7
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai hasil pengujian
material untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan
Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
b. Pasir yang digunakan harus memenuhi gradasi yang disyaratkan, ketebalan
harus sesuai dengan yang direncanakan, atau pasir setempat yang telah
memenuhi hasil pengujian material. Pasir harus bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya, jumlah kandungan bahan
ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
c. Pasir yang digunakan menggunakan pasir (sirtu).
d. Urug pasir harus dipadatkan menggunakan stamper secara bertahap (setiap
30 cm).
3) Pekerjaan urugan tanah
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan urugan tanah dan
pemadatannya meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, disertai gambar shop drawing.
b. Kedalaman dan lokasi yang akan ditimbun harus sesuai dengan gambar
perencanaan.
c. Tanah yang didatangkan, penempatannya tidak boleh mengganggu
pekerjaan lain dan harus disetujui Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis
terlebih dahulu.
d. Pemadatan tanah menggunakan alat pemadat/stamper. Pemadatan
dilakukan setiap ketebalan urugan 20 cm.
8
1.5.2. Pekerjaan pasangan batu belah hitam
1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pondasi batu belah hitam
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan
dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai hasil
pengujian material untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan
Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
2) Pekerjaan pasangan harus dimulai dengan membuat profil-profil pondasi dari
kayu/bambu pada ujung galian dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan
penampang pondasi.
3) Permukaan dasar pondasi harus ditimbun dengan pasir dengan ketebalan sesuai
gambar rencana dan dipadatkan.
4) Spesi pasangan batu belah hitam menggunakan campuran dengan perbandingan
1 PC : 5 pasir.
5) Pasangan batu dipasang lurus mengikuti benang yang diikatkan pada profil
yang sudah dibuat, sehingga menghasilkan pasangan batu yang lurus dan rapi.
6) Untuk pembesian sloof, dibuat stek-stek per jarak 1 m sedalam 30 cm ke dalam
pasangan pondasi batu kali untuk memberikan ikatan pada sloof dan pasangan
batu kali.
1.5.3. Material
1) Semen
a. Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “
HOLCIM, TIGA RODA, GRESIK “,
b. Harus dipakai 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
c. Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
d. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
e. Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu
semen, dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan
tetutup rapat.
f. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
9
2) Batu belah hitam
a. Batu belah yang digunakan adalah batu hitam pecah, tidak retak, warna
hitam merata dengan permukaan mengkilap.
b. Ukuran batu kali belah maksimal 20 cm.
3) Agregat halus
a. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
b. Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
c. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
d. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
1.6.2. Standar :
1) SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan
Plaster
2) an). Atau Produk lokal yang telah memenuhi standar uji material.
3) Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plasteran Dinding).
4) SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
5) SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam).
6) SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan
Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).
10
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan
dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
2) Penyedia Jasa konstruksi harus memeriksa detil-detil denah, ketinggian dinding,
dikoordinasikan dengan gambar pekerjaan-pekerjaan ME.
3) Sebelum melaksanakan pekerjaan harus jelas terlebih dahulu mengenai bagian
pekerjaan yang akan dilaksanakan:
a. Tinggi dan lebar bukaan untuk pintu dan jendela.
b. Perkuatan tambahan untuk opening yang lebar
c. Opening untuk access panel, ducting, dll.
4) Pasangan bata yang digunakan adalah pasangan ½ bata dan pasangan 1 bata
(ditunjukkan pada gambar kerja dan mengacu pada volume item pekerjaan yang
ada).
5) Campuran spesi yang 1 PC : 3 Ps untuk dinding transraam dan rollag, dan
campuran spesi 1 PC : 6 Ps untuk pasangan bata biasa, ketebalan adalah ½
bata, sesuai dengan gambar rencana.
6) Pengadukan spesi harus dilakukan dengan molen pengaduk spesi.
7) Bata harus di rendam agar jenuh air agar tidak menyerap air dari campuran.
8) Penyedia Jasa konstruksi harus menjamin pasangan bata horizontal dengan alat
bantu profil kayu lot pengukur ketegakan pasangan dan benang.
9) Ketebalan spesi diusahakan sama pada arah vertikal dan horisontal.
10) Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
11) Bidang dinding yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan kolom dan
balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 11 x 11 cm, dengan tulangan
pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 8 mm jarak 175 cm. Kolom praktis
dicor pada setiap ketinggian 1 m.
12) Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
13) Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5 %.
Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
14) Setelah bata terpasang, nad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
11
1.6.4. Material
1) Semen
a. Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “
HOLCIM, TIGA RODA, GRESIK “
b. 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
c. Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
d. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
e. Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu
semen, dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan
tetutup rapat.
f. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
2) Batu bata
a. Batu bata merah yang digunakan batu bata yang mempunyai warna merah
menyala yang menunjukkan kesempurnaan pada waktu pembakaran.
Untuk bata berongga untuk dinding ekspose menggunakan bata khusus
untuk dinding ekspose.
b. Batu bata tidak boleh retak diuji dengan memukulkan dua buah batu bata,
suara yang nyaring menunjukkan batu bata tidak retak.
c. Batu bata harus keras, tidak mudah tergores, dan padat (tidak banyak pori-
pori).
d. Sisi-sisinya bersudut tajam dan kuat tidak dapat dikorek dengan tangan,
berpermukaan rata dan tidak menampakkan retak-retak merugikan.
e. Tidak boleh mengandung garam yang dapat larut sedemikian banyaknya
sehingga pengkristalannya dapat mengakibatkan lebih dari 40%
permukaan bata tebal oleh bercak-bercak putih.
f. Batu Bata yang Digunakan ukuran 5x11x23 cm.
3) Pasir
a. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
b. Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
12
1.7. PEKERJAAN PASANGAN BATA RINGAN.
1.7.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pasangan bata ringan adalah pekerjaan pasangan bata ringan seperti
ditunjukkan gambar rencana yang berfungsi sebagai dinding penutup ruangan
hingga terbentuk pasangan bata ringan yang sempurna untuk difinishing lebih lanjut,
juga meliputi pekerjaan pasangan bata ringan yang lain seperti yang ditunjukkan
pada gambar rencana.
1.7.2. Standar :
1) SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan
Plasteran). Atau Produk lokal yang telah memenuhi standar uji material.
2) Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plasteran Dinding).
3) SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
4) SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam).
5) SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan
Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).
1.7.3. Material
1) Bata Ringan ukuran 60x20x10 cm sekualitas Citicon
2) Semen instan pasangan dinding dan plesteran sekualitas MU-380
3) Plasteran dinding menggunakan MU-300
4) Semen instan untuk acian sekualitas MU-200
13
1.7.5. Pelaksanaan pekerjaan
1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pasangan bata meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan
dari Direksi Teknis dan Konsultan Management Konstruksi, di sertai gambar
shop drawing.
2) Penyedia Jasa konstruksi harus memeriksa detil-detil denah, ketinggian dinding,
dikoordinasikan dengan gambar pekerjaan-pekerjaan ME.
3) Sebelum melaksanakan pekerjaan harus jelas terlebih dahulu mengenai bagian
pekerjaan yang akan dilaksanakan:
a. Tinggi dan lebar bukaan untuk pintu dan jendela.
b. Perkuatan tambahan untuk opening yang lebar
c. Opening untuk access panel, ducting, dll.
4) Pasangan batu bata ringan, dengan menggunakan aduk MU-380.
5) Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok rata dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
6) Pasangan dinding bata ringan sebelum diplester dengan MU-300 harus dibasahi
dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
7) Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk langsung diaci
atau di pasang keramik dinding, tunggu 48 jam setelah kelembaban air keluar
dalam dinding/berkeringat kering, dapat dilakukan pekerjaan acian dengan MU-
200 atau pemasangan keramik dinding.
8) Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 8-
10 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
9) Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan
kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 10 x 10 cm, dengan
tulangan pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20 cm.
10) Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
11) Pembuatan lubang pada pasangan bata ringan yang berhubungan dengan
setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi
beton diameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik
14
pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata
ringan sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
12) Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah 2 (dua) melebihi dari 2
%. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
13) Pasangan bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish
setebal 13 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan
pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
1.8.2. Standar :
1) SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan
Plesteran).
2) Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plesteran Dinding).
3) SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
4) SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam)).
5) SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan
Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).
1.8.3. Material
1) Semen
a. Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “
HOLCIM, TIGA RODA, GRESIK “.
b. 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
c. Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
d. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
e. Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu
15
semen, dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan
tetutup rapat.
f. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
2) Pasir
a. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
b. Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
1.8.4. Pelaksanaan
1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan plesteran dan acian
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan
dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop
drawing.
2) Sebelum memulai pekerjaan, pekerjaan pipa-pipa dan conduit mekanikal dan
elektrikal harus sudah selesai.
3) Pemasangan pipa-pipa dan conduit harus cukup dalam dan kuat tertanam
sehingga tidak menimbulkan retak pada plesteran yg sudah jadi.
4) Campuran/bahan dibuat menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang
berhubungan dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata di bawah
permukan tanah sampai ketinggian 50 cm dari permukaan lantai dan 150
cm dari permukaan lantai toilet dan daerah basah lainnya dipakai adukan
plesteran 1 Pc : 3 Ps. Untuk plesteran lainnya digunakan campuran adukan
1 Pc : 6 Ps.
b. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan
campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran
berumur 8 hari (kering benar), untuk adukan plesteran finishing harus
ditambah dengan addivite plamix dengan dosis 200-250 gram plamix
untuk setiap 40 kg semen.
16
c. Semua jenis adukan perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian
rupa sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering,
diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk perekat tersebut dengan
pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air.
d. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diplester dengan memakai
spesi kedap air.
e. Plesteran pada sambungan antara beton dan bata harus diberi kawat ayam.
f. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping plywood setebal 9 mm untuk patokan
kerataan bidang, pelaksanaan plesteran tidak boleh melebihi 2 hari setelah
dibuat kepalaan.
g. Untuk beton sebelum diplaster permukannya harus dibersihkan dari
sisa-sisa bekisting dan kemudian dikretek (scrath) terlebih dahulu dan
semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup
aduk plester.
h. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/ kolom
yang dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar.
Tebal plasteran minimum 1.5 cm, jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus
diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari
plesterannya pada bagian pekerjaan yang diizinkan .
i. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau
cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika
melebihi, Penyedia Jasa konstruksi berkewajiban memperbaikinya dengan
biaya atas tanggungan Penyedia Jasa konstruksi.
j. Tidak diperbolehkan adanya pertemuan antar dinding atau dengan lantai
yang membentuk sudut.
k. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya
diberi alur-alur garis horizontal atau dikretek (scrath) untuk memberi
ikatan yang lebih baik terhadap bahan finishingnya, kecuali untuk
menerima cat.
l. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam
satu bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm
dalamnya 0,5 cm, kecuali bila ada petunjuk lain di dalam gambar.
17
m. Kelembaban plasteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar/tidak terlalu tiba-tiba dengan membasahi permukaan plasteran setiap
kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung
dengan bahan-bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air secara
cepat.
n. Plasteran harus mendapatkan curing minimal 1x sehari selama 3 hari.
o. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan
difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas permukaan
plasterannya).
p. Plesteran harus sudah berumur 3 hari sebelum di-aci.
q. Acian harus rata/tdk bergelombang dengan ketebalan acian 2 mm atau
maksimal 3 mm.
r. Bahan acian menggunakan bahan PC.
s. Acian harus di curring minimal 1x sehari selama 7 hari.
t. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik,
plasteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat
diterima oleh Konsultan Pengawas dengan biaya atas tanggungan penyedia
Jasa konstruksi. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai penyedia
Jasa konstruksi harus selalu menyiram dengan air, sampai jenuh
sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.
1.9.2. Standar :
1) SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan
Plesteran).
2) Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plesteran Dinding).
3) SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
4) SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
18
Bukan Logam)).
5) SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan
Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).
1.9.3. Material
1) Semen instan pasanagn dinding dan plesteran sekualitas MU-300.
2) Semen instan untuk acian sekualitas MU-200
1.9.4. Pelaksanaan
1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan plesteran dan acian
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan
dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Management Konstruksi, di
sertai gambar shop drawing.
2) Sebelum memulai pekerjaan, pekerjaan pipa-pipa dan conduit mekanikal dan
elektrikal harus sudah selesai.
3) Pemasangan pipa-pipa dan conduit harus cukup dalam dan kuat tertanam
sehingga tidak menimbulkan retak pada plesteran yg sudah jadi.
4) Siapkan tempat kerja dan permukaan yang hendak diaci.
5) Bersihkan dasar permukaan yang akan diaci dari serpihan, kotoran dan minyak
yang dapat mengurangi daya rekat adukan.
6) Jika terlalu kering, basahi dasar permukaan yang akan diaci dengan air.
7) Tuang air kedalam bak adukan sebanyak 12,5 – 13,0 liter untuk tiap kantong
MU-200 (40 kg).
8) Masukan adukan kering MU-200 kedalam bak adukan.
9) Aduk campuran di atas hingga rata.
10) Pengacian dilakukan secara manual sebagaimana umumnya yang kemudian
diratakan dengan jidar panjang.
11) Tebal acian yang di anjurkan adalah 1,5 – 3,0 mm, tergantung kerataan dasar
permukaannya.
12) Tidak perlu digosok dengan kertas semen, amplas atau sejenisnya.
19
1.10. PEKERJAAN BETON LANTAI KERJA.
1.10.1. Lingkup kerja
Pekerjaan beton adalah pekerjaan pembuatan beton lantai kerja sesuai dengan
gambar perencanaan.
1.10.2. Standar :
1) SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk
Campuran Beton Segar).
2) SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
3) SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
4) SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
5) SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton ).
6) SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
7) SNI 03 – 1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
8) Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
9) SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam)).
20
d. Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
e. Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan beton
yang homogen.
f. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai berhidrasi
dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah
dari campuran.
g. Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.
2) Material
a. Semen
a) Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “
HOLCIM, TIGA RODA, GRESIK “.
b) Harus dipakai 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
c) Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak. Semen
harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
d) Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu
diuji sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Agregat kasar
a) Agregat kasar berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan
gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak
porous), dengan tekstur permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat
dan bersudut.
21
sebagainya, jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak
mengandung garam.
c) Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan
ditunjukan dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
d) Pasir harus dalam keadaan “jenuh kering muka”.
d. Air.
a) Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gram/liter.
b) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam,
zat organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
c) Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
d) Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
e) Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
penyedia Jasa konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
penyedia Jasa konstruksi.
1.11.2. Standar :
1) SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk
Campuran Beton Segar)
2) SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
3) SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
4) SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
5) SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton ).
6) SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
7) SNI 03 – 1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
8) Pd- T- 27-1999-03 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton).
22
9) Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
10) SNI 07- 2529-1991 (Metode Pengujian Kuat Tarik Baja Beton)
11) SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam)).
12) SK SNI S-05-1989-F ((Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan
Bangunan dari Besi/Baja)).
23
yang di setujui Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
c. Bahan begisiting menggunakan multiplek tebal 9 mm, dengan penggunaan
mengunakan sistem dua kali pakai.
d. Bahan Begisting sisi-sisinya siku.
e. Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
f. Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan lot dan
tarikan benang.
g. Level lantai Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level
finish.
h. Untuk kebutuhan instalasi M&E, lebar sparing pada Sloof maksimal 1/5.
i. Luas total sleeve/pipa maksimum 4%.
3) Pelaksanaan Cor Beton
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan sloof, volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai, job mix design beton
dari vendor disertai sertifikat hasil uji coba laboratorium untuk masing-
masing bahan/material, untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis
dan Konsultan Pengawas, disertai gambar shop drawing untuk
pengecekan.
b. Campuran beton dengan kuat desak 26,4 Mpa ( K-300 ) dengan Ready
Mix.
c. Penyedia Jasa wajib melakukan Uji Tes Besi dan Job Mix dari
laboratorium yang disetujui Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas
sebelum melakukan pengecoran.
d. Sebelum di cor, lantai kerja harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan
sebelumnya atau kotoran-kotoran.
e. Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan mold
oil/sika form oil (expose) agar beton tidak melekat pada cetakan dan
mudah dibuka, untuk Begisting bekas yang akan dipakai ulang harus
dirawat sehingga layak digunakan.
f. Bila diperlukan stek untuk penulangan diatasnya, panjang stek minimal 40
kali diameter.
24
g. Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan batas
ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
h. Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus
terpasang sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah posisi
selama pengecoran.
i. Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengakutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
j. Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
k. Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan beton
yang homogen.
l. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai berhidrasi
dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah
dari campuran.
m. Penulangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton yang
monolit. Selama penulangan beton, cetakan maupun tulangan dijaga agar
tidak berubah posisi.
n. Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai ketebalan
15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh begisting dan
atau tulangan. Penggetaran yang terlalu lama tidak diperbolehkan karena
akan mengakibatkan segregasi.
o. Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur
kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan 10±2
cm.
p. Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh
beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar dilakukan
langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan
dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila pengambilan dilakukan
dari truk aduk, dilakukan sebanya 3 kali atau lebih dalam selang waktu
ketika penuangan beton dari dalam pengaduk (awal, tengah dan akhir).
Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi 7, 14, dan 28 hari.
q. Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial
.
25
4) Pembongkaran Begisting dan perawatan Beton
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembongkaran
Begisting dan perawatan beton volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan
alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan.
b. Pembongkaran Begisting harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
c. Alat yang digunakan untuk membongkar Begisting tidak boleh merusak
permukaan beton.
d. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
e. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 14 hari setelah pengecoran.
5) Material
a. Semen
a) Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “
HOLCIM, TIGA RODA, GRESIK “.
b) Harus dipakai 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
c) Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak. Semen
harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
d) Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu
diuji sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Agregat kasar
a) Agregat kasar berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan
gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak
porous), dengan tekstur permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat
dan bersudut.
b) Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 4 cm dan
tidak lebih besar dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan atau jarak
baja tulangan dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3
tebal plat.
c) Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak
boleh mengandung garam.
26
c. Agregat halus
a) Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
b) Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan
sebagainya, jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak
mengandung garam.
c) Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan
ditunjukan dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
d) Pasir harus dalam keadaan “jenuh kering muka”.
d. Air.
a) Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gram/liter.
b) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam,
zat organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
c) Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
d) Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
e) Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
penyedia Jasa konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
penyedia Jasa konstruksi.
e. Besi beton dan bendrat
a) Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak
disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40
mm.
b) Tulangan ulir menggunakan BJTS/BJTD minimal 40 dan tulangan
polos menggunakan BJTP 24.
Toleransi berat batang contoh yang diujikan di dalam pasal ini sebagai berikut:
TOLERANSI BERAT
DIAMETER TULANGAN BAJA TULANGAN ( d ) ( mm )
YANG DIUJIKAN (%)
6 mm ≤ d ≤ 8 mm + 7%
10 mm ≤ d ≤ 14 mm + 6%
16 mm ≤ d ≤ 28 mm + 5%
d > 28 mm + 4%
Toleransi Ukuran Diameter adalah sebagai berikut Sumber : SNI 2052 : 2014
27
Penyimpangan
DIAMETER TULANGAN TOLERANSI DIAMETER
Kebundaran
BAJA TULANGAN YANG DIUJIKAN ( mm)
(%)
6 + 0.3 mm
8 mm ≤ d ≤ 14 mm + 0.4 mm Maksimum 70 % dari
16 mm ≤ d ≤ 25 mm + 0.5 mm batas toleranssi
28 mm ≤ d ≤ 34 mm + 0.6 mm
d ≥ 34 mm + 0.8 mm
Sumber: SNI 2052 : 2014
Sebelum pengiriman baja tulangan dilakukan, Penyedia Jasa/ Penyedia Barang / Jasa
Pemborongan harus menunjukan sample, hasil uji Tarik, berat dan Diameter yang akan
digunakan. Hal ini akan mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Di lokasi proyek
Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus menyediakan alat scalemate untuk mengukur
diameter tulangan polos dan dimasukkan dalam dokumen penawaran data teknis.
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, yang
untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah benda uji. Tata
cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam
standar Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK SN1 M-
62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan dikelompokan berdasar waktu
pemakaian saat penuangan mortal pada Formwork/Bekesting.
Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat pengujian slump, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Untuk pekerjaan ini dilokasi proyek Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus
menyediakan alat slump test minimal 1 unit untuk uji workability dan cetakan silinder
beton/kubus beton sebanyak 10 unit Untuk pembuatan benda uji beton. Alat ini juga
dimasukkan dalam dokumen teknis usulan penawaran.
Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini, Pelaksana harus
mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).
28
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Sloof 26,4 Mpa (K-300)
1.12.2. Standar :
1) SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk Campuran
Beton Segar).
2) SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
3) SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
4) SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton)
5) SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
6) SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
7) SNI 03 – 1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
8) Pd- T- 27-1999-03 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton).
9) Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam Beton).
10) SNI 07- 2529-1991 (Metode Pengujian Kuat Tarik Baja Beton)
11) SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam)).
12) SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan
dari Besi/Baja)).
1.12.3. Material
1) Semen
a. Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “ HOLCIM,
TIGA RODA, GRESIK “.
b. 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
c. Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak terdapat
29
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
d. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
e. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
2) Agregat kasar
a. Berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous), dengan tekstur
permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
b. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari dan tidak lebih besar
dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja tulangan dengan
cetakan.
c. Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1 % berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
3) Agregat halus
a. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
b. Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
c. Mempunyai variasi besar butir (gradasi ) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
d. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
4) Air.
a. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gram/liter.
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
c. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
e. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
penyedia Jasa konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya penyedia Jasa konstruksi.
5) Besi beton
Pekerjaan beton bertulang
Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak
disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.
30
Tulangan ulir menggunakan BJTS/BJTD minimal 40 dan tulangan polos
menggunakan BJTP 24.
31
c. Pelaksanaan pekerjaan
Panel Begisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat diperiksa
sesuai dengan shop drawing.
Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan lot dan
tarikan benang.
Level Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.
Untuk kebutuhan instalasi M&E luas total sleeve/pipa maksimum 4% dari
luas penampang kolom.
3) Pelaksanaan Cor Beton
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan cor beton Beton
Kolom meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai,
untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
b. Sebelum pengecoran, Begisting harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan
sebelumnya atau kotoran-kotoran.
c. Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan mold
oil/sika form oil (expose) agar beton tidak melekat pada cetakan dan mudah
dibuka, untuk Begisting bekas yang akan dipakai ulang harus dirawat
sehingga layak digunakan.
d. Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan batas
ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
e. Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus
terpasang sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah posisi
selama pengecoran.
f. Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengangkutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
g. Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
h. Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan beton
32
yang homogen. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen
mulai berhidrasi dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah
atau memisah dari campuran.
i. Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton yang
monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun tulangan dijaga agar
tidak berubah posisi, kevertikalan begisting harus selalu periksa selama
pengecoran.
j. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi
segregasi, jarak jatuh maximal 1.5m.
k. Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai ketebalan
15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh begisting dan
atau tulangan. Penggetaran yang terlalu lama tidak diperbolehkan karena
akan mengakibatkan segregasi.
l. Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur
kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan 10±2
cm.
m. Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh beton
segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar dilakukan langsung dari
mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan dilakukan di beberapa
titik dan dicampurkan. Bila pengambilan dilakukan dari mesin aduk,
dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih dalam selang waktu ketika penuangan
beton dari dalam pengaduk. Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton
meliputi 7, 14, dan 28 hari.
n. Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.
4) Pembongkaran Begisting dan perawatan beton.
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pembongkaran Begisting dan
perawatan meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari Direksi
Teknis dan Konsultan Pengawas.
b. Pembongkaran Begisting harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
c. Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban kejut
pada struktur, alat yang digunakan untuk membongkar Begisting tidak
33
boleh merusak permukaan beton.
d. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat.
e. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 14 hari setelah pengecoran.
Toleransi berat batang contoh yang diujikan di dalam pasal ini sebagai berikut:
DIAMETER TULANGAN BAJA TULANGAN ( d TOLERANSI BERAT
) ( mm ) YANG DIUJIKAN (%)
6 mm ≤ d ≤ 8 mm + 7%
10 mm ≤ d ≤ 14 mm + 6%
16 mm ≤ d ≤ 28 mm + 5%
d > 28 mm + 4%
Toleransi Ukuran Diameter adalah sebagai berikut Sumber : SNI 2052 : 2014
Penyimpangan
DIAMETER TULANGAN TOLERANSI DIAMETER
Kebundaran
BAJA TULANGAN YANG DIUJIKAN ( mm)
(%)
6 + 0.3 mm
8 mm ≤ d ≤ 14 mm + 0.4 mm Maksimum 70 % dari
16 mm ≤ d ≤ 25 mm + 0.5 mm batas toleranssi
28 mm ≤ d ≤ 34 mm + 0.6 mm
d ≥ 34 mm + 0.8 mm
Sumber: SNI 2052 : 2014
Sebelum pengiriman baja tulangan dilakukan, Penyedia Jasa/ Penyedia Barang / Jasa
Pemborongan harus menunjukan sample, hasil uji Tarik, berat dan Diameter yang akan
digunakan. Hal ini akan mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Di lokasi proyek
Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus menyediakan alat scalemate untuk mengukur
diameter tulangan polos dan dimasukkan dalam dokumen penawaran data teknis.
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, yang
untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah benda uji. Tata
cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK SN1 M-62-1990-
03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan dikelompokan berdasar waktu pemakaian
saat penuangan mortal pada Formwork/Bekesting.
34
Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat pengujian slump, dengan
ketentuan sebagai berikut:
1.13.2. Standar :
1) SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk Campuran
Beton Segar).
2) SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
3) SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
4) SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
5) SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
6) SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
35
7) SNI 03 – 1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
8) Pd- T- 27-1999-03 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton).
9) Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam Beton).
10) SNI 07- 2529-1991 ( Metode Pengujian Kuat Tarik Baja Beton)
11) SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam)).
12) SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan
dari Besi/Baja)).
1.13.3. Material
1) Semen
a. Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “ HOLCIM,
TIGA RODA, GRESIK “.
b. 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
c. Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
d. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
e. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
2) Agregat kasar
a. Berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous), dengan tekstur
permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
b. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3,81 cm dan tidak
lebih besar dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja tulangan
dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
c. Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1 % berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
3) Agregat halus
a. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
b. Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
c. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
36
d. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
4) Air.
a. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gram/liter.
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
c. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
e. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada penyedia
Jasa konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya penyedia Jasa konstruksi.
5) Besi beton
a. Pekerjaan beton bertulang
b. Semua besi tulangan harus dibuktikan dengan sertifikat uji tarik baja
minimal 3 buah benda uji untuk satu jenis besi dari laboratorium yang
disetujui Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
c. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.
d. Tulangan ulir menggunakan BJTS/BJTD minimal 40 dan tulangan polos
menggunakan BJTP 24.
37
diameter besi, jumlah besi, dan jarak pembesian pada area yang akan dicor.
e. Panjang sambungan minimum 40 diameter.
f. Jarak bersih antara besi terluar dan Begisting 2,5 cm
g. Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
h. Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
i. Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1:6
j. Posisi sleeve/konduit harus terletak pada daerah lapangan dengan tinggi
maksimum 1/5 h balok.
2) Pekerjaan Begisting
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan begisting meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan
alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
b. Bahan begesting menggunakan papan bekisting, sistem penggunaan dua kali
pakai.
c. Pelaksanaan pekerjaan
a) Panel Begisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat diperiksa
sesuai dengan shop drawing.
b) Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
c) Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan lot
dan tarikan benang.
d) Level Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.
e) Untuk kebutuhan instalasi M&E luas total sleeve/pipa maksimum 4%
dari luas penampang kolom.
3) Pelaksanaan Cor Beton
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan cor beton balok dan
plat meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai,
untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
b. Sebelum pengecoran, begisting harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan
38
sebelumnya atau kotoran-kotoran.
c. Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan mold
oil/sika form oil (expose) agar beton tidak melekat pada cetakan dan mudah
dibuka, untuk Begisting bekas yang akan dipakai ulang harus dirawat
sehingga layak digunakan.
d. Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan batas
ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
e. Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus terpasang
sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah posisi selama
pengecoran.
f. Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengangkutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
g. Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
h. Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan beton
yang homogen. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen
mulai berhidrasi dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah
atau memisah dari campuran.
i. Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton yang
monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun tulangan dijaga agar
tidak berubah posisi, kevertikalan begisting harus selalu periksa selama
pengecoran.
j. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi
segregasi, jarak jatuh maximal 1.5 m.
k. Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai ketebalan 15
cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh begisting dan atau
tulangan. Penggetaran yang terlalu lama tidak diperbolehkan karena akan
mengakibatkan segregasi.
l. Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur
kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan 10±2
cm.
m. Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh beton
segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar dilakukan langsung dari
39
mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan dilakukan di beberapa
titik dan dicampurkan. Bila pengambilan dilakukan dari mesin aduk,
dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih dalam selang waktu ketika penuangan
beton dari dalam pengaduk. Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton
meliputi 7, 14, dan 28 hari.
n. Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.
4) Pembongkaran Begisting dan perawatan beton.
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pembongkaran begisting dan
perawatan meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari Direksi
Teknis dan Konsultan Pengawas.
b. Pembongkaran Begisting harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
c. Pembongkaran begisting plat minimal usia beton 21 hari.
d. Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban kejut
pada struktur, alat yang digunakan untuk membongkar Begisting tidak boleh
merusak permukaan beton.
e. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat.
f. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 14 hari setelah pengecoran.
Toleransi berat batang contoh yang diujikan di dalam pasal ini sebagai berikut:
DIAMETER TULANGAN BAJA TULANGAN ( d TOLERANSI BERAT
) ( mm ) YANG DIUJIKAN (%)
6 mm ≤ d ≤ 8 mm + 7%
10 mm ≤ d ≤ 14 mm + 6%
16 mm ≤ d ≤ 28 mm + 5%
d > 28 mm + 4%
Toleransi Ukuran Diameter adalah sebagai berikut Sumber : SNI 2052 : 2014
40
Penyimpangan
DIAMETER TULANGAN BAJA TOLERANSI DIAMETER
Kebundaran
TULANGAN YANG DIUJIKAN ( mm)
(%)
6 + 0.3 mm
8 mm ≤ d ≤ 14 mm + 0.4 mm Maksimum 70 % dari
16 mm ≤ d ≤ 25 mm + 0.5 mm batas toleranssi
28 mm ≤ d ≤ 34 mm + 0.6 mm
d ≥ 34 mm + 0.8 mm
Sumber: SNI 2052 : 2014
Sebelum pengiriman baja tulangan dilakukan, Penyedia Jasa/ Penyedia Barang / Jasa
Pemborongan harus menunjukan sample, hasil uji Tarik, berat dan Diameter yang akan
digunakan. Hal ini akan mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Di lokasi proyek
Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus menyediakan alat scalemate untuk mengukur
diameter tulangan polos dan dimasukkan dalam dokumen penawaran data teknis.
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, yang
untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah benda uji. Tata
cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK SN1 M-62-1990-
03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan dikelompokan berdasar waktu pemakaian saat
penuangan mortal pada Formwork/Bekesting.
Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat pengujian slump, dengan
ketentuan sebagai berikut:
pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut:
Untuk pekerjaan ini dilokasi proyek Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus menyediakan
alat slump test minimal 1 unit untuk uji workability dan cetakan silinder beton/kubus beton
sebanyak 10 unit Untuk pembuatan benda uji beton. Alat ini juga dimasukkan dalam dokumen
teknis usulan penawaran.
Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini, Pelaksana harus
mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).
41
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Balok 26,4 Mpa (K-300)
1.14.2. Material
1) Alumunium 4” Tebal minimal 1 mm “ALEXINDO, ALUTAMA, YKK “.
2) Ram Alumunium 3” Tebal minimal 1 mm “ALEXINDO, ALUTAMA, YKK “.
3) Metal Stud 34.100.0,5mm.
4) Kaca bening, kaca es, kaca tempered “ASAHIMAS, MIRALUX, MULIA “.
5) Door Closer “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
6) Handle stainlees “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
7) Patch Lock Fitting “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
8) Patch Fitting “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
9) Floor Hinges “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
10) Rambuncis Sekualitas “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
11) Cassement Sekualitas “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
12) Engsel, grendel, kait angin, “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
13) Rell pintu lipat “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
14) Aluminum louvre.
15) Pintu darurat Uk. 90 x 210cm
a. Frame : C Profil SPCC 2,00mm
b. Door Panel : SPCC 1,5m
c. Infilling : Rockwall 100 kg/m3
d. Handle Pintu Panik Bar
e. Fire Rate : 2-3 Jam
f. Double plywood 6mm finnish melamin.
16) Friction stay.
17) Stiker Sunblasting.
42
18) material lainnya dan material pendukung seperti silent, baut dan lain-lain.Ukuran,
ketebalan, dan dimensi menyesuaikan dengan gambar sesuai dengan jenis
pekerjaannya.
43
1.15. PEKERJAAN KERAMIK.
1.15.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Keramik meliputi pekerjaan pemasangan keramik pada lantai, dinding dan
tangga sesuai dengan gambar rencana.
1.15.2. Material
Keramik lantai menggunakan Homogenius Tile Ukuran 60 x 60cm “ VENUS TILES,
INDOGRESS “ dengan Plin keramik ukuran 10 x 60cm. Pada teras menggunakan
Homogenius Tile Ukuran 60 x 60cm ( UNPOLISH ) “ VENUS TILES, INDOGRESS
“ dengan plin keramik ukuran 10 x 60cm.
Pada lantai kamar mandi dan lavatory menggunakan keramik ukuran 30 x 30cm “
KIA, MILAN “. Penutup dinding kamar mandi menggunakan keramik ukuran 30 x
60cm “ KIA, MILAN “. dengan list keramik ukuran 10 x 30cm sekualitas “ KIA “.
Keramik lantai tangga menggunakan Homogenius Tile Ukuran 60 x 60cm “ VENUS
TILES, INDOGRESS “ dengan Stepnozing Ukuran 8 x 60 cm.
1.15.3. Pelaksanaan
1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan keramik meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan,
serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas disertai gambar shop drawing.
2) Keramik yang masuk ke tapak harus diseleksi, agar sesuai dengan ukuran, bentuk
dan warna yang telah ditentukan. Dus keramik harus dalam keadaan tersegel
dengan spesifikasi yang ditentukan. Warna, ukuran, tekstur, dan bentuk harus
seragam. Keramik yang tidak sesuai dengan spesifikasi tidak boleh dipasang.
3) Pemasangan keramik boleh dilakukan bila Instalasi M&E pada lantai sudah
selesai.
4) Untuk keramik jenis acian semen, keramik harus direndam air hingga jenuh air
terlebih dahulu sebelum dipasang, untuk keramik jenis addesive keramik ,
keramik tidak boleh direndam air.
5) Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang
tercantum pada gambar adalah level finish lantai, karenanya screeding dasar
44
harus diatur hingga memungkinkan pada keramik dengan ketebalan yang berbeda
permukaan finishnya terpasang rata.
6) Header/kepalaan keramik harus dibuat pada dua arah dengan bantuan teodolit
7) Adukan semen untuk screeding dibuat dengan pebandingan 1 pc : 3 pasir.
Adukan perekat dengan perbandingan 4,5 kg adesive dengan 1 liter air.
8) Lantai harus benar-benar terpasang rata, baik yang ditentukan datar maupun yang
ditentukan mempunyai kemiringan.
9) Kemiringan tidak boleh kurang dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area toilet.
Sedangkan untuk area lain, tidak boleh kurang dari 12 mm pada jarak 10 m.
Kemiringan harus lurus hingga air bisa mengalir semua tanpa meninggalkan
genangan.
10) Pemotongan keramik harus menggunakan alat yang sesuai agar menghasilkan
hasil potongan yang rata, tidak bergerigi.
11) Keramik harus dilindungi dari pergerakan selama 48 jam setelah pemasangan
dengan menempatkan rambu atau tanda.
12) Pasangan keramik harus diperiksa jarak dan kelurusan nat-nya, tidak kosong
aciannya, tidak retak dan gores, beda tinggi keramik (plint) maksimal 1 mm.
13) Keramik boleh di-grouting atau kolot setelah berumur 24 jam. Warna grouting
harus seragam, halus dan tanpa celah, bila perlu gunakan alat bantu untuk
meratakan grouting. Tepi dinding diberi sealant atau dibiarkan saja tanpa
grouting untuk ruang muai-susut.
1.16.2. Material
1) Rangka besi hollow 40.40.0,3mm dan 40.20.0,3mm Galvanized.
2) Plafond PVC 10mm “ INDOFON “.
3) Kalsium Silikat tebal 6 mm uk. 240 x 120 cm " KALSIPLANK, NUSABOARD,
JAYABOARD " bebas asbes.
45
4) List profil gypsum lebar 5-10 cm “ LOCAL “.
5) List PVC “INDOFON”
6) Kasa gypsum.
7) Tepung gypsum “A PLUS, ELEPHANT “.
8) Alkasit “A PLUS, ELEPHANT “.
9) Paku skrup.
10) Kawat penggantung.
46
c. Ornamen Besi Strip.
2) Railling Tangga Darurat.
a. Besi Hollow Stainlees 40.60.2,3mm.
b. Besi Hollow Stainlees 20.40.2,3mm.
c. Ornamen Besi Strip.
1.18.2. Material
1) Aluminium Composit Pannel (ACP) eksterior 4mm, PVDF 0,3 alloy 3003
Sekualitas “ SEVEN “.
2) Rangka besi hollow 40.40.1,2mm.
3) Bracket besi siku 40.40.2,8mm.
4) Stiffener.
5) Assesoris ( sealant, lakban, skrup, spon mati )
47
menggunakan Alumunium Stiffener.
2) Blind digunakan untuk memasang paku keling panel ke sub – frame alumunium
akan alumunium paduan dengan baja stainless Mandrel.
3) Semua panel harus dipotong dan diarahkan satu arah panah menggunakan
peralatan dan alat – alat yang direkomendsikan dan disetujui oleh produsen
panel. Setelah lipat kedalam kaset, sebuah alumunium ekstrusi profil akan
ditetapkan untuk 25mm minimum dalam tikungan kembali menggunakan paku
keling 5mm
4) Jika penguatan panel akan dibutuhkan, sebuah alumunium ekstrusi profil yang
sesuai penampang dan kekuatan akan terikat ke sisi sebaliknya panel
menggunakn pita perekat sisi “3M VHB4991” atau PU perekat “Sikaflex – 221”.
Penerapan sistem ikatan akan diperketat sesuai dengan spesifikasi manufaktur
dan rekomendasi, ujung mekanis menggunakan stiffiner akan bergabung ke panel
sub – frame.
5) Setiap panel harus ditandai di sisi sebaliknya untuk memudahkan identifikasi
ukuran dan lokasi.
6) Selesai panel akan disimpan dan dikirim ke site / lokasi dalam posisi vertikal,
face-to-face resp. back-to-kembali, dengan perlindungan yang memadai untuk
mencegah goresan dan penyok.
7) Pengelupasan pelindung diterapkan pabrik-off foil hanya boleh dihapus
48
1.19.2. Cat dinding dan beton
1) Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan cat dinding dan beton adalah pengecatan seluruh
plesteran bangunan dan/atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.
2) Material
Semua cat yang akan di pakai harus mendapat persetujuan dari PPK, pengelola
Teknis Dan Konsultan Perencana,setelah mengadakan percobaan pengecatan
(mock up).
3) Cat yang di gunakan
a. Tembok Luar Type " Weathershield ": “, PROPAN EKSTERIOR, DULUX,
MOWILEX”
b. Tembok Dalam : “ PROPAN INTERIOR, CATYLAC, PROPERTIS,
DECOLITE “.
c. Tembok Plafon : “ PROPAN INTERIOR, CATYLAC, PROPERTIS,
DECOLITE “.
d. Dinding Partisi GRC Board : Sekualitas : “ PROPAN INTERIOR,
CATYLAC, PROPERTIS, DECOLITE “.
e. Besi : Zincromate “ Sekualitas MEIJI “,
f. Cat besi Sekualitas “ BEE BRAND ".
1.19.3. Standar :
1) SNI 03-2407-1991 (Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah dan Gedung).
2) Tata Cara Pengecatan dinding untuk Rumah dan Gedung.
3) SNI 03-2408-1991 (Tata Cara Pengecatan Logam).
4) Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pengecatan meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan
alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat
hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis
dan Konsultan Pengawas.
b. Sebelum pengecatan dimulai plasteran telah berumur 14 hari, dinding harus
diamplas halus, bersih dari debu, lubang-lubang yang mungkin ada sudah
49
diisi, celah dan retak sudah diperbaiki
c. Permukaan dinding harus kering (periksa dengan higrometer, kelembaban
maksimal 15 %), kadar alkali rendah (periksa dengan kertas lakmus setelah
kurang lebih 10 menit berubah hijau).
d. Plamur digunakan untuk bekas bobokan, retak, dinding luar tidak boleh
menggunakan plamur.
e. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis dan
lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
f. Untuk warna-warna yang sejenis, penyedia Jasa konstruksi diharuskan
menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor percampuran (batch number)
yang sama.
g. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh,
rata, licin, tidak ada bagian yang belang.
50
3) Pelaksanaan Pekerjaan
a. Semua kayu hanya boleh dimenie dan di cat di lokasi proyek dan mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas.
b. Sebelum pekerjaan manie dan cat dilakukan, bidang kayu kasar harus
diamplas dengan amplas kayu kasar dan dilanjutkan dengan amplas kayu
halus sampai permukaan bidang licin dan rata.
c. Pekerjaan manie dan cat dilakukan dengan menggunakan kuas, dilakukan
berlapis, sedemikian rupa sehingga bidang kayu tertutup sempurna dengan
lapisan manie dan cat.
51
Assesoris : Kursi, lemari, rak buku, meja kerja, batal duduk, zink stainless,
tempat cuci dan kran air, kompor induksi, cooker hood, grease
trap.
1.20.5. Pelaksanaan
Pemasangan Interior harus dilakukan oleh Aplikator yang direkomendasikan Pabrikan
Interior.
1.21.4. Matrial
Epoxy lantai menggunakan ketebalan 2000 micron “PROPAN, JOTUN, PUFFIN
PAIN”
1.21.5. Pelaksanaan
1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan keramik meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas
52
disertai gambar shop drawing.
2) Persiapan Permukaan
a. Beton harus memenuhi kreteria minimum mutu K-300, Permukaan beton
harus kering, moisture content maksimum 4% diukur menggunakan moisture
meter yang terkalibrasi, Permukaan beton halus (trowel finish), memiliki
level yang baik, disarankan min deviasi 3mm/3m
b. Gunakan gerinda atau shot blasting, semua laitance harus dibuang,
permukaan beton harus kering, bebas kotoran, pori pori terbuka sempurna,
sekeliling perimeter dipersiapkan menggunakan hand held preparation
equipment (gerinda tangan).
c. Area yang rusak harus diperbaiki terlebih dahulu, dapat menggunakan
Polyfloor PFM 212, atau konsultasi dengan Propan untuk alternatif.
d. Apabila moisture content dalam beton masih tinggi (lebih dari 4.%) dimana
jadwal aplikasi mendesak, maka pabrikan menyarankan menggunakan
tambahan material sebagai moisture barrier yaitu Polyfloor PFC 225 3K WB
dengan ketebalan 2 mm kemudian diikuti dengan spek floor coating yang
sudah ditentukan.
53
1.22. PEKERJAAN PAVING BLOCK
1.22.1. Lingkup pekerjaan
1) Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan Paving Block untuk area landskape
dengan menggunakan material permukaan Paving Block dengan ketentuan jenis,
ukuran dan kekuatan seperti dalam gambar dan spesifikasi teknis yang telah
ditentukan.
2) Pemasangan Paving Block harus dilakukan oleh Aplikator yang direkomendasikan
Pabrikan Paving Block.
3) Pekerjaan ini termasuk pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan “sub grade” dan
lantai kerja sesuai dengan seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam
gambar. Kemiringan lantai dibuat ke arah pembuangan air seperti yang
ditunjukkan dalam gambar
54
f. Paving Block yang tidak memenuhi standar toleransi tidak diterima (
ditolak).
g. Ukuran Paving Block menyesuaikan dengan gambar rencana.
3) Persyaratan Pasir
a. Pasir Perata:
Sebagai lapis perata yang dimaksudkan untuk memberi kesempatan Paving
Block memposisikan diri terutama dalam proses penguncian.
b. Pasir Pengisi:
Pasir pengisi ini diisikan pada celah–celah diantara Paving Block
dengan fungsi utama memberikan kondisi kelulusan air, menghindarkan
bersinggungannya. Baik pasir perata dan pasir pengisi, spesifikasinya
adalah Pasir pasang halus
1.22.5. Pelaksanaan
Urutan pekerjaan pemasangan paving block adalah :
1) Pekerjaan ”mock up” dan pengukuran/penetapan peil - peil.
a. Sebelum melaksanakan pemasangan paving block secara keseluruhan,
Penyedia Jasa Pelaksana harus melaksanakan contoh pemasangan paving
block ”Mock Up” sesuai dengan gambar perencanaan, dengan luas minimal 4
55
m2. Penyedia Jasa Pelaksana baru bisa melanjutkan pekerjaan pemasangan
Paving Block, setelah hasil pelaksanaan pemasangan paving block ”Mock
Up” disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas dan Pemberi
Pekerjaan.
b. Kontraktor diwajibkan memberitahukan kepada Direksi setiap kali suatu
bagian pekerjaan akan dimulai untuk dicek terlebih dahulu ketetapan peil-peil
dan ukurannya.
c. Sebelum pekerjaan pengukuran dimulai, Kontraktor wajib membuat serta
memasang patok-patok ukur yang dibuat dari kayu yang kuat dengan ukuran
5 x 7 cm panjang di atas permukaan tanah minimal 30 cm, dicat dengan
warna merah. Patok-patok tersebut harus ditanam kuat dan tidak boleh
berubah selama pekerjaan berlangsung dan sampai dengan pekerjaan selesai.
56
e. Memasang Paving Block harus maju, dengan posisisi pekerja diatas block
yang sudah terpasang.
f. Pengisian pasir halus harus segera kita lakukan setelah pamasangan Paving
Block dan segera dilanjutkan dengan pemadatan paving.
g. Pemadatan Paving Block dilakukan dengan menggunakan alat pla compactor
yang mempunyai plat area 0,35 s/d 0,50 m2 dengan17 gaya sentrifugal
sebesar 16 s/d 20 kN dan getaran dengan frekwensi 75 s/d 100 MHz.
Pemadatan hendaknya dilakukan secara simultan bersamaan dengan
pemasangan paving dengan minimal akhir pemadatan meter dibelakang akhir
pasangan. Jangan meninggalkan pasangan paving tanpa adanya pemadatan,
karena hal tersebut dapat memudahkan terjadinya deformasi dan pergeseran
garis joint akibat adanya sesuatu yang melintas melewati pasangan Paving
Block tersebut. Pemadatan sebaiknya kita lakukan dua putaran, putaran yang
pertama ditujukan untuk memadatkan pasir alas dengan penurunan 5 – 15
mm (pasir yang dipakai). Pemadatan putaran kedua, disertai dengan menyapu
pasir pengisi celah/naat block, dan masing-masing putaran dilakukan paling
sedikit 2 lintasan.
57
direkomendasikan Pabrikan .
1.23.6. Pelaksanaan
1) Pemasangan kansteen beton harus dilakukan sesuai dengan gambar dan digali
kemudian antar kansteen diisi dengan spesi dengan perbandingan 1 Pc : 4 Ps.
2) Kerb dari beton pra cetak harus merupakan jenis/tipe yang diperlihatkan pada
58
Gambar dan dari kualitas baik yang dapat diperoleh secara lokal dan dapat
diterima oleh Direksi
3) Kerb yang dibuat di luar tempat proyek, maka Penyedia Jasa harus mengajukan
pada Direksi Teknik contoh-contoh dari produk bersama dengan sertifikat
pengujian dari pabrik yang membuktikan mutu sebelum bahan-bahan semacam itu
digunakan dalam Pekerjaan. Dalam hal dimana pabrik tidak melaksanakan
pengujian dengan memuaskan bagi Direksi maka Penyedia Jasa harus menguji
jenis-jenis tersebut, sebagaimana diarahkan oleh Direksi
4) Jalur-jalur yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus dibersihkan dan dileveling
sampai bentuk dan kedalaman yang diperlukan, dan pondasi di atas mana Kerb
tersebut akan ditempatkan harus dipadatkan sampai suatu permukaan yang rata.
Semua bahan yang lunak dan tidak sesuai harus dikeluarkan dan diganti dengan
bahan yang sesuai yang harus dipadatkan secara menyeluruh.
5) Kerb dibuat dengan teliti sesuai dengan Gambar Detail, garis-garis dan ketinggian
sebagaimana terlihat pada Gambar atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi
Teknik. Semua Kerb yang harus dibuat pada suatu lengkungan sampai suatu radius
kurang dari pada 20 meter harus dibuat dengan menggunakan cetakan-cetakan
lengkung atau unit-unit Pracetak yang melengkung.
6) Kerb dan jenis-jenis pra-pabrikasi lainnya harus diletakkan dengan sambungan-
sambungan yang serapat mungkin.
7) Setelah pekerjaan pemasangan paving dan blok-blok kerb telah dipasang menurut
ketetapan dari Direksi Teknik, maka setiap daerah galian yang tersisa harus diurug
dengan bahan yang disetujui.
8) Pengecatan kansteen beton dilakukan dengan menggunakan cat khusus untuk
kansteen/ cat luar dengan warna dan pola sesuai dengan petunjuk Direksi.
1.24.2. Material :
1) Kran air diameter 1/2" “ ONDA, SAN-EI, WASSER”.
2) Seal tape
59
3) Floor drain stainless steel “ONDA, ROUND ”.
4) Roof drain stainless steel “ONDA, ROUND ”.
5) Pipa PVC type AW “ RUCIKA, PRALON, VINILON “.
6) Pipa PPR-PN “WAVIN TIGRIS/RUCIKA GREEN”
7) Kloset Duduk Sekualitas" TOTO ".
60
10) Penyekat urinoir Sekualitas “TOTO”
12) Pengadaan Dan Pemasangan Bak Cuci Piring Stainlees Sekualitas " ex. Royal SB
88 "
61
1.24.3. Pelaksanaan pekerjaan
1) Pekerjaan Kloset
a. Kloset beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi
dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya
dan telah disetujui Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
b. Kloset harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai gambar,
waterpass. Semua noda-noda harus dibersihkan, sambungan-sambungan
pipa tidak boleh ada kebocoran-kebocoran.
2) Floor Drain
a. Floor drain yang digunakan adalah floor drain stainlees steel type sekualitas
Onda.
b. Floor drain dipasang ditempat-tempat sesuai gambar.
c. Floor drain yang dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan disetujui
Konsultan Pengawas.
d. Pada tempat-tempat yang akan dipasang floor drain, penutup lantai harus
dilobangi dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan
ukuran sesuai ukuran floor drain tersebut.
e. Setelah floor drain terpasang, pasangan harus rapih, dibersihkan dari
noda-noda semen dan tidak ada kebocoran.
3) Pemasangan Pipa-pipa dan kran
62
a. Pada pipa yang dipasang pada element struktur seperti pondasi, balok,
kolom, pipa tidak boleh langsung menembus bagian konstruksi, tapi harus
dibuat selubung (sleeve) dipasang pada tempat di mana pipa harus
menembus bagian struktur itu. Sleeve harus dilengkapi dengan tulangan
baja. Pipa harus masuk sepenuhnya di fitting maka untuk ini harus
dipergunakan alat pres. Selain itu pemotongan pipa menggunakan alat yang
sesuai dengan hasil tegak lurus terhadap batang pipa.
63
g) Penggantungan pipa pada pipa lainnya.
Pipa tidak boleh digantungka pada pipa lainnya karena dapat
menimbulkan lendutan pada pipa diatasnya.
h) Baut penggantung pipa
Baut ini harus dipasang vertikal dengan baik terutama kalau klemnya
dilengkapi dengan cincin karet peredam getaran. Harus dijaga agar
karet mendapat beban yang merata.
i)Kebebasan arah lateral
Pipa harus dipasang dengan kuat oleh penggantung atau penumpu agar
tidak bergerak dalam arah lateral atau melintang.
j)Jarak tumpuan atau penggantung untuk pipa tegak paling jauh 1,2 m.
4) Pekerjaan Drainase
a. Penggalian
Penggalian parit untuk sistem drainase dan pembuangan air kotor harus
64
merupakan garis lurus dengan kedalaman, kemiringan yang ditunjukkan
pada gambar rencana. Parit tersebut harus mempunyai lebar sehingga
memungkinkan pekerja dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik karena
ruang geraknya mencukupi. Tanah galian tidak diperbolehkan ditimbun
melebihi 50 cm pada sisi-sisi parit tersebut dan sisa-sisanya diberikan
penahan dan sebagainya, jika diperlukan untuk menjaga penggalian tanah
melebihi dari yang direncanakan maka harus ditutup dengan beton tumbuk
atau beton lain sesuai dengan permintaan Direksi. Pada saat pelaksanaan
tanah galian yang akan digunakan kembali untuk tanah timbunan harus
dijaga agar tanah tersebut bebas dari pengotoran yang dapat merusak mutu
pekerjaan. Bagian bawah dari galian tanah harus menunjukkan daya dukung
yang baik agar dapat mendukung beban yang akan bekerja di atasnya. Juga
harus dihindari dari genangan air yang dapat mengganggu lancarnya
pekejaan.
a) Pipa Beton/Buis Beton
Ukuran pipa beton maupun sambungannya harus sesuai dengan
gambar rencana. Bentuk pipa harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
b) Pipa harus lurus, dengan ukuran sesuai rencana, ujungnya tajam dan
tidak rusak.
c) Permukaannya harus menunjukkan sifat-sifat yang merata dan tanpa
cacat berupa lubang-lubang atau retak-retak, permukaan diberi acian.
d) Pipa harus kering betul dan siap untuk dipasang.
e) Sambungan antara pipa yang satu dengan yang lain harus
dilaksanakan dengan mortar dengan perbandingan campuran 1 pc : 3
psr.
b. Letak Pipa Drainase
Setiap pipa harus diperhatikan secara seksama pada saat tiba di tempat
pekerjaan. Pipa-pipa yang tidak sempurna tidak boleh dipakai dan harus
dipisahkan. Pipa drainase harus diletakkan merupakan garis lurus dan
dengan kemiringan seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana. Perhatian
khusus harus diberikan agar penempatan pipa tersebut sesuai hasil yang
direncanakan dengan menempatkan patok-patok tetap dan sebagainya.
65
c. Test Sistem Drainase
Setelah dirasa cukup maka sistem drainase harus di test terlebih dahulu
untuk menguji apakah seluruh sistem bisa bekerja dengan baik. Test tersebut
harus menunjukkan hasil yang baik dan tidak boleh menunjukkan hambatan,
yang berarti kurang berfungsinya seluruh sistem dengan baik. Jika
dipandang perlu oleh Direksi maka bagian yang cacat tersebut harus
dibongkar dan diperbaharui dengan kerja dan atas biaya Penyedia
barang/jasa.
d. Pembetulan Jalan, Lantan dan sebagainya.
Jika pipa-pipa dan sebagainya memotong jalan maka setelah pemasangan
nya berakhir bagian bangunan atau jalan yang kena pemotongan tersebut
harus dikembalikan seperti semula. Kerusakan akibat pemasangan pipa dan
sebagainya harus diperbaiki seperti sedia kala, dan segala biaya yang
dikeluarkan akibat kerusakan tersebut menjadi tanggungan Penyedia
barang/jasa.
66
2) Pompa Grundfos SQ 7 - 40, Kapasitas 116 Liter/Menit, Head 37 Meter Lengkap
Dengan Instalasinya
3) Pompa Booster Grundfos SCALA2, Daya Dorong 40 Meter, Sistem Tekan
Maksimal 10 Bar Lengkap Dengan Instalasinya
4) Pasang panel pompa + WLC 18,5 KW X 3 PHASE - 380/660
5) Pasang kabel NYY 3x2.5 sekualitas supreme untuk instalasi pompa automatis.
6) Pasang Kabel NYY 3x4 Sqmm dan NYY 3x6 Sqmm sekualitas supreme untuk
instalasi pompa manual.
7) Pada Panel pompa menggunkan kabel NYY 4x35 sqmm sekualiatas supreme
8) Menggunakan Pipa PPR PN sekualitas wafin tigris/ rucika green
67
1.26. PEKERJAAN PENGADAAN DAN PEMASANGAN BIO SEPTICTANK
1.26.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini adalah pengadaan dan pemasangan bio saptictank dan instalasi lengkap
dengan material bantu sampai dengan berfungsi. Untuk peletakannya seperti yang
ditunjukkan pada gambar rencana.
68
bagiannya
7) Cekan setiap sambungan, usahakan agar tidak bocor di masing-masing
sambungan
8) Tutup tanki dengan penutupnya, putar dengan kencang sehingga tidak bocor
9) Jika bagian atas tanki hendak dibebani dengan beban yang berat, maka lakukan
pengecoran dengan beton bertulang dengan ketebalan 10 cm
10) Lakukan pengetesan dengan menyiram air dari kloset/WC, dan bio septic tank
siap digunakan
1.27.2. Standar
1) Perda Pemda setempat Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah
Setempat
2) Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum No.
10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
3) NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher
4) NFPA-13, Standard for The Installation of Sprinkler Systems
5) NFPA-14, Standard for The Installation of Standpipe and Hose Systems
6) NFPA-20, Standard for The Installation of Centrifugal Fire Pumps
7) SNI 03-1735-2000
8) SNI 03-1745-2000
9) Mc. Guiness, Stein & Reynolds
10) Mechanical & Electrical for Buildings
11) Undang-undang Nomor 1Tahun 1970;
12) Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Per. 02/ Men/ 1983;
13) Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Per. 04/ Men/ 1995;
14) Intruksi Menteri Tenaga Kerja R.I No. Ins. 11/ Men/ 1997;
15) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 186/ Men/ 1999.
69
1.27.3. Material
1) Box Hydrant - “ OZEKI, APPRON, YAMATO “.
a. Fire Hose 2,5 x 30 mtr Machino Coupling
b. Hose rack 2,5”
c. Hose Nozzle 2,5”
2) Pipa BS SCH 40 Ø 4" Sekualitas Spindo
3) Gate Valve “ KITZ, NBC, TOYO “.
Box harus dilengkapi Alarm Push Button, Alarm Lamp dan Alarm Horn.
Merek untuk referensi adalah ITACHIBORI No.B- 8 dengan modifikasi.
a. Hose rack untuk slang 40 mm, chronium plated bronze dengan jumlah gigi
disesuaikan dengan lebar box.
b. Hydrant valve, chronium plated 40 mm dan 65 mm sambungan dan
bentuk valve disesuaikan dengan posisi pipa.
c. "JET" Firehose A- one type size 40 mm x 30 meter including couplings.
(Jenis kopling disesuaikan dengan jenis Dinas Pemadam Kebakaraan DKI).
d. Hydrant nozzle variable spray type size 40 mm.
70
2) Spesifikasi BSP SCH 40
Tekanan Standard 40 bar
URAIAN KETERANGAN
Pipa BSP 40
Sambungan/fiting - Diameter 50 mm kebawah Screwed
- Diameter 65 mm keatas Welding Joint
Reducer Seperti diatas, model concentric
Solvent Cement Sesuai rekomendasi pabrik pembuat
Valve & Strainer Dia. 50 mm kebawah, malleable cast iron body class 200 lbs dengan
sambungan ulir, BS 21 / ANSI B 2.1. Dia. 65 mm keatas, cast iron body
class 200 lb dengan sambungan flanges, OS & Y Type
3) Saimesh Connection
Siamese connection dibuat dari bronze lengkap dengan built-in check valve dan
outlet coupling yang sesuai dengan standard yang dipergunakan oleh Dinas
Pemadam Kota.
4) Gate Valve
a. Tipe bronze body, non rising stem, screwed bonnet, solid wedge disk,
screwed end untuk valve sampai dengan diameter 50 mm atau bisa
digunakan tipe Butterfly untuk diameter 15 mm sampai dengan diameter 25
mm.
b. Tipe flanged or lugged body, stainless steel disk, stainless steel shaft, hand
wheel operated with position indicator untuk valve lebih besar dari diameter
50 mm dengan body material cast iron untuk tekanan 150 psi dan carbon
steel untuk tekanan 300 psi.
71
1.28.2. Material
1) Instalasi Heat Detector type Rate Of Rise (ROR) dan Smoke detector
2) Heat Detector ROR (Detektor panas) “ APPRON, NITTAN “.
Dengan data teknis :
a. Frequency test : dapat dipakai berulang kali
b. Working temperature : 57 ° C
c. Operating Voltage : ± 20 V DC
d. Quescent Current : < 100 mA
e. Alarm Current : < 80 mA
3) Smoke Detector (Detektor asap) “ APPRON, NITTAN “.
Dengan data Teknis :
a. Frequency test : dapat dipakai berulang kali
b. Operating Voltage : ± 20 V DC
c. Quescent Current : ± 100 mA
d. Alarm Current : maks. 100 mA
4) Instalasi Flow Switch, Tamper switch
5) Instalasi Manual Push Button/Break Glass
6) Instalasi Indicator Lamp
7) Instalasi Alarm Bell
8) Manual Push Button/Break Glass
9) Indicator Lamp “ APPRON, NITTAN “.
10) Alarm Bell “ APPRON, NITTAN “.
11) EOLR “ APPRON, NITTAN “.
12) Kabel NYA 2x1x1.5 mm dalam High Impact conduit dia. 20 mm Merk “
SUPREME , TRANKA, KABELINDO ”.
13) MCFA sekualitas “ HOOSEKI “
MCFA yang digunakan memakai Sistem Semi Addressable, Fireman intercom,
Synthetic Sound, Nicad battery, Power supply charger yang mempunyai
voltmeter DC. MCFA harus mempunyai pintu dengan jendela penglihat.
MCFA ini harus mempunyai fasilitas lampu tanda :
a. Bell Off
b. Reset
c. Testing
72
d. Lamp test
e. Fault Signal General
f. Signal for Alarm Condition
g. Signal for “Zone Off”
73
tangga kabel/lader.
d. Konduit harus di klem ke struktur bangunan dengan sadle klem.
4) Trunking Kabel dan tangga kabel
a. Trunking kabel dan tangga kabel harus dipasang Horizontal dan satu garis
vertikal.
b. Tangga kabel dipasang ke dinding shaft dengan memakai 3 buah dynabolt
berukuran + 1/2-2" x 2" pada jarak 75 cm.
c. Trunking kabel digantung dilantai bangunan dengan dynabolt berukuran +
1/-2" x 2".
5) Kabel
Kabel yang dipakai harus dari jenis NYM 2 x 1,5 mm dipasang dalam PVC
konduit untuk kabel intercom digunakan indoor telepon cable dengan diameter
0,6 mm dipasang dalam conduit.
6) Konduit
Konduit yang dipakai adalah PVC high impact conduit dengan diameter dalam
minimum 1 1/2 kali diameter luar kabel.
74
11) Volt Meter 500A.
12) Ground road + BC 25 mm lengkap dengan elektroda tanah
13) Ground road + BC 10 mm lengkap dengan elektroda tanah.
14) Lampu Downlight LED 20 Watt “ PHILLIPS, OSRAM, GE “, dengan Armature
“ PHILIPS, ARTOLITE, SCARTO “.
15) Lampu Downlight LED 5 Watt “ PHILLIPS, OSRAM, GE “, dengan Armature “
PHILIPS, ARTOLITE, SCARTO “.
16) Lampu RM 2X18 W w/reflektor dengan armature “ PHILIPS, ARTOLITE,
SCARTO “ dengan Bolam “ PHILLIPS, OSRAM, GE “.
17) Lampu Barret Circular 22 W “ PHILLIPS, OSRAM, GE “ dengan armature “
PHILIPS, ARTOLITE, SCARTO “.
18) Stop kontak Inbow “ CLIPSAL, PANASONIC, SCHNEIDER “.
19) Stop kontak AC “ PANASONIC, PHILIP, CLIPSAL, SCHNEIDER “
20) Saklar double IB “ CLIPSAL, PANASONIC, SCHNEIDER “.
21) Saklar tunggal IB “ CLIPSAL, PANASONIC, SCHNEIDER “.
22) Saklar hotel “ CLIPSAL, PANASONIC, SCHNEIDER “.
23) Exhaust Fan Diameter = 40 cm Sekualitas “ PANASONIC, CKE, KDK “.
24) Semua instalasi dalam pipa conduit High Impact 20 mm “ EGA, CLIPSAL,
LEGRAND, PRALON “.
25) Transformator ” PT. Bambang Djaja”
Spesifikasi Teknis:
a. Design standard : IEC 60076
b. Transformer type : Totally Oil Filled
c. Frequency (Hz) : 50
d. Installation : Indoor
e. Type of cooling : ONAN
f. Rated power At
ONAN (KVA) : 315
At ONAF (KVA) : N.A
g. Connection symbol (Vector Group) : YNyn0
h. High voltage (kV) : 20
i. Low voltage winding (kV) : 0.4
j. Insulation class :A
k. Winding conductor material : Copper
75
l. High voltage winding:
Highest voltage for equipment (kV) : 24
Power frequency withstand voltage (kV) : 50
Full wave lightning impulse voltage (kV peak) : 125
Winding connection : Wye
Type of termination : Plug-in
m. Low voltage winding:
Highest voltage for equipment (kV) : 1.1
Power frequency withstand voltage (kV) : 3
Full wave lightning impulse voltage (kV peak) : -
Winding connection : Wye
Type of termination : Porcelain
n. Tertiary voltage winding:
Highest voltage for equipment (kV) : N.A
Power frequency withstand voltage (kV) : N.A
Full wave lightning impulse voltage (kV peak) : N.A
Winding connection : N.A
Type of termination : N.A
o. Tap changer type : Manual Off-Load Tap Changer
p. Tapping regulation range (kV) : ± 2 x 2.5% (5 Taps)
q. Guaranteed no load loss at 100% rated voltage
and frequency (kW) : 0.7
r. Guaranteed load loss at 75°C at
rated voltage at principal tap At ONAN (kW) : 4.6
s. Guaranteed auxiliary loss at 100% rated voltage
and frequency (kW) : N.A
t. Guaranteed impedance at 75°C
at rated voltage at principal tap
At ONAN % :4
At ONAF % : N.A
u. Efficiency at normal tap 100% 75% 50% 25%
Load Load Load Load
At pf 0.8% : 97.94 98.29 98.55 98.46
At pf 1.0 % : 98.35 98.61 98.84 98.76
76
v. Voltage regulation
At pf 8% : 3.42
At pf 1.0% : 1.54
77
- sensor temperatur (thermometer)
- thermostat
- gas detection relay
- multiple function safety relays = DMCR
Roda-roda
Bantalan anti getar
cc. Finishing
Transformator harus dapat bekerja pada keadaan cuaca panas dan lembab,
dan harus diberifinishing yang tahan cuaca tropis. Finishing yang akan
dipergunakan harus disebutkan dalam penawaran.
78
1.30. PEKERJAAN AC DAN INSTALASI.
1.30.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan AC meliputi pekerjaan instalasi power AC lengkap dengan stop kontak AC
dan Instalasi pipa drain.
1.30.2. Material
1) Kabel NYM 3 x 2,5 sqmm “ SUPREME, KABEL METAL, KABELINDO “.
2) Stop Kontak AC “ PANASONIC, PHILIP, CLIPSAL, SCHNEIDER “.
3) Pipa Referigerant 3/8".
4) Pipa drain AC PVC type AW “ RUCIKA, PRALON, VINILON “.
5) Air Conditioner Inverter Kap. 1/2 PK “ DAIKIN, LG, PANASONIC ”.
a. Type : Split.
b. Ukuran Pipa Liquid & Gas (Inch) : Dia.1/4” Dan Dia. 3/8 “.
c. Tipe Refrigrant : R32.
6) Air Conditioner Inverter Kap. 1 PK “ DAIKIN, LG, PANASONIC ”.
a. Type : Split.
b. Ukuran Pipa Liquid & Gas (Inch) : Dia.1/4” Dan Dia. 3/8 “.
c. Tipe Refrigrant : R32.
79
pekerjaan serta contoh material yang akan dipakai harus mendapat persetujuan
dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas disertai soft drawing.
2) Arah, letak dan jarak seperti yang ditunjukan pada gambar.
3) Pola pemasangan dan Instalasi harus sesuai rencana.
4) Semua instalasi pemasangan panel dan pengabelan harus sesuai dengan rencana
5) Untuk pekerjaan selain di atas menyesuaikan dengan gambar kerja dan
spesifikasi material yang telah ditentukan.
6) Apabila pada spesifikasi teknis atau pada gambar rencana disebutkan merk
tertentu atau kelas mutu dari material/ komponen tertentu, maka penyedia Jasa
konstruksi di wajibkan melaksanakan / menawar material yang dalam mutu yang
di sebutkan. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi tidak dapat di adakan
material yang disebutkan dalam tabel material, karena alasan kuat dan dapat
diterima pemilik, Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis, maka dapat carikan
penggantinya merk / tipe dengan suatu sanksi tertentu kepada penyedia Jasa
konstruksi.
1.31.2. Material
1) Instalasi Speaker Kabel NYMHY 2 x 1,5 mm “ SUPREME, KABEL METAL,
KABELINDO “.
2) Cealing Speaker Sekualitas “ TOA ”.
3) Horn Speaker 15W Sekualitas “ TOA “.
4) Terminal Box Sound System
5) Perangakat Utama
a. Power Amplifier 120W Sekualitas “ TOA ”
b. Paging Microphone
c. AM/FM Tuner
80
d. DVD Player
e. Power Surge Arrester 40kA
f. Cabinet Rack
g. Material Bantu
1.31.3. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Sebelum memulai pekerjaan selambat lambatnya 2 hari,Penyedia jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Sound System dan Instalasi meliputi
volume pekerjaan,jumlah tenaga dan alat,jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan
serta contoh material yang akan dipakai harus mendapat persetujuan dari Direksi
Teknis dan Manajemen konstruksi disertai soft drawing.
2) Rak peralatan Sound System ditempatkan sesuai dengan fungsi sistem.
3) Semua kabel yang keluar dari peralatan harus melalui kabel gland dan memakai
flexible kabel konduit.
4) Kotak hubung bagi harus dibuat dari plat besi setebal 2 mm minimum dan
seluruhnya harus dicat anti karat dengan zinchromat sebelum dicat akhir dengan
cat bakar acrylic warna abu-abu. Kotak hubung bagi harus dilengkapi dengan
kunci yang seragam untuk semua kotak hubung bagi dan terminal penyambungan
kabel. Kotak hubung bagi harus dilengkapi dengan kabel gland sebanyak jumlah
kabel yang keluar / masuk.
5) Kotak hubung ditempatkan di ruang M/E setiap lantai pada ketingggian 150 cm
dari lantai. Pemasangan kotak hubung memakai dynabolt 1/2" x 2" sebanyak 4
buah. Semua kabel yang masuk/keluar kotak hubung harus memakai kabel gland.
6) Semua kabel instalasi dalam gedung digunakan kabel NYM atau NYMHY dia.
1,5 mm2 harus dipasang didalam PVC konduit sedangkan semua kabel distribusi
harus diklem pada tangga kabel yang dipasang di shaft dengan memakai dynabolt
1/2" x 2" sebanyak 3 buah pada setiap jarak 75 cm. Konduit harus diklem ke
struktur bangunan dengan saddle klem. Untuk instalasi luar gedung digunakan
kabel type NYRE dia. 1,5 mm2. Semua kabel yang akan dipasang menembus
dinding atau beton harus dibuatkan sleeve dari pipa galvanis dengan diameter
minimum 2 1/2" kali penampang kabel. Penyusunan konduit diatas trunking
kabel harus rapi dan tidak saling menyilang.
7) Semua alat pengeras suara dipasang pada tempat-tempat yang sesuai dengan
gambar dimana koordinat yang tepat akan ditentukan kemudian dilapangan.
81
8) Semua peralatan Sound System harus diuji oleh perusahaan pemegang peralatan
tersebut dimana perusahaan tersebut harus memberikan surat jaminan atas
bekerjanya sistem setelah ternyata hasil pengujian adalah baik.
9) Pengukuran level suara dilakukan dengan memakai Sound Level Meter.
10) Pengukuran kabel instalasi dilakukan dengan Impedance Meter.
82
l. Arister
10) Kabel UTP, Kabel NMHY 3 x 1,5mm “ SUPREME , TRANKA,
KABELINDO”.
83
Kotak-kontak dibuat rata dinding. Kotak-kontak telepon yang diperbolehkan
adalah sekualitas : CLIPSAL, PANASONIC, BERKER.
2) Kabel
Kabel telepon harus dari jenis pasangan dalam berinsulasi PVC, diameter
konduktor 0.6 mm, kapasitas 2 pair. Untuk jenis pasangan luar (under ground)
berinsulasi galvanized Steel type Armoured and Polyethylene Sheated, konduktor
0.6 mm, kapasitas sesuai ditunjukan dalam gambar.
3) Pipa pelindung instalasi kabel
Pipa instalasi pelindung kabel yang dipakai adalah PVC conduit khusus untuk
instalasi listrik. Pipa, elbow, junction box dan kelengkapan lainnya harus seauai
antara satu dan lainnya. Diameter yang dipakai adalah 20 mm.
PVC conduit harus sekualitas : EGA, CLIPSAL, PRALON.
4) Tambahan
Kontraktor harus menambahkan peralatan pembantu yang perlu untuk pekerjaan
ini meskipun tidak disebutkan dalam persyaratan teknis khusus untuk mencapai
performance yang dikehendaki.
1.32.6. Pengujian
Kontraktor harus melakukan semua pengujian untuk mendemonstrasikan bahwa
bekerjanya kabel dan material yang telah selesai dipasang memang benar-benar
memenuhi persyaratan ini. Kontraktor harus menyediakan personil dan peralatan
yang perlu untuk melakukan pengujian.
1.33.2. Material
1) Instalasi Access Point
a. Ruckus R310, dual band 802.11ac Indoor Access Point, BeamFlex, 2x2:2,
1-Port, PoE, Does not include power adapter or PoE Injector. Limited
Lifetime Warranty.
84
b. Secure Mounting Bracket for Ruckus R720, R710. Mounts to hard
wall/ceiling, pole, and truss. Also fits R500, R510, R610, R600, R310 and
R700 without pad-lock support.
c. AP management license for SZ-100/vSZ 3.X/SCG200/SZ300, 1 Ruckus AP
access point. Order this when you intend to run software version from 3.2
onwards.
d. End User WatchDog Support Per SZ/vSZ AP, 1 YR
2) Peralatan Utama ( Switch Lantai )
a. ICX 7150 Switch, 24x 10/100/1000 PoE+ ports, 2x 1G RJ45 uplink-ports,
4x 10G SFP+ uplink-ports, 370W PoE budget, L3 features (OSPF, VRRP,
PIM, PBR).
b. USB 2.0 CABLE, TYPE-C TO TYPE-A, 1M.
c. Power Cord for RPS2/3/5/9, European version.
d. Switch management license for SZ-100/vSZ 5.X/SZ300, 1 Ruckus ICX
switch. Order this when you intend to run software version from 5.0
onwards.
e. End User WatchDog Support for ICX-MGT License, 1 Yr.
f. ESSENTIAL REMOTE SUPPORT; ICX7150-24P-4X10GR (1 yr)
3) Peralatan Lain – Lain
a. Indorack.
a) Indorack 19" 8U.
b) Deskripsi 19" Wallmount Rack 8U Depth 450mm.
c) Single Door.
d) Incl : Single Fan 220V.
e) Horizontal Powerset 6 Outlet with Switch.
f)Glass Front Door.
g) 2 Side Door (with Lock).
h) Dynabolt.
i)Cagenut & Screws.
b. Faceplate + modular jack CAT6 “AMP/PANASONIC/CLIPSAL “.
c. High quality UTP Cat6 (Indoor/Outdoor). " AMP/LS/BELDEN ".
4) Fiber driver, kabel patch dan kabel stacking
a. SFP+ 10G LR OEM.
85
b. Patch FO 3M Single mode
86
penyesuaian di lapangan. Catatan-catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set
gambar sebagai gambar sesuai pelaksanaan (as built drawing). As built drawing harus
segera diserahkan kepada pengawas setelah pekerjaan selesai beserta blue printnya
sebanyak 3 set.
1.34.4. Standar
Seluruh pekerjaan instalasi jaringan komputer harus dilaksanakan mengikuti standar
IEEE, NEC. Selain itu harus ditaati pula peraturan hukum setempat yang ada
hubungannya dengan pekerjaan tersebut di atas.
87
c. Pengujian
Kontraktor harus melakukan semua pengujian untuk mendemonstrasikan
bahwa bekerjanya kabel dan material yang telah selesai dipasang memang
benar-benar memenuhi persyaratan ini. Kontraktor harus menyediakan
personil dan peralatan yang perlu untuk melakukan pengujian.
88
c. Daftar suku cadang yang perlu di sediakan
d. Gambar dan as built drawing
e. Semua elektronik dan electric wiring dll.
9) Semua pengurusan izin-izin dari pihak yang berwenang sehubungan dengan
pemasangan instalasi ini dan yang menyangkut biaya pengurusannya sudah harus
termasuk dalam penawaran pekerjaan ini.
10) Memberikan garansi terhadap mesin/peralatan, dan instalasinya yang terpasang
sesuai dengan petunjuk pabrikan sejak serah terima pertama
89
7) Menyampaikan rencana jadwal kerja dan metode pemasangan elevator yang akan
dilaksanakan sesuai dengan kondisi dilapangan pada saat pemasangan.
8) Bila ternyata terdapat perbedaan antara rencana kerja, metode dan spesifikasi bahan
dan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal
ini, merupakan kewajiban perusahaan Agen elevator dan escalator untuk mengganti
bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa
adanya ketentuan tambahan biaya.
9) Surat Pernyataan “bersedia menyediakan peralatan dan teknisi yang kompeten
untuk melakukan perawatan dan perbaikan peralatan tersebut selama, sekurang
kurangnya selama 10 tahun terhitung sejak serah terima pekerjaan.
10) Surat Pernyataan bersedia menyediakan daftar harga kebutuhan spare part yang
diperkirakan diperlukan setiap tahunnya.
90
Disabled COP Included
Hold Button Included
Earthquake sensor Excluded
Automatic Rescue Device Included
2) Garansi untuk unit adalah 2 (dua) tahun Sistem Operasi dan Pengaman.
3) Jaminan pemeliharaan adalah 6 (enam) bulan.
4) Lift yang digunakan dapat dioperasikan sebagai fire man lift
5) Alarm system & Intercom
6) Sistem komunikasi antara lift dengan di luar lift
7) Buffer di atas pondasi
8) Tombol panel braille untuk pengguna disabilitas
9) Tombol yang digunakan adalah tombol dengan sistem simplex atau sesuai
permintaan user
10) Lifetime battery 2 tahun dengan dilengkapi autorechargeable dan auto cut off saat
batere sudah terisi penuh.
11) Dilengkapi dengan perangkat dan program management system yang dapat
disetting sesuai dengan keinginan user.
12) Electric fan
13) Ceiling sesuai dengan yang dipilih Konsultan Perencana/Tim Teknis/user
14) Railing
91
yang tertutup oleh pabrik. Apabila dianggap perlu untuk menjaga kerusakan-
kerusakan pemborong dapat memberikan tambahan perlindungan.
4) Pengangkutan/ penanganan
Pengangkutan/penanganan harus diatur sedemikian rupa, hati-hati, terlindung
sehingga pemasangan bisa berlangsung dengan lancar dan kontinyu dalam urutan
yang baik pada keseluruhan sistem.
5) Pelaksanaan pekerjaan Lift
a. Kontraktor harus membuat schedule pengadaan dan metode pekerjaan lift
b. Kontrakator harus membuat shop drawing untuk pekerjaan struktur,
Arsitektur, dan ME yang berhubungan dengan pekejaan lift.
c. Kontraktor harus memastikan pekerjaan struktur untuk lift sudah selesai dan
sesuai dengan spesifikasi lift yang akan digunakan.
d. Pemasangan balok dan papan template harus sesuai dengan konstruksi yang
sudah disetujui Konsultan Pengawas.
e. Pada pekerjaan rail bracket, pengukuran dan pemasangan harus sesuai dengan
kondisi lapangan.
f. Pada pekerjaan Elektrikal, kabel yang terpasang tidak boleh kelihatan (inbow)
g. Setah pekerjaan selesai, lift harus diuji/test commissioning berupa test beban,
test speed, dan lain-lain
h. Pekerjaan lift termasuk koneksi instalasi dengan MCFA fire alarm sistem pada
gedung, pekerjaan dan bahan-bahan yang digunakan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
i. Kontraktor harus mengurus perizinan dari Disnakertrans setempat.
92
4) Konraktor harus menyerahkan jadwal sebelum diselenggarakannya dan caracara
pengujian tersebut 14 (empat belas) hari sebelumnya kepada Konsultan
Pengawas/Tim Teknis.
5) Hasil pengujian harus tertulis dan disaksikan oleh Konsultan Pengawas/Tim
Teknis/PPHP.
93
a. Semua peralatan dalam kondisi bersih.
b. Ruangan panel dalam kondisi bersih.
c. Semua peralatan dalam kondisi siap operasi
9) Setelah serah terima tahap II, Kontraktor harus melakukan masa jaminan terhadap
instalasi dan peralatan terpasang selama jangka waktu 365 hari.
10) Biaya untuk pekerjaan tersebut harus sudah termasuk pada kontrak pekerjaan ini.
Apabila selama masa pemeliharaan Kontraktor tidak melaksanakan kewajiban,
maka pekerjaan tersebut dapat diserahkan dengan pihak lain dan biaya tetap
ditanggung oleh Kontraktor yang bersangkutan.
11) Selama masa jaminan tersebut, dan atas instruksi Konsultan Pengawas/Tim Teknis,
Kontraktor wajib atas biaya sendiri dengan cepat mengganti semua equipment atau
peralatan atau material yang rusak karena kualitas yang kurang baik atau karena
pelaksanaan yang kurang sempurna dan bukan karena kesalahan penggunaan
selama instalasi dipergunakan.
12) Semua perlengkapan, tenaga, dan biaya sehubungan dengan perbaikanperbaikan
tersebut adalah tanggung jawab Kontraktor dan harus bertanggung jawab atas
semua biaya yang timbul sehubungan dengan kerusakan material, equipment dan
kesalahan pembuatan, pemasangan dari material, equipment yang dipasok oleh
subkon, selama masa jaminan.
13) Pekerjaan lift harus bergaransi pabrik sesuai petunjuk pabrikan.
94
ARD Included
Power Source 3phase, 380V, 50Hz
Lighting Source 1phase, 220V, 50Hz
Hold Button Included
Disabled COP Included
Handrail 3 sides
Cabin Finishing Stainless Hairline
Jamb Narrow Jamb
95
96
97
1.35.10. Testing dan Commissioning
1) Harus dilakukan oleh ahli agen tunggal/perwakilan pabrik pembuat elevator di
Indonesia.
2) Ahli tersebut harus telah mendapat training/pendidikan khusus untuk itu di negara
asal pembuat elevator dan mendapat sertifikat tanda lulus pendidikan tersebut harus
dibuatkan tembusannya dan diserahkan kepada Direksi Pengawas/MK untuk
mendapatkan persetujuan.
3) Testing dan commissioning harus dibuatkan test procedures jadwalnya oleh
kontraktor paling lambat 3 (tiga) minggu sebelum dilaksanakan, kecuali dinyatakan
lain, dan diserahkan kepada Direksi Pengawas/MK.
4) Testing dan commissioning meliputi hal-hal berikut :
a. Pengujian pembebanan cabinet.
b. Pengujian kecepatan cabinet.
c. Pengujian operasi cabinet,
d. Pengujian lainnya sesuai dengan persyaratan pada standard yang diikuti dan
persyaratan instansi yang berwenang setempat (Authority Having
Jurisdication).
Pekerjaan ini harus mengikuti segala ketentuan yang tercantum pada standartd yang
diikuti dan menggunakan formulir-formulir isian (test report form) yang dilampirkan
pada standard yang diikuti tersebut kecuali bila ditentukan lain pada saat penentuan
standard yang diikuti.
Yogyakarta, 2023
Diperiksa & Disetujui, Dibuat Oleh,
Penjabat Pembuat Komitmen Konsultan Perencana
( PPK ) PT. Kalaprana Konsultan
98
LAMPIRAN SPESIFIKASI TEKNIS