Anda di halaman 1dari 14

ANTIHISTAMIN

PENDAHULUAN Histamin adalah suatu alkaloid yang disimpan di dalam sel mast, dan menimbulkan berbagai proses fisiologis dan patologik. Histamin pada manusia adalah mediator penting untuk reaksireaksi alergi yang segera dan reaksi inflamasi, mempunyai peranan penting pada sekresi asam lambung, dan berfungsi sebagai neurotransmitter dan modulator. Efek histamin adalah pada organ sasaran, direk atau indirek terhadap akti asi berbagai sel inflamasi dan sel efektor yang berperan pada penyakit alergi. Histamin berinteraksi dengan reseptor spesifik pada berbagai !aringan target. "eseptor histamin ditemukan pada sel basofil, sel mast, neutrofil, eosinofil, limfosit, makrofag, sel epitel dan endotel. "eseptor histamin dibagi men!adi histamin # $H #%, histamin & $H&% dan histamin ' $H'%.#,& (e)aktu diketahui bah)a histamin mempengaruhi banyak proses faalan dan patologik, maka di*arikan obat yang dapat mengantagonis efek histamin. (e!ak penemuan antihistamin pada a)al tahun #+,-, antihistamin sangat terkenal diantara pasien dan dokter. Antara tahun #+,--#+.&, beratus-ratus antihistamin ditemukan dan sebagian digunakan dalam terapi, tetapi efeknya tidak banyak berbeda. Antihistamin digolongkan men!adi anti histamin penghambat reseptor H # $AH#%, penghambat reseptor H& $AH&%, penghambat reseptor H' $AH'%. # Para ahli dermatologi sering menggunakan antihistamin untuk mengobati kelainan kronik maupun rekuren. Dengan demikian dermatologist harus teliti dalam pemakaian antihistamin dan efek samping potensial pada kelompok-kelompok antihistamin yang berbeda untuk keperluan klinis sehingga dapat menggunakan antihistamin dengan baik. ' ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT RESEPTOR H1 (AH1) Antihistamin H# merupakan salah satu obat terbanyak dan terluas digunakan di seluruh dunia. /akta ini membuat perkembangan seke*il apapun yang berkenaan dengan obat ini men!adi suatu hal yang sangat penting. (emisal perubahan dalam penggolongan antihistamin H #. Dulu, antihistamin-H# dikenal sebagai antagonis reseptor histamin H#. Namun baru-baru ini, seiring perkembangan ilmu farmakologi molekular, antihistamin H# lebih digolongkan sebagai inverse agonist ketimbang antagonis reseptor histamin H#. (uatu obat disebut sebagai inverse agonist bila terikat dengan sisi reseptor yang sama dengan agonis, namun memberikan efek berla)anan. 0adi, obat ini memiliki akti itas intrinsik $efikasi negatif% tanpa bertindak sebagai suatu ligan. (edangkan suatu antagonis beker!a dengan bertindak sebagai ligan yang mengikat reseptor atau menghentikan kaskade pada sisi yang ditempati agonis. 1eda dengan inverse agonist, suatu antagonis sama sekali tidak berefek atau tidak mempunyai akti itas intrinsik. ,

Struktur Kimia (truktur dasar AH# adalah sebagai berikut 2 Ar# H 3 4 5H& 4 5H& 4 N

Ar& H Dengan Ar 6 aril dan 3 dapat diganti dengan N, 5, atau 4 5 4 7 -. Pada struktur AH # ini terdapat gugus etilamin yang !uga ditemukan pada rumus bangun histamin. # Penggolongan Antihi tamin H1 (AH1) (ebelumnya antihistamin dikelompokkan men!adi 8 grup berdasarkan struktur kimia, yakni etanolamin, etilendiamin, alkilamin, pipera9in, piperidin, dan fenotia9in. Penemuan antihistamin baru yang ternyata kurang bersifat sedatif, akhirnya menggeser popularitas penggolongan ini. Antihistamin kemudian lebih dikenal dengan penggolongan baru atas dasar efek sedatif yang ditimbulkan, yakni generasi pertama, kedua, dan ketiga. :abel ;;.#. Penggolongan Antihistamin H# $AH#% Antihistamin $ AH#% <enerasi Pertama A9atadine #. #. #. #. #. #. #. #. #. #. A9elastine 1rompheniramine 5hlorpheniramine 5lemastine 5yproheptadine De=*hlorpheniramine Hydro=y9ine Prometha9ine :ripelennamine

Antihistamin $ AH#% <enerasi >edua 5etiri9ine #. #. Loratadine

Antihistamin $ AH#% <enerasi >etiga #. #. /e=ofenadine Desloratadine

<enerasi pertama dan kedua berbeda dalam dua hal yang signifikan. <enerasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan

generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat $((P% lebih besar dibanding generasi kedua. (ementara itu, generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak. (edangkan generasi ketiga merupakan deri at dari generasi kedua, berupa metabolit $desloratadine dan fe=ofenadine% dan enansiomer $le o*etiri9ine%. Pen*arian generasi ketiga ini dimaksudkan untuk memperoleh profil antihistamin yang lebih baik dengan efikasi tinggi serta efek samping lebih minimal. , !armakologi (ebagai inverse agonist, antihistamin H# beraksi dengan bergabung bersama dan menstabilkan reseptor H# yang belum aktif, sehingga berada pada status yang tidak aktif. Penghambatan reseptor histamin H# ini bisa mengurangi permeabilitas askular, pengurangan pruritus, dan relaksasi otot polos saluran *erna serta napas. (e*ara klinis, antihistamin H # generasi pertama ditemukan sangat efektif berbagai ge!ala rhinitis alergi reaksi fase a)al, seperti rhinorrhea, pruritus, dan sneezing. :api, obat ini kurang efektif untuk mengontrol nasal congestion yang terkait dengan reaksi fase akhir. (ementara itu antihistamin generasi kedua dan ketiga memiliki profil farmakologi yang lebih baik. >eduanya lebih selektif pada reseptor perifer dan !uga bisa menurunkan lipofilisitas, sehingga efek samping pada ((P lebih minimal. Di samping itu, obat ini !uga memiliki kemampuan anti alergi tambahan, yakni sebagai antagonis histamin. Antihistamin generasi baru ini mempengaruhi pelepasan mediator dari sel mast dengan menghambat influks ion kalsium melintasi sel mast atau membaran basofil plasma, atau menghambat pelepasan ion kalsium intraseluler dalam sel. 7bat ini menghambat reaksi alergi dengan beker!a pada leukotriene dan prostaglandin, atau dengan menghasilkan efek anti-platelet activating factor. Antihistamin H# diduga !uga memiliki efek anti inflamasi. Hal ini terlihat dari studi in vitro desloratadine, suatu antihistamin H# generasi ketiga. (tudi menun!ukkan, desloratadine memiliki efek langsung pada mediator inflamatori, seperti menghambat pelepasan intracellular adhesion molecule-1 $;5A?-#% oleh sel epitel nasal, sehingga memperlihatkan akti itas anti-inflamatori dan imunomodulatori. >emampuan tambahan inilah yang mungkin men!elaskan kenapa desloratadine se*ara signifikan bisa memperbaiki nasal congestion pada beberapa double-blind, placebo-controlled studies. Efek ini tak ditemukan pada generasi sebelumnya, generasi pertama dan kedua. (ehingga perlu dilakukan studi lebih lan!ut untuk menguak misteri dari efek tambahan ini., (elain itu efek yang dihasilkan dari antihistamin H# antara lain 2 #. Efek sedasi Antihistamin H# generasi pertama memiliki efek sedasi yang *ukup besar sehingga berguna sebagai bantuan tidur dan tidak sesuai untuk penggunaan pada siang hari. Pada anak 4 anak $dan !arang ter!adi pada de)asa% menimbulkan eksitasi daripada sedasi. Pada dosis toksik yang tinggi dapat menyebabkan agitasi, ke!ang, dan koma. (edangkan Antihistamin H# generasi kedua hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak mempunyai ker!a sedatif atau stimulasi. 7bat antihistamin H# generasi kedua $atau metabolitnya% !uga mempunyai efek autonomik yang lebih sedikit dari antihistamin H# generasi pertama. #. Efek anti mual dan anti muntah

1eberapa antihistamin H# generasi pertama mempunyai akti itas bermakna dalam men*egah ter!adinya motion si*kness $mabuk kendaraan%, tetapi kurang efektif !ika sudah ter!adi mabuk. #. Efek anti parkinsonisme Diduga karena efek antikolinergik, beberapa antihistamin H# mempunyai efek supresi akut yang bermakna pada ge!ala 4 ge!ala parkinsonisme yang dikaitkan dengan penggunaan obat parkinsonisme tersebut. #. >er!a antikolinoseptor 1anyak agen dari generasi pertama, khususnya subgrup ethanolamine dan ethylendiamine, mempunyai efek menyerupai atropin yang bermakna pada reseptor muskarinik perifer. #. >er!a penyekat adrenoseptor Efek penyekat reseptor alfa dapat dibuktikan untuk beberapa antihistamin H #, khususnya di dalam subgrup phenothia9ine, misalnya prometha9ine. >er!a tersebut dapat mengakibatkan hipotensi ortostatik pada orang-orang yang rentan. Penyekatan terhadap reseptor beta tidak ter!adi. #. >er!a penyekat serotonin Efek penyekatan yang kuat terhadap reseptor serotonin telah dibuktikan pada beberapa generasi pertama antihistamin H#, terutama *yproheptadine. 7bat tersebut digunakan sebagai antiserotonin, tetapi obat tersebut mempunyai struktur kimia yang menyerupai antihistamin phenothia9ine dan merupakan suatu obat penyekat H# yang kuat. #. Anestesi lokal Antihistamin H# generasi pertama merupakan anestesi lokal yang efektif karena menyekat kanal kalsium di membran yang eksitabel. Diphenhidramine dan prometha9ine kadang digunakan sebagai anestesi lokal pada pasien alergi terhadap obat-obat anestetik lokal yang kon ensional. #,@ !armakokinetik (etelah pemberian oral atau parenteral, antihistamin H# diabsorpsi se*ara baik. Pemberian antihistamin H# se*ara oral efeknya timbul #@-'- menit dan maksimal setelah #-& !am, men*apai konsentrasi pun*ak plasma rata-rata dalam & !am. ;katan dengan protein plasma berkisar antara .A-++B. >adar tertinggi terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa, gin!al, otak, otot, dan kulit kadarnya lebih rendah. (ebagian besar antihistamin H# dimetabolisme melalui hepatic microsomal mixed-function oxygenase system, tetapi dapat !uga melalui paru-paru dan gin!al. >onsentrasi plasma yang relatif rendah setelah pemberian dosis tunggal menun!ukkan kemungkinan ter!adi efek lintas pertama oleh hati. Antihistamin H# dieksresi melalui urin setelah &, !am, terutama dalam bentuk metabolitnya. Caktu paruh antihistamin H# sangat ber ariasi. >lorfeniramin memiliki )aktu paruh *ukup pan!ang sekitar &, !am, sedang akri astin hanya & !am. Caktu paruh metabolit aktif !uga sangat berbeda !auh dengan obat induknya, seperti astemi9ole #,# hari sementara metabolit aktifnya, Ndesmethylastemizole, memiliki )aktu paruh +,@ hari. Hal inilah yang mungkin men!elaskan kenapa efek antihistamin H# rata-rata masih eksis meski kadarnya dalam darah sudah tidak terdeteksi lagi. Caktu paruh beberapa antihistamin H# men!adi lebih pendek pada anak dan !adi lebih pan!ang pada orang tua, pasien disfungsi hati, dan pasien yang menerima ketokona9ol, eritromisin, atau penghambat microsomal oxygenase lainnya. #,,

Penggunaan Klini In"ika i Antihistamin H# berguna untuk pengobatan simptomatik berbagai penyakit alergi dan men*egah atau mengobati mabuk per!alanan. Antihistamin generasi pertama digunakan untuk mengatasi hipersensitifitas, reaksi tipe ; yang men*akup rhinitis alergi musiman atau tahunan, rhinitis vasomotor, alergi kon!unkti itas, dan urtikaria. Agen ini !uga bisa digunakan sebagai terapi anafilaksis ad!u an. Difenhidramin, hidroksi9in, dan prometa9in memiliki indikasi lain disamping untuk reaksi alergi. Difenhidramin digunakan sebagai antitusif, sleep aid, anti-parkinsonism atau motion sickness. Hidroksi9in bisa digunakan sebagai pre-medikasi atau sesudah anestesi umum, analgesik ad!u an pada pre-operasi atau prepartum, dan sebagai anti-emetik. Prometa9in digunakan untuk motion sickness, pre- dan postoperati e atau obstetric sedation.#,,

:abel ;;.&. ;ndikasi Antihistamin H# In"ika i Genera i Pertama #ang $iakui !$A $rug Name Bata % ia In"ika i A9atadine D #& tahun PA", (A", 5U A9elastine D ' tahun PA", (A", E", A5 1rompheniramine D 8 tahun A", H" :ype # 5hlorpheniramine D & tahun A" 5lemastine D 8 tahun PA", (A", 5U 5yproheptadine D & tahun PA", (A", 5U De=*hlorpheniramine D & tahun PA", (A", 5U Hydro=y9ine 1isa diberikan F 8 Pruritus, sedasi, analgesia, antitahun emetik Prometha9ine D & years old H" :ype #, (edation, ?otion si*kness, Analgesia :ripelennamine D # bulan PA", (A", 5U GPA" 6 perennial allergi* rhinitis, (A" 6 seasonal allergi* rhinitis, 5U 6 *hroni* urti*aria, H" :ype # 6 hypersensiti ity rea*tion type #, A" 6 allergi* rhinitis, E?" 6 asomotor rhinitis, A5 6 allergi* *on!un*ti itis In"ika i Antihi tamin Genera i II & III #ang "iakui !$A Nama O'at Bata % ia In"ika i 5etiri9ine D & tahun PA", (A", 5;U /e=ofenadine D 8 tahun (A", 5;U Loratadine D & tahun (A", 5;U Desloratadine D #& tahun PA", (A", 5;U GPA" 6 perennial allergi* rhinitis, (A" 6 seasonal allergi* rhinitis, 5;U 6 *hroni* idiopathi* urti*aria

;ndikasi dermatologi 2 #. Urtikaria atau angioedema &. Dermographisme simptomatik '. Pruritus ,. Dermatitis atopik @. ?astositosis simptomatik 8. "eaksi flushing '

$o i $an Ma a Ker(a :abel ;;.'. Dosis Dan ?asa >er!a Antihistamin H# @ 7bat H efek sedatif Dosis reguler orangde)as a $mg% AN:;H;(:A?;N <ENE"A(; PE":A?A Ethanolamin H I 4 III 5arbino=amin $listin% ,-A Dymenhydrinate $garam% Diphenydramine $dramamine% Diphenhydramine $benadryl,dll% Do=ylamine &@-@#,&@-&@ ,-8 III @?asa ker!a $!am% Akti itas >eterangan antikolinergi k

'-, ,-8

III III

(edasi ringanmenengah (edasi lan!utJ akti itas anti motion si*kness (edasi lan!utJ akti itas anti motion si*kness (edasi lan!utJ tersedia dalam bentuk obat pembantu tidur (edasi menengahJ komponen obat pembantu tidur (edasi menengah >eterangan

Ethylamineddiamine H I 4 II Pyrilamine $Neo-Antergen% &@-@-

Pyrilamine $P1&,dll% 7bat H efek sedatif

&@-@Dosis reguler orangde)as a $mg%

?asa ker!a $!am%

I Akti itas antikolinergi k

Deri at pipera9ine H I 4 III

Hydro=y9ine $Atarak,dll% 5y*li9ine $mare9ine%

#@-#-&@-@-

8-&, -

?e*li9ine $bonine,dll%

&@-@-

#&-&,

(edasi lan!ut (edasi akti itas anti si*kness (edasi akti itas anti si*kness (edasi ringan

ringanJ motion ringanJ motion

Alkylamine H I 4 II 1ropheniramine $dimetane,dll% 5hlorpheniramine $*hlortrimeton,dll%

,-A ,-A

,-8 ,-8

I III

(edasi ringanJ tersedia dalam komponen pera)atan flu (edasi antiemetik lan!utJ

Deri at phenothia9ine H III Prometha9ine #--&@ $phenergen,dll% Lain-lain 5yproheptadine , $peria*tin,dll% AN:;H;(:A?;N <ENE"A(; >EDUA Piperidine /e=ofenadine $allegra% 8Lain-lain Loratadine $*laritin% 5atiri9ine $Kyrte*% E)ek Sam*ing

,-8

III

(edasi menengahJ !uga mengandung akti itas antiserotonin

"esiko rendah aritmia

dari

#@-#-

#&

Aksi yang lebih lan!ut

Pada dosis terapi, semua antihistamin H# menimbulkan efek samping )alaupun !arang bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. :erdapat ariasi yang besar dalam toleransi obat antar indi idu, kadang-kadang efek samping ini sangat mengganggu sehingga terapi perlu dihentikan.# Efek (amping Antihistamin H# <enerasi Pertama 2 #. Alergi 2 fotosensiti itas, sho*k anafilaksis, ruam, dan dermatitis. &. >ardio askular 2 hipotensi postural, palpitasi, refleks takikardia, trombosis ena pada sisi in!eksi $;E prometa9in% '. (istem (araf Pusat 2 dro)siness, sedasi, pusing, gangguan koordinasi, fatigue, bingung, reaksi e=trapiramidal bisa sa!a ter!adi pada dosis tinggi ,. <astrointestinal 2 epigastri* distress, anoreksi, rasa pahit $nasal spray% @. <enitourinari 2 urinary freLuen*y, dysuria, urinary retention

8. "espiratori 2 dada sesak, )hee9ing, mulut kering, epitaksis dan nasal burning $nasal spray% Antihistamin <enerasi kedua dan ketiga 2 #. Alergi 2 fotosensiti itas, sho*k anafilaksis, ruam, dan dermatitis. &. ((P 2 mengantukH dro)siness, sakit kepala, fatigue, sedasi '. "espiratori 2 mulut kering ,. <astrointestinal 2 nausea, omiting, abdominal distress $*etiri9ine, fe=ofenadine% Efek samping ((P sebanding dengan pla*ebo pada u!i klinis, ke*uali *etiri9ine yang tampak lebih sedatif ketimbang pla*ebo dan mungkin sama dengan generasi pertama. Efek samping pada respiratori dan gastrointestinal lebih !arang dibanding generasi pertama. ,

1eberapa efek samping lain dari antihistamin 2 #. Efek sedasi Dari hasil penelitian oleh pero*ek, dibandingkan difenhidramin &M@- mg dengan loratadine dosis tunggal &- mg. Hasilnya memperlihatkan efek sedasi difenhidramin lebih besar dibanding loratadine. 0adi loratadine tidak mempengaruhi kemampuan mengendarai, tingkat ke)aspadaan siang hari dan produktifitas ker!a. 0uga loratadin menghilangkan ge!ala rhinitis alergi musiman se*ara efektif dan absorbsi oralnya sangat *epat serta memiliki masa ker!a yang pan!ang, sehingga *ukup diberikan sekali dalam sehari. #. <angguan psikomotor Naitu gangguan dalam peker!aan yang melibatkan fungsi psikomotor, merupakan masalah yang men!adi perhatian dalam terapi yang menggunakan antihistamin. Efek samping terlihat saat pasien melakukan kegiatan dengan resiko fisik seperti mengendarai mobil, berenang, gulat, atau melakukan peker!aan tangan. <angguan fungsi psikomotor adalah efek yang berbeda dari ter!adinya sedasi $rasa mengantuk%. #. <angguan kognitif Adalah gangguan terhadap kemampuan bela!ar, konsentrasi atau ketrampilan di tempat beker!a. Dari hasil penelitian memperlihatkan antihistamin generasi pertama terutama difenhidramin menyebabkan gangguan kemampuan bela!ar, konsentrasi, atau ketrampilan di tempat ker!a. (edangkan loratadin meniadakan efek negati e dari rhinitis alergi terhadap kemampuan bela!ar. #. Efek kardiotoksisitas Antihistamin selama ini dianggap sebagai obat yang aman, tetapi se!ak akhir tahun A--an mulai mun*ul beberapa !enis antihistamin yang digunakan dengan dosis yang berlebihan. (ehingga dapat menyebabkan pasien yang menggunakan mengalami gangguan pada !antung $kardiotoksisitas%. Untuk pasien yang aktif beker!a harus berhati-hati dalam menggunakan antihistamin, karena beberapa antihistamin memiliki efek samping sedasi $mengantuk%, gangguan psikomotor dan

gangguan kognitif. Akibatnya bila digunakan oleh orang yang melakukan peker!aan dengan tingkat ke)aspadaan tinggi sangat berbahaya. 8 Kontrain"ika i Antihistamin generasi pertama2 #. Hipersensitif terhadap antihistamin khusus atau terkait se*ara struktural &. 1ayi baru lahir atau premature '. ;bu menyusui ,. Narrow-angle glaucoma @. Stenosing peptic ulcer 8. Hipertropi prostat simptomatik .. Bladder neck obstruction A. Penyumbatan pyloroduodenal +. <e!ala saluran napas atas $termasuk asma% #-. Pasien yang menggunakan monoamine oxidase inhibitor $?A7;% ##. Pasien tua. Antihistamin generasi kedua dan ketiga 2 #. Hipersensitif terhadap antihistamin khusus atau terkait se*ara struktural , Interak i O'at :abel ;;.,. ;nteraksi 7bat , Pre*ipitant Drug Antihistamin 7b!e*t Drug Alkohol, depresan ((P Effe*t ?enambah efek depresan ((P dan efek lebih ke*il pada antihistamin generasi kedua dan ketiga. ?eningkatkan kadar plasma ob ect drug

Antifungi A9ole dan Antibiotik loratadine, ?akrolida 2 desloratadine a9ithromy*in, *larithromy*in, erythromy*in, flu*ona9ole, itra*ona9ole, keto*ona9ole, mi*ona9ole 5imetadine loratadine

?eningkatkan kadar plasma ob ect drug Le odopa prometha9ine ?enurunkan efek le odopa ?A7;s2 Antihistamin generasi 1isa memperlama dan phenel9ine, iso*arbo=a9id, pertama memperkuat efek antikolinergik tranyl*ypromine dan sedati e antihistamin, sehingga bisa ter!adi hipotensi dan efek samping ekstrapiramidal

Protease ;nhibitors2 ritona ir, indina ir, saLuina ir, nelfina ir (erotonin "euptatke ;nhibitors $((";s%2 fluo=etine, flu o=amine, nefa9odone, paro=etine, sertraline

Antihistamin generasi ?eningkatkan pertama, loratadine ob ect drug Antihistamin generasi ?eningkatkan pertama ob ect drug

kadar

plasma

kadar

plasma

ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT RESEPTOR H+ (AH+) "eseptor histamin H& berperan dalam efek histamin terhadap sekresi *airan lambung, perangsangan !antung. 1eberapa !aringan seperti otot polos pembuluh darah mempunyai kedua reseptor yaitu H# dan H&.# (e!ak tahun #+.A di Amerika (erikat telah diteliti peran potensial antihistamin H & *imetidine untuk penyakit kulit. Pada tahun #+A', ranitidine ditemukan pula sebagai antihistamin H &. 1aik simetidin maupun raditidin diberikan dalam bentuk oral untuk mengobati penyakit kulit. >edua obat tersedia dalam bentuk in!eksi intramuskular dan intra ena. ' Struktur Antihistamin H& se*ara struktur hampir mirip dengan histamin. (imetidin mengandung komponen imida9ole, dan ranitidin mengandung komponen aminomethylfuran moiety.' !armako"inamik (imetidin dan ranitidin menghambat reseptor H& se*ara selektif dan re ersibel. Perangsangan reseptor H& akan merangsang sekresi *airan lambung, sehingga pada pemberian simetidin atau ranitidin sekresi *airan lambung dihambat.# !armakokinetik 1ioa aibilitas oral simetidin sekitar .-B, sama dengan setelah pemberian ;E atau ;?. ;katan protein plasmanya hanya &-B. Absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan. Absorpsi simetidin terutama ter!adi pada menit ke 8--+-. (imetidin masuk ke dalam ((P dan kadarnya dalam *airan spinal #--&-B dari kadar serum. (ekitar @--A-B dari dosis ;E dan ,-B dari dosis oral simetidin dieksresi dalam bentuk asam dalam urin. ?asa paruh eliminasinya sekitar & !am. 1ioa aibilitas ranitidin yang diberikan se*ara oral sekitar @-B dan meningkat pada pasien penyakit hati. ?asa paruhnya kira-kira #,.-' !am pada orang de)asa, dan meman!ang pada orangtua dan pada pasien gagal gin!al. Pada pasien penyakit hati masa paruh ranitidin !uga meman!ang meskipun tidak sebesar pada gagal gin!al. >adar pun*ak plasma di*apai dalam #-' !am setelah penggunaan #@- mg ranitidin se*ara oral, dan yang terikat protein plasma hanya #@B. "anitidin mengalami metabolisme lintas pertama di hati dalam !umlah *ukup besar setelah pemberian oral. "anitidin dan metabolitnya dieksresi terutama melalui gin!al, sisanya melalui tin!a. (ekitar .-B dari ranitidin yang diberikan ;E dan '-B dari yang diberikan se*ara oral dieksresi dalam urin dalam bentuk asal. # Mekani me Ak i Calaupun simetidin dan ranitidin berfungsi sama yaitu menghambat reseptor H &, namun ranitidin lebih poten. (imetidin !uga menghambat histamin N-methyl transferase, suatu en9im yang berperan dalam degrasi histamin. :idak seperti ranitidin, simetidin menun!ukkan akti itas

antiandrogen, suatu efek yang diketahui tidak berhubungan dengan kemampuan menghambat reseptor H&. Akti itas antiandrogen didapatkan dari inhibisi kompetitif dyhidrotestosterone pada reseptor androgen perifer. (imetidin tampak meningkatkan sistem imun dengan menghambat akti itas sel : supresor. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh blokade reseptor H& yang dapat dilihat dari supresor limfosit :. ;munitas humoral dan sel dapat dipengaruhi. ' Penggunaan Klini In"ika i , (imetidin dan ranitidin diindikasikan untuk tukak peptik. (imetidin, ranitidin atau antagonis reseptor H& memper*epat penyembuhan tukak lambung dan tukak duodenum. Antihistamin H & sama efektif dengan pengobatan intensif dengan antasid untuk penyembuhan a)al tukak lambung dan duodenum. Antihistamin H& !uga bermanfaat untuk hipersekresi asam lambung pada sindrom Kollinger-Ellison. # Penggunaan Antihistamin H& dalam bidang dermatologi seringkali digunakan ranitidin atau simetidin untuk pengobatan ge!ala dari masto*ytosis sistemik, seperti urtikaria dan pruritus. Pada beberapa pasien, pengobatan diberikan dosis tinggi. ' $o i , :abel ;;.@. Dosis Antihistamin H& # 7bat (imetidin "anitidin /amotidin Ni9atidin E)ek Sam*ing , ;nsiden efek samping kedua obat ini rendah dan umumnya berhubungan dengan penghambatan terhadap reseptor H&, beberapa efek samping lain tidak berhubungan dengan penghambatan reseptor. Efek samping ini antara lain 2 #. nyeri kepala &. pusing '. malaise ,. mialgia @. mual 8. diare .. konstipasi A. ruam kulit +. pruritus Dosis , = '-- mg & = #@- mgHhari # = ,- mgHhari $ uH tukak lambung atau tukak duodenum aktif% # = '-- mgHhari

#-. kehilangan libido ##. impoten # Kontrain"ika i #. >ehamilan &. ;bu menyusui ' ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT RESEPTOR H- (AH-) O'at.o'atan #ang terma uk antihi tamin H#. :hioperamide &. ;odophenpropit '. 5lobenpropit Per'an"ingan E)ek Hi tamin $an Antihi tamin H- Pa"a Organ :abel ;;.8. Perbandingan Efek Histamin Dan Antihistamin H' Pada 7rgan @ 7rgan >ardio askuler $Pembuluh darah ke*il% (istem ;mun Histamin Dilatasi Peningkatan permeabilitas (el mast menghasilkan histamin dan substansi lain dalam reaksi alergi ?erangsang sekresi kelen!ar sali a, lambung dan sekresi bronkus Antihistamin ?en*egah dilatasi ?en*egah permeabilitas peningkatan

?en!aga histamin dari respons alergi ?en*egah sekresi kelen!ar sali a, lambung dan sekresi bronkus

7tot Polos

PE?;L;HAN (ED;AAN 1anyak golongan antihistamin H# yang digunakan dalam terapi, tetapi efekti itasnya tidak banyak berbeda, perbedaan antar !enis obat hanya dalam hal potensi, efek samping dan !enis sediaan yang ada. (ebaiknya dipilih antihistamin H# yang efek terapinya paling besar dengan efek samping seminimal mungkin, tetapi belum ada antihistamin H # yang ideal seperti ini. (elain ditentukan berdasarkan potensi terapeutik dan beratnya efek samping, pemilihan sediaan perlu dipertimbangkan berdasarkan ariasi antar indi idu. >arena itu perlu di*oba dan diperhatikan efek yang menguntungkan dan efek samping apa yang timbul akibat pemberian antihistamin H#. Calaupun antagonis reseptor H& lebih kuat menghambat sekresi asam lambung daripada obat antikolinergik, antagonis reseptor H& tidak lebih efektif daripada terapi intensif dengan antasida pada pasien esofagitis refluks, tukak lambung, tukak duodeni atau pen*egahan tukak lambung akibat stres. Antagonis reseptor H& disediakan sebagai obat alternatif untuk pasien yang tidak memberikan respons baik terhadap pengobatan antasida !angka pan!ang. # (:"A:E<; :E"AP; AN:;H;(:A?;N O A?-P?O >eputusan untuk memilih suatu antihistamin untuk mengatasi gangguan alergi semisal rhinitis alergi*a atau urtikaria idiosinkratik kronik harus berdasarkan pada harga, frekuensi dosis,

ketersediaan, kontraindikasi, dan efek samping. (emua antihistamin generasi pertama kini telah ada dalam sediaan generik serta sediaan 7:5 dengan harga lebih murah. Namun tidak demikian halnya dengan antihistamin generasi kedua dan ketiga. ?asalah perbedaan harga ini men!adi suatu pertimbangan. ?eski sedikit lebih mahal, antihistamin generasi kedua dan ketiga se*ara klinis menun!ukkan efikasi tanpa efek sedatif yang men!adi karakteristik dari generasi pertama. (ebenarnya rasa sedasi dan dro)siness sangatlah sub!ektif, hanya dirasakan oleh indi idu dan tidak bisa !adi bukti klinis. (ebuah studi menge aluasi efek fe=ofenadine, diphenhydramine, alkohol, dan pla*ebo terhadap kemampuan mengendarai. (ub!ek yang memperoleh fe=ofenadine mampu mengendarai selayaknya pla*ebo. (edang sub!ek yang menerima diphenhydramine memiliki kemampuan mengendarai paling buruk, diikuti dengan sub!ek yang menerima al*ohol. !he "oint !ask #orce on $ractice $arameters in %llergy, %sthma, and &mmunology menekankan bah)a efek sedasi dan gangguan performan*e dari antihistamin generasi pertama adalah berisiko baik untuk indi idu maupun masyarakat. 7leh karena itu, untuk mengatasi rhinitis alergi dan gangguan alergi kronis lainnya direkomendasikan suatu strategi baru, yakni terapi antihistaminPA?HP?O. Penderita diberikan antihistamin generasi kedua dan ketiga yang lebih sedikit atau bahkan tidak ada efek sampingnya sebelum pemberian antihistamin generasi pertama. 0adi, dosis siang hari generasi kedua dan ketiga, sedangkan dosis malam hari diberikan generasi pertama. (elain bisa mengoptimalkan terapi dengan efek samping minimal, strategi ini !uga lebih murah karena tetap bisa menggunakan antihistamin generasi pertama yang lebih murah. , >E(;?PULAN 5ara ker!a antihistamin telah diketahui dengan !elas, yaitu menghambat histamine pada reseptorreseptornya. 1erdasarkan reseptor yang dihambat, antihistamin dibagi men!adi antagonis reseptor H#, reseptor H& dan reseptor H'. Penghambat reseptor H# digunakan pada terapi alergi yang diperantai ;gE. 7bat-obat tersebut telah tersedia, tetapi penggunaan generasi antihistamin pertama $klorfeniramin, bromfeniramin, difenhidramin, klemastin, hidroksi9in% terbatas, karena adanya efek samping sedasi primer dan menyebabkan keringnya membran mukosa. Antihistamin generasi kedua $loratadin, *etiri9in% dan ketiga $feksofenadin, desloratadin% beker!a menghambat reseptor histamin H#, di samping efek antiinflamasi. Pemakaian di klinik hendaknya mempertimbangkan *ara ker!a obat, farmakokinetik dan farmakodinamik, indikasi dan kontra indikasi, *ara pemberian, serta efek samping obat dan interaksi dengan obat lain. 1eberapa antihistamin mempunyai efek samping yang serius !ika dikonsumsi bersamaan dengan obat lain atau menggunakan antihistamin tanpa alasan yang !elas. DA/:A" PU(:A>A #. Udin (!amsudin, Hedi "D 2 Histamin dan Antihistamin dalam /armakologi Dan :erapi ,edisi ,, 1agian /armakologi />U;, 0akarta, #++@, p. &@&-&8-. &. "engganis ;ris 2 Alergi ?erupakan Penyakit (istemik 2 5ermin Dunia >edokteran &--,J #,&2 ,&-,@' '. Del "osso Q. 0ames 2 Antihistamines dalam (ystemi* Drugs /or (kin Disease, C.1. (aunders 5ompany, United (tates of Ameri*a, #++#, p.&A@-'#8. ,. Andra 2 7ptimalisasi terapi Antihistamin dalam ?a!alah /arma*ia, Eolume 8, 0akarta, &--8, p.8,.

@. (!abana Dripa 2 /armakologi Dasar dan >linik, (alemba ?edika, 0akarta, &--@, p. ,8.,A.. 8. http2(( ))).galenium.*om diterbitkan &--8.a

Anda mungkin juga menyukai