Anda di halaman 1dari 13

Trauma Listrik

Disusun oleh : dr. Febelia C.


Pembimbing : dr. Nurlinda

1. Definisi Trauma listrik adalah trauma yang menyebabkan kerusakan pada kulit atau organ dalam ketika seseorang langsung. Tubuh manusia mengkonduksi listrik secara baik. Artinya listrik dengan mudahnya masuk ketubuh. Walaupun trauma listrik terlihat minor, tapi mungkin saja terdapat kerusakan interna yang serius, terutama pada jantung, otot atau otak. menyentuh listrik secara

Trauma listrik dapat menyebabkan trauma dalam 3 cara: Cardiac arrest (efek listrik terhadap jantung) Otot, saraf, kerusakan jaringan (efek listrik yang melewati tubuh) Luka bakar (dari kontak langsung pada sumber listrik)

2. Magnitude Minimal aliran listrik yang dapat dirasakan manusia tergantung dari frekuensi dan voltase. Seseorang dapat merasakan setidaknya 1mA (rms) dari AC dalam 60 Hz, sementara setidaknya 5 mA untuk DC. Dalam sekitar 10 mA, listrik AC dapat menembus tangan pada seseorang dengan bobot 68 Kg, dalam kekuatan tersebut manusia dapat merasakan kontraksi otot; dalam hal ini korban tidak dapat mengontrol otot volunteer dan tidak dapat melepaskan diri dari sumber listrik..[2] Aliran listrik, jika cukup tinggi dapat menyebabkan kerusakan jaringan atau fibrilasi yang dapat menyebabkan cardiac arrest; lebih dari 30 mA dari AC (rms, 60 Hz) atau 300-500 mA dari DC dapat menyebabkan fibrilasi. Trauma listrik dari AC pada 120 V, 60 Hz sangat berbahaya untuk ventricular fibrilasi karena dapat 2

menyebabkan let-go threshold keadaan dimana otot jantung tidak dapat bergerak sama sekali. Jika voltase kurang dari 200V di kulit manusia, pada stratum korneum, maka akan menyebabkan macroshock. Voltase diatas 450-600 V, maka akan terjadi gangguan pada kulit, yaitu terjadi kontraksi, dan otot tidak dapat bergerak (Escar). Jika trauma listrik terjadi karena elektroda yang ada didalam tubuh (cardiac catheter), maka trauma listrik sangat serius dan dikatakan sebagai microshock.

3. Medical use Electroconvulsive therapy atau ECT digunakan pada pasien jiwa untuk terapi. Tujuannya adalah menginduce terjadi kejang untuk efek terapi. Tidak terasa setruman listrik dikarenakan pasien dibius. Terapi ini mulai dilakukan karena pada penelitian ditemukan pada pasien yang depresi yang juga mengalami kejang, jika terjadi kejang maka depresi pada pasien tersebut akan berulang. ECT dilakukan 3x seminggu sebanyak 8-12 terapi. Peralatan bedah dan memotong koagulasi (Electrosurgical Unit" atau ESU) digunakan sebesar 10 ampere, dalam frekuensi tinggi 500 kHz. Sebagai pengobatan fibrilasi atau irama jantung yang irregular (defibrilasi atau cardioversi) Sebagai pengobatan nyeri (Transcutaneous Electrical Nerve

Stimulator atau biasa disebut TENS unit).

4. Epidemiologi Terdapat 550 kematian akibat trauma listrik (electrocutions) di US pada tahun 1993.

Penelitian yang dilakukan oleh National Coroners Information System (NCIS) di Australia terdapat 321 kasus trauma listrik. Walaupun luka bakar tidak terlihat, pasien dengan trauma listrik bisa mempunyai gejala berkepanjangan seperti nyeri dan rasa tidak nyaman pada otot, mudah lelah, sakit kepala, bermasalah pada sensorik saraf perifer. Trauma listrik juga dapat pada mempengaruhi proses mental, fungsi atensi,

neurocognitive,

seperti

masalah

konsentrasi dan memori. Karena trauma listrik merupakan pengalaman yang dapat mengancam nyawa, pasien dapat mengalami post traumatic psychiatric disorders.1

5. Klasifikasi Tergantung dari voltase, sumber, jalan masuk listrik, durasi, tipe circuit.

Gambar 1. Histologi pada trauma listrik. Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/770179-overview#showall

Pada

gambar

histologi

diatas

tampak

peningkatan

pyknotic

keratinocyte nuclei dan homogenisasi dari dermal collagen (40x)

Kontak langsung : kontak langsung pada tubuh dapat menyebabkan panas pada jaringan yang dapat menyebabkan electrothermal burns (luka bakar listrik) Contohnya terdapat pada gambar dibawah

Gambar 2. Luka bakar listrik kontak langsung 120 V,kaki kanan kontak langsung,kaki kiri berada dilantai,susah dibedakan dengan luka bakar. Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/770179-overview#showall

Electrical arcs: percikan api yang terjadi ketika 2 benda listrik bersentuhan. Temperatur dapat mencapai 2500-5000o C,

menyebabkan luka bakar yang dalam pada kulit yang terkena kontak langsung. Voltase yang tinggi tersebut dapat menyebabkan thermal

burns (luka bakar terhadap panas) dan flame burns (luka bakar
terhadap api).

Gambar 3. Arcing electrical burns dari rubber sole, 7600 V. sumber : http://emedicine.medscape.com/article/770179clinical#showall

Flash: Ketika panas dari electrical arc dapat menyebabkan thermal burns hasilnya maka terjadi flash burn.

Gambar 4. Superficial electrical burns di lutut (flash/ferning). Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/770179-clinical#showall

6. Penyebab Trauma listrik terjadi ketika seseorang berada didekat sumber listrik. Trauma dapat terjadi oleh voltase tinggi AC, voltase rendah AC atau DC.

High-voltage AC Voltase tinggi AC kebanyakan terjadi dari benda yang mudah terkonduksi dan kabel dengan voltase berkekuatan tinggi. Di Amerika Serikat, kebnyakan aliran listrik didistribusikan dan ditransmisi oleh alumunium atau copper conductors (contoh: aluminum pole, antenna,

sailboat mast, crane), setiap orang yang menyentuh konduktor dapat


mengalami trauma listrik. Trauma yang terjadi pada pekerjaan biasanya pada orang yang bekerja ditempat yang berhubungan dengan listrik.

Low-voltage AC

Umumnya, 2 tipe dari trauma listrik bervoltase rendah terjadi; anak kecil menggigit kabel, mengakibatkan luka bakar pada bibir, muka dan lidah. Atau pada orang dewasa yang dihukum/sedang dibully oleh temannya menyentuh benda yang dapat menyetrum.

Direct current (DC) Trauma DC terjadi aliran listrik secara langsung, yang dapat menyebabkan electrothermal burns dan myonecrosis

7. Gejala Gejala tergantung dari banyak hal, termasuk : Tipe dan kekuatan voltase Level voltase 500-1000 volts dapat menyebabkan luka bakar pada organ dalam, hanya pada hitungan detik

Seberapa lama kontak terhadap listrik Bagaimana listrik masuk ketubuh Kondisi fisik

Gejala seperti:

Penurunan kesadaran Serangan jantung (nyeri pada dada, lengan, leher) Sakit kepala Masalah menelan, melihat atau mendengar Ventrikular fibrilasi Kekuatan voltase listrik (110 atau 230 V), 50 atau 60 Hz dapat menyebabkan ventricular fibrilasi.2 Jika listrik langsung kontak dengan

jantung (contoh : cardiac catheter atau elektroda), walaupun kurang dari 1 mA dapat menyebabkan fibrilasi. Jika tidak ditangani dengan defibrilasi, fibrilasi biasanya fatal karena sel otot jantung bergerak tidak teratur. Pada 200 mA, kontraksi otot sangat kuat sehingga otot jantung tidak dapat bergerak sama sekali.

Nyeri dan keram otot Kebas dan rasa kesemutan Sesak nafas Kejang Luka bakar dikulit

8. Pemeriksaan penunjang a. Laboratorium Darah lengkap Hemoglobin, hematocrit, white blood cell count Elektrolit Natrium, kalium, chloride, carbon dioxide, blood urea nitrogen, glucose Creatinine Resiko tinggi terjadinya rhabdomyolysis/myoglobinuria pada trauma listrik (angka kematian 59% untuk pasien dengan gagal ginjal akut.3) Urinalysis Specific gravity, pH, hematuria, dan urine myoglobin jika positif terdapat hemoglobin didalam urin Creatine kinase (CK) levels : dapat sangat meningkat pada pasien dengan kerusakan otot yang parah dari voltase yang tinggi. Beberapa evidence menyarankan pada CK yang tinggi dapat dilakukan fasciotomy (escaratomy) untuk mencegah amputasi4 CK-MB juga biasanya meningkat pada trauma listrik, tapi masih belum diketahui apa penyebabnya.2CK-MB dan troponin harus diperiksa jika

terjadi trauma listrik langsung pada dada/thotax, ada tanda terjadi iskemia atau aritmia pada pada EKG, atau pasien mengeluh nyeri dada Voltase yang tinggi dapat menyebabkan myoglobinuria, seperti luka bakar yang tebal dan compartment syndrome

b. Imaging studies Pemeriksaan penunjang dilakukan jika terjadi trauma tumpul,

perubahan status mental, dan cardiac or respiratory arrest Chest radiography setip pasien dengan cardiac or respiratory

arrest, susah bernapas, sakit dada, hypoxia, riwayat jatuh atau


trauma tumpul CT scan kepala Setiap pasien dengan perubahan status mental, trauma kepala, kejang, penurunan kesadaran Cervical/spine imaging Pasien dengan penurunan kesadaran atau trauma leher USG pada pasien dengan kecurigaan terjadi trauma dalam. Permintaan USG tergantung pada letak yang dicurigai

c. Test lain EKG Setiap pasien dengan keluhan nyeri dada, aritmia, cardiac arrest, hilang kesadaran, atau riwayat sakit jantung. Beberapa penelitian mengatakan voltase yang rendah pada pasien dengan tanpa keluhan jantung dan EKG yang normal dapat dipulangkan.

9. Penanganan Pertama Dirumah :

Jika dapat matikan semua sumber listrik. Cabut semua kabel listrik. Mematikan sumber listrik belum tentu menghentikan aliran listrik, jadi 9

jangan coba menyentuh seseorang yg kesetrum terutama dengan voltase yang tinggi Segera telp ambulance terdekat Jika sumber listrik tidak dapat dimatikan. Segera cari benda yang tidak berkonduksi, seperti sapu, kursi untuk mendorong orang yang tersetrum dari sumber listrik. Jangan gunakan benda yang basah atau berbahan metal. Sedapat mungkin untuk berdiri pada tempat yang kering dan yang tidak mudah terkonduksi oleh listrik, seperti berdiri diatas Koran

Dirumah sakit :

Setelah orang yang tersetrum tidak kontak terhadap aliran listrik, segera cek jalan napas, pernapasan, dan laju nadi (Airway, Breathing, Circulation). Jika nadi tidak teraba segera lakukan resusitasi jantung paru Jika terdapat luka bakar, Lepaskan pakaian yang mudah dilepaskan, dan bersihkan dengan air yang mengalir. Lihat tanda-tanda shock, baringkan pasien dengan kepala sedikit lebih rendah dari badan dan kaki dinaikkan, berikan selimut jika

memungkinkan Hati-hati dalam menggerakkan leher atau kepala karena biasanya terdapat cervical injury pada pasien Primary survey : harus memperhatikan traumatic injury seperti pneumothorax, peritonitis, atau fracture pelvis Setelah primary survey, mulai resusitasi cairan dan cek urine output 0.5-1 ml/kg/jam pada setiap pasien dengan luka bakar yang signifikan atau myoglobinuria. Furosemide atau mannitol merupakan pilihan untuk diuresis pada myoglobin. 10

Pada perawatan luka bakar, berikan vaksin tetanus (jika terdapat indikasi), perawatan luka, awasi jika terjadi compartment syndrome (dapat dilakukan fasciotomy)

10.

Komplikasi

a. Voltase rendah Jika terlihat tidak ada luka bakar dan kesadaran baik saat datang ke UGD, diharapkan pasien dapat sembuh total. Dilaporkan jarang terjadi aritmia menetap. Kesadaran menurun yang menetap merupakan prognosis yang buruk, dan kesembuhan total tidak dapat diharapkan setelah penurunan kesadaran lebih dari 24 jam.

b. Voltase tinggi Angka kematian dan amputasi masih tinggi pada kasus ini, oleh sebab itu harus segera ditangani

11.

Prognosis

Pada pasien tanpa penurunan kesadaran atau cardiac arrest, prognosis baik.

12.

Edukasi pasien

Jika pasien bekerja ditempat yang berhubungan dengan listrik, pakailah perlengkapan pelindung agar tidak tersengat listrik. Terutama peralatan yang tidak berkonduksi

11

Pada pasien anak disarankan kepada orang tua untuk menjauhkan benda yang berhungan dengan listrik. Serta hindari kabel dilantai agar anak tidak mudah menggigit

12

Daftar Pustaka 1. Judith Tintinalli. Emergency medicine fifth edition. John hopskin university school of medicine 2010. Hal 1.176-1.190 2. M. afzal mir. Atlas of clinical diagnosis second edition. Saunders 2003. Hal 141-150 3. Diunduh dari : http://en.wikipedia.org/wiki/electric_shock#cite_note-20 4. Diunduh dari : http://en.wikipedia.org/wiki/electic_shock#cite_note-ucsb-3

13

Anda mungkin juga menyukai