Anda di halaman 1dari 10

Siddhi, Riddhi dan Pengalaman Kebatinan Hal.

Siddhi, Riddhi dan Pengalaman Kebatinan

Oleh :

Jahnava Nitai Das


Diterjemahkan oleh :

Gusti Nyoman Ambara

Siddhi, Riddhi dan Pengalaman Kebatinan Hal. 2

Siddhi, Riddhi dan Pengalaman Kebatinan


Oleh : Jahnava Nitai Das Diterjemahkan oleh : Gusti Nyoman Ambara Dipublikasikan dalam IndiaDivine.org tanggal 25 Oktober 2011, publikasi asli dalam newsletter Tattva Prakasha. Saat ini pembicaraan mengenai pengalaman kebatinan dan siddhi sudah menjadi cukup populer. Semua kelompok meditasi dan yoga membahas tentang hal ini berikut dengan uraian yang agak berlebihan mengenai bangkitnya kundalini, terbukanya chakra-chakra serta hal-hal lain yang belum pernah dialami orang sebelumnya. Di satu sisi kita melihat adanya guru, yang hanya namanya saja guru, yang berbicara mengenai siddhi dengan cara murahan seolah-olah hal itu hanyalah seperti pasir yang ada di tepi pantai saja. Di sisi lain kita memiliki para rasionalis yang menganggap siddhi dan hal-hal seperti itu semuanya hanyalah melulu sebagai fantasi saja. Siddhi adalah suatu kenyataan. Ilmu pengetahuan mengenai siddhi telah disampaikan secara turun temurun sejak dahulu kala oleh para resi dan disimpan serta dipelihara dalam soka-sloka Veda. Sebenarnya tidak ada satupun dari hal tersebut yang sifatnya mistik atau kebatinan. Semuanya berjalan sesuai dengan hukum-hukum alam. Para resi yang telah memiliki kesadaran yang lebih tinggi dapat memahami cara penggunaan material suara dan pikiran dalam tataran tingkat halus. Mereka paham sepenuhnya akan kemutlakan hukumhukum alam, tidak hanya pada reaksi-reaksi yang muncul di permukaan yang disebabkan oleh perpaduan dari elemen-elemen fisik dalam tingkat kasar saja. Tuhan Sri Krishna berkata dalam Bhagavad Gita : vishaya vinivartante niraharsyah dehinah rasa-varjam raso py asya param drishtva nivartate Barangkali kepuasan indera-indera sang roh yang berada di dalam badan dibatasi, walaupun keinginan terhadap obyek-obyek indera tetap ada. Tetapi bila ia menghentikan kesibukan seperti itu dengan mengalami rasa yang lebih tinggi, kesadarannya menjadi mantap. (Bg.2.59) Kita harus bayangkan betapa besar pengalaman spiritual yang diperoleh para resi dan yogi, yang bisa mengalihkan mereka dari kekuatan mutlak alam material suatu kekuatan yang mengatur hukum-hukum dasar dari alam untuk duduk seorang diri di hutan dan menenggelamkan diri khusuk dalam meditasi. Itulah yang disebut sebagai brahmananda, paramananda, shivananda atau yogananda yang sering diungkapkan dalam pustakapustaka suci suatu kebahagiaan spiritual yang merupakan kedudukan sejati dari sang diri. Dengan mengalami kebahagiaan spiritual inilah mereka dapat meninggalkan semua kenikmatan material rendahan, baik yang bersifat halus maupun kasar. Bagaimana juga kita bisa menjelaskan mengenai begitu tak terhitungnya yogi, jnani, tapasvi, siddha serta resi yang menetap di alam suci Himalaya, yang jauh tinggi di pegunungan serta dikelilingi hutang yang tertutup salju. Bahkan saat inipun ada begitu banyak resi yang

Siddhi, Riddhi dan Pengalaman Kebatinan Hal. 3

bermeditasi di tepian sungai Gangga. Apa yang membuat mereka tetap tinggal di sana, tinggal dalam kemiskinan yang sangat nyata? Apakah mereka begitu bodohnya, ataukah mereka sudah tidak waras? Tidak, sama sekali tidak. Justru sebaliknya, dunia inilah yang gila dan kitalah yang benar-benar bodoh, karena kita sekarang sedang mengejar kenikmatan material yang sebetulnya hanyalah sesuatu yang tak berharga sama sekali, dan mereka justru sedang menawarkan pada kita permata berharga berupa kebahagiaan spiritual. Para resi itu sedang memanggil kita. Kita harus memperdulikan panggilan mereka itu. Tidak peduli di manapun kita berada, baik di kota ataupun di hutan, sama sekali tidak ada bedanya. Secara rohaniah kita semua harus menjadi resi atau saddhu, menjadi kaum transendentalis diantara hutan-hutan beton. Tetap beradalah di tempatmu masing-masing dan capailah tujuan utama dari hidup. Itulah pesan dari para resi dan Upanishad sthane sthitah shruti gatam tanu-van-manobhih. Tujuan dari para pengikut disiplin spiritual adalah menjadi bebas dari keinginan untuk menguasai alam material. Mereka yang mencari kesaktian kebatinan biasanya dimotivasi oleh keinginan untuk menguasai materi, baik yang berwujud halus mnaupun kasar. Mereka yang sungguh-sungguh tulus menapaki jalan spiritual harus berusaha sekuat tenaga untuk terbebas dari keinginan-keinginan material seperti ini. Kami telah mengamati banyak orang yang mengikuti aliran-aliran yang memusatkan tujuan pada pencapaian siddhi. Beberapa dari siddhi-siddhi tersebut sangat mengagumkan, namun beberapa lainnya sangat konyol. Beberapa diantaranya antara lain mulai dari kemampuan memunculkan coklat dari tumpukan pasir (ini merupakan suatu keahlian khusus dari seorang saddhu) hingga pada kemampuan untuk merubah tingkat kepadatan dari materi. Melalui berbagai proses meditasi pikiran seseorang dapat dikembangkan sehingga pemahamannya terhadap materi jauh lebih besar. Seluruh materi berasal dari suara, sehingga melalui suara pula semua dapat dimanipulasi. Lebih lanjut, keberadaan fisik dari pengalaman-pengalaman kita juga berwujud dan berpusat pada keberadaan pikiran kita yang bersifat halus. Mereka yang memiliki akses kesadaran pada keberadaan tersebut dapat mengetahui dan melakukan sesuatu yang sering kali dianggap sebagai hal-hal yang bersifat mistik atau supernatural. Ada delapan jenis siddhi utama yang disebutkan dalam pustaka suci, serta selanjutnya ada sepuluh jenis kesaktian tambahan. Tuhan Sri Krishna menjelaskan mengenai hal ini dalam Srimad Bhagavatam sebagai berikut : siddhayo shtadasa prokta darana yoga-para-gaih tasam ashtau mat-pradhana dasaiva guna-hetavah Para penguasa yoga telah menyatakan bahwa ada delapanbelas jenis kesaktian kebatinan dan meditasi, di mana delapan jenis dari itu adalah yang utama, yang berlindung dalam diriKu. Sepuluh jenis lainnya adalah tambahan, yang muncul dari sifat kebaikan alam material. Delapan jenis kesaktian kebatinan utama adalah sebagai berikut : 1. Anima-siddhi Kemampuan untuk memperkecil ukuran badan fisik seseorang hingga menjadi lebih kecil dari partikel yang terkecil. Melalui kemampuan ini, seseorang bisa masuk ke dalam batu atau merubah tingkat kepadatan dari badan fisik seseorang sehingga memungkinkannya menembus materi yang padat.

Siddhi, Riddhi dan Pengalaman Kebatinan Hal. 4

2. Mahima-siddhi Kemampuan untuk memperbesar ukuran badan fisik seseorang sehingga pada akhirnya mampu membungkus alam semesta ini. 3. Laghima-siddhi Kemampuan untuk menjadikan badan fisik seseorang lebih ringan dari udara sehingga membuatnya mampu terbang sesuai kehendaknya. Kesaktian siddhi ini memungkinkan seseorang untuk melakukan perjalanan melewati sinar matahari dan mencapai planet matahari. 4. Prapti-siddhi Kemampuan untuk mewujudkan segala macam benda yang diinginkan ke dalam genggaman tangan seseorang. Siddhi ini bekerja dengan menghilangkan batas ruang yang memisahkan dua buah obyek satu sama lain. Dikatakan bahwa seseorang bahkan akan mampu menyentuh bulan dengan jarinya (dalam hal ini, maka batasan jarak telah tidak ada sama sekali). 5. Prakamya-siddhi Kemampuan untuk mencapai keinginan apapun yang diinginkan seseorang 6. Ishita-siddhi Kemampuan untuk mengatur kekuatan tambahan dari hukum alam. Ini memungkinkan seseorang untuk mengatur berbagai macam energi yang ada dan membuatnya sakanakan mampu menentang hukum alam. Sebagai contoh, pada tingkat terendah seseorang mampu membuat api keluar dari mulutnya, dan sebagainya. 7. Vashita-siddhi Kemampuan untuk menjadikan segala sesuatu yang lain ada dalam pengendalian seseorang. 8. Kamavasayita-siddhi Kemampuan untuk mencapai apapun dan di manapun. Kesaktian ini merupakan kemampuan tertinggi dari tujuh kesaktian sebelumnya, di mana semua kemampuan lain terkandung dalam kemampuan ini. Sepuluh jenis kesaktian tambahan adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan untuk bebas dari rasa lapar dan haus. Dengan kesaktian ini seseorang tidak lagi tergantung pada makanan dan air untuk memelihara badan fisiknya. Ia mampu memelihara kehidupan badan fisiknya semata-mata hanya dengan menggunakan prana, udara kehidupan. 2. Kemampuan untuk mendengar jarak jauh. Dengan kesaktian ini seseorang dapat mendengarkan setiap percakapan yang terjadi di manapun di dunia. 3. Kemampuan melihat jarak jauh. Dengan kesaktian ini seseorang mengembangkan pengelihatan kebatinannya yang memungkinkannya melihat seseorang atau suatu tempat. Sanjaya, murid dari Vyasa, menggunakan siddhi ini untuk melihat dan mendengarkan percakapan antara Sri Krishna dan Arjuna (yang dikenal sebagai Bhagavad Gita) yang dilakukan di medan pertempuran Kurukshetra, meskipun ia berada jauh dari tempat itu. 4. Kemampuan untuk bepergian dengan kecepatan pikiran. Dengan kesaktian ini seseorang dapat melakukan perjalanan ke tempat yang jauh hanya dalam waktu sekejap, cukup dengan cara memikirkan tempat tujuannya saja. 5. Kemampuan untuk mengambi bentuk badan fisik seseorang sesuai kehendaknya. Kesaktian ini memungkinkan seseorang dapat merubah wujud fisik badannya semaunya. 6. Kemampuan untuk masuk ke dalam badan fisik lain. Kesaktian ini memungkinkan seseorang untuk masuk ke dalam badan fisik mahluk lain dan menikmati melalui indriaindria dari badan fisik mahluk yang dimasukinya. Karena hantu tidak memiliki indria fisik, maka mereka sering menggunakan kemampuan ini untuk masuk ke dalam badan fisik mahluk lain dan memuaskan keinginan mereka melalui badan fisik mahluk lain tersebut.

Siddhi, Riddhi dan Pengalaman Kebatinan Hal. 5

7. Kemampuan untuk mengatur saat kematian dari seseorang. Dengan kesaktian ini seseorang bisa memilih waktu yang tepat baginya untuk meninggalkan badan fisiknya. 8. Kemampuan untuk melihat lila atau kegiatan dari para dewa dan para apsara. 9. Satya-sankalpa, perwujudan sempurna dari keinginan seseorang. Apapun yang diinginkan untuk terjadi oleh seseorang, hal itu akan segera terjadi. 10. Satya-vak, memberi perintah yang tidak terhalangkan. Dengan kesaktian ini perkataan seseorang menjadi sangat manjur. Hanya dengan mengucapkannya, sesuatu itu akan terjadi. Selain kedelapanbelas jenis kesaktian yang telah diuraikan di atas, masih ada lima jenis kesaktian kecil yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Kemampuan untuk mengetahui masa lalu, masa kini dan masa depan. Kemampuan untuk menahan panas, dingin serta dualitas lainnya. Kemampuan untuk membaca pikiran orang lain. Kemampuan untuk mengurangi pengaruh dari api, air, racun dan senjata lain. Kemampuan untuk tetap tidak terkalahkan oleh orang lain.

Delapan jenis siddhi utama lebih tinggi tingkatannya dibanding kesaktian lainnya, sehingga untuk memperolehnya diperlukan disiplin yang sangat keras. Sangat jarang orang dapat mencapai kemampuan semacam itu. Namun dalam setiap siddhi selalu ada pantulan yang mudah untuk dicapai. Proses untuk mencapai siddhi-siddhi ini biasanya dijabarkan dalam Tantra-shastra (harap mencari referensi dalam studi tentang literatur Veda untuk memahami mengenai Tantra-shastra). Proses-proses ini pada umumnya melibatkan pelaksanaan upasana pada dewa pujaan (deity) tertentu, yang jika terpuaskan akan mewujudkan dirinya pada para Sadhaka tersebut. Dalam perjalanannya, banyak siddhi berkembang akibat meluasnya kesadaran melalui mantra upasana dan meditasi. Kategori dewa yang dipuja oleh seseorang juga akan menentukan apakah hasil yang didapatkan bisa cepat atau juga sesudah waktu yang lama, dan apakah hasil tersebut juga bersifat sementara ataukah permanen. Jika anda mengarahkan upasana anda pada mahluk yang bersifat lebih rendah, misalnya pada hantu, maka hasil yang didapat bisa cepat tapi nilainya sangat rendah. Jika upasana anda diarahkan pada entitas yang lebih tinggi, maka hasilnya akan lebih permanen dan nyata, namun akan lebih membutuhkan waktu lama untuk mewujudkannya. Tujuan dari Sadhaka umumnya tergantung pada kondisinya dalam sifat-sifat alam material. Ini diuraikan oleh Tuhan Sri Krishna dalam Bhagavad Gita : yajante sattvika devam yaksa-raksamsi rajasah preta bhutam-ganas canye yajante tamasa janah Orang dalam sifat kebaikan menyembah para dewa; orang dalam sifat nafsu menyembah para raksasa atau orang jahat; dan orang yang berada dalam sifat kebodohan menyembah hantu-hantu dan roh-roh halus. (Bg.17.4) Begitu anda melakukan peningkatan dalam sifat-sifat alam material itu, maka pemujaan yang dilakukan akan menjadi lebih dimurnikan lagi, mulai dari kebodohan menuju kebaikan. Ketika pada akhirnya anda melampaui sifat-sifat alam material dan mulai memuja Tuhan Sri Krishna, maka pemujaan akan menjadi benar-benar transendental melampaui pengaruh dari sifat-sifat alam material. Hasil jangka panjang dari berbagai jenis upasana juga diuraikan oleh Tuhan Sri Krishna sebagai berikut :

Siddhi, Riddhi dan Pengalaman Kebatinan Hal. 6

yanti deva-vratam deva pitrin yanti-pitri vratah bhutani yanti bhutejya yanti mad-yajino pi-mam
Orang yang menyembah para dewa akan dilahirkan di antara para dewa; orang yang

menyembah leluhur akan dilahirkan di antara para leluhur; orang yang memuja hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah makhluk-makhluk seperti itu; dan mereka yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku. (Bg.9.25) Sri A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada, guru spiritual kita yang suci, menyatakan dalam komentarnya atas sloka ini sebagai berikut : Pemujaan pishacha (hantu) disebut black art atau black magic. Banyak orang melakukan hal seperti ini dan mereka menganggap ini sebagai suatu spiritualisme. Namun kegiatan seperti ini adalah sepenuhnya kegiatan material. Harus menjadi catatan juga bahwa dalam sloka dari Bhagavad Gita ini, tiga jenis pemujaan pertama disebut sebagai sumpah (vrata). Si pemuja membuat suatu sumpah (vrata) pada obyek pemujaannya sebagai balasan atas hasil material yang akan diperolehnya.Jadi ada dua pihak yang menyetujui pembuatan suatu kesepakatan. Namun dalam kaitan pemujaan kepada Tuhan Sri Krishna, hal tersebut dinyatakan sebagai suatu bhakti (mad-yajinah). Tidak ada apapun yang diharapkan dari pihak yang berbhakti. Yogi yang sejati, sambil bermeditasi kepada Paramaatma yang bersthana di dalam hatinya, tidak memiliki keinginan apapun untuk mendapatkan kesaktian material yang bersifat duniawi. Pemujaan mereka sungguh-sungguh murni, tanpa setitikpun keinginan akan kenikmatan material. Kategori lain dari siddhi meliputi suatu kemampuan untuk mengatur obyek yang dipuja. Anda tidak langsung menguasai suatu jenis siddhi, namun anda mengembangkan kemampuan untuk mengatur suatu makhluk yang secara alamiah memiliki kekuatan atau kesaktian karena keberadaan mereka yang lebih tinggi. Hubungan seperti ini dilangsungkan atas pemujaan anda terhadap entitas tersebut, yang mendapatkan makanan dari pemujaan anda. Tergantung dari tingkat dewa yang dipuja, maka hasil yang akan diperoleh juga akan lebih besar dan lebih permanen. Namun semakin besar hasil yang akan diperoleh semakin sulit pulalah proses pencapaiannya. Demikian halnya jika anda berproses dari pemujaan pada tingkat terendah yaitu kepada hantu, lalu kepada yaksha dan yakshinis, lalu kepada dewadewa tingkat rendah, maka proses yang dilakukan juga akan menjadi lebih berat dan lebih berat lagi (dalam arti akan semakin banyak pengorbanan dan kesungguhan yang harus dilibatkan). Kesaktian yang didapat seseorang dengan memuja hantu tidak dapat dibandingkan dengan kesaktian yang diperoleh jika seseorang memuja misalkan saja Ganesha, namun pemujaan pada Ganesha akan lebih banyak membutuhkan persyaratan dari pihak Sadhaka. Hasilnyapun tidak akan sesementara hasil yang diperoleh dari pemujaan kepada hantu atau roh halus. Sama halnya juga, ketika anda melangkah melampaui pemujaan kepada para dewa dengan mulai memuja Tuhan Sri Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, maka kesempurnaan yang akan anda capai akan jauh lebih besar daripada apa yang bisa ditawarkan dalam dunia material ini. Dan lebih dari itu, hasilnya akan lebih permanen (tepatnya : abadi). Tapi pada saat yang sama, untuk mencapai hal itu dibutuhkan ketulusan serta pengorbanan yang paling utama. Maka dari pemujaan tingkat terendah sampai dengan pemujaan tingkat tertinggi (pemujaan kepada Tuhan Sri Krishna) dapat dilihat adanya hubungan langsung antara upaya yang diperlukan untuk mencapainya serta tingkat permanensitas hasil yang diperoleh.

Siddhi, Riddhi dan Pengalaman Kebatinan Hal. 7

Bab 3 dari Yoga Sutra menjelaskan beberapa siddhi kecil lainnya yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Kemampuan menguasai segala macam bahasa, termasuk bahasa binatang. Pengetahuan mengenai masa lalu seseorang. Pengetahuan mengenai sifat-sifat dari pikiran orang lain. Kemampuan untuk membuat badan fisik seseorang menjadi tidak terlihat. Kemampuan untuk membuat suara-suara dari badan fisik seseorang menjadi tak terdengar. 6. Kemampuan untuk menjadikan setiap orang senang dan gembira. 7. Kemampuan untuk memiliki kekuatan yang sangat besar. 8. Kemampuan untuk mengetahui letak barang-barang yang tersembunyi. 9. Pengetahuan mengenai empatbelas sistem planet. 10. Pengetahuan mengenai susunan perbintangan. 11. Pengetahuan mengenai pergerakan bintang-bintang. 12. Pengetahuan mengenai anatomi badan fisik. 13. Kemampuan untuk tidak bergerak. 14. Kemampuan untuk melihat mahluk surgawi yang disebut para siddha. 15. Memahami kesadaran. 16. Pengetahuan mengenai Sang Roh. 17. Kemampuan untuk berjalan di atas air, benda tajam dan benda sejenisnya. 18. Kemampuan untuk melingkupi diri seseorang dengan cahaya. 19. Kemampuan untuk mahakuasa dan maha tahu. Bagaimana kekuatan-kekuatan seperti disebut di atas dapat dicapai diringkas oleh Patanjali sebagai berikut : janmaushadhi-mantra-tapah-samadhijah siddhayah Kesaktian kebatinan dapat diperoleh melalui kelahiran, melalui ramuan, melalui pelantunan mantra, melalui pertapaan dan melalui pencapaian samadhi. Sloka-sloka Veda juga menjelaskan bahwa ada lebih dari 400.000 spesies manusia di seluruh alam semesta (antara lain meliputi juga yaksha, rakshasa, wanara dan sebagainya). Dalam spesies tertentu, mahkluk hidup sudah terlahir secara otomatis dengan membawa berbagai macam kesaktian atau kekuatan mistik. Inilah yang dimaksudkan dengan siddhi yang diperoleh melalui kelahiran. Dengan merapalkan mantra serta melakukan pertapaan tertentu, kesadaran seseorang dapat diperluas dan seseorang dapat mencapai kemampuan supernatural. Dan yang terakhir, dengan mencapai keadaan khusuk yang sempurna dalam meditasi, atau disebut samadhi, seseorang akan mendapatkan suatu kekuatan khusus sesuai dengan obyek meditasinya. Sebagai contoh, seseorang yang bermeditasi pada matahari akan mencapai pemahaman yang lengkap mengenai tata susunan planet. Atau seseorang yang bermeditasi pada hubungan antara telinga dan ether akan memperoleh kemampuan untuk mendengarkan segala sesuatu. Setelah menjabarkan segala sesuatu mengenai kesaktian yang luar biasa tersebut, Patanjali memberikan suatu peringatan : tad-dvairamyadipi doshabijajakshaye kaivalyam Dengan melepaskan semua kekuatan ini selamanya, maka benih kejahatan akan dimusnahkan dan kebebasan akan muncul. Inilah sebenarnya ujian yang terakhir bagi para yogi.

Siddhi, Riddhi dan Pengalaman Kebatinan Hal. 8

Patanjali juga menyebutkan megenai metoda terakhir untuk mencapai kesempurnaan ini, yaitu : prathibhadva sarvam Semua kesaktian ini akan muncul pada orang yang pikirannya tercerahkan melalui kesucian. Bahkan walaupun tanpa melalui suatu proses mekanis dari meditasi, jika pikiran seseorang sudah termurnikan secara alamiah oleh kemajuan spiritual dan bhakti yang tulus tanpa cela pada Tuhan, maka seseorang secara otomatis akan mendapatkan berbagai macam kemampuan supernatural ini. Tuhan Sri Krishna menyatakan hal ini dalam Bhagavad Gita ketika Beliau berkata : yoginam api sarvesham mad-gatenantar-arpana sraddhavan bhajate yo mam sa me yuktatamo matah Di antara semua yogi, orang yang mempunyai keyakinan yang kuat dan selalu tinggal di dalam diriKu, berpikir tentangKu di dalam dirinya, dan mengabdikan diri kepadaKu dalam cinta bhakti rohani, sudah bersatu denganKu dalam yoga dengan cara yang paling dekat, dan dialah yang paling tinggi diantara semuanya. Itulah pendapat-Ku. (Bg.6.47) Yogi yang paling tinggi tingkatannya bukanlah seseorang yang secara artifisial melarang indria-indrianya melalui proses mekanis (seperti asana, pranayama, pratyahara dan sebagainya), tetapi ia adalah seseorang yang secara alamiah melibatkan semua indriaindrianya dalam pelayanan bhakti kepada Tuhan. Sang penyembah, yang telah merasakan pengalaman kebahagian spiritual dari bhakti-yoga, tidak memiliki lagi keinginan akan kesaktian yang bersifat duniawi dan tetap teguh dalam tujuan akhirnya untuk mencapai kakipadma Tuhan Sri Krishna. Dan itulah sebenarnya kesempurnaan yang tertinggi, sam-siddhi. mam upetya punar janma dukhalayam ashasvatam napnuvanti mahatmanah samsiddhim paramam gatah Sesudah mencapi kepada-Ku, roh-roh yang mulia, yogi-yogi dalam bhakti, tidak pernah kembali ke dunia fana yang penuh kesengsaraan, sebab mereka sudah mencapai kesempurnaan tertinggi. (Bg.8.15) Forum Pertanyaan dan Jawaban Pertanyaan : Sepanjang hidup saya, saya selalu bisa merasakan adanya suatu benda di tangan kiri saya. Walaupun pada kenyataannya benda tersebut tidak ada di tangan saya, saya dapat merasakan bentuknya, tekstur permukaannya dan sebagainya. Apakah anda bisa menjelaskan mengenai hal ini? Jawab : Terimakasih banyak atas pertanyaan anda. Apa yang selama ini sedang anda rasakan adalah merupakan efek sisa dari kemampuan prapti-siddhi anda pada kehidupan masa lalu anda. Salah satu dari sadhaka yang ada di ashram kami pernah memiliki pengalaman yang sama semasa mudanya. Dia akan merasakan sesuatu seperti sensasi rasa gatal di

Siddhi, Riddhi dan Pengalaman Kebatinan Hal. 9

tangannya dan secara halus dia merasakan keberadaan suatu benda di tangannya. Jika dia menutup matanya, maka dia akan bisa melihat benda apa yang berada di sana. Beberapa waktu kemudian, dengan melakukan mantra upasana tertentu, dia bisa menghidupkan kembali kemampuan siddhinya sampai pada batas di mana dia mampu mematerialisasikan benda tersebut ke dalam tangannya. Prapti-siddhi memungkinkan seseorang mendapatkan obyek-obyek apapun yang diinginkan seseorang tersebut dengan cara memindahkan benda yang diinginkan dari suatu lokasi ke dalam tangan orang tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam Bhagavad Gita, terdapat delapan jenis unsur material : bhumir apo nalo vayuh kham mano buddhir eva ca ahamkara itiyam me bhinna prakritir ashtadha Tanah, air, api, udara, angkasa, pikiran, kecerdasan dan keakuan yang palsu secara keseluruhan delapan unsur ini merupakan tenaga-tenaga material yag terpisah dari-Ku. (Bg. 7.4). Sistem filsafat Sankhya menjelaskan bahwa setiap unsur tersebut muncul dari unsur sebelumnya. Unsur material fisik atau unsur material yang bersifat kasar pertama adalah ether (akhas atau angkasa). Di dalam ether terdapat empat unsur material kasar lainnya (yaitu udara, api, air dan tanah) dalam wujud halusnya. Kualitas halus dari ether adalah suara dan dari suara terbentuklah udara. Kualitas halus dari udara adalah rabaan/gerakan dan dari rabaan terbentuklah api. Kualitas halus dari api adalah pandangan dan dari pandangan terbentuklah air. Kualitas halus dari air adalah rasa pengecapan dan dari rasa pengecapan terbentuklah tanah. Dan akhirnya, kualitas halus dari tanah adalah bau. Nah, kini anda sudah memiliki susunan unsur material kasar yang tersusun sesuai urutan unsur yang memunculkannya, lengkap dengan susunan kualitas halusnya masing-masing, dimulai dari ether menurun hingga sampai pada tanah. Karena setiap unsur terwujud dari unsur sebelumnya, maka setiap unsur baru yang terbentuk akan memiliki kualitas dari semua unsur pembentuknya terdahulu. Unsur ether, karena merupakan unsur material pertama, hanya memiliki satu kualitas yaitu suara. Seseorang tidak akan bisa meraba, melihat, merasakan dan membaui ether. Unsur material udara (atau angin), karena terbentuk dari unsur ether, memiliki dua buah kualitas yaitu suara dan rabaan. Orang bisa mendengar dan merasakan sentuhan udara atau angin, namun orang tidak dapat melihat, mengecap atau membaui udara. Untuk unsur material api, maka kualitas yang ditambahkan adalah pandangan. Sehingga orang bisa mendengar, merasakan sentuhan dan melihat api, namun orang tidak bisa mengecap atau membauinya. Unsur material air, karena terbentuk dari unsur material api, memiliki kualitas dapat didengar, diraba, dilihat dan dirasa, tapi tidak dapat dibaui. Dan unsur material tanah, unsur material kasar terakhir, memiliki semua kualitas itu, yaitu dapat didengar, diraba, dilihat, dirasakan dan dibaui. Urutan tersebut di atas adalah urutan alamiah untuk pembentukan material kasar. Praptisiddhi, melalui penggunaan mantra, dapat memungkinkan seseorang untuk membalik proses urutan pembentukan material kasar ini untuk merubah suatu obyek yang bersifat fisik menjadi suatu obyek yang bersifat ether, dengan cara meleburkan masing-masing unsur yang ada kembali kepada unsur sumbernya secara berurutan. Jadi seseorang memastikan suatu benda tertentu akan diambil di suatu lokasi tertentu. Dengan menggunakan mantra siddhi, orang tersebut meleburkan unsur tanah dalam benda itu ke dalam unsur airnya. Kemudian unsur air tersebut dileburkan kedalam unsur api. Selanjutnya unsur api dileburkan ke dalam unsur udara dan terakhir unsur udara dileburkan ke dalam unsur ether. Begitu

Siddhi, Riddhi dan Pengalaman Kebatinan Hal. 10

anda melebur suatu unsur kembali kepada unsur pembentuknya, maka kualitas halus yang terkait dari unsur yang dileburkan itu akan lenyap (karena melebur kembali ke dalam unsur pembentuk semulanya). Dengan cara ini, benda yang merupakan suatu obyek fisik tadi sekarang sudah berubah menjadi suatu obyek yang bersifat ether dan hanya memiliki satu kualitas halus saja, yaitu suara. Benda bersifat ether ini, karena memiliki kualitas suara, akan dapat dipindahkan antar ruang dengan melalui pikiran. Sesampainya di tempat tujuan pemindahan yaitu di tangan orang yang memindahkan benda tadi, seluruh proses dilakukan kembali secara terbalik untuk mewujudkan ulang benda bersifat ether ini menjadi benda yang merupakan suatu obyek fisik kembali. Apa yang nampaknya seperti suatu pertunjukan mistik bagi semua orang tadi sebenarnya hanyalah sebuah rekayasa atas hukum-hukum halus yang mengatur sifat-sifat fisik alam material. Ada delapan jenis siddhi utama dan ada sepuluh jenis siddhi tambahan, semuanya mendasarkan penerapannya terhadap rekayasa atas hukum-hukum halus yang mengatur sifat-sifat fisik alam tersebut. Untuk membangkitkan kembali kemampuan siddhi anda yang tidak aktif saat ini, anda akan harus menjalankan mantra upasana dengan sangat sungguh-sungguh. Saat ini kami sedang memindahkan perpustakaan kami dari satu lokasi ke lokasi lain, jadi manusrip-manuskrip yang kami miliki masih tersimpan dalam kopor. Sesudah satu atau dua minggu, begitu perpindahan ini selesai, kami akan mencarikan anda mantra dan siddhi yang anda perlukan untuk prapti-siddhi tersebut. Anda harus meningkatkan lagi upaya spiritual anda. Dalam kehidupan masa lalu, anda sudah menjalankan banyak sadhana. Sekarang lanjutkan kembali hal itu dari posisi mana anda meninggalkannya dan sempurnakan hidup anda. Siddhi-siddhi ini sama sekali tidak penting. Mereka akan muncul dengan sendirinya pada orang-orang yang melaksanakan praktek spiritual dengan sungguh-sungguh. Bagi mereka yang berpikiran lemah, justru siddhi-siddhi ini akan menjadi batu penghalang dalam upaya jalan pencarian kesadaran diri. Fungsi yang sesungguhnya dari siddhi-siddhi ini sebenarnya adalah hanya untuk menguatkan keyakinan seseorang bahwa ia sedang maju dalam jalur yang benar.

Anda mungkin juga menyukai