MEKBAN
MEKBAN
3 SKS
PRASYARAT : MEKANIKA TEKNIK I
MATERI KULIAH
1. PENDAHULUAN 2. METODE IRISAN 3. PENGERTIAN TEGANGAN 4. TEGANGAN NORMAL
DAN
- Hubungan Tegangan, Regangan dan Poissons Ratio 11. TEGANGAN DAN REGANGAN GESER
- Tegangan Geser - Regangan Geser
KOLOM
21. KERN
22. ..DST
GANTI DOSEN
Pendahuluan
APLIKASI
Rencana Konstruksi ANALISIS STRUKTUR
PEMILIHAN BAHAN
PENENTUAN DIMENSI
Contoh Obyek
TABUNG
RANGKA BATANG
Contoh Obyek
PORTAL GEDUNG BERTINGKAT
70/70 50/50
Contoh Obyek
P2 P1
H1
H2
B1
B2
Karena P2 > P1, maka berdasarkan perhitungan tegangan, akan didapatkan dimensi B2 > B1, H2 > H1
Metode Irisan
GAYA DALAM
P1 P1 P2
P2
S2
S1 S1 S2 P4 S3 S3
P3
GAYA DALAM
P4
P3
Tegangan (Stress)
TEGANGAN NORMAL
TEGANGAN GESER
DEFINISI :
TEGANGAN ADALAH GAYA DALAM YANG BEKERJA PADA SUATU LUASAN KECIL TAK BERHINGGA DARI SUATU POTONGAN
Tegangan (Stress)
BENTUK MATEMATIK :
s=
DA
Lim
DF DA
DV DA
= D A Lim 0
s = Tegangan Normal
t = Tegangan Geser
Tegangan (Stress)
Tegangan yang bekerja pada elemen suatu benda :
z
sz
tzx txz
sx
x
tzy tyz
sy
txy tyx
Tegangan Normal
TEGANGAN NORMAL TARIK P
TEGANGAN NORMAL TEKAN
s = P/A
s= P/A
TEG. GESER
s= P Cosa / A
Normal
AGeser
ANormal
AGeser
t= P / A
Geser
t
AGeser
= P / Total AGeser
Menentukan s dan t
Perhitungan
TEGANGAN
PERHITUNGAN
HASIL PERHITUNGAN
Tegangan
SOAL : 1. D B a C W P P d1 d2
Bila Diameter Baut = 30 mm, b = 200 mm, d1 = 8 mm, d2 = 12 mm, P = 2000 kg, maka hitung te gangan MAX pada masing masing ba tang dan tegangan Geser pada Baut. Bila W = 10 Ton, a = 30o dan luas penampang kabel baja ABC = 4 cm2, kabel BD = 7 cm2, maka hitung tegangan yang terjadi pada kabel ABC dan BD.
2.
Static Test
P
MATERIAL UJI
P BEBAN ULTIMATE
PUlt A
TEG. ULTIMATE
Regangan
P
STATIC TEST
MATERIAL UJI
BEBAN
REGANGAN -. P Dinaikkan terus sampai yang dikehendaki P - Setiap kenaikan P dilakukan pencatatan deformasi yang tertera dalam dial gauge
Regangan
P (Beban)
D = L
e = REGANGAN
BERUBAH SESUAI DENGAN PERUBAHAN BEBAN
Diagram P - D
D (Deformasi)
P (Beban)
s (Tegangan)
Gbr. A Diagram P - D
Gbr. B
e Regangan Diagram s - e
s (Tegangan)
e Regangan
MATERIAL BAJA
e Regangan
MATERIAL BETON
HUKUM HOOKE
s = EXe
E=
KONDISI ELASTIS
PENENTUAN TITIK LELEH
s e
s = TEGANGAN e = REGANGAN
E = MODULUS ELASTISITAS
Batas Proposional
e Regangan
HUKUM HOOKE
SOAL : P Pada suatu batang dengan panjang L=100 cm dilakukan Static Test. Bila beban P yang diberikan sebesar 4000 kg, batang masih dalam kondisi elastis, uluran batang bertambah 2 mm, maka berapakah Regangan batang tersebut dan berapakan tegangan yang terjadi pada batang tersebut ?? Bila Modulus Elastisitasnya 2 x 106 kg/cm2. Hitung pula luas penampang batang tersebut.
P4
Gaya Px bekerja pada elemen dx dan menim bulkan deformasi dD
edx
e dx
s
E
d dx = P x Ax E
D=
A
Px . dx / Ax . E
L 0
L A
P P Px
D = Px / Ax . E dx L 0 D = P . X / Ax . E
Ax = A ,
Deformasi akibat beban P, berat sendiri diabaikan
Px = P
D=P.L/E.A
B D= A Px . dx / Ax . E = 1 / A . E L 0 0
L
w . X . dx
= . W.x2 / A . E
= w . L2 / 2 . A . E = WT . L / 2 . A . E
D = L (P + .WT) / A.E
1. A
100 cm
Bila diameter batang AB dan BC adalah 20 mm, a = 30o dan Modulus Elasti sitasnya adalah 2x106 kg/cm2, maka hitung penurunan titik B.
1000 kg
2. b1 P1
E D
P b2 h1
2
b3
P2
h2
Hitung P1/P2, agar setelah P1 dan P2 bekerja, panjang kedua batang tersebut tetap sama, bila b1 = 50 mm, b2 = 50 mm, b3 = 25 mm, h1 = 500 mm, h2 = 500 mm dan tebal masing masing kedua batang tersebut = 20 mm.
Poissons Ratio
REGANGAN
REGANGAN AKSIAL REGANGAN LATERAL
POISSONS RATIO (
)=
e Lateral e Aksial
tzx txz
sx
sy sy
sx
sy
sz
sx
E
sy
E +
s
zE
sx
E
sy
E
s
zE
sx
E
sy
E
s
zE
tzy
ty
z
tyz
tzy tzy
A A
tyz
C
g/2
O
C g/2
g = REGANGAN GESER
S MO = 0
S Fz = 0
t = g. G
G=
t = Tegangan Geser
g
G = Modulus Geser = Poissons Ratio
= Regangan Geser
2 (1+
e max
D/2 D/2 Panjang Awal
s max
Keseimbangan Gaya : ( Y/C . s max ) dA = 0 A
S FX = 0
s/C
A
Y . dA = 0
M=
( Y/C . A
s max ) dA . Y = s max
A
Y 2 . dA
Y2 . dA = I = MOMEN INERSIA
M=(
smax / C ) . I
smax = M . C / I
TEGANGAN SERAT BAWAH
s max = M . Ya / I
s max = M . Yb / I
smax
= M.Y/I
(Momen Tahanan)
I/Y = W
I / Ya = Wa
I / Yb = Wb
I = A
Y 2 . dA
MOMEN INERSIA
Momen Inersia
CONTOH : y
b
1 y /2
h/2 Y 2 . b . dy Ix = y 2 . dA = A -h/2 h/2 h/2 1/ . y3. b 1/ . (1/ + 1/ ) . h3. b = = 3 3 8 8 x -h/2 h/2 = 1/ . 1/ . h3. b = 1/ . b. h3
3 4 12
-11/2 Ix = 2
11/2
x
1 3 2
Momen Inersia
CONTOH :
= 3/3 . y3
= 13,75
CARA LAIN :
10 cm 8 cm 20 cm 8 cm 10 cm 10 10 10
Sb Y
Sb X
400 cm
200 cm
C
1500 kg
30 cm 10 cm 30 cm
- Hitung Tegangan tegangan Serat 10 cm tepi pada potongan 1 dan 2 dan gambar diagram tegangannya
8 cm 10 cm 8 cm
qCos a
Terjadi Momen terhadap sumbu x (MX) dan terhadap Sumbu y (MY) MY = 1/8 . qSin a . L2
sa
sb sc sd
= + = + = = -
+ +
Ix = 1/12 . b . h3
Iy = 1/12 . h . b3
A
L
P berjarak 150 cm dari B Hitung tegangan yang terjadi di tengah bentang pada titik a, b, c, d, e dan f. Dimana titik e berjarak 5 cm dari sumbu x dan 3 cm dari sumbu y. Titik f berjarak 6 cm dari sumbu x dan 4 cm dari sumbu y.
c d f o
e
a a
Tugas I
1.
D
50 cm
B a C W
Bila W = 8 Ton, a = 90o dan luas penampang kabel baja ABC = 4 cm2, batang BD masing masing = 6 x 3 cm2, maka hitung tegangan yang terjadi pada kabel ABC dan tegangan maksimum batang BD. Hitung Penurunan titik B dan tegangan geser yang terjadi pada baut As. B. Diameter baut As B = 20 mm. Diketahui Modulus Elastisitas Batang BD = 2x106 kg/cm2.
2.
80 cm
200 cm
80 cm
A
1000 kg 30 cm
400 cm
200 cm
C
1000 kg
- Hitung Tegangan tegangan Serat 20 cm tepi pada potongan 1 dan 2 dan gambar diagram tegangannya
8 cm 10 cm 8 cm
3. q P B
L
c d e a
A b
a L = 300 cm, q = 1000 kg/m, P = 2000 kg, a = 30o, P berjarak 100 cm dari B. Hitung tegangan yang terjadi di tengah bentang pada titik a, b, c, d, e dan f.
ex
a y
h
exE1
ea
ee
b1 b2
eeE2 eeE1
DISTRUBUSI TEGANGAN DALAM SATU BAHAN
b2
b1
b1.n1
b1/n2
1000 kg
1 400 cm
Baja
1 1200 cm
Hitung tegangan yang terjadi pada penampang 1 1 di serat a, serat b beton, serat b baja dan serat c. Gambarkan pula diagram tegangannya. Berat sendiri balok diabaikan
ELASTIS
NON ELASTIS
Distrubusi Regangan
s
c d
o b
h
T
h/ h/
4 4
syp ( bh/2)
Mp =
s . y dA =
h/ 2
h/
2
0
syp ) . y . b . dy
2
syp . y2 . b
0
= syp . bh /4
/ ( h/2 )
syp . b . h2 / 4
s yp . b . h2 / 6
SHAPE FACTOR
= 1,5
M=
s. y dA = 2 ( s yp ) . y/yo . b . y. dy
0
h/
+2 (
2
yp) yo
s . b . y. dy
h/
yo
s yp . bh2 / 4 - s yp . b . yo2
Mp 1/3
2 s yp . b . yo
=0
dM / dx = V
SETIAP ADA PERBEDAAN MOMEN LENTUR PADA IRISAN YANG BERDAMPINGAN, MAKA AKAN MENIMBULKAN GESERAN
Contoh :
L/3
L/3
Bid. M
L/3
Bid. D
M
Ada Geseran
M+dM
FB
- MB M . Y B FB = dA = Y . dA I A Afghj I fghj = - MB . Q I
Q=
Y . dA = Afghj . Y Afghj
FB FA = R
=
=
- MB . Q
Sepanjang dx
dM . Q
I I ( MA + dM ) . Q MA . Q
I
q = dM . Q / dx . I = V . Q / I
200 mm Y1 50 mm
Y1 = 250 Yc - 200 / 2 = 62,5 mm q = V . Q / I = 30.000 x 625 / 11.350 = 1.651 kg / cm Jarak paku yang dibutuhkan = 7000 / 1651 = 4,24 cm
Soal :
200 mm 50 mm 50 mm
Bila kemampuan paku bagian atas adalah 7000 kg dan paku bagian bawah 5000 kg, maka hitunglah jarak paku atas dan bawah mulai dari ujung A hingga B , agar penampang tersusun tersebut kuat memikul beban q. Jarak paku atas dan bawah dibuat 3 macam ukuran jarak.
200 mm 30 mm
q = 3000 kg/m
B
t = dF / t.dx = ( dM / dx ) . ( A . Y / I . t ) = V . A . Y / I . t
t=
V.Q
I.t
q
= t 1/8 . V. h2 I
Contoh :
t=b j f h dy g h y1 y
t=
=
V.Q
q = t Y . dA A
I.t
V I.t
b . y . dy = y1 ( b/2 ) 2 y12
V I
Y2 2
h/
V 2.I
y1
Bila y1 = 0, maka
t=
=
V 2.I
h2 4
= 1/8
V . h2
1/ 12
. b .h3
3.V
2 . b. h
3.V 2.A
Soal :
20 cm a 5 cm 5 cm
b c d
A
600 cm
20 cm 3 cm 15 cm
Gambar diagram tegangan geser penampang pada tumpuan A dan pada potongan 1 yang berjarak 100 cm dari titik B.
Tahapan pengerjaan :
1. Menghitung Posisi Garis Netral
Yc =
20 . 5 . 2,5 + 20 . 5 . 15 + 15 . 3 . 26,5 20 . 5 + 20 . 5 + 15 . 3
= 22937,88 cm4
Ra = 3000 . 6/2 + 2/3 . 1500 = 10.000 kg Rb = 3000 . 6 + 1500 - 10.000 kg = 9.500 kg Va = 10.000 kg ; V1 = - 9.500 + 3000 . 1= - 6.500 kg Pada Penampang A dengan Gaya Geser 10.000 kg
Posisi a b1 b2 c d1 d2 e
A
0 100 100
t
20 20 5 5 5 15 15
t =q/t
0 20,73 82,92
100 35.05
45 45
0
a b1 b2 c
d1 d2 e
t 20 20 5
t =q/t
0 13,474 53,89 60,86
12.01 0 951 9,51 951 9,51 9,51 1073,85 3.505 14.49 652.05 14.49 652.05 0 15.99
304,30
184,774 184,774 0
5
5 15 15
36,955 12,318 0
a 5 cm b
5 cm
c
20 cm
d
3 cm 15 cm
18,951
56,854 0
Variasi Aliran Geser digunakan untuk menentukan PUSAT GESER, agar beban vertikal yeng bekerja tidak akan menimbulkan puntiran pada penampang, bila dikerjakan pada PUSAT GESER.
Pusat Geser
to
to
P
F1
V=P
h e
F1 . o.b.t.h = e = F1 . h / P = P
b. t. h . V . Q
Soal :
F1 P V=P e
50 cm
F2
10 cm
10 cm 10 15 30
e = ( F2 . 60 F1 . 60 ) / P
F1 = . 1 . 17,5 . 10
F2 = . 2 . 37,5 . 10
Perhitungan :
I = 1/12 . 55 . 703 - 1/12 . 40 . 503 = 1.155.416,67 cm4 = 0,00045 . P kg/cm2
t1 =
t2 =
P . 17,5 . 10 . . 60 1.155.416,67 . 10
P . 37,5 . 10 . . 60 1.155.416,67 . 10
= 0,00097 . P kg/cm2 =
F1 = .
0,00045 . P . 17,5 . 10
0,0394 . P
0,1820 . P
: P = 8,556 cm
F2 = . 0,00097 . P . 37,5 . 10
e= 0,182 . P . 60 - 0,0394 . P . 60
Agar batang tidak mengalami puntiran, maka beban P harus diletakkan sejarak e = 8,556 cm ( lihat Gambar )
TORSI (Puntiran )
Bidang Potongan 30 N-m 30 N-m
10 N-m
10 N-m 20 N-m
MOMEN PUNTIR DALAM sama dengan MOMEN PUNTIR LUAR
Torsi atau Puntiran yang dipelajari pada Mata Kuliah Mekanika Bahan ini hanya terbatas pada Batang berpenampang BULAT saja.
TORSI (Puntiran )
Momen Puntir pada ujung batang
M M
M
M
M(x)
TORSI (Puntiran )
r
C C
tmax
r
tmax
r
AC
tmax . dA . r = T
Luas Gaya Lengan Momen Torsi
Tegangan
tmax
C
A
r 2 . dA = T
r . dA = IP
2
r . dA =
2
3 2p . r . d r = 2p .
r
4
=
0
pC
2
pd
32
tmax
C
. IP T.C . IP
tmax
Contoh 3 - 3
tmax
tdalam
Sebuah tabung diputar dengan momen puntir T = 40 N-m, diameter luar tabung = 20 mm dan diameter dalam tabung = 16 mm. Hitunglah tegangan geser puntir di dalam dan di luar tabung. PENYELESAIAN :
IP =
p ( 0,024 0,0164 )
32
= 9,27 . 10-9 m4
tmax
tluar
Sudut Puntiran
gmax
c o B df x
D d x Sudut puntiran didefinisikan sebagai f dan dengan menyatakan besarnya sudut DAB = gmax, maka :
BD =
gmax . dx
df
gmax gmax
BD
= df . c
= df . c = dx . c
gmax gmax
G
t max
G
= Modulus Geser
t max = T . c / IP
Sudut Puntiran
Dengan demikian , maka :
gmax
= T . c / IP . G
df dx df dx
. c = T . c / IP . G = T / IP . G
df = T . dx / IP . G
f =
A
df =
A
T(x) . dx / IP(x) . G
Tegangan Majemuk
Tegangan yang mungkin terjadi pada suatu benda adalah sebagai berikut :
t=P/A)
= T . r / IP )
Ada kalanya suatu benda mengalami tegangan - tegangan tersebut secara bersama sama. Sehingga untuk mengetahui tegangan total yang terjadi perlu dilakukan penjumlahan.
Tegangan Majemuk
Tegangan tegangan yang dapat dijumlahkan adalah tegangan tegangan yang sejenis. Tegangan Normal dijumlahkan dengan Tegangan Normal, sedangkan Tegangan Geser dijumlahkan dengan Tegangan Geser. Contoh : P e F L M1 = . P . L M2 = F . e Penampang di tengah bentang
Tegangan Majemuk
Tegangan total yang terjadi pada potongan tengah bentang di serat atas dan bawah adalah :
s = ( - F / A ) + ( M1 . Y / I ) + ( M2 . Y / I )
=(-F/A)+(.P.L)+(F.e.Y/I)
Tegangan Majemuk
Contoh : e Tegangan yang terjadi adalah :
= =
P A P A
+
+
P.e W P.e
1/ 6
. b . h2
M=P.e
P A P B h b
Agar sisi B tidak terangkat, maka berapakah jarak e maksimum ??, Bila berat sendiri pondasi diabaikan Persamaan yang digunakan :
P A
+
1/
P.e
6
. b . h2
=O
Tegangan Majemuk
A P B
P A P A
+
1/
P.e
6
h
b
= =
. b . h2 P.e . b . h2
=O
1/ 1/
P A
+ P.e
1/ 2 . b . h 6
2 . b . h 6 A
=
=
1/
2 . b . h 6 b.h
P.e
1/ 6
h 6
. b . h2
KOLOM
P d P P yo
zo
M = P . d = P . zo + P . yo
yo zo
yo
Tugas II
1
1 20 cm
E-bahan 1 = E-bahan 2 =
2
3 10 cm 20 cm 10 cm
50 cm
10 cm
Hitung tegangan maksimum yang terjadi pada masing masing bahan di potongan 1 dari balok A B.
Potongan 1 berjarak 100 cm dari titik B.
2
20 cm a 10 cm 5 cm
b 5 cm c d
20 cm 3 cm 15 cm
5 cm
A
600 cm
e f
Gambar diagram tegangan geser penampang pada tumpuan A dan pada potongan 1 yang berjarak 200 cm dari titik B.
q
e h
A
L
F b
Diketahui : L = 20 m, b = 50 cm, h = 100 cm, P = 50 ton, F = 100 ton, e = 30 cm dari garis netral, q = 5 ton / m. Potongan 1 berjarak 5 m dari titik A.
Hitung Tegangan gabungan di serat atas dan bawah dari penampang pada potongan 1 dan di tengan bentang.
P
Bila P = 5000 kg, h = 120 cm, b= 150 cm dan e = 40 cm, maka hitunglah tegangan yang terjadi di titik E dan F. Berat sendiri pondasi diabaikan. Tentukan e agar tegangan di titik F = 0
O P
F h
20 cm
70 cm
20 cm 10 20 40
ya
smax
sa = sn + sma
smin
sb = sn + smb
= + N / A + N . ca . ya / Ix ya / Ix = Wa ca = Jarak ka ke titik O
sb = sn + smb
smin = sa
sn + sma
= + N / A + N . cb . yb / Ix
Kejadian khusus, bila menjadi :
= + N / A - N . cb . ya / Ix
smin
= O, sehingga perumusannya
smin = sb = sn + smb
= + N / A - N . ca . yb / Ix = O
= + N / A - N . ca / Wb =O
Ca = Wb / A
Ca = ka Kern Atas
= ( Wb / A ca ) . N / Wb = O
smin
sa = sn + sma
= + N / A - N . cb . ya / Ix = O
= + N / A - N . cb / Wa =O
Cb = Wa / A
Cb = kb Kern bawah
Ix A
A Wa = Ix / ya Wb = Ix / yb
2 ix =
Ix
ka = ix / yb
kb = ix / ya
2
A=
Dibatasi 4 Titik
Dibatasi 6 Titik
Dibatasi 4 Titik
Y x Ya a
df Xa
Ixa =
Iya = =
2 cm 16 2
2 10 3,2
= 3,2 cm
= 72 cm
+ 8.2.92.2
Wax Wbx
Ix =
1/
3 + 1/ .2.83.2 .20.2 12 12
= 628,48 cm4
Ka x
Wbx = A Wax = A
Kkr y =
Wkn
y A
Kb x
= =
Kkny =
Wkr y A
1,28 cm
y
2,72 cm
2 cm 16 5,46 cm x 5,46 cm
2 2 10 3,2
SELESAI
6.1. TEGANGAN
A. PERSAMAAN TRANSFORMASI TEGANGAN BIDANG
- Tegangan tarik normal adalah positif (+) - Tegangan tekan adalah negatif (-) Menggunakan persamaan keseimbangan statika :
Dengan mengubah orientasi sebuah elemen, seperti ditentukan oleh sudut untuk elemen, maka dapat digambarkan status tegangan pada suatu titik dengan jumlah cara yang tidak terhingga banyaknya, yang kesemuanya setara
Dalam hal ini, hukum transformasi tegangan pada suatu titik akan dikembangkan, yaitu persamaan-persamaan yang akan diturunkan untuk mentransformasi tegangan yang setara yang bekerja pada bidang yang melalui titik tertentu. Bidang-bidang dimana Tegangantegangan mencapai intensitas maksimum akan ditentukan. Dengan cara yang sama, tegangan geser adalah:
Catatan : Persamaan 1 dan 2 adalah pernyataan umum untuk tegangan normal dan tegangan geser pada bidang dengan sudut u
Contoh Soal
Jawab
B. TEGANGAN UTAMA
Tegangan utama ialah tegangan normal maksimum dan minimum yang bekerja pada bidang utama. Pada bidang utama, dimana bekerja tegangan normal maksimum dan minimum, tidak akan terdapat tegangan geser.
Harga cos2 u dan sin2 u dimasukkan dalam persamaan transformasi tegangan diperoleh :
dengan cara yang sama seperti mencari tegangan utama, maka tegangan geser adalah :
Pada tegangan utama tegangan gesernya sama dengan nol. Tapi pada tegangan geser maksimum tegangan normalnya tidak sama dengan nol. Bila harga sinus dan cosinus untuk tegangan geser dimasukkan ke persamaan transformasi, didapat tegangan normal
Jadi tegangan geser maksimum selalu bekerja bersama-sama dengan tegangan normal kecuali bila u x dan u y sama dengan nol.
Bila ux dan u y adalah merupakan tegangan utama, maka t xy = 0 , dan tegangan geser maksimumnya :
Untuk menghitung tegangan yang bekerja pada suatu bidang dari sebuah elemen, disamping dengan menggunakan persamaan transformasi, juga bisa menggunakan "Lingkaran MOHR". Persamaan transformasi 1 dan 2 dapat dituliskan kembali sebagai berikut :