Anda di halaman 1dari 91

4

II. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Morfologi, Identifikasi Hama dan Gejala Kerusakan Tanaman 1. Hasil Pengamatan a. Pengenalan Hama, Tanda dan Gejala Serangan 1) Belalang (Valanga nigricornis)

Gambar 1.1 Belalang (Valanga nigricornis) Sumber : Laporan Sementara Keterangan Gambar : 1. Kepala 2. Mata 3. Antena 4. Toraks 5. Kaki Taksonomi Belalang: Filum Kelas : Arthropoda : Insecta 6. Sayap 7. Abdomen 8. Mulut 9. Tungkai 10. Ovipositor

Bangsa : Orthoptera Famili Genus : Acrididae : Valanga

Spesies : Valanga nigricornis Ciri-ciri morfologis : a) Memiliki mata facet (mata majemuk) b) Mengalami metamorphosis Paurometabola c) Tipe alat mulut mandibulata d) Dewasa dan pradewasa memiliki makanan yang sama e) Pradewasa belalang belum memiliki sayap yang sempurna f) Tubuh terbagi menjadi 3 bagian kepala, toraks dan abdomen

Gambar 1.2 Gejala Serangan Belalang Hama : Belalang Inang : Daun Jeruk

Gejala serangan : Daun sobek, berlubang, ada bekas gigitan 2) Tikus sawah (Rattuss-rattus argentiventer)

Gambar 1.3 Tikus (Rattuss-rattus argentiventer) Sumber : Laporan Sementara Keterangan Gambar : 1. Kepala 2. Kaki 3. Ekor 4. Tubuh 5. Telinga 6. Gigi 7. Mulut 8. Mata Taksonomi Tikus: Filum Kelas : Chordata : Mamalia

Bangsa : Rodentia Famili : Muridae

Genus

: Rattuss

Spesies : Rattuss-rattus argentiventer Ciri-ciri morfologis : a) Tidak mengalami metamorphosis b) Memiliki telinga c) Ekor lebih pendek dari pada panjang badan ke kepala d) Bulu tubuh bagian atas lebih gelap dari pada bagian bawah. e) Tipe mulut pengerat

Gambar 1.4 Gejala Serangan Tikus Hama : Tikus Inang : Padi Gejala serangan : Batang padi roboh karena keratan tikus 3) Tungau merah (Tetranichus cinnabarinus)

Gambar 1.5 Tungau (Tetranichus cinnabarinus) Sumber : Laporan Sementara Keterangan Gambar : 1. Tangkai kaki 2. Cephalothorax 3. Abdomen 4. Chelicerae Taksonomi : Filum Kelas : Arthropoda : Arachnida

Bangsa : Acarina Famili Genus : Tetranychidae : Tetranycus

Spesies : Tetranycus cinnabarinus Ciri-ciri morfologis : a) Mempunyai 4 pasang tangkai kaki b) Tubuh terbagi menjadi 2 bagian cephalothorax dan abdomen c) Kepala dan dada bersatu

Gambar 1.6 Gejala Serangan Tungau Hama : Tungau merah Inang : Daun singkong Gejala : terdapat bintik kemerahan pada daun 4) Nematoda (Meloidogyne sp.)

Gambar 1.7 Nematoda (Meloidogyne sp.) Sumber : Laporan Sementara Keterangan Gambar : 1. Tubuh 2. Stilet 3. Mulut 4. Usus 5. Anus Taksonomi Cacing: Filum : Nemathelminthes Kelas : Nematoda

Bangsa : Tylenchida Famili : Heteroderidae Genus : Meloidogyne Spesies : Meloidogyne sp Ciri-ciri morfologis : a) Tipe alat mulut : Penusuk Penghisap (Haustelata) b) Tubuhnya simetris bilateral c) Tubuhnya tidak bersegmen d) Pada stilet terdapat konus, silindris, dan knop.

Gambar 1.8 Gejala Serangan Nematoda Hama : Nematoda Inang : akar tomat Gejala serangan : Puru akar (akar membengkak) 5) Bekicot (Achatina fulica )

Gambar 1.9 Bekicot (Achatina fulica ) Sumber : Laporan Sementara Keterangan Gambar : 1. Ekskeleton 2. Tentakel dengan mata di ujung 3. Lubang pernapasan 4. Alat genetalia 5. Mulut

Taksonomi Bekicot Filum Kelas : Molusca : Gastropoda

Bangsa : Pulmonasia Famili Genus : Archatinidae : Archatina

Spesies : Achatina fulica Ciri-ciri morfologis a) Tipe alat mulut menggigit mengunyah (Mandibulata) b) Memiliki cangkang c) Tidak mengalami metamorphosis d) Terdapat Mata diujung tentakel e) Tubuh berlendir f) Kakinya berupa kaki palsu dan berlendir

Gambar 1.10 Gejala Serangan Bekicot Hama : Bekicot Inang : Daun singkong Gejala : Daun sobek dan berlendir 6) Burung Emprit (Munia sp)

Gambar 1.11 Emprit (Munia sp)

10

Keterangan Gambar : 1. Mata 2. Paruh 3. Kaki 4. Sayap 5. Ekor Taksonomi Emprit: Filum Kelas : Aves : Passeriformes

Bangsa : Ploseidae Famili Genus : Estrildidae : Munia

Spesies : Munia sp Ciri-ciri morfologis : a) Bulu bagian atas berwarna gelap dan tubuh bagian bawah berwarna putih. b) Tidak mengalami metamorphosis c) Paruh menunjukkan sebagai hewan pemakan biji bijian d) Memiliki sepasang sayap e) Memiliki sepasang kaki

Gambar 1.12 Gejala Serangan Burung Emprit Hama : Burung emprit Inang : Padi Gejala : Padi menjadi tidak bernas

11

b. Kunci Determinasi Ordo, Tanda, dan Gejala Serangan 1) Walang sangit (Leptocorisa acuta)

Gambar 1.13 Larva Walang Sangit Keterangan Gambar : 1. Sayap 2. Antena 3. Kaki 4. Mata Taksonomi : Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Arthropoda : Insekta : Hemiptera : Alydidae : Laptocorixa : Leptocorixa acuta

Gambar 1.14 Imago Walang Sangit

Kunci Determinasi

: 1a, 2a, 3a, Hemiptera

1(a). Mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan berstruktur mika/kulit, terutama di pangkal sayap, sayap belakang bersifat membran. 2(a). Alat mulut tipe penghisap dengan bentuk paruh panjang beruasruas. 3(a). Tekstur pangkal sayap depan seperti mika, ujunh sayap bersifat membrab, ujung sayap saling tumpang-tindih bila sedang hinggap. a) Jenis larva b) Jenis pupa : polipoda : obtekta

c) Tipe metamorphose: paurometabola d) Tipe alat mulut : haustelata

e) Stadium merusak : imago

12

2) Lebah (Vespula vulgaris)

Gambar 1.15 Imago Lebah Keterangan Gambar : 1. Kepala 2. Toraks 3. Abdomen 4. Mulut 5. Kaki 6. Sayap Taksonomi : Fillum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hymenoptera : 1b, 5b, 6b, 7b, 8a

Kunci Determinasi

1(b). Sayap depan dan belakang bersifat membran. 5(b). Sayap tidak tertutup sisik. 6(b). Sayap depan dan belakang tidak berukuran sama, bentuk dan susunan venanya. 7(b). Ukuran tubuh seragam, sayap, tanpa rumbai. 8(a). Tubuh agak padat, ada penggentingan antara toraks dan abdomen sayap belakang lebih kecil dari sayap depan. a) Jenis larva b) Jenis Pupa : Protopoda : Eksarata

c) Tipe Metamorfosis : Holometabola d) Tipe Alat Mulut : Menusuk-menghisap

e) Stadium Merusak : (Predator)

13

3) Kupu-kupu (Appias libythea)

Gambar 1.16 Larva Kupu-kupu Keterangan gambar : 1. Antenna 2. Kepala 3. Toraks 4. Abdomen 5. Sayap 6. Kaki Taksonomi : Fillum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Kunci Determinasi

Gambar 1.17 Pupa Kupu-kupu

Gambar 1.18 Kupu-kupu

: 1a, 2a, 5a, Lepidoptera

1(a). Mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan berstruktur mika/kulit, terutama di pangkal sayap, sayap belakang bersifat membran. 2(a). Alat mulut tipe penghisap dengan bentuk paruh panjang beruasruas. 5(a). Kedua sayap tertutup oleh sisik. a) Jenis larva b) Jenis Pupa : Polipoda : Obtekta

c) Tipe Metamorfosis : Holometabola d) Tipe Alat Mulut : larva Imago e) Stadium Merusak : Larva : Penggigit : Penghisap

14

4) Kumbang Badak (Orycetes rhinoceros)

Gambar 1.19 Larva Kumbang Badak Keterangan Gambar : 1. Kepala 2. Toraks 3. Abdomen 4. Tungkai 5. Tanduk 6. Sayap 7. Kaki 8. Mulut Taksonomi : Fillum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Family : Scarabaeidae Genus : Orycetes Spesies : Orycetes rhinoceros Kunci Determinasi

Gambar 1.20 Pupa Kumbang Badak

Gambar 1.21 Kumbang Badak

: 1a, 2b, 4a Coleoptera

1(a). Mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan berstruktur mika/kulit, terutama di pangkal sayap, sayap belakang bersifat membran. 2(b). Alat mulut tipe pengunyah, mempunyai mandible. 4(a). Sayap depan seperti mika/tanduk tanpa vena (elytra),sayap belakang bersifat membrane dengan sedikit vena. a) Jenis larva b) Jenis Pupa : Oligopoda : Eksorata

c) Tipe Metamorfosis : Holometabola

15

d) Tipe Alat Mulut : Mandibulata e) Stadium Merusak : Larva dan Imago 5) Lalat buah (Drosophila melanogaster)

Gambar 1.22 Larva Lalat Buah Keterangan Gambar : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Mulut Toraks Abdomen Kepala Tungkai Sayap Tanduk

Gambar 1.23 Pupa Lalat Buah

Gambar 1.24 Imago Lalat Buah

Taksonomi Fillum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera

Spesies : Dacus sp Kunci Determinasi : 1b, 5b, 6b, 7b, 8b

1(b). Sayap depan dan belakang bersifat membran. 5(b). Sayap tidak tertutup sisik. 6(b). Sayap depan dan belakang tidak seperti sayap pada no. 6a. 7(b). Ukuran tubuh bergam, sayap tanpa rumbai. 8(b). Sayap depan ada, sayap belakang tereduksi menjadi alat kesetimbangan (halter). a) Jenis larva b) Jenis Pupa : Apoda : Koartata

c) Tipe Metamorfosis : Holometabola d) Tipe Alat Mulut : Penusuk penghisap e) Stadium Merusak : Imago

16

6) Wereng hijau (Nephoterix apicalis)

Gambar 1.25 Wereng Sumber : Laporan Sementara Taksonomi : Fillum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Homoptera Kunci Determinasi : 1a, 2a, 3b, Homoptera

1(a). Mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan bertekstur mika/kulit, terutama di pangkal sayap, sayap belakang bersifat membran. 2(a). Alat mulut tipe penghisap dengan bentuk paruh panjang yang beruas-ruas. 3(b). Sayap depan dengan tekstur yang seragam, ujung sayap sedikkt tumpang tindih. a) Jenis larva b) Jenis Pupa ::-

c) Tipe Metamorfosis : Paurometabola d) Tipe Alat Mulut : Menusuk menghisap

e) Stadium Merusak : Nimfa, Imago 7) Daun Bawang

Gambar 1.26 Daun bawang terserang Lyriomiza chinensis Sumber : Laporan Sementara

17

Gejala serangan : terdapat bekas orokan (garis-garis berwarna putih) Hama : Lyriomiza chinensis Tipe alat mulut : penggigit-pengunyah 8) Padi

Gambar 1.27 padi Gambar 1.28 padi Gambar 1.29 padi terserang terserang terserang walang Scirpophaya Scirpophaya sangit incertulas (beluk) incertulas (sundep) a) Gejala serangan padi (beluk) : daun menguning, padi kering, bulir padi kosong terjadi pada fase generatif Hama : Scirpophaya incertulas Tipe alat mulut : penusuk-penghisap b) Gejala serangan padi (sundep): pada bagian batang bawah terdapat lubang, daun menguning terjadi pada fase vegetatif Hama : Scirpophaya incertulas Tipe alat mulut : penghisap c) Gejala serangan walang sangit : bulir padi tidak berisi, dan terdapat bintik/bercak pada padi Hama : walang sangit Tipe alat mulut : penghisap 9) Belimbing

Gambar 1.30 Belimbing terserang lalat buah Sumber : Laporan Sementara

18

Gejala serangan : busuk, terdapat bercak pada buah Hama : lalat buah Tipe alat mulut : penghisap 10) Daun kelapa

Gambar 1.3 Daun kelapa terserang kumbang badak Sumber : Laporan Sementara Gejala serangan : daun sobek/rusak, pada batang terdapat kerusakan Hama : kumbang badak Tipe alat mulut : penggigit-pengunyah 11) Daun pisang

Gambar 1.32 Daun pisang terserang Erionata thrax L Sumber : Laporan Sementara Gejala serangan : Daun menggulang Hama : Erionata thrax L Tipe alat mulut : penggigit-pengunyah 2. Pembahasan a. Pengenalan Hama, Tanda, dan Gejala Serangannya Menurut Sudarmono (2002), belalang (Valanga nigricornis) yang tergolong dari ordo orthoptera biasa disebut dengan belalang kayu. Belalang kayu memiliki ciri-ciri antara lain memiliki antena pendek, organ pendengaran terletak pada ruas abdomen serta alat petelur yang pendek. Kebanyakan warnanya kelabu atau kecoklatan dan beberapa mempunyai

19

warna cemerlang pada sayap belakang. Serangga ini termasuk pemakan tumbuhan dan sering kali merusak tanaman. Adapun alat mulutnya bertipe penggigit pengunyah. Tipe ordo ini memiliki 2 pasang sayap. Sayap depan lebih kecil daripada sayap belakang dan memiliki vena-vena yang menebal yang disebut dengan tegmina. Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki melekat pada bagian thorakal. . Pada segmen/ruas pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanium. Spirakulum yang meruapkan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen/thorax. Anus dan alat genetalia terdapat pada ujng abdomen. Belalang memiliki alat tambahan yang berupa sepasang mata faset (majemuk), dua buah antena, dan tiga buah mata sederhana (oseli). Tipe metamorfosis dari ordo ini adalah paurometabola (metamorfosis sederhana). Perkembangan tubuh terjadi dengan melewati masa telur, nimfa, dan imago. Bentuk nimfa dan dewasa hampir sama, hanya pada bagian sayap, ukuran tubuh, dan kematangan alat kelamin saja yang membedakan. Pada masa nimfa, sayap masih berupa selaput tipis, sedangkan pada serangga dewasa sudah memiliki tegmina. Ukuran ubuh antara nimfa dan dewasa juga berbeda, nimfa lebih kecil sedangkan belalang dewasa jauh lebih besar. Belalang adalah tipe serangga pemakan daun. Alat mulut dari belakang bertipe pnggigit-pengunyah dengan bagian-bagian seperti labrum, mandibel, labium, dan maxilla. Akibat dari serangan hama ini adalah berlubangnya daun yang dimulai dari tipe tanaman dengan kerusakan yang lebar. Burung emprit memiliki morfologi seperti warna bulu badan hampir semuanya coklat kecuali pada bagian dada dan perut yang berwarna hitam dan meiliki bercak-bercak putih. Bentuk paruh tipe pemakan biji-bijian, tidak terlalu runcing dan menyerupai segitiga. Burung emprit memiliki empat jari kaki berkuku. Tiga dari jari kaki tersebut berada di depan seangkan satu bagian di belakang. Hama ini menyerang biji padi. Pengendalian dari burung emprit sangat sulit karena daya jelajahnya yang tinggi. Pengendalian dilakukan secara mekanik yakni dengan orang-orangan sawah. Bekicot tergolong hewan molusca (bertubuh lunak) dari ordo pulmonasa. Tubuh bekicot yang lunak terlindung oleh shell (cangkang) yang keras. Pada bagian anterior, terdapat dua pasang antena yang pada

20

masing-masing ujungnya terdapat mata. Pada ujunga bawah anterior terdapat mulut dan radula (perut). Lubang pernafasan dan anus terdapat pada sisi mantel tubuh dekat dengan cangkang. Sedangkan lubang genetalia terdapat disamping sebelah kanan. Tubuh bekicot dilengkapi de ngan kaki semu. Bekicot mempunyai tipe alat mulut mandibulata dimana hewan ini merupakan hewan yang menggigit serta mengunyah makanannya. Hewan ini memakan daun dengan kecepatan yang cukup tinggi. Selain merusak daun, juga merusak bunga dan pucuk tanaman, bahkan selusur tanaman muda, baik tanaman muda maupun tanaman yang sudah tua. Gejala serangan dari bekicot yaitu adanya bekas gigitan dan adanya lendir yang apabila lendir tersebut mengering maka akan tampak mengkilat. Lendir-lendir tersebut akan dikeluarkan oleh bekicot saat berjalan. Menurut Winarno (2003), tikus sawah memiliki morfolgi seperti tubuhnya berawarna keabu-abuan. Panjang ekornya sama atau lebih pendek dibandingkan panjang tubuh sampai dengan kepala. Kakinya memiliki empat jari yang mempermudah tikus untuk berlari cepat. Memiliki gigi dengan tipe pengerat sehingga merusak tanaan padi dengan cara mengeratnya pada bagian batang. Tikus sawah termasuk dalam filum Chordata, kelas mamalia dan termasuk dalam bangsa Rodentia. Ordo ini termasuk binatang pengerat dan paling banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman pertanian. Tikus ini menyebabkan kerusakan pada bagian batang tanaman padi sehingga tanaman padi roboh. Ciri khas dari serangan tikus adalah pada petak sawah bagian tengah gundul sedangkan bagian tepinya lebat. Tikus juga menyerang bendegan persemaian dengan memakan benih yang di sebar atau mencabuti yang baru tumbuh. Pada fase generatif tikus akan memakan malai yang terbentuk dan bulir-bulir padi yang mulai menguning, sehingga mengakibatkan kehilangan hasil secara langsung dan ciri dari serangan ini adalah adanya sisa rencetan padi yang berserakan di sekitar tanaman padi yang diserang. Menurut Tjahjadi (1998), tungau merah warna pada tubuhnya adalah merah. Pada umumnya mempunyai empat pasang kaki yang terletak pada bagian cephalothorax. Tetapi ada juga yang dilengkapi kaki rudimenter atau kaki yang pertumbuhannya tidak sempurna. Tungau digolongkan dalam kelompok Arachnida. Ukuran tubuh tungau termasuk

21

kecil. Hewan ini mempunyai ciri tubuhnya dibagi menjadi dua segmen yaitu cephalotorax dan abdomen. Tungau memiliki tungkai yang berjumlah empat pasang. . Tipe alat mulut tungau merah adalah pencucuk penghisap, terdiri dari sepasang celicera dan sepasang alat peraba sensorik. Tanaman inang dari hama tungau merah adalah ubi kayu. Hidupnya di bawah tulang-tulang daun Menyerang pada daun dengan menghisap cairannya. Gejala yang tampak pada tanaman jika tanaman tersebut terserang hewan ini adalah di sekitar garis tengah daun terdapat bercak kuning atau merah dan juga terdapat benang-benang putih yang berada di permukaan bawah daun. Filum dari Nematoda adalah Nemathelmintes atau Ascelmintes. Struktur dan morfologi nematoda adalah berbentuk silinder memanjang, bilateral simetris, tidak bersegmen. Lapisan terluar nematoda berupa kutikula yang mempunyai sifat lentur dan transparan, berfungsi untuk melindungi tubuh dan memudahkan untuk bergerak. Disebelah anterior terdapat stylet yang berfungsi untuk mencucuk jaringan makanan. Nematoda berbentuk memanjang, panjangnya di antara 1,5-5mm. Bagian kepalanya lurus atau berlekuk. Lubang amfidnya berupa celah yang lebar dan kearah belakang berbentuk seperti ujung corong. Stiletnya panjang yang bagian anterior berupa odontosil dan bagian stilet posterior berupa odontofor. Esofagusnya terdiri atas prokarpus yang panjang dan sempit serta mempunyai kelenjar bulbus yang pendek. Nematoda merupakan binatang yang menyeru[ai cacing. Tubuhnya tidak bersegmen, simetris bilateral, transparan, dan tidak berkaki. Mempunyai alat mulut yang berupa stilet. Stilet merupakan tipe alat mulut yang berbentuk seperti tombak yang dapat keluar masuk digerakkan oleh urat-urat. Gejala serangan pada tanaman yang disebabkan oleh nematoda adalah adanya bengkak pada bagian akar (puru).Tanaman inang dari nematoda antara lain tanaan sayuran, tanaman berjajar, tanaman buah, dan gulma. b. Kunci Determinasi Ordo, Tanda, dan Gejala Serangan Serangga memiliki beberapa ordo, antara lain yaitu : 1) Walang Sangit Hemiptera merupakan salah satu ordo dalam kelas insekta yang memiliki ciri-ciri sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Sayap depan menebal pada bagian pangkal

22

(basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Salah satu spesies dari ordo Hemiptera yaitu walang sangit. Walang sangit termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Insecta, bangsa Hemiptera, famili Alydidae, dan genusnya Leptocorisa dan spesiesnya Leptocorisa acuta. Ciri-ciri walang sangit yaitu tipe alat mulut haustelata (menusuk-mengisap), mengalami metamorphosis sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur nimfa dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Tipe mulutnya haustelata, stadium hama merusak saat larva dan dewasa. Kunci determinasinya adalah: 1(A). Mempunyai 2 pasang sayap. Sayap depan bertekstur seperti mika/kulit terutama dipangkal sayap, sayap velakang bersifat membran. 2(A). Alat mulut tipe penghisap dengan bentuk paruh panjang yang beruas-ruas 3(A). Tekstur pangkal sayap depan seperti mika, ujung sayap bersifat membran (hemelytron), ujung sayap saling tumpang tindih bila sedang hinggap 2) Wereng Hijau Ordo homoptera dengan ordo hemiptera mempunyai ciri-ciri yang hampir sama. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap (haustelata). Salah satu contoh spesies serangga dari ordo homoptera yang diamati yaitu wereng (Nilaparvata lugens). Ciri-ciri wereng sebagai anggota dari ordo homoptera antara lain memiliki alat mulut bertipe pencucuk-pengisap, mengalami metamorfosis tipe paurometabola. Sehingga dapat menjadi hama pada stadium imago. Tahap

23

perkembangan wereng dimulai dari telur nimfa dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Kunci determinasinya adalah: 1(A). Mempunyai 2 pasang sayap, sayap dengan bertekstur seperti mika/kulit, ter utama di pangkal sayap, sayap belakang bersifat membran 2(A). Alat mulut tipe penghisap dengan bentuk paruh panjang yang beruas-ruas 3(B). Sayap depan dengan tekstur yang seragam, ujung sayap sedikit tumpang tindih. 3) Kumbang Badak Ciri coleoptera yang paling menonjol dan mudah dikenali dapat diketahui dari stuktur sayapnya. Kebanyakan coleoptaera mempunyai 4 sayap, dengan pasangan sayap depan menebal, seperti kulit, atau keras dan rapuh, dan biasanya bertemu dalam satu garis lurus di bawah tengah punggung dan menutupi sayap-sayap belakang. Sayapsayap belakang berselaput tipis, dan biasanya lebih panjang daripada sayap-sayap depan dan apabila dalam keadaan istirahat, biasanya terlipat di bawah sayap-sayap depan (Borror et al., 1992). Menurut Borror (1992), anggota dari ordo coleoptera yang menjadi objek pengamatan pada praktikum ini adalah kumbang badak (Oryctes rhinoceros). Ciri-ciri kumbang badak secara morfologi antara lain memiliki 2 pasang sayap, sayap depan bertekstur seperti mika/kulit, terutama di pangkal sayap, sayap belakang bersifat seperti membran, tipe alat mulut penggigit-pengunyah (mandibulata), mengalami metamorfosis tipe holometabola atau metamorfosis sempurna, jenis pupa ekserata karena mempunyai alat tambahan yang bebas atau tidak melekat seluruhnya dan tidak terbungkus oleh kokon, sedangkan tipe larvanya adalah Oligopoda karena tungkai hanya terdapat pada bagian toraks. Nama kumbang badak disesuaikan dengan bentuk tubuh kumbang tersebut yang menyerupai badak. Di luar negeri dikenal dengan Rhinoceros beetle. 1(a). Mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan berstruktur mika/kulit, terutama di pangkal sayap, sayap belakang bersifat membran. 2(b). Alat mulut tipe pengunyah, mempunyai mandible.

24

4(a). Sayap depan seperti mika/tanduk tanpa vena (elytra),sayap belakang bersifat membrane dengan sedikit vena. 4) Kupu-kupu Ciri khas masing-masing ordo dapat diketahui dari namanya. Seperti kata Lepidoptera berasal dari bahasa Yunani, lepidos artinya sisik dan ptera artinya sayap. Sehingga, ciri morfologi serangga ini adalah mempunyai sayap yang bersisik. Jumlah sayapnya ada 4 buah dan tertutup sisik. Badan dan kakinya juga tertutup oleh sisik, diantaranya ada yang berbentuk sikat dan ada yang seperti benang.bagian mulut saling berhubungan membentuk tabung

penghisap seperti spiral. Ordo Lepidoptera mempunyai antena yang berbentuk seperti sikat dan berbentuk seperti benang (Tjahjadi,1989). Anggota Lepidoptera ada yang menjadi hama penggerek batang padi, yaitu beluk dan sundep. Beluk menjadi hama penggerek batang padi saat padi berada tahap generatif. Sedangkan sundep menjadi hama penggerek batang padi saat padi berada pada tahap vegetatif. Dalam pertumbuhannya, Lepidoptera mengalami metamorfosis sempurna (holometabola). Metamorfosis bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia: telur larva kepompong dewasa. Contoh serangga ordo Lepidoptera yaitu kupu-kupu. Pada ordo Stadium merusak tanaman pada kupu-kupu terjadi saat fase larva (ulat), dan pada fase imago umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar. Tipe alat mulut pada kupu-kupu yaitu haustelata. Larva bertipe polipoda/eruciform (larva yang mempunyai tungkai di bagian thorax, dan abdomen), memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta (pupa dengan tipe alat tamabahan melekat pada tubuh). Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera. Kunci determinasi kupu-kupu dari ordo Lepidoptera yaitu : 1(B). Sayap depan dan belakang bersifat membran 5(A). Kedua sayapnya tertutup oleh sisik. 5) Lebah Hymenoptera merupakan kelompok serangga yang mempunyai sayap yang berselaput. Hymenoptera kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada serangga lain dan sebagian

25

yang lain sebagai penyerbuk. Lebah termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Insecta, bangsa Diptera, famili Hymenoptera. Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli. Tipe alat mulut haustelata, yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya. Lebah bukan merupakan suatu hamanamun keberadaannya membantu penyerbukan tanaman. Metamorfosis sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur larva kepompong dewasa. Lebah mempunyai jenis larvanya apoda atau tidak berkaki, dan pada saat menjadi pupa, alat tambahan bebas tidak melekat seluruhnya di tubuh ssehingga termasuk ekserata atau libera. Kunci determinasi dari lebah adalah: 1(B). Sayap depan dan belakang bersifat membran 5(B) Sayap tidak tertutup sisik 6(B). Sayap depan dan belakang tidak seperti di atas 7(B). Ukuran tubuh beragam,sayap tanpa rumbai 8(A).Tubuh agak padat,ada penggentingan antara toraks dan abdomen sayap belakang lebih kecil dari sayap depan 6) Lalat buah Jika dilihat dari arti katanya, di berarti dus dan ptera berarti sayap, maka ordo diptera merupakan kelompok serangga yang memiliki dua sayap yaitu sepasang sayap depan. Sedangkan sayap belakang berubah menjadi alat keseimbangan yang disebut halter. Kelompok diptera mengalami metamorfosis sempurna, dan memiliki tipe mulut ada yang menusuk dan mengisap atau menjilat dan mengisap, membentuk alat mulut seperti belalai disebut probosis. Tipe larva dari lalat adalah Apoda karena tidak memiliki tungkai. Sedangkan tipe pupanya adalah Koartata karena eksuvia tidak mengelupas dan tetap membungkus pupanya. Lalat buah merupakan salah satu anggota dari ordo diptera. Lalat buah dewasa memakan cairan atau sekresi yang dikeluarkan oleh berbagai kumbang atau serangga lain, madu pada buah dan cairan buah lainnya. Saat tidak musim buah, lalat terbang atau berada di semak-semak atau hutan kecil disekitarnya. Bila ingin bertelur, lalat mencari buah yang menjelang masak. Saat tidak musim buah, lalat terbang atau berada di

26

semak-semak atau hutan kecil disekitarnya. Bila ingin bertelur, lalat mencari buah yang menjelang masak. Alat peletak telur (ovopositir) berada di ruas belakang badan, ditusukkan menembus kulit buah masak ke dalam buah dan membentuk rongga. Telur diiringi bakteri yang menyelinap masuk ke dalam buah sehingga menimbulkan kontaminasi dan buah menjadi busuk. Bintik bekas tusukan alat peletak telur menjadi gelap agak membusuk dan akhirnya menjadi busuk buah Lalat buah (Dacus sp) dikenal sebagai serangga hama tanaman hortikultura. Banyaknya jenis lalat buah dan banyaknya jenis buahbuahan yang diserang merupakan kendala bagi pengembangan hortikultura terutama buah-buahan. Lalat buah termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Insecta, bangsa Diptera, famili Tephritidae, dan genusnya Dacus. Tubuh terdiri dari tiga bagian yaitu caput kepala, thorax dan abdomen. Pada fase imago hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulutnya penusuk penghisap (haustelata), stadium lalat merusak tanaman pada saat larva dan imago/dewasa. Metamorfosisnya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur larva kepompong dewasa. Larva tidak berkaki (apoda) dan pupa bertipe coartacta, seperti eksarata namun eksuvie tidak mengelupas dan tetap membungkus pupanya. Kunci determinasi dari lalat buah adalah: 1(A). Mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan bertekstur seperti mika/ kulit, terutama di pangkal sayap, sayap belakang bersifat membran 5(B).Sayap tidak tertutup sisik 6(B).Sayap depan dan belakang tidak seperti di atas 7(B).Ukuran tubuh beragam,sayap tanpa rumbai 8(B). Sayap depan ada,sayap belakang tereduksi menjadi alat keseimbangan (halter).

27

Menurut Gendroyono (2006), tipe alat mulut menggigit mengunyah terdiri atas sepasang bibir, organ penggiling untuk menyobek dan menghancur serta organ tipis sebagai penyobek. Makanan disobek kemudian dikunyah lalu ditelan. Secara struktural alat makan jenis ini terdiri dari labrum berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam rongga mulut, Epifaring berfungsi sebagai pengecap, Mandibel berfungsi untuk mengunyah, memotong, atau melunakkan makanan, Maksila merupakan alat bantu untuk mengambil makanan. Maxila memiliki empat cabang, yaitu kardo, palpus, laksinia, dan galea, hipofaring serupa dengan lidah dan tumbuh dari dasar rongga mulut, Labium sebagai bibir bawah bersama bibir atas berfungsi untuk menutup atau membuka mulut. Labium terbagi menjadi tiga bagian, yaitu mentum, submentum, dan ligula. Ligula terdiri dari sepasang glosa dan sepasang paraglosa. Identifikasi berdasarkan gejala serangannya yakni dengan memperhatikan tipe alat mulut menggigit dan mengunyah maka akan ditemukan bagian tanaman yang hilang, apakah dimakan, digerek atau digorok. Contoh serangga dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah yaitu ordo Coleoptera, Orthoptera, Isoptera, dan Lepidoptera. Tipe alat mulut meraut dan menghisap diwakili oleh tipe alat mulut lebah madu Apis cerana (Hymenoptera, Apidae) merupakan tipe kombinasi yang struktur labrum dan mandibelnya serupa dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah, tapi maksila dan labiumnya memanjang dan menyatu. Glosa merupakan bagian dari labium yang berbentuk memanjang sedangkan ujungnya menyerupai lidah yang berbulu disebut flabelum yang dapat bergerak menyusup dan menarik untuk mencapai cairan nektar yang ada di dalam bunga. Hama ini meraut jaringan hingga keluar cairan , cairan ini kemudian dihisap paruh konikal. Jaringan yang terserang cenderung berwarna putih atau belang yang kemudian tampak mengerut. Tipe alat mulut menjilat mengisap (Sponge) ini misalnya pada alat mulut lalat (Diptera). Pada bagian bawah kepala terdapat labium yang bentuknya berubah menjadi tabung yang bercelah. Ruas pangkal tabung disebut rostrum dan ruas bawahnya disebut haustelum. Ujung dari labium ini berbentuk khusus yang berfungsi sebagai pengisap, disebut labellum. Bahan pangan padat menjadi lembek dan busuk akibat ludah yang dikeluarkan hama ini untuk melunakkan makanan, kemudian dihisapnya.

28

Tipe Alat Mulut Mengisap ini biasanya terdapat pada ngengat dan kupu-kupu dewasa (Lepidoptera) dan merupakan tipe yang khusus, yaitu labrum yang sangat kecil, dan maksila palpusnya berkembang tidak sempurna. Labium mempunyai palpus labial yang berambut lebat dan memiliki tiga segmen. Bagian alat mulut ini yang dianggap penting dalam tipe alat mulut ini adalah probosis yang dibentuk oleh maksila dan galea menjadi suatu tabung yang sangat memanjang dan menggulung. Biasanya dimiliki oleh imago dari ordo lepidoptera. Serangga dewasa umumnya bukan merupakan hama yang bertindak sebagai hama adalah serangga yang mempunyai alat mulut mengunyah pada stadia larva. Tipe Alat Mulut Menusuk Mengisap yang paling menonjol adalah labium yang berfungsi menjadi selongsong stilet. Ada empat stilet yang sangat runcing yang berfungsi sebagai alat penusuk dan mengisap cairan tanaman. Keempat stilet berasal dari sepasang maksila dan mandibel ini merupakan suatu perubahan bentuk dari alat mulut serangga pengunyah. Serangga hama dengan tipe alat mulutnya menusuk dan mengisap gejala serangan yang ditimbulkan yaitu pada bagian tanaman akan ditemukan bekas tusukan stilet yang akan menyebabkan terjadinya perubahan warna atau perubahan bentuk pada bagian tanaman yang diserangnya. Menurut Siregar (2010), kunci determinasi digunakan untuk mencari nama tumbuhan atau hewan yang belum diketahui. Kunci determinasi yang baik adalah kunci yang dapat digunakan dengan mudah, cepat serta hasil yang diperoleh tepat. Pada umumnya kunci disusun secara menggarpu (dikotom), memuat ciri-ciri yang bertentangan satu sama lain. Artinya, apabila suatu makhluk hidup memiliki ciri-ciri yang satu, berarti ciri yang lainpasti gugur. Dikenal dua macam kunci determinasi, yaitu kunci determinasi bertakik (Idented Key) dan kunci determinasi paralel (Bracketed Key). Larva adalah bentuk muda (juvenile) hewan yang

perkembangannya melalui metamorfosis, seperti pada serangga dan amfibia. Bentuk larva dapat sangat berbeda dengan bentuk dewasanya, misalnya ulat dan kupu-kupu yang sangat berbeda bentuknya. Larva umumnya memiliki organ khusus yang tak terdapat pada bentuk dewasa dan juga tidak memiliki organ tertentu yang dimiliki pada bentuk dewasa. Suatu tahapan hidup disebut larva apabila dalam bentuk itu memiliki

29

aktivitas yang tinggi (khususnya dalam bergerak dan mencari makanan). Pupa (pupae) adalah tahap berpuasa antara larva dan dewasa dalam metamorfosis serangga holometabolus, di mana larva biasanya mengalami transformasi lengkap dalam kepompong pelindung atau selubung keras.

30

DAFTAR PUSTAKA

Borror. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. UGM Press. Yogyakarta. Gendroyono, Heru. 2006. Perlindungan Tanaman. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kalimantan Timur. Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta Siregar. 2010. Kunci Determinasi. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/biologipertanian/penelitian-dalam-biologi/kunci-determinasi/. Diakses tanggal 4 Juni 2012. Sudarmono. 2002. Pengenalan Serangga, Hama, Penyakit, dan Gulma Padi. Kanisius. Yogyakarta. Tjahjadi, Nur. 1998. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. Winarno, P.G. Bettysri. 2003. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara Pencegahannya. Ghalia Indonesia. Jakarta.

31

B. Identifikasi Patogen 1. Hasil Pengamatan a. Gejala dan Tanda Penyakit 1) Zoocecidia (Kutu daun) - Daun mangga Tipe gejala : hiperplastis Tanaman inang : Daun Mangga (Mangifera indica) Keterangan gejala : bintil-

bintil keras dan hitam menonjol pada daun. Kelas :Incsecta Spesies : Zoocecidia

Gambar 2.1 Zoocecidia Daun mangga Tipe parasit Mekanisme : Obligat : Biotropik

2) Penyakit sapu (Witches broom) pada Kacang Tanah Tipe gejala : hiperplastis Tanaman inang : Kacang Tanah Keterangan gejala : Batang utama membesar, tunas-tunas menjadi kerdil Kelas : Spesies : Witches broom (virus mikoplasma) Gambar 2.2 Witches broom Tipe parasit Mekanisme : Obligat : Biotropik

32

3) Mosaik pepaya Tipe gejala : nekrotis Tanaman inang : daun pepaya Keterangan gejala : terjadi

mozaik daun yaitu warna daun tidak merata, dan mengkerut Kelas : virales Spesies : virus Tipe parasit : Obligat Mekanisme : Biotropik Gambar 2.3 mosaik pepaya 4) Busuk Buah (Gloeosporium sp) pada Apel Tipe gejala : nekrotis Tanaman inang : Apel buah warna

Keterangan gejala : apel busuk dengan

coklat dan jamur kuning Kelas : Deuteromycetes Spesies : Gloeosporium sp. Tipe parasit : Fakultatif Mekanisme : Nekrotropik Gambar 2.4 Buah Apel busuk 5) Busuk Basah (Ereunia carotavora) pada Wortel Tipe gejala : nekrotis Tanaman inang : Wortel Keterangan gejala : wortel menjadi busuk, berbau busuk, terdapat lendir berwarna putih. Kelas : Probacteria Spesies : Erwinia carotavoia

Gambar 2.5 Busuk basah Tipe parasit Mekanisme : Fakultatif : Nekrotropik

33

6) Bercak Daun (Cercospora arachudicala) pada Kacang Tanah Tipe gejala Tanaman inang : nekrotis : Kacang

Tanah (Arachis hypogeal) Keterangan gejala : terdapat bercak daun berwarna hitam, kuning dan coklat Gambar 2.6 Bercak Daun Kacang Tanah Kelas Spesies arachidicola Tipe parasit Mekanisme : Fakultatif : Nekrotropik : Deuteromycetes : Cercospora

7) Eksudasi (Diplodia natalensis) pada jeruk Tipe gejala : nekrotis Tanaman inang : batang jeruk Keterangan gejala : pada batang

mengeluarkan cairan berupa gum Kelas : Deuteromycetes Spesies : Diplodia natalensis

Gambar 2.7 Diplodia natalensis Tipe parasit : Fakultatif Diplodianatalensis Mekanisme : Nekrotropik 8) Konidia Fusarium sp Keterangan gambar : Berbentuk sabit dan mempunyai sekat di bagian tubuh berwarna hitam Spesies : Fusarium sp

Tipe parasit : Fakultatif Mekanisme : Nekrotropik Gambar 2.8 Fusarium sp

34

9) Konidia Cecospora arachidicola Keterangan gambar : Berbentuk batang dengan tepi

meerah dan tengah hijau, bersekat dan ujung meruncing Spesies : Cecospora arachidicola : Fakultatif : Nekrotropik

Tipe parasit Mekanisme

Gambar 2.9 Cecospora arachidicola 10) Sporangium Phytophtora infestans Keterangan gambar : Tepi luar berwarna putih, tepi dalam berwarna hitam, bagian tengah

bintik-bintik hitam, berbentuk bulat seperti buah pir Spesies : Phytophtora infestans : Fakultatif : Nekrotropik

Tipe parasit Mekanisme Gambar 2.10 Phytophtora infestans 11) Sel bakteri Xanthomonas campestris : Pv citri

Keterangan gambar : Berbentuk bulat, bersel tunggal, dan memiliki satu flagel Spesies : Xanthomonas

campestris Pv citri Tipe parasit : Fakultatif Mekanisme : Nekrotropik

Gambar 2.11 Xanthomonas campestris pv citri

35

12) Partikel Virus TMV Keterangan gambar : Partikel virus berbentuk batang dan bergaris-garis Spesies : Tobacco Mozaik Virus : Obligat : Biotropik

Tipe parasit Mekanisme

Gambar 2.12 virus TMV 13) Konidia Altermaria porri Keterangan gambar : Ekor warna hijau, bagian dalam warna hitam, konidium berwarna coklat atau hitam, salah astu sekat membesar dan tumpul, terdapat sekat melintang dan membujur Spesies : Altermaria porri

Tipe parasit : Fakultatif Mekanisme : Nekrotropik Gambar 2.13 Altermaria porri 14) Spora Jamur Karat (Puccinia arachidis) Keterangan gambar : Berbentuk bulat lonjong

berwarna coklat dan ada yang hijau Species arachidis Tipe parasit : Fakultatif Gambar 2.14 Jamur Karat Mekanisme : Nekrotropik : Puccinia

36

b. Medium Biakan 1) Mengupas kentang, mencuci dan memotong-potong kecil dan tipis kentang, menimbang sebanyak 200g kemudian memasak kentang dalam 500 ml air pada gelas piala dengan kapasitas 1 lt.

Gambar 2.15Pengupasan Kentang, Dipotong, dan Dimasak 2) Mencairkan agar tepung pada gelas piala sebanyak 20 g dengan air destilata melalui pemanasan

Gambar 2.16 Pencairan Agar Tepung 3) Menyaring air rebusan kentang yang telah masak dengan kain kasa dan menuangkan ke dalam gelas piala tempat mencairkan agar, kemudian memanaskannya dan mengaduk.

Gambar 2.17 Penyaringan Air Rebusan Kentang

37

4) Mengembalikan volume medium menjadi 1 lt dengan cara menambahkan air destilata ke dalam larutan tersebut.

Gambar 2.18 Penambahan Air Destilasi sampai 1 liter 5) Menaruh medium yang telah jadi ke dalam tabung erlenmayer atau tabung reaksi dan menutup dengan kapas, namun lebih baik lagi jika menutupnya lagi dengan alumunium foil.

Gambar 2.19 Penutupan Tabung Dengan Kapas 6) Menutup tabung erlenmayer dan tabung reaksi yang telah diisi dengan medium biakan kemudian mensterilisasi dengan autoklaf pada suhu 120C dan 1 atm selama 25 menit.

Gambar 2.20 Penyeterilan dengan Autoklaf 7) Menuang medium yang telah disterilisasi pada cawan petri dan membiarkan memadat untuk isolasi maupun biakan jamur, atau untuk PDA miring.

38

Gambar 2.21 Penuangan Medium Yang Steril Ke Petridist c. Isolasi dan Inokulasi 1) Isolasi Jaringan Tebal (Apel) Keterangan : a. b. Jaringan apel Jamur berwarna hitam

Terkontaminasi oleh jamur.

Gambar 2.22 Isolasi Jaringan Tebal (Apel) 2) Isolasi Jaringan Tipis (Kacang Tanah) Keterangan : a. b. Jaringan daun kacang tanah Pathogen jamur berwarna hitam

Terkontaminasi oleh jamur

Gambar 2.23 Isolasi Jaringan tipis kacang tanah 3) Isolasi Bakteri (Wortel) Keterangan : a. b. c. Goresan Jaringan Jamur berwarna putih Bakteri berwarna puth

Gambar 2.24 Isolasi Bakteri (Wortel)

39

4) Inokulasi Luka (Apel) Tabel 2.3.4 Inokulasi Luka (Apel)

Gambar 2.25 Kontrol Apel Keterangan : a. Kontrol

Gambar 2.26 Perlakuan Apel

: berlubang, jaringan disekitar lubang masih segar

b. Perlakuan : Jaringan disekitar lubang mati, berwarna hitam agak kecoklatan dan membusuk. 5) Inokulasi Bakteri Penetrasi Langsung (Wortel) Tabel 2.3.5 Bakteri Penetrasi Langsung (Wortel)

Gambar 2.27 Kontrol Wortel Keterangan : a. Kontrol b. Perlakuan

Gambar 2.28 PerlakuanWortel

: sedikit busuk dibagian pangkal : sedikit busuk

40

2. Pembahasan a. Identifikasi Gejala, Tanda dan Morfologi Patogen Menurut Ganda (2009), bakteri dapat menyebabkan berbagai macam gejala penyakit antara lain bercak dan bercak (blight) pada daun, ranting, cabang dan sebagainya, busuk lunak pada buah, akar dan bagian-bagian tempat penyimpanan zat makanan, layu, kudis, kanker, puru dan sebagainya. Setiap macam gejala penyakit tersebut ada kemungkinan disebabkan oleh berbagai patogen bakteri yang tergolong dalam berbagai genus atau dapat pula hanya disebabkan suatu species dari genus tertentu. Misalnya species dari Agrobacterium hanya dapat menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari bagian-bagian tanaman yang

diserangnya, tetapi gejala tersebut dapat pula disebabkan oleh species tertentu dari Corynebacterium, Pseudomonas dan Xanthomonas sp. Virus merupakan jasad renik yang dapat hidup di temat yang hidup (seperti organ hewan dan tumbuhan). Kali ini pembahasan tertuju pada Penyakit Tanaman Disebabkan Virus yang banyak sekali menyerang. pada dasarnya dampak yang ditimbulkan antara virus yang satu dengan virus yang lain berbeda sangat. Penyakit yang sering menjangkiti tanaman adalah jamur yang berkembang biak melalui pengeluaran spora yang tersebar melalui media udara, air serta tanah. Jamur ini biasanya berwarna putih dan dapat ditanggulangi dengan fungisida. Penyakit yang timbul juga dapat berasal dari protozoa serta bakteri. Penyebaran protozoa adalah sebagai zoospore yang tahan hidup dalam waktu yang lama di dalam tanah selama bertahun-tahun. Sedangkan bakteri sebenarnya hidup dalam tanaman yang tidak begitu berbahaya dan hanya sebagian kecil dari mereka yang mengakibatkan penyakit terutama di daerah subtropis dan tropis. Selain itu penyakit pada tanaman juga dapat disebabkan oleh virus yang tersebar melalui perantara seperti serangga. Gangguan penyakit oleh virus dan protozoa dapat dihilangkan dengan penggunaan pestisida. Penyakit pada tumbuhan sering juga diakibatkan oleh datangnya hewan pengganggu seperti wereng, belalang, dan berbagai jenis serangga lainnya. Gangguan ini dapat dihilangkan dengan penggunaan insektisida.

41

Menurut Hasna (2011), patogen menyerang tumbuhan inang dengan berbagai macam cara guna memperoleh zat makanan yang dibutuhkan oleh patogen yang ada pada inang. Untuk dapat masuk kedalam inang patogen mampu mematahkan reaksi pertahanan tumbuhan inang. Dalam menyerang tumbuhan, patogen mengeluarkan sekresi zat kimia yang akan berpengaruh terhadap komponen tertentu dari tumbuhan dan juga berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme tumbuhan inang. Beberapa cara patogen untuk dapat masuk kedalam inang diantaranya dengan cara mekanis dan cara kimia. Penyakit adalah aktivitas fisiologi yang merugikan, yang disebabkan oleh gangguan terus-menerus oleh faktor penyebab primer dan dinyatakan melalui aktivitas sel yang abnormal serta ditunjukkan dalam keadaan patogenik yang khas yang disebut gejala. Gejala yang ditunjukkan oleh patogen dan reaksi fisiologis tumbuhan ada 3 macam: 1) Nekrosis, suatu gejala yang ditandai dengan degenerasi protoplas yang diikuti dengan kematian sel-sel jaringan, anggota tubuh dan tumbuhan itu sendiri. 2) Hipoplasis, suatu gejala regresi yang ditandai dengan terhambatnya pertumbuhan dalam ukuran, warna, dan perkembangan anggota tubuh. 3) Hiperplasis, suatu gejala yang ditunjukkan dengan pertumbuhan yang luar biasa baik dalam bentuk, ukuran, warna, dan struktur maupun pertumbuhannya. Suatu tanaman yang terserang penyakit memiliki gejala yang khas. Gejala dan tanda penyakit mempunyai pengertian yang berbeda. Tanaman yang terserang penyakit karena jamur, bakteri, virus akan menunjukkan gejala yang berbeda. Gejala merupakan perubahan fisiologis tanaman akibat respon dari tanaman terhadap serangan pathogen. Sedangkan tanda adalah Struktur yanng bisa diamati dari penyebabnya. Berdasarkan tempat munculnya gejala, gejala dapat dibedakan menjadi gejala lokal (setempat) atau gejala primer dan gejala sistemik atau gejala sekunder. Gejala lokal adalah gejala yang terbatas pada lokasi tertentu yaitu pada tempat terjadinya infeksi, seperti gejala yang berupa bercak, busuk, dll. Gejala sistemik adalah gejala yang muncul bukan pada tempat yang terinfeksi akibat adanya gejala lokal (setempat), seperti gejala layu yang disebabkan karena adanya pembusukan pada akar. Pembusukan pada akar adalah

42

gejala lokal, sedangkan layunya tanaman adalah gejala sistemik. Gejala sistemik dapat terjadi pada seluruh bagian tumbuhan seperti layu, kerdil, perubahan warna daun (Elisa, 2004). Pada praktikum ini dilakukan pengamatan terhadap tanaman yang terserang penyakit. Penyakit yang diamati berasal dari serangan jamur, bakteri dan virus. Gejala penyakit karat pada daun kacang tanah diawali dengan timbulnya bercak kecil merah kecoklatan pada daun. Jika serangan berat daun akan berguguran, akibatnya produksi kacang menurun. Serangan terutama terjadi pada cuaca lembab (Tjahjadi, 1999). Gejala penyakit yang disebabkan oleh jamur antara lain : 1) Busuk buah apel yang disebabkan oleh Gloeosporium sp. Penyakit ini ditandai oleh gejala busuk pada buah yang merupakan tipe gejala nekrosis yaitu gejala yang ditandai dengan degenerasi protoplas dan akhirnya oleh kematian sel, jaringan atau tubuh tumbuhan secara keseluruhan. Buah apel yang terserang jamur ini akan menunjukkan gejala busuk pada buah serta warna buah menjadi kecoklatan. Berdasarkan keadaan jaringan yang membusuk, dikenal istilah busuk basah (soft rot) dan busuk kering (dry rot). Bila pada jaringan yang membusuk menjadi berair atau mengandung cairan disebut busuk basah, sebaliknya bila bagian tersebut menjadi kering disebut busuk kering. Pada buah apel yang diamati terjadi busuk basah karena jaringan mengandung cairan. Gloeosporium merupakan jenis jamur dari kelas Deutromycetes dan merupakan tipe parasit fakultatif. 2) Bercak daun pada kacang tanah Penyakit bercak daun pada kacang tanah disebabkan oleh jamur Cescospora arachidicola yang berasal dari kelas

Deutromycetes. Jamur ini merupakan parasit fakultatif dan menyerang tanaman secara nekrotropik. Koinidia pada sel jamur Cercossora arachidicola pada bagianya terdapat dua bentuk sekat, yaitu sekat melintang dan sekat membujur. Bercak yang ditimbulkan pada daun sebelah atas coklat sedangkan sebelah bawah daun hitam. Ditengah bercak daun kadang-kadang terdapat bintik hitam dari konidiospora. Cendawan ini timbul pada tanaman umur 40 -50 hari hingga 70 hari.

43

3) Karat Daun (Puccinia arachidis) Penyakit karat daun yang menyerang tanaman kacang tanah disebabkab oleh jamur Puccinia arachidis yang berasal dari kelas Basidiomycetes. Jamur ini bertipe parasit obligat dan metode penyerangannya secara nekrotopik. Gejala penyakit karat pada daun kacang tanah diawali dengan timbulnya bercak kecil merah kecoklatan pada daun. Jika serangan berat daun akan berguguran, akibatnya produksi kacang menurun. Serangan terutama terjadi pada cuaca lembab (Tjahjadi, 1999).. Selain oleh jamur, penyakit tanaman dapat disebabkan oleh bakteri. Contoh tanaman yang terserang jamur yaitu busuk basah pada wortel. Tipe gejala penyakit ini adalah nekrosis. Gejala yang bisa diamati jika wortel terkena busuk wortel berupa busuk yang berwarna coklat. Hal tersebut menyebabkan wortel menjadi lembek dan berbau. Menurut Sastrahidayat (1990) terjadi pembusukan yang berair yang berair yang berbau tidak sedap, karena terjadi kerusakan jaringan tanaman. Bakteri berada dalam sel tanaman yang rusak (luka) dan mengeluarkan enzim-enzim yang dapat menyebar ke sel-sel

sekelompoknya dan melarutkan midel lamela dinding sel. Hal ini diikuti oleh plasmolisa dan kematian sel. Jadi bakteri lebih cenderung hidup dalam sel-sel yang mati daripada sel-sel yang masih hidup. Busuk wortel terjadi disebabkan oleh Erwinia carotovora yang termasuk dalam kelas Protobacteria. Bakteri ini bersifat aerob fakultatif. Infeksi pada wortel terjadi melalui luka atau lentisel. Infeksi terjadi melalui luka karena gigitan serangga atau karena alat-alat pertanian. Kutu daun pada tanaman mangga disebabkan karena serangan Zoocecidia. Zoocecidia pada daun mangga ditandai dengan adanya bintil-bintil di permukaan daunnya. Spesies yang menyerang adalah kutu daun yang termasuk dalam kelas insekta , bertipe parasit obligat dan mekanismenya biotropik. Witches broom pada kacang tanah tipe gejalanya hiperplasis dan menunjukkan gejala banyakmya tunas akar yang tumbuh. Patogen yang menyerang adalah virus mikroplasma yang bertipe parasit obligat dan mekanisme biotropik.

44

Pathogen lain yang menyerang tanaman selanjutnya adalah sporangium Phytophthora sp. Sastrahidayat (1990) menyatakan bahwa serangan sporangium Phytophthora sp. terutama terjadi pada daun-daun yang tua terletak pada bagian bawah daun dan gejala tampak pada permukaan atas dan bawah daun. Gejala yang tampak pada daun diawali dengan terbentuknya bintik-bintik kecil tak teratur dan berwarna hitam keabu-abuan. Pada tahap selanjutnya bintik-bintik ini akan meluas jika kondisi lingkungan memungkinkan. Ukuran bercak bervariasi mulai dari 10 mm hingga separuh dari daun dapat terserang tergantung dari tahap penyerangnya Sporangium ini termasuk kelas Phycomycetes yang

miseliumnya tidak bersekat-sekat, bercabang-cabang, dan banyak mengandung inti. Miselium membentuk sporangiofor yang nantinya membentuk sporangium pada ujungnya yang tumbuh. Jamur ini termasuk parasit obligat dan menyerang dengan mekanisme biotropik. Sporangium Phytophthora sp. dapat menimbulkan bercak pada kentang. Pada buah muda bercak berwarna coklat tua, agak keras dan berkerut. Bercak mempunyai batas yang cukup jelas dan tetap hijau pada waktu bagian yang sehat matang. Kadang-kadang bercak mempunyai cincin-cincin. Pathogen selanjutnya adalah Alternaria sp. Patogen ini termasuk dalam kelas Deuteromycetes. Digolongkan ke dalam kelas tersebut karena jamur ini hanya konidianya saja yang dikenal sedang badan buah yang melindunginya serta reproduksi generatif belum diketahui dengan jelas. Oleh karena itu, jamur ini bisa disebut juga jamur imperfekti atau jamur yang tidak sempurna. Jamur ini tipe parasitnya fakultatif dengan mekanisme nekrotropik yang untuk mendapatkan makanan dari inang (tumbuhan) dengan cara membunuh sel atau jaringan terlebih dahulu. Penyakit yang disebabkan oleh patogen ini adalah penyakit bercak ungu pada daun bawang. Penyakit ini termasuk dalam tipe gejala nekrosis. Bisa disebut demikian karena gejala yang ditimbulkan akibat adanya kerusakan pada sel atau bagian dari sel bisa juga karena matinya sel. Tanaman inang penyakit ini yaitu daun bawang. Gejalagejala tanaman yang terserang adalah munculnya bercak-bercak

45

berwarna ungu kecoklatan pada daun. Selain itu jaringan tanaman yang terkena penyakit akan mengalami degenerasi. Mula-mula bercak yang timbul hanya sedikit saja, lama kelamaan menyebar dan berwarna ungu dan dikelilingi oleh zone berwarna kuning yang bisa meluas di bawah maupun di atas bercak. Xanthomonas campestri pv citri adalah patogen yang digolongkan ke dalam kelas Protobacteria dengan tipe parasit fakultatif. Cara memperoleh makanan Xanthomonas campestri harus membunuh tanaman inangnya terlebih dahulu. Penyakit yang disebabkan oleh patogen ini adalah kanker batang. Penyakit ini menyerang tanaman jeruk bertipe nekrosis. Gejala yang ditimbulkan pada batang yaitu kulit akan terkelupas dan akan terlihat jaringannya, terjadinya kematian jaringan kulit tumbuhan yang berkayu, misalnya akar, batang, dan cabang. Selanjutnya jaringan kulit yang mati tersebut mengering berbatas teges, mengendap pecah-pecah, dan akhirnya bagian itu runtuk sehingga terlihat bagian kayunya. Di tepi luka tersebut jaringan kalusnya mengembang. TMV atau Tobacco Mozaic Virus merupakan virus yang menyerang tanaman tembakau. TMV digolongkan dalam kelas Rhod shaped, ss RNA. Penyakit mozaik sangat mudah menular secara mekanis dengan cara kontak atau bersentuhan. Penyakit ini tidak ditularkan oleh serangga juga tidak diturunkan oleh tanaman inang yang sakit kepada keturunannya melalui biji. Jadi TMV tergolong parasit tipe obligat dan mekanismenya biotroph. Penyakit yang ditimbulkan adalah mozaik tembakau. Mozaik tembakau adalah salah satu jenis penyakit yang terjadi pada tembakau. Gejalanya yaitu tanaman mengalami infeksi dan timbul bercak kuning yang tidak teratur (mozaik) pada daun tembakau yang masih muda. Selain itu daunnya juga menjadi keriting atau berkerut karena bagian yang berwarna muda tidak dapat berkembang secara cepat seperti bagian hijau yang biasa. Tanaman yang mengalami infeksi pada waktu masih muda sangat terhambat pertumbuhannya dan menjadi sangat hipoplasis. kerdil atau mengalami

46

Parasit fakultatif adalah parasit yang dapat hidup bebas atau hidup sebagai parasit. Contoh lalat rumah (Musca domestica) umumnya baik stadium larva dan dewasa hedup bebas, tetapi jika larvanya hidup didalam luka maka menyebabkan Miasis (Belatungan). Parasit Obligat adalah parasit yang hidupnya mutlak sebagai parasit, jadi untuk kelangsungan hidupnya mutlak memerlukan hospes. Contoh ; cacing hati Fasciola gigantica, Protozoa (Eimeria sp) dan Artropoda (Sarcoptes sp) kesemuanya mutlak memerlukan hospes, tanpa hospes akan mati. Nekrotropik yaitu patogen yang

menyebabkan kematian cepat dari sel inang kemudian mengkoloni jaringan tersebut. b. Medium Biakan, Isolasi dan Inokulasi Jamur merupakan organisme eukariotik yang peda umumnya multiseluler atau bersel banyak. Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnya khamir,ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapaisatu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yangmerupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan- jalinan semu menjadi tubuh buah. Menurut Willy (2012), bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofildan berukuran renik (mikroskopis). Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu organisme multiselluler, prokariot (tidak memiliki membran inti sel), umumnya tidak memiliki klorofil, memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam, hidup bebas atau parasit yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut dindingselnya tidak mengandung peptidoglikan. Menurut Mulyani (1991), pengertian isolasi bakteri adalah memisahkan suatu jenis mikrobia dengan mikrobia lain yang berasal dari jenis mikrobia tercampur, dengan menumbuhkan pada media padat. Bila sel tersebut terperangkap oleh media padat pada beberapa di tempat

47

terpisah, maka setiap tempat kumpulan sel akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah pula, sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya. Sel-sel tersebut dipisahkan dan ditumbuhkan atau dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau tempat seperti cawan petri yang ditempatkan terpisah. Isolasi yang dilakukan harus menggunakan setengah jaringan hidup dan setengah jaringan mati. Hal itu dilakukan dengan maksud untuk memudahkan pengamatan terhadap infeksi jamur. Selain itu untuk mengetahui adanya pathogen. Jika menggunakan jaringan hidup semua maka tidak terdapat adanya pathogen dan jika jaringan yang digunakan merupakan jaringan mati semua maka tidak ditemukan adanya jaringan yang hidup. Isolasi pertama kali dilakukan pada jaringan yang tebal. Untuk mengetahui jamur yang nantinya ada atau tidak, menggunakan bahan dari buah apel yang sebagian busuk atau terinfeksi dan sebagian lainnya masih baik. Hasilnya diperoleh bahwa buah apel menjadi putih keabuan dan terselubungi oleh jamur yang berwarna putih yang hampir menutupi seluruh petridish. Semakin menjauh dari isolat, warna jamur semakin terang. Selain isolasi jaringan tebal, isolasi bakteri juga dilakukan pada jaringan tipis pada jamur. Pada isolasi pada jaringan tipis, bahan yang digunakan adalah daun kacang yang sebagian tubuh yang sehat dan sebagian terinfeksi atau berkarat. Setelah diamati ternyata tumbuh jamur berwarna hitam keabu-abuan menyelubungi potongan daun kacang berupa benang-benang putih terutama pada bagian daun kacang tanah yang berkarat. Jamur juga hampir memenuhi petridish. Isolasi juga dilakukan pada bakteri. Pada praktikum ini menggunakan bahan dari umbi wortel yang sudah terinfeksi. Isolasi dilakukan pada petridish yang sudah steril. Umbi wortel yang busuk dibuat suspensi dengan cara mengambil umbi yang busuk lantas dicampur dengan aquadestilata. Menumbuhkan pada media dengan cara membuat zig-zag pada NA. Hasil yang diperoleh setelah diinkubasi di sekitar goresan berwana putih kekuning-kuningan, ini merupakan koloni bakteri. Bakteri terdapat pada media NA di sekitar goresan dan berbentuk bulatan-bulatan. Menurut Sastrahidayat (1990), inokulasi adalah suatu proses patogen atau unit-unit reproduksinya mengadakan kontak dengan

48

tumbuhan. Setelah mengadakan inokulasi inokulum patogen tertentu (konidium jamur) harus berkecambah, terbentuklah germ tube (tabung kecambah) yang selanjutnya membentuk apresorium, berfungsi sebagai alat penetrasi. Pada patogen yang mengadakan penetrasi langsung biasanya dari apresorium dibentuk penetration peg (tabung infeksi), fungsinya untuk menembus kutikula dan dinding sel epidermis Menurut Jutono (1980), inokulasi dapat beberapa macam cara atau jenisnya, yaitu inokulasi jamur, inokulasi bakteri, dan inokulasi virus. Pada inokulasi jamur dilakukan melalui luka-luka dan stomata. Untuk inokulasi bakteri dibuat dengan cara penetrasi patogen dengan bantuan air. Inokulasi virus dibuat dengan cara melalui suatu kerusakan mekanis dan dengan perantara virus Inokulasi bakteri menggunakan bahan dari buah wortel yang nanti diinkubasi selama lebih kurang dua hari. Wortel yang pertama ditusuktusuk dan diolesi suspensi, hasilnya wortel menjadi busuk dan terdapat jamur. Sedangkan wortel yang tidak dilukai dan hanya ditetesi air buahnya tidak busuk. Inokulasi jamur menggunakan buah apel sebagai media. Seperti pada wortel, buah apel juga diinkubasi terlebih dahulu selama lebih kurang dua hari sebelum dilakukan pengamatan. Pada buah apel yang dilukai dan diberi inokulum hasilnya terlihat infeksi pada buah apel tersebut berupa buah yang melunak dan membusuk. Pada apel yang dilukai tanpa diberi inokulum hasilnya buah menjadi tidak busuk. Perbedaan yang paling nyata antara bakteri dengan jamur yaitu pada jamur ditemukan adanya hifa-hifa jamur yang merupakan kumpulan dari spora. Hifa jamur tersebut menutupi permukaan medium biakan dan berwarna putih. Sedangkan bakteri ditandai oleh adanya koloni-koloni bakteri yang berbrntuk seperti bintik-bintik, berwarna biru kehitaman dan berlendir. Perbedaan antara jamur dengan bakteri yang lain yaitu pada jamur berkembangbiak dengan seksual maupun aseksual dan menghasilkan spora. Zoospora bergerak aktif dengan bantuan flagell. Secara morfologi, tubuh jamur berupa thallus dan memiliki hifa. Cara menimbulkan sakit pada tubuh inang yaitu masuk melewati lubang alami, luka maupun menembus aktif. Kemudian mengambil nutrisi dari inang, memblokir

49

aliran air dan nutrisi. Sedangkan pada bakteri mempunyai ukuran tubuh yang lebih kecil dari jamur, bereproduksi secara aseksual dan tidak memiliki hifa dan spora. Isolasi dan inokulasi baik jamur maupun bakteri tidak terlepas dari ancaman kontaminasi. Kontaminasi akan menyebabkan kesulitan dalam pengamatan. Ciri-ciri kontaminasi yang terjadi disebabkan karena ketidaksterilan alat yang digunakan dan proses pelaksanaannya yang tidak aseptik. Dalam pengamatan pathogen dilakukan pengembangbiakan agar dapat diamati dengan jelas. Hal itu dapat dilakukan dengan biakan murni. Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri yang ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut berfungsi sebagai medium pertumbuhan. Agar-agar merupakan bahan utama dalam pembuatan medium biakan. Untuk hasil yang lebih baik agar bakteri tumbuh, alat dan bahan yang digunakan disterilkan terlebih dahulu. Pada Postulat Koch, media yang digunakan adalah PDA dan NA. PDA adalah suatu medium yang mengandung karbohidrat dalam jumlah cukup yang terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 20% glukosa., sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan jamur tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Yang baik untuk bakteri adalah NA. Akan tetapi, ada beberapa bakteri yang memfermentasikan karbohidrat dan menggunakan sebagai sumber energi, maka beberapa bakteri masih dapatr tumbuh pada PDA. Dalam pembuatan media untuk biakan murni perlu adanya sterilisasi pada semua alat yang digunakan. Sterilisasi dapat diartikan pula sebagai suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari segala macam kehidupan, terutama mikrobia. Untuk memisahkan mikrobia yang satu dengan kegiatan mikrobia yang lain atau untuk memelihara sesuatu mikrobia secara biakan murni perlu digunakan alat-alat dan medium yang steril (Jutono, 1980). Sterilisasi dilakukan saat kita membuat medium biakkan. Karena tanpa sterilisasi hasil yang terjadi belum tentu sesuai dengan yang kita inginkan. Sterilisasi bisa dilakukan dalam berbagai cara. Misalnya sterilisasi dengan pembakaran, sterilisasi dengan udara panas atau kering, sterilisasi dengan uap panas atau basah, bisa juga dengan bahan kimia. Menurut sebagian peneliti, sterilisasi dengan bahan

50

kimia dirasa paling baik karena tidak meningkatkan pH tanah dan tidak membakar bahan organik. Sterilisasi media pada praktikum ini menggunakan autoclave. Autoklaf yang sederhana menggunakan sumber uap dari pemanasan air yang ditambahkan kedalam autoklaf.

Mikroorganisme mempunyai kerentanan yang berbeda terhadap bahanbahan yang digunakan untuk mematikannya. Hal ini tergantung dari air dan kadar pH lingkungan, umur sel atau spora, jenis mikroorganisme, dan lain-lain. Setelah semua alat yang digunakan telah disterilisasikan, maka bakteri dapat di biakkan dalam biakan murni di petridish. meletakkan isolat bakteri dibuat zig-zag dan dibalik. Hal itu dimaksudkan untuk

mempermudah dalam pengamatan. Pada petridish yang tidak disterilkan ditumbuhi jamur yang berupa bintik-bintik hitam serta hifa yang berwarna putih yang terletak di atas medium agar karena tidak melalui proses sterilisasi. Medium berwarna putih keruh karena dextrose tidak mengalami pemanasan.

51

DAFTAR PUSTAKA

Elisa. 2004. Penyakit Tanaman. http://www.trubusonline.com. Diakses pada tanggal 4 Juni 2012. Ganda. Hasna. 2009. Penyakit Akibat Bakteri. http://gandasitorus.multiply.com/journal/item/37. Diakse tanggal 4 Juni 2012. 2012. Mekanisme penyerangan pathogen. http://planthospital.blogspot.com/2011/08/mekanisme-penyerangan-patogenpada.html. Diakses tanggal 4 Juni 2012.

Jutono. 1973. Dasar-dasar Mikrobiologi untuk Perguruan Tinggi. Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta Jutono. 1980. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bagian dari Perlindungan Tanaman. Andi Offset. Yogyakarta. Mulyani. 1991. Dasar-dasar Mikrobiologi Tanah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sastrahidayat. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya. Tjahjadi, Nur. 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. Willy. 2012.Perbedaan Bakteri dan Jamur. http://www.scribd.com/doc/79876405/Tugas-Praktikum-Perbedaan-BakteriDan-Jamur. Diakses tanggal 4 Juni 2012.

52

C. Taktik Pengendalian OPT 1. Hasil Pengamatan a. Pengenalan Musuh Alami 1) Capung Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. Gambar 3.1 Capung a) Ciri-ciri : 1. Memiliki 2 pasang sayap berwarmna kuning keemasan 2. Memiliki 3 pasang kaki 3. Panjang tubuh 4,5 cm 4. Tipe alat mulut penggigit pengunyah b) Taksonomi Kelas Ordo Famili : Insecta : Odonata : Libelluidae : Planthoper aphids, ngengat, belalang 6. Kepala Mata Mulut Kaki Sayap Perut

c) Hama sasaran

d) Stadium menjadi predator : imago dan pradewasa (nalad) 2) Laba-laba buas Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. Gambar 3.2 Laba-laba buas a) Ciri-ciri : 1. 2. Memliki 4 pasang kaki Tubuh terdiri dari kepala, dada dan perut Kepala Kaki Mulut Mata Perut

53

3. 4. 5.

Warna hitam Poanjang tubuh 2,5 cm Dibagian punggung terdapat pola garis seperti guratan

b. Taksonomi Kelas : Arachnida Ordo : Araneisa Famili : Lycocydae c. Hama sasaran : wereng, kutu d. Stadium menjadi predator : imago dan pradewasa 3) Belalang sembah (Hantidoe) Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. Gambar 3.3 Belalang sembah (Hantidoe) a) Ciri-ciri : 1. Tipe mulut penggigit pengunyah 2. Memiliki 3 pasang kaki, bergerigi, dan kaki depan lebih panjang dari kaki lainnya 3. Bersayap dan metamorfosisnya paurometabola 4. Panjang tubuh 7 cm 5. Warna coklat b) Taksonomi Kelas : Insecta Ordo : Orthoptera Famili : Mantidae c) Hama sasaran : polifag (wereng, aphis) Mulut Mata Kaki Perut Sayap

d) Stadium menjadi predator : imago dan nimfa

54

4) Kumbang buas Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. Kepala Mulut Sayap Perut Mata

Gambar 3.4 Kumbang buas a) Ciri-ciri : 1. Tipe mulut penggigit pengunyah 2. Memiliki 3 pasang kaki 3. Memiliki sepasang sayap berwarna kehitaman 4. Panjang tubuh 0,5 cm b) Taksonomi Kelas Ordo Famili : Insecta : Coleoptera : Coccinelidae : aphis

c) Hama sasaran

d) Stadium menjadi predator : imago dan nimfa 5) Apantheles sp Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Gambar 3.5 Apantheles sp a) Ciri-ciri : 1. Memiliki sepasang sayap transparan 2. Kaki terdiri dari 3 pasang terletak diabdomen yang berwarna jingga 7. Kepala Mata Mulut antena Sayap Perut Kaki

55

3. Memiliki ekor, thorax berwarna hitam 4. Memiliki sepasang antena 5. Terdapat penggentungan antara thorax dan abdomen 6. Memiliki ovopositor yang lebih panjang dari tubuhnya b) Taksonomi Kelas : Insecta Ordo : Hymenoptera Famili : Ichnemonidae c) Hama sasaran : ulat kubis d) Mekanisme : imago Apantheles meletakan telur pada larva inang stadium awal, sementara larva inang matang larva apanteles mulai tumbuh dan memakan bagian larva inang sehingga menjadikannya rusak 6) Ichnemoidae Keterangan : 1. Kepala 2. Mata 3. Mulut 4. antena 5. Sayap 6. Perut 7. Kaki 3.6 Ichnemoidae a) Ciri-ciri : 1. Memiliki sepasang sayap transparan 2. Kaki terdiri dari 3 pasang terletak diabdomen yang berwarna jingga 3. Memiliki ekor, thorax berwarna hitam 4. Memiliki sepasang antena 5. Terdapat penggentungan antara thorax dan abdomen 6. Memiliki ovopositor yang lebih panjang dari tubuhnya b) Taksonomi Kelas Ordo : Insecta : Hymenoptera

56

Famili

: Ichnemonidae

c) Hama sasaran : ulat kubis d) Mekanisme : imago meletakan telur pada larva/pupa inang, saat larva inang dan akan membentuk pupa larva mulai tumbuh dan memakan bagian dalam inang, atau larva ichnemoidae mulai tumbuh dan memakan bagian dalam pupa inang sehingga larva/pupa inang mati.

57

b. Pengenalan Pestisida Tabel 3.1 Pengenalan Pestisida No 1 Merk Pestisida Round up Jenis Herbisida Bahan Aktif Isopropilamina glifosfat 486 Jenis Racun Sistemik Formulasi 486 SL Hama/Patogen/Gulma Gulma keras (Panicum repens), Gulma sedang (Axonopus compressus), Gulma lunak (Paspalum conjugatum) Pseudomonas solanacearum Tanaman Cara Aplikasi

Agrimycin

Bakterisida

Antracol

Fungisida

Streptomisin Sistemik sulfat 15%, Oksitrota siklin 1,5% Propinep 70% Kontak

WP

Cengkeh, kakao, Disemprotkan karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, teh, akasia, jagung TOT, kedelai TOT, padi gogo TOT tomat Disemprotkan

70 WP

4 5

Agrept Gramoxon e Daconil

Bakterisida Herbisida

Streptomisin sulfat 20% Parakuat diklorida Klorotalonil 75% Kolrpiritos 200g/l

Sistemik Kontak

20 WP 276 SL

Plasmopara viticula, Alternaria alli, Alternaria porri, Colletotricum sp, Alternaria brassicae Pseudomonas solanacearum Gulma daun lebar, sempit, dan teki

Fungisida

Kontak

75 WP

Dursban

Insektisida

Pernapas an, racun

20 FC

anggur, bawang, Dilarutkan, bawang putih, cabai, Disemprotkan cengkeh, jeruk, kentang, kina, lada, Tomat Dilarutkan, Disemprotkan cengkeh, jagung, Disemprotkan jeruk, kapas, kako, karet, Peronospora destructor, bawang merah, cabai, Disuspensi, Alternaria porri,Cecospora kentang, tomat, Disemprotkan capsii, Phytoptora infestan kelapa, teh, pisang Ulat, Belalang bawang merah, cabai, Disemprotkan jagung, kacanng hijau,

58

Derosal

Fungisida

Karbendazim 500 gr/l Brodifakum 0,005% Metafenozida 100gr/l

lambung, kontak Sistemik

500 SC

9 10

Klerat Prodigy

Rodentisida Insektisida

Kontak Kontak lambung

RM-B 100 SC

kacang tanah, kedelai, kakao Bercak ungu (Alternaria Bawang merah, Disemprotkan porri), dan antaknosa semangka (Colletroticum sprioides) Tikus sawah, tikus semak Padi Umpan Spodoptera exigua, spodoptera litura, maluka testulalis Ptutella xylostella, Crocidolomia binotalis, Spodoptera exigua, spodoptera litura, maluka testulalis Cercospora sp, rhizotocnnia sp, Helminthosporium sp bawang merah, cabai, Disemprotkan kacang panjang, kedelai kubis, kentang, tomat, Disemprotkan cabai, bawang merah

11

Curacon

Insektisida

Profenofos 500 Racun g/l lambung, kontak

500 EC

12

Store

Fungisida

Difenokonazol 250 g/l

Sistemik

250 EC

13

Furadan

14

Decis

Insektisida dan nematisida insektisida

Karbonfuran 3%

Sistemik

3 GR

Deltametrin 24 Kontak g/l lambung

2,5 EC

Bawang merah, padi, Disemprotkan bawang putih, cabai, tomat, kacang panjang, apel, semangka Pengerek batang, lalat padi sawah, tomat, Penaburan daun, wereng hijau, uret, kentang, kapas, nematoda bintil akar tembakau, cengkeh Thrips sp, Spodoptera Cabai, jagung, kacang Disemprotkan litura, Locuta migratoris hijau, kakao, kapas, kedelai, kelapa sawit, kubis, lada, teh, tembakau, semangka

Sumber: Laporan sementara

59

c. Uji Methyl Eugenol Tabel 3.3.1 Banyaknya Lalat Buah Dewasa yang Terperangkap Perangkap Jenis Pohon No Waktu P. Belimbing P. Jeruk 1. 2. 5 Menit 10 Menit 0 2 2 4 5

3. 15 Menit 3 Sumber: Laporan sementara

d. Uji Antagonis Patogen (Trichoderma spp vs Gloeosporium)

Gambar 3.4.1 Perlakuan patogen Analisis Data : Perlakuan R1 = 1 cm R2 = 1,5 cm H= H= x 100% x 100%

Gambar 3.4.2 Kontrol uji patogen

Kontrol R1 = cm R2 = cm H= x 100%

= 53,33% Keterangan: a) Perlakuan: terdapat kontaminasi berwarna hijau dengan tepi berwarna putih b) Kontrol: patogen tumbuh disertai kontamiinan disisi lain berbentuk bulat berwarna hiajudengan tepian putih, patogen berbentuk bulat dan berhifa putih

60

2. Pembahasan a. Pengenalan Musuh Alami, Hama, dan Antagonis Patogen Menurut Speight et al (1999), serangga merupakan salah satu hewan yang dekat dengan pertanian karena hewan ini dapat merugikan dan menguntungkan bagi petani. Keuntungannya yaitu karena serangga merupakan salah satu hewan yang membantu dalam proses penyerbukan dan memakan organisme pengganggu tanaman (OPT). Akan tetapi serangga juga merupakan hewan yang merugikan petani karena dapat menjadi hama. Kerugian yang disebabkan oleh serangga sebagai hama antara lain yaitu mengurangi hasil tanaman, mengurangi mutu (kualitas) hasil tanaman, mempercepat terjadinya infeksi penyakit pada tanaman dan menambah biaya produksi karena diperlukan biaya untuk memberantas hama serangga tersebut. Dalam usaha pemberantasannya telah dilakukan beberapa cara. Dalam teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dianjurkan untuk tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang justru akan merugikan tanaman. Maka dalam PHT menyarankan untuk melakukan pengendalian dengan menggunakan musuh alami. Pengendalian hayati adalah penggunaan musuh alami serangga hama, penyakit dan tumbuhan penganggu untuk mengurangi kepadatan populasi. Pada praktikum Taktik Pengendalian OPT ini dilakukan

pengamatan dan pengenalan musuh alami. Beberapa macam dari pengendali musuh alami hama, yaitu predator, parasitoid dan antagonis pathogen. Predator merupakan hewan yang memangsa hewan lain dan biasanya mempunyai ukuran yang lebih besar dan lebih kuat dari mangsanya. Sedangkan parasitoid merupakan musuh alami dari suatu hama yang mempunyai ukuran tubuh lebih kecil dan lebih lemah daripada inangnya. Parasitoid terdapat tiga jenis yaitu endoparasitoid yaitu berada dalam tubuh inang pada semua fase pradewasanya. Ektoparasitoid yaitu parasitoid yang pada fase pradewasanya berada diluar tubuh inangnya dan hiperparasitoid yaitu parasitoid yang memparasit parasitoid lain. Menurut Soeprapto (1992), predator dapat digolongkan menjadi dua, yaitu predator yang menyebabkan kematian terhadap inangnya, merupakan jenis predator yang memakan inangnya misalnya kucing dan capung, serta predator yang tidak menyebabkan kematian pada inangnya, atau menyebabkan kematian secara perlahan-lahan, sehingga memerlukan

61

waktu yang lama, misalnya semut, kepinding dan nyamuk. Beberapa predator yang diamati pada praktikum ini antara lain : 1) Belalang sembah Menurut Susetya (2004), belalang merupakan predator yang berasal dari kelas Insecta, ordo Orthoptera dan famili Mantidae. Ciri morfologi belalang sembah yaitu memiliki 3 pasang kaki dimana kaki depan lebih panjang daripada kaki belakang, memiliki 2 pasang sayap, tubuh terbagi atas 3 bagian yaitu kepala, thorax dan abdomen, mempunyai ovipositor khususnya pada belalang (serangga) betina yang berfungsi untuk menyimpan telur. Hama sasaran dari belalang sembah adalah wereng dan kutu daun. Stadia aktif menjadi predator yaitu pada saat imago (dewasa). Belalang sembah termasuk pemangsa serangga lain yang cukup kejam. Mangsa yang tertangkap pasti dilumat dan dimakan habis. Kaki depan belalang sembah membesar dilengkapi duri-duri tajam untuk menangkap mangsa. Belalang sembah ini biasanya melahap mangsanya mulai dari kepala, thorak dan abdomen. Mangsa belalang sembah bisa berupa lalat, kutu atau yang lain 2) Capung Merupakan salah satu predator yang berasal dari kelas Insecta, ordo Odonata dan famili Coenagrionidae. Capung memiliki ciri morfologi yang khas yaitu memiliki abdomen yang panjang tetapi kecil dan mata facet yang besar. Tubuh terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, thorax dan abdomen. Memiliki 3 pasang kaki dan 2 pasang sayap transparan dengan warna tubuh yang beragam. Hama sasaran dari capung adalah kepik dan wereng. Stadia aktif menjadi predator yaitu pada stadia imago (dewasa) dan nimfa. Capung besar dan capung jarum terbang cepat sehingga dapat menangkap serangga lain yang sedang terbang. Panjangnya bisa di antara 2 sampai 13,5 cm. Beberapa jenis capung memakan mangsanya sambil terbang. Jenis lain hinggap untuk makan. Capung juga dapat menangkap dan memakan kutu, ngengat, dan nyamuk di udara. Capung besar mampu menangkap ngengat dan kupu-kupu yang agak besar di udara.

62

3) Laba-laba Buas Merupakan predator yang berasal dari anggota kelas Arachnida, ordo Araneida dan famili Lycosidae. Tubuhnya terbagi menjadi dua bagian cephalothrax dan abdomen, memiliki 4 pasang kaki yang panjang dan runcing. Hama sasaran dari laba-laba buas adalah kutu-kutuan dan wereng. Stadia aktif menjadi predator yaitu pada saat imago (dewasa). Pada areal penanaman padi, predator hama wereng coklat adalah laba-laba Lycosa pseudoannulata, Paederus fuscifes, Ophionea nigrofasciata dan kumbang Coccinella. 4) Kumbang buas Coccinelidae Merupakan salah satu predator yang berasal dari anggota kelas Insecta, ordo Coleoptera dan famili Coccinelidae. Kumbang buas memiliki ciri morfologi yaitu memiliki 3 pasang kaki dan tubuh terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, thorax dan abdomen. Hama sasaran dari kumbang buas adalah Aphids sp. Stadia aktif menjadi predator yaitu pada saat larva dan imago (dewasa). Serangga Coccinella sp. sejenis kumbang berwarna coklat kemerahan berbintik hitam yang aktif berpindah-pindah tempat mencari mangsa. Jika bertemu wereng coklat, kumbang itu dengan gerak cepat

menangkapnya dengan menggunakan kaki bagian depan dari arah belakang dan langsung memakannya. Kumbang Coccinella sp. juga pemangsa hama putih, penggerek batang padi, kutu daun, kutu perisai, dan tungau pada tanaman singkong dan waloh siam. Menurut Hasan (2005), musuh alami hama dapat juga berupa parasit. Misalnya parasit wereng padi yang berasal dari familia Trichogrammatidae yang merupakan parasit telur dan predatornya adalah kumbang Coccinella arcuata Parasitoid adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh inang (biasanya juga pada serangga). Parasitoid mempunyai karakteristik pemangsa karena membunuh inangnya dan seperti parasit karena hanya membutuhkan satu inang untuk tumbuh, berkembang dan bermetamorfosis. Parasitoid sering juga disebut parasit. Kebanyakan serangga parasitoid hanya menyerang jenis atau hama secara spesifik.

63

Serangga parasitoid dewasa menyalurkan suatu cairan atau bertelur pada suatu hama sebagai inangnya. Ketika telur parasitoid menetas, larva akan memakan inang dan membunuhnya. Setelah itu keluar meninggalkan inang untuk menjadi kepompong lalu menjadi serangga lagi. Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa Coleoptera, Lepidoptera dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid yang bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat. Adapun contoh parasitoid adalah Apanteles dan Telenomous sp. Menurut Kurniasih (2009), Apanteles merupakan parasitoid yang berasal dari kelas Insecta, ordo Hymenoptera dan famili Ichneumonidae. Tubuhnya terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, thorax dan abdomen, memiliki 3 pasang kaki dan mempunyai sayap seperti membran. Inang dari Apanteles adalah larva ulat kubis. Apanteles merupakan ektoparasitoid sehingga mekanismenya yaitu pada saat larva menempel pada daun tanaman kubis, Apanteles betina datang dan bertelur di atas larva hama (ulat kubis). Kemudian telur akan masuk ke dalam tubuh larva dan setelah telur menetas, larva akan berubah tidak menjadi ulat kubis akan tetapi menjadi Apanteles sehingga menurunkan populasi hama ulat kubis dan meningkatkan musuh alami. Parasitoid Apanteles merupakan musuh alami dari larva Plutella xylostella. Gejala yang ditimbulkan oleh serangan larva Plutella xylostella pada kubis adalah adanya lubang pada daun kubis. Untuk mengetahui pengaruh Apanteles pada larva Plutella xylostella terhadap kerusakan daun kubis dilakukan dengan jalan menghitung luas kerusakan daun kubis. Hama ini menyerang tanaman kubis disemua daerah penanaman karena selain genus brassica sebagai inangnya juga dapat menyerang genus lain yang satu famili (Cruciferae), bahkan beberapa gulma dapat dijadikan inang alternatif bila pertanaman kubis-kubisan tidak ada. Berbagai cara dapat dilakukan dalam pengendalian hama kubis. Salah satunya dengan cara penanaman tanaman perangkap dan musuh alami, yaitu dengan menanam famili kubis-kubisan seperti sawi atau untuk

64

pengembangan parasitoid Apanteles sebagai musuh alami yang dapat memparasit larva. Telenomous sp. merupakan parasitoid yang berasal dari kelas Insecta, ordo Hymenoptera dan famili Trichogrammatidae. Ciri

morfologinya yaitu memiliki 3 pasang kaki, tubuh terbagi atas 3 bagian yang meliputi kepala, thorax dan abdomen. Inang dari Telenomous sp. adalah telur penggerek batang (Lepidoptera). Telenomous sp. merupakan ektoparasitoid dan termasuk parasitoid telur. Mekanismenya yaitu pada saat telur hama penggerek batang muncul, Telenomous sp. betina akan datang dan bertelur di atas telur hama penggerek batang (telur hama diparasit oleh Telenomous sp.). Masa pradewasa Telenomous sp. tidak berada di dalam tubuh inang tetapi berada di luar tubuh inang. Parasitoid ini mendapat sumber makanan dari inangnya sehingga lama-lama tanaman inang akan mati. Dengan demikian parasitoid ini dapat menurunkan populasi hama penggerek batang dan meningkatkan populasi musuh alami. Telenomous sp. dewasa meletakkan 1 sampai 5 butir telur ke dalam telur serangga lain. Telur Telenomous sp. menetas, kemudian larva Telenomous sp. memakan telur inangnya dari dalam. Kemudian menjadi kepompong, masih di dalam telur inangnya. Selanjutnya dewasa keluar dari telur sebagai tawon kecil. Dewasa kawin dan betina meletakkan telurnya di dalam telur serangga lain. Antagonis merupakan kelompok mikrobia yang mempunyai sifat yang bertentangan dengan sifat pathogen sehingga dapat dijadikan sebagai musuh alami untuk pengendalian OPT. Berbagai antagonis telah dikembangkan untuk dapat diaplikasikan pada tingkat lapangan, mulai dari bakteri, jamur, virus, nematoda dan lain-lain. Sasaran utama pengendalian hayati patogen adalah menurunkan intensitas penyakit melalui upaya pengurangan potensi patogen untuk dapat menimbulkan penyakit atau meningkatkan potensi dan kemampuan jasad antagonis untuk

meningkatkan ketahanan tanaman. Salah satu antagonis yang berasal dari jamur, yaitu Trichoderma sp. Jamur ini menolak adanya aerasi tanah yang jelas rendah. Kontribusi yang penting dibuat melalui tuba penolakan yang diperlihatkan di dalam daftar jamur tanah yang pada umumnya diisolasi secara teknis karena cara yang digunakan oleh Trichoderma sp. ialah melalui pengenceran tanah.

65

Menurut Baker (1977), Trichoderma sp. merupakan antagonis patogen yang memiliki morfologi mikroskopis seperti benang, tidak bercabang, tidak berlendir, bau agak merangsang. Selain itu jamur ini menolak dan merusak aerasi yang rendah sehingga Trichoderma sp. ini merupakan antagonis patogen yang sering dipakai untuk penyakit jamur (Semangun, 1989). Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada jamur ini terdapat hifa dan spora yang berwarna putih. Selain itu juga terdapat misellium berwarna hijau dan percabangan langsung yang berupa konidia. Mekanisme pengendalian yang bersifat spesifik target dan mampu meningkatkan hasil produksi tanaman, menjadi keunggulan tersendiri bagi jamur Trichoderma sp. sebagai agen pengendali hayati. Trichoderma sp. adalah jamur saprofit tanah yang secara alami merupakan parasit yang menyerang banyak jenis jamur penyebab penyakit tanaman (spektrum pengendalian luas). Jamur Trichoderma sp. dapat menjadi hiperparasit pada beberapa jenis jamur penyebab penyakit tanaman, pertumbuhannya sangat cepat dan tidak menjadi penyakit untuk tanaman tingkat tinggi. Mekanisme antagonis yang dilakukan adalah berupa persaingan hidup, parasitisme, antibiosis dan lisis. Trichoderma sp. dapat menghambat pertumbuhan patogen Spora jamur Gloeosporium sangat cepat berkembang pada suhu 22oC-23oC. Kumpulan spora ini mulanya berwarna putih jernih kemudian menjadi kehijauan dan akhirnya berwarna hijau gelap. Trichoderma tidak mematikan secara langsung spora jamur penyebab penyakit tetapi mengusir dari tanah sekitarnya, yaitu bersifat antagonis atau melawan. Hal ini terjadi karena pertumbuhan spora Trichoderma lebih cepat

dibandingkan pertumbuhan spora jamur penyebab penyakit. b. Pengendalian OPT : Pengenalan Jenis Pestisida Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama secara luas dan sida yang berasal dari kaya ceado yang artinya membunuh. Dengan demikian pestisida adalah semua zat yang digunakan untuk mengendalikan hama. Pestisida hanya dapat dgunakan bila populasi hama telah berada pada ambang ekonomi. Ambang ekonomi adalah tingkat kerusakan yang terjadi pada tanaman yang pada aras tersebut dibenarkan menggunakan pestisida untuk menekan populasi hama agar tidak mencapai ALE. Sehingga tujuan penggunakan pestisida bukanlah untuk memberantas

66

hama namun lebih pada upaya untuk menekan populasi hama yang ada sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang menggangggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Menurut Brown et al. (1980), karena pestisida merupakan bahan racun, maka penggunaannya perlu kehati-hatian dengan memperhatikan

keamanan pengguna, bahan yang diberi pestisida dan lingkungan sekitar. Pestisida dibuat dan digunakan sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang suatu tanaman. Penggunaan pestisida harus sesuai dengan petunjuk yang ada karena pestisida sendiri merupakan bahan beracun. Selain itu, pestisida merupakan salah satu sumber bahan pencemar bila diberikan pada jumlah yang terlalu banyak dan pemberiannya yang tidak teratur. Untuk mencegah hal itu maka dalam penggunaan pestisida harus tepat guna, tepat dosis, tepat jenis, tepat sasaran, tepat cara, tepat waktu dan tepat tempat. Menurut Suhardi (1993), berdasarkan tujuan penggunaannya, pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam antara lain : 1) Insektisida, yaitu pestisida yang bisa mematikan berbagai jenis serangga. 2) Herbisida, yaitu pestisida untuk mematikan tanaman gulma. 3) Fungisida, yaitu pestisida untuk memberantas dan mencegah fungi atau cendawan. 4) Akarisida, yaitu pestisida untuk mematikan tungau. 5) Rodentisida, yaitu pestisida untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus. 6) Nemastisida, yaitu pestisida untuk mematikan nematoda yang merusak tanaman Berdasarkan bahan aktifnya, pestisida dibagi menjadi 3 jenis yaitu: 1) Pestisida organik (Organic pesticide) : pestisida yang bahan aktifnya adalah bahan organik yang berasal dari bagian tanaman atau binatang, misal : neem oil yang berasal dari pohon mimba (neem). 2) Pestisida elemen (Elemental pesticide) : pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam seperti: sulfur.

67

3) Pestisida kimia/sintetis (Syntetic pesticide) : pestisida yang berasal dari campuran bahan-bahan kimia. Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi 2 jenis yaitu : 1) Pestisida sistemik (Systemic Pesticide) adalah pestisida yang diserap dan dialirkan keseluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari serangan hama. Contoh : Neem oil. 2) Pestisida kontak langsung (Contact pesticide) adalah pestisida yang reaksinya akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun sedang berjalan. Jika hama sudah menyerang lebih baik menggunakan jenis pestisida ini. Membunuh serangga, insektisida masuk dalam tubuh serangga melalui lambung, kontak dan alat pernapasan. Insektisida kontak akan masuk tubuh melalui kutikula. Contoh dari insektisida kontak adalah Thuricidedan Curacron. Menurut Sudarmo (1991), berdasarkan ketahanannya di

lingkungan, maka pestisida dapat dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Pestisida yang termasuk organochlorines termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin. Sedangkan pestisida kelompok organofosfat adalah pestisida yang mempunyai pengaruh yang efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion, Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain-lain Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida. Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum

68

angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Menurut Wudianto (1990), formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri dari bahan pokok yang disebut bahan aktif (active ingredient) yang merupakan bahan pembunuh OPT dan bahan ramuan (inert ingredient). Jika dilihat dari struktur kimianya, bahan aktif dapat digolongkan menjadi kelompok organik sintetik, organik alamiah dan inorganik. Bahan ramuan biasanya berperan sebagai: pelarut, pembawa (untuk mengencerkan pestisida), surfaktan (emulsi, pembasah, pendispersi, foam dan penyebar), stabilizer (agar formulasi tetap mantap dan aktif), sinergis (meningkatkan daya kerja bahan aktif pestisida), minyak-minyak (untuk meningkatkan aktifitas biologi), defoamer (agar hasil semprotan tidak berbusa), agensia pemadat (agar hasil semprotan tidak mudah terjatuh ke tanah), dan agensia pewarna (untuk mengurangi kemungkinan kecelakaan). Dengan formulasi ini, keamanan, penyimpanan, penanganan, dan keefektifan aplikasi dapat lebih ditingkatkan Berikut ini beberapa formulasi (bentuk-bentuk dari pestisida yang diproduksi) yang sering dijumpai : 1) Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates) Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleh singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate), B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi. 2) Butiran (granulars) Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi

69

bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 2080 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule). 3) Debu (dust) Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman). 4) Tepung (powder) Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder). 5) Oli Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (Solluble Concentrate in Oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (Ultra Low Volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas. 6) Fumigansia Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Fumigansia biasa digunakan di gudang penyimpanan. Sebagian besar cara pengaplikasian pestisida yaitu dengan penyemprotan. Penyemprotan (spraying), merupakan penggunaan

pestisida, baik penyemprotan di darat (ground spraying) maupun penyemprotan dari udara (aerial spraying). Dalam penyemprotan, larutan pestisida dipecah oleh nozzle (cerat, spuyer) yang terdapat dalam alat penyemprot (sprayer) menjadi butiran semprot atau droplet. Selain dengan disemprot, aplikasi pestisida dapat dilakukan dengan ditabur.

70

Penaburan/penebaran (broadcasting), adalah penaburan pestisida dalam bentuk serbuk atau butiran dengan tangan atau dengan mesin penabur/broadcaster Pada praktikum pengenalan pestisida kali ini, ada 15 pestisida yang diamati antara lain, yaitu : 1) Round Up, merupakan pestisida jenis herbisida. Bahan aktif yang digunakan berupa Isopropil aminglifosfat 486 gr/l. Roundup bekerja secara sistemik dan berformulasi SL. Roundup bekerja spesifik pada gulma jenis alang-alang, Panicum rapens, Axoropus compressus, Ottochoa nodosa, gulma sedang (Axonopus compressus, Borreria sp), gulma lunak (Paspalum conjugatum). Tanaman yang biasanya diserang adalah tanaman cengkeh, kakao, karet, kelapa, kelapa sawit, dll. Cara aplikasinya dengan cara disemprotkan pada gulma. 2) Daconil, merupakan pesitisida jenis fungisida dengan kandungan bahan aktifnya Klorotalonil 75% dan formulasinya 75 WP. Cara Daconil merusak jamur atau cendawan adalah dengan cara kontak. Hama yang menjadi sasaran pemberantasan Daconil antara lain, yaitu Embun bulu (Peronospora destructor), bercak ungu (Alternaria porri) pada tanaman bawang merah, tomat, kentang dan cabai, bercak daun (Cercospora capsici), antraknosa (Colletotrichum gloeosporoidesi) pada kacang tanah, kelap, , busuk daun (Phytophthora infestans) pada tanaman teh dan pisang, cacar daun (Axobasidium vexans), sigatoka. Cara penggunaan Daconil yaitu dengan cara disemprot. 3) Antracol, merupakan pesitisida jenis fungisida dengan kandungan bahan aktifnya Propineb 70% dan formulasinya 70 WP. Cara Antracol merusak jamur atau cendawan adalah dengan cara kontak. Hama yang menjadi sasaran pemberantasan antracol antara lain, yaitu Embun tepung (Plasmopara viticola) , bercak daun (Alternaria alli), bercak daun (Cercospora sp), cacara daun ( Phyllosticta sp), busuk daun, busuk kaki, cacar daun, rebah batang. Fungisida ini digunakan pada tanaman anggrek, bawang, bawang putih, cabai merah, cengkeh, jeruk, kentang, tomat, lada, petsai, rosella, teh dan tembakau. Cara penggunaan Antracol yaitu dengan cara disebar. 4) Curacron, merupakan pesitisida jenis insektisida dengan kandungan bahan aktifnya Profenofos 500 g/L dan formulasinya 500 EC. Cara

71

insektisida ini merusak serangga adalah dengan cara kontak. Hama yang menjadi sasaran pemberantasan Curacron adalah serangga pada tanaman kubis, kentang, tomat, bawang merah, cabai, kacang hijau, jeruk, tembakau, tebu dan kapas. Hama tersebut meliputi Perusak daun (Plutella xylostella), ulat umbi, hama Trips sp, ulat buah (Heliothis armigera), ulat grayak, penggerek pucuk, perusak daun, penggerek batang. Cara penggunaan insektisida ini yaitu dengan cara disemprot. 5) Agrimycin, merupakan pesitisida jenis bakterisida dengan kandungan bahan aktifnya Streptomisin sulfat 15%, Oksitetrasiklin 1,5% dan formulasinya 15/1,5 WP. Agrimycin bekerja secara sistemik, dimana bakteri menyerap racun ini dari tanaman atau bakteri lain yang mengandung racun Agrimycin tersebut. Hama yang menjadi sasaran pemberantasan Agrimycin adalah Pseudomonas solanacearum

(penyakit layu) pada tanaman kentang dan tomat. Cara penggunaan Agrimycin yaitu dengan cara disebar. 6) Klerat, merupakan pesitisida jenis rodentisida dengan kandungan bahan aktifnya Bridufakum 0,005% dan formulasinya adalah RM-B. Klerat merupakan jenis racun sistemik, dimana hewan pengerat (tikus) menyerap racun ini dari tanaman atau hewan lain yang mengandung racun Klerat tersebut. Hama yang menjadi sasaran pemberantasan Klerat adalah tikus sawah (Rattus argentiventer) pada tanaman pangan (padi)dan tikus semak (Rattus tiomanicus) pada semak. Cara penggunaan Klerat yaitu dengan cara disebar. 7) Gramoxone, merupakan pestisida jenis herbisida. Bahan aktif yang digunakan berupa Parakuat diklorida 276 gr/l. Gramoxone bekerja secara kontak dan berformulasi SL. Gramoxone bekerja spesifik pada gulma jenis daun lebar, sempit dan teki di pertanaman. Pestisida ini diaplikasikan pada tanaman Cengkeh, jagung, kakao, kapas, karet, kedelai, kelapa hibrida, kelapa sawit, kopi, lada, padi. Cara aplikasinya dengan cara disemprotkan pada gulma. 8) Score, merupakan pesitisida jenis fungisida dengan kandungan bahan aktifnya Difenokonazol 250 g/L dan formulasinya 250 EC. Score bekerja secara sistemik, dimana jamur atau cendawan menyerap racun ini dari tanaman atau jamur lain yang mengandung racun Score

72

tersebut. Hama yang menjadi sasaran pemberantasan Score antara lain, yaitu hawar pelepah pada tanaman padi, Alternaria porri pada bawang merah dan bawang putih, Cercospora capsici pada cabai, Alternaria solani pada tomat dan kentang, Phodosphaera leucotricha pada apel, Isaryopsis grisulla pada kacang panjang dan Cercospora sp. pada tanaman semangka. Cara penggunaan score ini yaitu dengan cara disemprot. 9) Dursban, merupakan pesitisida jenis insektisida dengan kandungan bahan aktifnya Klorpirifos 200 g/L dan formulasinya 20 EC. Cara insektisida ini merusak serangga adalah dengan cara kontak, racun lambung dan juga melalui perut. Hama yang menjadi sasaran pemberantasan Dursban antara lain, yaitu ulat grayak pada tanaman bawang merah, kutu daun pada cabai, lalat bibit pada jagung, ulat daun dan belalang pada kacang hijau, lalat kacang pada kacang tanah, perusak daun pada kakao, ulat tanah pada kedelai, penghisap buah pada kelapa sawit, kepik hijau pada kubis, pengggulung daun pada lada dan petsai, ulat pupuk pada tembakau dan ulat api pada tomat, wortel. Cara penggunaan insektisida ini yaitu dengan cara disemprot. 10) Beauveria bassiana merupakan jenis pestisida alami. Pestisida ini digunakan untuk hama walang sangit, wereng coklat dan penggerek batang pada tanaman padi dan kacang-kacangan. Cara penggunaan insektisida ini dengan disemprot. 11) Decis, merupakan pesitisida jenis insektisida dengan kandungan bahan aktifnya Deltometrin dan formulasinya 2,5 EC. Cara insektisida ini merusak serangga adalah dengan cara kontak. Hama yang menjadi sasaran pemberantasan Decis antara lain, yaitu thrips dan kutu persik pada tanaman cabai, belalang pada jagung, lalat bibit pada kacang hijau, penghisap buah pada kakao, penggerek buah pada kapas, penghisap polong pada kedelai, ulat api pada kelapa sawit, ulat perusak daun pada kubis, bubuk buah pada lada, penghisap daun pada teh, penggerek pucuk pada tembakau, thrips pada semangka, lalat buah pada tomat dan kutu daun pada tanaman kentang. Cara penggunaan Decis yaitu dengan cara disemprot. 12) Prodigy, merupakan pesitisida jenis insektisida dengan kandungan bahan aktifnya Metoksifenozida dan formulasinya 100 SC. Cara

73

insektisida ini merusak serangga adalah dengan cara kontak dan juga melalui lambung. Hama yang menjadi sasaran pemberantasan Prodigy antara lain, yaitu ulat grayak (Spodoptora exigua) pada tanaman bawang merah, ulat grayak (Spodoptora litura) pada cabai, kedelai dan penggerek polong (Maruca testulalis) pada kacang panjang. Cara penggunaan Prodigy ini yaitu dengan cara disemprot. 13) Agrept, merupakan pesitisida jenis bakterisida dengan kandungan bahan aktifnya Streptomisin sulfat 20% dan formulasinya 20 WP. Cara Agrept merusak bakteri adalah dengan cara sistemik, dimana bakteri menyerap racun ini dari tanaman atau bakteri lain yang mengandung racun Agrept tersebut. Hama yang menjadi sasaran pemberantasan Agrept adalah Pseudomonas solanacearum (layu) pada tanaman tomat. Cara penggunaan Agrept yaitu dengan cara disuspensikan terlebih dahulu baru kemudian disemprot. 14) Derosal, merupakan pesitisida jenis fungisida dengan kandungan bahan aktifnya Karbendazim dan formulasinya 500 SC. Derosol bekerja secara sistemik, dimana jamur atau cendawan menyerap racun ini dari tanaman atau jamur lain yang mengandung racun Derosol tersebut. Pathogen yang menjadi sasarannya adalah bercak ungu (trotol) dan penyakit otomatis (Antraknosa). Pestisida ini digunakan pada tanaman bawang merah dan semangka. penggunaan Derosal yaitu dengan cara disemprot. 15) Furadan, merupakan pestisida jenis insektisida dan juga sebagai nematisida. Bahan aktif yang terkandung dalam Furadan adalah Karbofuran 3%. Furadan bekerja secara sistemik, dimana serangga menyerap racun ini dari tanaman atau hewan lain yan mengandung racun furadan tersebut. Beberapa jenis hama yang dapat diberantas menggunakan Furadan ini diantaranya adalah penggerek batang, wereng hijau, lalat daun dan ganjur pada tanaman padi sawah, lundi pada padi gogo, nematoda bintil akar pada kentang, tomat dan nematoda pada tanaman teh. Cara penggunaan Furadan yaitu dengan cara ditaburkan pada tanah pada tanaman yang terserang hama atau serangga tersebut. Cara

74

DAFTAR PUSTAKA

Brown, J.F ; Morgan E.D dan Parbery I.H. 1980. Plant Protection. Hedges and Bell Pty LTD. Melbourne. Hasan, B. 2005. Dasar-dasar Agronomi. Rajawali Pers. Jakarta. Kurniasih, Novy. 2009. Pengaruh Larva P. xylostella yang Terparasit dan Tidak Terparasit oleh D. semiclausum Terhadap Luas Kerusakan Daun Kubis (Brassicca oleraceae). Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Soeprapto. 1992. Ilmu Hama Khusus Tanaman Keras I. FP UGM. Yogyakarta. Speight, M. R., M.D. Hunter and A.D. Wall. 1999. Ecology of insect. Blackwell Science Ltd.p.259. Sudarmo, S., 1991. Pestisida. Penerbit Kanisius.Yogyakarta. Suhardi. 1983. Evolusi Avertebrata. Universitas Indonesia. Jakarta Susetya, N. 2004. Serangga di Sekitar Kita. Kanisius. Yogyakarta.

75

D. Gulma 1. Hasil Pengamatan a. Pengenalan Herbisida Tabel 4.1.1 Jenis Herbisida Pembeda Herbisida Kontak (Gramoxone) Bahan aktif Parakuat diklorida Herbisida Sistemik (Round Up) Isopropilamina glifosat Formuasi 276 SL 486 SL Dosis 1,5-3 lt/ha 1,5-2 lt/ha Jenis gulma Teki, gulma daun Alang-alang, lebar, gulma daun gulma keras, sempit gulma sedang, gulma lunak Tanaman utama Jeruk, kakao, kapas, Kopi, teh, kelapa karet, dll sawit, karet, kakao Waktu aplikasi Pagi hari 1x pemakaian Ketika gulma 40% / 2 minggu sebelum di lahan penanaman tanaman utama Sumber : Laporan Sementara Kalibrasi : 1) Herbisida Kontak (Gramoxone) Gramoxone 2 liter/ha kebutuhan larutan 400 liter Konsentrasi larutan per liter Luas lahan Volume semprot Volume gramaxone = 2,25 m2 = = = 0,045 ml dalam 2,25 m2 = 5 ml/liter air

2) Herbisida Sistemik (Round Up) Round Up 8 liter / ha kebutuhan larutan 400 liter Konsentrasi larutan per liter Volume semprot Luas lahan Volume round up = = 2,25 m2 = = 1,8 ml dalam 2,25 m2 = 20 ml/liter air

76

b. Identifikasi Gulma 1) Alang-alang (Imperata cylindrica) Tipe Gulma : Gulma daun sempit Ciri Morfologi : a. Daun memanjang b. Permukaan daun berbulu c. Bentuk daun lanset d. Ujung daun lancip Gambar 4.1 Alangalang Taksonomi : Divisi Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Monocotyledonae : Poales : Poacea : Imperata e. Tulang daun sejajar.

Spesies : Imperata cylindrica 2) Rumput Teki (Cyperus rotundus) Tipe Gulma : Gulma rumput teki Ciri Morfologi : a. Daun sempit, agak panjang b. Akar serabut c. Bentuk batang segitiga d. Memiliki stolon dan umbi e. Ujung daun lancip Gambar 4.2 Gulma rumput teki Taksonomi : Divisi Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Liliopsida : Cyperales : Cyperaceae : Cyperus

Spesies : Cyperus rotundus

77

3) Putri malu (Mimosa pudica) Tipe Gulma : daun lebar Ciri Morfologi : a. Daun sempit, kecil, cabang dua b. Batang berduri c. Jika disentuh bagian belakang daun berwarna semu ungu Gambar 4.3 putri malu Taksonomi Divisi Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Monokotil : Rosales : Mimosaceae : Mimosa

Spesies : Mimosa pudica 4) Tapak liman (Elephantapus scaber) Tipe Gulma : daun lebar Ciri Morfologi : a. Tepi daun bergerigi b. Tulang daun menyirip c. Daun agak panjang dan lebar d. Susunan daun roset e. Akar agak besar f. Batang kaku Gambar 4.4 tapak lima Taksonomi Divisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae Genus : Elephantopus Spesies : Elephantapus scaber

78

c. Uji Aplikasi Herbisida

Gambar 4.5 Herbisida Kontak Keterangan : 1) Herbisida Sistemik Presentase kerusakan : 97%

Gambar 4.6 Herbisida Sistemik

Jenis gulam yang ada : rumput teki 62%, gulma berdaun lebar 30 %, gulma berdaun sempit 5% Herbisida Jenis racun 2) Herbisida Kontak Presentase kerusakan : 90% Jenis gulma yang ada : rumput teki 60%, gulma berdaun lebar 0%, gulma berdauyn sempit Herbisida Jenis racun 2. Pembahasan Gulma merupakan salah satu bagian dari organisme pengganggu tanaman. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi melalui kompetisi. Gulma menurut Arie (1994) adalah tumbuhan pengganggu yang nilai negatif apabila tumbuhan tersebut merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dan sebaliknya tumbuhan dikatakan memiliki nilai positif apabila mempunyai daya guna manusia. Pengertian gulma menurut Barus (2003) adalah tumbuhan yang tumbuh tidak sesuai dengan tempatnya dan tidak dikehendaki serta mempunyai nilai negatif.Terdapat beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti rumput-rumputan, teki dan alang-alang. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu : Gramoxone : kontak : Round up : sistemik

79

pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Secara umum kerugian yang ditimbulkan gulma dapat dibagi menjadi dua, yaitu kerugian yang langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung terjadi akibat kompetisi yang dapat mengurangi panen. Termasuk didalamnya adalah penurunan hasil panen, baik secara keseluruhan atau yang panennya saja dan penurunan kualitas hasil panenan sebagai akibat pencemaran oleh biji- biji gulma. Sedangkan kerugian yang tidak langsung terjadi akibat kompetisi yang dapat menimbulkan kerugian tetapi tidak secara langsung dari hasil panen, seperti gulma dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman. Adanya berbagai definisi dan dekripsi gulma menunjukkan bahwa golongan gulma mempunyai kisaran karakter luas dan mempunyai konsekuensi dalam pemberantasan dan pengelolaannya. Dalam

mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara dibawah ini: 1) Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium 2) Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan 3) Mencari sendiri melalui kunci identifikasi 4) Membandingkan dengan determinasi yang telah ada 5) Membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia Menurut Tjitrosoepomo (2003), cara identifikasi dengan

membandingkan tumbuhan gulma dengan gambar paling praktis dan dapat dikerjakan sendiri di tempat, oleh karena telah banyak publikasi gambar dan foto-foto gulma. Dua publikasi gulma P3GI yang disebutkan pada alinia pertama bab ini, sangat berguna untuk keperluan tersebut. Identifikasi dengan membandingkan determinasi dari spesies gulma kemudian mencari dengan kunci identifikasi sedikit banyak kita harus memahami istilah biologi yang berkenaan dengan morfologi. Tanda-tanda yang dipakai dalam identifikasi dan penelaahan spesies gulma; terbagi atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-sifat generatif yang cenderung tetap.

80

Sifat vegetatif gulma antara lain : perakaran, bagian batang dan cabangnya, kedudukan daun, bentuk daun, tepi daun dan permukaan daun, terdapat alat-alat tambahan misalnya daun penumpu atau selaput bumbung, beragam dan berbeda-beda untuk tiap spesies gulma. Bagian generatif yang dapat digunakan sebagai kriteria tanaman antara lain adalah : jumlah dan duduknya bunga, bagian-bagian bunga, warna kelopak bunga, warna mahkota bunga, jumlah benang sari, serta bentuk ukuran-warna-jumlah buah/biji. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhannya. Berdasarkan keadaan morfologinya, dikenal gulma rerumputan (grasses), berdaun sempit dan berdaun lebar. Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984), golongan rumput-rumputan (grasses) yaitu semua tumbuhan gulma yang berasal dari keluarga Gramineae (Poaceae). Gulma ini ukurannya bervariasi, tumbuh bisa tegak maupun menjalar, hidup semusim atau tahunan. Ciri-ciri kelompok gulma yang tergolong ke dalam keluarga rumput ini adalah batangnya umumnya mempunyai ruas-ruas dan buku. Jarak masing-masing ruas (internodus) bisa sama dan bisa pula berbeda dan bahkan ada yang cukup panjang, yang tidak sebanding dengan buku (internodus), batangnya ini ada yang menyebut dengan culm. Ciri lain dari kelompok ini adalah daunnya yang tidak mempunyai tangkai daun (ptiolus) tapi hanya mempunya pelepah/ upih (vagina) dan helaian daun (lamina). Berdasarkan habitat tumbuhnya, dikenal gulma darat dan gulma air. Methyl eugenol merupakan senyawa buatan yang memiliki bau yang sama dengan senyawa yang dihasilkan oleh lalat buah betina, sehingga mampu menarik perhatian dari lalat buah jantan. Prinsip kerja metyl eugenol yaitu menghasilkan zat attraktan yang dapat menarik dan menangkap lalat jantan kemudian lalat jantan akan mati. Jika populasi lalat jantan sedikit maka populasi lalat buah juga akan berkurang karena tidak terjadi pembuahan pada lalat betina.

81

Sastrodihardjo (1979) menyatakan bahwa zat penarik (attractance) ialah suatu zat yang menarik serangga menuju ke arah sumber zat itu. Atraktan berbahan aktif metyl eugenol tergolong food lure artinya lalat lantan tertarik datang untuk keperluan makan bukan untuk seksual. Selanjutnya metyl eugenol diproses dalam tubuh lalat jantan untuk menghasilkan seks feromon yang diperlukan saat perkawinan guna menarik lalat betina. Penggunaan zat penarik atau lebih dikenal sebagai atraktan merupakan salah satu alat atau cara pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan hama secara terpadu, karena penggunaannya bersifat spesifik dan secara ekologis aman bagi lingkungan. Penggunaan methyl eugenol sebagai atraktan lalat buah tidak meninggalkan residu pada buah dan mudah diaplikasikan pada lahan yang luas. Karena bersifat volatil (menguap), daya jangkaunya atau radiusnya cukup jauh, mencapai ratusan meter, bahkan ribuan meter, bergantung pada arah angin. Daya tangkap atraktan bervariasi, bergantung pada lokasi, cuaca, komoditas dan keadaan buah di lapangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan atraktan metil eugenol dapat menurunkan intensitas serangan lalat buah pada mangga sebesar 3959%. Aplikasi metyl eugenol yaitu menggunakan model alat perangkap yang mudah dan murah serta banyak digunakan oleh petani di Indonesia dengan memodifikasi perangkap steiner berupa botol air mineral transparan dimana kedua bagian ujungnya dibuka serta bagian ujung tutup dibalikkan ke bagian dalam botol kemudian metyl eugenol diteteskan pada kapas kemudian digantungkan ditengah bagian dalam botol perangkap. Secara umum menurut Azwana (2007) zat penarik dapat digunakan untuk mengendalikan serangga dengan tiga tujuan yaitu untuk: 1) Mendeteksi atau memantau populasi hama serangga 2) Menarik serangga dengan cara merusak atau membunuhnya baik dengan menggunakan perangkap yang berumpan ataupun menggunakan racun 3) Mengelabuhi atau membingungkan serangga dari perilaku normalnya seperti perilaku kawin, berkelompok, makan atau peletakan telur. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas methyl eugenol antara lain adalah semakin lama dipasang maka lalat jantan yang tertarik akan semakin banyak. Dosis yang digunakan semakin banyak metyl eugenol yang digunakan maka efektivitasnya meningkat. Dosis yang rendah akan memperkecil tangkapan dan ketertarikan lalat jantan untuk mendekat.

82

Semakin

tinggi

dosis

yang

digunakan

pun

akan

mempertebal

ketahanan/resisten lalat buah jantan. Dosis penggunaan senyawa methyl eugenol dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan dalam menghasilkan methyl eugenol. Penataan perangkap, penataan perangkap dalam areal kebun perlu dipertimbangkan dengan sekasama guna mengefektifkan hasil penangkapan lalat buah. Selain hama dan penyakit, organisme pengganggu tanaman budidaya adalah gulma. Keberadaan gulma pada lahan pertanian sangat mengganggu pertumbuhan tanaman pokok karena menimbulkan persaingan dalam mendapatkan air dan unsure hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Oleh karena itu, pertumbuhan gulma harus di cegah dan dikendalikan agar tidak merugikan pertumbuhan tanaman. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanik, biologi maupun kimia. Secara mekanik, pengendalian gulma dapat dilakukan dengan penyiangan menggunakan alat seperti sabit maupun alat pemotong rumput yang lain. Secara biologi, pengendalian gulma dilakukan dengan memanfaatkan hewan herbivora. Sedangkan pengendalian secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida. Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil (gulma). Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil yang disebabkan oleh gulma. Berdasarkan waktu penggunaan saat bercocok tanam, herbisida sendiri dibagi menjadi beberapa kegunaan antara lain : 1) Herbisida Pra-semai atau Pra-tanam Herbisida ini digunakan saat benih belum disemai atau ditanam. Herbisida pra-semai atau pra-tanam dapat digunakan melalui tanah yang kemudian akan diserap oleh akar gulam atau biji-bijian. Contoh herbisida sistemik yang dapat digunakan sebagai herbisida pra-semai atau pratanam ialah 2,4-D dan MCPA. 2) Herbisida Pra-tumbuh Penyemprotan herbisida pra-tumbuh dilakukan sebelum

kecambah tanaman muncul ke permukaan tanah. Herbisida pra-tumbuh dapat bertindak sebagai herbisida kontak atau sistemik atau dapat juga residual. Contoh: Dalapon.

83

3) Herbisida Pasca-tumbuh Herbisida ini digunakan setelah tanaman budidaya tumbuh dan muncul di atas permukaan tanah. Pada umumnya, herbisida jenis ini tidak dapat berpengaruh yang memuaskan terhadap gulma yang telah melewati tingkatan pertumbuhan tertentu sehingga gulmanya perlu ditekan terlebih dahulu pertumbuhannya dengan menggunakan herbisida kontak. Herbisida selektif adalah herbisida yang diberikan pada gulma melalui tanah atau daun. Herbisida selektif hanya mengendalikan jenis-jenis gulma yang tertentu saja, sedangkan yang tidak selektif dapat mematikan semua jenis gulma yang tersemprot. Oleh karena itu, herbisida yang selektif cepat hilang aktivitasnya jika bersentuhan dengan tanah. Herbisida yang disemprotkan ke daun dapat bertindak secara kontak atau sistemik. Pengaruh herbisida kontak dapat dilihat jelas dalam waktu yang singkat, sedangkan herbisida sistemik pengaruhnya lama. Pada praktikum ini dilakukan pengamatan uji herbisida. Herbisida yang digunakan merupakan herbisida sistemik dan herbisida kontak. Untuk herbisida sistemik menggunakan Roundup dan untuk herbisida kontak menggunakan Gramoxone. Herbisida sistemik yaitu herbisida yang mematikan gulma dan masuk pada jaringan tumbuhan gulma. Sedangkan herbisida kontak hanya mematikan gulma yang terkena herbisida. Sebelum dilakukan penyemprotan maka dilakukan kalibrasi. Kalibrasi merupakan penghitungan volume herbisida yang digunakan tiap liter per satuan luas. Pada saat penyemprotan, herbisida diberikan pada 2,25 m2 secara zig zag kemudian dibiarkan selama 1 minggu. Setelah 1 minggu, pada areal tanah yang diberi Gramaxone presentase kematian gulmanya 90%. Jenis gulma yang mati adalah gulma rerumputan dan gulma berdaun sempit. Sedangkan pada perlakuan herbisida Rooundup, prosentase kematian gulma sebesar 97% dan gulma yang mati adalah gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit. Untuk herbisida sistemik, cara kerja herbisida ini di alirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas-tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut.

84

Produksi tanaman pertanian, baik dalam bentuk diusahkan masyarakat pertanian dan perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor seperti hama, penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma tanaman budidaya bervariasi tergantung pada jenis tanaman, iklim, jenis gulma. Sehingga gulma dapat didefinisikan sebagai keberadaan vegetasi yang tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan produksi pertanian. Karena gulma adalah zat berbahaya yang dilepaskan alelopati. Alelopati kompetisi yang timbul dari pengeluaran zat beracun dari eksudat tanaman tertentu untuk tanaman lain. Ada juga persaingan antara tanaman tanaman dan gulma harus dilakukan untuk berkompetisi untuk bertahan hidup. Gulma menyebabkan kerugian karena mengadakan persaingan dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian, menyebabkan allelopathy, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, meningkatkan biaya pertanian dan lebih rendah produktivitas air. Tanaman dapat melepaskan bahan kimia ke dalam lingkungan dan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman lain (alelopati). Ada positif, seperti menghapus nitrogen untuk tanaman lain di mana substansi yang dilepaskan dapat menjadi racun bagi tanaman lainnya. Contoh gulma yang memancarkan senyawa toksik A.Vulgaris dapat menghapus senyawa yang mudah menguap dan beracun, dan Imperata cylindrica menghasilkan zat fenol. Persaingan diartikan sebagai perjuangan dari dua atau lebih organisme yang bersaing untuk objek yang sama. Kedua gulma dan tanaman memiliki kebutuhan dasar yang sama untuk pertumbuhan normal dan pengembangan nutrisi, air, cahaya, bahan ruang tumbuh, dan CO2. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastik, sebagai pembatasan ini tidak mengikat suatu spesies tanaman. Sampai batas tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tanaman yang biasanya dianggap gulma juga dapat tidak mengganggu. Contoh, kedelai ditanam di sela-sela tanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, tetapi dalam kedua sistem tumpangsari adalah tanaman utama. Namun demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teka-teki dan alang-alang.

85

Gulma dapat dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan bentuk daun (daun daun lebar atau sempit), umur panjang (satu tahun atau satu musim, dua tahun atau setiap tahun), serta dari sudut kepentingan (kelas sangat ganas dan ganas kelompok agak). Gulma berdaun lebar, dari jenis yang umumnya memiliki dikotil dan lintasan C3. Narrow-gulma berdaun, tanaman ini memiliki bentuk daun panjang dan sempit, jenis monokotil dan umumnya memiliki lintasan C4. Gulma musim atau satu tahun (tahunan), tanaman ini melengkapi siklus hidup mereka dari biji, tumbuh mati untuk musim atau tahun. Karena banyaknya biji terbentuk, maka presisten. Gulma dua tahunan (biennial), tanaman ini melengkapi siklus hidup mereka untuk antara satu sampai dua tahun. bunga dibentuk pada tahun kedua. gulma tahunan (perenial), tanaman daun menyelesaikan hidup mereka selama lebih dari dua tahun. Sebagian besar tanaman untuk membentuk banyak benih dan juga dapat menyebar vegetatif mnyebar. Karena tanaman yang berbeda abadi cara penyebarannya, itu dibagi dan abadi merayap sederhana. Creeping gulma tahunan sederhana, hanya tersebar dengan biji, meskipun dapat menyebar vegetatif ketika tanaman dipotong, akar tumbuh lembut dan diperluas. Creeping gulma tahunan, menyebar dengan akar yang menyerap, stolon (merayap di atas tanah0 dan 9bagian merayap rimpang di dalam tanah) Identifikasi gulma di laboratorium ini terdiri dari empat jenis gulma yang alang-alang (Imperata cylindrica), putri malu (Mimosa pudica), rumput teki (Cyperus killinga), tapak liman (Elephantopus scabe L).

Alang-alang adalah gulma abadi, dengan sistem rhizoid yang luas dan batang cleaner mencapai 60-100 cm. Daun agak tegak, pelepah daun lembut, tulang daun utama putih, daun lebih pendek dari daun yang lebih rendah, ligula pendek. Alam Rhizoma regeneratif yang kuat, dapat menembus 15-40 cm, sedangkan akar vertikal ke dalam sekitar 60-150 cm. Rhizoma putih, sukulen, manis, tersegmentasi pendek dengan cabang lateral membentuk jaring - jaring yang kompak tanah. Bagian dalam tanah berkembang dengan baik, tersebar dengan cepat dan ketekunan. Rumput teki, gulma hampir selalu sekitar semua tanaman karena memiliki kemampuan tinggi untuk beradaptasi dengan berbagai jenis tanah. Ini termasuk gulma, gulma tahunan dengan bagian dalam tanah terdiri dari akar dan umbi-umbian. Umbi yang pertama kali dibentuk dalam tiga minggu setelah pertumbuhan awal. Umbi akar terbentuk ramping dan umbi-umbian

86

lagi, dan sebagainya. Umbi tidak tahan kekeringan, selama 14 hari di bawah sinar matahari, daya tumbuh akan hilang. Tumpul berbentuk batang atau segitiga. Daun di pangkal batang terdiri dari 4-10 helai, daun pelepah ditutup dengan tanah. Daun garis-garis hijau gelap dan mengkilat. Bunga telah tiga helai benang sari, kepala sari kuning cerah, sedangkan tiga cabang tangkai putik, coklat. Teki, umbi-umbian dan rimpang memiliki batang pendek mencapai ketinggian 100 cm panjang daun segitiga 1/2 -2/3 panjang batang. Berkembang biak dengan rimpang dan umbi-umbian serta dengan biji. Tumbuh di sawah dan basah. Gulma rumput tahunan, akar dan menyebar agak di flat. Berdiri dengan 60 bentuk roset cm datar. Menjari telinga berbentuk bunga. Berkembang biak dengan biji, tumbuh di lahan kering, dan sangat mengganggu di pabrik. Berdaun lebar gulma musim, tumbuh tegak, 10-75cm tinggi Gulma teki memiliki daya tahan yang luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang dapat berlangsung berbulan-bulan. Gulma berdaun sempit-rumput seperti teka-teki, tetapi menghasilkan stolon tekian bukan lampu. Gulma berdaun lebar biasanya tumbuh pada akhir budidaya. Kompetisi untuk tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Tindakan pengendalian gulma pada dasarnya dalam bentuk kontrol langsung (pencegahan) dan kontrol langsung (misalnya, penyiangan, herbisida penyemprotan dan sebagainya). Kontrol tidak langsung atas teknik budidaya tebu mentah merupakan landasan utama dalam program pengendalian gulma, sehingga memiliki tebu lebih untuk daya saing gulma. Dengan memberikan dasar dari kontrol yang baik, maka untuk meningkatkan efektivitas pengendalian dapat dilakukan dengan

menggabungkan dua atau lebih alat kontrol. Cara pengendalian ini disebut pengendalian gulma terpadu. Beberapa kombinasi dari tindakan pengendalian terpadu dapat dilakukan misalnya adalah kombinasi dari teknik budidaya dengan cara kimia (herbisida) dan kombinasi teknik budidaya dengan cara mekanis dan kimia. Yang sulit untuk memberantas gulma dalam berkembang biak biasa dengan akar sehingga ketika gulma dari akar harus dalam menarik akar pamgkal selain itu akan terus tumbuh dan dapat merusak. Malu Putri (Mimosa pudica) adalah tumbuhan polong semak pendek anggota suku yang mudah dikenali karena daunnya yang dapat dengan cepat menutup

87

/ layu dengan sendirinya bila disentuh. Meskipun beberapa anggota polongpolongan dapat melakukan hal yang putri, sama malu untuk bereaksi lebih cepat daripada jenis lainnya. Kelayuan bersifat sementara karena setelah beberapa menit itu akan pulih seperti sebelumnya. Tapak liman adalah ramuan kronis, batang tegak, bercabang, dan berambut panjang dan kaku dan ketat. Ketinggian batang mencapai 10-80 cm liman. daun tunggal, telur memanjang atau bulat lonjong bentuk. Daun hijau tua, berkumpul di dasar bentuk roset batang, dan berbulu dan meringkuk tepi daun dan gerigi tumpul. Daun 10-15 cm, 3-5 cm lebar. banyak berbunga, bentuk umbi, warna ungu. Runcing buah. Ini tempat benih pemuliaan tanaman. Tanaman ini tumbuh liar di rumput, tepi jalan, tanggul, dan tepi hujan. Tanaman dari dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut. Liman adalah gulma pada tanaman tahunan seperti karet, teh, kopi, kelapa sawit kelapa, dan.

88

DAFTAR PUSTAKA

Arie, Arifin. 1994. Perlindungan Tanaman, Hama Penyakit dan Gulma. Usaha Nasional. Surabaya Azwana. 2007. Pengaruh Metil Eugenol dari Bahan Tanaman Selasih terhadap Perkembangan Populasi Serangga pada Tanaman Cabe Merah Organik. Balai Besar Karantina Tumbuhan Belawan 20414. Belawan. Sastrodihardjo, S., 1979. Pengantar Entomologi Terapan. Penerbit ITB, Bandung. Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta. Tjitrosoedirdjo, S. 1983. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia, Jakarta. Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta

89

E. Identifikasi Hama dan Diagnosis Penyakit di Lapang 1. Hasil Pengamatan Tabel 5.1 Identifikasi Hama dan Diagnosis Penyakit Tanaman Singkong Hama / Penyakit Belalang Gambar Gejala Gejala serangan daun robek pada bagian tepi sehingga bagian tepi agak bergerigi.

Cercospora henningsii

\\\

Daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati.

Sumber : Laporan Sementara Waktu Pengamatan : Rabu, 9 Mei 2012 Lokasi Pengamatan : Gunung Mijil, Ngringo, Jaten, Karanganyar Jenis Tanaman : Tanaman Singkong (Manihot Utilissima) 2. Pembahasan Menurut Nuria (2011), tanaman singkong (Manihot utilissima) yang merupakan salah satu jenis tanaman herbal, untuk mendapatkan hasil yang sehat dan baik, dalam budidayanya harus dicegah jangan sampai terkena hama dan penyakit. Walaupun di beberapa daerah, tanaman singkong jarang terkena hama dan penyakit, namun demikian dalam budidaya singkong untuk menjaga agar dapat menghasilkan produk herbal yang sehat dan baik, diperlukan pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman singkong. Menurut Hidayat (2003).Umumnya organisme yang paling umum untuk menjadi hama adalah serangga. Sekitar 1% dari spesies serangga bersifat sebagai hama. Upaya pengelolaan/pengendalian hama di antaranya memerlukan pemahaman tentang peri kehidupan serangga hama ( siklus hidup dan siklus musiman ), kaitannya dengan tanaman, kerusakan yang ditimbulkan, serta perkembangan populasi hama. Pada tanaman singkong terdapat hama belalang.

90

Menurut Deptan (2011), belalang betina mampu menghasilkan telur sekitar 270 butir. Telur berwarnakeputih-putihan dan berbentuk buah pisang, tersusun rapi sekitar 10 cm di bawah permukaan tanah. Telur akan menetas setelah 17 hari. Imago betina yang berwarna coklat kekuningan siap meletakkan telur setelah 5-20 hari, tergantung temperatur. Seekor betina mampu menghasilkan 6-7 kantong telur dalam ta nah dengan jumlah telur 40 butir per kantong. Imago betina hanya membutuhkan satu ka li kawin untuk meletakkan telur-telurnya dalam kantong-kantong tersebut. Imago jant anyang berwarna kuning mengkilap berkembang lebih cepat dibandingkan dengan betina. Lama hidup dewasa adalah 11 hari. Berdasarkan hasil pengamatan, hamper semua tanaman singkong terserang oleh penyakit sekitar 88%. Selain itu, tanaman singkong diserang oleh hama belalang. Belalang ini memakan daun singkong. Gejala serangan daun robek pada bagian tepi sehingga bagian tepi agak bergerigi. Ciri morfologinya yaitu memiliki tubuh yang terbagi atas caput, thorax, dan abdomen yang tersusun atas segmen-segmen. Pada bagian caput terdapat alatalat tambahan yang merupakan sepasang mata facet, 3 buah ocelli (mata sederhana). Pada bagian dada terdapat 3 pasang kaki, pada bagian abdomen tubuhnya beruas (bersegmen). Pada bagian toraks terdapat 2 pasang sayap dengan sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena yang menebal atau mengeras yang disebut tegmina. Sayap belakang membraneus dengan ukuran melebar dan vena-vena yang teratur. Di ruas pertama abdomen terdapat alat pendengaran yang disebut tympanum yang berjumlah 1 pasang. Di setiap ruas abdomen terdapat suatu lubang pernapasan atau spirakulum, di mana jumlah ruasnya ada yang 8 buah dan ada yang 9 buah tergantung dari jenis kelaminnya. Belalang mempunyai tipe alat mulut penggigit pengunyah. Bagian dari alat mulut terdiri dari labrum, mandibula, maxilla dan labium. Antara maxilla dan labium terdapat palpus yaitu alat peraba untuk mengetahui apakah yang disentuh makanan atau tidak. Palpus pada maxilla disebut palpus maxillaris yang berjumlah 1 pasang. Sedangkan palpus pada labium disebut palpus labialis yang berjumlah 1 pasang. Belalang mengalami metamorfose yang bertipe paurometabola (sederhana), dengan perkembangan yang meliputi 3 stadia yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Pada fase nimfa berwarna ungu kehijauan dengan bintik hitam. Pada stadia dewasa betina mempunyai panjang tubuh 58-171 mm, yang jantan 49-163 mm dan

91

berwarna kuning kecoklatan atau coklat gelap. Penyakit pada tanaman singkong disebabkan oleh cendawan Cercospora henningsii / Cercosporidum henningsii. Tanda dan gejala serangan patogen penyebab penyakit yaitu daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati. Penyakit ini menyerang tanaman di daerah yang kelembabannya tinggi. Tempat C. henningsii cenderung sangat tajam. Spora adalah septate, berbentuk jarum, konidia pucat, yang melekat pada konidiofor gelap biasanya dalam kelompok atau cluster. Tipe parasit fakultatif dan mekanismenya nekrotropik

92

DAFTAR PUSTAKA

Deptan.

2011. Pengelolaan Hama Belalang. http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/pengelolaan-hama-belalang-danpengendaliannya. Diakses tanggal 4 Juni 2012. 2011. Hama dan Penyakit Tanaman Singkong. http://tanamanherbal.info/index.php/2011/11/hama-dan-penyakittanaman-singkong/. Diakses tanggal 4 Juni 2012

Hidayat, Purnama. 2003. Pengantar Entomologi. Bogor: IPB Press Nuria.

93

III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Morfologi, Identifikasi Hama, dan Gejala Kerusakan Tanaman a. Setiap hama tanaman memiliki morfologi berdasarkan tipe ordonya b. Untuk mengidentifikasi jenis hama dapat dilakukan dengan yang berbeda-beda

menggunakan kunci determinasi yang dibuat berdasarkan ciri-ciri morfologi serangga c. Tanda gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga hama dapat dijadikan sebagai petunjuk identifikasi OPT. Misalnya daun kelapa menjadi bergerigi tidak rata, daun kelapa mengering, dan terjadi kerusakan mekanik pada batang (batang berlubang), akibat serangan kumbang badak 2. Identifikasi Patogen a. Tipe gejala yang timbul pada tanaman akibat pathogen digolongkan menjadi 3 yaitu nekrosis, hiperplasis, hipoplasis b. Isolasi dapat dilakukan dengan jaringan tebal, misalnya menggunakan potongan apel busuk. Selain itu dapat dilakukan menggunakan jaringan tipis, misalnya menggunakan potongan daun kacang tanah yang terserang penyakit 3. Taktik Pengendalian OPT a. Untuk mengendalikan hama serangga, dapat menggunakan musuh alami, yaitu predator, parasitoid, dan antagonis patogen b. Beberapa hewan memiliki stadia tersendiri untuk menjadi musuh alami, misalnya pada belalang sembah adalah pada saat imago, Kumbang buas Coccinelidae pada saat larva dan dewasa c. Pengendalian OPT dapat dilakukan dengan penggunaan pestisida yang disesuaikan dengan jenis hama yang mengganggu d. Beberapa jenis racun pestisida yaitu sistemik, kontak langsung, dan lambung e. Metyl eugenol adalah salah satu atraktan yang berfungsi untuk menarik lalat buah jantan, yang kemudian akan terperangkap dan tidak bisa keluar dari perangkap

93

94

f.

Salah satu antagonis yang banyak digunakan untuk pengendali penyakit tanaman budidaya adalah Trichoderma spp., merupakan jamur asli tanah yang bersifat menguntungkan karena mempunyai sifat antagonis yang tinggi terhadap jamur-jamur patogen tanaman budidaya.

4.

Identifikasi Gulma dan Pengaruh Penyemprotan Herbisida a. Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang

menyebabkan penurunan hasil yang disebabkan oleh gulma b. c. Herbisida ada 2 jenis yaitu herbisida kontak dan herbisida sistemik Gulma dibedakan menjadi 3 yaitu gulma berdaun lebar, gulma rumputrumputan, dan gulma teki-tekian d. Berdasarkan hasil analisis data maka kebutuhan larutan Gramoxone untuk 2,25 m2 adalah 0,45 mL dalam 2,25 m2 e. Sedangkan untuk kebutuhan larutan Round up untuk 2,25 m2 adalah 1,8 mL dalam 2,25 m2 f. Penghitungan kebutuhan larutan herbisida harus tepat, agar efisien dan efektif dalam pembasmian gulma. Takarannya harus sesuai dengan kebutuhan per satuan luas B. Saran 1. Kesan menyenangkan bertemu dengan hewan-hewan yang menjadi musuh petani dengan ini menjadikan tahap awal mahasiswa mengenal organismeorganisme pengganggu tanaman pokok pertanian 2. Waktu pelaksanaan pratikum tiap acara terlalu singkat, menyebabkan saat pengamatan tergesa-gesa. 3. Buku petunjuk pratikum perlu diperbaiki, agar tiap acara tersedia di dalam buku. 4. Pratikum ini memberi banyak wawasan serta pengalaman karena dapat mengamati hama dan tanda penyakit serta melakukan secara langsung pengendalian OPT.

Anda mungkin juga menyukai