seperti ia buat makanan yang baik bagi dirinya, kemudian dia panggil orang-orang yang pecah hati dan susah itu, kerana Allah Ta'ala menunggu-menunggu akan orang-orang yang akan berbuat baik kepada orang-orang yang susah-susah dan sedih hati itu. Maka hendaklah orang-orang itu memuliakan orang-orang yang susah itu dan sukakan hati-hati mereka, kerana pada berbuat begitu ada kesan yang besar, dan telah dicuba oleh ahli ma'rifah kepada Allah Ta'ala, dan ahli ma'rifah kepada Allah Ta'ala itu bermuamalah dan berbuat dengan Allah Ta'ala sebagai suatu perkara tebus diri, maka mereka menebus diri dengan diri iaitu mereka menyembelih binatang menebus diri orang sakit mereka, umpama menyembelih kambing dan mereka berkenduri dengan kambing itu dan memanggil orang fakir miskin yang baik dan salih pada jamuan kambing itu, atau mereka hadiahkan daging kambing itu kepada mereka dan mohon doa daripada mereka, kerana pada berbuat cara begitu ada kesan yang besar dan mujarab. Dan bagi ahli ma'rifah kepada Allah Ta'ala itu suatu jalan lain yang tinggi darjatnya, yang dibuat oleh orang-orang yang benar-benar percaya kepada Allah dalam ketika berlaku perkara-perkara yang susah, dan penyakit-penyakit yang menakutkan, iaitu seseorang itu mengeluarkan benda yang sangat ia sayang dari harta bendanya, kepada jalan Allah dengan tulus ikhlas, misalnya bahawa seseorang itu apabila ia sakit, atau sakit orang yang disayang akannya, maka ia cari mana satu harta yang sangat ia sayang, dari kudanya, atau hambanya. Maka ia jual akannya dan ia belanjakan harganya itu kepada orang-orang salih daripada fakir miskin. Maka dengan buat begitu jarang-jarang akan lepas daripadanya akan apa yang dihajatkannya. Ini suatu perkara telah dicuba dan dibuat oleh orang-orang yang benar-benar percaya kepada Allah Ta'ala. Setengah dari syarat bersedekah itu hendaklah harta itu halal, sembunyikan daripada orang seberapa dapat, sudah diberi jangan disebut-sebut lagi kepada sesiapa, kerana berbuat begitu menyakiti hati orang fakir, dan apabila orang fakir berdoa baginya maka ia balas berdoa baginya, supaya jangan hilang pahala sedekahnya dengan doa fakir itu, dan jadilah sedekahnya itu tiada berpahala. Dan hendaklah dia bersedekah dengan sebaik apa yang ada di tangannya. Jika ia bersedekah dengan makanan, maka jangan ia beri fakir akan makanan yang rendah mutunya, seberapa boleh ia bawa sendiri sedekah itu kepada fakir dan dia bertawaddhu' kepadanya, dan jangan ia sampaikan sedekah itu kepada fakir dengan rupa megah dan mulia, kerana dia pada masa itu berbuat sesuatu dan bermuamalah dengan Allah Ta'ala, kerana Allah Ta'ala melihat perbuatan hambaNya, jauhkan takabbur dan ia buat baik dan halusi cara pada melakukan sedekah 9

dengan seberapa daya upaya, berkata ahli ma'rifah kepada Allah Ta'ala membaiki amal dan caranya itu lebih disukai Allah dari membanyakkan bilangan amal. Negara asal : Brunei darussalam Negeri : brunei Badan yang mengisu fatwa : Jabatan Mufti Kerajaan, Jabatan Perdana Menteri, Negara Brunei Darussalam Penulis/Ulama : Pehin Datu seri maharaja Dato seri utama Dr Haji Ismail bin Umar Abdul Aziz Tarikh Diisu : 1979

10

Anda mungkin juga menyukai