Anda di halaman 1dari 3

-

Makam satu liang dua nisan yang disebut sebagai Kuburan atau Makam Luwang Tunggal terletak di Dusun Karang Wetan, Kalurahan Salamrejo, Kecamatan Sentolo. Makam Luwang Tunggal merupakan makam dari tokoh yang bernama Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo. Menurut sumber setempat, Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo adalah putra dari Prabu Brawijaya V dari Majapahit. Ia melarikan diri dari Majapahit karena menghindari pertikaian yang terjadi di Majapahit. Ketika sampai di wilayah Sentolo sekarang, Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo ini bertemu dengan tokoh setempat yang bernama Abu Dhagur. Dalam pertemuan ini Abu Dhagur berada dalam kondisi sakit. Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo ini kemudian berusaha mengobati Abu Dhagur. Akan tetapi Abu Dhagur menyangsikan kemampuan Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo karena usia Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo lebih muda daripada Abu Dhagur. Ketika hal itu dilakukan, Abu Dhagur bisa sembuh. Usai itu Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo berkata kepada Abu Dhagur bahwa bila Abu Dhagur akan meninggal, harap memberikan pesan kepada Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo. Saat menjelang ajal, Abu Dhagur memang memberikan pesan kepada Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo. Panembahan Modangkoro Hanyokrosumo pun datang ke rumah Abu Dhagur. Di sana ia berdoa di sisi jasad Abu Dhagur. Usai berdoa ia pun meninggal dan kemudian mereka dikuburkan dalam satu liang. Kuburan itu kemudian dinamakan Makam atau Kuburan Luwang Tunggal.

Kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

Gggggggggggggggggggggggggggggggggg

Makam satu liang dua nisan yang disebut sebagai Kuburan atau Makam Luwang Tunggal terletak di Dusun Karang Wetan, Kalurahan Salamrejo, Kecamatan Sentolo. Makam Luwang Tunggal merupakan makam dari tokoh yang bernama Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo. Menurut sumber setempat, Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo adalah putra dari Prabu Brawijaya V dari Majapahit. Ia melarikan diri dari Majapahit karena menghindari pertikaian yang terjadi di Majapahit. Ketika sampai di wilayah Sentolo sekarang, Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo ini bertemu dengan tokoh setempat yang bernama Abu Dhagur. Dalam pertemuan ini Abu Dhagur berada dalam kondisi sakit. Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo ini kemudian berusaha mengobati Abu Dhagur. Akan tetapi Abu Dhagur menyangsikan kemampuan Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo karena usia Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo lebih muda daripada Abu Dhagur. Ketika hal itu dilakukan, Abu Dhagur bisa sembuh. Usai itu Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo berkata kepada Abu Dhagur bahwa bila Abu Dhagur akan meninggal, harap memberikan pesan kepada Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo. Saat menjelang ajal, Abu Dhagur memang memberikan pesan kepada Panembahan Modangkoro Hanyokrokusumo. Panembahan Modangkoro Hanyokrosumo pun datang ke rumah Abu Dhagur. Di sana ia berdoa di sisi jasad Abu Dhagur. Usai berdoa ia pun meninggal dan kemudian mereka dikuburkan dalam satu liang. Kuburan itu kemudian dinamakan Makam atau Kuburan Luwang Tunggal.

Gaya Bangunan di kawasan studi sebagai salah satu elemen arsitektur dan budaya kawasan juga didukung oleh keberadaan elemen-elemen lainnya seperti Identitas dan tata tanda kawasan, serta kualitas visual dalam pola ruang jalan sebagai koridor kawasan. Gaya Bangunan di kawasan studi sebagai salah satu elemen arsitektur dan budaya kawasan juga didukung oleh keberadaan elemen-elemen lainnya seperti Identitas dan tata tanda kawasan, serta kualitas visual dalam pola ruang jalan sebagai koridor kawasan. Gaya Bangunan di kawasan studi sebagai salah satu elemen arsitektur dan budaya kawasan juga didukung oleh keberadaan elemen-elemen lainnya seperti Identitas dan tata tanda kawasan, serta kualitas visual dalam pola ruang jalan sebagai koridor kawasan.

Anda mungkin juga menyukai