Unlock Kajian Kriteria Mutu Air
Unlock Kajian Kriteria Mutu Air
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Akhir Kajian Baku Mutu Kualitas Air Lampiran Peraturan Pemerintah (PP) No. 82/Tahun 2001 dapat diselesaikan pada waktunya. Salah satu amanat UU No.32/Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah penerapan Baku Mutu Lingkungan Hidup. Namun dalam penerapannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 82/Tahun 2001 masih perlu disempurnakan untuk itu telah dilaksanakan pengkajian PP No. 82/Tahun 2001 khususnya bagian Lampiran Kriteria Mutu Air. Laporan ini berisi dan membahas tentang Kriteria Mutu Air dari segi dampak kesehatan, kemampuan teknologi, perkembangan ilmu pengetahuan dll.
Pelaksanaan pengkajian lampiran PP No.82/tahun 2001 ini berdasarkan kepada pengumpulan data sekunder serta kajian peraturan pemerintah yang relevan
dengan studi. Juga dalam laporan ini dilengkapi dengan lampiran pemantauan air dan peraturannya. Penyusun menyadari bahwa laporan ini belumlah sempurna sehingga saran dan kritik membangun demi penyempurnaan dan perbaikan dari para pembacanya sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah membantu pengkajian ini kami ucapkan terima kasih
Serpong,
Januari 2012
Penyusun
LAPORAN FINAL
DAFTAR ISI
Hal Kata Pengantar.. Daftar Isi.. Daftar Tabel Daftar Gambar... PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah...................................................... 1.2. Tujuan.................................................................................. 1.3. Metodologi Kajian Baku Mutu Air........................................ 1.4. Penetapan Baku Mutu Air.................................................... SUMBER DAYA AIR. 2.1. Jenis Sumber Daya Air........................................................ 2.2. Pemanfaatan Sumber Air.. BAB 3 SISTEM BAKU MUTU AIR... 3.1. Sistem Baku Mutu Air. 3.2. Klasifikasi Kualitas Air 3.3. Status Trofik Danau dan Waduk.......................................... BAB 4 PARAMETER KELAS AIR PP 82 TAHUN 2001.. 4.1. Kriteria Kualitas Air pada Kelas Air.. BAB 5 KONDISI KUALITAS AIR SAAT INI... 5.1. Jaringan Pemantauan Kualitas Air..... 5.2. Tinjauan Kualitas Air Sungai Hasil Program Pemantauan... 5.3. Kualitas Air Spesifik Alamiah............................................... 5.4. Kadar Parameter Kualitas Air i ii iv v
BAB 1
1 1 3 3 3
BAB 2
5 5 5 9 9 12 15 17 17 22 22 23 27 27
ii
LAPORAN FINAL
BAB 6
USULAN REVISI KRITERIA KELAS AIR.. 6.1. Klasifikasi Kualitas Air.......................................................... 6.2. Kriteria Kelas Air..... 6.2.1. Kelompok Parameter Fisika... 6.2.2. Kelompok Parameter Kimia....................................... 6.2.3.Kelompok Parameter Kimia Logam dan Logam Berat 6.2.4. Kelompok Parameter Kimia Pestisida........................ 6.2.5. Kelompok Parameter Kimia Mikrobiologi................... 6.2.6. Kelompok Parameter Biologi..................................... KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan.......................................................................... 7.2. Saran....................................................................................
35 35 41 41 42 43 46 47 47
BAB 7
49 49 50
KRITERIA KELAS AIR PP 82 TAHUN 2001 HASIL ANALISA STATISTIK DATA PEMANTAUAN KUALITAS AIR 2010 REVISI KRITERIA KELAS AIR
iii
LAPORAN FINAL
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Kriteria Kelas Air PP No.82 Tahun 2001..................................... Kategori Status Trofik Danau..................................................... Kategori Parameter Kualitas Air pada Kelas Air......................... Jaringan Pemantauan Kualitas Air Pulau Pulau di Indonesia.. Tingkat Pencemaran Air Beberapa Sungai di Indonesia............ Rentang Kadar Parameter Kualitas Air Pulau-Pulau di 29 33 36 38 39 41 44 13 16 19 22 25
Indonesia..................................................................................... Tabel 5.4 Tabel 6.1 Tabel 6.2 Tabel 6.3 Tabel 6.4 Tabel 6.5 Tabel 6.6 Percentile Kadar Parameter Kualitas Air Berdasarkan Kelas Air Kasisifikasi Kualitas Air pada Berbagai Negara.......................... Klasifikasi Kualitas Air Berdasarkan Kategori Pemanfaatan Air Usulan Klasifikasi Mutu Air di Indonesia. Usulan Revisi Kriteria Kelas Air Parameter Fisika...................... Usulan Revisi Kriteria Kelas Air Parameter Kimia....................... Usulan Revisi Kriteria Kelas Air Parameter Kimia Logam dan Logam Berat............................................................................... Tabel 6.7 Tabel 6.8 Tabel 6.9 Usulan Revisi Kriteria Kelas Air Parameter Pestisida................. Usulan Revisi Kriteria Kelas Air Parameter Pestisida................. Usulan Revisi Kriteria Kelas Air Parameter Pestisida.................
45 47 48 48
iv
LAPORAN FINAL
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 1.1 Skema Alur Peraturan Perundang- Undangan Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.................... Gambar 1.2 Gambar 2.1 Skema Alur Penetapan Baku Mutu Air............................... Skema Sumber Daya Air yang Memerlukan Pengaturan Kualitas Air. Gambar 2.2 Gambar 3.1 Ketersediaan dan Pemanfaatan Air di Indonesia Sekema Sistem Baku Mutu Air untuk Pemanfaatan Air Perlindungan Ekosistemnya.................................................. 11 7 8 2 4
LAPORAN FINAL
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Lingkungan Hidup menetapkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Pengelolaan lingkungan hidup memerlukan baku mutu lingkungan sebagai acuan dan dasar hukum untuk pengendalian dan pengawasan pencemaran. Undang-undang tersebut mengamanatkan dalam pasal 20 kewajiban menetapkan Baku Mutu Air. Selain itu, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air telah berumur 10
tahun , sehingga memerlukan evaluasi dan revisi sesuai dengan perkembangan lingkungan hidup khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pencemaran sumber daya air. Beberapa permasalahan yang dihadapi di lapangan berkaitan dengan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air adalah sebagai berikut : 1. Jenis sumber daya air sebagai objek peraturan kurang spesifik, padahal sumber daya air di Indonesia memiliki berbagai perbedaan karakteristiknya. Sumber air tersebut antara lain adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. Sungai Air rawa dan gambut Danau dan waduk Mata air Air tanah
2. Kelas air sebagai dasar penyusunan baku mutu air perlu direvisi karena kurang sesuai dengan berbagai jenis pemanfaatan air, dan belum dapat diaplikasikan pada berbagai jenis sumber air. 3. Sumber pencemaran air yang diatur memerlukan identifikasi yang lebih
LAPORAN FINAL
bervariasi. Selain itu sumber pencemaran ada yang bersifat point source dan non point source yang memerlukan pengaturan yang berbeda. 4. Pengaturan baku mutu sumber air, daya tampung beban pencemaran air dan baku mutu air limbah memerlukan keterpaduan pengelolaan suatu daerah aliran sungai atau daerah tangkapan air agar memenuhi daya dukung lingkungannya.
Skema pada Gambar 1.1. menunjukkan alur perundangan pada saat ini yang berkaitan dengan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Perundangan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, sumber daya air dan kewenangan pemerintah serta pemerintah daerah telah diubah dengan undang-undang baru, sehingga PP No.82/tahun 2001 memerlukan revisi untuk penyesuaian dan pengembangannya. Skema pada Gambar 1.1. menunjukkan betapa pentingnya penetapan Kelas Air dan Baku Mutu Air untuk mengimplementasikan kebijaksanaan dan program pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
Gambar 1.1. Skema Alur Peraturan PerundangUndangan Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air KAJIAN KRITERIA MUTU AIR LAMP.PP.82/2001
LAPORAN FINAL
1.2.
Tujuan
Kajian Baku Mutu Air dimaksudkan untuk mengevaluasi Kriteria Kelas Air
merevisinya sesuai dengan kondisi kualitas air di Indonesia serta perkembangan ilmu pengetahuan kualitas air dan pencemaran air. Hasil kajian dan revisi Kelas Air tersebut akan digunakan sebagai bahan revisi Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001, khususnya yang berkaitan dengan pasal-pasal Kelas Air dan Lampiran Kriteria Kelas air.
1.3.
metodologi sebagai berikut: 1) Kajian Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, khususnya pasal-pasal yang berkaitan dengan Baku Mutu Lingkungan Hidup 2) Kajian Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, khususnya Kelas Air dan Kriteria kualitas air. 3) Kajian kualitas air pada berbagai sungai dan danau di Indonesia, yang meliputi parameter kualitas air dan kadarnya. 4) Kajian kriteria kualitas air untuk berbagai pemanfaatan air dari berbagai hasil penelitian 5) Perbandingan standar kualitas air dari negara-negara lain
1.4.
LAPORAN FINAL
Peraturan Perundangundangan
LAPORAN FINAL
2.1.
tahun 2004 tentang sumber daya air adalah sebagai berikut: sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung didalamnya dan sumber air didefinisikan sebagai tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah. Dalam PP No.82 tahun 2001 pasal 1 butir 1: Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara. Ketentuan ini dapat diteruskan, karena sudah sesuai dengan kondisi di Indonesia. Namun demikian penentuan Kelas Air dan Baku Mutu Air perlu meliputi semua jenis sumber air tersebut, yang pada umumnya secara alamiah memiliki karakteristik berbeda (Gambar 2.1), khususnya antara air permukaan dan air tanah. Demikian juga antara air permukaan terdapat perbedaan antara sungai dan danau serta waduk. Air sungaipun berbeda antara sungai pada umumnya dan sungai yang mengalir pada daerah rawa gambut (bersifat asam), dan muara sungai yang bersifat payau sampai asin. Gambar 2.1 menunjukkan skema jenis sumber daya air yang memerlukan penetapan Kelas Air, Baku Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Air.
2.2.
perlindungan pemanfaatan air dan ekosistem sumber daya air. Pemanfaatan air yang diatur dengan Undangundang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, memerlukan pengaturan kualitas air (Gambar 2.1). Pengaturan pengelolaan kualitas air pada sumber air memerlukan baku mutu pemanfaatan air untuk air minum, air perikanan, air irigasi persawahan dan keperluan lainnya. Baku mutu tersebut dapat diterbitkan dengan Peraturan Pemerintah sesuai dengan Pasal 20 pada Undang undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
KAJIAN KRITERIA MUTU AIR LAMP.PP.82/2001
LAPORAN FINAL
Berbagai jenis pemanfaatan air di Indonesia pada umumnya adalah sebagai berikut: a. air baku air minum b. air rekreasi c. air perikanan tangkap maupun perikanan budidaya d. air peternakan e. air pertanian dan pertanaman f. air baku industri dan pertambangan
Klasifikasi kualitas air memerlukan revisi, mengingat jenis pemanfaatan air tidak tersegmentasi namun tersebar dari hulu sampai muara sungai. Sedangkan kualitas air
sungai cenderung makin menurun dari hulu ke hilir. Indonesia sebagai negara trofis dengan curah hujan yang relatif tinggi memiliki ketersediaan air yang cukup, bahkan di musim hujan beberapa daerah sering dilanda banjir. Namun demikian pada musim kemarau ketersediaan air sangat terbatas, sehingga pada beberapa daerah yang berpenduduk banyak atau padat terjadi masalah kekurangan air. Gambar 2.2. menunjukkan nilai atau indeks ketersediaan air terhadap kebutuhan air. Sebagian besar wilayah di pulau Jawa mengalami kekurangan air karena kebutuhan air baku yang besar oleh jumlah penduduk yang banyak antara lain untuk air minum, air irigasi dan air industri , sedangkan debit air di musim kemarau relatif sangat rendah. Oleh karena itu pencemaran air akan memperparah kondisi kekurangan air tersebut.
LAPORAN FINAL
Gambar 2. 1. Skema Sumber Daya Air yang Memerlukan Pengaturan Kualitas Air
LAPORAN FINAL
Gambar 2.2. Ketersediaan dan Pemanfaatan Air di Indonesia (Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum, 2011)
LAPORAN FINAL
3.1.
Baku Mutu Air Limbah pada dasarnya mengacu pada Ketentuan Umum pada Pasal 1 PP No.82 tahun 2001. Ketentuan tersebut masih sesuai sehingga tidak memerlukan revisi, bahkan menjadi acuan revisi Baku Mutu Air dan Kelas Air, kecuali pencemaran air yang disesuaikan dengan UURI No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana pada point e. yaitu: a. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjaga agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya; b. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penangulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air; c. Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu; d. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air; e. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu air yang telah ditetapkan; f. Beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung didalam air atau ,air limbah; g. Daya tampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada suatu sumber air,untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi cemar;
LAPORAN FINAL
h. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaanya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan; Pengelolaan kualitas air memerlukan empat macam baku mutu, yaitu (Gambar 3.1): a. Baku Mutu Air untuk berbagai jenis pemanfaatan b. Kelas Air sebagai peringkat kualitas air pada sumber air . c. Baku Mutu Sumber Air, yang merupakan implementasi dan modifikasi Kelas Air pada sumber air atau ruas tertentu dari sumber air. d. Baku Mutu Air limbah sebagai syarat air limbah dapat dibuang ke sumber air. Selain itu diperlukan juga penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA), yang dihitung berdasarkan Kelas Air atau Baku Mutu sumber air dan debitnya. Selanjutnya pengendalian pencemaran air dilakukan dengan pengurangan beban pencemaran air agar memenuhi atau sesuai dengan DTBPA. Beberapa jenis pemanfaatan air yang memerlukan baku mutu, antara lain adalah: a. Sumber air minum: beberapa kategori baku mutu air baku dan proses pengolahan airnya b. Air peternakan: beberapa kategori baku mutu sesuai dengan tingkat kepekaan dan toleransi ternak terhadap pencemaran air. c. Air perikanan: beberapa kategori baku mutu sesuai dengan tingkat kepekaan dan toleransi jenis ikan terhadap pencemaran air d. Air irigasi: beberapa kategori baku mutu air irigasi pertanian sesuai dengan tingkat kepekaan dan toleransi tanaman (misalnya bibit padi sangat peka pencemaran, sedangkan tanaman padi dapat mentolerir pencemaran pada tingkat tertentu) e. Air industri: beberapa kategori baku mutu air industri sesuai dengan proses
pengolahan air baku agar dapat mengolah air baku dengan tingkat kualitas air atau tingkat pencemaran air tetentu. f. Perairan untuk rekreasi dan olahraga air
g. PLTA, yang hanya menggunakan enersi hidraulik air dan tidak mengubah kualitasnya h. Air untuk konservasi kehidupan biota akuatik (hidrobiologi) Kelas Air dan Baku Mutu Air (BMA) perlu memperhatikan dua aspek penting, yaitu: a. Pemanfaatan sumber daya air dan persyaratan kualitasnya (atau baku mutu pemanfaatan air bila telah ada)
KAJIAN KRITERIA MUTU AIR LAMP.PP.82/2001
10
LAPORAN FINAL
b. Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA), dimana makin ketat BMA maka makin rendah DTBPA dan makin rendah daya dukungnya terhadap lingkungan.
AIR MINUM
Gambar 3.1. Skema Sistem Baku Mutu Air untuk Pemanfaatan Air Perlindungan Ekosistemnya
11
LAPORAN FINAL
3.2.
dengan Lampiran Kriteria Mutu Air berdasarkan Kelasnya. Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukkan tertentu. Pembagian kelas air ini didasarkan pada peringkat tingkatan baiknya mutu air, dan kemungkinan kegunaannya. Tingkatan mutu air dari setiap kelas disusun berdasarkan kemungkinan kegunaannya bagi suatu peruntukkan. Kriteria mutu air adalah tolok ukur mutu air untuk setiap kelas air. Definisi pada Pasal 8 PP No.82/2001 adalah sebagai berikut: (Tabel 3.1) a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan peruntukkan lain dengan syarat kualitas yang sama. b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pertanaman, dan peruntukkan lain dengan syarat kualitas yang sama c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pertanaman, dan peruntukkan lain dengan syarat kualitas yang sama d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan peruntukkan lain dengan syarat kualitas yang sama
12
LAPORAN FINAL
Kelas Mutu Air No Prameter Unit I Fisika 1 2 3 Temperatur Residu Terlarut Residu Suspensi C Mg/L Mg/L 1.1 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 pH BOD COD DO Phosphate (PO4- P) Nitrat (NO3 N) NH3-N Arsen Kobalt Barium Boron Selenium Kadmium Khrom (VI) Tembaga Besi Timbal Mangan Air raksa Seng Khlorida Sianida Fluorida Nitrit (NO2- N) Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L 1 Devia si 3 1000 50 Deviasi 3 1000 50 Deviasi 3 1000 400 Deviasi 5 2000 400 II III IV
Kimia Inorganik 6-9 6-9 2 10 6 0.2 10 0.5 0.05 0.2 1 1 0.01 0.01 0.05 0.02 0.3 0.03 0.1 0.001 0.05 600 0.02 0.5 0.06 3 25 4 0.2 10 (-) 1 0.2 (-) 1 0.05 0.01 0.05 0.02 (-) 0.03 (-) 0.002 0.05 (-) 0.02 1.5 0.06
6-9 6 50 3 1 20 (-) 1 0.2 (-) 1 0.05 0.01 0.05 0.02 (-) 0.03 (-) 0.002 0.05 (-) 0.02 1.5 0.06
5-9 12 100 0 5 20 (-) 1 0.2 (-) 1 0.05 0.01 1 0.2 (-) 1 (-) 0.005 2 (-) (-) (-) (-)
13
LAPORAN FINAL
28 29 30
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Minyak dan lemak MBAS Fenol BHC Aldrin Chlordane DDT Heptachlor Lindane Methoxychlor Endrin Toxaphan
Ug/L Ug/L Ug/L Ug/L Ug/L Ug/L Ug/L Ug/L Ug/L Ug/L Ug/L Ug/L
Kimia Organik 1000 1000 200 1 210 17 3 2 18 56 35 1 5 Mikrobiologi 200 1 210 (-) (-) 2 (-) (-) (-) 4 (-)
(-) (-) (-) (-) (-) (-) 2 (-) (-) (-) (-) (-)
43
Fecal coliform
Jml/100 ml Jml/100 ml
100
1000
2000
2000
44
Total Coliform
1000
5000
10000
10000
Radioaktivitas 45 46 1.2.1 Gross-A Gross-B Bq/L Bq/L 0.1 1 Parameter Tambahan SAR % Na Ni -% Mg/L 0.1 1 0.1 1 0.1 1
14
LAPORAN FINAL
3.3.
berdasarkan Kelas Air, juga perlu diklasifikasikan status proses eutrofikasi yang disebabkan adanya peningkatan kadar unsur hara dalam air. Faktor pembatas sebagai penentu eutrofikasi adalah unsur Fosfor (P) dan Nitrogen (N). Pada umumnya rata-rata tumbuhan air mengandung Nitrogen dan Fosfor masing-masing 0,7 % dan 0,09% dari berat basah. Fosfor membatasi proses eutrofikasi jika kadar Nitrogen lebih dari delapan kali kadar Fosfor, sementara Nitrogen membatasi proses eutrofikasi jika kadarnya kurang dari delapan kali kadar Fosfor (UNEPIETC/ILEC, 2001). Klorofiladalah pigmen tumbuhan hijau yang diperlukan untuk tersebut mengindikasikan kadar biomassa algae,
dengan perkiraan rata-rata beratnya adalah 1% dari biomassa. Eutrofikasi yang disebabkan oleh proses peningkatan kadar unsur hara terutama parameter Nitrogen dan Fosfor pada air danau. Proses tersebut diklasifikasikan dalam
empat kategori status trofik kualitas air danau dan waduk berdasarkan kadar unsur hara dan kandungan biomasa atau produktivitasnya (Tabel 3.2): 1) Oligotrofik adalah status trofik air danau dan waduk yang mengandung unsur hara dengan kadar rendah; status ini menunjukkan kualitas air masih bersifat alamiah belum tercemar dari sumber unsur hara Nitrogen dan Fosfor. 2) Mesotrofik adalah status trofik air danau dan waduk yang mengandung unsur hara dengan kadar sedang; status ini menunjukkan adanya peningkatan kadar Nitrogen dan Fosfor namun masih dalam batas toleransi karena pencemaran air. 3) Eutrofik adalah status trofik air danau dan waduk yang mengandung unsur hara dengan kadar tinggi; status ini menunjukkan air telah tercemar oleh peningkatan kadar Nitrogen dan Fosfor. 4) Hipereutrofik / Hipertrofik adalah status trofik air danau dan waduk yang mengandung unsur hara dengan kadar sangat tinggi; status ini menunjukkan air telah tercemar berat oleh peningkatan kadar Nitrogen dan Fosfor. belum menunjukkan adanya indikasi
15
LAPORAN FINAL
16
LAPORAN FINAL
4.1.
agar menghasilkan peraturan yang dapat diimplementasikan dan tidak menimbulkan kerancuan atau salah interpretasi oleh penggunanya. Parameter kualitas air dan kadarnya pada Lampiran PP No.82/2001 tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut (Tabel 4.1): Kategori 1: Parameter yang memperhatikan kondisi alamiah, yaitu pH Kategori 2: Kadar parameter pada kelas yang lebih tinggi makin besar sesuai dengan kelasnya, yaitu Residu Tersuspensi, BOD, COD, Fluorida, Klorida, PO4-P, Arsen, NO3-N, COD, Se, Endrin, Coli tinja, Coli total Kategori 3: Kadar parameter pada kelas yang lebih tinggi makin kecil yaitu DO Kategori 4: Kadar parameter Kelas 1 = Kelas 2 = Kelas 3 = Kelas 4, yaitu Boron,
Kadmium, Kobalt, DDT, Radioaktif Gross A, Radioaktif Gross B Kategori 5: Kadar parameter Kelas 1 = Kelas 2 = Kelas 3, yaitu: Zat Padat Terlarut, Cr-6, NO2-N, pH, CN, Klorin bebas, S-H2S, Cu, Pb, Zn, Minyak-lemak, MBAS, Phenol, BHC, sedangkan Kelas 4 tidak disyaratkan Kategori 6: Kadar parameter pada kelas yang lebih tinggi disyaratkan , yaitu (Kelas 2, 3 dan 4) tidak
Heptachlor/Heptachlor epoxide, Lindane, Methoxychlor dan Toxaphen. Sebaiknya semua kelas memiliki syarat kualitas air, sebagai antisipasi pembuangan beban pencemaran yang berlebihan pada sumber air yang memiliki kelas tersebut. Daya tampung beban pencemaran air yang digunakan sebagai acuan perizinan air limbah memerlukan kadar parameter pada Kelas Air yang telah ditetapkan. Kategori 7 : Parameter yang kontroversi antara Kelas Air dan pemanfaatan air
KAJIAN KRITERIA MUTU AIR LAMP.PP.82/2001
17
LAPORAN FINAL
a. Kadar parameter untuk air minum jauh lebih tinggi dari Kelas 1), yaitu: Residu suspensi ( 5000 mg/l >>> 50 mg/l), Tembaga ( 1,0 mg/l >> 0,02 mg/l), Besi (5 mg/l >> 0,3 mg/l), Timbal (0,1 mg/l > 0,03 mg/l = Kelas 4), Seng (5 mg/l >> 0,05 mg/l = Kelas 5), Nitrit ( 1 mg/l >>0,06 mg/l= Kelas 4), Sulfida (0,1 mg/l >> 0,002 mg/l = Kelas 4), bakteri fecal coliform (2000 >>100 jlh/100ml = Kelas 4) dan bakteri total coliform (10.000 >> 1000 jlh/100 ml = Kelas 4) b. Kadar parameter perikanan: Ammonia << Kelas 1, namun penggunaan air untuk perikanan ditempatkan pada Kelas 2, dimana kadar amonia tidak disyaratkan.
Parameter kualitas air pada Kategori 4, 5 dan 6 memerlukan koreksi pada sistem klasifikasi dan cara penentuan kadar parameter. Sedangkan Kategori 6 tesebut menunjukkan diperlukannya baku mutu pemanfaatan air, khususnya air baku untuk air minum. Selain itu diperlukan tambahan parameter antara lain: a. Parameter logam Nikel, mengingat banyak industri pelapisan metal yang membuang limbah tersebut b. Parameter Natrium dalam bentuk nilai SAR (sodium absorsi ratio) dan % Na, yang sangat diperlukan untuk melindungi air irigasi dan lahan pertanian dari pencemaran alkali.
18
LAPORAN FINAL
No
Parameter
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kategori 2: Kadar parameter pada kelas yang lebih tinggi makin besar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Residu suspensi BOD COD Air raksa PO4-P Arsen NO3-N COD Se Coli tinja 2 10 0,001 0,2 0,05 10 10 0,01 100 50 50 3 25 0,002 0,2 1,0 10 25 0,05 1000 400 6 50 0,002 1,0 1,0 20 50 0,05 2000 400 12 100 0.005 5,0 1,0 20 100 0,05 2000 10000
Coli total
1000
5000
10000
Kategori 2: Kadar parameter pada kelas yang lebih tinggi makin besar
1 DO 6 4 3 0
19
LAPORAN FINAL
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
0,02 0,03 0,002 0,02 0,03 0,05 1,0 0,2 0,001 0,210
0,02 0,03 0,002 0,02 0,03 0,05 1,0 0,2 0,001 0,210
0,02 0,03 0,002 0,02 0,03 0,05 1,0 0,2 0,001 0,210
Tabel 4.1. Kategori Parameter Kualitas Air pada Kelas Air (Lanjutan)
No
Parameter
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kategori 5: Kadar parameter pada kelas yang lebih tinggi tidak disyaratkan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Fluorida Klorida NH3-N Besi Mn Barium Aldrin/Dieldrin Chlordane Heptachlor Lindane Methoxychlor Endrin Toxaphen 0,5 600 0,5 0,3 0,1 1,0 0,017 0,003 0,018 0,056 0,035 0,001 0,005 1,5 ----------0,004 -1,5 ----------0,004 ---------------
Kategori6: Kadar pada Kelas Air air tidak konsisten dengan kadar pada pemanfaatan air
Air minum = Kelas 1 1 Residu suspensi Kelas 1 50 Air Minum 5000
20
LAPORAN FINAL
2 3 4 5 6 7 8 9
Tembaga Besi Timbal Seng Nitrit NO2-N Sulfida H2S Fecal coliform Total coliform Air Perikanan = Kelas 2
0,02 0,3 0,03 0,05 0,06 0,002 100 1000 Perikanan 0,02
10
Amonia NH4-N
Kategori 8: Parameter yang dikeluarkan/ tidak disyaratkan pada Kelas Air, akan tetapi diatur dengan peraturan perundangan lain
1 Radioaktivitas
21
LAPORAN FINAL
5.1.
PROKASIH mengatasi laju peningkatan pencemaran air. Berdasarkan data pemantauan kualitas air PUSARPEDAL tahun 2009 yang meliputi Indonesia, sebagian sungai dan danau di
pemantauan sebanyak 303, sedangkan frekwensi pemantauan bervariasi 1 sampai 5 kali setahun (Tabel 5.1). Sungai yang dipantau terdiri dari sungai nasional dan sungai provinsi, sedangkan lokasi yang dipantau adalah induk sungai dan anak sungai mewakili segmen daerah.
22
LAPORAN FINAL
5.2.
atau penurunan tingkat pencemarannya. Data time series kualitas air dapat digunakan sebagai acuannya. Kualitas air beberapa sungai di Indonesia yang dikumpulkan oleh PUSARPEDAL serta instansi lainnya di Pusat dan di Daerah dapat digunakan sebagai bahan kajian penilaian kondisi kualitas air pada saat ini. Meskipun PP No.82 tahun 2001 memberikan persyaratan kualitas air dan parameternya , namum pemantauan kualitas air sungai belum sepenuhnya mengikuti ketentuan tersebut, sehingga hasil evaluasinya juga terbatas. Meskipun demikian,
parameter penting pada umumnya di pantau sehingga dapat digunakan sebagai bahan penilaian tingkat pencemaran air sebagai sasaran PROKASIH. Penilaian tingkat pencemaran air dapat menggunakan metode Storet apabila datanya time series minimal 3 kali. Namun pada kajian ini penilaian kualitas air dimaksudkan untuk bahan penentuan parameter kualitas air yang menjadi target sasaran pengendalian pencemaran air, sehingga dipilih metode statistik. Metodenyapun sederhana dan cepat, yaitu mengklasifikasikan parameter kualitas air berdasarkan jumlah lokasi dan frekwensinya yang tidak memenuhi baku mutu air (BMA) . Sedangkan BMA yang dipilih sebagai tolok ukur pada metode ini adalah Kelas 2. Kategori yang digunakan untuk evaluasi pencemaran air sungai adalah sebagai berikut (Tabel 5.2) : 1. Kategori 1: Memenuhi syarat Kelas 2 semua lokasi sepanjang waktu 2. Kategori 2: Tidak memenuhi syarat Kelas 2 < 50 %, merupakan parameter prioritas pengendalian pencemaran air 3. Kategori 3: Tidak memenuhi syarat Kelas 2 > 50 %, merupakan parameter super prioritas pengendalian pencemaran air 4. Kategori 4: Tidak ada data atau tidak dipantau sehingga tidak dapat dievaluasi 5. Kategori 5: Tidak disyaratkan pada Kelas 2 (misalnya Ammonia atau NH4).
Sungai yang dipilih untuk evaluasi awal adalah 12 sungai berdasarkan data tahun 2008 dan 2009, dengan hasil sebagai berikut: a. Parameter Lumpur Tersuspensi (total suspended solid atau TSS) yang menunjukkan kerusakan sungai oleh erosi dan sedimentasi merupakan parameter superprioritas untuk dikendalikan pada 7 sungai, yaitu Cisadane, Citarum, Citanduy, Progo, Barito dan Sadang.
KAJIAN KRITERIA MUTU AIR LAMP.PP.82/2001
23
LAPORAN FINAL
b. Parameter BOD, COD dan Sulfida yang menunjukkan pencemaran zat organik dan proses pembusukannya merupakan parameter superprioritas untuk dikendalikan pada 10 sungai, yaitu Kampar, Cisadane, Ciliwung, Citarum, Citanduy, Progo, Brantas, Barito dan Sadang. Parameter ini berasal antara lain dari limbah domestik, limbah industri, limbah ternak dan limbah agroindustri. c. Parameter logam Besi, Mangan dan Tembaga yang menunjukkan pencemaran bahan mineral merupakan parameter superprioritas untuk dikendalikan pada 5 sungai, yaitu Kampar, Batanghari, Ciliwung, Progo dan Barito. Parameter ini berasal antara lain dari limbah industri dan sisa galian bahan pertambangan d. Parameter Faecal Coliform dan Total Coliform yang menunjukkan pencemaran limbah tinja merupakan parameter superprioritas pada 8 sungai, yaitu Kampar, Cisadane, Ciliwung, Citarum, Citanduy, Progo, Brantas dan Sadang. Parameter ini berasal dari limbah manusia dan hewan. e. Sungai-sungai yang superkritis dengan parameter pencemar superprioritas sebanyak 5 atau lebih adalah Kampar, Ciliwung, Citarum, Citanduy, Progo, Barito dan Sadang
24
LAPORAN FINAL
No
Prameter
Kampar
Batanghari
Musi
Cisadane
Ciliwung
Citarum
Citanduy
Progo
Brantas
Barito
Sadang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Temp. TDS TSS. pH BOD COD DO PO4-P NO3-N NO2-N NH4-N Sianida Fluorida Khlorin Sulfida Boron Minyak MBAS Fenol Sulfat Khlorida Arsen Kobalt Barium Selenium Kadmium Khrom 6 Tembaga Besi Gambut Gambut Intrusi Industri Intrusi
25
LAPORAN FINAL
30 31 32 33 34 35
Warna
Keterangan Memenuhi syarat Kelas 2 semua lokasi sepanjang waktu Tidak memenuhi syarat Kelas 2 < 50 % Tidak memenuhi syarat Kelas 2 > 50 % Tidak ada data Tidak disyaratkan pada Kelas 2
26
LAPORAN FINAL
5.3.
juga masih dikaji, agar kriteria kelas air memperhatikan kondisi spesifik tersebut. Sebagai contoh adalah data kualitas air berikut (sumber: BPLHD Provinsi Riau dan BPLHD Provinsi Kalimantan Selatan): a. Sei Nili anak S.Kampar di Provinsi Riau pada 30 April tahun 2009 menunjukkan pH 4,42 , disebabkan pengaruh air rawa gambut yang memang bersifat asam. b. S.Paku Sengingi anak S.Kampar juga pada 3 Agustus 2009 menunjukkan pH 4,02 c. S.Alalak anak S.Barito di Provinsi Kalimantan Selatan pada Agustus 2008 menunjukkan pH 4,32 yang juga disebabkan pengaruh air rawa gambut. d. Danau Batur di Provinsi Bali memiliki kadar zat padat telarut melebihi 1000 mg/l yang disebabkan pengaruh lahar G.Batur
5.4.
evaluasi statistik perhitungan nilai percentile tiap parameter kualitas air. Evaluasi kadar parameter kualitas air Indonesia tersebut dikelompokkan berdasarkan pulau dan kepulauan (Tabel 5.3, uraian lengkap pada Lampiran 2). 1. Pulau Sumatera: a) Terdapat lokasi pemantauan kualitas air di hilir sungai yang terpengaruh air laut, sehingga kadar TDS tinggi tidak memenuhi syarat Kelas 4 b) Kadar median/ rerata Kelas 2. c) Kadar minimal pH pada beberapa lokasi bersifat asam karena pengaruh asam gambut d) Kadar maksimal sebagian besar parameter tidak memenuhi Kelas 2, kecuali Cl, SO 4 dan NO3-N 2. Pulau Jawa a) Kadar median/ rerata semua parameter normal dan memenuhi syarat Kelas 2, kecuali BOD. b) Kadar maksimal sebagian besar parameter tidak memenuhi Kelas 2 sebagian besar parameter normal dan memenuhi syarat
27
LAPORAN FINAL
3. Pulau Kalimantan a) Kadar median/ rerata Kelas 2, kecuali BOD b) Kadar minimal pH pada beberapa lokasi bersifat asam karena pengaruh asam gambut c) Kadar maksimal sebagian besar parameter tidak memenuhi Kelas 2, kecuali TDS, pH, Cl, SO4 dan NO3-N 4. Pulau Sulawesi a) Terdapat lokasi pemantauan kualitas air di hilir sungai yang terpengaruh air laut, sehingga kadar TDS tinggi tidak memenuhi syarat Kelas 4 b) Kadar median/ rerata Kelas 2 c) Kadar minimal pH pada beberapa lokasi bersifat asam dengan pH sangat rendah d) Kadar maksimal sebagian besar parameter tidak memenuhi Kelas 2, kecuali pH, Cl, dan NO3-N 5. Kepulauan Maluku a) Kadar median/ rerata sebagian besar parameter normal dan memenuhi syarat Kelas 2, kecuali BOD, minyak, Coli Tinja dan Coli Total b) Kadar maksimal sebagian besar parameter tidak memenuhi Kelas 2, kecuali TDS, pH, Cl, SO4 dan NO3-N 6. Pulau Papua a) Kadar median/ rerata sebagian besar parameter normal dan memenuhi syarat Kelas 2, kecuali minyak. b) Kadar maksimal sebagian besar parameter tidak memenuhi Kelas 2, kecuali TDS, NO2-N , NO3-N, Detergen / MBAS dan Coli Total 7. Kepulauan Bali, NTB, NTT a) Terdapat lokasi pemantauan kualitas air di hilir sungai yang terpengaruh air laut, sehingga kadar TDS tinggi ridak memenuhi syarat Kelas 4 b) Kadar median/ rerata Kelas 2, kecuali minyak c) Kadar maksimal sebagian besar parameter tidak memenuhi Kelas 2, kecuali pH, dan Cl sebagian besar parameter normal dan memenuhi syarat sebagian besar parameter normal dan memenuhi syarat sebagian besar parameter normal dan memenuhi syarat
28
LAPORAN FINAL
No
Pulau Sumatera: berdasarkan 401 data pantau Minimal Maksimal Median 1.2 4860 24.4 1 669 26.35 3.24 8.8 6.41 1.5 8 5.6 0.2 18.8 2.22 0 141 8.4 0.75 26 1.5 1 587 2.99
Pulau Jawa: berdasarkan 398 data pantau Minimal Maksimal Median 3 2000 180 1 2195 71 5.76 9.7 7.5 0 8.65 5.4 0.30 59.4 4,0 4.3 261 17 4 1806 14 1.9 1340 18
Pulau Kalimantan: berdasarkan 348 data pantau Minimal Maksimal Median 7.5 381 26 10 387 63 5 7.11 6.52 1.87 7.9 4.23 0.18 175.8 12.3 1.99 114.8 28.8 4.84 17.74 11.58 0.001 7.64 1.01
Pulau Sulawesi: Minimal Maksimal Median 0.18 13277 160 4 2610 71 3.11 8.53 7.35 0 8,0 6.62 0.06 107 2.5 0 92.2 10 4.95 30.9 13.49 0 727 0
Kepulauan Maluku: Minimal Maksimal Median 7 218 101 1 302 9 6.5 8.3 7.35 3.5 9.3 7.25 2.8 20.3 5,0 1 177 10 0.8 5.2 1.4 2 64 3.3
Pulau Papua: Minimal Maksimal Median 28.7 139 35.8 3,6 385 39.5 6.44 9.5 6.88 3.32 7.59 6.88 0.31 8.31 2.23 3 269 8
29
LAPORAN FINAL
2.28 2235 95
2 319 15.2
0.01 800 4
Sumber: Hasil Pengolahan Statistik Tim Konsultan berdasarkan Data Kualitas Air PUSARPEDAL 2010
30
LAPORAN FINAL
Tabel 5.3. Rentang Kadar Parameter Kualitas Air Pulau-Pulau di Indonesia (Lanjutan)
No
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
ig/l x1000
31
LAPORAN FINAL
Median 7
0.003
0.11
0.3
9250
8.5
0,017
1,10
Sumber: Hasil Pengolahan Statistik Tim Konsultan berdasarkan Data Kualitas Air PUSARPEDAL 2010
32
LAPORAN FINAL
Tabel 5.4. Percentile Kadar Parameter Kualitas Air Berdasarkan Kelas Air
ParaNo meter 1 TDS 1,2,3 4 2 TSS 1,2 3,4 3 pH 1 2 3 4 DO 1 2 3 4 5 BOD 1 2 3 4 6 COD 1 2 3 4 7 Cl 1 2 3 8 SO4 1 2 3 9 NO2N 1,2,3 1000 2000 50 400 5 6 9 6 4 3 0 2 3 6 12 10 25 50 100 600 250 300 400 250 300 0.06 Kelas Kadar
Sumatera 0.956 0.963 0.656 0.996 0.07 0.3 1,00 0.62 0.11 0.02 0.43 0.6 0.81 0.967 0.7 0.92 0.986 0.967 0.97 1,00 1,00 0.990 0.987 0.988 0.21
Kaliman-
Jawa
tan
Sulawesi 0.986 0.987 0.45 0.944 0.114 0.15 1,00 0.31 0.1 0.06 0 0.4 0.55 0.76 0.965 0.5 0.823 0.913 1,00 1,00 1,00 1,00 0.940 0.934 0.935 0.8
Maluku
Papua
Bali, NTB, NTT 0.996 0.999 0.844 0.947 0 0.03 1,00 0.5 0.06 0.01 0.4 0.56 0.85 0.979 0.43 0.552 0.58 0.606 0.994 0.984 0.985 0.95
0.985 1,00 0.450 0.888 0.001 0.002 0.94 0.74 0.17 0.091 0 0.11 0.34 0.67 0.838 0.21 0.627 0.867 0.966 0.97 0.958
1,00 1,00 0.34 1,00 0.01 0.3 1,00 0.93 0.36 0.11 0.05 0.087 0.202 0.47 0.061 0.397 0.865 0.981 1,00 1,00 1,00
1,00 1,00 0.786 1,00 0 0 1,00 0.14 0.04 0 0 0.01 0.72 0.918 0.5 0.872 0.899 0.978 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0.955
1,00 1,00 0.564 1,00 0 0 0.98 0.345 0.11 0 0.43 0.77 0.91 1,00 0.548 1,00 0.562 0.71 1,00
33
LAPORAN FINAL
4 10 11 NH3N NO3N 1 1,2 3,4 12 PO4P 1,2 3 4 13 Minyak 1,2,3 4 14 MBAS 1,2,3 4 15 Coli tinja 1 2 3 4 16 Coli total 1 2 3 4 100 1000 2000 2000 1000 5000 10000 10000 0.3 0.876 0.931 0.931 0.5 0.87 0.900 0.900 0.236 0.562 0.588 0.588 0.470 0.586 0.613 0.613 0.703 0.836 0.895 0.895 0.638 0.817 0.833 0.833 0.191 0.61 0.79 0.79 0.357 0.7 0.865 0.865 0.235 0.48 0.66 0.66 0.039 0.482 0.62 0.62 0.675 0.878 0.96 0.96 0.461 1,00 1,00 1,00 0.311 0.553 0.489 0.489 0.243 0.323 0.332 0.332 200 0.793 0.87 0.972 1,00 0.4 1,00 0.75 0.5 10 20 0.2 1,00 5 1000 0.81 0.984 1 0.76 0.96 0.884 0.94 0.81 0.933 0.949 0.56 0.93 0.017 0.5 0.9778 0.83 0.83 0.94 0.981 1,00 0.5 0.890 0.576 0.576 0.636 0.73 0.828 0.828 0.5 0.986 1,00 0.95 1,00 1,00 0.82 0.73 1,00 1,00 0 0.5 0.99 0.517 0.993 0.55 0.55 0.7 0.97 0.993 0.340
Sumber: Hasil Pengolahan Statistik Tim Konsultan berdasarkan Data Kualitas Air PUSARPEDAL 2010
34
LAPORAN FINAL
6.1.
sebagai berikut: a. Air baku untuk air minum tidak hanya menggunakan air Kelas 1, akan tetapi juga Kelas 2 dan 3 dengan menggunakan berbagai teknologi pengolahan air tergantung kualitas air baku b. Budidaya perikanan dan pertanian juga dapat dilaksanakan pada kelas air yang lebih buruk tergantung kepekaan dan toleransi terhadap pencemaran air pada jenis ikan dan jenis tanaman yang dipelihara c. Zonasi jenis pemanfaatan air tidak mudah dilaksanakan, mengingat pada sebagian besar wilayah terdapat gabungan berbagai jenis pemanfaatan air. Negara-negara lain telah memperhatikan kondisi tersebut pada klasifikasi kualitas airnya (Tabel 6.1 dan Tabel 6.2). Kategori kelas air di Indonesia juga perlu dipertimbangkan, yaitu ketentuan 5 kelas air (Tabel 6.3) , dimana sumber air baku dapat ditetapkan pada Kelas 1, Kelas 2 dan Kelas 3. Instalasi PDAM menyesuaikan teknologi pengolahan air sesuai dengan kelas air bakunya. Teknologi instalasi air minum untuk berbagai kondisi air baku dapat diatur dengan standard teknologi sarana pengolahan air minum. Revisi klasifikasi air diperlukan sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan jenis pemanfaatan air serta teknologi penyediaan dan pengolahan air. Selain itu sumber air yang pada saat ini dinilai tidak berkelas karena kualitasnya lebih buruk dari Kelas 4 harus dilindungi atau dikonservasi untuk keperluan masa yang akan datang sehingga dikategorikan Kelas 5. Upaya tersebut juga harus selaras dengan pertumbuhan ekonomi, antara lain perkembangan industri dan pertambangan yang juga memerlukan perairan penampung air limbah yang telah dikendalikan pencemarannya. Klasifikasi yang direvisi adalah sebagai berikut:
KAJIAN KRITERIA MUTU AIR LAMP.PP.82/2001
35
LAPORAN FINAL
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan peruntukkan lain b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pertanaman, dan peruntukkan lain dengan syarat kualitas yang sama c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pertanaman, air industri, air pertambangan, dan peruntukkan lain dengan syarat kualitas yang sama d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman, air industri, air pertambangan, dan peruntukkan lain dengan syarat kualitas yang sama e. Kelas lima, air yang tidak memenuhi syarat peruntukkan air namun harus dikonservasi f. Air baku air minum selain menggunakan sumber air Kelas 1, dapat juga menggunakan Kelas 2 dan Kelas 3, apabila proses dan sarana pengolahannya mampu mengolah air baku menjadi air minum yang memenuhi syarat kesehatan.
AA: M-1
I: M-1
1: M-1
I: M-1 I: Ik-1
AA: M-1
36
LAPORAN FINAL
Peternakan (Tr) Pertanian (Tn) Mandi/renang (R) 4 Air baku (M) Perikanan (Ik) Pertanian (Tn) Industri (Id) Rekreasi (R) 5 Air baku (M) Industri (Id) Pertanian (Tn) Peternakan (Tr) Konservasi 6 Industri (Id) Konservasi (K) Tdk berkelas Navigasi (N)
III: Tr III: Tn 3: T IIB:R 4: M-4 C: Ik-3 IV: Tn C: Id-1 IV:Id-1 4: Id C: Id-1 C: R-2 IV:Ik-4 III: M-3 III: Ik-3 C: Ik
D: Id-2 D: Tn
V:Id-2 IV: Tn
D: Id-2 D: Tn
V:K E: Id-3 E: K 5: N
37
LAPORAN FINAL
Memerlukan proses pengolahan konvensional Kualitas air dapat diterima dan memerlukan pemantauan ketat
Irigasi
Air irigasi untuk semua tanaman termasuk yang sangat peka dan semua jenis tanah
Air irigasi hanya dapat digunakan untuk tanaman yang toleran, tanah basa atau netral
Air irigasi hanya dapat digunakan untuk tanaman yang sangat toleran, tanah basa atau netral
Peternakan
Air minum hanya untuk binatang dewasa, tidak mudah sakit, pemantauan ketat diperlukan Air sesuai untuk semua jenis ikan dewasa sedikit peka
Perikanan
Air sesuai untuk semua jenis ikan, termasuk telor ikan, bibit ikan, dan ikan peka
38
LAPORAN FINAL
Air baku (M) Rekreasi air (R) Perikanan (Ik) Peternakan (Tr) Pertanian (Tn) Industri (Id) Konservasi (K)
K M-2
Konservasi sumber daya air Proses konventional: sedimentasi, koagulasi, filtrasi, disinfeksi Tidak kontak air Perikanan dan ekosistem akuatik kurang peka Peternakan peka pencemaran air Tanaman peka pencemaran air Proses konventional Konservasi sumber daya air Proses kompleks: konventional plus
R-2 Ik-2
Air baku (M) Rekreasi air (R) Perikanan (Ik) Peternakan (Tr) Pertanian (Tn) Industri (Id) Konservasi (K)
Tanaman yang tidak peka pencemaran air Proses pengolahan konventional plus Konservasi sumber daya air
Tr-3
39
LAPORAN FINAL
Pertanian (Tn)
Tn-3
Tanaman yang dapat mentolerir pencemaran air Proses pengolahan kompleks Konservasi sumber daya air Tidak sesuai atau tidak ekonomis
Air baku (M) Rekreasi air (R) Perikanan (Ik) Peternakan (Tr) Pertanian (Tn) Industri (Id) Penggelontoran (G)
PL
40
LAPORAN FINAL
Residu Suspensi
mg/L
50
50
400
400
<1000
Transparansi
10
2,5
<2,5
--
Warna
PtCo Unit
15
50
100
150
--
41
LAPORAN FINAL
6.2.2. Kelompok Parameter Kimia Usulan Revisi Kriteria Kelas Air Kelompok Parameter Kimia adalah sebagai berikut (Tabel 6.5): 1) Derajat Keasaman atau pH; tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 3 sama 6,0 9,0 sedangkan Kelas 4 adalah 5,0 9,0. Tambahan Kelas 5 juga 5,0 9,0. 2) Biochemical Oxygen Demand atau BOD: tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan adalah 2,0 3,0 6,0 12,0 mg/l 3) Chemical Oxygen Demand atau COD : reviisi Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan adalah 10,0 25,0 40,0 80,0 mg/l, dan tambahan Kelas 5 adalah 100 mg/l 4) Dissolved Oxygen atau DO : revisi pada Kelas 4 dari 0,0 menjadi 1,0 mg/l , sehingga kadarnya berturutan adalah 6,0 4,0 3,0 1,0 mg/l. 5) Sulphate atau SO4 : revisi lebih ketat dan semua Kelas ada kadarnya, yaitu berturutan dari Kelas 1 sampai Kelas 4 menjadi 300 300 300 600 mg/l. 6) Chlorida atau Cl : revisi lebih ketat dan semua Kelas ada kadarnya, yaitu berturutan dari Kelas 1 sampai Kelas 4 menjadi 300 300 300 600 mg/l. 7) Natrium sebagai % Na : parameter tambahan pada semua kelas adalah 60 %. 8) Sodium Absorption Ratio atau SAR : parameter tambahan pada semua kelas adalah 18. 9) Barium :ada perbahan , yaitu Kelas 1 sampai Kelas 4 sama 1,0 mg/l. 10) Nitrate sebagai NO3-N: tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan adalah 10,0 10,0 20,0 20,0 mg/l 11) Nitrite sebagai NO2-N: tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 semuanya adalah 0,06 mg/l 12) Ammonia sebagai NH3-N : revisi lebih ketat dan semua Kelas ada kadarnya, yaitu berturutan dari Kelas 1 sampai Kelas 4 adalah 0,1 0,5 1,0 dan 1,5 mg/l. 13) Phosphate sebagai PO4-P 14) Total Phosphate sebagai Total P 15) Fluorida atau F : tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan adalah 0,5 1,5 1,5 1,5 mg/l 16) Sulphide sebagai S : tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan adalah 0,002 0,002 0,002 0,04 mg/l 17) Sianida sebagai CN : tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 yaitu sama 0,02 mg/l. 18) Chlorine bebas Cl2 : tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 yaitu sama 0,03 mg/l.
42
LAPORAN FINAL
19) Minyak dan Lemak : tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 yaitu sama 1000 ug/l. 20) Detergent sebagai MBAS : tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan adalah 200 200 200 500 ug/l 21) Phenol : revisi menjadi lebih longgar sehingga kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan menjadi 2 5 10 20 ug/l 22) Boron : tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 yaitu sama 1,0 mg/l.
6.2.3. Kelompok Parameter Kimia Logam dan Logam Berat Usulan Revisi Kriteria Kelas Air Kelompok Parameter Kimia Logam Berat adalah sebagai berikut (Tabel 6.6): 1) Air Raksa atau Hg : tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan adalah 1 2 2 5 ug/l 2) Arsen atau As : revisi menjadi lebih ketat sehingga kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan menjadi 50 50 50 100 ug/l. 3) Besi atau Fe : revisi menjadi lebih ketat sehingga kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan menjadi 0,3 0,5 1,0 1,5 mg/l. 4) Cadmium atau Cd : tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 yaitu sama 10 ug/l. 5) Chomium heksavalent atau Cr VI: tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 yaitu sama 50 ug/l. 6) Cobalt atau Co : revisi menjadi lebih ketat sehingga kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan menjadi 50 50 50 200 ug/l. 7) Mangan atau Mn : revisi menjadi lebih ketat sehingga kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan menjadi 0,1 0,2 0,5 1,0 mg/l. 8) Nikel atau Ni : tambahan parameter yang kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan adalah 50 50 50 100 ug/l. 9) Selenium atau Se : tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan adalah 10 50 50 50 ug/l 10) Seng atau Zn : tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan adalah 50 50 50 200 ug/l 11) Tembaga atau Cu: tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 yaitu berturutan adalah 20 20 20 200 ug/l 12) Timbal atau Pb: revisi menjadi lebih ketat sehingga kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan menjadi 30 30 30 500 ug/l.
KAJIAN KRITERIA MUTU AIR LAMP.PP.82/2001
43
LAPORAN FINAL
Unit
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Revisi
6-9
6-9
6-9
5-9
5-9
Kadar tidak berubah, tambah Kelas 5 Tetap tidak berubah Kadar pada PP 82/2001
2 3
BOD COD
2 10 10
3 25 25
6 50 40
12 100 80
--
100
DO
mg/L
6 6
4 4
3 3
0 1 --
Sulfat
mg/L
400 300
Revisi lebih ketat Kadar pada PP 82/2001 Revisi lebih ketat Tambahan parameter Tambahan parameter
Khlorida
mg/L
600 300
7 8 9 10
% -Mg/L mg/L
60 18 1,0 10
11
mg/L
0,06
0,06
0,06
0,06
--
12
mg/L
0,5 0,1
-0,5 0,75
-1,0 1,90
Kadar pada PP 82/2001 Revisi lebih ketat Tambahan parameter untuk danau Kadar pada PP 82/2001 Perubahan parameter, berlaku untuk sungai Tambahan, berlaku untuk danau
13
Total N
mg/L
0,65
14 15
PO4- P Total P
0,2 0,2
0,2 0,2
1,0 1,0
5,0 5,0
---
16
Total P
0,010
0,030
0,100
>0,100
--
44
LAPORAN FINAL
17 18 19 20
Fluorida Sulfida- S Sianida CN Khlorin bebas Minyak dan lemak MBAS Phenol
-----
Tetap tidak berubah Tetap tidak berubah Tetap tidak berubah Tetap tidak berubah
21
Ug/L
1000
1000
1000
1000
--
22 23
Ug/L Ug/L
200 1 2
200 1 5 1,0
200 1 10 1,0
--
---
24
Boron
mg/L
1,0
Tabel 6.6 Usulan Revisi Kriteria Kelas Air Parameter Kimia Logam dan Logam Berat
No
Unit
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Revisi
1 2
mg/L mg/L
0,001 1.0
0,002 1,0
0,002 1,0
0.005 --
----
mg/L
0,05 0,3
0,05 --
0,05 --
0,10 --
---
Besi, Fe
mg/L
mg/L
-----
4 5
Cadmium, Cd Chromium, Cr VI
mg/L mg/L
mg/L
0,05 0,2
0,05 0,2
0,05 0,2
0,05 0,2
---
Cobalt, Co
mg/L
Mangan, Mn
mg/L
0,1
--
--
--
45
LAPORAN FINAL
0,1
-----------
Revisi lebih ketat Tambahan parameter Tetap tidak berubah Tetap tidak berubah Tetap tidak berubah Kadar pada PP 82/2001
8 9 10 11 12
0,03
0,03
0,03
0,5
---
6.2.4. Kelompok Parameter Kimia Pestisida Usulan Revisi Kriteria Kelas Air Kelompok Parameter Kimia Pestisida adalah sebagai berikut (Tabel 6.7): 1) Aldrin/ Dieldrin: revisi menjadi lebih ketat sehingga kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berubah menjadi 1,0 ug/l. 2) BHC: revisi menjadi lebih ketat sehingga kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berubah menjadi 2,0 ug/l. 3) Chlordane: revisi menjadi lebih ketat sehingga kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berubah menjadi 0,01 ug/l. 4) DDT: revisi menjadi lebih ketat sehingga kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berubah menjadi 0,1 ug/l. 5) Endrin: revisi menjadi lebih ketat sehingga kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berubah menjadi 0,2 ug/l. 6) Heptachlor: revisi menjadi lebih ketat sehingga kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berubah menjadi 0,2 ug/l. 7) Lindane: revisi menjadi lebih ketat sehingga kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berubah menjadi 4,0 ug/l. 8) Metoxychlor: revisi menjadi lebih ketat sehingga kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berubah menjadi 35,0 ug/l. 9) Toxaphan: revisi menjadi lebih ketat sehingga kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berubah menjadi 5,0 ug/l.
46
LAPORAN FINAL
6.2.5. Kelompok Parameter Kimia Mikrobiologi Kriteria Kelas Air Kelompok Parameter Mikrobiologi tetap tidak berubah, yaitu sebagai berikut (Tabel 6.8): 1) Fecal coliform: tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan adalah 100 1000 2000 > 2000 jumlah koloni/100 ml 2) Total Coliform: tidak ada perubahan untuk Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan adalah 1000 5000 10000 > 10000 jumlah koloni/100 ml 6.2.6. Kelompok Parameter Biologi Usulan tambahan Kriteria Kelas Air Kelompok Parameter Biologi untuk danau dan waduk adalah sebagai berikut (Tabel 6.9): Chlorophyl @: tambahan parameter yang kadarnya Kelas 1 sampai Kelas 4 berturutan adalah 10 50 100 200 ug/l.
No
Prameter PESTISIDA
Unit
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Revisi
Aldrin/ Dieldrin
ug/L
17
--
--
--
---
ug/L 2 BHC ug/L ug/L 3 Chlordane ug/L ug/L 4 DDT ug/L ug/L 5 Endrin ug/L
Revisi lebih ketat Kadar pada PP 82/2001 Revisi lebih ketat Kadar pada PP 82/2001 Revisi lebih ketat Kadar pada PP 82/2001 Revisi lebih ketat Kadar pada PP 82/2001 Revisi lebih ketat Kadar pada PP 82/2001 Revisi lebih ketat
Heptachlor
ug/L
18 0,2
47
LAPORAN FINAL
Lindane
ug/L
56 4
-4 -35 -5
-4 -35 -5
-4 -35 -5
---
Methoxychlor
ug/L
35 35
---
Toxaphan
ug/L
5 5
---
Unit
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Revisi
Fecal coliform
Jml /100 ml
100
1000
2000
>2000
---
Total Coliform
Jml /100 ml
1000
5000
10000
>10000
---
Unit
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Revisi
48
LAPORAN FINAL
7.1. Kesimpulan
d. Peraturan Pemerintah No.82 ahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air memerlukan revisi, sesuai dengan kondisi lingkungan di lapangan dan pengalaman pemantauan serta penilaian kualitas air dan implementasinya pada berbagai daerah. e. Kriteria kualitas air memerlukan revisi, yaitu katagorinya perlu mencakup berbagai pemanfaatan air termasuk berbagai tingkat proses pengolahan air untuk air baku dan tingkat kepekaan ikan dan tanaman terhadap pencemaran air. Selain itu perlu penambahan kelas air-5 f. Parameter kualitas air dan kadarnya pada kriteria kelas air tidak memerlukan revisi berdasarkan hasil penelitian dan literatur serta data di lapangan adalah residu terlarut, BOD, Ba, NO3-N, Fluorida, Sulfida, Sianida, Chlorine bebas, Minyak lemak, MBAS, Boron, Hg, Cd, Se, Zn, Cu, Fecal Kholiform dan Total Coliform. g. Parameter kualitas air dan kadarnya pada kriteria kelas air memerlukan revisi, ditambah kelas-5 untuk parameter temperatur, pH, Residu suspensi, dan COD. Sedang kan lebih ketat berdasarkan hasil penelitian dan literatur serta data di alapanga adalah COD, DO, SO4, Cl, NH3-N, As, Fe, Mn, Pb dan semua parameter Pestisida. h. Parameter kualitas air dan kadarnya pada kriteria kelas air memerlukan revisi lebih longgar berdasarkan hasil penelitian dan literaiur serta data lapangan adalah phenol. i. Parameter kualitas air yang perlu ditambahkan pada kriteria kelas air berdasarkan hasil penelitian dan literatur serta data lapangan adalah warna, %Na, SAR, Ni, Sedangkan Transparansi, Total N, Total P, dan khlorofil @khusus untuk danau dan waduk.
49
LAPORAN FINAL
7.2. Saran
a. Mengingat kelas air akan digunakan untuk keperluan perhitungan daya tampung beban Pencemaran sesuai dengan amanat Undang-undang No.32 tahun 2009, maka diperlukan penyusunan Pedoman/panduan teknik dalam metode perhitungan DTBP untuk melengkapi Peraturan Mentri KLH No.1 Tahun 2010. b. Perlu segera diterbitkan kelas air sungai-sungai Nasional dengan memperlihatkan revisi Kelas Air yang diusulkan pada kajian ini.
50