Abstrak
Latar belakang – diet rendah karbohidrat terkenal untuk penurunan berat badan, namun
efeknya terhadap kardiovaskular belum diteliti secara baik, terutama pada populasi yang
beragam.
Tujuan – untuk memeriksa efek diet rendah karbohidrat dibandingkan dengan diet rendah
lemak terhadap berat badan dan farktor risiko kardiovaskular.
Peserta – 148 laki-laki dan perembuan tanpa klinis penyakit kardiovaskular dan diabetes.
Intervensi – diet rendah karbohidrat (<40g/hari) atau rendah lemah (<30% lemak; <7%
lemak jenuh. Kedua kelompok menerima konseling diet pada interval teratur sepanjang
penelitian.
Pengukuran – data berat badan, factor risiko kardiovaskular, dan komposisi diet
dikumpulkan pada bulan ke- 0, 3, 6, dan 12.
Hasil – 60 peserta (82%) pada kelompok rendah lemak dan 59 (79%) pada kelompok rendah
karbohidrat menyelesaikan intervensi. Pada bulan ke-12, peserta pada diet rendah karbohidrat
memiliki penurunan berat badan lebih besar (rata-rata selisih perubahan, -3.5kg [95% CI, -5.6
sampai -1.4 kg]; P<0.001), massa lemak (rata-rata selisih perubahan, -1.5% [CI, -2.6%
sampai -0.4%]; P=0.011), rasio kolesterol total terhadap HDL (rata-rata selisih perubahan, -
0.44 [CI, -0.71 sampai -0.16]; P = 0.002), dan tingkat trigliserid (rata-rata selisih perubahan, -
0.16 mmol/L [-14.1 mg/dL] [CI, -0.31 sampai -0.01 mmol/L {-27.4 sampai -0.8 mg/dL}]; P =
0.038) dan peningkatan kolesterol HDL yang lebih besar (rata-rata selisih perubahan, 0.18
mmol/L [7.0mg/dL] [CI, 0.08 sampai 0.28 mmol/L {3.0 sampai 11.0 mg/dL}]; P<0.001)
disbanding pada kelompok diet rendah lemak.
Kesimpulan – diet rendah karbohidrat lebih efektif untuk penurunan berat badan dan
pengurangan factor risiko kardiovaskular disbanding dengan diet rendah lemak. Pembatasan
karbohidrat dapat menjadi pilihan untuk orang yang ingin menurunkan berat badan dan
mengurangi factor risiko kardiovaskular.
Berdasarkan perkiraan terbaru, lebih dari sepertiga orang amerika dewasa memiliki
sedikitnya 1 bentuk penyakit kardiovaskular (CVD) dan sepertiga dari total kematian
disebabkan oleh CVD (1). Pengeluaran tahunan untuk perawatan orang amerika dengan CVD
diperkirakan $312.9 miliar pada tahun 2009 dan diperkirakan meningkat sampai sekitar $1.48
triliun pada tahun 2030. Dengan demikian, CVD merupakan salah satu tantangan Kesehatan
public yang paling penting di Amerika Serikat.
Diet rendah karbohidrat menjadi suatu strategi yang popular untuk penurunan berat
badan dan pengaturan berat badan dalam beberapa tahun terakhir; namun, efek
kardiovaskularnya tidak diketahui. Penelitian kohort prospektif telah menghasilkan hasil yang
bertentangan terkait dengan hubungan antara pola diet rendah karbohidrat dan risiko CVD
(2,3). Beberapa penelitian terkontrol dan acak sejauh ini telah memeriksa efek pembatasan
karbohidrat terhadap factor risiko CVD pada populasi beragam dengan proporsi orang kulit
hitam yang signifikan. Beberapa penelitian yang tidak menilai diet rendah karbohidrat yang
khas atau menyertakan peserta dengan obesitas berat, Sebagian besar memiliki diabetes tipe 2
atau sindrom metabolic (4-6). Karena itu, kamu melakukan suatu penelitian kelompok
parallel secara acak untuk memeriksa efek diet rendah karbohidrat selama 12 bulan
dibandingkan dengan diet rendah lemak (7-9) terhadap berat badan dan factor risiko CVD
pada populasi beragam dengan proporsi orang kulit hitam yang substansial tanpa kondisi
komorbid klinis.
METODE
Laki-laki dan perempuan berusia 22 hingga 75 tahun dengan indeks massa tubuh 30
hingga 45 kg/m2 dipilih dari masyarakat umum dengan menggunakan daftar alamat,
selebaran, skrining tempat kerja dan komunitas, dan iklan televesi. Kriteria eksklusi mayor
adalah CVD klinis, diabetes tipe 2, atau penyakit ginjal yang dilaporkan sendiri; penggunaan
resep obat penurun berat badan; pembedahan; dan penurunan berat badan lebih dari 6.8 kg
dalam 6 bulan. Total 148 peserta (rerata usia, 46.8 tahun; 88% perempuan; 51% orang kulit
hitam) disertakan dalam penelitian (Tabel 1). Kami merekrut, mendaftarkan, dan mengikuti
peserta dan mengumpulkan data dan specimen dari 2008 sampai 2011 di Tulane University
Health Sciences Center di New Orleans, Lousiana. Penelitian ini disetujui oleh dewan
peninjau institusi di Tulane University, dan setiap peserta menandatangani formular
persetujuan.
Peserta bertemu dengan ahli diet dalam sesi konseling individu mingguan selama 4
minggu pertama, diikuti dengan sesi konseling kelompok kecil setiap minggu berikutnya
selama 5 bulan ke depan (total 10 sesi) dan setiap bulan selama 6 bulan terakhir masa
intervensi. Sesi individu secara umum berlangsung sekitar 1 jam dan termasuk instruksi diet
dan konseling pendukung. Sesi konseling kelompok dilaksanakan secara terpisah untuk
peserta dalam kelompok rendah lemak dan rendah karbohidrat namun mengikuti suatu
kurikulum perilaku umum.
Staf memberikan satu set instruksi yang tidak diubah selama penelitian. Peserta dalam
masing-masing kelompok diet menerima informasi yang sama tentang diet serat (asupan yang
dianjurkan 25 g/hari) dan tipe diet lemak. Instruksi umum ini termasuk edukasi tentang lemak
jenuh, lemak tunggal tak jenuh, dan lemak trans, dengan penekanan pada keuntungan lemak
tunggal tak jenuh dan rekomendasi untuk membatasi atau menghilangkan lemak trans.
Pengumpulan Data
Dua 24-hour dietary recalls diperoleh dari peserta pada saat awal dan bulan ke 3, 6,
dan 12 untuk mengkarakteristikan dan mengawasi asupan makanan makronutrien individu.
Satu recall mencerminkan konsumsi pada hari kerja dan recall yang lain mencerminkan
konsumsi pada akhir pekan. Semua dietary recalls diambil oleh anggota staf terlatih dan
bersertifikat. Kami menghitung asupan nutrisi makanan menggunakan tabel komposisi
makanan dari Nutrition Data System for Research (10). Lima persen dari dietary recalls
dicatat dan ditinjau untuk kepentingan control kualitas.
Analisis Statistik
Penilaian kekuatan untuk titik akhir primer (berat badan) didasarkan pada data yang
disarikan dari penelitian yang serupa dengan penelitian ini (4, 14-16). Dengan asumsi tingkat
signifikan 2 sisi 0.05, kami membutuhkan 55 peserta tiap kelompok untuk memberikan
kekuatan 80% untuk mendeteksi perbedaan dalam perubahan berat badan sedikitnya 3% (SD,
5%) antar kelompok. Ukuran sampel 148 peserta memungkinkan tingkat dropout 25% setelah
pengacakan.
Data karakteristik awal peserta penelitian dinyatakan sebagai rata-rata (SD) atau
angka (persentasi). Sebelas peserta (5 dalam kelompok rendah lemak dan 6 dalam kelompok
rendah karbohidrat) menolak untuk diukur berat badannya pada saat pengacakan dan tidak
disertakan dalam analisis hasil primer kami. Kami menggunakan t test atau chi square test
untuk membandingkan karakteristik awal antar kelompok. Data komposisi makanan
dinyatakan sebagai rata-rata (SD) dan dibandingkan menggunakan t test. Kami menggunakan
model linier efek acak yang disesuaikan untuk hasil berkelanjutan (primer dan sekunder).
Setiap model efek acak terdiri dari intersep acak dan kemiringan acak untuk menyesuaikan
korelasi antar peserta di antara data longitudinal yang diamati. Untuk memeriksa perubahan
dalam tiap titik akhir penelitian, model ini menyertakan variable indicator untuk waktu (3,6,
dan 12 bulan), kelompok diet, dan masa interaksi untuk kelompok diet berdasarkan waktu,
dan tingkat awal dari titik akhir yang sesuai. Pada analisis post hoc, kami juga memeriksa
perikiraan risiko 10 tahun terhadap penyakit jantung coroner (CHD) dengan skor risiko
Framingham antar kelompok (17). Untuk memeriksa efek samping (hasil biner) dari waktu ke
waktu sambal memperhitungkan pengukuran berulang dalam individu, kami menggunakan
persamaan perkiraan umum dengan model regresi logistic.
Model efek acak memungkinkan asumsi hilangnya data saat pengacakan (MAR).
kami melakukan analisis sensitivitas untuk menilai kekokohan pada kesimpulan kami dan
penyimpangan dari asumsi MAR. kami menggunakan Teknik Markovchain Monte Carlo
untuk mengaitkan nilai yang holing, termasuk kovariat tambahan (usia, jenis kelamin, ras,
status perkawinan, Pendidikan, dan status pekerjaan), ke dalam model untuk membuat asumsi
MAR lebih masuk akal (18). Semua nilai P merupakan 2 sisi, dan tidak ada penyesuaian yang
dibuat untuk perbandingan multiple. Kami menggunakan SAS, versi 9.2 (SAS Institute),
untuk semua analisis.
Penelitian ini dibiayai oleh National Center for Research Resource of the National
Institute of Health. Sumber pendanaan tidak mempunyai peran dalam desain penelitian,
pengadaan, analisis ataupun pelaporan penelitian.
HASIL
Karakteristik Awal
Data komposisi makanan untuk peserta yang tetap menjalani tiap diet dan juga
memberikan 24-hour recalls dirangkum dalam Tabel 2. Pada saat awal, komposisi makanan
yang dilaporkan dalam kelompok rendah lemah hampir sama dengan kelompok rendah
karbohidrat. Selama masa tindak lanjut, total asupan energi hamper sama di antara kedua
kelompok. Asupan karbohidrat total secara signifikan lebih tinggi dan asupan protein dan
lemak total, jenuh, dan tak jenuh tunggal (sebagai persentase kilokalori) secara signifikan
lebih rendah dalam kelompok rendah lemak pada bulan ke-12 (P < 0.001 untuk perbandingan
ini). Tingkat aktivitas fisik hampir sama selama penelitian.
Penurunan berat badan dari nilai awal lebih besar pada kelompok rendah karbohidrat
disbanding kelompok rendah lemak pada bulan ke 3, 6, dan 12 (Table 3). Pengurangan dalam
berat badan secara signifikan lebih besar pada kelompok rendah karbohidrat (rata-rata
perbedaan perubahan dalam 12 bulan, -3.5 kg [CI 95%, -5.6 sampai -1.4 kg]; P = 0.002).
dibandingkan dengan peserta pada kelompok rendah lemak, peserta dengan diet rendah
karbohidrat mengalami pengurangan proporsional masa lemak yang lebih besar secara
signifikan (rata-rata perbedaan perubahan pada 12 bulan, -1.5% [CI, -2.6% sampai -0.4%];
P=0.011) dan peningkatan proporsional massa otot tanpa lemak yang lebih besar secara
seignifikan (rata-rata perbedaan perubahan dalam 12 bulan, 1.7% [CI, 0.6% sampai 2.8%]; P
= 0.003). Peserta dalam kedua kelompok secara signifikan mengurangi lingkar pinggang
mereka. Perubahan dalam lingkar pinggang lebih baik pada kelompok rendah karbohidrat
pada bulan ke 3 dan 6 namun tidak berbeda secara signifikan dnegan peserta dalam kelompok
rendah lemak pada saat bulan ke 12 (Tabel 3; Gambar 2; dan Gambar Appendix, tersedia di
www.annals.org).
Pada bulan ke 12, kadar serum kolesterol total dan LDL tidak mengalami perubahan
secara signifikan pada peserta dalam kedua kelompok. Kadar kolesterol HDL lebih
meningkat secara signifikan pada kelompok rendah karbohidrat dibandingkan kelompok
rendah leak (rata-rata perbedaan perubahan dalam 12 bulan, 0.18 mmol/L [7.0mg/dL] [CI,
0.08 sampai 0.28 mmol/L {3.0 sampai 11.0 mg/dL}]; P < 0.0001). Rasio kolesterol total
terhadap kolesterol HDL menurun secara signifikan hanya di antara peserta pada kelompok
rendah karbohidrat, dan penurunannya secara signifikan lebih besar dibandingkan dengan
peserta pada kelompok rendah lemak (rata-rata perbedaan perubahan dalam 12 bulan, -0.44
[CI, -0.71 sampai -0.16]; P = 0.002). kadar serum trigliserid juga menurun secara signifikan
pada kedua kelompok, dengan penurunan yang lebih besar di antara peserta pada kelompok
rendah karbohidrat (rata-rata perbedaan perubahan dalam 12 bulan, -0.16 mmol/L [-14.1
mg/dL] [CI, -0.31 sampai -0.01 mmol/L {-27.4 sampai -0.8 mg/dL}]; P = 0.038) (Tabel 3,
Gambar 2, dan Gambar Appendix).
Tekanan Darah dan CRP, Glukosa Plasma, Insulin, dan Kadar Serum Kreatinin
Pada bulan ke 12, peserta dalam kelompok rendah karbohidrat mengalami penurunan
CRP yang lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan peserta dalam kelompok rendah
lemak (rata-rata perbedaan perubahan dalam 12 bulan, -1.52 nmol/L [CI, -27.6 sampai -1.9
nmol/L]; P = 0.024). Tekanan darah sistolik dan diastolic tidak menurun secara signifikan di
antara peserta di kedua kelompok, dan rata-rata perbedaan perubahan di antara kedua juga
tidak signifikan pada 12 bulan. Kadar glukosa plasma juga tidak berubah secara signifikan
pada kedua kelompok. Meskipun kadar insulin dan serum kreatinin berkurang secara drastic
dalam masing-masing kelompok, penurunan tersebut tidak berbeda secara signifikan di antara
kedua kelompok (Table 3).
Kami memeriksa perbedaan di antara peserta kulit putih dan kulit hitam dan
menemukan bahwa hasilnya konsisten dengan populasi secara keseluruhan (Tabel appendix 1
dan 2, tersedia pada www.annals.org), kecuali kadar kolesterol HDL sedikit meningkat
dengan diet rendah lemak di antara peserta kulit hitam pada bulan 12. Ukuran sampel
menghalangi penilaian yang berarti dari kelompok ras dan etnik lain secara individual.
Analisis Sensitivitas
Efek Samping
Tidak ada efek samping serius yang dilaporkan selama pelaksanaan penelitian.
Jumlah peserta yang mengalami gejala, termasuk konstipasi, kelelahan, haus, polyuria, diare,
nyeri ulu hati, kembung, mual, muntah, pperubahan nafsu makan, atau nyeri kepala, tidak
berbeda secara signifikan di antara kelompok rendah karbohidrat dan rendah lemak, kecuali
secara signifikan lebih banyak peserta pada kelompok diet rendah lemak mengalami nyeri
kepala dalam 3 bulan (18 [25%] vs. 6 [8%] peserta; P = 0.030 untuk perbedaan antar
kelompok) (Tabel Appendix 3, tersedia pada www.annals.org).
DISKUSI
Hasil kami sehubungan dengan berat badan konsisten dengan percobaan lainnya dan
meta-analisis baru-baru ini (25). Mekanisme yang mendasari yang mungkin menjelaskan
perbedaan dalam penurunan berat badan dengan diet masuh belum sepenuhnya
teridentifikasi, tetapi studi terbaru menunjukkan bawha diet rendah karbohidrat mungkin
memiliki efek yang lebih baik pada pengeluaran energi saat istirahat dan pengeluan energi
total daripada diet rendah lemak (26). Selain itu, temuan kami menunjukkan bahwa hilangnya
massa lemak menyumbang Sebagian besar penurunan berat badan pada diet rendah
karbohidrat, yang konsisten dengan temuan penelitian lainnya.
Kekhawatiran utama yang sering diangkat tentang diet rendah karbohidrat adalah
potensinya untuk meningkatkan kadar kolesterol LDL, factor risiko CVD (8, 28). Sebaliknya,
meta-analisis baru-baru ini menunjukkan bahwa diet rendah lemak dan rendah karbohidrat
menurunkan kadar kolesterol LDL, meskipun penurunannya lebih sedikit pada orang yang
ditugaskan untuk diet rendah karbohidrat (25). Penelitian kami juga menemukan penurunan
kadar kolesterol LDL di antara peserta pada kedua kelompok, tanpa perbedaan yang
signifikan antara kelompok.
Kami juga mengamati penurunan tekanan darah dan glukosa plasma, insulin serum,
dan kadar kreatinin serum yang tidak berbeda secara signifikan antar kelompok. Dalam
penelitian kami, peserta diet rendah karbohidrat mengalami penurunan kadar CRP yang lebih
besar daripada mereka yang diet rendah lemak. Dua penelitian sebelumnya yang meneliti
kadar CRP tidak menemukan perbedaan antar diet (19, 29); namun, keduanya memiliki
ukuran sampel yang relatif kecil dan mungkin kurang kuat.
Skor risiko Framingham adalah indeks global risiko PJK yang digunakan dalam
pengaturan klinis (8, 7, 30). Meskipun itu bukan hasil yang ditentukan sebelumnya dalam
penelitian kami, kami secara prospektif mengumpulkan data yang diperlukan untuk
menghitungnya. Brinkwoth dan rekan (19) melaporkan perbedaan yang tidak signifikan
dalam skor risiko Framingham antara diet rendah karbohidrat gaya Atkins yang dimodifikasi
dan diet rendah lemak di antara 118 peserta dengan obesitas abdominal dan komponen
sindrom metabolic lainnya. Sebaliknya, dalam penelitian kami, peserta yang secara acak
ditugaskan untuk diet rendah karbohidrat mengalami penurunan yang lebih besar dalam skor
risiko PJK 10 tahun dibandingkan mereka yang ditugaskan untuk diet rendah lemak; namun,
tingkat risiko keseluruhan rendah pada sampel kami (sekitar 4% selama 10 tahun pada awal
penelitian). Dengan demikian, signifikansi klinis dari perbedaan ini tidak jelas. Temuan yang
berbeda ini mungkin disebabkan oleh karakteristik populasi atau tingkat penyelesaian yang
berbeda (kira-kira 80% dalam penelitian kami vs 58% dalam penelitian Brinkworth dan
rekan) (19). Selain itu, hasil ini harus diinterpretasikan dengan hati-hati karena sulitnya
mengukur jumlah jumlah ketidakpastian di sekitar skor risiko individu.
Penelitian kami memiliki beberapa kekuatan. Semua data dikumpulkan oleh staf
terlatih dan bersertifikat menggunakan protocol control kualitas yang ketat. Juga, tingkat
penyelesaian sekitar 80% pada kedua kelompok diet. Selain itu, penelitian ini memiliki
tingkat kepatuhan diet yang tinggi, seperti yang ditunjukkan oleh pengingat dalam 24 jam dan
kadar keton urin (31). Proporsi peserta dengan kadar keton urin yang terdeteksi secara
signifikan lebih tinggi pada kelomok rendah karbohidrat dibandingkan kelompok rendah
lemak pada 3, 6, dan 12 bulan (data tidak ditampilkan). Akhirnya, penelitian kami
menyertakan sebagian besarpeserta kulit hitam, suatu kelompok yang kurang terwakili dalam
penelitian sebelumnya.