Anda di halaman 1dari 25

INTISARI Studi ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris karakteristik perusahaan yang memengaruhi perusahaan melakukan pergantian

Kantor Akuntan Publik (KAP). Penelitian ini menguji pengaruh going concern opinion, institutional investor, public ownership, share growth, large board, pergantian manajemen, leverage, return on equity, firm size, dan reputasi KAP terhadap perusahaan yang melakukan pergantian KAP. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menentukan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Selain itu, untuk dapat menguji hipotesis, penelitian ini mengambil sampel berpasangan antara perusahaan yang melakukan pergantian KAP dengan perusahaan yang tidak melakukan pergantian KAP. Total sampel sampel dari penelitian ini adalah 288 perusahaan, 184 perusahaan melakukan pergantian KAP dan 104 perusahaan tidak melakukan pergantian KAP. Alat uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresion logistik. Hasil studi ini menemukan bahwa share growth, pergantian manajemen dan reputasi KAP memiliki hubungan signifikan secara statistik dengan nilai sig < 5% (alpha), berarti bahwa perusahaan memengaruhi probabilitas perusahaan untuk melakukan pergantian KAP, sedangkan going concern opinion, institutional investor, public ownership, large board, leverage, return on equity, dan firm size memiliki hubungan yang tidak signifikan secara statistik yaitu dengan nilai sig > 5% (alpha), berarti bahwa perusahaan tidak memengaruhi probabilitas perusahaan untuk melakukan pergantian KAP. Kata kunci: going concern opinion, institutional investor, public ownership, share growth, large board, pergantian manajemen, leverage, return on equity, firm size, dan auditor changes.

1. PENDAHULUAN
B. Latar Belakang Penelitian Pemerintah Indonesia mewajibkan perusahaan mengganti Kantor Akuntan Publik (KAP) setelah diterbitkannya peraturan mengenai praktik Jasa Akuntan Publik melalui Keputusan Menteri Keuangan dan Nomor 17/PMK.01/2008 untuk menyempurnakan mewajibkan

No.359/KMK.06/2003

No.423/KMK.06/2002.

Peraturan

pertama

perusahaan mengganti Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah mendapat penugasan audit atas laporan keuangan dari suatu entitas paling lama untuk 6 (enam tahun buku berturutturut oleh KAP yang sama dan 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh auditor yang sama kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan publik dan kantor akuntan boleh

menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut (pasal 3 ayat 2 dan 3). Febrianto (2009) dalam Rahayu (2012) menyatakan peraturan pergantian KAP disebabkan oleh kegagalan auditor dalam mempertahankan independensinya yang terjadi pada KAP Arthur Anderson di Amerika Serikat tahun 2001 terhadap kliennya Enron, skandal ini menyebabkan diterbitkannya The Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002. Peraturan ini digunakan oleh berbagai negara untuk memperbaiki struktur pengawasan terhadap KAP dengan menerapkan rotasi KAP maupun auditor. Copeland dan Weston (2004) dalam teori keagenan menyatakan bahwa sulit untuk mempercayai manajemen (agent) dapat selalu bertindak dan menjalankan perusahaan sesuai kepentingan pemegang saham (principal), sehingga diperlukan monitoring yang baik dari pemegang saham. Masalah keagenan muncul karena adanya keinginan manajemen perusahaan untuk memberikan kepercayaan kepada para pemegang saham dengan cara tetap menjaga kondisi keuangan dan menjalankan perusahaan dengan baik. Sebagai pihak yang independen akuntan publik memiliki peran penting untuk menengahi kedua pihak (agen dan prinsipal) yang berbeda kepentingan tersebut (Damayanti dan Sudarma, 2007), yaitu untuk memberi penilaian dan pernyataan pendapat (opini) terhadap kewajaran laporan keuangan yang disajikan. Penelitian di Inggris menemukan bahwa klien memiliki kecenderungan untuk mengganti KAPnya setelah menerima opini audit qualified (Hudaib dan Cooke, 2005 dalam Sinarwati, 2010). Temuan ini konsisten dengan temuan Chow dan Rice (1982), Craswell (1998) dan Gull et al. (1992) dalam Sinarwati (2010), disisi lain Carcello dan Neal (2003)

dalam Sinarwati (2010) menyatakan bahwa pengaudit sering kali percaya bahwa mereka lebih mungkin diganti jika mengeluarkan opini going concern. Myers et al. (2003) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyatakan kewajiban rotasi audit merupakan hal penting untuk dilakukan apabila kualitas laba suatu perusahaan dan kulitas audit yang dihasilkan oleh auditor memburuk. Pengawasan auditor atas pengelolaan suatu perusahaan selama satu periode akuntansi yang baik akan menjadi alat yang penting bagi investor untuk mendapatkan jaminan atas kewajaran laporan keuangan. Haskins dan Williams (1990) dalam Suparlan dan Andayani (2010), dan Mardiyah (2002) juga menemukan bahwa faktor reputasi auditor memengaruhi auditor changes dan temuan ini didukung oleh hasil riset Damayanti (2007) dan Rahayu (2012). Penelitian Chi et al. (2009) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menunjukkan investor menerima kewajiban rotasi patner auditor karena bisa meningkatkan kualitas audit. Bluoin et al. (2007) dan Williams (1986) dalam Suparlan dan Andayani (2010) mengemukakan bahwa pergantian auditor oleh klien dengan tujuan untuk memperbaiki sistem pengawasan. Saud (2011) menyatakan fenomena saat ini menunjukkan sebagian besar perusahaan dalam memilih auditor atau KAP, perusahaan (manajemen) tidak memikirkan kualitas dan reputasi auditor atau KAP. Manajemen cenderung memilih auditor atau KAP yang dapat sejalan dengan keinginan dan kebutuhan perusahaan. Suparlan dan Andayani (2010) menemukan bahwa tingkat pertumbuhan jumlah saham suatu perusahaan memengaruhi perusahaan untuk melakukan pergantian KAP. Adanya peningkatan jumlah saham tersebut akan menyebabkan permintaan monitoring dan audit yang berkualitas dari para pemegang saham. Jumlah saham juga menunjukkan jumlah dana tambahan yang digunakan oleh perusahaan yang berupa ekuitas.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK SETELAH ADA KEWAJIBAN ROTASI AUDIT. Penelitian ini merupakan kompilasi dari penelitian Sinarwati (2010) dengan Suparlan dan Andayani (2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya mencakup tiga perbedaan. Perbedaan pertama, penelitian sebelumnya melakukan penelitian pada

perusahaan nonkeuangan dan investasi yang terdaftar di IDX, sedangkan penelitian ini pada perusahaan manufaktur. Perbedaan kedua, penelitian ini menggunakan data laporan keuangan yang lebih baru dan periode yang berbeda dari sebelumnya (2006-2008) yaitu (2006-2011). Perbedaan ketiga, penelitian ini menambahkan variabel Going Concern Opinion (GCO) dan reputasi auditor (Sinarwati, 2010). C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Opini Going Concern berpengaruh positif terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik? 2. Apakah Institutional Investor berpengaruh positif terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik? 3. Apakah Public Ownership berpengaruh positif terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik? 4. Apakah Share growth perusahaan publik berpengaruh positif terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik? 5. Apakah Large board perusahaan publik berpengaruh positif terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik?

6.

Apakah Pergantian manajemen perusahaan berpengaruh positif terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik?

7.

Apakah Leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik?

8.

Apakah ROE perusahaan berpengaruh positif terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik?

9. 10.

Apakah Firm Size berpengaruh positif terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik? Apakah Reputasi KAP berpengaruh negatif terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik?

2. Pengembangan Hipotesis A. Pengembangan Hipotesis


1. Opini Audit Going Concern terhadap Pergantian KAP Jones (1996), Melumad dan Ziv (1997), dalam Sinarwati (2010) menyatakan bahwa jika suatu perusahaan mendapat opini going concern maka akan mendapatkan suatu respon harga saham negatif sehingga besar kemungkinan akan dilakukan pergantian auditor oleh manajemen jika auditor mengeluarkan opini audit going concern. Pada penelitian sebelumnya seperti yang telah dilakukan oleh Chow dan Rice (1998) dalam Wijayanti (2010), telah berhasil membuktikan bahwa qualified audit opinion merupakan salah satu determinan yang memicu pergantian auditor, meskipun memang tidak terbukti bahwa perusahaan yang menerima qualified opinion akan menerima opini yang lebih baik setelah mereka melakukan auditor switch, sehingga perusahaan yang mendapatkan opini selain opini wajar tanpa pengecualian (unqualified audit opinion) seperti opini wajar dengan pengecualian (qualified audit opinion) dan tidak memberikan

pendapat cenderung akan berganti KAP. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H1: Opini going concern berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. 2. Insitutional Investor Terhadap Pergantian KAP Wibowo dan Rossieta (2009) dalam Adityawati (2011) menyatakan kepemilikan saham dapat menekan terjadinya moral hazard yang dilakukan manajemen yang berhubungan dengan peningkatan permintaan kualitas audit, sehingga perusahaan dengan kepemilikan saham oleh institusional yang mencakup perusahaan asuransi, bank, dana pensiun dan perusahaan investasi berpotensi melakukan pergantian KAP karena diakibatkan oleh peningkatan permintaan kualitas audit. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H2: Investor Institusional berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. 3. Publik Ownership terhadap pergantian KAP Carey et al. (2000) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyatakan proporsi kepemilikan saham non keluarga meningkat, maka timbul permintaan monitoring dan audit berkualitas. Guedhami et al. (2009) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menemukan kepemilikan saham menyebar mempunyai pengaruh penting untuk memperoleh laporan keuangan yang berkualitas tinggi yang diwujudkan dalam pemilihan auditor dari KAP. Penelitian Suparlan dan Andayani (2010) menunjukkan bahwa kepemilikan publik berpengaruh terhadap pergantian KAP. Semakin besar kepemilikkan saham oleh masyarakat akan mendorong perusahaan untuk berganti auditor ke KAP yang berkualitas karena adanya peningkatan permintaan monitoring audit berkualitas dari masyarakat. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah:

H3: Public Ownership berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. 4. Share Growth terhadap Pergantian KAP Loughram et al. (1997) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyebutkan bahwa perusahaan yang menerbitkan saham biasanya memperlihatkan perbaikan kinerja dan mengindikasikan peluang pertumbuhan dimasa depan. Knechel et al. (2008) dalam Suparlan dan Andayani (2010)) menyatakan perusahaan memutuskan untuk

menggunakan KAP besar terkait dengan kebutuhan dana, ekuitas atau hutang. Penelitian Suparlan dan Andayani (2010) menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah saham berpengaruh terhadap pergantian KAP. Penggunaan dana tambahan akan membutuhkan pengawasan yang tinggi sehingga investor lebih percaya kepada perusahaan, karena itu perusahaan akan lebih cenderung melakukan pergantian KAP untuk mendapatkan hasil audit yang lebih berkualitas. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H4: Share growth perusahaan publik berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. 5. Large Board terhadap Pergantian KAP Tally (2009) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menggunakan pengukur CG yang baik adalah dewan komisaris, pemisahan CEO dengan dewan direksi, dan investor institusional. Proksi CG banyak peneliti yang melakukan proksi yang berbeda. Dewan komisaris merupakan salah satu inti mekanisme pengendalian internal perusahaan karena dewan komisaris bertugas untuk mengawasi dewan direksi dan manajemen dalam mengelola perusahaan agar berjalan dengan baik (Umbara, 2008). Suparlan dan Andayani (2010) tidak berhasil membuktikan bahwa jumlah dewan komisaris memengaruhi pergantian KAP. Kapasitas dewan komisaris yang lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya akan lebih efektif untuk melakukan monitoring yang

dapat mengakibatkan kualitas laporan keuangan yang lebih baik, sehingga perusahaan akan melakukan pergantian KAP berdasarkan jumlah besarnya dewan komisaris karena dewan komisaris mempunyai kewenangan untuk mengangkat KAP. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H5: Large Board berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. 6. Pergantian Manajemen terhadap Pergantian KAP Damayanti (2007) dan Nagy (2005) dalam Suparlan dan Andayani (2010) mendapatkan pergantian manajemen diikuti oleh perubahan kebijakan dalam akuntansi, keuangan, pemilihan KAP, perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansi. Beasley (1996) dalam Suparlan dan Andayani (2010) mendapatkan peran dewan direksi dalam memonitor proses pelaporan keuangan berhubungan signifikan dan memengaruhi kemampuan memonitor proses penyiapan laporan keuangan. Suparlan dan Andayani (2010) menemukan pergantian dewan direksi tidak memengaruhi suatu perusahaan untuk mengganti KAP. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H6: Pergantian manajemen perusahaan berpengaruh positif terhadap pergantian Kantor Akuntan Publik. 7. Leverage Perusahaan terhadap Pergantian KAP Nasser et al. (2006) menyatakan bahwa perusahaan yang bangkrut lebih sering berpindah auditor daripada perusahaan yang tidak bangkrut. Auditee yang bangkrut (memiliki rasio yang rendah) dan memiliki pengalaman akan posisi keuangan yang tidak sehat lebih memungkinkan akan melibatkan auditor yang memiliki independensi tinggi

untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan kreditor sama halnya dengan mengurangi risiko permasalahan hukum (Nasser et al., 2006). Schwartz dan Soo (1995) dalam Damayanti dan Sudarma (2007) menyatakan bahwa perusahaan yang bangkrut lebih sering berpindah auditor daripada perusahaan yang tidak bangkrut. Auditor pada klien dengan kesulitan keuangan memiliki tenure yang lebih pendek dibandingkan dengan auditor yang berada pada klien yang lebih sehat keuangannya sehingga pada tahap tertentu KAP cenderung akan diganti karena ketidakpastian dalam bisnis pada perusahaan. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H7: Leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. 8. Return on Equity (ROE) terhadap Pergantian KAP Ashbaugh et al. (2003) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menjadikan ROE sebagai variabel kontrol dalam penelitiannya untuk faktor-faktor yang menentukan pemilihan auditor oleh klien. Suparlan dan Andayani (2010) menemukan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP karena perusahaan dengan tingkat ROE yang tinggi akan diaudit oleh KAP yang besar, besarnya ROE dianggap dapat menunjukkan bahwa perusahaan mampu membayar KAP. Pada penelitian ini ROE diprediksi akan memengaruhi pergantian KAP karena menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar auditor dari KAP yang lebih besar. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H8: ROE perusahaan berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. 9. Firm Size terhadap Pergantian KAP

Simunic et al. (1987), Francis et al. (1988), dan Abbott et al. (2000) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menunjukkan hubungan positif antara ukuran klien dengan pemilihan perusahaan audit yang memiliki kualitas yang tinggi. Ettredge (2009) dalam Suparlan dan Andayani menyatakan ukuran perusahaan berhubungan positif dengan pemilihan KAP besar, hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suparlan dan Andayani (2010) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak menyebabkan perusahaan melakukan pergantian KAP. Citron et al. (2001) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyatakan ukuran perusahaan berhubungan positif dengan pemilihan KAP the Big Six dan pemilihan auditor yang berkualitas. Penelitian ini menggunakan total aset sebagai proksi untuk firm size, besarnya total aset yang dimiliki oleh perusahaan akan mendorong perusahaan untuk mencari KAP yang lebih besar karena dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H9: Firm Size berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. 10. Reputasi KAP terhadap Pergantian KAP KAP yang lebih besar umumnya dianggap sebagai penyedia kualitas audit yang tinggi dan menikmati reputasi tinggi dalam lingkungan bisnis dan karena itu, akan berusaha untuk mempertahankan independensi mereka untuk menjaga image mereka (Nasser et al., 2006). Perusahaan cenderung tidak mengganti KAP jika KAP nya sudah bereputasi karena KAP yang lebih besar (Big 4) dianggap lebih mampu mempertahankan tingkat independensi yang memadai dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil karena mereka dapat menyediakan berbagai layanan untuk klien dalam jumlah yang lebih besar,

sehingga mengurangi ketergantungan mereka pada klien tertentu. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang diajukan adalah: H10: Reputasi KAP berpengaruh negatif terhadap pergantian KAP. B. Model Penelitian Going concern opinion Institutional investors

Public ownership Share growth Large board Pergantian KAP Pergantian Manajemen Leverage (DER) Return on Equity (ROE) Firm Size Auditor reputation

Gambar 2.1 Model Penelitian

3. METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian

Populasi dan sampel penelitian adalah seluruh perusahaan Manufaktur yang terdaftar secara lengkap di Bursa Efek Indonesia (IDX) selama periode 2006-2011. Penentuan sampel pada penelitian adalah perusahaan yang memenuhi kelengkapan data serta kriteria yang ditetapkan. B. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan jenis data merupakan data sekunder berupa annual report dan laporan keuangan auditan yang diperoleh peneliti melalui perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (IDX). C. Teknik Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel pada penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang menjadi dasar pengambilan sampel pada penelitian, yaitu: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (IDX) selama tahun 2006-2011. 2. Perusahaan telah melakukan pergantian KAP dalam periode tahun 2006-2011. 3. Terdapat data mengenai Opini Audit, Kepemilikan Institusional, jumlah kepemilikan saham publik, jumlah saham yang diterbitkan, Dewan Komisaris, Dewan Direksi, total kewajiban, total ekuitas, KAP, total ROE dan total asset. D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian adalah pergantian KAP. Pergantian KAP adalah ketika perusahaan yang secara sukarela mengganti KAP yang telah mengaudit laporan

keuangannya selama tahun 2006-2011. Variabel pergantian KAP menggunakan variabel dummy. Apabila perusahaan klien mengganti KAP nya secara voluntary, maka diberikan nilai 1, Sedangkan jika perusahaan klien tidak mengganti KAP nya, maka diberi nilai 0 (Suparlan dan Andayani, 2010). 2. Variabel Independen Variabel independen penelitian meliputi opini going concern, reputasi KAP, ukuran klien, investor institusional, kesulitan keuangan, kepemilikan oleh publik, share growth, dewan komisaris, pergantian manajemen, return on equity. a. Opini Going Concern Opini going concern merupakan pernyataan pendapat yang diberikan oleh auditor dalam menilai keberlangsungan perusahaan penyajian laporan keuangan perusahaan baik yang tertera dalam paragraf ke empat laporan auditor independen maupun dalam penjelasan atas laporan keuangan auditan. Pengukuran variabel opini audit ini menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan mendapatkan opini going concern diberi kode 1 dan jika tidak diberi kode 0 (Sinarwati, 2010). b. Institutional Investor (Kepemilikan Institusional) Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional yaitu, pemerintah, perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain (Juniarti dan Sentosa, 2009). Pengukuran variabel yaitu berdasarkan persentase lembar saham yang dimiliki lembaga institusional dari jumlah lembar saham keseluruhan (Suparlan dan Andayani, 2010). c. Public Ownership (Kepemilikan oleh Masyarakat)

Lacy et al. (1996) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyatakan bahwa perusahaan publik harus memperhatikan hasil keuntungan yang didapat oleh perusahaan yang akan diberikan kepada para pemegang saham dengan melihat dari analisis laporan keuangan perusahaan. Pengukuran variabel yaitu berdasarkan persentase lembar saham yang dimiliki oleh masyarakat publik dari jumlah lembar saham keseluruhan (Suparlan dan Andayani, 2010). d. Share Growth Weston dan Copeland (1992) dalam Nabila (2011) menyatakan tingkat pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu ukuran sebesarapa besar perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Loughram et al. (1997) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyebutkan perusahaan yang menerbitkan saham biasanya memperlihatkan kinerja baik. Pada penelitian ini share growth diukur 1 jika ada peningkatan jumlah saham dan 0 jika sebaliknya. e. Large Board (Dewan Komisaris) Jensen (1993) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyebutkan kapasitas dewan komisaris untuk melakukan monitoring lebih efektif seiring dengan besarnya dewan komisaris, yang mengakibatkan meningkatnya kualitas laporan keuangan. Dewan komisaris berkewenangan mengangkat KAP melalui komite audit. Proksi yang digunakan untuk mengukur dewan komisaris adalah jumlah dewan komisaris yang dimilik oleh perusahaan (Suparlan dan Andayani, 2010). f. Pergantian Manajemen

Kluger et al. (1989) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyatakan ketidakmampuan manajer menekan informasi buruk perusahaan menjadi alasan utama mengganti auditor. Nagy (2005) dalam Rahayu (2012) menyatakan manajemen perusahaan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansinya. Pergantian manajemen merupakan variabel dummy, diukur 1 jika perusahaan melakukan pergantian dewan direksi dan 0 jika perusahaan tidak melakukan pergantian dewan direksi. g. Leverage Leverage menunjuk hutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Hanopia et al. (2009) dalam Rahayu (2012) menyatakan bahwa financial leverage akan timbul dalam perusahaan karena menggunakan dana dengan beban tetap, masalah operating leverage baru timbul setelah perusahaan dalam operasinya mempunyai biaya tetap. Suparlan dan Andayani (2010) menyatakan leverage menggambarkan struktur modal perusahaan, semakin besar utang pada perusahaan maka investor akan menanggung resiko yang lebih besar. h. Return on Equity (ROE) ROE dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang perusahaan makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Pengembalian atas ekuitas menunjukan seberapa banyak keuntungan yang diterima oleh perusahaan dibandingkan dengan jumlah total ekuitas pemegang saham yang terdapat pada laporan keuangan. Proksi yang digunakan sebagai alat untuk mengukur ROE dengan menggunakan laba setelah pajak dibagi dengan ekuitas (Suparlan dan Andayani, 2010).

i. Firm Size (Ukuran Perusahaan) Ukuran klien menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran klien diukur berdasarkan total nilai aset yang terdapat pada neraca. Semakin besar total aset sebuah perusahaan mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut besar, begitu juga sebaliknya. Suparlan dan Andayani (2010) menyatakan ukuran perusahaan diklasifikasikan besar kecilnya dengan total aktiva, log size dan nilai pasar saham. Pada penelitian ini firm size diukur dari logaritma natural atas total asset (Suparlan dan Andayani, 2010). j. Reputasi KAP Reputasi KAP merupakan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang atas nama besar yang dimiliki KAP tersebut. Dalam penelitian ini reputasi KAP diproksikan dengan afiliasi dengan The Big Four yang menggunakan variabel dummy. Jika KAP termasuk dalam kategori The Big Four Auditors diberi kode 1, jika tidak diberi kode 0.

4. HASIL, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


1. Klasifikasi Tabel TABEL 4.8 Klasifikasi Tabel
Predicted PERG_KAP Observed Step 1 PERG_KAP 0 1 Overall Percentage 0 160 77 1 24 27 Percentage Correct 87.0 26.0 64.9

Sumber: Output SPSS

Klasifikasi pada tabel menunjukkan kekuatan model regresi untuk memprediksi kemungkinan pergantian KAP yang dilakukan perusahaan. Kekuatan prediksi pada model regresi perusahaan yang tidak melakukan pergantian KAP adalah sebesar 87.0%, berarti dengan model regresi yang digunakan terdapat 160 pengamatan pada tahun buku perusahaan (87.0%) yang diprediksi tidak melakukan pergantian KAP dari total 184 pengamatan tahun buku perusahaan yang tidak melakukan pergantian KAP. Kekuatan prediksi pada model regresi dalam memprediksi kemungkinan perusahaan melakukan pergantian KAP adalah sebesar 26.0%. Prediksi tersebut menunjukkan bahwa melalui regresi yang digunakan, terdapat 27 pengamatan pada tahun buku perusahaan (26.0%) yang diprediksi akan melakukan pergantian KAP dari total 104 pengamatan tahun buku perusahaan yang melakukan pergantian KAP. 2. Uji Hipotesis TABEL 4.9 Hasil Uji Hipotesis
B Step 1
a

S.E. 133.586 .006 .006 .445 .087 .266 .021 .003 .101 .371 1.161

Wald .008 .078 .012 4.092 .169 7.290 .454 .911 1.838 4.612 .595

df 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Sig. .930 .780 .913 .043 .681 .007 .500 .340 .175 .032 .441

Exp(B) .000 .998 1.001 2.462 1.037 2.052 .986 1.003 .872 .451 2.449

Gco ins_inv pub_own s_g l_b perg_manj Lev Roe firm_siz rep_kap Constant

-11.771 -.002 .001 .901 .036 .719 -.014 .003 -.137 -.796 .896

Sumber: Output SPSS

Persamaan regresi yang dihasilkan berdasarkan pengujian terhadap koefisien regresi adalah sebagai berikut: ( )

3. Interpretasi Hasil a. Hipotesis Satu Variabel going concern opinion (GCO) memiliki nilai koefisien regresi sebesar -11.771 dengan nilai signifikansi sebesar 0.999 > alpha 0.05, maka H1 ditolak, berarti GCO tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP. b. Hipotesis Dua Variabel institutional investor (INS_INV) memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.002 dengan nilai signifikansi sebesar 0.780 > alpha 0.05, maka H2 ditolak, berarti institutional investor tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP. c. Hipotesis Tiga Variabel public ownership (PUB_OWN) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.001 dengan nilai signifikansi sebesar 0.913 > alpha 0.05, maka H3 ditolak, berarti public ownership tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP. d. Hipotesis Empat Variabel share growth (S_G) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.901 dengan nilai signifikansi sebesar 0.043 < alpha 0.05, maka H4 diterima, berarti share growth berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. e. Hipotesis Lima

Variabel large board (L_B) memiliki nilai koefisien regresi 0.036 dengan nilai signifikansi sebesar 0.681 > alpha 0.05, maka H5 ditolak, berarti large board tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP. f. Hipotesis Enam Variabel pergantian manajemen (PERG_MANJ) memiliki nilai koefisien sebesar 0.719 dengan nilai signifikansi sebesar 0.007 < alpha 0.05, maka H6 diterima, berarti pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. g. Hipotesis Tujuh Variabel leverage (LEV) memiliki nilai koefisien sebesar -0.014 dengan nilai signifikansi sebesar 0.500 > alpha 0.05, maka H7 ditolak, berarti leverage tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP. h. Hipotesis Delapan Variabel return on equity (ROE) memiliki nilai koefisien sebesar 0.003 dengan nilai signifikansi sebesar 0.340 > alpha 0.05, maka H8 ditolak, berarti ROE tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP. i. Hipotesis Sembilan Variabel firm size (FIRM_SIZ) memiliki nilai koefisien sebesar -0.137.00

dengan nilai signifikansi sebesar 0.175 > alpha 0.05, maka H9 ditolak, berarti firm size tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP.

j. Hipotesis Sepuluh Variabel reputasi KAP (R_KAP) memiliki nilai koefisien sebesar -0.796 dengan nilai signifikansi sebesar 0.032 < alpha 0.05, maka H10 diterima, berarti reputasi KAP berpengaruh negatif terhadap pergantian KAP. 4. Pembahasan 1. Hipotesis Satu Hasil penelitian ini menunjukkan going concern opinion tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP. Penelitian ini berhasil mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sinarwati (2010), tetapi tidak mendukung temuan Carcello dan Neal (2003) yang menyatakan bahwa auditor akan lebih mungkin diganti bila mengeluarkan going concern opinion. 2. Hipotesis Dua Hasil penelitian ini menunjukkan institutional investor tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP. Hasil penelitian ini berhasil mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan Suparlan dan Andayani (2010). Penelitian ini juga berhasil mendukung penelitian yang dilakukan oleh Schleifer et al. (1986) dan Bushee (1988) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berperan mengawasi manajer agar bertindak hati-hati dan melakukan pengawasan ketat, tetapi tidak mengganti KAP. 3. Hipotesis Tiga Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa public ownership tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP. Penelitian ini berhasil mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahayu (2012) yang menyatakan pemegang saham tidak selalu

meminta untuk pengawasan yang lebih baik dan melakukan pergantian KAP yang berkualitas. 4. Hipotesis Empat Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa share growth berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. Hasil penelitian ini berhasil mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suparlan dan Andayani (2010) dan Rahayu (2012). Loughram (1997) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyatakan perbaikan kinerja perusahaan dapat dilihat dari penerbitan saham, sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan pergantian KAP. 5. Hipotesis Lima Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suparlan dan Andayani (2010) dan Rahayu (2012). 6. Hipotesis Enam Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pergantian dewan direksi berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sinarwati (2010), Saud (2011) dan Rahayu (2012). 7. Hipotesis Tujuh Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan leverage yang besar tidak mendorong perusahaan untuk melakukan pergantian KAP karena disebabkan oleh persepsi pemilik dana pada perusahaan apabila perusahaan sering melakukan pergantian KAP akan timbul anggapan yang negatif dan biaya besar. 8. Hipotesis Delapan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suparlan dan Andayani (2010) dan Rahayu (2012), tetapi penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ashbaugh et al. (2003) dalam Suparlan dan Andayani (2010) yang menggunakan ROE sebagai faktor yang memberikan dalam pemilihan auditor. 9. Hipotesis Sembilan Pada penelitian ini ukuran perusahaan tidak selalu diikuti dengan pemilihan KAP besar. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan total asset kecil akan lebih mungkin untuk melakukan pergantian KAP yang lebih kecil dari KAP besar the Big Four, sedangkan perusahaan dengan asset besar tetap memilih KAP Big Four sebagai auditornya, yang mencerminkan kesesuaian ukuran KAP dengan kliennya (Wijayanti, 2010). Berdasarkan hasil penelitian dari 288 amatan, perusahaan yang melakukan pergantian KAP sebesar 89 yang terdiri dari perusahaan dengan total asset kecil dengan menggunakan KAP non Big Four sehingga tidak ada kecenderungan perusahaan untuk melakukan pergantian KAP. 10. Hipotesis Sepuluh Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sinarwati (2010), Damayanti dan Sudarma (2007), Wijayanti (2010) dan Rahayu (2012). Hasil penelitian ini menunjukkan arah pengaruh negatif mengindikasikan bahwa perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP Big Four memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk melakukan pergantian KAP.

5. KESIMPULAN, KETERBATASA DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan ringkasan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan total sampel sebanyak 48 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan tahun 2006-2011, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Going concern opinion tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP. Institutional investor tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP. Public ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP. Share growth berpengaruh positif signifikan terhadap pergantian KAP. Large board tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP. Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP. ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP. Firm size tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP. Reputasi KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap pergantian KAP.

B. Keterbatasan Penelitian Lazimnya suatu penelitian empiris, pada penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya yaitu: 1. Pemilihan periode objek penelitian hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonseia (BEI) selama enam tahun pada periode 2006-2011 saja. 2. Penelitian ini hanya menguji pengaruh variabel-variabel going concern opinion, institutional investor, public ownership, share growth, large board, pergantian manajemen, leverage, ROE, firm size dan reputasi KAP. Variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh juga terhadap auditor switching tidak diuji dalam penelitian ini.

Misalnya, sejumlah variabel penting seperti karakteristik corporate governance yang dapat meningkatkan pengetahuan mengenai audit tenure dan auditor switching di Indonesia, tidak dimasukkan ke dalam model regresi. 3. Pergantian KAP pada penelitian ini hanya memperhatikan pergantian pada tingkat KAP saja, tidak memperhatikan perhatikan pergantian pada tingkat pergantian auditor. 4. Pengambilan sampel tidak dilakukan secara random, tetapi menggunakan kriteriakriteria tertentu (purposive sampling) dan hanya terbatas pada perusahaan pada sektor manufaktur saja, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk perusahaan diluar sektor manufaktur. 5. Referensi untuk mengukur variabel-variabel tertentu seperti leverage dan firm size masih terbatas pada proksi debt equity ratio dan total aset perusahaan saja. C. Saran Saran yang ditujukan untuk peneliti selanjutnya berdasarkan pada beberapa keterbatasan penelitian sebagaimana telah disebutkan sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk menggunakan objek penelitian dengan memasukkan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga dapat dilihat generalisasi teori yang diterapkan secara lebih akurat. 2. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan variabel-variabel lain yang mungkin dapat memengaruhi perusahaan melakukan pergantian KAP, seperti persentase perubahan ROA, audit tenure dan variabel lain dalam penelitian sehingga diharapkan dapat lebih baik dan lebih relevan. 3. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan pergantian KAP dengan melihat pergantian pada KAP dan tingkat akuntan publik.

4. Penelitian selanjutnya dapat memperbaiki teknik dalam menentukan sampel seperti random sampling tanpa menggunakan kriteria-kriteria tertentu sehingga sampel yang dapat dilakukan pengujian menjadi lebih banyak. 5. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan lebih banyak referensi khususnya dalam mengukur variabel-variabel tertentu dengan menggunakan proksi-proksi yang lebih baik sehingga diharapkan hasilnya lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai