PASAL 1
PENJELASAN UMUM
• Secara fungsi maka harus dilaporkan kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) untuk
mendapatkan persetujuan sebelum dilaksanakan.
• Secara jenis dan kualitas yang menyangkut bahan dan perhitungan yang dipakai maka pihak
pemborong harus menanyakan kepada pihak perencana proyek.
PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
(UMUM)
1. Sebelum memulai Pekerjaan, terlebih dahulu memasang PAPAN NAMA PROYEK yang memuat
tentang identitas Proyek yang Kontraktor kerjakan.
2. Pembuatan Direksi Keet, Penyedia Jasa/Kontraktor dapat membuat bangunan sementara untuk
Kantor Direksi, barak kerja dan gudang untuk menyimpan bahan - bahan (apabila diperlukan).
PASAL 3
PEKERJAAN TANAH
Lingkup Pekerjaan:
1. Galian tanah pondasi tapak dan galian pondasi menerus,
2. Timbunan kembali galian tanah pondasi,
3. Timbunan tanah dan pasir bawah lantai, pondasi, termasuk pemadatannya,
4. Perataan tanah sekeliling bangunan,
5. Pekerjaan cut and fill (bila ada).
Pedoman Pelaksanaan
1. Galian pondasi dilaksanakan setelah bouwplank dengan penandaan sumbu ke sumbu selesai
diperiksa dan disetujui Direksi. Bentuk galian dilaksanakan sesuai dengan ukuran yang tertera
dalam gambar. Apabila ditempat galian ditemukan pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon
atau lainnya yang masih berfungsi, maka Kontraktor secepatnya memberitahukan kepada
Direksi atau kepada instansi yang berwenang untuk mendapat petunjuk seperlunya. Kontraktor
bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kerusakan yang diakibatkan pekerjaan galian tersebut.
2. Galian-galian untuk septic tank, saluran air hujan, saluran air kotor dan air bersih dilaksanakan
dengan ukuran yang ditetapkan dalam gambar kerja dan gambar detail.
3. Untuk kondisi tanah yang mudah longsor Kontraktor harus memasang turap kayu pengaman yang
cukup kuat. Turap didalam bangunan harus dibongkar setelah pondasi selesai.
4. Bila galian pondasi pada kedalaman rencana diragukan terhadap daya dukungnya, maka kontraktor
harus segera melaporkan secara terulis kepada direksi untuk dipertimbangkan.
5. Bila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan dalam gambar, maka Kontraktor
harus mengisi kelebihan galian tersebut dengan pasir pasang.
PASAL 4
PEKERJAAN PONDASI
1. Pondasi utama menggunakan pasangan Batu Belah/Pasangan Batu Kali dengan menggunakan.
2. Pelaksanaan Pondasi Batu Kali
a. Penggalian harus dilakukan terlebih dahulu sampai elevasi tanah yang ditentukan/ditunjuk sesuai
dengan gambar, tanah dasar galian kemudian dipadatkan.
b. Setelah tanah dasar siap, maka dilakukan pengurugan pasir setebal 10 cm dan selanjutnya
dibuat lantai kerja dengan beton tumbuk 1 : 3 : 5.
c. Setelah lantai kerja dipasang dengan tebal 5 cm dengan persetujuan direksi dan Konsultan
pengawas. Selanjutnya dipasang/disetel besi tulangan sesuai gambar.
d. Setelah itu segera pengecoran pondasi dilaksanakan dengan campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr, dalam
keadaan kering atau aman dari basahnya air, jika terdapat air di dalamnya harus di pompa keluar.
Pemborong harus menyediakan pompa air yang siap pakai dalam jumlah yang cukup.
PASAL 5
1. Semua bagian-bagian konstruksi beton bertulang yang langsung diatas tanah harus duduk diatas
lantai kerja, yang merupakan lapisan setebal 5 cm dari adukan beton dengan campuran 1 pc : 3ps :
5 kr.
2. Pengadukan dari campuran untuk lantai kerja tersebut harus menggunakan mesin pengaduk beton.
3. Pembuatan bekisting secara umum harus memenuhi syarat-syarat pada SKSNI 1989 mengenai
Konstruksi Beton.
4. Syarat tambahan untuk pembuatan bekisting :
a. Sebelum pengecoran dilakukan, bekisting harus dikontrol, yaitu supaya poer/sloof setelah
beton mengeras tidak melendut ke bawah.
b. Dudukan dari penunjang harus diperiksa, apakah sudah cukup padat/stabil untuk menahan
beban-beban tambahan waktu cor beton dilakukan.
PASAL 6
PASAL 7
PASAL 9
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat yang
dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
b. Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam dan luar serta
seluruh detail yang disebutkan dalam gambar.
2. Adukan 1PC:4PS dipakai untuk plesteran rapat air.
3. Adukan 1:6 dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya.
4. Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan PC.
5. Pemasangan/Persyaratan Pelaksanaan
a. Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai dengan
petunjuk dan persetujuan Perencana/Direksi Lapangan, dan persyaratan tertulis dalam uraian
dan syarat pekerjaan ini.
b. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton atau pasangan batu
bata telah disetujui oleh Perencana/Direksi Lapangan sesuai suraian dan syarat pekerjaan yang
tertulis dalam buku ini.
c. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam Gambar Arsitektur
terutama pada gambar detail dan gamabr potongan mengenai ukuran tebal/peil dan bentuk
profilnya.
d. Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara pembuatannya
menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi persyaratan sebagai berikut.
6. Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang berhubungan dengan udara luar,
dan semua pasangan batu bata di bawah permukaan tanah sampai ketinggian ± 30 cm dari
permukaan lantai dan 200 cm dari permukaan lantai untuk kamar mandi, WC/toilet dan daerah basah
lainnya dipakai aduk plesteran 1PC : 4PS.
7. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan campuran yang
homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering benar).
8. Semua jenis adukan perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikan rupa sehingga selalu dalam
keadaan baik dan belum mengering. Diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk tersebut
dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air.
a. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi pipa
listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
b. Untuk beton sebelum dipleter permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting dan
kemudian dikretek (scrath) terlebih dahulu dan semua lebung-lubang bekas pengikat bekesting
atau form tie harus ditutup aduk plester.
c. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan difinish dengan cat
dipakai plesteran halus (acian) di atas permukaan plesterannya.
d. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberaben dengan memakai spesi kedap air
e. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya diberi alur-alur garis
horisontal atau dikorek (scrath) untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan
finishingnya, kecuali yang menerima cat.
f. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan menggunakan keping
plywood setebal 9 mm untuk patokan keratan bidang.
g. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom yang dinyatakan
dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar, Tebal plesteran minimum 1,5 cm, jika
ketebalan melebihi 1,5 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat
dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang diijinkan oleh Perencana/Direksi Lapangan.
h. Ketebalan setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam satu bidang
datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm dalamnya 0,5 cm, kecuali bila ada
petunjuk lain di dalam gambar.
i. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau cembung bidang tidak
melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi, Kontraktor berkewajiban memperbaikinya
dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
j. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak terlalu tiba-
tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik
matahari langsung dengan bahan penutup yang bisa mecegah penguapan air lebih cepat.
k. Jika terjadi keretakan akibat pengeringan yang tidak baik plesteran harus dibongkar kembali
sampai dinyatakan diterima oleh Perencana/Direksi Lapangan dengan biaya atas tanggungan
Kontraktor selama 7 hari setelah pengacian selesai Kontraktor harus selalu menyiram dengan air
sampai jenuh selurang-kurangnya 2 kali setiap hari.
l. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum finish, Kontraktor wajib
memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran bahan lainnya.
Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggungjawab Kontraktor dan wajib diperbaiki dengan
biaya dari Kontraktor sendiri.
PASAL 10
Pedoman Pelaksanaan
a. Permukaan pasangan keramik harus datar dan waterpass, pada lantai ruangan.
b. Pekerjaan yang telah selesai tidak boleh ada yang retak, noda dan cacat-cacat lainnya. Apabila
terjadi cacat pada lantai, maka bagian cacat tersebut harus dibongkar sampai berbentuk bujur
sangkar dan pasangan baru harus rata dengan sekitarnya.
c. Adukan perekat untuk lantai harus betul-betul padat/penuh agar tidak terdapat rongga-rongga di
bawah pasangan keramik yang dapat melemahkan kontruksi. Sambungan antara pasangan
keramik dengan pasangan keramik harus sama lebarnya, lurus dan harus diisi dengan air semen
yang warnanya sama dengan warna pasangan keramik. Hasil pasangan akhir harus rata tidak
bergelombang dan waterpass.
PASAL 11
PEKERJAAN PLAFOND
1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini sehingga dapat diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan
sempurna.
b. Penyediaan bahan Gypsum, Accessoris, dan konstruksi penggantungnya.
c. Pemasangan pada bidang-bidang langit yang ditentukan pada gambar.
d. Pekerjaan finishing hingga disetujui oleh Perencana/Direksi Lapangan.
e. Termasuk perkerjaan plafond overstek.
2. Pedoman Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pelaksanaan Kontraktor wajib meneliti gambar-gambar rencana dan membuat
shop drawing untuk disetujui Perencana/Direksi Lapangan.
b. Kontraktor wajib memberikan contoh bahan atas semua komponen pekerjaan plafond, untuk
dapat disetujui Perencana/Direksi Lapangan.
c. Pemasangan rangka plafond:
- Rangka plafond dipasang sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam gambar.
- Penggantung plafond harus dari bahan besi beugel diameter minimal 8 mm, dipasang pada
jarak minimal 1,5x1,5 m dan terpasang harus kuat.
- Pada pertemuan antara rangka yang satu dengan rangka lainnya, sambungan harus benar-
benar kokoh dan kuat, membentuk rangka-rangka sesuai dimensi yang telah ditentukan
dengan sudut siku-siku (90 derajat).
- Hasil akhir dari pemasangan rangka plafond, harus benar-benar rapi, rata, kuat, kokoh dan
stabil.
d. Pemasangan bidang plafon dan list palfond:
- Pemasangan Gypsum mengikuti pola yang telah ditentukan pada gambar
- Naad-naad pada pertemuan plafond ditutup dengan dempul, amplas halus hingga rata.
- Permukaan plafond harus benar-benar rapi, rata, lurus, tidak boleh melendut.
- List plafond dipasang segera setelah bidang plafond dinyatakan selesai dan mendapat
persetujuan dari Perencana/Direksi Lapangan.
- List plafond terpasang sesuai dengan gambar rencana atau atas petunjuk
Perencana/Direksi Lapangan
- List plafond sebelum dipasang harus sudah halus dan tidak boleh ada yang rusak maupun
cacat-cacat lainnya.
- Pemasangan list plafond harus benar-benar lurus, rata dan rapat ke bidang plafond maupun
bidang tepinya/dinding.
- Hubungan list plafond pada sudut harus dengan sambungan sudut (sambungan manis) dan
pertemuan antara list yang satu dengan yang lainnya harus sedemikian rupa rapih.
- Bekas permukaan maupun sambungan sudut dan bukan sudut, harus ditutup dengan
dempul, diamplas halus dan rata.
- Hasil akhir dari pekerjaan pemasangan bidang plafond dan list plafond, harus benar-benar
rapih, lurus rata dan tidak ada noda maupun cacat-cacat lainnya.
e. Bila dipandang dan diteliti tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan di dalam gambar maupun
spesifikasi teknik untuk pekerjaan plafond, maka Kontraktor harus membongkar dan
menggantinya kembali dengan seluruh komponen-komponen bahan yang baru sesuai dengan
spesifikasi teknik dan gambar, atas beban biaya kotraktor sendiri, sampai disetujuinya
pekerjaan tersebut oleh Perencana/Direksi Lapangan.
PASAL 12
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan dari semua bahan tenaga, peralatan, perlengkapan serta
pemasangan dari semua pekerjaan baja yang bersifat struktural.
2. Pedoman Pelaksanaan
a. Pemasangan di tempat pembangunan.
▪ Kontraktor berkewajiban menjaga keadaan yang ada di lapangan. Agar tumpukan
barang-barang yang telah diserahkan kepadanya tetap baik keadaannya dan jika perlu
untuk menyokong bagian-bagian konstruksi yang harus diangkut, diberi kayu penutup.
▪ Bilamana menurut pertimbangan Pengawas Lapangan dianggap terlalu lama waktunya
antara waktu mengangkut bagian-bagian yang tertumpuk dengan waktu pemasangan,
maka harus dijaga dengan cara yang tepat supaya jangan rusak karena perubahan
udara.
▪ Baut-baut harus disimpang dalam los tertutup.
b. Memotong dan menyelesaikan pinggiran bekas irisan, gilingan, masakan dan lain-lain:
▪ Bagian-bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih, tidak
diperbolehkan bekas jalur, beram-beram, dan lainnya.
▪ Bila bekas potongan/pembakaran dengan mesin diperoleh pinggiran bekas irisan, maka
bagian tersebut harus dibuang sekurang-kurangnya selebar 2,5 mm, kecuali kalau
keadaannya sebelum dibuang setebal 2,5 mm sudah tidak nampak lagi jalur-jalur.
▪ Bagian konstruksi yang berfungsi sebagai pengisi tidak perlu membuang bekas-bekas
potongan.
c. Menembus, mengebor, dan meluaskan lobang:
▪ Semua lubang-lubang harus dibor
▪ Untuk lubang-lubang bagian dalam konstruksi yang disambung dan yang harus dijadikan
satu dengan alat penyambung, dibor sekaligus sampai diameter sepenuhnya dan apabila
ternyata tidak sesuai, maka perubahan-perubahan lubang tersebut dibor atau diluaskan
dan penyimpangannya tidak boleh melebihi 0,5 mm.
▪ Semua lobang-lobang harus benar-benar bulat berdiri siku-siku pada bidang-bidang dan
bagian-bagian konstruksi yang akan disambung
▪ Semua lobang sebelum pemasangan harus diberam. Memberam tidak boleh dilakukan
dengan mempergunakan besi-besi penggarut.
d. Mur dan Baut
▪ Baut yang dipergunakan untuk konstruksi harus mempunyai ukuran yang sesuai dengan
yang tercantum dalam spesifikasi rangka atap baja konvensional, yakni baut hitam
berukuran Ø8 mm.
▪ Kekuatan bahan baut minimal harus sama dengan kekuatan baja profil dan pelat simpul,
▪ Pemasangan mur atau baut harus benar-benar kokoh serta mempunyai kekokohan yang
merata antara satu dengan yang lainnya.
PASAL 13
PEKERJAAN LISTRIK
1) Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan Over Spaneng dan menambah / menyalurkan jaringan listrik dari PLN untuk
melaksanakan pekerjaan hingga mendapatkan jaringan listrik langsung dari pusat pembangkit
listrik.
b. Pemasangan titik lampu, saklar, dan stop kontak sesuai dengan gambar kerja.
c. Pemasangan KWh meter diluar bangunan dan panel box berada di dalam.
2) Pedoman Pelaksanaan
a. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Perencana / Pengawas Lapangan
beserta persyaratan / ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan.
b. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang ada dan
kondisi lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, pemasangan dan detail-
detail.
c. Pemasangan
▪ Pemasangan fitting , saklar , stop kontak dan kabel harus dilakukan dengan rapi dan
harus melihat / mengikuti gambar kerja.
▪ Pekerjaan harus dicek kembali dan dipastikan bahwa seluruh instalasi sudah terhubung
dengan benar agar tidak terjadi korsleting pada rangkaian lisrtrik ketika dihidupkan.
PASAL 14
PEKERJAAN SANITAIR
1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitair ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan, peralatan dan alat bantu lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini sehingga tercapai
hasil pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam pemakaian dan operasinya.
b. Pekerjaan pemasangan sanitair ini harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam detail gambar
dan syarat-syarat dalam buku ini.
2. Pedoman Pelaksanaan
a. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Perencana/Direksi Lapangan
beserta persyaratan/ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan.
b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan, bahan pengganti harus disetujui
Perencana/Direksi Lapangan berdasarkan contoh yang diajukan Kontraktor.
c. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi
lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, pemasangan sparing-sparing, cara
pemasangan dan detail-detail.
d. Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan gambar, gambar dengan
spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada
Perencana/Direksi Lapangan.
e. Selama pelaksanaan harus diadakan pengujian/pemeriksaan untuk kesempurnaan hasil
pekerjaan dan fungsinya.
f. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan yang terjadi selama
masa pelaksanaan dan masa pemeliharaan, atas biaya Kontraktor, selama kerusakan bukan
disebabkan oleh tindakan pemilik.
g. Seluruh pekerjaan Sanitair dan perlengkapannya, harus dipasang sesuai Letak, ketinggian,
Konstruksi dan Prosedur Pemasangan yang dikeluarkan oleh Produsennya.
h. Seluruh pekerjaan Sanitair harus berfungsi dengan baik, rapih, tidak ada cacat dan tidak ada
kebocoran-kebocoran.
PASAL 15
PEKERJAAN SEPTICTANK
PERALATAN
1. Concrete Mixer
Concrete mixer Merupakan sebuah alat untuk memproduksi beton ready mix, dengan volume
yang kecil akan tetapi dari segi kualitas beton tetap seragam dan sesuai proporsi material yang
telah ditentukan dalam desain mix.
Secara Umum Sebuah Concrete mixer Merupakan alat yang menggabungkan semen secara
agregat seperti pasir atau kerikil, dan air untuk membentuk beton. Sebuah Concrete mixer
menggunakan drum berputar untuk mencampur komponen. Untuk volume yang lebih kecil
biasa menggunakan mixer beton portabel sehingga beton dapat dibuat di lokasi konstruksi.
2. Concrete Vibrator
Concrete Vibrator Merupakan sebuah alat untuk Pemadatan beton dengan system
pengetaran sehingga adukan beton yang dituangkan pada cetakan merata untuk mencapai
mutu beton yang maksiumal. Kapasitas yang digunakan yaitu 5,5 Hp.
3. Kerata Sorong
Kereta Sorong merupakan alat bantu yang digunakan pada pekerjaan konstruksi untuk
memudahkan dan mempercepat pelaksanaan pekerjaan.
4. Pompa Air
Mesin pompa air merupakan sebuah mesin yang digunakan untuk menyedot air dari
sumbernya. Kemudian mendorong air tersebut menuju saluran pembuangan (outlet) untuk
disalurkan ke pipa-pipa instalasi air.
Pada pekerjaan ini, mesin pompa air digunakan sebagai alat bantu memsuplai air pada
pelaksanaan pekerjaan dan pengecoran bangunan, kapasitas 1 L/dt.
PERSONEL MANAJERIAL
Personel Manajerial adalah tenaga ahli atau tenaga teknis yang ditempatkan sesuai penugasan pada
organisasi pelaksanaan pekerjaan. Personel manajerial merupakan salah satu persyaratan teknis pada
tender pekerjaan konstruksi yang harus dipenuhi.
Untuk pekerjaan kualifikasi Usaha Kecil memiliki kemampuan menyediakan personel manajerial untuk
pelaksanaan pekerjaan, yaitu:
Sertifikat Keterampilan Kerja (SKT) Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung (TS 052) adalah salah satu
bidang dari Sertifikat Keterampilan (SKT). Sertifikat Keterampilan (SKT) itu sendiri adalah sertifikat yang
diterbitkan LPJK dan diberikan kepada tenaga terampil konstruksi yang telah memenuhi persyaratan
kompetensi berdasarkan disiplin keilmuan, kefungsian dan/atau keterampilan tertentu.
Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung (TS 052)
1. Menganalisa gambar desain dan lingkup pekerjaan yang berhubungan dengan quarry, bahan,
2. Memberikan bimbingan dan memberi contoh dalam pembuatan serta ukuran tiap jenis pekerjaan
Melaksanakan pekerjaan saluran irigasi sesuai dengan shop drawing spesifikasi teknik metode
kerja dan K3
2. Mengatur pelaksanaan pekerjaan dilapangan dengan memperhatikan biaya, mutu, waktu dan K3
Melakukan pemeriksaan dan memproses berita acara kemajuan fisik pekerjaan sub
kontraktor/mandor
2. Membuat berita acara hasil pemeriksaan dan pengukuran sebagai dasar pembayaran sub
kontraktor/mandor
Petugas P3K di tempat kerja adalah pekerja/buruh yang ditunjuk oleh perusahaan dan diserahi tugas
tambahan untuk melaksanakan P3K di tempat kerja. Fasilitas P3K di tempat kerja adalah semua
peralatan, perlengkapan, dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan P3K di tempat kerja.
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja selanjutnya disebut dengan P3K di tempat
kerja adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara tepat kepada pekerja.
Ditetapkan oleh :
Kuasa Pengguna Anggaran
Program Peningkatan Prasarana, Sarana Dan Utilitas Umum (PSU)
Dinas Perumahan Rakyat Dan KawasanPermukiman Aceh