Anda di halaman 1dari 17

Detektor Geiger Muller (GM)

A. Tujuan 1. 2. Mengetahui karakteristik pencacahan Geiger Muller. Dapat melakukan pencacahan radiasi menggunakan sistem pencacah dengan detektor Geiger Muller. Tujuan Operasional 1. 2. 3. !. #. Menggambar daerah plato serta menentukan tegangan kerja detektor. Menguji kestabilan sistem pencacah yang digunakan. Menentukan aktu mati detektor. Menentukan e"isiensi detektor. Menentukan akti$itas suatu sumber radiasi.

%. Dasar Teori &ejak ditemukan detektor radiasi pengion oleh 'ans Geiger pada tahun 1()*+ kemudian tahun 1(2* disempurnakan oleh ,alther Mueller menjadi tabung detektor Geiger-Mueller yang konstruksinya sederhana dibandingkan dengan jenis detektor yang lain. Detektor GeigerMueller terdiri dari suatu tabung logam atau gelas dilapisi logam yang biasanya diisi gas seperti argon+ neon+ helium atau lainnya .gas mulia dan gas poliatomik/ dengan perbandingan tertentu. &kema detektor Geiger-Mueller ditunjukkan pada Gambar 10

Gambar 1.Skema Detektor Geiger Muller Detektor Geiger-Mueller merupakan salah satu jenis detektor isian gas yang bekerja berdasarkan prinsip ionisasi oleh radiasi yang masuk terhadap molekul yang berada dalam detektor. Dinding tabung sebagai katoda sedangkan ka at di poros sebagai anoda. Apabila antara anoda dan katoda diberikan tegangan maka akan terjadi medan listrik dalam tabung. 1uat

medan listrik yang terjadi bergantung pada tegangan yang diberikan+ besar jari-jari anoda dengan katoda dan jarak antara anoda dengan katoda seperti pada Gambar 20

Gambar 2. Skema parameter yang mempengaruhi medan listrik dalam detektor Detektor berbentuk silider dengan dengan jari-jari r berpusat pada poros silinder+ maka garis gaya yang menembus seluruh selimut silinder akan berbanding lurus dengan kuat medan listriknya 2.r/ dinyatakan dalam persamaan berikut

Berdasarkan mekanisme quenching, detektor Geiger-Mueller dibagi men adi dua enis, yaitu! 1. Detektor Geiger-Mueller non sel" 3uenching Detektor ini biasa disebut juga dengan detektor Geiger-Mueller e4ternal 3uenching. Detektor ini hanya diisi dengan satu macam gas isian yaitu gas mulia misalnya gas argon+ neon+ helium dan lain-lain. 5ada detektor jenis ini+ proses a$alanche yang terjadi tidak dapat dikendalikan di dalam tabung ini sendiri tetapi dikendalikan dengan suatu rangkaian elektronik. 2. Detektor Geiger-Mueller sel" 3uenching Detektor jenis ini diisi dengan gas mulia ditambahkan dengan gas poliatomik sebagai peredam. Dengan adanya tambahan gas peredam tersebut maka proses a$alanche yang terjadi dapat dikendalikan dalam tabung itu sendiri. 5ada detektor Geiger-Mueller+ peningkatan jumlah ion-ion positi" yang mencapai katoda sangat mempertinggi kemungkinan pemancaran elektron bebas dan selanjutnya terjadi lucutan yang tak terkendali .discharge/. 6ntuk alasan ini tindakan pencegahan dapat diberikan kepada detektor Geiger-Mueller untuk mencegah kemungkinan pulsa yang berlebihan yaitu dengan menambahkan peredam .3uenching/. 7uenching ada dua jenis yaitu e4ternal 3uenching dengan tambahan resistor kapasitor yang sederhana dan sel" 3uenching dengan menambahkan gas poliatomik atau gas halogen. &ecara khusus untuk mencegah kemungkinan pulsa yang dihasilkan berlebihan maka digunakan e4ternal 3uenching dengan tambahan resistor-kapasitor. 24ternal 3uenching dengan tambahan resistor-kapasitor akan menurunkan pemakaian tegangan tinggi pada tabung detektor sehingga akan memberikan hasil ionisasi yang rendah dan proses a$alanche

tidak terbentuk meskipun sebuah elektron bebas melepaskan diri dari katoda. 8angkaian eki$alen detektor Geiger-Mueller ditunjukkan pada Gambar 30

Gambar ". #angkaian eki$alen detektor Geiger Muller dengan resistor-kapasitor 81 dan 82 menggambarkan resistansi masukan dari rangkaian+ 91 merupakan kapasitansi detektor+ sedangkan 92+ 93+ dan 9! merupakan stray capacitance yaitu kapasitansi pada rangkaian yang mempengaruhi sistem kerja detektor. %arameter Detektor Geiger-Mueller 1. Geometri :aktor geometri sangat mempengaruhi pembuatan detektor terutama untuk memperoleh karakteristik detektor yang optimal. 5embuatan detektor disesuaikan dengan kebutuhan dan kegunaannya+ misalnya detektor Geiger-Mueller untuk pengukuran radiasi alpha+ beta maupun gamma maka dibuat detektor Geiger-Mueller tipe end indo + sedangkan untuk indo . %entuk "isik mengukur radiasi gamma dibuat detektor Geiger-Mueller tipe side

dari detektor Geiger-Mueller terdiri dari selongsong tabung silinder yang ber"ungsi sebagai katoda dan ka at yang terletak di sumbu silinder ber"ungsi sebagai anoda. ;etak anoda dalam tabung harus dibuat simetris agar medan listrik yang ditimbulkan dalam ruang tabung bersi"at konsentris. 2. <enis bahan %ahan untuk pembuatan anoda dipilih dari suatu bahan yang mempunyai si"at tahan terhadap campuran gas isian dalam tabung detektor. %ahan untuk membuat katoda menggunakan bahan yang mempunyai tenaga ikat elektron tinggi+ tahan terhadap $akum yang tinggi serta bahannya juga harus tahan terhadap gas isian. %ahan katoda juga harus mempunyai daya hantar listrik yang baik+ mudah melekat pada gelas+ murah dan mudah diperoleh=3>. ?ariasi bahan komponen detektor Geiger-Mueller yang dapat dibuat adalah sebagai berikut0 .1/ %ahan katoda0 tembaga+ perak+ perunggu+ nikel dan lain-lain. .2/ %ahan Anoda0 ol"ram+ ka at baja+ nikel+ tungsten dan lain-lain. .3/ bahan jendela untuk detektor

Geiger- Mueller tipe end dan lain-lain. 3. Tekanan $akum

indo

berupa millar+ aluminium "oil+ plastik+ mika+ titanium "oil

1e$akuman pada tabung detektor yang tinggi dan stabil dapat menyebabkan karakteristik detektor yang stabil. 1e$akuman akan menentukan banyak sedikitnya molekul- molekul gas yang ada dalam tabung detektor sebelum diisi dengan gas yang akan digunakan. Tekanan $akum yang rendah akan menyebabkan sisa molekul gas yang berada dalam sistem $akum masih banyak sehingga konsentrasi gas isian akan terpengaruh yang membuat karakteristik detektor menjadi tidak optimal. 4. Gas isian Gas isian ini bergantung pada jenis detektor yang akan dibuat+ karena detektor GeigerMueller bila ditinjau dari jenis gas isian ada dua yaitu non sel" 3uenching yang diisi dengan satu jenis gas mulia dan sel" 3uenching yang diisi dengan gas mulia ditambah dengan gas 3uenching. Gas pengisi detektor tersebut diantaranya adalah gas mulia atau gas monoatomik seperti argon+ kripton+ helium+ neon dan 4enon. <enis gas 3uenching berupa gas poliatomik seperti alkohol+ metana+ ethyl atau gas halogen seperti bromine+ iodine+ chlorine &arakteristik detektor Geiger-Mueller 1. 5lateau dan slope 5lateau detektor Geiger-Mueller adalah daerah tegangan kerja detektor Geiger-Mueller. 5anjang plateau detektor yang baik adalah lebih dari 1)) $olt. Detektor yang dioperasikan di ba ah tegangan kerja menyebabkan pulsa-pulsa yang tercacah masih sedikit+ karena elektron dan ion yang terjadi akibat ionisasi masih banyak yang mengalami penggabungan kembali atau rekombinasi. Detektor yang dioperasikan di atas tegangan kerja akan menyebabkan terjadinya pelucutan ion yang sangat banyak dan sudah tidak sebanding lagi dengan intensitas radiasi yang datang.

Gambar '. Gra(ik umlah cacah per menit terhadap tegangan 1ur$a yang menyatakan hubungan antara jumlah cacah per satuan aktu terhadap tegangan kedua elektroda ditampilkan pada Gambar !0 1emiringan garis kur$a plateau disebut slope. Detektor Geiger-Mueller dikatakan baik apabila mempunyai daerah plateau yang panjang dan slope yang kecil. 5anjang plateau dinyatakan dalam persamaan berikut0

2. 8esol$ing time 8esol$ing time adalah aktu minimum yang diperlukan agar radiasi berikutnya dapat dicacah setelah terjadinya pencacahan radiasi yang datang sebelumnya. 8esol$ing time dapat ditentukan dengan cara mencacah dua sumber radioakti" yang sama. Mula-mula+ dicacah secara terpisah dan memberikan hasil pencacahan @1 dan @2+ kemudian dicacah bersama-sama yang akan memberikan hasil pencacahan @1-2+ selanjutnya dilakukan pencacahan tanpa sumber radasi atau cacah latar. 8esol$ing time dapat dihitung dengan persamaan berikut0

3. Dead time 5elepasan muatan dalam tabung detektor menyebabkan terbentuknya muatan ruang ion positi" di sekitar ka at anoda. Adanya muatan ruang menyebabkan kuat medan listrik pada daerah anoda menurun. 8adiasi yang datang dalam keadaan ini tidak akan tercacah oleh detektor+ dengan kata lain detektor tidak mampu menghasilkan pulsa keluaran. ,aktu

dimana detektor tidak mampu mencacah radiasi yang masuk dinamakan

aktu mati .dead

time/. Dead time dikatakan berakhir ketika ion positi" bergerak menjauhi anoda.

Gambar ). Bentuk pulsa keluaran detektor Geiger Muller 5ada akhir dead time+ multiplikasi ion .a$alanche/ sudah terjadi+ tetapi pulsa keluaran masih kecil karena medan listrik belum cukup kuat. 5ulsa keluaran yang dihasilkan dari Aarah radiasi sudah dapat dicacah oleh detektor ketika ion positi" mencapai katoda. 5ada keadaan ini detektor dikatakan telah pulih kembali atau disebut juga dengan .reco$ery time/. <umlah aktu mati dan ditunjukkan seperti pada Gambar #. aktu pulih aktu pulih disebut dengan resol$ing time yang

9. Alat dan %ahan. Alat0 1. 5erangkat Alat 9acah i. ii. Detektor Geiger Muller .GM/. 8angkaian 5embalik 5ulsa .Bn$erter/.

iii. &umber Tegangan Tinggi .'?/. i$. Timer. $. 9ounter. 2. 5inset %ahan0 1. &umber 8adiasi &tandar 9o-C) 2. &umber 8adiasi &tandar 9s-13D 3. &umber 8adiasi 4 .unkno n/ D. ;angkah 1erja 5enentuan Tegangan 1erja. 1. Alat cacah .GM/ dinyalakan dan dilakukan pemanasan selama 1 menit. 2. &umber standar diletakkan dalam detektor dengan menggunakan pinset. 3. 5encacahan dilakukan dengan mengatur tegangan '? serta timer. !. '? dinaikkan secara bertahap+ sedangkan timer dipertahankan dan dicatat hasil pencacahan. #. Tegangan kerja diperoleh apabila sudah mendapatkan jumlah cacah yang selisihnya paling sedikit dengan jumlah cacah sebelumnya. 5enentuan 1estabilan Alat 5encacah. 1. '? diatur pada tegangan kerja dan sumber yang dipakai adalah sumber standar 9o-C). 2. 5encacahan dilakukan sebanyak 1) kali dengan sebelumnya ditentukan aktu cacahnya. 3. ;angkah 1 dan 2 diulangi untuk pencacahan latarEbackground .pencacahan tanpa sumber radiasi/. 5enentuan ,aktu Mati E Dead Time. 1. Dipersiapkan sumber radiasi 2 buah. 2. '? dan Timer diatur 3. 5encacahan dilakukan masing-masing sebanyak 3 kali untuk sumber 1+ sumber 2+ dan sumber 1Fsumber 2.

5enentuan 2"isiensi Alat 9acah. 1. &umber radiasi 9o-C) yang sudah diketahui akti$itas a alnya diletakkan di dalam detektor. 2. '? dan Timer diatur. 3. 5encacahan dilakukan sebanyak 2 kali. !. Dicatat pula t)+ dan tG. 5enentuan Akti$itas &uatu &umber H. 1. &uatu sumber radiasi 9s-13D dicacah sebanyak 3 kali. 2. &uatu sumber radiasi 4 .unkno n/ dicacah sebanyak 3 kali. 3. 'asil pencacahan pada langkah 2 dibandingkan dengan langkah 1. !. Akti$itas sumber radiasi 4 ditentukan. 2. Data 5ercobaan 1. 5enentuan Daerah 5lato atau Tegangan 1erja. ;ama cacahan &umber @o 1 2 3 ! # C D * ( 0 1)) detik. 0 9o-C) Tegangan '? .?/ D)) D2) D!) DC) D*) *)) *2) *!) *C) <umlah 9acahan C#13 C*2( C(C2 C(D! D2!C D!3! D#*# D!*C DD)! <umlah 9acahan per Detik .dps/ C#+13 C*+2( C(+C2 C(+D! D2+!C D!+3! D#+*# D!+*C DD+)!

2. 5enentuan 1estabilan Alat 5encacah. ;aju cacah latar .8 b / 0 11C I )+#* dps 2))

&umber radiasi @o 1 2 3 ! # C D * ( 1) 8n C#+2 CC+2 C#+# C#+# C#+( C#+* CD+C CD+2 CD+3 CD+3

0 9o-C) .8n - 8 b / I 8i C!+C2 C#+C2 C!+(2 C!+(2 C#+32 C#+22 CD+)2 CC+C2 CC+D2 CC+D2 .8n 8 b/ I8 i I C#+DD 8i - 8 i -1+1# -)+1# -)+*# -)+*# -)+!# -)+## 1+2# )+*# )+(# )+(#
-

.8i - 8 i /2 1+322# )+)22# )+D22# )+D22# )+2)2# )+3)2# 1+#C2# )+D22# )+()2# )+()2#

.8i

8i/ 2 I D+3*#

3. 5enentuan ,aktu Mati E Dead Time. ;ama cacahan '? &umber 8adiasi 9o-C) 9s-13D 9o-C) F 9s-13D 0 1)) detik 0 DC) ? 1 CCD2 C(D3 1332* 5encacahan 2 C#(2 D)23 131!3 3 CD1C C*11 133*)

!. 5enentuan 2"isiensi Alat 9acah. &umber 8adiasi A) t) tG t praktek '? ;ama pencacahan 5encacahan 1 2 0 9o-C) 0 1J9i 0 @o$ember 2)11 0 #+2D tahun 0 ( Oktober 2)12 0 DC) ?olt 0 C) detik <umlah cacahan !))* 3*3! <umlah cacahan per detik .dps/ CC+* C3+(

#. 5enentuan Akti$itas &uatu &umber H.

&umber 8adiasi A) t) tG t praktek '? ;ama pencacahan @o 1 2 3 :. 5erhitungan

0 9s-13D 0 #J9i 0 &eptember 2)11 0 3)+)D tahun 0 ( Oktober 2)12 0 DC) ?olt 0 C) detik &umber 8adiasi 9s-13D !1)D !)3! !)*D 4 .unkno n/ 1D(D 1D(* 1*#)

1. 5enentuan Daerah 5lato atau Tegangan 1erja. Dari data percobaan penentuan plato atau daerah kerja dapat dibuat gra"ik sebagai berikut0

%erdasarkan gra"ik di atas+ diperoleh0 @1 @2 ?1 ?2 I C(+C2 dps I C(+D! dps I D!) ? I DC) ?

Tegangan 1erja .?k/

?k

I ?1 F

1 .?2 K ?1/ 3 1 .DC) ? K D!) ?/ 3

I D!) ? F

I D!) ? F C+CCD ? I D!C+CCD ? I : DC) ? ;andai 5lato per ?olt .&lope I &/ S I I * 2 *1 1))L .+2 +1 / *1 C(+ D! cps C(+ C2 dps 1))L .DC) ? D!) ?/C(+ C2 dps

I )+))*C1* L +olt 2. 5enentuan 1estabilan Alat 5encacah. - 8 i I C#+DD -

.8i
2

8i/ 2 I D+3*#

.8i
D+3*# C#+ DD

8i/ 2

8i I

I )+1122( Alat dianggap stabil bila harga H2 antara 3+3# K 1C+(# atau 3+3# M H 2 M 1C+(#. Disini H2 I )+1122( berarti )+1122( M3+3# atau kurang dari jangkauan range sehingga dapat dikatakan alat ini tidak stabil. 3. 5enentuan ,aktu Mati E Dead Time. *1 *2 *1+2 *b I CCC) cacahE1)) s I CC+C dps+ *1 I !!3#+#C dps2 I C(3#+CD cacahE1)) s I C(+3#CD dps+ * 2 I !*1)+3#1* dps2 I 132*3+CCCDcacahE1)) s I 132+*3CD dps+ *1+2 I1DC!#+#* dps2 I 11C cacahE2)) s I )+#* dps
2 2 2

*1 +* 2 *1+2 * b *1+2 *1 * 2
2 2 2

N I N I

CC+ C + C(+3#CD 132+*3CD )+#* dpsE dps2 1DC!#+#* !!3#+#C !*1)+3#1* 2+#! dpsE dps2 *3((+ CC*2

N I 3+ )23(.1)! detik N I 3)2+3( J detik. &ehingga+ *1 I CCC) cacahE1)) s I CC+C dps I I *1 1 *1. CC+ C 1 CC+ C.3+ )23(.1)!

*1 sebenarnya

I CD+(C** dps * 2 sebenarnya *1+2 sebenarnya I D)+*!2# I 13*+3(#(

!. 5enentuan 2"isiensi Alat 9acah. &umber 8adiasi A) 0 9o-C) 1J9i 3+ CD.1)1) dps 1,i

I 1.1)C,i I 3CD)) dps t) t praktek t

0 @o$ember 2)11 0 ( Oktober 2)12 I t praktek - t) I ( Oktober 2)12 K 1# @o$ember 2)11.tanggal tidak ada in"ormasi jadi dianggap pertengahan bulan/ I .1#F31F31F2(F31F3)F31F3)F31F31F3)F(/hari I 32( hari

tG

0 #+2D tahun I #+ 2D th 3C# hari E th I 1(23+## hari I O 1(2! hari

'?

0 DC) ?olt

;ama pencacahan 0 C) detik = )+ C(3 tG )+ C(3 1(2!

= 3+ C)1(.1)! E hari
t A standar I -) .e
! I 3CD)) dps . e. 3+C)1(.1) 32(/

I 32#(*+ DC dps 5encacahan 1 2 @ standar netto I * st - * b I CC+* + C3+( )+#* 2 <umlah cacahan !))* 3*3! <umlah cacahan per detik .dps/ CC+* C3+(

I C!+DD dps 2"isiensi * st 1))L A standar I C!+ DD 1))L 32#(*+ DC

I )+1(*D L #. 5enentuan Akti$itas &uatu &umber. &umber 8adiasi A) t) 0 9s-13D 0 #J9i 0 &eptember 2)11

tG

0 3)+)D tahun I 1)(DC hari

=
t praktek t '?

)+ C(3 I)+C(3E1)(DC I C+31!.1)# tG

0 ( Oktober 2)12 0 ( Oktober 2)12 - 1# &eptember 2)11 I 3() hari 0 DC) ?olt

;ama pencacahan 0 C) detik &umber 8adiasi 9s-13D !1)D !)3! !)*D I 3)+C# dps 4 .unkno n/ 1D(D 1D(* 1*#)

@o 1 2 3 *c *b I 1*1# cacah E C) s I )+#* dps

* standar I !)DC cacahEC) s I CD+(3 dps -standar I -) .e t I #J9i. e. C+31!.1) I #J9i.)+(D#D I !+*D*# J9i * c *b -standar * standar * b 3)+ C# dps )+#* dps !+*D*# .9i CD+(3 dps )+#* dps 3)+ )D dps !+*D*# .9i CD+3# dps
#

3()/

Acuplikan

I I I

I 2+1D* .9i G. 5embahasan. 5ada percobaan ini terlebih dahulu dilakukan penentuan tegangan kerja detektor Geiger Muller sebelum melakukan pencacahan lebih lanjut. Tegangan kerja suatu detektor Geiger Muller disebut plato+ daerah kerja detektor adalah daerah dimana ionisasi sudah tidak bergantung pada jenis dan besarnya tenaga radiasi. 6ntuk mencari tegangan kerja detektor GM terlebih dahulu harus diketahui bentuk platonya+ plato diperoleh dari hasil cacah yang telah dilakukan pencacahan dalam aktu tertentu menggunakan tegangan tinggi yang dpat diatur sehingga

menghasilkan cacah+ cacah akan diperoleh setiap ada perubahan tegangan. 5ada tegangan a al akan diperoleh cacah rendah+ cacah dilakukan sampai cacah melonjak tinggi. 1emudian dicari data yang diperoleh dibuat gra"ik hubungan antar Tegangan .'?/ dengan cacah yang dihasilkan. Dari gra"ik tersebut didapat harga K harga yang dapat dipakai sebagai patokan atau karakteristik dari detektor mengenai tegangan kerjanya. 5ada percobaan ini daerah plato GM pada tegangan D!) K DC) ? dan tegangan kerjanya D!C+CCD ?+ serta landai platonya )+))*C1* L +olt . &etelah tegangan kerja diketahui+ dilakukan penentuan kestabilan detektor. 5ada umumnya detektor memiliki kemampuan untuk menerima Aarah radiasi yang dipancarkan sumber radioakti" dan memiliki kestabilan dalam menerima Aarah radiasi yang datang. 6ntuk menentukan kestabilan alat maka dilakukan pencacahan sebanyak mungkin untuk mendapatkan hasil yang baik. Tetapi dalam praktikum ini dilakukan pencacahan sebanyak 1) kali. Dalam perhitungannya dilakukan dengan tes 9hi s3uare+ dan diperoleh harga H 2 I )+1122(. &edangkan dalam ketentuannya+ detektor dikatakan stabil apabila 3+3# M H 2 M 1C+(#. &ehingga dapat disimpulkan bah a alat tersebut dalam keadaan tidak stabil sebab hasilnya jauh melebihi range stabil yang telah ditentukan. 5roses pembacaan detektor Geiger Muller adalah proses pengubahan sebuah radiasi menjadi pulsa listrik dan akhirnya tercatat sebagai sebuah cacahan. 5roses ini memerlukan selang aktu tertentu yang sangat dipengaruhi oleh kecepatan detektor dan peralatan penunjang lainnya. &elang aktu tersebut dinamakan sebagai aktu mati .dead time/ dari sistem pencacah karena aktu yang lebih singkat daripada selama selang aktu tersebut sistem pencacah tidak dapat mendeteksi radiasi yang datang.

Dengan kata lai+ radiasi yang datang berurutan dengan selang

aktu matinya tidak dapat dicacah atau tidak terhitung oleh sistem pencacah. Dalam penentuan aktu mati detektor minimal diperlukan dua buah sumber radiasi yang harus dicacah sendirisendiri dan dicacah secara bersamaan serta dilakukan pencacahan background. &etelah didapatkan hasil cacah+ digunakan rumus0 *1 +* 2 *1+2 * b *1+2 *1 * 2
2 2 2

maka didapat suatu harga yang menunjukkan ini didapat aktu mati .N/ I 3)2+3( J detik.

aktu mati dari detektor GM. Dan dari praktikum

&elanjutnya dilakukan penentuan e"isiensi detektor. 2"isiensi adalah suatu parameter yang sangat penting dalam pencacahan karena nilai inilah yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pulsa listrik yang dihasilkan sistem pencacah.cacahan/ terhadap radiasi yang diterima detektor. 6ntuk menentukan e"isiensi maka perlu radiasi yang sudah diketahui akti$itasnya dan dilakukan pencacahan. Dengan menggunakan rumus maka e"isiensi alat dapat diketahui+ berikut rumus yang digunakan0

2I Dimana 0 2 * st

* st 1))L A standar

I 2"isiensi I @ standar netto

-standar I Akti$itas standar 5ada percobaan ini didapat e"isiensi alat sebesar )+1(*D L. 5ercobaan yang terakhir yakni penetuan akti$itas sumber H yang tidak diketahui. Dalam penentuannya harus digunakan sumber radiokti" yang telah diketahui akti$itasnya sebagai pembanding. Dalam percobaan ini digunakan sumber standar 9s-13D. Dengan membandingkan hasil cacahan sumber H dan sumber standar 9s-13D setelah masing-masing dikurangi dengan cacah background terlebih dahulu serta mengetahui akti$itas sumber standar 9s-13D+ maka akti$itas sumber H dapat dicari. 8umusnya0 Acuplikan I * c *b -standar * standar * b

Dari hasil perhitungan didapat besarnya akti$itas sumber H adalah 2+1D* .9i . '. 1esimpulan. 1. Tegangan kerja detektor Geiger Muller adalah antara D!) hingga DC) ?+ dan landai plato )+))*C1* L +olt . 2. 3. !. #. 1estabilan alat tidak baik karena H2 I )+1122(. 5adahal alat dianggap stabil bila harga H 2 antara 3+3# K 1C+(# atau 3+3# M H2 M 1C+(#. Detektor GM tersebut mempunyai aktu mati 3)2+3( J detik.. Detektor GM tersebut mempunyai e"isiensi )+1(*D L. Akti$itas cuplikan .sumber H/ didapat 2+1D* .9i .

B. Da"tar 5ustaka. http0EE .batan.go.idEpusdiklatEelearningEpengukuran PradiasiE...... http0EElocal.ans.orgEmiEteacherP9DEacti$iesE...... &uparno+dkk. 2)11.5etunjuk 5raktikum AD58 QDetektor Geiger MullerR.Sogyakarta0&TT@%ATA@ <urnal 5rosiding &eminar @asional ke-1D Teknologi dan 1eselamatan 5;T@ &erta :asilitas @uklir oleh Brma &a"itri.5rodi :isika+ :akultas &aintek+ 6B@ &unan 1alijaga/+ Anis

Suniati.5rodi :isika+ :akultas &aintek+ 6B@ &unan 1alijaga/+ dan Brianto.5TA5%%ATA@/

Sogyakarta+ 13 Oktober 2)12. Dosen 5raktikan+

Maria 9hristina 5.

Tino 6mbar.

Anda mungkin juga menyukai