PROSEDUR PERENCANAAN CAMPURAN BERASPAL PANAS 1. Data Hasil Pengujian Kumpulkan data hasil pengujian bahan campuran aspal dan Agregat Sesuaikan dengan spesifikasi agregat dan aspal Siapkan data gradasi agregat, analisa saringan
Gabungkan beberapa bahan agregat dengan cara analitis, Grafis, atau menggunakan komputer. Sesuaikan dengan spesifikasi campuran dan gradasi agregat gabungan dapat lewat diatas atau memotong garis fuller
100 90
Prosen Lolos (%)
80 70 60 50 40 30 20 10 0 0,075
Titik kontrol
Kurva Fuller
Daerah Larangan
0,3 0,6 1,18 2,36 4,75 9,5 12,7 19,0
100 90 80
Prosen Lolos (%)
Daerah TerLarang
100 90 80
Prosen Lolos (%)
Daerah TerLarang
4. Benda Uji
Pada tiga kadar aspal diatas nilai Pb Pada dua kadar aspal dibawah nilai Pb
6. Pengujian Marshall
Lakukan pengujian dengan menggunakan alat Marshall sesuai dengan SNI 06-2489-1991
ALAT MARSHALL
9. Kepadatan Mutlak
Buat minimum 3 (tiga) buah benda uji tambahan dengan satu diatas dan dua dibawah kadar aspal optimum dengan perbedaan kadar aspal masing-masing 0,5%. Masing-masing replika kadar aspal dibuat minimum 2 (dua) buah. Padatkan sampai mencapai kepadatan mutlak sesuai RSNI Bina Marga 1999.
Metoda kepadatan mutlak PRD (Presentase Refusal Density) ini diperkenalkan dalam Road Note 31 1993 dan metode pengujian dari BS 598 Part 104, 1989 Kepadatan mutlak merupakan pendekatan terhadap kondisi lapangan setelah campuran beraspal dipadatkan secara sekunder oleh lalu lintas selama beberapa tahun umur rencana, tanpa mengalami perubahan bentuk plastis
Tentukan bahwa kadar aspal rencana berada pada titik tengah dari rentang kadar aspal yang memenuhi seluruh rentang kadar aspal
11 Stabilitas Sisa
Buat 6 buah benda uji Marshall, tiga benda uji dilakukan rendaman dalam air 60C selama 24 jam kemudian dilakukan pengujian Marshall dan tiga buah benda uji lainnya diuji dengan cara Marsahall (SNI 06-2489-1991)
GRAFIK
P E R C O B A A N M A R S HA L L SPESIFIKASI ACWC1
20.0 19.0
2.380 2.360
Kepadatan ( gr/cc )
V M A ( %)
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
Kadar aspal ( % )
Kadar aspal ( % )
100 90 80
12 11 10 9
V FB ( %)
V I M ( %)
70 60 50 40 30 20
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
Kadar aspal ( % )
Kadar aspal ( % )
1500 1400
5.5 5.0
Stabilitas ( Kgr )
Kelelehan ( mm )
1300
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
Kadar aspal ( % )
Kadar aspal ( % )
600
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
Kadar aspal ( % )
Kadar aspal ( % )
a). Bila garis hubungan mempunyai nilai minimum dan berada diatas batas minimum VMA
V M A ( %)
minimum
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
Kadar aspal ( % )
Kadar aspal yang terbaik adalah pada titik dimana kadar aspal rencana berada sedikit ke sebelah kiri VMA terendah
V M A ( %)
minimum
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
Kadar aspal ( % )
VIM relatif kecil sehingga VIM dapat berada dibawah batas minimum.
Gradasi campuran mendekati kuva Fuller atau memotong daerah terlarang. Campuran sangat peka terhadap perubahan kadar aspal. Bila kadar aspal diambil sebelah kiri maka campuran akan terlalu kering dan rongga udara terlalu tinggi sehingga akan terjadi segregasi.
Bila kadar aspal diambil sebelah kanan maka kadar aspal terlalu tinggi dapat mengakibatkan kelelehan plastis. Pada kondisi ini maka gradasi campuran agregat harus diubah jauhi kurva Fuller untuk mempunyai VMA yang tinggi.
c). Bila garis hubungan mempunyai nilai minimum berada dibawah batas minimum VMA.
minimum
V M A ( %)
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
Kadar aspal ( % )
Tidak tercapai nilai VMA. VFA dan VIM minimum sehingga perlu mengganti gradasi campuran agregat. Mengganti sumber agregat yang digunakan
d). Garis penghubung tidak mempunyai nilai minimum tetapi berada diatas batas minimum VMA.
V M A ( %)
minimum
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
Kadar aspal ( % )
Tambah benda uji dengan menambah kadar aspal sehingga terbentuk garis hubungan yang memadai diatas batas minimum VMA.
Sifat-sifat campuran 4 Kepadatan (gr/cc) Rongga diantara Agrgat (%) VMA Rongga terisi aspal (%) VFB Rongga dalam campuran (%) VIM Rongga dalam campuran (%) pada kepadatan mutlak VIM Stabilitas (kg) Kelelehan (mm) Hasil bagi Marshaal (kg/mm)
Jika VIM rendah menjadi sangat keritis terjadi deformasi plastis, maka kriteria VFB dapat mencegah campuran menjadi peka terhadap alur plastis pada lalu lintas berat dan padat.
Harus menunjukkan bahwa setiap alat penghampar (Paver) mampu menghampar bahan sesuai denga tebal yang disyaratkan tanpa segregasi, tergores dsb dan kombinasi alat pemadat mampu mencapai kepadatan yang disyaratkan dengan waktu yang tersedia untuk pemadatan selama penghamparan produksi normal.
Contoh campuran harus dibawa ke Laboratorium dan digunakan untuk membuat benda uji Marshall dan kepadatan membal (refusal density). Hasil pengujian harus sesuai spesifikasi yang telah ditentukan.
Bilamana percobaan percobaan tersebut gagal memenuhi spesifikasi pada salah satu ketentuan maka perlu dilakukan penyesuaian dan percobaan harus diulangi kembali.
Rumus Campuran Rancangan (DMF) belum disetujui sebagai Rumus Perbandingan Rancangan (JMF) sebelum penghamparan percobaan yang dilakukan memenuhi semua ketentuan spesifikasi. Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai sebelum diperoleh Rumus Perbandingan Rancangan (JMF) yang memenuhi persyaratan spesifikasi.
Duabelas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap penghamparan percobaan. Contoh dapat diambil dari Instalasi Pencampur (AMP) atau dari Truk di AMP.
Kepadatan rata-rata (Gmm) dari semua benda uji yang diambil dari penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan harus menjadi Kepadatan Standar Kerja (Job Standar Density), yang harus dibandingkan dengan kepadatan campuran aspal terhampar dalam pekerjaan.
Alat Wheel Tracking untuk menetukan Deformasi Permanen ( Kedalaman Alur ) dan Stabilitas Dinamis
4.00
Deformasi permanen (mm)
3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 Jumlah lintasan 0% asbuton 5% asbuton 10% asbuton
Kesalahan-Kesalahan Umum
(1. Pemaksaan Gradasi)
100
Prosen Lolos (%)
80 60
Gradasi Lapangan
40 20 0 0,075 0,3 0,6 2,36 4,75
JMF
9,5
12,7
19,0
Kesalahan-Kesalahan Umum
(2. Gradasi sulit dipadatkan)
100
Uk ur an Sar ingan (m m )
Gradasi JMF Lokasi 1 4 4 4 4 4 + + + + + 650 625 575 550 500 96,4 97,0 97,1 97,7 96,9 Derajat Kepadatan (%) 2 3 97,4 95,9 95,8 96,8 98,3 95,8 95,9 95,9
Gradasi Lapangan
Kesalahan-Kesalahan Umum
(3. Perbedaan Metoda Uji)
Metoda Pengujian VIM VFB
K. Asp=5% K. Asp=6% K. Asp=7% K. Asp=5% K. Asp=6% K. Asp=7%
Berdasarkan BJ bulk 7,92 Berdasarkan BJ eff Hitungan 9,28 Berdasarkan BJ eff, Gmm 8,65
Kesalahan-Kesalahan Umum
4. Pengujian AC-Base (Max Size 1,5 inch) 5. Lain-lain Uji kepipihan Uji angularitas Uji sifat-sifat aspal setelah pemanasan
PENUTUP
Gradasi material di stockpile tetap harus diperhatikan dan dipakai sebagi acuan Pemilihan gradasi juga harus memperhatikan kemudahan kerja (workabilitas) Perbedaan metoda uji akan menyebabkan perbedaan hasil. Pengujian yang disyaratkan harus dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal (Marshall modified untuk AC-base, kepipihan, angularitas dan sifat aspal recovery