Anda di halaman 1dari 5

ANCAMAN KERAS BAGI ORANG YANG KELUAR DARI MASJID SETELAH DIKUMANDANGKANNYA ADZAN

Diantara adab menghadiri masjid adalah seorang muslim tidak boleh keluar setelah adzan kecuali karena udzur. Karena keluar berarti berpaling dari tuntunan adzan, yaitu tuntutan untuk menghadap dan menghadiri masjid guna melaksanakan shalat, dan supaya keluarnya tidak menjadi jalan yang menyibukkan dari shalat berjamaah dan terlambat dari shalat berjamaah. Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah bersabda, Apabila diseru untuk shalat maka syaithan berpaling dan dia (mengeluarkan) kentut sampai dia tidak mendengar adzan.[1] Telah berkata Ibnu Baththal raahimahullah: Sepertinya larangan bagi seseorang untuk keluar masjid setelah adzan (terambil) dari makna ini, (yaitu) supaya tidak serupa dengan syaithan yang lari karena mendengar adzan, wallahu alam.[2] Ada sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiallahu anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (No.655)[3] dari jalur periwayatan Ibrahim bin Al Muhajir dari Abusy Syatsa, dia berkata : Kami pernah duduk duduk bersama Abu Hurairah radhiallahu anhu di dalam masjid, lalu muadzin mengumandangkan adzan. Kemudian seorang laki-laki berdiri dan berjalan hendak keluar dari masjid. Maka Abu Hurairah radhiallahu anhu memandanginya sampai dia keluar dari masjid. Lalu Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata :Orang ini telah durhaka kepada Abul Qosim (Rasulullah ). Dan kalimat Orang ini telah durhaka kepada Abul Qosim itu meskipun hanya mauquf pada Abu Hurairah radhiallahu anhu, namun tetap dihukumi marfu sampai Rasulullah , karena menghukumi sesuatu bahwa itu termasuk ketaatan atau maksiat tidak boleh kecuali dengan nash dari pembuat syariat. Sebab kalimat seperti itu tidak mungkin dipastikan dan diucapkan oleh seorang sahabat dari pendapatnya sendiri tanpa ada sandaran dari Nabi . Hadits ini juga datang dari jalur Imam Ahmad raahimahullah dari Syarik dari Asyats, bahwasanya Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata : Rasulullah .telah menyuruh kami dengan sabdanya : Jika kalian telah berada di

dalam masjid lalu diseru untuk shalat, maka janganlah salah seorang di antara kalian itu keluar dari masjid sampai dia melaksanakan shalat. Akan tetapi Syarik bin Abdillah al-Qadhi adalah seorang rawi yang jelek hafalannya[4] Kemudian hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam At-Thabrani[5] raahimahullah dalam kitab Al-Ausath lewat periwayatan Said bin Musayyib raahimahullah dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwasanya Rasulullah bersabda : Tidak ada seseorang yang mendengar seruan adzan di dalam masjidku ini lalu keluar karena suatu kebutuhan tapi tidak kembali lagi, melainkan dia itu orang munafiq. Dan perkataandi dalam masjid ku ini bukanlah untuk membatasi hadits ini hanya berlaku di Masjid Nabawi. Bahkan ancaman tersebut juga berlaku untuk masjid yang lainnya. Hal ini sebagaimana yang ditunjukkan oleh sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah (No.734)[6] dengan sanadnya dari Utsman radhiallahu anhu, bahwasanya Rasulullah bersabda : Barangsiapa mendapatiadzan dalam suatu masjid, kemudian dia keluar bukan karena suatu kebutuhan serta tidak ingin kembali, maka dia itu seorang munafiq. Namun di dalam sanad hadits Utsman bin Affan radhiallahu anhu ini ada Abdul Jabbar bin Umar Al-Ayly AlUmuwy, dia adalah seorang rawi yang lemah.[7] Kemudian ada pula seorang rawi matruk yang namanya Ishaq bin Abdillah bin Abi Farwah [8] Akan tetapi ada syahid (penguat) untuk hadits Utsman radhiallahu anhu ini : a. Hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu yang diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani, sebagaimana telah disebutkan diatas. b. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud[9] dalam kitab Marasil-nya dari Said bin Musayyib, bahwasanya Nabi bersabda : Tidak seorang pun keluar dari masjid setelah adzan melainkan munafiq. Kecuali kalau dia keluar itu karena ada udzur suatu kebutuhan dan ada keinginan untuk kembali. Dan ringkasnya, hadits Utsman bin Affan radhiallahu anhu ini telah dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al Albani dalam kitab Shahih Sunan Ibnu Majah (1/123) Maknanya bahwa, perbuatannya adalah perbuatan orang-orang munafik, karena orang mukmin yang benar perbuatannya tidaklah demikian, sehingga kemunafikan disini adalah kemunafikan amali (perbuatan) bukan keyakinan. Wallahu Alam [10]

Setelah mengetahui hadits-hadits yang berkaitan dengan masalah diatas, sekarang kita lihat bagaimana penjelasan para ulama tentang masalah tersebut. Imam Ibnu Abdil Barr raahimahullah berkata dalam kitab at-Tamhid (24/212-214): Perkataan semisal *komentar Abu Hurairah radhiallahu anhu terhadap orang yang keluar dari masjid setelah adzan sebagai orang yang telah bermaksiat kepada Nabi ] itu tidak mungkin hanya sekedar berasal dari pendapat akal belaka. Dan tidak mungkin terlontar pernyataan tersebut kecuali karena ada tauqif (keterangan dari Rasulullah ) Para ulama pun telah sepakat untuk menerapkan hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu ini pada orang yang belum shalat tapi sudah dalam keadaan suci [kemudian kok keluar dari masjid setelah adzan+ Jadi, jika keadaan seseorang itu seperti yang telah kami sebutkan, maka tidak halal baginya untuk keluar dari masjid berdasarkan kesepakatan para ulama. Kecuali kalau seseorang itu keluar dari masjid setelah adzan, tapi dalam rangka untuk berwudhu dan dia berniatuntuk kembali ke masjid. Sedangkan Imam At-Tirmidzi[11] raahimahullah setelah menyebutkan hadits hadits masalah ini beliau berkata : Berdasarkan hadits hadits ini, maka pendapat yang diamalkan oleh para ulama dari kalangan sahabat Nabi dan generasi setelahnya adalah tidak diperbolehkannya seseorang keluar dari masjid kecuali kalau karena ada udzur untuk itu, seperti belum berwudhu ataupun ada urusan yang harus segera di laksanakan. Dan Imam al Mubarakfuri raahimahullah berkata dalamkitab Tuhfatul Ahwadzi (1/518): Hadits tersebut menunjukkan bahwasanya tidak boleh keluar dari Masjid setelah dikumandangkannya adzan di situ. Namun hadits itu berlaku khusus bagi orang yang tidak memiliki urusan/kebutuhan yang mendesak harus segera dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari [(No.639, 640)] dan yang lainnya : Pernah Rasulullah keluar menuju masjid sedangkan iqomat dilaksanakan dan barisan pun telah dirapikan/diluruskan. Sampai ketika beliau tiba do tempat shalatnya dan kami menunggu-nunggu beliau takbiratul ihram, ternyata beliau berpaling dan pergi seraya bersabda :Tetaplah di tempat kalian. Maka kami pun tinggal diam pada posisi kami sampai akhirnya Rasulullah keluar menemui kami sedangkan air mengalir turun dari kepala beliau sehabis mandi. Hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu riwayat Imam bukhari ini menunjukkan bahwa hadits yang ada dalam bab ini berlaku khusus untuk orang yang tidak memiliki urusan/kebutuhan yang mendesak harus segera dilaksanakan. Maka perkara perkara lainnya juga disamakan dengan hukum mandi junub ini, seperti orang yang berhadats, atau keluar darah dari hidungnya, atau menahan kencing, atau yang semisalnya. Demikian juga orang yang menjadi imam di masjid lain atau orang yang keadaannya seperti itu. Sedangkan al Hafizh Ibnu Hajar raahimahullah berkata-sebagaimana yang dinukil oleh penulis kitab Aunul Mabud (2/169)-: Hadits ini mengandung hukum di bencinya (makruh tahrim) keluar dari masjid setelah dikumandangkan adzan. Tapi hal ini berlaku bagi seseorang yang keluar dari masjid setelah dikumandangkan adzan. Tapi hal ini berlaku bagi seseorang yang keluar dari masjid tanpa ada kebutuhan mendesak. Adapun jika keluarnya itu karena

ada kebutuhan mendesak yang harus segera ditunaikan, maka hal itu diperbolehkan. Seperti ketika seseorang itu berhadats, atau junub, atau menahan kencing, atau mengalir darah dari hidungnya dan yang semisalnya, atau menjadi imam di masjid yang lain. Rujuklah kembali pernyataan al Hafizh ini di dalam kitab Fathul Bari (2/121) Dan Syaikh Muhammad Ali Adam berkata dalam kitab Syarah Sunan NasaI (8/385-388): Kesimpulannya, seseorang itu diharamkan keluar dari masjid setelah adzan dikumandangkan sampai dia menunaikan shalat tersebut. Hal ini berdasarkan dalil-dalil shahih yang telah disebutkan. Adapun orang-orang yang mempunyai udzur maka tidak diharamkan melakukannya. Demikian pula orang yang [keluar karena suatu kebutuhan tapi] ingin kembali ke masjid. Hal ini berdasarkan Firman Allah k: Dan Sungguh telah Dia jelaskan segala sesuatu yang diharamkan bagi kalian. Kecuali kalau kalian terpaksa melakukannya. (Al Anam :119) Dan juga bersandar kepada hadits-hadits terdahulu yang menyebutkan tentang adanya pengecualian bagi orangorang yang mempunyai udzur dalam masalah ini. Sebagian muadzin apabila sudah adzan dia keluar (dari masjid) ke rumahnya atau karena kesibukannya, ini walaupun dia hendak kembali hanya saja yang utama bagi dia adalah tidak keluar, karena saya khawatir keluarnya bukan suatu hajat, tetapi sekadar kebiasaan dan karena bosan duduk di masjid sampai iqomah, terutama pada waktu-waktu yang waktunya panjang antara adzan dan iqomah pada kebanyakan masjid. Muadzin (seyogyanya) lebih melaksanakan (perintah ini) dari lainyya karena dialah yang telah menyeru manusia untuk menghadiri shalat dan bersegera menghadirinya. Kemudian dia keluar dan tidak kembali kecuali ketika menjelang iqomah, hendaknya hal ini benar benardiperhatikan. [12] Footnote :
1. 2. 3. 4. 5.

6. 7. 8. 9.

Dikeluarkan oleh al Bukhori no.583 dan Muslim no.389 Fathul Bari (2/87) Dikeluarkan oleh Imam Muslim (3/162) dan yang lainnya, dan lihatlah Ilamul Muwaqiin (3/160) di dalamnya disebutkan Telah berkata Ammar sebagai ganti dari Telah berkata Abu Hurairah(Abdullah bin Shalih al Fauzan) Lihat kitab Tahdzibut Tahdzib (4/334-337) Dikeluarkan oleh Ath-thabrani di dalam al-Ausath dan para perawinya dijadikan hujjah periwayatannya dalam shohih (al Bukhori) seperti diingatkan dalam Majma az zawaid (2/5) dan dishohihkan oleh al Albani dalam shohih at Targhib, 1/179 (Abdullah bin Shalih Al Fauzan) Dikeluarkan oleh Ibnu Majah (1/123, shohih Ibnu Majah) dan dishohihkan oleh al Albani di dalam shohih at-Targhib (1/179) (Abdullah bin Shalih al Fauzan) Lihat kitab Tahdzibut Tahdzib (6/103-104) Lihat kitab Tahdzibut Tahdzib (1/240-242) Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam Marasil nya hal.82 dan dishahihkan oleh al Albani di dalam Shahih at-Targhib (1/179) (Abdullah bin Shalih al Fauzan)

10. Dikatakannya oleh al Albani di dalam kitab tersebut-Shohih at Targhib (1/179) (Abdullah bin Shalih al Fauzan) 11. Jami At-Tirmidzi (1/179) dengan Tuhfah (Abdullah bin Shalih al Fauzan) 12. Abdullah bin Shalih al Fauzan

:: Maraji : 1. Hukum Seputar Adzan dan Iqomat Abul Harits Kholiful Hadi hal. 236-242. Buku ini
diterbitkan oleh Maktabah Al-Ghuroba , Sukoharjo-Jawa Tengah. Cet. 1 September 2006

2. Menyambut Seruan Adzan, Adab dan Hukumnya Abdullah bin Shalih al Fauzan
(Penterjemah : Abu Umamah Abdurrohim bin Abdul Qohhar Al Atsary), hal 137-140, Penerbit Hikmah Ahlus Sunnah Sleman-Yogyakarta. Cet. 1 April 2013

Anda mungkin juga menyukai