Anda di halaman 1dari 6

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa

KLASIFIKASI DATA POLARIMETRIK RADAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI CLOUDE & POTTIER
Katmoko Ari S1, Kuncoro Teguh1, dan Heru Santoso1
1

Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh LAPAN Jl. LAPAN No. 70, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur 13710, INDONESIA email: k-ari-s@lapanrs.com

Abstrak
Ekstraksi informasi dari data Synthetic Aperture Radar (SAR) telah banyak dilakukan dalam berbagai riset selama beberapa dekade. Untuk mencapai hasil dengan realibilitas tinggi, biasanya diperlukan beragam dimensi/parameter (multi parameter) yang bisa didapat dengan pendekatan data multi-temporal, multi-frekuensi dan multi-polarisasi. Pendekatan secara multi-temporal dan multi-frekuensi telah secara luas dipergunakan, sedangkan pendekatan secara multi-polarisasi yang relatif masih baru diprediksi akan mampu memberikan lebih banyak keuntungan dan keakurasian dibandingkan dengan metode konvensional. Dengan akan diluncurkannya satelit dengan kemampuan Fully Polarimetric (mempunyai kemampuan merekam empat jenis polarisasi yaitu HH, VV, HV, dan VH) seperti RADARSAT-2 (C-band) dan ALOS PALSAR (L-band), kebutuhan akan teknik/algoritma untuk mengekstraksi maupun mengklasifikasi data polarimetrik sudah tidak dapat ditunda-tunda lagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan klasifikasi data polarimetrik pada daerah tropik menggunakan metode Cloude & Pottier yang berdasarkan dekomposisi eigenvalue atas matriks koherensinya menjadi parameter Entropy, Alpha Angle, dan Anisotropy. Masing-masing parameter tersebut menunjukkan tingkat kerandoman scatteringnya, tipe scatteringnya yang paling dominan secara rata-rata, dan memberikan informasi lebih lanjut mengenai banyaknya komponen scatteringnya. Data yang digunakan adalah data polarimetrik JPL Airsar L-band.

Keyword : SAR, Polarization, Fully Polarimetric, Classification, Scattering

1. PENDAHULUAN Synthetic Aperture Radar (SAR) merupakan salah satu penginderaan jauh sistem aktif yang menggunakan daerah gelombang mikro dari spektrum elektromagnetik antara frekuensi 0.3 GHz sampai 300 GHz (atau bila dinyatakan dengan panjang gelombang, antara 1 m sampai 1 mm). Suatu sistem SAR terdiri atas Pemancar (Transmitter), Penerima (Receiver), Antena dan sistem elektronis untuk memproses dan merekam data. Bagian pemancar akan mengirimkan pulsa gelombang mikro secara kontinyu yang terfokus dalam suatu beam ke permukaan bumi, kemudian antena penerima akan menerima bagian dari energi yang kemudian dihambur balikkan (backscattered) untuk kemudian direkam/diproses lebih lanjut. Karena mempunyai sumber energi sendiri tanpa tergantung dengan sumber energi matahari, radar dapat beroperasi siang maupun

malam dalam segala kondisi cuaca (karena gelombang mikro dapat menembus awan, asap dan hujan). Gelombang mikro juga memiliki kemampuan untuk menembus lapisan permukaan, sebagai contoh kanopi vegetasi, lebih dalam daripada panjang gelombang optis. Radar juga sensitif terhadap kekasaran permukaan, kelembaban, sifat elektris, dan gerakan dalam permukaan yang disinari. Informasi unik yang diberikan citra SAR seperti ini yang dapat dipakai sebagai komplemen satu sama lain dengan citracitra optis. Instrumen SAR dapat dirancang untuk mengirimkan gelombang gelombang mikro yang terpolarisasi secara horisontal (H) dan juga secara vertikal (V). Demikian pula antena penerimanya dapat dirancang untuk menerima sinyal hambur balik (backscaterred) baik yang terpolarisasi secara horisontal (H) maupun vertikal (V).
TIS - 79

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa

Dengan demikian terdapat empat kombinasi polarisasi yang memungkinkan, yaitu : - HH : Horizontal Transmit dan Horizontal Receive - VV : Vertical Transmit dan Vertical Receive - HV : Horizontal Transmit dan Vertical Receive - VH : Vertical Transmit dan Horizontal Receive Ketika gelombang radar berinteraksi dengan permukaan bumi atau target, polarisasi tersebut akan termodifikasi sesuai dengan karakteristik permukaan bumi atau target tersebut yang pada gilirannya akan memberikan efek yang berbedabeda pada energi backscatteringnya. Hal ini selanjutnya akan berpengaruh pada kenampakan citra SAR yang didapatkan. Berdasarkan polarisasinya, terdapat beberapa tipe radar: - Single Polarization H H or V V (atau kemungkinan H V or V H) - Dual Polarization H H and H V, V V and V H, atau H H and V V - Alternating Polarization H H and H V, alternating with V V and V H - POLARIMETRIC H H, V V, H V, and V H Dari berbagai hasil penelitian menggunakan citra SAR Single Channel-Single Polarization pada umumnya terdapat keterbatasan dalam membedakan berbagai tipe tutupan lahan [1, 3, 4]. Beberapa hasil penelitian yang memberikan hasil keakuratan klasifikasi yang tinggi terkadang bersifat khas untuk daerah tertentu (site-specific), sehingga metode yang sama belum tentu dapat diterapkan pada daerah lainnya. Untuk mengatasi hal ini, dimensi pengamatan / observasinya perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dicapai diantaranya dengan beberapa pendekatan berikut [6]: 1) Menggabungkan (Fusi) citra SAR Single Channel-Single Polarization tersebut dengan citra radar lainnya yang berbeda sensor (Channel yang digunakannya) 2) Menggabungkan (Fusi) citra SAR Single Channel-Single Polarization tersebut dengan citra multispektral dari sensor Optis 3) Menggabungkan beberapa citra SAR Single Channel-Single Polarization yang berbeda tanggal akuisisinya (Multitemporal) 4) Menggunakan citra SAR yang Fully Polarimetric (mempunyai empat jenis polarisasi, yaitu HH, VV, HV, VH) dari suatu Channel tertentu.

5) Menggunakan gabungan beberapa citra SAR yang Fully Polarimetric dari beberapa channel (Multifrekuensi). (Misalnya band L dan band C). Apabila digunakan teknik klasifikasi yang tepat, teknik integrasi antara citra SAR dengan citra multispektral dapat memberikan tingkat akurasi klasifikasi tutupan lahan yang tinggi. Namun demikian, dalam praktek penerapannya terkadang susah untuk mendapatkan citra yang bebas awan, dan terkadang citra-citra tersebut diakusisi dalam tanggal yang berbeda sehingga kurang sesuai untuk pemantauan tutupan lahan yang sifatnya dinamis. Pendekatan menggunakan gabungan beberapa citra SAR multitemporal juga kurang sesuai untuk pemantauan tutupan lahan yang sifatnya dinamis, karena satelit-satelit penginderaan jauh yang memuat sensor SAR saat ini rata-rata interval mengunjungi daerah yang sama dalam waktu yang lama, misalnya 35 hari untuk ERS-2 dan ENVISAT, dan 24 hari untuk RADARSAT. Dengan menggunakan citra SAR yang Fully Polarimetric, keempat informasi polarisasi tersebut diakusisi dalam waktu yang bersamaan sehingga tidak menjadi masalah walaupun tutupan lahan yang dipantau bersifat dinamis dan juga dapat diperoleh data yang bebas awan. Namun demikian, jumlah wahana satelit yang mempunyai kemampuan polarimetrik ini masih sangat terbatas, baru tahun depan direncanakan peluncuran satelit ALOS-Jepang dan satelit RADARSAT-2. Berbagai penelitian telah dan sedang dilakukan di seputar pengolahan data polarimetrik SAR yang memiliki kemampuan merekam empat jenis polarisasi ini (HH, VV, HV, dan VH), diantaranya teknik pengumpulan data polarimetrik dan kalibrasinya, teknik mereduksi Speckle, Polarimetric Radar Signatures, teknik untuk mengklasifikasi citra polarimetrik SAR, serta teknik pemanfaatan data polarimetrik di berbagai aplikasi. Berkaitan dengan teknik klasifikasi citra polarimetrik SAR, Van Zyl telah mengembangkan unsupervised classifier yang didasarkan atas mekanisme scattering dengan membagi pikselpiksel dalam citra menjadi kelas odd bounce, even bounce, dan diffuse scattering. Dalam perkembangan selanjutnya, Cloude & Pottier
TIS - 80

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa

mengembangkan metode yang berdasarkan dekomposisi eigenvalue atas matriks koherensinya menjadi parameter Entropy, Alpha Angle, dan Anisotropy. Masing-masing parameter tersebut menunjukkan tingkat kerandoman scatteringnya, tipe scatteringnya yang paling dominan secara rata-rata, dan memberikan informasi lebih lanjut mengenai banyaknya komponen scatteringnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan klasifikasi data polarimetrik yang telah dikembangkan oleh Cloude & Pottier tersebut pada daerah tropik. 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Metode Dekomposisi Cloude & Pottier Cloude & Pottier mengembangkan metode klasifikasi data polarimetrik Radar yang berdasarkan dekomposisi eigenvalue / eigenvector atas matriks koherensinya menjadi parameter [7]: Entropy H. Bernilai antara 0 ~ 1, menunjukkan tingkat kerandoman scatteringnya, dimana H=0 mengindikasikan single scattering mechanism dan H=1 mengindikasikan random mixture scattering mechanism. Alpha Angle . Menunjukkan tipe scatteringnya yang paling dominan secara rata-rata, dimana =0o mengindikasikan surface scattering, =45o mengindikasikan dipole atau volume scattering, dan =90o mengindikasikan multiple scattering atau dihedral reflector. Anisotropy A. Memberikan informasi lebih lanjut mengenai banyaknya komponen scatteringnya, dimana A=0 menunjukkan azimuthal symmetry surface dan A > 0 mengindikasikan peningkatan jumlah anisotropic scatteringnya. Nilai-nilai tersebut kemudian diplot dalam suatu bidang H//A, dan menggunakan batas kelas (boundary) yang direkomendasikan Cloude & Pottier dilakukan klasifikasi secara langsung berdasar mekanisme scatteringnya (tidak tergantung pada dataset training). Rangkuman mengenai metode Cloude & Pottier ditunjukkan dalam bagian lampiran.

2.2 Data Data yang digunakan adalah data polarimetrik JPL Airsar, L-band, daerah sekitar Brunei yang diakuisisi 25 November 1996. Citra polarisasi HH, HV dan VV ditunjukkan dalam gambar 1. Untuk mereduksi efek speckle yang ada pada masing-masing citra, sebelum diproses/ diklasifikasi lebih lanjut terlebih dahulu diaplikasikan filter yang telah umum dipakai pada citra SAR yaitu Lee filter. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ekstraksi paramater Entropy, Alpha Angle, dan Anisotropy ditunjukkan dalam gambar 2. Parameter Entropy yang mengindikasikan tingkat kerandoman scatteringya menunjukkan nilai yang tinggi pada hampir keselurahan tempat (di atas 0.6). Sedangkan parameter Alpha Angle yang mengindikasikan tipe scatteringnya yang paling dominan didapatkan berkisar antara 35 sampai 70, dimana nilai kisaran 35 berada pada daerah perairan (surface scattering), nilai kisaran 45 berada pada daerah bervegetasi (volume scattering), dan 65 atau lebih tinggi pada daerah urban (double bounce scattering). Hasil klasifikasi berdasarkan paramater Entropy dan Alpha Angle ditunjukkan dalam gambar 3. Dari gambar, dapat diperoleh bahwa metode ini cukup akurat untuk memisahkan daerah perairan dan non-perairan. Namun karena keterbatasan data lapangan, tingkat keakurasiannya secara detail belum dapat disajikan dalam penelitian ini. Untuk selanjutnya perlu diusahakan adanya data lapangan dan data pendukung lainnya yang dapat dipakai untuk memvalidasi metode klasifikasi ini.

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005

TIS - 81

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa

a) HH image a) Entropy

b) HV image

45
b) Alpha Angle

90

c)

VV image

Gambar 1. Citra Polarimetrik SAR yang digunakan dalam penelitian c) Anisotropy Gambar 2. Paramater Entropy, Alpha Angle dan Anisotropy hasil dekomposisi

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005

TIS - 82

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa

ESA-funded study. Proceedings of the Workshop on POLINSAR Applications of SAR Polarimetry and Polarimetric Interferometry 2 H. Skriver, W. Dierking, P. Gudmandsen, T. Le Toan, A. Moreira,, K. Papathanassiou & S.Quegan, 2003. Applications of Synthetic Aperture Radar Polarimetry. Proceedings of the Workshop on POLINSAR - Applications of SAR Polarimetry and Polarimetric Interferometry
a) Bidang Entropy Alpha Angle

3 A. Rodrigues, D.G. Corr, E. Pottier, L. FerroFamil & D. Hoekman. 2003. Land Cover Classification using Polarimetric SAR Data. Proceedings of the Workshop on POLINSAR Applications of SAR Polarimetry and Polarimetric Interferometry 4 S. Quegan, T. Le Toan, H. Skriver, J. GomezDans, M. Carmen Gonzalez-Sampedro & D. H.Hoekman. 2003. Crop Classification with Multitemporal Polarimetric SAR Data. Proceedings of the Workshop on POLINSAR Applications of SAR Polarimetry and Polarimetric Interferometry

b) Citra hasil klasifikasi Gambar 3. Hasil Klasifikasi ( menggunakan Entropy dan Alpha Angle )

5 D. H.Hoekman. 2003. A New Polarimetric Classification Approach using Polarimetric SAR Data. Proceedings of the Workshop on POLINSAR - Applications of SAR Polarimetry and Polarimetric Interferometry

4. KESIMPULAN DAN SARAN Pada penelitian ini dikaji penerapan klasifikasi data polarimetrik pada daerah tropik menggunakan metode Cloude & Pottier yang didasarkan atas tipe dan tingkat kerandoman scatteringnya. Dari hasil klasifikasi yang didapatkan dari penelitian ini, perlu dikaji lebih lanjut tingkat keakurasiannya dengan memvalidasinya dengan data-data lapangan. Lebih jauh, perlu dikaji pula pemanfaatan data polarimetrik SAR untuk berbagai bidang aplikasi khususnya di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA 1 D G Corr, S R Cloude, L Ferro-Famil, D H Hoekman, K Partington, E Pottier & A Rodrigues. 2003. Review of the Applications of SAR Polarimetry and Polarimetric Interferometry an

6 L. Bruzzone, M. Marconcini, U. Wegmuller, A. Wiesmann. An Advanced System for the Automatic Classification of Multitemporal SAR Images. IEEE Trans. Geosci. Remote Sensing, Vol 42, No 6, pp. 1321-1334, June 2004 7 E. Pottier, C.L. Martinez, F Famil Polarimetric Decomposition. Polarimetric Tutorial, January 2005 8 H. Mott. 1992. Antennas for Radar and Communications A Polarimetric Approach. A Wiley-Interscience Publication John Wiley & Sons

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005

TIS - 83

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005

TIS - 84

Anda mungkin juga menyukai