Anda di halaman 1dari 4

AL FATIHAH DI DALAM SALAT

Oleh : Wawan Shofwan Shalehuddin

Al Fatihah, As Sab’ul Matsani, Al Hamdu, Umul Quran, Umul Kitab,


Fatihatul Kitab, Al Quranul Adzim dan Al Hamdu atau Al Hamdu Lillahi
Rabbil Alamin adalah nama-nama untuk surat Al Fatihah. Nama-nama ini
diucapkan oleh Rasulullah saw. sendiri. Pada hadis Ad Daraqutni dari
sahabat Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda:

Apabila kalian membaca (surat) Al Hamdu maka bacalah


bismillahirrahmanirrahim karena sesungguhnya ia adalah Umul Quran,
Umul Kitab dan As Sab’ul Matsani, dan Bismillahirrahmanirrahim salah
satu (ayat)nya. H.R. Ad Daraqutni

Oleh karena itu apabila terdapat keterangan Rasulullah saw.


memulai qiraah (bacaan)nya dengan Al Hamdu tentu maksudnya adalah
Al Fatihah. Seperti hadis:

Dari Aisyah r.a, ia mengatakan, “Adalah Rasulullah saw. memulai salatnya


dengan takbir dan (memulai) bacaanya dengan Al Hamdu Lillahi Rabbil
Alamin (Al Fatihah)”. H.R. Muslim

Basmalah sebagai ayat pertama dari Al Fatihah dibaca sir pada


bacaan yang sir dan dibaca jahar pada bacaan yang jahar

Dari Qatadah, ia berkata, “Anas dirinya tentang bagaimana qiraah Nabi


saw, ia menjawab, ‘Keadaan bacaan Nabi itu ber-mad (panjang) lalu ia
membaca bismillahirrahmanirrahim, ia memanjangkan bismullah,
memanjangkan arrahman dan memanjangkan arrahim’.” H.R. Al Bukhari

Al Fatihah Wajib Pada Setiap Rakaat

Dari Ubadah bin Ash Shamit sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda,
“Tidak ada salat bagi yang tidak membaca Al Fatihah”. H.R. Al Jamaah

Kata-kata laa shalata (tidak ada salat) nafi bermakna nahyi, jadi
maksdunya jangan salat tanpa membaca Al Fatihah. Pada hadis lain
riwayat Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hiban serta mukharij lainnya dari sahabat
Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda:

Tidalah cukup salat bagi yang tidaj membaca Al Fatihah.

Bahkan di dalam riwayat Ahmad kata-katanya lebih tegas

Tidak diterima suatu salat pun yang padanya tidak dibaca Al Fatihah.

Hadis-hadis tentang wajibnya Al Fatihah pada tiap rakaat


diriwayatkannya pula oleh Muslim dan At Tirmidzi dari sahabat Anas bin
Malik, Abu Daud, dan An Nasai dari sahabat Abu Qatadah, Ibnu Majah
dari sahabat Abdulah bin Umar, Ahmad, Abu Daud serta Ibnu Majah dari
sahabat Abu Said Al Khudri, An Nasai dan Ibnu Majah dari sahabat Jabir
bin Abdullah, Al Baihaqi dari sahabat Ali bin Abi Talib, dan lain-lain.

Dengan dalil-dalil ini jelaslah bahwa makna tidak ada salat bagi
yang tidak membaca Al Fayihah adalah tidak sah setiap rakaat tanpa Al
Fatihah, baik munfarid, berjamaah, imam maupun makmum.

Ada yang berpendapat bahwa membaca Al Fatihah wajib dan tidak


sah rakaat tanpa membaca Al Fatihah kecuali bagi makmum yang
masbuk yang mendapatkan imam sedang ruku, lalu ia segera ruku
mengikuti posisi imam, dengan demikian ia telah mendapatkan rakaat itu
walaupun tidak membaca Al Fatihah, berdasarkan dalil-dalil sebagai
berikut:

Dari Abu Hurairah sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda, “Siapa yang
mendapatkan rak’ah dari salat bersama imam sungguh ia telah
mendapatkan salat itu”. H.R. Al Bukhari dab Muslim

Kata-kata rak’ah di artikan ruku, maka maknanya adalah siapa


yang masbuk dan masih sempat mengikuti ruku imam, ia telah
mendapatkan rakaat itu. Hal ini kebih diperjelas oleh keterangan berikut:

Dari Abu Hurairah, ia mengatakan “Rasulullah saw. telah bersabda,


‘Apabila kamu datang (masbuk) kepada salat dan kami (iman dan
makmum) sedang sujud maka sujudlah dan janganlah engkau hitung apa-
apa (rajaat), dan siapa uang masih mendapatkan ruku sungguh ia telah
mendapatkan salat itu’.” H.R. Abu Daud

Berdasarkan hadis ini Imam Asy Syaukani mengatakan, “Kata-kata


fasjudu (maka sujudlah) dan kata-kata fa laa ta’udduha syaian (dan
janganlah engkau menghitungnya sesuatu) (rakaat) adalah makmum yang
masbuk mendapatkan imam sedang sujud maka janganlah kamu hitung
sebagai satu rakaat. Sedangkan kata-kata wa man adrakar rak’ata faqud
adrakash shalata (dan siapa yang mendapatkan imam sedang ruku) maka
jadilah yang mendapatkan ruku bersama imam mendapatkan rakaat itu
dan ini pendapat ulama Jumhur. Sedangkan kata-kata maka ia telah
mendapatkan salat kata-kata salat maksudnya rakaat, yaitu sah rakaat itu
dan ia mendapatkan fadilahnya”. Nailul Authar, III:162

Jika kurang kecermatan maka keterangan Imam Asy Syaukani ini


akan mudah dianggap bahwa beliau berpendapat demikian, tetapi jika
dengan ketelitian dan kecermatan maka akan diketahui bahwa Imam Asy
Syaukani tidak berpendapat demikian tetapi beliau hanya menuturkan
pendapat orang lain dan ulama Jumhur, bahkan sebaliknya, belaiu
berpendapat tidak sah rakaat makmum yang masbuk apabila ketinggalan
Al Fatihah.

Maka ketika menerangkan kedudukan Al Fatihah di dalam Salat


belaiu menerangkan:
Anda telah tahu dari (pembahasan) yang lalu wajibnya membaca Al
Fatihah bagi setiap (individu) imam dan makmum pada setiap rakaat. Dan
telah kami beritahukan pula kepada anda bahwasannya dalil-dalil itu salih
(benar) untuk dijadikan hujjah bahwa bacaan Al Fatihah termasuk syarat
sahnya salat. Dan siapa yang berkeyakinan bahwa sah salat dari salat-
salat atau rakaat dari rakaat-rakaat tanpa Fatihatul Kitab ia harus
menunjukkan dalil yang terang yang mengecualikan dalil-dalil itu. Maka
dari sini nyatalah untuk anda kelemahan pendapat ulama Jumhur (yang
menyatakan) siapa yang mendapatkan imam sedang ruku dan ikut ruku
bersamanya, ia menghitung rakaat itu walaupun tidak mendapatkan
qiraah sedikit pun (Al Fatihah). Nailul Authar, II:226

Keterangan Imam Asy Syaukani ini sesuai dengan perintah


Rasulullah saw. kepada Al muslu’ shalatuhu (orang yang jelek salatnya),
setelah beliau menerangkan dengan sangat rinci tentang apa yang
disebut rakaat baik Al Fatihah, ruku, berdiri i’tidal setelah ruku, sujud,
duduk antara dua sujud, belai bersabda:

Lalu kerjakanlah yang demikian itu pada salatmu seluruhnya.

Bahkan pada riwayat Ahmad, Ibnu Hiban dan Al Baihaqi


menggunakan kata-kata:

Lalu kerjakanlah yang demikian itu pada setiap rakaat.

Di dalam hadis riwayat Al Bukhari dari sahabat Abu Qatadah

Sesungguhnya Nabi saw pada setiap rakaatnya mambaca Al Fatihah.

Dan masih terdapat dalil-dalil lainnya yang menunjukkan tidak


sahnya rakaat tanpa Al Fatihah. Lihat Fathul Bari. II:383-386.

Selanjutnya, bahwa Al Fatihah itu terdiri dari tujuah ayat yang di


awali dengan bismillahirrahmanirrahim, maka membaca Al Fatihah kurang
satu ayat dari ketujuh ayat itu berarti Al Fatihahnya tidak sempurna dan
harus diulangi. Demikian juga bagi makmum yang masbuk ketika mulai
berjamaah ternyata imam telah membaca beberapa ayat dari Al Fatihah,
maka ia tertinggal Fatihah itu dan tertinggal rakaat tiu.

Anda mungkin juga menyukai