Anda di halaman 1dari 23

BAB II

BRONKITIS AKUT
2.1. Definisi Bronkitis akut merupakan proses radang akut pada mukosa bronkus berserta cabang cabangnya yang disertai dengan gejala batuk dengan atau tanpa sputum yang dapat berlangsung sampai 3 minggu. Tidak dijumpai kelainan radiologi pada bronkitis akut. Gejala batuk pada bronkitis akut harus dipastikan tidak berasal dari penyakit saluran pernapasan lainnya. (Gonzales R, ande !, "##$%.

Gambar 1. Bronkitis akut ( umber& '''.usdrugstore.blogspot.com, diakses tanggal () *uli "#((+ (,.## -.B% 2.2. Etiologi: Bronkitis akut dapat disebabkan oleh & .n/eksi 0irus & in/luenza 0irus, parain/luenza 0irus, respiratory syncytial 0irus (R 1%, adeno0irus, corona0irus, rhino0irus, dan lain2lain. !

.n/eksi

bakteri

&

Bordatella

pertussis,

Bordatella

parapertussis,

3aemophilus in/luenzae, *amur

treptococcus pneumoniae, atau bakteri atipik

(!ycoplasma pneumoniae, 4hlamydia pneumonia, 5egionella%

6onin/eksi & polusi udara, rokok, dan lain2lain.

7enyebab bronkitis akut yang paling sering adalah in/eksi 0irus yakni sebanyak ,#8 sedangkan in/eksi bakteri hanya sekitar 9 (#8 (*onsson *, igurdsson *, :ristonsson :, et al, "##$%., 2.!. Anatomi "an #isiologi 2.!.1. Anatomi Bronkitis akut terjadi pada bronkus dan cabang cabangnya, oleh karena itu perlu diketahui terlebih dahulu anatomi dan /isiologi dari saluran pernapasan. 7ada Gambar 2 dapat dilihat bah'a cabang utama bronkus kanan dan kiri akan bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis. 7ercabangan ini berjalan terus2menerus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu bronkiolus yang tidak mengandung al0eoli. Bronkiolus terminalis mempunyai diameter kurang lebih ( mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh kartilago tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. eluruh saluran udara sampai pada tingkat ini disebut saluran penghantar udara karena /ungsinya menghantarkan udara ke tempat pertukaran gas terjadi ( -ilson 5!, "##)%. etelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit /ungsional dari paru. ;sinus terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus al0eolaris dan sakkus al0eolaris terminalis. ;sinus atau kadang disebut lobulus primer memiliki diameter #,< sampai ( cm. Terdapat sekitar "3 percabangan mulai dari trakea sampai sakkus al0eolaris terminalis. ;l0eolus dipisahkan dari al0eolus di dekatnya oleh septum. 5ubang pada dinding ini dinamakan pori2pori :ohn yang memungkinkan komunikasi antara sakkus. ;l0eolus hanya selapis sel saja, namun

jika seluruh al0eolus yang berjumlah sekitar 3## juta itu dibentangkan akan seluas satu lapangan tenis ( -ilson 5!, "##)%.

Gambar 2. Anatomi sal%ran na&as. 'S%mber : (asan I) 2**+,

;l0eolus pada hakikatnya merupakan gelembung yang dikelilingi oleh kapiler2kapiler darah. Batas antara cairan dengan gas akan membentuk suatu tegangan permukaan yang cenderung mencegah ekspansi pada saat inspirasi dan cenderung kolaps saat ekspirasi. =i sinilah letak peranan sur/aktan sebagai lipoprotein yang mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi saat inspirasi sekaligus mencegah kolaps saat ekspirasi. 7embentukan sur/aktan oleh sel pembatas al0eolus dipengaruhi oleh kematangan sel2sel al0eolus, enzim biosintetik utamanya al/a anti tripsin, kecepatan regenerasi, 0entilasi yang adekuat serta per/usi ke dinding al0eolus. =e/isiensi sur/aktan, enzim biosintesis serta mekanisme in/lamasi yang berjung pada pelepasan produk yang mempengaruhi -

elastisitas paru menjadi dasar patogenesis emphysema, dan penyakit lainnya (-ilson 5!, "##)% Bronkus merupakan percabangan dari trachea. Terdiri dari bronkus de>tra dan bronchus sinistra& Bron.%s "e/tra, mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan letaknya lebih 0ertikal daripada bronkus sinistra. 3al ini disebabkan oleh desakan dari arcus aortae pada ujung caudal trachea ke arah kanan, sehingga benda2benda asing mudah masuk ke dalam bronkus de>tra. 7anjangnya kira2kira ",< cm dan masuk kedalam hilus pulmonis setinggi 0ertebra thoracalis 1.. 1ena ;zygos melengkung di sebelah cranialnya. ;teria pulmonalis pada mulanya berada di sebelah in/erior, kemudian berada di sebelah 0entralnya. !embentuk tiga cabang (bronkus sekunder%, masing2masing menuju ke lobus superior, lobus medius, dan lobus in/erior. Bronkus sekunder yang menuju ke ke lobus superior letaknya di sebelah cranial a.pulmonalis dan disebut bronkusepar ter ialis. 4abang bronkus yang menuju ke lobus medius dan lobus in/erior berada di sebelah caudal a.pulmonalis disebut bronkushyparterialis. elanjutnya bronkus sekunder tersebut mempercabangkan bronkus tertier yang menuju ke segmen pulmo (5uhulima *-, "##?%. Bron.%s sinistra, mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi bentuknya lebih panjang daripada bronkus de>tra. Berada di sebelah caudal arcus aortae, menyilang di sebelah 0entral oesophagus, ductus thoracicus, dan aorta thoracalis. 7ada mulanya berada di sebelah superior arteri pulmonalis, lalu di sebelah dorsalnya dan akhirnya berada di sebelah in/eriornya sebelum bronkus bercabang menuju ke lobus superior dan lobus in/erior, disebut letak bronkus hyparterialis. 7ada tepi lateral batas trachea dan bronkus in/erior. terdapat Bronkus lymphonodus memperoleh tracheobronchialis superior dan pada bi/urcatio trachea (di sebelah caudal% terdapat lymphonodus tracheobronchialis 0ascularisasi dari a.thyroidea in/erior. .nner0asinya berasal dari 6.0agus, n. Recurrens, dan truncus sympathicus (5uhulima *-, "##?%.

2.!.2. #isiologi 2.!.2.1. Str%.t%r "an f%ngsi sal%ran na&as normal

2.!.2.1.1. Sel e&itel &erm%.aan el epitel permukaan pada saluran intrapulmoner pada dasarnya dibentuk oleh dua tipe sel, yaitu sel silia dan sel sekretori. el sekretori dibagi menjadi subtipe berdasarkan penampakan mikroskopik (misalnya el clara, goblet dan serous %. elain musin, sel sekretori juga melepaskan beberapa molekul antikmikroba (sebagai contaoh de/ensin, lisosim, dan .g;%, molekul immunomodulator (sekretoglobin dan sitokin% dan molekul pelindung (protein tre/oil dan heregulin%, semuanya ini tergabung dalam mukus. (@ahy *1, =ickey B@, "#(#% 2.!.2.1.2. Kelen0ar s%bm%.osa 7ada saluran napas besar (diameter lumen A"mm%, kelenjar submukosa berkontribusi pada sekresi musin (Gambar !%. :elenjar dihubungan dengan lumen saluran napas oleh duktus silia super/isial yang mendorong sekresi keluar dan duktus kolektus nonsilia pro/undus. :elenjar sumukosa berlokasi diantara otot polos dan kartilago. el mukous membentuk )#8 0olume kelenjar. el serous yang berlokasi didistal, membentuk ?#8 0olume kelenjar, mensekresi proyeoglikan dan protein antimikroba. 7ada keadaan patologi, 0olume kenjar submukosa dapat meningkat melebihi 0olume normal. (@ahy *1,=ickey B@, "#(#% 2.!.2.1.!. 1a&isan m%.osa 'la&isan len"ir, 5endir melapisi seluruh saluran napas, dimana kandungan terbanyaknya adalah cairan, dengan kerakteristik /isik solid. :andungan normal mukus adalah ,B8 air dan 3 8 solid (musin, protein nonmusin, garam, lemak dan sel debris%. (@ahy *1, =ickey B@, "#(#%

Gambar !. 3%.%s .lirens &a"a sal%ran na&as 4ang normal. 'S%mber :#a54 67) Di8.e4 B#) 2*1*, 2.!.2.2. 3e.anisme .lirens sal%ran na&as 7ertama, mukus didorong ke proksimal saluran napas oleh gerakan silia, yang akan membersihkan partikel2partikel inhalasi, patogen dan menghilangkan bahan2bahan kimia yang mungkin dapat merusak paru. !usin polimerik secara

terus2menerus disintesis dan disekresikan untuk melapisi lapisan mukosa. :ecepatan normal silia (" sampai (<>Cdetik, menghasilkan kecepatan (mmCmenit untuk membersihkan lapisan mukosa. :ecepatan mucociliary clearance meningkat dalam keadaan hidrasi tinggi. =an kecepatan gerakan silia meningkat oleh akti0itas purinergik, adrenergik, kolinergik dan reseptor agonis adenosin, serta bahan iritan kimia. !ekanisme kedua, adalah dengan mengeluarkan mukus dengan re/leks batuk. .ni mungkin dapat membantu menjelaskan mengapa penyakit paru yang disebabkan oleh kerusakan /ungsi silia tidak terlalu berat dibandingkan dengan yang disebabkan dehidrasi, yang menghalangi kedua mekanisme klirens saluran napas. !eskipun batuk berkontribusi dalam membersikan mukus pada penyakit dengan peningkatan produksi mukus atau gangguan /ungsi silia, ini dapat menyulitkan gejala (@ahy *1, =ickey B@, "#(#%. 2.$. :atogenesis eperti disebutkan sebelumnya penyebab dari bronkitis akut adalah 0irus, namun organisme pasti penyebab bronkitis akut sampai saat ini belum dapat diketahui, oleh karena kultur 0irus dan pemeriksaan serologis jarang dilakukan. ;dapun beberapa 0irus yang telah diidenti/ikasi sebagai penyebab bronkitis akut adalah 0irus 0irus yang banyak terdapat di saluran pernapasan ba'ah yakni in/luenza B, in/luenza ;, parain/luenza dan respiratory syncytial virus (R 1%. .n/luenza sendiri merupakan 0irus yang timbul sekali dalam setahun dan menyebar secara cepat dalam suatu populasi. Gejala yang paling sering akibat in/eksi 0irus in/luenza diantaranya adalah lemah, nyeri otot, batuk dan hidung tersumbat. ;pabila penyakit in/luenza sudah mengenai hampir seluruh populasi di suatu daerah, maka gejala batuk serta demam dalam ?$ jam pertama merupakan prediktor kuat seseorang terin/eksi 0irus in/luenza. R 1 biasanya menyerang orang orang tua yang terutama mendiami panti jompo, pada anak kecil yang mendiami rumah yang sempit bersama keluarganya dan pada tempat penitipan anak. Gejala batuk biasanya lebih berat pada pasien dengan bronkitis akut akibat in/eksi R 1 (Dambon !, tockton *, 4le'ley *, et al, "##,%

1irus yang biasanya mengakibatkan in/eksi saluran pernapasan atas seperti rhino0irus, adeno0irus dapat juga mengakibatkan bronkitis akut. Gejala yang dominan timbul akibat in/eksi 0irus ini adalah hidung tersumbat, keluar sekret encer dari telinga (rhinorrhea% dan /aringitis (Gonzales R, ande !, "##$%. Bakteri juga memerankan perannya dalam pada bronkitis akut, antara lain, Bordatella pertusis, bordatella parapertusis, 4hlamydia pneumoniae dan !ycoplasma pneumoniae. .n/eksi bakteri ini biasanya paling banyak terjadi di lingkungan kampus dan di lingkungan militer. 6amun sampai saat ini, peranan in/eksi bakteri dalam terjadinya bronkitis akut tanpa komplikasi masih belum pasti, karena biasanya ditemukan pula in/eksi 0irus atau terjadi in/eksi campuran ( idney . Braman, "##)%. 7ada kasus eksaserbasi akut dari bronkitis kronik, terdapat bukti klinis bah'a bakteri bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Moraxella catarrhalis dan Haemophilus influenzae mempunyai peranan dalam timbulnya gejala batuk dan produksi sputum. 6amun begitu, kasus eksaserbasi akut bronkitis kronik merupakan suatu kasus yang berbeda dengan bronkitis akut, karena ketiga bakteri tersebut dapat mendiami saluran pernapasan atas dan keberadaan mereka dalam sputum dapat berupa suatu koloni bakteri dan ini bukan merupakan tanda in/eksi akut ( idney . Braman, "##)%. 7enyebab batuk pada bronkitis akut tanpa komplikasi bisa dari berbagai penyebab dan biasanya bermula akibat cedera pada mukosa bronkus. 7ada keadaan normal, paru2paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary de/ence, yaitu sistem penjagaan paru2paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. 7ada pasien dengan bronkhitis akut, sistem mucocilliary de/ence paru2paru mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang in/eksi. :etika in/eksi timbul, akan terjadi pengeluaran mediator in/lamasi yang mengakibatkan kelenjar mukus menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah% sehingga produksi mukus akan meningkat. .n/eksi juga menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal%, dan mengeluarkan mukus kental. ;danya mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan

1*

menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. !ukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama selama ekspirasi (Gambar $% .*alan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru2paru.. 7asien mengalami kekurangan #", iaringan dan ratio 0entilasi per/usi abnormal timbul, di mana terjadi penurunan 7E" :erusakan 0entilasi juga dapat meningkatkan nilai 74E,sehingga pasien terlihat sianosis (!elbye 3, :ongerud *, 1orland 5, "##,%. 7ada bronkitis akut akibat in/eksi 0irus, pasien dapat mengalami reduksi nilai 0olume ekspirasi paksa dalam ( detik (@F1(% yang re0ersibel. edangkan pada in/eksi akibat bakteri !. pneumoniae atau 4. 7neumoniae biasanya mempunyai nilai reduksi @F1( yang lebih rendah serta nilai re0ersibilitas yang rendah pula (!elbye 3, :ongerud *, 1orland 5, "##,%.

Gambar !: 7atogenesis Bronkitis ;kut

11

2.-. Ge0ala .linis: Gejala utama bronkitis akut adalah batuk2batuk yang dapat berlangsung "2 3 minggu. Batuk bisa atau tanpa disertai dahak. =ahak dapat ber'arna jernih, putih, kuning kehijauan, atau hijau. gejala berikut ini & =emam, esak napas, Bunyi napas mengi atau ngik Rasa tidak nyaman di dada atau nyeri dada Bronkitis akut akibat 0irus biasanya mengikuti gejala gejala in/eksi saluran respiratori seperti rhinitis dan /aringitis. Batuk biasanya muncul 3 ? hari setelah rhinitis. Batuk pada mulanya keras dan kering, kemudian seringkali berkembang menjadi batuk lepas yang ringan dan produkti/. :arena anak anak biasanya tidak membuang lendir tapi menelannya, maka dapat terjadi gejala muntah pada saat batuk keras dan memuncak. 7ada anak yang lebih besar, keluhan utama dapat berupa produksi sputum dengan batuk serta nyeri dada pada keadaaan yang lebih berat. :arena bronchitis akut biasanya merupakan kondisi yang tidak berat dan dapat membaik sendiri, maka proses patologis yang terjadi masih belum diketahui secara jelasa karena kurangnya ketersediaanjaringan untuk pemeriksaan. Gang diketahui adalah adanya peningkatan akti0itas kelenjar mucus dan terjadinya deskuamasi sel sel epitel bersilia. ;danya in/iltrasi leukosit 7!6 ke dalam dinding serta lumen saluran respiratori menyebabkan sekresi tampak purulen. ;kan tetapi karena migrasi leukosit ini merupakan reaksi nonspesi/ik terhadap kerusakan jalan napas, maka sputum yang purulen tidak harus menunjukkan adanya superin/eksi bakteri. 7emeriksaan auskultasi dada biasanya tidak khas pada stadium a'al. eiring perkembangan dan progresi0itas batuk, dapat terdengar berbagai macam ronki, suara napas yang berat dan kasar, 'heezing ataupun suara kombinasi. 3asil elain batuk, bronkitis akut dapat disertai

12

pemeriksaan radiologist biasanya normal atau didapatkan corakan bronchial. 7ada umumnya gejala akan menghilang dalam (# 2(? hari. Bila tanda tanda klinis menetap hingga " 3 minggu, perlu dicurigai adanya in/eksi kronis. elain itu dapat pula terjadi in/eksi sekunder. TA3BA(AN: ebagian besar terapi bronchitis akut 0iral bersi/at suporti/. 7ada kenyataannya rhinitis dapat sembuh tanpa pengobatan sama sekali. .stirahat yang cukup, masukan cairan yang adekuat serta pemberian asetamino/en dalam keadaan demam bila perlu, sudah mencukupi untuk beberapa kasus. ;ntibiotik sebaiknya hanya digunakan bila dicurigai adanya in/eksi bakteri atau telah dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang lainnya. 7emberian antibiotik berdasarkan terapi empiris biasanya disesuaikan dengan usia, jenis organisme yang biasa mengin/eksi dan sensiti0itas di komunitas tersebut. ;ntibiotik juga telah dibuktikan tidak mencegah terjadinya in/eksi bakteri sekunder, sehingga tidak ada tempatnya diberikan pada bronchitis akut 0iral. Bila ditemukan 'heezing pada pemeriksaan /isik, dapat diberikan bronkodilator H" agonist, tatapi diperlukan e0aluasi yang seksama terhadap respon bronkus untuk mencegah pemberian bronkodilator yang berlebihan. *umlah bronchitis akut bakterial lebih sedikit daripada bronchitis akut 0iral. .n0asi bakteri ke bronkus merupakan in/eksi sekunder setelah terjadi kerusakan permukaan mukoasa oleh in/eksi 0irus sebelumnya. ebagai contoh., percobaan pada tikus, in/eksi 0irus in/luenza menyebabkan deskuamasi luas epitel bersilia di trakea, sehingga bakteri seperi 7seudomonas aeruginosa yang seharusnya dapat tersapu dapat beradhesi di permukaan epitel. 3ingga saat ini, bakteri penyebab bronchitis akut yang telah diketahui adalah Staphylococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Mycoplasma pneumoniae juga dapat menyebabkan bronchitis akut, dengan karakteristik klinis yang tidak khas, dan biasanya terjadi pada anak berusia di atas < tahun atau remaja. Chlamydia sp pada bayi dapat menyebabkan trakeobronkitis akut dan penumonitis dan terapi pilihan yang dibeikan adalah eritromisin. 7ada anak yang

1!

berusia di atas , tahun dapat diberikan tertrasiklin. Intuk terapi e/ekti/ dapat diberikan eritromisin atau tertrasiklin untuk anak anak di atas usia , tahun 7ada anak anak yang tidak diimunisasi, in/eksi Bordatella pertusis dan Corynebacterium diphteriae dihubungkan dengan kejadian trakeobronkitis. elama stadium kataral pertusis, gejala gejala in/eksi respiratori lebih dominan, berupa rhinitis, konjungti0itis, demam sedang dan batuk. 7ada stadium paroksismal, /rekuensi dan keparahan batuk meningkat. Gejala khas berupa batuk kuat berturut turut dalam satu ekspirasi, yang diikuti dengan usaha keras dan mendadak untuk ekspirasi, sehingga menyebabkan timbulnya whoop. Batuk ini biasanya menghasilkan mukus yang kental dan lengket. !untah pascabatuk (posttus0e emesis% dapat juga terjadi pada stadium paroksismal. 3asil pemeriksaan laboratorium patologi menunjukkan adanya in/iltrasi mukosa oleh lim/osit dan leukosit 7!6. =iagnosis dapat dipastikan dengan pemeriksaan klutur dan sekresi mukus. 7engobatan pertusis sebagian besar bersi/at suporti/. 7emberian eritromisin dapat mengusir kuman pertusis dari naso/aring dalam 'aktu 3 ? hari, sehingga mengurangi penyebaran penyakit. 7emberian selama (? hari setelah a'itan penyakit selanjutnya dapat menghentikan penyakit. Gejala bronkitis akut tidaklah spesi/ik dan menyerupai gejala in/eksi saluran perna/asan lainnya. Eleh karena itu sebelum memikirkan bronkitis akut, perlu dipikirkan kemungkinan lainnya seperti pneumonia, common cold, asma akut, eksaserbasi akut bronkitis kronik dan 77E: ( idney . Braman, "##)%. 2.+. Diagnosis =iagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila+ pada anamnesa pasien mempunyai gejala batuk yang timbul tiba tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asma akut, eksaserbasi akut bronkitis kronik dan penyakit paru obstrukti/ kronik (77E:%. 7ada pemeriksaan /isik pada stadium a'al biasanya tidak khas. =apat ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai mani/estasi pengiring, atau /aring hiperemis.

1$

ejalan dengan perkembangan serta progresi0itas batuk, pada auskultasi dada dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah. ( idney . Braman, "##)%. =alam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai menderita bronkitis akut, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut& =enyut jantung A (## kali per menit @rekuensi napas A "? kali per menit uhu A 3$J4 7ada pemeriksaan /isik paru tidak terdapat /ocal konsolidasi dan peningkatan suara napas. Bila keadaan tersebut tidak ditemukan, kemungkinan pneumonia dapat disingkirkan dan dapat mengurangi kebutuhan untuk /oto thora> ( idney Braman, "##)%. Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil de/initi/ untuk diagnosis bronkitis. 7emeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis harus ditemukan untuk kepentingan terapi. 3al ini biasanya diperlukan pada bronkitis kronis. 7ada bronkitis akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karena sebagian besar penyebabnya adalah 0irus.7emeriksaan radiologis biasanya normal atau tampak corakan bronkial meningkat. 7ada beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan ringan uji /ungsi paru. ;kan tetapi uji ini tidak perlu dilakukan pada penderita yang sebelumnya sehat. ( idney . Braman, "##)%. 2.2. Differensial Diagnosis Batuk dengan atau tanpa produksi sputum dapat dijumpai pada common cold. 4ommon cold sendiri merupakan istilah kon0ensional dari in/eksi saluran pernapasan atas yang ringan, gejalanya terdiri dari adanya sekret dari hidung, bersin, sakit tenggorok dan batuk serta bias juga dijumpai demam, nyeri otot dan .

1-

lemas. eringkali common cold dan bronkitis akut memiliki gejala yang sama dan sulit dibedakan. Batuk pada common cold merupakan akibat dari in/eksi saluran pernapasan atas yang disertai postnasal drip dan pasien biasanya sering berdeham. Batuk pada bronkitis akut disebabkan in/eksi pada saluran pernapasan ba'ah yang dapat didahului oleh in/eksi pada saluran pernapasan atas dan oleh sebab itu mempersulit penegakkan diagnosis penyakit ini. ( idney . Braman, "##)%. Bronkitis akut juga sulit dibedakan dengan eksaserbasi akut bronkitis kronik dan asma akut dengan gejala batuk. =alam suatu penelitian mengenai bronkitis akut, asma akut seringkali didiagnosa sebagai suatu bronkitis akut pada (C3 pasien yang datang dengan gejala batuk. Eleh karena kedua penyakit ini memiliki gejala yang serupa, maka satu satunya alat diagnostik adalah dengan menge0aluasi bronkitis akut tersebut, apakah merupakan suatu penyakit tersendiri atau merupakan a'al dari penyakit kronik seperti asma. ( idney "##)%. Bronkitis akut merupakan penyakit saluran pernapasan yang dapat sembuh sendiri dan bila batuk lebih dari 3 minggu maka diagnosis di/erensial lainnya harus dipikirkan. 7asien dengan ri'ayat penyakit paru kronik sebelumnya seperti bronkitis kronik, 77E: dan bronkiektasis, pasien dengan gagal jantung dan dengan gangguan sistem imun seperti ;.= atau sedang dalam kemoterapi, merupakan kelompok yang beresiko tinggi terkena bronkitis akut dan dalam hal ini kelompok tersebut merupakan pengecualian. ( idney . Braman, "##)%. 2.9. Tatala.sana uatu studi penelitian menyebutkan bah'a beberapa pasien dengan bronkitis akut sering mendapatkan terapi yang tidak tepat dan gejala batuk yang mereka derita seringkali berasal dari asma akut, eksaserbasi akut bronkitis kronik atau common cold. Beberapa penelitian menyebutkan terapi untuk bronkitis akut hanya untuk meringankan gejala klinis saja dan tidak perlu pemberian antibiotik dikarenakan penyakit ini disebabkan oleh 0irus ( idney . Braman, "##)%. 2.9.1. :emberian antibioti. . Braman,

1+

Beberapa studi menyebutkan, bah'a sekitar )< $# 8 pasien dengan bronkitis akut menerima terapi antibiotik meskipun seperti telah diketahui bah'a pemberian antibiotik sendiri tidak e/ekti/ (5inder *, im ., "##B%. 7asien dengan usia tua paling sering menerima antibiotik dan sekitar sebagian dari mereka menerima terapi antibiotik dengan spektrum luas ( teinman !, auaia ;, !asseli *, et al. "##)%.Tren pemberian antibiotik spektrum luas juga dapat dijumpai di praktek dokter dokter pada umumnya ( teinman !, 5ande/eld 4, Gonzales R, "##$%. 7ada pasien bronkitis akut yang mempunyai kebiasaan merokok, sekitar ,#8 menerima antibiotik, dimana sampai saat ini belum ada bukti klinis yang menunjukkan bah'a pasien bronkitis akut yang merokok dan tidak mempunyai ri'ayat 77E: lebih perlu diberikan antibiotik dibandingkan dengan pasien dengan bronkitis akut yang tidak merokok. Terdapat beberapa penelitian mengenai kegunaan antibiotik terhadap pengurangan lama batuk dan tingkat keparahan batuk pada bronkitis akut. Rangkuman penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 ( idney . Braman, "##)%. :esimpulan dari beberapa penelitian itu adalah pemberian antibiotik sebenarnya tidak berman/aat pada bronkitis akut karena penyakit ini disebabkan oleh 0irus (GonzalesR, Brrtlett *, Besser R,et al, "##,%. =alam praktek dokter di klinik, banyak pasien dengan bronkitis akut yang minta diberikan antibiotik dan sebaiknya hal ini ditangani dengan memberikan penjelasan mengenai tidak perlunya penggunaan obat tersebut dan justru pemberian antibiotik yang berlebihan dapat meningkatkan kekebalan kuman (resistensi% terhadap antibiotik ( no' 1, !ottur27ilson 4, Gonzales R, "##,%. 6amun begitu, penggunaan antibiotik diperlukan pada pasien bronkitis akut yang dicurigai atau telah dipastikan diakibatkan oleh in/eksi bakteri pertusis atau seiring masa perjalanan penyakit terdapat perubahan 'arna sputum. 7engobatan dengan eritromisin (atau dengan trimetroprimCsul/ametoksazol bila makrolid tidak dapat diberikan% dalam hal ini diperbolehkan. 7asien juga dianjurkan untuk dira'at dalam ruang isolasi selama < hari ( idney . Braman, "##)%.

12

2.9.2. Bron.o"ilator =alam suatu studi penelitian dari 4ochrane, penggunaan bronkodilator tidak direkomendasikan sebagai terapi untuk bronkitis akut tanpa komplikasi. Ringkasan statistik dari penelitian 4ochrane tidak menegaskan adanya keuntungan dari penggunaan K2agonists oral maupun dalam mengurangi gejala batuk pada pasien dengan bronkhitis akut (3ueston -*, "##$%. 6amun, pada kelompok subgrup dari penelitian ini yakni pasien bronkhitis akut dengan gejala obstruksi saluran napas dan terdapat wheezing, penggunaan bronkodilator justru mempunyai nilai kegunaan.F/ek samping dari penggunaan K2 agonists antara lain, tremor, gelisah dan tangan gemetar ( mucny *, @lynn 4, Becker 5, et al, "##B%. 7enggunaan antikolinergik oral untuk meringankan gejala batuk pada bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti dan oleh karena itu tidak dianjurkan ( idney . Braman, "##)%. 2.9.!. Antit%sif 7enggunaan codein atau dekstrometorphan untuk mengurangi /rekuensi batuk dan perburukannya pada pasien bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti secara sistematis. =ikarenakan pada penelitian sebelumnya, penggunaan kedua obat tersebut terbukti e/ekti/ untuk mengurangi gejala batuk untuk pasien dengan bronkitis kronik, maka penggunaan pada bronkitis akut diperkirakan memiliki nilai kegunaan. uatu penelitian mengenai penggunaan kedua obat tersebut untuk mengurangi gejala batuk pada common cold dan penyakit saluran napas akibat 0irus, menunjukkan hasil yang beragam dan tidak direkomendasikan untuk sering digunakan dalam praktek keseharian (5ee 7, *a'ad !, Fccles R, "##$% 6amun, beberapa studi menunjukkan bah'a kedua obat ini juga e/ekti/ dalam menurunkan /rekuensi batuk per harinya. =alam suatu penelitian, sebanyak B(# orang de'asa dengan in/eksi saluran pernapasan atas dan gejala batuk, secara acak diberikan dosis tunggal 3# mg =ekstromethorpan hydrobromide atau placebo dan gejala batuk kemudian di analisa secara objekti/ menggunakan rekaman batuk secara berkelanjutan. 3asilnya menunjukkan bah'a batuk

19

berkurang dalam periode ? jam pengamatan (7a0esi 5, ubburaj , 7orter ha' :, "##,%. =ikarenakan pada penelitian ini disebutkan bah'a gejala batuk lebih banyak berasal dari bronkitis akut, maka penggunaan antitusi/ sebagai terapi empiris untuk batuk pada bronkitis akut dapat digunakan ( idney "##)%. . Braman,

1;

Tabel 1. Ringkasan penelitian mengenai e/ek penggunaan antibiotik untuk gejala batuk pada pasien dengan bronkitis akut.

2*

.2.9.$. Agen m%.o.ineti. 7enggunaan ekspektoran dan mukolitik belum memilki bukti klinis yang menguntungkan dalam pengobatan batuk pada bronkitis akut di beberapa penelitian, meskipun terbukti bah'a e/ek samping obat minimal ( idney Braman, "##)%. 2.9.-. 1ain < lain ;nalgesik L antipiretik bila diperlukan dapat diberikan. 7ada penderita, diperlukan istirahat dan asupan makanan yang cukup, kelembaban udara yang cukup serta masukan cairan ditingkatkan. 7FR*;5;6;6 =;6 7REG6E . 7erjalanan dan prognosis penyakit ini bergantung pada tatalaksana yang tepat atau mengatasi setiap penyakit yang mendasari. :omplikasi yang terjadi berasal dari penyakit yang mendasari. .

21

BAB III
SI3:U1AN
Bronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang2 cabangnya, yang disebabkan sebagian besar oleh 0irus dan mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan mukus. Gejala yang paling menonjol adalah batuk dengan atau tanpa sputum, berlangsung tidak lebih dari " minggu. Intuk menegakkan diagnosis dari penyakit ini harus disingkirkan kemungkinan adanya penyakit pernapasan lainnya seperti pneumonia, common cold, asma akut, eksaserbasi akut bronkitis kronik dan 77E:. 7ada penatalaksanaan bronkitis akut, antibiotik diperbolehkan bila dicurigai penyebabnya adalah bakteri. 7emberian bronkodilator diperbolehkan bila gejala batuk berbarengan dengan asma. 7emberian agen mukolitik tidak direkomendasikan dan pemberian antitusi/ dengan =ekstrometorphan 3br terbukti dapat menekan gejala batuk.

22

DA#TAR :USTAKA
(. Boldy =, kidmore , ;yeres *. ;cute bronchitis in the community& clinical /eatures, in/ecti0e /actors, changes in pulmonary /unction and bronchial reacti0ity to histamine. Respir !ed (,,#+ $?&3BB3$<. ". @ahy *1,=ickey B@. Re0ie' ;rtikel ;ir'ay !ucus @unction and =ys/unction. 6e' Fngland o/ *urnal !edicine. 1ol 3)3. 6o."3. =ec ", "#(#. =iunduh dari '''.nejm.org pada tanggal ) mei "#((. 3. Gonzales R, ande !. Incomplicated acute bronchitis. ;nn .ntern !ed "##$+ (33& ,$(,,( ?. GonzalesR, Brrtlett *, Besser R,et al. 7rinciples o/ appropriate antibiotic use /or treatment o/ uncomplicated acute bronchitis& background. ;nn .ntern !ed "##,+ (3?&<"(<", <. Gonzales R, -ilson ;, 4rane 5, et al. -hatMs in a nameN 7ublic kno'ledge, attitude and e>periences 'ith antibiotic use /or acute bronchitis. ;m * !ed "##,+ (#$&$3$< ). 3assan .. Bronchitis. 5ast update =ecember,$ "##). =iunduh dari '''.emedicine.com pada tanggal ) mei "#((. B. 3ueston -*.;lbuterol deli0ered by metered2dose inhaler to treat acute bronchitis. * @am 7ract. "##$+ 3,&?3B??#. $. *onsson *, igurdsson *, :ristonsson :, et al. ;cute bronchitis in adults.3o' close do 'e come to its aetiology in generalpracticeN cand * 7rim 3ealth 4are. "##$+ (<&(<)()# ,. 5uhulima *-. Trachea dan Bronchus. =iktat ;natomi ystema Respiratorius. Bagian ;natomi @:I3. !akassar. "##?. hal (32(?.

2!

(#. 5ee 7, *a'ad !, Fccles R. ;ntitussi0e e//icacy o/ de>tromethorphan in cough associated 'ith acute upper respiratory in/ection. * 7harm 7harmacol "##$+ <"&((3,((?". ((. 5inder *, im .. ;ntibiotic treatment o/ acute bronchitis in smokers. * Gen .ntern !ed "##B+ (B&"3#"3?. (". !elbye 3, :ongerud *, 1orland 5. Re0ersible air/lo' limitation in adults 'ith respiratory in/ection. Fur Respir * "##, B&("3,("?< (3. 7a0esi 5, ubburaj , 7orter ha' :. ;pplication and 0alidation o/ a computerized cough acOuisition system /or objecti0e monitoring o/ acute cough. 4hest "##,+ ("#& (("((("$. (?. chappert . ;mbulatory care 0isits to physicians o//ices, 3ospital out patient departments and emergency departments, Inited tates, "##$. 3yatts0ille,!=& 6ational 4enter /or 3ealth tatistics, "##$. (<. idney . Braman. 4hronic 4ough =ue to ;cute Bronchitis &;447 F0idence2 Based 4linical 7ractice Guidelines. 4hest *ournal. "##)+(",+,< 2(#3 . (). mucny *, @lynn 4, Becker 5, et al. Beta "2 agonists /or acute bronchitis. 4ochrane =atabase yst Re0 (databaseonline%. .ssue (, "##B. (B. no' 1, !ottur27ilson 4, Gonzales R. 7rinciples o/ appropriate antibiotic use /or treatment o/ acute bronchitis in adults. ;nn .ntern !ed "##,+ (3?&<($ <"#. ($. teinman !, 5ande/eld 4, Gonzales R. 7redictors o/ broad spectrum antibiotic prescribing /or acute respiratory tract in/ections in adult primary care. *;!; "##$+ "$,&B(,B"<. (,. teinman !, auaia ;, !asseli *, et al.E//ice e0aluation and treatment o/ elderly patients 'ith acute bronchitis. * ;m Geriatr oc "##)+ <"& $B<$B,. "#. -ilson 5!. 7ato/isiologi (7roses27roses 7enyakit% Fdisi enam. Fditor 3artanto 3uria'ati, dkk. FG4. *akarta "##). hal B3B2B?#. "(. ;rmstrong G, 7inner R. Eutpatient 0isits /or in/ectious diseases in the Inited tates&.;rch.ntern !ed "##,+ (<,& "<3("<3)

2$

"". Dambon !,

tockton *, 4le'ley *, et al. 4ontribution o/ in/luenza and

respiratory syncytial 0irus to community cases o/ in/luenza like illness& an obser0ational study. 5ancet "##,+ 3<$&(?(#(?().

2-

Anda mungkin juga menyukai