Diabetes merupakan faktor risiko dari terjadinya demensia. Tidak diketahui apakah kadar glukosa lebih tinggi dapat meningkatkan risiko demensia pada orang tanpa diabetes.
Peserta
Peserta terdiri dari 2.581 dipilih secara acak dengan demensia dari Group Health Cooperative (Selanjutnya disebut sebagai Group Health) di Washington State. Peserta berusia 65 tahun atau lebih tua, yang dikumpulkan dari tahun 1994 sampai 1996. Tambahan 811 peserta antara tahun 2000 dan 2002. Peserta dihadirkan kembali pada interval 2-tahun untuk mengidentifikasi kasus insiden demensia. Sampel untuk penelitian ini terbatas pada 2.067 peserta yang memiliki setidaknya satu kali pemeriksaan,dan telah terdaftar di Grup Kesehatan selama minimal 5 tahun sebelum awal penelitian, dan memiliki setidaknya lima pengukuran glukosa atau hemoglobin terglikasi(diukur sebagai hemoglobin A1c atau sebagai jumlah total hemoglobin yang terglikasi) selama 2 tahun atau lebih sebelum masuk penelitian.
Pengawasan Studi Prosedur penelitian telah disetujui oleh lembaga review institusional Kesehatan Group dan University of Washington, dan peserta dilakukan informed consent terlebih dahulu.
Identifikasi demensia Peserta penelitian demensia dinilai setiap 2 tahun dengan menggunakan instrumen screening kemampuan kognitif, dengan skor dari 0 sampai 100 dan semakin tinggi skor di indikasikan fungsi kognitifnya baik. Peserta dengan skor 85 atau kurang dilakukan observasi klinis lebih lanjut dan evaluasi psikometrik.
Diabetes Kami menggunakan peserta dengan diabetes yang melakukan pengobatan setidaknya 2 kali dalam setahun. Apolipoprotein E Genotip Data pada apolipoprotein E (APOE) genotip terdapat pada 1818 peserta (88%)
Analisis Statistik
Kami menggunakan model regresi Coxt dengan kesalahan Empiris standar untuk menguji hubungan antara kadar glukosa dan insiden demensia. Umur digunakan sebagai sumbu waktu. Kami kendalikan untuk usia, studi kohort, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat latihan, tekanan darah dan status hubungan dengan penyakit arteri koroner, fibrilasi atrium, merokok, dan pengobatan hipertensi
Dasar Karakteristik Karakteristik dasar dari 2.067 studi peserta disajikan pada Tabel 1. Ada 35.264 nilai kadar glukosa puasa dan kadar glukosa sewaktu dan 10.208 nilai kadar hemoglobin terglikasi. Selama 5 tahun, tingkat glukosa rata-rata untuk para peserta tanpa diabetes adalah 101 mg per desiliter (Kisaran interkuartil, 96-108 [5,6 mmol per liter; kisaran interkuartil, 5,3-6,0]), dan tingkat median bagi mereka dengan diabetes adalah 175 mg per desiliter (kisaran interkuartil, 153-198 [9,7 mmol per liter, kisaran interkuartil, 8,5-11,0]).
Demensia, Penyakit Al zheimer, dan glycemia Selama periode median follow up 6,8 tahun, demensia terjadi perkembangkan pada 524 dari 2.067 peserta (25,4%), termasuk 450 dari 1.724 peserta yang tidak memiliki diabetes (26,1%) dan 74 dari 343 peserta yang diabetes (21,6%). Sebanyak dari 403 peserta (19,5%) memiliki kemungkinan Penyakit Alzheimer. 55 (2,7%) memiliki demensia karena penyakit pembuluh darah, dan 66 (3,2%) memiliki demensia akibat penyebab lain. Untuk tingkat glukosa rata-rata 190 mg per desiliter (10,5 mmol per liter), dibandingkan dengan 160 mg per desiliter (8,9 mmol per liter), kemungkinan terjadinya demensia adalah 1,40 (95% CI, 1,12-1,76).
Analisis Sensitivitas Tidak ada bukti dari efek modifikasi terhadap jenis kelamin bagi peserta tanpa diabetes atau untuk peserta dengan diabetes. Namun, ada kemungkinan sesuai dengan usia pada diabetes, tetapi efeknya tidak signifikan (P = 0,13).
Kami menemukan bahwa kadar glukosa yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia pada populasi tanpa dan dengan diabetes. temuan yang konsisten ditemui di berbagai sensitivitas analisis. Data ini menunjukkan bahwa tingkat glukosa yang lebih tinggi dapat memiliki efek merusak pada penuaan otak. Temuan kami menggaris bawahi potensi dalam obesitas dan diabetes dan menyarankan perlunya intervensi yang mengurangi kadar glukosa.