Anda di halaman 1dari 10

Merry Liana

Menari di Atas Api

Penerbit Nezcvada Publishing (NCP)

MENARI DI ATAS API Oleh: Merry Liana Copyright 2012 by Merry Liana

Penerbit Nezcvada Publishing (NCP) Nezcvada_publishing@gmail.com

Desain Sampul: Merry Liana

Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com

Terima Kasihku untuk Kalian

Terima kasih Tuhan, terimakasih telah memberiku kehidupan ini Terima kasih telah memberiku kekuatan untuk merangkai kata demi kata hingga terciptanya buku ini.. Terima kasih untuk kedua orang tua yang kucintai.. Terima kasih untuk mama yang selalu menjadi sumber inspirasiku Terima kasih untuk sahabat-sahabatku yang selalu mendukungku, Naura Zulfa Kamelia, Nur Hafizhah, Nur Laila dan Siti Rahmah

DAFTAR ISI

Cinta Ibu ............................................................. .. 5 Dream Book ........................................................ 11 Mindset of Dream ............................................... 23 Menari di Atas Api .............................................. 37 Mimpi yang Nyata ............................................... 67 Pencuri Mimpi ..................................................... 71 Sendu Alunan Nadaku ......................................... 83 Until The End ...................................................... 101

Cinta Ibu Aku membeku dan terpaku. Kadang aku tersedu dalam senyum pilu. Seakan tak cukup hatiku merintih dan menjerit setiap menyebut namanya, Mama itu adalah kata yang membuat hatiku tercabik. Terlebih lagi melihatnya tersiksa atas perceraian itu.

Kepedihan di hatinya menghantamku. Walaupun saat itu aku berusia 6 tahun, aku tetap bisa merasakan luka menganga dari sorot matanya. Setiap tetes butiran bening dari matanya seperti ribuan jarum

yang menusuk kulitku, menembus nadiku sampai ketulangku. Dengan tertatih dan hati merintih dia mengendongku. Membelai lemblfut rambut dan wajahku. Menatap jauh ke dalam mataku dengan penuh kasih. membawaku pergi dengan hati yang Dia

remuk.

Membohongiku agar aku tetap tersenyum. Menutupi semua duka dengan senyum palsu. Mungkin

mulutnya bisa membohongiku, namun matanya takkan pernah bisa berbohong.


5

Dia membawaku sejauh mungkin, seakan takut ada yang merebutku darinya. Andai aku punya kekuatan. andai aku bisa, akan ku katakan satu hal untuknya. Mama, aku akan selalu bersamamu. Aku takkan pernah meninggalkanmu meski kita harus menari di atas api. Kita akan bersama mencabik lentera dunia. Mencari sebuah kebahagiaan Hari kian berganti. Tinggal hanya berdua dengannya di sebuah kontrakan yang sangat sederhana dan sempit. Hanya ada satu kamar. Aku selalu tidur di sisinya, memeluknya dan mengatakan Aku sayang mama dalam hati. Melewati hari yang berlalu, dia selalu memasak untukku, kadang memandikanku, selalu menyiapkan pakaian sekolahku, kalau aku malas makan, dia menyuapiku, kalau Dia aku juga malas selalu berjalan dia

menggendongku.

menyisirkan

rambutku dan mencium pipiku ketika aku ingin berangkat sekolah.

Aku tau dia sangat menyayangiku walaupun kadang ada kalanya dia marah padaku karena sikapku. Aku malas meletakan sepatuku di rak, aku juga malas mencuci tangan sebelum makan, aku juga suka melamun saat makan, dan aku sering menghabiskan uangnya padahal dia begitu lelah berhari-hari membuat anyaman rotan. Dalam keadaan apapun jika bersamanya, aku selalu bahagia. Hidupku terukir indah seperti rangkaian puisi-puisi. Pujian-pujian indahku terhadapnya lirih menggema menyiratkan kemilau cahaya dari aura kebahagiaanku bersamanya. perlahan menepiskan luka hati kami atas perceraian itu. Tahun demi tahun dia telah melupaksn kesedihannya. Dia selalu tersenyum setiap pembagian raportku karena aku selalu bisa membuatnya bangga dengan menjadi juara kelas. Hanya itu yang bisa kuberikan untuknya. Setiap melihat dia bangga padaku ada kebahagiaan yang terukir indah di hatiku.

Suatu hari ketika aku duduk di kelas 5 SD. Dia membawaku ke rumah nenekku. Ada sorot kesedihan yang terpancar. Aku merasakan keganjilan. Dadaku terasa sesak. Terlebih ketika dia mengatakan ingin pergi ke luar kota untuk membuka usaha bersama temannya. Aura sayang, sekarang kamu boleh marah, tapi suatu saat kamu akan mengerti mama melakukan ini semua demi kamu, sebentar lagi kamu lulus, kamu akan masuk SMP, kemudian SMA dan kuliah, mama harus mendapat pekerjaan yang lebih baik untuk membiayai kamu Aku hanya diam mematung merasakan sudut-sudut mataku menghangat dan butiran bening merembes. Seolah semburat cahaya mutiara langit telah redup. Hidupku bukan lagi rangkaian puisi indah namun kepingan-kepingan perih. Anakku sayang, walaupun kita akan berjauhan, kamu harus tau kamu selamanya di hati mama. Dan satu pesan mama yang harus kamu ingat jangan
8

pernah meninggalkan shalat agar hidup kita penuh berkah Dia tak kuasa menahan tangisnya sambil membelai wajahku, memelukku dan menciumku. Aku melepaskannya dengan menahan tangisku sekuat hati dan tenagaku. Berpura-pura tersenyum walau sakit itu menghujamku. Kebahagian yang selama ini kurasakan nyaris terbunuh. Melihat dia melambaikan tangan seolah membentang lembah-lembah ngilu diantara kami. Hari demi hari aku mencoba bangkit, belajar untuk tersenyum lagi. Mencoba untuk mengukir impian untuk membahagiakannya, meski perih menusuk, meski sakit mencabik hatiku, meski gelegar alam menghujamku, aku tak peduli. Seolah aku akan menyingkirkan kabut-kabut yang bertebaran yang menyesakkan nafasnya, meski harus memecah

mentari, meski harus memerangi malam meski harus mengubah merpati menjadi macan. Aku rindu saatsaat bersamanya, saat dia membelaiku, menciumku,

memasak untukku, menasehatiku, memarahiku dan segala tentang dia. Demi mama kuserahkan seluruh hidupku. Demi pengorbanannya selama ini. Mengorbankan hati dan jiwanya untukku, rela tersiksa dengan jauh dariku itu semua demi aku. Sungguh dia begitu tulus. Dialah wanita terindah dan terhebat yang pernah ku kenal. Aku sayang mama selamanya. Dari waktu ke waktu aku belajar agar bisa lebih bersabar menantinya, aku yakin Tuhan pasti akan memberikan saat-saat aku bisa terus bersamanya selamanya Aku akan selalu merindukan belaiannya, senyumnya, kasih sayangnya dan semua tentang dia. Suatu ketika aku duduk di kelas 1 SMA, dia kembali dengan senyum terindah yang ku lihat. Dia kembali bersamaku. Pertemuan setelah bertahun-tahun

terpisah membuatku begitu bahagia. Sungguh rasa yang tak pernah bisa ku lukiskan dengan kata. Mungkin pelangi dihatiku telah kembali bersinar.

10

Anda mungkin juga menyukai