Anda di halaman 1dari 29

Farmakokinetik Anti psikosis

Anti psikosis tipikal


Absorbsi dan Distribusi Mudah diabsorbsi tetapi tidak sempurna. Antipsikotik tipikal umumnya sangat larut lipid dan terikat protein (92-99%). Mempunyai volume distribusi yang besar (biasanya 7l/kg).

Metabolisme Dimetabolisme sempurna dengan berbagai proses di hati

Ekskresi Sedikit sekali dari obat-obat ini yang diekskresikan tanpa perubahan karena hampir dimetabolisme sempurna menjadi substansi yang lebih polar. Waktu paruh eliminasi berkisar antara 10-24 jam.

Konsentrasi Plasma . Kisaran 2-20 nanogram/mL disebut untuk haloperidol, meskipun angka ini secara klinik tidak banyak diperlukan

Kombinasi Obat Antipsikosis + antipsikosis lain menimbulkan potensiasi efek samping obat dan tidak ada bukti lebih efektif. Antipsikosis + antidepresan trisiklik menyebabkan peningkatan efek samping antikolinergik meningkat. Antipsikosis + anti ansietas menyebabkan efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus gaduh gelisah yang sangat hebat

Antipsikosis + ECT tidak dianjurkan karena angka mortalitas yang tinggi Antipsikosis + antikonvulsan menyebabkan penurunan ambang konvulsi. Dosis anti konvulsi harus ditingkatkan. Efek paling minimal untuk menimbulkan konvulsi adalah haloperidol. Antipsikosis + antasid menjadikan gangguan absorbsi antipsikosis.5

No 1

Rantai Kimia Fenotiazin -Rantai alifatik -Rantai piperazin -Rantai Piperidin -Klorpromazin -Perfenazin -Trifluoperazin -Flufenazin -Thioridazin

Nama Obat

2
3

Butirofenon
Difenil-butil-piperidin

Haloperidol
Pimozid

Klorpromazin
Sediaan : Tablet, injeksi. Mekanisme Kerja : Tidak begitu jelas, diduga menghambat reseptor dopamin pada mesokortikal

mesolimbik otak depan, nigrostriatal, dan sel mamtrofi hipofise anterior.


Indikasi : Skizofrenia, mania, balisme, sindrom Tourette, korea, anak hiperaktif, cegukan (hiccups). Kontraindikasi : Koma, depresi ssp, wanita hamil dan menyusui. Hati-hati pada penderita dengan gangguan fungsi hati. Efek samping : Gejala ekstrapiramidal, akitisia, parkinsonisme, hipotensi ortostatik, mulut kering, mengantuk, pandangan kabur, retensi urin. Interaksi Obat : Alkohol dan obat-obat depresi SSP lain meningkatkan efek sedasinya. Menurunkan efektivitas obat antiparkinson. Obat antikolinergik meningktkan efek samping obat ini. Dosis : Dewasa : 250-600 mg/hari, anak : 4-6 x 0,5 mg/kgbb/ha

Perfenazin
Sediaan : Tablet. Mekanisme Kerja : Tidak begitu jelas, diduga menghambat reseptor dopamine pada mesokortikalmesolimbik otak depan, nigrostriatal, dan sel mamotropi hipofise anterior. Indikasi : Skizofrenia kronis atau akut, ansites berat, ansietas yang disertai depresi, depresi karena penyakit organis, antiemetic terutama pasca operasi.

Kontraindikasi : Wanita hamil dan menyusui, depresi ssp atau koma, sindrom Reye, anak-anak, MCI
Hati-hati pemberian pada penyakit hati.

Efek samping : Pandangan kabur, salivasi, hidung tersumbat, sakit kepala, reaksi ekstrapiramidal Interaksi Obat : Tidak boleh diberikan bersama penghambat MAO karena menimbulkan hiperpiretik krisis. Epinefrin tidak boleh diberikan bersama karena mengantagonis obat ini. Simetidin menurunkan metabolism perferazin. Paralitik ileus dapat terjadi bila digabung dengan obat antikolinergik.

Dosis : Skizofernia: dewasa: 8-32 mg/hari dosis terbagi. Antiemetic: dewasa: oral: 4-6 x 2-4 mg/hari. IM: 5 mg atau 10 mg

Trifluoperazin
Sediaan : Tablet. Mekanisme kerja : Tidak begitu jelas, tetapi diduga menghambat reseptor dopamine di sistem mesokortikal mesolimbik otak depan, nigrostriatal, dan sel mamotrofi hipofise anterior. Indikasi : Skizofrenia, mania, balisme, sindrom Taurette, depresi,ansietas non-psikotik, antiemetik. Kontraindikasi : Wanita hamil dan menyusui, depresi sumsum tulang, penyakit hati depresi SSP, gangguan atau kelainan darah.

Efek samping : Reaksi ekstrapiramidal, akatisia, parkinsonisme, mulut kering, retensi cairan,
pandangan kabur.

Interaksi obat : Mengantagonis kerja guanetidin. Tiazid meningkatkan efek hipotensi.

Dosis : Dewasa : 2-4 mg/hari, Anak >6 tahun: 1-2 mg/hari

Flufenazin
Sediaan : Tablet, injeksi.

Mekanisme Kerja : Tidak begitu jelas, diduga menghambat reseptor dopamin pada
mesokortikal mesolimbik otak depan, nigrostriatal, dan sel mamotropi hipofise anterior.

Indikasi : Skizofrenia kronik. Kontraindikasi : Gangguan (rusak) area subkortikal di otak, wanita hamil dan menyusui. Hatihati pada penderita penyakit hati, koma, depresi SSP

Efek samping : Gejala ekstrapiramidal, diskinesia tardif, mengantuk, hipotensi ortostatik. Interaksi Obat : Alkohol dan bersama obat depresi SSP (antidepresan, antiansietas, antipsikotik) meningkatkan depresi SSP.

Dosis : Dewasa : dosis awal : 12,5 mg diikuti 25 mg setiap 2-3 minggu.

Tioridazin
Sediaan : Tablet

Mekanisme Kerja : Memblokade reseptor D2 di sistem saraf pusat. Kerja anti-adrenergisnya


lebih kuat, juga efek antihistamin, antikolinergis, dan antiserotoninnya. Resorpsinya di usus baik dan lengkap, tetapi BA-nya hanya 65% akibat FPE besar. PP-nya di atas 95%, t1/2-nya 1024 jam. Ekskresinya berupa metabolit lewat tinja (50%) dan kemih (30%).

Indikasi : antipsikotis dan sedatif yang baik, sehingga sering digunakan pada pasien yang sukar tidur. Obat ini digunakan pula pada neurose hebat dengan depresi, rasa takut, dan ketegangan, serta depresi dengan kegelisahan.

Kontra Indikasi : Pasien yang memiliki aktivitas enzin CY2P6 yang rendah

Efek Samping : Efek samping yang terpenting adalah gejala antikolinergis kuat dan
hipotensi ortostatis, GEP dan hepatitis yang jarang terjadi.

Interaksi Obat : bila diberikan dengan antihipertensi, nitrat, dan alkohol akan menambah potensiasi hipotensi. Depresi SSP bertambah jika digunakan dengan alkohol, opioid, antihistamin, dan obat anestesi.efek antikolinergik bertambah jika diberikan bersama atropin, antihistamin, dan antidepresan.

Dosis : Dosis: oral 2-4 dd 25-75 mg (garam-HCD maksimum 800 mg sehari, sebagai tranquillizer 2-3 dd 15-30 mg.

. Haloperidol
Sediaan : Tablet, kapsul, injeksi

Mekanisme Kerja : Farmakodinamik


Distribusi; melewati plasenta dan masuk ke ASI. Ikatan protein : 90%, metabolisme: di hati menjadi senyawa tidak aktif, bioavailabilitas oral : 60%, T eliminasi 20 jam, T maks serum : 20 menit, Ekskresi : urin, dalam 5 hari, 33-40% sebagai metabolit, feses 15%.

Indikasi : Penanganan shcizofrenia, sindroma Tourette pada anak dan dewasa, masalah perilaku
yang berat pada anak.

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau hati berat, koma.

Efek Samping : KV : takikardia, hiper/hipotensi, aritmia,

SSP : gelisah, cemas, reaksi ekstrapiramidal, reaksi distonik, tanda pseudoparkinson, diskinesia
tardif, sindroma neurolepsi malignan, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.

Kulit : kontak dermatitis, fotosensitifitas, rash, hiperpigmentasi, alopesia Metabolik & endokrin : amenore, gangguan hormonal Saluran cerna berat : mual muntah, anoreksia, konstipasi, diare, = Saluran genito-urinari : retensi urin, priapisme; Hematologi : cholestatic jaundice, obstructive jaundice;

Mata : penglihatan kabur, Pernafasan : spasme laring dan bronkus; Lain-lain : diaforesis dan heat stroke

Interaksi Obat :

Efek haloperidol meningkat oleh klorokuin, propranolol, sulfadoksin-piridoksin, anti jamur azol, chlorpromazin, siprofloksacin, klaritromisin, delavirdin, diklofenak, doksisiklin, aritromisin, fluoksetin, imatinib, isoniasid, mikonazol, nefazodon, paroksetin, pergolid, propofol, protease inhibitor, kuinidin, kuinin, ritonavir, ropinirole, telitromisin, verapamil, dan inhibitor CYP2D6 atau 3A4. Haloperidol dapat meningkakan efek amfetamin, betabloker tertentu, benzodiazepin tertentu, kalsium antagonis, cisaprid, siklosporin, dekstrometorfan, alkaloid ergot, fluoksetin, inhibitor HMG0CoA reductase tertentu, lidokain, paroksetin, risperidon, ritonavir, sildenafil , takrolimus, antidepresan trisiklik, venlafaksin, dan sunstrat CYP2D6 atau 3A4. Haloperidol dapat meningkatkan efek antihipertensi, SSP depresan, litium, trazodon dan antidepresan trisiklik.

Kombinasi haloperidol dengan indometasin dapat menyebabkan mengantuk, lelah

dan bingung sedangkan dengan metoklopramid dapat meningkatkan resiko


ekstrapiramidal. Haloperidol dapat menghambat kemampuan bromokriptin menurunkan konsentrasi prolaktin. Benztropin dan antikholinergik lainnya dapat menghambat respons terapi haloperidol dan menimbulkan efek antikholinergik. Barbiturat, karbamazepin, merokok, dapat meningkatkan metabolisme haloperidol. Haloperidol dapat menurunkan efek levodopa, hindari kombinasi. Haloperidol dapat menurunkan efek levodopa, hindari kombinasi. Haloperidol mungkin menurunkan efek substrat prodrug CYP2D6 seperti kodein, hirokodon, oksikodon dan tramadol.

Dosis :

Anak-anak 3-12 tahun Oral : Awal : 0,05 mg/kg/hari atau 0,25-0,5 mg/hari dibagi dalam 2-3 dosis;
peningkatan 0,25-0,5 mg setiap 5-7 hari maksimum 0,15 mg/kg/hari.

Dosis lazim pemeliharaan : Agitasi/hiperkinesia : 0,01-0,003 mg/kg/hari, sehari satu kali.; Gangguan nonpsikosis : 0,05-0,075 mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 dosis;

Gangguan psikosis : 0,05-15 mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 dosis. Anak-anak 6-12 tahun:
Gangguan psikosis/sedasi : i.im. sebagai laktat: 1-3 mg/dosis setiap 4-8 jam ditingkatkan sampai maksimum 0,15 mg/kg/hari; ubah ke terapi oral sesegera mungkin.

Dewasa :
Psikosis : Oral : 0,5-5 mg, sehari 2-3 kali, maksimum 30 mg/hari. I.m 4-8 jam sesuai kebutuhan; Dosis pemeliharaan : 10-15 kali dosis awal oral, digunakan untuk menstabilkan gejala psikiatri. Delirium di unit perawatan intensif: iv.: 2-10 mg; dapat diulang secara bolus setiap 20-30 menit

sampai dicapai kondisi tenang, kemudian berikan 25% dosis maksimum setiap 6 jam, monitor EKG
dan interval QT. intermiten : 0,03-0,15 mg/kg setiap 30 menit sampai 6 jam. Agitasi : oral : 5-10 mg; infus iv. 100mg/100 ml D5W (dextrosa 5%), kecepatan 3-25 mg/jam. Agitasi berat : setiap 30-60 menit 5-10 mg oral atau 5 mg im., dosis pemeliharaan total 10-20 mg.

Orang tua : Awal 0,25-0,5 mg oral sehari 1-2 kali, tingkatkan dosis 0,25-0,5 mg/hari setiap interval
4-7 hari, Naikkan interval pemberian sehari 2 kali, sehari 3 kali dan seterusnya bila diperlukan untuk mengontrol efek samping.

Pimozide
Sediaan : Tablet

Mekanisme Kerja: farmakodinamik


Indikasi : Derivat-difenilbutilpiperidin ini diturunkan dari droperidol (1969) dan memiliki khasiat antipsikotis kuat dan panjang. Efek terapi baru nyata sesudah beberapa waktu, tetapi bertahan agak lama (1-2 hari). Pimozida khusus digunakan pada psikose kronis jangka-panjang. Kontra Indikasi : Obat ini tidak layak diberikan pada keadaan eksitasi dan

kegelisahan akut, yang memerlukan sedasi langsung. Lagi pula efek


sedasinya lebih ringan dibandingkan obat-obat lain.

Efek Samping : Efek sampingnya berupa umum, GEP sering terjadi,

adakalanya nampak perubahan jantung (ECG) dan aritmia.


Interaksi Obat : kontrasepsi oral dapat menurunkan atau meningkatkan efek, penggunaan bersama supresan SSP lain, antihistamin, anti depresan,

antikonvulsan dapat mensupresi SSP. Penggunaan dengan simetidin


meningkatkan efek. Merokok dan kafein menurunkan efek, pemakaian bersama digoksin menyebabkan toksisitas digoksin.

Dosis : Dosis: oral 1 dd 1-2 mg, dinaikkan secara berangsur-angsur setiap 2


minggu sampai maksimum 6 mg sehari.

Antipsikosis ATIPIKAL

Zotepine dengan cepat diserap setelah pemberian oral . memiliki bioavabilitas 7-

13% dan 97%plasma terikat protein. hal ini hampir sepenuhnya dimetabolisme.
memiliki satu metabolit utama, yatiu norzotepine (norZTP). farmakologi dari metabolit dari norZTP belum diketahui dengan pasti. diekskresikan melalui empedu dan tinja. Waktu paruhnya 15 jam dan konsentrasi diplasma dalam 4 hari. Indikasi schizophrenia akut dan kronik. Dapat juga dengan gangguan bipolar.

Efek Samping

Sakit kepala, hipotensi, takikardia, kenaikan berat, sembelit, agitasi, kecemasan,


pusing, insomnia, mengantuk, berkeringat, dan penglihatan kabur.

Gejala ekstrapiramidal dan tardive dyskinesia dengan pengobatan jangka panjag.

Dapat menyebabkan sindrom maligna Neuroleptic.

Interaksi obat
Jika digunakan dengan fenothiazine dapat meningkatkan resiko kejang. Dapat meningkatkan resiko hipotensi jika diberikan dengan alpha 1 blokade adrenergik. Dapat meningkatkan resiko pedarahan jika diberikan dengan antikoagulan.

Dosis Dosis dewasa 75-300mg. Dosis harus dititrasi dengan interval 4 hari dari mulai dosis 25mg tiga kali sehari sampai maksimum 100mg3x/hari. pasien lansia harus dimulai pada 25mg dua kali sehari dengan titrasi bertahap sampai maksimal 75mg dua kali sehari. Sediaan

Tablet 25mg, 50mg, dan 100mg

Aripiprazole
Aripiprazole merupakan parsial agonis dopamin dari kelas generasi ketiga dari antipsikotik atipikal antidepresan dengan sifat tambahan yang digunakan dalam pengobatan skizofrenia, gangguan bipolar, dan depresi klinis. aripiprazole harus digunakan hanya jika penting dan

dengan hati-hati karena peningkatan risiko sedasi


berlebihan dan depresi kardiorespirasi

Farmakodinamik Indikasi pengobatan skizofrenia baik gejala positif maupun negative, juga digunakan pada pasien dengan gangguan schizoaffective Aripiprazole digunakan untunk mengobati agitasi pada pasien dengan gangguan bipolar I. Termasuk gangguan mania.

Efek Samping

kecemasan, penglihatan kabur, sembelit, batuk, sakit kepala, insomnia, ringan,


mual, ruam, gelisah, pilek, kantuk, tremor, muntah, lemah, dan berat badan.

Interaksi Obat Carbamazepine dapat dapat mengurangi jumlah aripiprazole didalam tubuh. Ketoconazole (Nizoral) dapat meningkatkan jumlah aripiprazole dalam tubuh dengan menghalangi CYP3A4. Para produsen aripiprazole merekomendasikan mengurangi dosis aripiprazole sebanyak satu-setengah selama terapi ketoconazole

Dosis
Aripiprazole biasanya digunakan sekali sehari. Dosis awal yang biasa adalah 10 atau 15 mg sekali sehari. Dosis dapat ditingkatkan dari

waktu ke waktu untuk mencapai efek yang diinginkan. Aripiprazole


dapat diambil dengan atau tanpa makanan. Sediaan Tablet: 10, 15, 20, dan 30 mg. Oral Solusi: 1 mg / mL

Anda mungkin juga menyukai