Anda di halaman 1dari 3

Cerpen

NAMA:VINSENSIUS DOMI PONDENG

BAHAGIA MELAWAN KABUT

Hidup keluargaku seakan dipacu untuk melawan kabut.

Pagi itu adalah awal yang membawa kami menabur gulita,dengan awan hitam tebal yang
menyelimuti suasana.Sinar sang mentari seakan enggan menunjukan kegagalan dan
kecerahnnya.Hanya detak jam dinding yang menemani kami diruangan itu.

Melihat raut muka mereka yang begitu sedih, seakan pipi ini hendak dibasai gumpalan air mata yang
juga membuatku merasakan seperti yang mereka rasakan.Suasana didalam ruangan itu hanya
ditemani biasan nyala lilin yang berusaha melawan alam pekat itu. Tangisan kecil terus
berkumandang dari bibir ibu.

Dikeheningan waktu itu tak kutau engkau ada dimana ,kenangan fotomorgana yang pernah terbang
di ufuk langit senja yang masih diingat.Kami hanya bisa terperangkap dalam putaran waktu. Aku
hanya ingin melihatnya untuk terakhir kalinya. Hanya termenung dengan curahan rasa penyesalan
yang selalu menghampiri

Suasana saat itu sungguh membuat kami terlihat gelisah,karena tak kami sangkah raga dan jiwa ayah
terbawa hilang dari hidup kami untuk selamanya. Ayahku meninggal dunia dan kami akan mengawali
hidup ini tanpa sosok seorang yang selalu kami panggil pahlawan. Ayahku meninggal karena
kecelakaan mobil ketika hendak pergi bekerja.Memang ini sangat menyakitkan bagi kami sekeluarga
terlebih kepada ibu.Ia ibu,dia yang selalu mendampingi ayah namun sekarang telah kehilangan sosok
seorang yang selalu memberi semangat dan cinta.

Keadaan ini sangat menyayat hati,menuntut kami untuk bergulat dengan perasaan.Memang
hubungan dengan ayah bisa terjadi pada siapapun,namun semua itu tak sama seperti yang kami
alami sekarang.Cinta nya sangat besar hingga masih terlekat jelas dalam lubuk hati ini. Terlebih
kepada ibu,hanya tangisan yang menemani hari harinya,terlihat sekali dia sangat terpukul dengan
keadaan ini.Semua keharmonisan hidup ini seakan tiba tiba menghilang direnggut waktu.

Aku adalah anak bungsu dari dua bersaudara,kakakku yang adalah laki laki yang selalu kuanggap
pahlawan menggantikan ayah untuk bisa menghantar kami untuk melawan rasa kegelisahan ini.Aku
dan kakak ku selalu berusaha untuk selalu terlihat baik baik didepan ibu,supaya ibu tidak terlalu
kepikiran terhadap kami.Kami berdua selalu berusaha menenangkan dan memberi kesabaran
kepada ibu,semua itu kami lakukan supaya bisa bersama sama melawan rasa duka dan untuk
berjuang tidak terlarut dalam kesedihan.

Kami mempunyai tekat yang kuat untuk bisa memulai kehidupan baru.Kami juga tak lupa meminta
pertolongan Tuhan Yang Maha Esa untuk membantu kami melawan semua tantangan ini,kami selalu
hidup dalam NamaNya.

Seiring berjalannya waktu,tekad kami yang kuat perlahan-lahan bisa melawan rasa gelisah yang
selama ini selalu menghantui pikiran kami,namun kami juga tak pernah lupa dengan Ayah.Kami
hanya melawan rasa ini untuk bisa mengawali hidup baru dengan tenang.akhirnya kami mampuh
melawan perasaan ini hanya dalam tiga bulan.Hal ini kami rasakan seperti pelangi sehabis hujan dan
badai.Pada waktu itu juga kebahagiaan kelak menghampiri keluargaku dengan melihat senyum lebar
dari bibir ibu yang seakan menggantikan tetesan air mata yang selama ini membuatnya selalu lesuh.

Suatu hari tepatnya hari minggu,aku dan keluargaku bersiap untuk kegereja.Namun pada minggu ini
kami tidak mengikuti perayaan di Gereja biasanya dekat lingkungan.Tapi kami beribadat diKatedral
yang lumayan jauh dari rumah.Kami mengikuti perayaan ekaristi dengan penuh iman,sekaligus kami
mendoakan almahrum ayah.Selesai perayaan kami langsung bergegas untuk kembali kerumah.Kami
menggunakan mobil,Kakaku yang menyetir mobilnya.Aku dan ibu duduk dibangku belakang.

Dalam perjalanan kami bertemu dengan seorang gadis penjual koran.Seketika itu juga ibu menyuruh
kakak untuk mengentikan mobil.tak tau apa yang dilakukan ibu,dia menyuruh kami untuk keluar dan
bersama menghampiri gadis penjual koran tersebut.Dengan kedua tangan yang memeluk koran
terdengar pula teriakan dari mulut gadis itu “koraannnnn,koraannnnn”.

Kami mendekati anak itu ditepi jalan dekat taman.Gadis itu kelihatanya sebaya dengan ku,dan tanpa
berpikir panjang dia langsung menawarkan koran itu kepada kami, “Buk,Kak,Mas, Korannyaa”tawar
gadis itu. Sambil melihat-lihat koran ibu bertanya kepada gadis itu.”Nak sudah berapa lama kamu
jualan koran?”tanya ibu,”sudah dalam dua bulan terakhir ini bu,karena saya hanya bisa dapat makan
dari hasil menjual koran ini bu” jawab anak itu

Mendengar perbincangan ibu anak gadis itu akupun penasaran dengan hidup gadis ini.Aku bertanya
kepadanya “Memangnya dimana orangtuamu” mendengar pertanyaanku itu dia langsug keliahatan
sedih dan merasa berat untuk menjawab “Orang tuaku sudah meninggal tiga bulan yang lalu,aku
sangat terpukul dengan keadaan waktu itu,aku tak tau harus meminta bantuan kepada siapa,aku tak
tai harus makan dengan apa,hanya rasa bingunglah yang menyelimuti pikiranku waktu itu”jawab
anak itu tunduk. Mendengar jawaban itu akupun merasa bersalah karena pertanyaanku mungkin
membuatnya sakit hati.

Mendengar cerita singkat dari gadis itu ibu pun tanpa berpikir panjang langsung memborong semua
koran gadis itu.Terlihat dari raut mukanya dia sangat bahagia karena dagangannya habis
terjual,meskipun ibu membelinya karena ada rasa kasian yang dirasakan.Gadis itu langsung
berterimaksih dan berlari sambil memegang uang yang diberi ibu.

Tak lama kemudian gumpalan air mata kembali membasahi pipi ibu.Seketika itu juga tetesan air
mata ibu diiringi senyuman dari bibirnya.Aku dan kakak sangat bingung melihat kejadian itu,ibu
merangkul aku dan kakak dan berkata “ Nak..ibu minta maaf karena setelah kehilangan ayah,ibu
selalu menyusahkan kalian.Ibu tak tau seberapa besar perjuangan kalian sama seperti gadis tadi
untuk membuat ibu kembali tersenyum.Ibu janji akan selalu menyayangi kalian berdua”.Mendengar
perkataan ibu yang sangat menyentuh hati kecil ini,tak di nyangka aku dan kakak tiba tiba juga
meneteskan air mata bersamaan.Tanpa rasa malu kami berpelukan di tepi jalan.Setelah melepaskan
dan melampiaskan segala kesedihan dengan tangisan kecil,kami kamipun kembali kerumah.

Mulai dari saat itu kamipun menjadi keluarga bahagia dan kembali seperti keluarga awal yang masih
dengan sosok seorang ayah.Meskipun hanya mengenangnya saja kami tetap merindukan
kasihnya.Kami sadar semua yang terjadi didunia ini tidak hanya tentang kenahagian saja namun juga
ada kesediahan yang mengiringi hidup.Kami juga Percaya Tuhan selalu menyertai setiap langakah
hidup kami.
Kami selalu merindukan untukmu yang selalu terjaga dalam ingatan,untuk kanu yang terlanjur
pergi.Senja menyadari risiko mengarungi bahtera cinta didalam samudra yang luas.kami mungkin
Harus siap dihempas gelombang dan bahkan tidak mungkin bisa kandas ditengah jalan.

Kami hanya mampuh memelukmu lewat riuhnya doa yang selalu diucapkan.Kami hanya bisa
memelukmu lewat bayangan kenagangan yang selalu menghiasi pikiran.Hanya doa yang menjadi
penghubung diantara kita.

Kami percaya cinta tak selamanya memiliki.Cinta hanyalah sebaris cerita pendek yang menolehkan
perasaan.Kadang memerah,memutih dan membiru.Hanya segegam rindu dari kami untukmu ayah.

Anda mungkin juga menyukai