Makalah Isd Pengangguran
Makalah Isd Pengangguran
Disusun oleh :
UNIVERSITAS GUNADARMA
2012
KATAPENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah yang berisi tentang informasi kebudayaan sunda ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah ilmu sosial dasar Universitas Gunadarma.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Kami
mengucapkan
terimakasih
kepada
pihak-pihak
yang
telah
membantu
terselesaikannya makalah ini dan semoga makalah ini dapat memberikan tambahan wawasan
kepada pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................................1
DAFTAR ISI ....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................5
1.3 TUJUAN MAKALAH ..................................................................................5
1.4 SISTEMATIKA PENYAJIAN .....................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................6
2.1 PENGERTIAN PENGANGGURAN ............................................................6
2.2 JENIS-JENIS PENGANGGURAN................................................................9
2.1.1 Pengangguran Struktural..................................................................9
2.1.2 Pengangguran Fiksional...................................................................10
2.1.2 Pengangguran Voluntary..................................................................10
2.1.2 Pengangguran Deflasioner...............................................................11
2.1.2 Pengangguran Teknologi..................................................................11
2.3 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENGANGGURAN.....12
2.3.1 Faktor Pribadi ..................................................................................12
2.3.2 Faktor Sistem Sosial dan Ekonomi .................................................12
2.4 SOLUSI MENGATASI PENGANGGURAN ...............................................14
BAB III PENUTUP .........................................................................................................19
3.1 KESIMPULAN ..............................................................................................19
3.2 SARAN ..........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara
unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan
dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Masalah sosial muncul akibat terjadinya
perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat
menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah
sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti
tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain
sebagainya. Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 jenis faktor, yakni faktor ekonomi,
budaya, biologis dan psikologis.
Faktor ekonomi adalah faktor terbesar terjadinya masalah sosial. Apalagi setelah
terjadinya krisis global PHK mulai terjadi di mana-mana dan bisa memicu tindak kriminal
karena orang sudah sulit mencari pekerjaan. Faktor budaya misalnya Kenakalan remaja
menjadi masalah sosial yang sampai saat ini sulit dihilangkan karena remaja sekarang suka
mencoba hal-hal baru yang berdampak negatif seperti narkoba, padahal remaja adalah aset
terbesar suatu bangsa merekalah yang meneruskan perjuangan yang telah dibangun sejak
dahulu. Faktor biologis juga turut ambil bagian dalam masalah sosial di masyarakat seperti
adanya Penyakit menular bisa menimbulkan masalah sosial bila penyakit tersebut sudah
menyebar disuatu wilayah atau menjadi pandemik. Dan yang terakhir adalah faktor
psikologis dimana faktor ini juga sering kali muncul dalam masyarakat yang sangat beragam,
misalkan aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia dan meresahkan masyarakat
walaupun sudah banyak yang ditangkap dan dibubarkan tapi aliran serupa masih banyak
bermunculan di masyarakat sampai saat ini.
Masalah sosial juga dapat berdampak besar pada suatu negara apabila tidak ada solusi
untuk menyelesaikannya, terutama dalam bidang ekonomi. Dalam indikator ekonomi makro
ada tiga hal terutama yang menjadi pokok permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah
masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka
pertumbuhan positif dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah
4
indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga
berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin
rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas
harga. Namun masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang
dan jasa. Inflasi juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari
masyaraka. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada upah riil. Inflasi
sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan kenaikan upah riil.
Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok
yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia.
Angka pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,12 juta jiwa. Angka tersebut
belum termasuk dalam pengangguran setengah terbuka, yaitu mereka yang bekerja kurang
dari 30 jam per minggu. Masih tingginya angka pengangguran di Indonesia, harus diatasi
dengan menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang unggul. Salah
satunya yaitu dengan menyiapkan sumber daya manusia yang berkompetensi unggul. Selama
ini, dalam kegiatan bursa kerja, biasanya lowongan hanya terisi sekitar 50 persen. Hal itu
terjadi, karena kompetensi yang disyaratkan perusahaan pencari tenaga kerja tidak mampu
dipenuhi oleh para tenaga kerja. Oleh karena itu tenaga kerja harus disiapkan dengan baik.
Sementara itu di Jawa Tengah, hingga 2010, angka pengangguran masih mencapai 1,046 juta
jiwa. Angka tersebut turun sebesar 16,04 persen, bila dibandingkan jumlah pengangguran
pada 2009, sebanyak 1,252 juta jiwa.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan
kerja, yang disebabkan antara lain : perusahaan yang menutup atau mengurangi bidang
usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif,
peraturan yang
menghambat inventasi, hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain. Melemahnya
pasar internasional akibat krisis ekonomi global telah berdampak pada sektor riil Indonesia
terutama industri yang berorientasi ekspor yang banyak menyerap tenaga kerja, seperti
industri garmen, sepatu, elektronik, pertambangan industri kayu, minyak kelapa sawit mentah
(GPO), dan karet. Dewasa ini sektor industri nasional tidak hanya menghadapi masalah
penurunan harga jual dan permintaan, tetapi juga menghadapi masalah peningkatan biaya
bahan baku khususnya impor akibat merosotnya kurs rupiah, sehingga tidak ada pilihan bagi
industri nasional selain mengurangi volume produksi yang berdampak pada pengurangan
tenaga kerja baik dengan melakukan PHK maupun merumahkan sementara karyawan.
BAB II
BAB III
BAB II
PEMBAHASAN
pendapatan
masyarakat
akan
berkurang
sehingga
dapat
menyebabkan
pengangguran dapat
dihitung
dengan
cara
membandingkan
jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur
dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan
kekacauan politik keamanan
dan
sosial
sehingga
mengganggu
pertumbuhan
dan
pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per
kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah
"pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan
tenaga
kerja
sedikit
tetapi
dilakukan
oleh
lebih
banyak
orang.
Menurut Ida Bagoes Mantra, pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang
ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep ini sering diartikan sebagai
keadaan pengangguran terbuka. Adapun yang berpendapat bahwa pengangguran adalah orang
yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan
belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah
tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang
karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak
merata, dan berbagai permasalahan lainnya di negara kita menjadi salah satu faktor utama
rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita. Namun yang menjadi manifestasi utama
sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah
terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk sumber daya manusia. Jika dibandingkan
dengan negara-negara maju, pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh negara-negara
berkembang relatif lebih rendah daripada yang dilakukan di negara-negara maju karena
buruknya efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya baik sumber daya alam
maupun sumber daya manusia. Dua penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan sumber
daya manusia adalah karena tingkat pengangguran penuh dan tingkat pengangguran
terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak. Pengangguran penuh atau terbuka yakni
terdiri dari orang-orang yang sebenarnya mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak
mendapatkan lapangan pekerjaan sama sekali. Berdasarkan data dari Depnaker pada tahun
1997 jumlah pengangguran terbuka saja sudah mencapai sekitar 10% dari sekitar 90 juta
angkatan
kerja
yang
ada
di
Indonesia,
dan
jumlah
inipun
belum
mencakup
Tenggara mendorong terciptanya likuiditas ketat sebagai reaksi terhadap gejolak moneter. Di
Indonesia, kebijakan likuidasi atas 16 bank akhir November 1997 saja sudah bisa membuat
sekitar 8000 karyawannya menganggur. Dan dalam selang waktu yang tidak relatif lama,
7.196 pekerja dari 10 perusahaan sudah di PHK dari pabrik-pabrik mereka di Jawa Barat,
Jakarta, Yogyakarta, dan Sumatera Selatan berdasarkan data pada akhir Desember 1997.
Ledakan pengangguranpun berlanjut di tahun 1998, di mana sekitar 1,4 juta pengangguran
terbuka baru akan terjadi. Dengan perekonomian yang hanya tumbuh sekitar 3,5 sampai 4%,
maka tenaga kerja yang bisa diserap sekitar 1,3 juta orang dari tambahan angkatan kerja
sekitar 2,7 juta orang. Sisanya menjadi tambahan pengangguran terbuka tadi. Total
pengangguran jadinya akan melampaui 10 juta orang. Berdasarkan pengalaman, jika kita
mengacu pada data-data pada tahun 1996 maka pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5 sampai 4%
belumlah memadai, seharusnya pertumbuhan ekonomi yang ideal bagi negara berkembang
macam Indonesia adalah di atas 6%. Berdasarkan data sepanjang di tahun 1996,
perekonomian hanya mampu menyerap 85,7 juta orang dari jumlah angkatan kerja 90,1 juta
orang. Tahun 1996 perekonomian mampu menyerap jumlah tenaga kerja dalam jumlah relatif
besar karena ekonomi nasional tumbuh hingga 7,98 persen. Tahun 1997 dan 1998,
pertumbuhan ekonomi dapat dipastikan tidak secerah tahun 1996. Pada tahun 1998 krisis
ekonomi bertambah parah karena banyak wilayah Indonesia yang diterpa musim kering,
inflasi yang terjadi di banyak daerah, krisis moneter di dalam negeri maupun di negaranegara mitra dagang seperti sesama ASEAN, Korsel dan Jepang akan sangat berpengaruh.
Jika kita masih berpatokan dengan asumsi keadaan di atas, maka ledakan pengangguran
diperkirakan akan berlangsung terus sepanjang tahun-tahun ke depan. Memang ketika kita
menginjak tahun 2000, jumlah pengangguran di tahun 2000 ini sudah menurun dibanding
tahun 1999. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2000 yang meningkat menjadi 4,8
persen. Pengangguran tahun 1999 yang semula 6,01 juga turun menjadi 5,87 juta orang.
Sedang setengah pengangguran atau pengangguran terselubung juga menurun dari 31,7 juta
menjadi 30,1 juta orang pada tahun 2000. Jumlah pengangguran saat ini mencapat sekitar
35,97 juta orang, namun pemerintah masih memfokuskan penanggulangan pengangguran ini
pada 16,48 juta orang. Jumlah pengangguran saat ini yaitu pada tahu 2001 mencapai 35,97
juta orang yang diperkirakan bisa bertambah bila pemulihan ekonomi tidak segera berjalan
dengan baik. Karena hal inilah maka pemerintah perlu berusaha semaksimal mungkin untuk
mencari investor asing guna menanamkan modalnya di sini sehingga lapangan pekerjaan baru
dapat tercipta untuk dapat menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja. Berdasarkan
perhitungan maka pada saat ini perekonomian negara kita memerlukan pertumbuhan ekonomi
9
minimal 6 persen, meski idealnya diatas 6 persen, sehingga bisa menampung paling tidak 2,4
juta angkatan kerja baru. Sebab dari satu persen pertumbuhan ekonomi bisa menyerap sektiar
400 ribu angkatan kerja. Ini juga ditambah dengan peluang kerja di luar negeri yang rata-rata
bisa menampung 500 ribu angkatan kerja setiap tahunnya. Untuk memacu pertumbuhan
ekonomi yang pesat maka mau tidak mau negara kita terpaksa harus menarik investasi asing
karena sangatlah sulit untuk mengharapkan banyak dari investasi dalam negeri mengingat
justru di dalam negeri para pengusaha besar banyak yang berhutang ke luar negeri. Hal ini
bertambah parah karena hutang para pengusaha (sektor swasta) dan pemerintah dalam bentuk
dolar. Sementara pada saat ini nilai tukar rupiah begitu rendah (undervalue) terhadap dolar.
Namun menarik para investor asingpun bukan merupakan pekerjaan yang mudah jika kita
berkaca pada situasi dan kondisi sekarang ini. Suhu politik yang semakin memanas,
kerawanan sosial, teror bom, faktor desintegrasi bangsa, dan berbagai masalah lainnya akan
membuat para investor asing enggan untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Karena
itulah maka situasi dan kondisi yang kondusif haruslah diupayakan dan dipertahankan guna
menarik investor asing masuk kemari dan menjaga agar para investor asing yang sudah
menanamkan modalnya asing tidak lagi menarik modalnya ke luar yang nantinya akan
berakibat capital outflow.
berlarut-larut maka sangat besar kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial.
bisa bertani sekarang tidak lagi bisa menjadi seorang petani karena lahan yang
digunakan sebagai tempat bercocok tanam telah diganti menjadi sebuah pabrik yang
luas. Lahan yang berupa tanah ini kini telah berubah menjadi tanah beton. Beberapa
kasus pengangguran struktural terjadi pada 1998, pada saat bangsa Indonesia
mengalami krisis moneter. Banyak pekerja pabrik, pegawai bank dan perusahaanperusahaan serta lembaga-lembaga lainnya yang mengalami kerugian, sehingga
dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Pada tahun tersebut, tingkat
pengangguran di Indonesia begitu tinggi. Sangat tingginya tingkat pengangguran yang
terjadi pada waktu itu sehingga membuat perekonomian negeri ini menjadi kandas
dan terpuruk. Semua sektor perekonomian pada waktu itu terkena imbasnya. Seperti
dilanda sebuah masa kelaparan yang panjang yang terjadi waktu itu akibat sebuah
pemutusan hubungan kerja yang terstruktur. Pengangguran struktural dapat diatasi
jika pemerintah melakukan dan mengeluarkan peraturan serta kebijakan yang
memihak rakyat. Di samping itu, penganggur pun harus memperdalam keahlian dan
kemampuannya. Adanya keahlian lain atau multitalenta memang diperlukan oleh
seorang agar ketika terjadi sebuah pemutusan hubungan kerja masih bisa melakukan
manuver untuk mencari kerja yang lain. Atau bahkan membuka lapangan kerja sendiri
yang memang lebih aman dibandingkan ikut kerja di orang lain yang suatu saat bisa
diberhentikan atau dilakukan pemutusan hubungan kerja.
2.2.2 Pengangguran Fiksional
Pengangguran jenis ini merupakan pengangguran normal. Maksudnya,
pengangguran yang sifatnya temporer karena adanya pergeseran antara permintaan
dan penawaran tenaga kerja. Yang termasuk ke dalam pengangguran fiksional adalah
pengangguran yang ingin mencapai pekerjaan yang lebih baik, penganggur yang tidak
bekerja pada waktu masuk proses kerja (membolos) dan penganggurr yang sedang
menunggu panggilan kerja. Pengangguran fiksional ini kurang memiliki efek yang
besar sebagaimana pengangguran yang terjadi karena struktural. Meskipun demikian
jika pengangguran fiksional ini dibiarkan terlalu lama juga akan berimbas pada hal
yang kurang baik.
2.2.3
Pengangguran Voluntary
Penganggur voluntary adalah penganggur yang sebenarnya mampu bekerja,
namun memilih tidak bekerja karena memiliki usaha. Misalnya, membuka rental
mobil, membuka kos-kosan dan lain-lain. Penganggur voluntary bisa membuka
11
Pengangguran Deflasioner
Pengangguran ini terjadi karena lahan pekerjaan kurang/tidak tersedia atau
lahan pekerjaan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pekerja. Inilah yang
memicu orang untuk melakukan urbanisasi karena daerah atau kota pengaggur tidak
tersedia
lagi
lapangan
pekerjaan.
Adanya
pengangguran
deflasioner
juga
Pengangguran Teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran akibat dari kemajuan teknologi.
Misalnya terjadi pada sektor pertanian dan perindustrian. Akibat dari penggunaan
mesin-mesin. Sumber daya manusia yang awalnya dibutuhkan diganti oleh tenaga
mesin. Pengangguran bisa menimbulkan dampak negatif, yang bukan hanya bagi sang
12
Banyak kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat dan menimbulkan
pengangguran baru, Menurut Menakertrans, kenaikan BBM kemarin telah menambah
pengangguran sekitar 1 juta orang.
Kebijakan Pemerintah yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi bukan
pemerataan juga mengakibatkan banyak ketimpangan dan pengangguran. Banyaknya
pembukaan industri tanpa memperhatikan dampak lingkungan telah mengakibatkan
pencemaran dan mematikan lapangan kerja yang sudah ada. Salah satu kasus, misalnya,
apa yang menimpa masyarakat Tani Baru di Kalimantan. Tuntutan masyarakat Desa
Tani Baru terhadap PT VICO untuk menghentikan operasi seismiknya tidak mendapat
tanggapan. Penghasilan tambak mereka turun hampir 95 persen akibat pencemaran yang
ditimbulkan PT VICO. Tanah menjadi tidak subur, banyak lubang bekas pengeboran
dan peledakan, serta mengeluarkan gas alam beracun. Akibatnya, rakyat di sana menjadi
orang-orang miskin dan penganggguran.
c. Pengembangan sektor ekonomi non-real
Dalam sistem ekonomi kapitalis muncul transaksi yang menjadikan uang sebagai
komoditas yang di sebut sektor non-real, seperti bursa efek dan saham perbankan sistem
ribawi maupun asuransi. Sektor ini tumbuh pesat. Nilai transaksinya bahkan bisa
mencapai 10 kali lipat daripada sektor real.
Pertumbuhan uang beredar yang jauh lebih cepat daripada sektor real ini mendorong
inflasi dan penggelembungan harga aset sehingga menyebabkan turunnya produksi dan
investasi di sektor real. Akibatnya, hal itu mendorong kebangkrutan perusahan dan PHK
serta pengangguran. Inilah penyebab utama krisis ekonomi dan moneter di Indonesia
yang terjadi sejak tahun 1997.
Peningkatan sektor non-real juga mengakibatkan harta beredar hanya di sekelompok
orang tertentu dan tidak memilki konstribusi dalam penyediaan lapangan pekerjaan.
d. Banyaknya tenaga kerja wanita
Jumlah wanita pekerja pada tahun 1998 ada sekitar 39,2 juta. Jumlah ini terus
meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah tenaga kerja wanita ini mengakibatkan
persaingan pencari kerja antara wanita dan laki-laki. Akan tetapi, dalam sistem kapitalis,
untuk efesiensi biaya biasanya yang diutamakan adalah wanita karena mereka mudah
diatur dan tidak banyak menuntut, termasuk dalam masalah gaji. Kondisi ini
mengakibatkan banyaknya pengangguran di pihak laki-laki.
14
15
kesempatan kerja yang lowong dan melatih ulang keterampilannya sehingga dapat memenuhi
tuntutan kualifikasi di tempat baru. Peningkatan mobilitas modal dilakukan dengan
memindahkan industri (padat karya) ke wilayah yang mengalami masalah pengangguran
parah. Cara ini baik digunakan untuk mengatasi msalah pengangguran struktural.
2. Pengelolaan Permintaan Masyarakat
Pemerintah dapat mengurangi pengangguran siklikal melalui manajemen yang
mengarahkan permintaan-permintaan masyarakat ke barang atau jasa yang tersedia dalam
jumlah yang melimpah.
3. Penyediaan Informasi tentang Kebutuhan Tenaga Kerja
Untuk mengatasi pengangguran musiman, perlu adanya pemberian informasi yang cepat
mengenai tempat-tempat mana yang sedang memerlukan tenaga kerja. Masalah
pengangguran dapat muncul karena orang tidak tahu perusahaan apa saja yang membuka
lowongan kerja, atau perusahaan seperti apa yang cocok dengan keterampilan yang dimiliki.
Masalah tersebut adalah persoalan informasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu
diadakan system informasi yang memudahkan orang mencari pekerjaan yang cocok. System
seperti itu antara lain dapat berupa pengumuman lowongan kerja di kampus dan media
massa. Bisa juga berupa pengenalan profil perusahaan di sekolah-sekolah kejuruan, kampus,
dan balai latihan kerja.
4. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi baik digunakan untuk mengatasi pengangguran friksional. Dalam
situasi normal, pengangguran friksional tidak mengganggu karena sifatnya hanya sementara.
16
Tingginya tingkat perpindahan kerja justru menggerakan perusahaan untuk meningkatkan diri
(karir dan gaji) tanpa harus berpindah ke perusahaan lain.
Menurut Keynes, pengangguran yang disengaja terjadi bila orang lebih suka menganggur
daripada harus bekerja dengan upah rendah. Di sejumlah Negara, pemerintah menyediakan
tunjangan/santunan bagi para penganggur. Bila upah kerja rendah maka orang lebih suka
menganggur dengan mendapatkan santunan penganggur. Untuk mengatasi pengangguran
jenis ini diperlukan adanya dorongan-dorongan (penyuluhan) untuk giat bekerja.
Pengangguran tidak disengaja, sebaliknya, terjadi bila pekerja berkeinginan bekerja pada
upah yang berlaku tetapi tidak mendapatkan lowongan pekerjaan. Dalam jangka panjang
masalah tersebut dapat diatasi dengan pertumbuhan ekonomi.
5. Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja
Pengangguran terutama disebabkan oleh masalah tenaga kerja yang tidak terampil dan
ahli. Perusahaan lebih menyukai calon pegawai yang sudah memiliki keterampilan atau
keahlian tertentu. Masalah tersebut amat relevan di Negara kita, mengingat sejumlah besar
penganggur adalah orang yang belum memiliki keterampilan atau keahlian tertentu.
6. Wiraswasta
Selama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja di perusahaan tertentu,
pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik. Masalah menjadi agak terpecahkan apabila
muncul keinginan untuk menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwiraswasta yang
berhasil.
Dalam menekan angka pengangguran, pemerintah juga turut andil didalamnya karena
bagaimanapun juga masalah pengangguran harus dapat diatasi dengan berbagai upaya.
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
sesuai dengan UUD 45 pasal 27 ayat 2.
Sebagai solusi pengangguran, berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh, untuk itu
pemerintah melakukan berbagai kebijakan seperti :
1.
2.
Melakukan
pembenahan,
pembangunan
dan
pengembangan
kawasan-kawasan,
khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun
fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para
penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan. Harapan akan berkembangnya potensi
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia.
3.
Membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. Seperti PT.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT. Jamsostek) Dengan membangun lembaga itu, setiap
penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan mendapat perhatian khusus.
Secara teknis dan rinci.
4.
5.
6.
Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki keterkaitan usaha
atau hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan. Dengan sinergi tersebut maka
kegiatan proses produksi akan menjadi lebih efisien dan murah karena pengadaan bahan
baku bisa dilakukan secara bersama-sama. Contoh, PT Krakatau Steel dapat bersinergi
dengan PT. PAL Indonesia untuk memasok kebutuhan bahan baku berupa pelat baja.
7.
8.
Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu
seleksi secara ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan
tenaga-tenaga terampil. Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat
dan Daerah.
18
9.
10. Mengembangkan potensi kelautan dan pertanian. Karena Indonesia mempunyai letak
geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat
potensial sebagai negara maritim dan agraris. Potensi kelautan dan pertanian Indonesia
perlu dikelola secara baik dan profesional supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang
produktif
Beberapa Tujuan Kebijakan Pemerintah dalam menekan angka pengangguran
1. Tujuan Bersifat Ekonomi
a. Menyediakan lowongan pekerjaan dari tahun ke tahun
b. Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat
c. Memperbaiki pembagian pendapatan
2. Tujuan Bersifat sosial dan politik
a. Meningkatkan kemakmuran keluarga dan kestabilan keluarga, di dalam suatu rumah
tangga harus ada yang mempunyai pekerjaan guna memenuhi kebutuhannya.
b. Menghindari masalah kejahatan, karena semakin tinggi pengangguran maka semakin
tinggi kasus kejahatan.
c. Mewujudkan kestabilan politik, dalam perekonomian yang tingkat penganggurannya
tinggi masyarakat sering kali melakukan demontrasi dan mengemukakan kritik atas
pemimpin pemerintah dan ini dapat menghambat kegiatan ekonomi. Sebagai
akibatnya
perkembangan
ekonomi
yang
terlambat
berakibat
pangangguran
memburuk.
3. Tindakan Pemerintah
a. Mengurangi pajak
b. Mendorong lebih banyak investasi membari subsidi
c. Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat
d. Memperbaiki pembagian pendapatan
e. Menghindari masalah kejahatan
f. Menambah keterampilan masyarakat
19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengangguran pada umumnya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengagguran dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya pengangguran struktural, Pengangguran
fiksional, pengangguran voluntary, pengangguran deflasioner dan pengangguran
teknologi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pengangguran, secara
umum terdapat dua faktor yaitu faktor pribadi, faktor sistem sosial dan ekonomi.
Pengangguran merupakan masalah sosial harus secara cepat diselesaikan, karna jika
tidak diselesaikan secara cepat dan tepat maka akan berdampak buruk terhadap bangsa
dan negara. Secara umum penanganan masalah pengangguran dapat diselesaikan dengan
peningkatan mobilitas tenaga kerja dan moral, membangun lembaga sosial yang dapat
menjamin kehidupan penganggur, penyediaan informasi tentang kebutuhan tenaga kerja,
perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru terutama yang
bersifat padat karya, dan program pendidikan dan pelatihan kerja.
3.2 SARAN
Peran orang terdekat dan pemerintah menjadi sangat penting dalam mengatasi
permasalahan pengagguran ini. Orang terdekat hendaklah memotivasi dan menyemangati
pengaggur dengan hal positif atau dengan menyarankan untuk menjadi wirausahawan
agar pemikiran penganggur menjadi lebih terbuka dan tidak mudah berputus asa.
Disamping itu pemerintah hendaknya menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan
jumlah pengagguran dengan pelatihan berbagai sumber daya manusia yang memadai
karena pengangguran merupakan akar dari masalah sosial dan ekonomi suatu negara.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran#Jenis_.26_macam_pengangguran
http://www.anneahira.com/pengertian-pengangguran.htm
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/pengangguran-definisi-dimensi-dan.html
http://cardaahutabarat.blogspot.com/2012/05/tugas-4.html
http://adhysta28.blogspot.com/2011/05/pengertian-pengangguran-jenis-jenisnya.html
http://tocke18.wordpress.com/2010/12/03/faktor-faktor-pengangguran/
http://ciasih.blogspot.com/2011/06/faktor-penyebab-terjadinya-pengangguran.html
http://tugasteknikmesin.blogspot.com/2011/12/masalah-masalah-sosial-yang-ada-dalam.html
http://kumpulan-makalah-dan-artikel.blogspot.com/2012/09/Makalah-Sosiologi-TentangMasalah-Sosial-Pengangguran.html
21