Anda di halaman 1dari 27

KONFLIK KELUARGA DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN & PEKERJAAN SOSIAL

Oleh: IPA (Instalasi Pendidikan Agama) STKS Bandung

DR. FADHLULLAH MUH. SAID,MA.


Bandung, 7 Maret 2012 Aula STKS Bandung

Manusia adalah makhluk sosial, seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan lahir dan batin- tanpa bantuan pihak yang lain. Dari sini diperlukan kerjasama serta interaksi harmonis. Hubungan sosial dan dinamika keluarga merupakan suatu keniscayaan, sesuai fitrah bagi umat manusia. Namun demikian, semakin dekat hubungan semakin banyak tuntutan dan semakin sulit memeliharanya. Karenanya, konflik keluarga terjadi sepanjang sejarah manusia.

Pengalaman hidup kita dalam berinteraksi mengambarkan betapa sulitnya hubungan antara manusia. Tidak sedikit tenaga dan energi yang harus dikeluarkan untuk mengurai persoalan yang sepele dan tidak sedikit waktu yang dihabiskan hanya untuk menjelaskan maksud baik yang salah dipahami. Kabut ini juga sering menjadi pemicu lahirnya perselisihan dan berbagaimacam problem dalam keluarga.

Pertanyaan-pertanyaan yg muncul dalam membangun keluarga.

Konflik apa aja yang paling sering terjadi dalam sebuah keluarga ? Siapa saja yang mungkin terlibat dalam konflik tersebut? Hal apa saja yang perlu dihindari untuk mencegah timbulnya konflik dalam sebuah keluarga?

Para sosiolog membedakan dua jenis konflik yang masing-masing memiliki sebab yang berbeda dalam pemunculannya.
Pertama, konflik yang bersifat destruktif karena dipicu oleh kebencian dan kecemburuan sosial, Kedua, konflik yang bersifat fungsional yaitu konflik yang menghasilkan perubahan atau konsensus baru yang bermuara pada perbaikan seperti berbeda pendapat dalam keluarga.

Konflik tidak selalu negatif dan yang membuat konflik berdampak negatif adalah cara menyikapi dan memahaminya.

Disinilah kita butuhkan manajemen konflik dimaksudkan:


untuk menjadikan variabel konflik menjadi kontrol dan bahan evaluasi, mencari cara untuk menekan ketegangan, meredam letupan maupun ledakan dan menghindari sebab-sebab pemicunya, Selain itu, membuktikan pentingnya pengelolaan konflik dalam keluarga dan sumber-sumbernya secara baik sehingga apapun yang ada, situasi, gejala dan reaksi yang timbul akan menjadi sebuah potensi kebaikan dan kebahagiaan dan bukan sebaliknya.

Pada tulisan ini, Penulis akan mencoba menguraikan konflik-konflik keluarga yang diuraikan dalam Al-Quran, dan bagaimana cara pencegahannya termasuk sumber konflik dan dampak-dampaknya Diskusi ini diharapkan bisa jadi ibrah dalam membangun rumah tangga.

Konflik Keluarga Dlm Al-Quran & Dampak-dampaknya


Konflik Keluarga Nabi Adam dan kedua putranya Konflik Keluarga Nabi Ibrahim Konflik Keluarga Nabi Yaqub bersama putranya Yusuf Konflik Keluarga Nabi Muhammad saw Konflik Keluarga Sahabat Konflik Keluarga Saat ini

Konflik Keluarga Nabi Adam bersama Istri dan kedua putranya


Dalam al-Quran, kisah konflik keluarga Adam disebutkan seperti dalam surat al-Baqarah [2] dan beberapa surat lainnya yang intinya: Adam dan Hawa tinggal di surga, mereka berdua hidup damai dan sejatera. Kehidupan surga memiliki daya dukung yang prima, belum tercemar, dan belum rusak bahkan banyak tumbuh-tumbuhan yang hijau. Begitu menariknya kehidupan surga bagi kedua kakek dan nenek manusia itu, ia berkeingingan untuk hidup abadi dan lebih lama lagi. Akibatnya segala cara ia lakukan untuk mempertahankan kehidupannya yang asri sekalipun melanggar intruksi Tuhan dengan memakan buah pohon yang terlindungi alias yang terlarang. Mereka memahami sebagai suatu yang menarik dan memberikan keutungan yang menjanjikan secara pintas.

Setelah kondisi mereka terpuruk dengan lingkungan yang rusak atau tercemar, terlempar kealam dunia dengan lingkungan baru. Keduanya harus menyesuaikan diri agar tetap dapat berkesinambungan/berkelanjutan eksistensinya. Kondisi yang telah dialami dan menimpa Adam telah terpampang di depan mata kita.

Konflik Kedua Putra Nabi Adam


Peristiwa konflik ini direkam oleh Al-Quran dalam surat al-Maidah 95]:27-31 ()27

( )28 ()29 ()30 ([ )31]31-27/

Konflik KeluargaNabi Ibrahim


Konflik bersama dengan Azar bapaknya. Peristiwa ini direkam oleh Al-Quran dalam surat al-Anam [6]:74 ]74/) [74( Konflik Istri Ibrahim antara Siti Sarah dan Hajar

Konflik Keluarga Nabi Yaqub bersama putranya Yusuf Peristiwa konflik ini secara khusus direkam oleh Allah secara panjang lebar dalam surat Yusuf [12] sebanyak 111 ayat

Konflik Kelurga Nabi Muhammad saw Peristiwa ini direkam oleh al-Quran yaitu Konflik Nabi bersama para istrinya karena tuntutan biaya hidup, surat al-Ahzab
Koflik hadits al-ifki , surat Al-Nur [24]:11-12

Hadits al-ifki , yang menimpa Siti Aisyah, surat Al-Nur [24]:11-12 ( )11 ([ )12]12 11/

Konflik keluarga Sahabat Nabi saw.


Konflik rumah tangga Zaid bersama istrinya Zainab yang berakhir dengan perceraian dan sumbernya lebih ketidak sekufuan , QS AlAhzab [33]: 37 Hikmahnya : merubah kultur dan budaya Konflik keluarga Abu Sufyan, faktornya kebakhilan suami

Sumber Konflik Keluarga


Faktor penyebab konflik rumah tangga
Egois contoh keluarga Adam dan kedua putranya Anak dan keluarga, contoh keluarga Nabi Yaqud bersama saudara seayah Yusuf Harta Ujian/Fitnah keluarga Nabi saw bersama istrinya Aisyah Keyakinan seperti keluarga Nabi Ibrahim, Nuh dan Luth Tidak sekufu Zaib bersama dengan istrinya Zainab

Solusi Konflik Menurut Al-Quran


Pertikaian dalam keluarga sebisa mungkin harus dihindari dengan segala cara. Banyak cara-cara yang sehat yang dapat ditempuh tak terkecuali dengan pendekatan agama/alQuran dengan mencontoh para Nabi dan salafushaleh 1. Musyawarah,QS Al-Nisa [4]:34-35 Konflik tidak selalu negatif dan yang membuat konflik berdampak negatif adalah cara menyikapi dan memahaminya. Mengatasi konflik yang timbul dengan memprioritaskan keutuhan dan persatuan demi maslahat dan kebaikan yang lebih luas dan panjang serta mengingat kebaikan yang ada (QS. Al-Baqarah:237). Di samping itu berusaha membangun sistem dan budaya komunikasi keluarga yang baik, lancar dan terbuka agar hubungan selalu harmonis.

2. Ishlah (berdamai), QS al-Hujurat [49]:9 ([ )9]9/

3. Perceraian QS surat al-Baqarah227-237 dan al-Thalaq [65] Membuka diri untuk tetap menjaga hubungan baik dengan pasangan dan berlaku adil untuk mewujudkan keluarga atau perkawinan yang bebas dari konflik yang kerap mengancam keutuhan dan keharmonisan rumahtangga/keluarga

Ajaran Islam sangat mengecam konflik liar tanpa kendali yang mengakibatkan perpecahan. (QS Al-Anam: 65.Al Anaam:159.) Nabi saw selalu menyerukan kepada kehidupan berjamaah dan persatuan, mengecam sikap konfrontatif, disintegratif, perpecahan, serta mengajak ukhuwah dan mahabbah.

Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, kemudian diberikan ampunan kepada setiap hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, kecuali seseorang yang sedang bermusuhan; lalu dikatakan (kepada Malaikat):Tangguhkan dua orang ini sampai keduanya akur, tangguhkan dua orang ini sampai keduanya akur, tangguhkan kedua orang ini sampai keduanya akur. Tiga orang shalatnya tidak akan terangkat walaupun sejengkal di atas kepalanya: orang yang mengimami suatu kaum tetapi kaum itu belum datang tetapi kaum itu membencinya, pasangan yang dibenci oleh suami/istri dan dua saudara yang saling bermusuhan.

Seni pergaulan untuk mengatasi berbagai perbedaan, perselisihan, kontradiksi, pluralitas, heterogenitas, dan berbagai variabel ketegangan hubungan membutuhkan manajemen konflik yang baik bagaikan sebuah sajian orkestra yang membutuhkan gerakan dan permainan bunyi yang harmonis dari berbagai instrumen yang kontradiktif sehingga menimbulkan suara yang merdu dan bukan bunyi yang fals yang memuakkan.

Penutup Al Qurn mengingatkan adanya perbedaan tetapi bukan untuk menjadi sumber konflik, seperti firman Allah surah Al-Hujurat [49]:13:
Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu sekalian dari jenis laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu sekalian berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal di antara kamu. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah orang paling takwa

Berdasarkan surat al-Hujurat, kunci menghindari konflik keluarga adalah ta'ruf (saling perkenalan). Ta'ruf pada ayat yang telah disebutkan merupakan masalah hubungan interaksi manusia sebelum masalah keimanan.

Ta'ruf yang dimaksud adalah ta'ruf olah fikir, rasa, ruh, jasmani, nasab (keturunan) dan persaudaraan. Dari demensi ta'ruf inilah akan lahir pemahaman dan saling memahami untuk membangun sebuah kerja sama ideal yang diharapkan akan melahirkan harmonisasi dalam keluarga.

Wa Hamdulillahirabila alamin ( )180 ()182 ( )181 []182-180/ Salam

Anda mungkin juga menyukai