Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Guru yang kreatif dan selalu mencari cara bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung dengan mengoptimalkan aktivitas dan kreativitas siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih hidup dan dinamis serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang lebih ditentukan. Kreativitas seorang guru akan dapat menemukan bentuk atau model-model pembelajaran yang dapat member peluang dan memotivasi siswa untuk mengembangkan potensi yang ada pada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya dengan belajar secara aktif dan efektif. Di dalam tulisannya yang berjudul Manajemen Kreatif sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru. Sohari (2002 : 77-78) menjelaskan bahwa : Kreativitas diartikan sebagai kemempuan untuk membuat/menciptakan produk baru, baik yang benar-benar baru maupun hasil modivikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang telah ada. Bila dihubungkan dengan kreativitas guru, maka seorang guru dimungkinkan dapat menciptakan strategi atau model pembelajaran yang benar-benar baru atau memodivikasi model pembelajaran yang sudah ada sebagai strategi sehingga menghasilkan model yang baru. Kreativitas guru dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu : (1) fasilitas yang dimiliki, (2) minat positif pada bidang pekerjaan, dan (3) kecakapan dalam melaksanakan tugas. Berdasarkan pernyataan di atas, maka jelaslah bahwa kreativitas sangat erat kaitannya dengan ide atau gagasan dan kemempuan menghasilkan gaya cipta Kreativitas ini harus didukung oleh sarana, minat, dan kecakapan.

Setelah kreativitas tumbuh dan berkembang, maka diupayakan agar dilakukan pengaturan yang baik dengan manajemen yang tepat agar terus tumbuh dan berkembang dengan optimal. Sedangkan cara mengembangkan kreativitas guru banyak ragamnya, di antaranya melalui penciptaan : iklim keija yang kodusif, kerjasama yang harmonis antar-personal, motivasi, penghargaan, rasa percaya diri, dan lain-lain. Oleh karena itu, kreativitas seorang guru akan sangat besar pengaruhnya terhadap warna, bentuk, atau dinamisasi proses pembelajaran. Banyak cara atau ide tentang peningkatan kreativitas bagi siswa dan guru atau bahkan pembaharuan dalam pendidikan dan pembelajaran, baik yang berasal dari lingkungan intrinsic guru itu sendiri maupun ekstrinsik dari atas atau anjuran para penentu kebijakan di Dinas Pendidikan. Namun, di lapangan atau dalam aplikasi pembelajaran di sekolah sering tidak dilakukan. Akibatnya, timbul kesan bahwa guru kurang kreatif dalam menenrukan dan menciptakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan proses serta kuialitas hasil mengajar. Hal ini sesuai dengan ungkapan berikut: Seorang guru pagi berangkat ke sekolah, mengajar, kemudian pulang. Esoknya kembali seperti itu, rutinitas pekerjaan yang berlangsung cukup lama dan dilaksanakan monoton tanpa inovasi dan pembaharuan, maka akan mengakibatkan timbul kebosanan dan puncaknya sampai pada kejenuhan, baik pada guru atau siswa (Sohari, dalam Bhineka Karya Wiyana, 2002 :77). Pemikiran dan perilaku kreatif sangat penting, bukan hanya hal pembelajaran tetapi dalam segala hal. Di dalam diri setiap orang terdapat kemauan dan upaya untuk mengembangkan diri. Oleh karena itu, setiap orang

memerlukan motivasi, pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif. Upaya setiap orang untuk mengembangkan diri, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya dalam upaya mencapai suatu perubahan dan peningkatan jelas memerlukan kreativitas. Sebagaimana diungkapkan oleh

Kumiawan (dalam Bhineka Karya Wiyana, 2002 : 80) bahwa : Setiap individu memiliki kemampuan kreatif. Kreativitas tidak bergantung pada bakat yang diturunkan tetapi dia merupakan fungsi ego setiap orang. Memang, terdapat kreativitas unggul, tetapi terdapat pula kreativitas biasa manakal ia melepaskan diri dan cara-cara biasanya, mengubah cara-cara lama dan mengembangkan cara-cara baru (inovatif) sesuai dengan tunrutan perkembangan zaman. Melihat kenyatan yang terjadi di lapangan dan mengacu pada kenyataan di atas, maka sangat dibutuhkan pemahaman yang mendalam dan motivasi yang tinggi unruk menumbuhkembangkan kreativitas diri melalui berbagai inovasi atau pembaharuan yang diawali oleh keinginan mengubah sesuatu yang biasa menjadi lebih baik atau luar biasa. Adapun bagi seorang guru, sudah layaknya terus berupaya mencari alternatif dan menciptakan sesuatu model pembelajaran yang efektif dan dinamis, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kodusif dengan indikator, siswa senang belajar dan guru senang mengajar. Pengembangan kapasitas kreatif melibatkan pengembangan pikiran, perasaan, penginderaan, dan intuisi. Dalam memecahkan suatu masalah, manusia tidak hanya menggunakan kemampuan berpikir saja, tetapi mengarahkan totalitas kemampuan yang ada pada dirinya. Oleh karena itu,

kemampuan berpikir, berasa, menginderai, dan inruitif menipakan suatu kesatuan potensi yang kesemuanya membangun kemampuan kreatif. Bentuk nyata dan kreativitas guru adalah dengan upaya-upaya yang dilakukan dalam memperbaiki, memperbaharui, bahkan menciptakan model pembelajaran yang baru, sehingga kualitas hasil pembelajaran dapat di tingkatkan. Upaya penciptaan model pembelajaran yang kreatif tidak harus benar-benar baru. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa pembahaman boleh berupa pemodivikasian dari hal-hal yang telah ada sebelumnya. Oleh sebab itu, dalam upaya meningkatkan kualitas hasil pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V SD, maka penulis tertarik untuk menyusun suatu tulisan berupa makalah dengan judul, "Penggunaan Metode Pemberian Tugas dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Hasil Pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya".

1.2 Masalah Salah satu penyebab kegagalan proses pembelajaran adalah dengan tidak utuh dan tidak saling menunjangnya komponen pembelajaran. Dengan kata lain, kegagalan pembelajaran salah sarunya disebabkan oleh hilangnya salah satu atau lebih peran komponen pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pemyataan berikut:

Pembelajaran sebagai sebuah system ditunjang oleh beberapa komponen. Kegagalan dan keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya komponen yang kurang mendukung terhadap keutuhan system tersebut. Penyajian bahan menyangkut penggunaan metode dan media menyangkut alat-alat Bantu atau alat peraga, pengalokasian waktu, pemilihan materi, dan kondisi kelas, serta evaluasi menjadi sangat penting keutuhannya. Sebab satu saja dari komponen tersebut tidak berfungsi, maka kemungkinan untuk berhasilnya suatu pembelajaran sangat tipis (1980:31). Berdasarkan kutipan di atas, maka hal yang terpenting dari keutuhan komponen berkaitan dengan masalah efektivitas komponen pembelajaran. Jika dihubungkan dengan judul makalah ini, maka hal yang sangat esensial sebagai masalah, di antaranya masalah efektivitas metode pemberian rugas dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V SD. Selam metode dan sarana, evaluasi sangat berpengaruh dalam mengetahi kualitas pembelajaran. Evaluasi pembelajaran harus mampu mencerminkan hasil belajar, baik langsung maupun tidak langsung. Artinya, kualitas hasil pembelajaran yang telah dilakukan akan diketahui melalui kegiatan evaluasi. Hal ini sesuai dengan apa yang tersurat dalam kxitipan berikut: Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, teipadu, dan objektif dalam KBM sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Depdiknas, 2002 : 28). Kutipan di atas, memberikan suatu arah kejelasan fungsi evaluasi dalam pembelajaran. Banyak kasus yang menunjukan pencapaian suatu perubahan dan penambahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan tidak mencapai kualitas atau target yang diinginkan. Oleh karena itu, melalui

kualitas hasil pembelajaran yang terus ditingkatkan, maka tuntutan efektivitas penggunaan metode mengajar serta alat peraga sebagai media pembelajaran akan mampu mencerminkan dinamika model pembelajaran yang efektif untuk peningkatan kualitas hasil mengajar. Dengan demikian, masalahnya bergantung pada tuntutan peningkatan kualitas hasil belajar dan metode yang digunakan. Artinya, efektivitas metode pemberian rugas dalam proses pembelajaran Pengetahuan Sosial, dan efektivitas metode pemberian tugas terhadap peningkatan kualitas hasil pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya merupakan masalah utama yang akan dibahas dalam makalh ini.

1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah akan sangat membantu dalam pembahasan, sebab arah atau sasaran dari masalahnya sangat jelas dalam masalah yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, penetapan masalah harus terus diikuti oleh langkah perumusan masalah sebagaimana dikemukakan oleh Engkoswara dkk (1995 : 77) sebagai berikut: Setelah kita menentukan masalah yang akan diteliti secara spesifik dan operasional/jelas, maka langkah berikutnya kita perlu menentukan rumusan masalah. Perumusan masalah ini sangat penting, karena rumusan masalah dapat dijadikan penuntun/pedoman untuk langkahlangkah berikutnya. Pada umunya pedoman untuk merumuskan suatu masalah adalah sebagai berikut: a. masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya; b. rumusan masalah hendaknya padat, singkat, jelas, dan operasional; c. rumusan tersebut hendaknya mampu memberi petunjuk yang memungkinkan dapat mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan tersebut secara baik.

Berdasarkan kutipan di atas, maka masalah yang telah ditetapkan di atas dan akan dibahas dalam masalah ini dirumuskan secara singkat dan jelas dalam bentuk kalimat tanya sebagai berikut: 1) Bagaimanakah efektivitas penggunaan metode pemberian tugas dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya ? 2) Bagaimanakah dampak penggunaan metode pemberian tugas terhadap peningkatan kualitas hasil belajar Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya ?.

BAB II KAJIAN TERORETIS DAN ANALISIS MASALAH

2.1 Kajian Teoretis Kajian teoretis sangat perlu di dalam penyusunan sebuah makalah, sebab kajian teoritis merupakan kajian konseptual yang akan dijadikan acuan teori dalam pembahasan selanjutnya. Artinya, tinjauan terhadap suatu teori sangat menunjang kejelasan langkah aplikatif dan konsep pengembangan suatu pemikiran, maka segala bentuk aplikasi tentang suatu hal harus didasarkan pada teori. Dengan demikian tidak akan terjadi miss-teori.

2.1.1

Pembelajaran Salah satu batasan pengertian pembalajaran ditemukan dalam majalah

pendidikan 'Gerbang' sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut: Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian bahan ajar melalui kegiatan (aktivitas pemberdayaan potensi siswa) untuk mencapai tujuan tertentu dari apa yang telah disampaikan atau diajarkan. Pembelajaran efektif bukan hanya memorasi dan bukan sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan, tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan (Dikmenum dalam Gerbang, 2003 : 70). Adapun menurut Adam Hamalik (1993 : 1) dinyatakan bahwa, "mengajar merupakan upaya pemberian bimbingan kepada siswa untuk belajar menciptakan lingkungan dan berbagai kemudahan belajar". Didasarkan pada pernyataan dan batasan di atas, maka dapat dijelaskan kembali bahwa pembelajaran merupakan proses penyajian bahan pelajaran dengan

cara memberi bimbingan, arahan, dan memberdayakan potensi siswa agar mengerti dan memahami apa yang dipelajarinya. Pembelajaran banyak faktoraya, sebab pembelajaran merupakan suatu system, Hamalik (1993 : 2-3) menjelaskan bahwa : Banyak faktor yang mempengaruhi suatu pembelajaran, maka keutuhan totalitas factor membentuk system pembelajaran. Sedikitnya ada lima faktor yang sangat penting di dalam suatu pembelajaran, yaitu : tujuan pembelajaran, mated atau bahan pelajaran, metode mengajar, siswa, guru, alat atau media, dan alokasi waktu. Sedangkan menurut Misdan (1980 : 18) dapat dilihat dari kutipan berikut: Faktor-faktor pembelajaran satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah system, yakni system pembelajaran. Faktor-faktor pembelajaran yang dimaksud, di antaranya : kurikulum, mated pelajaran, sarana atau alat, guru, siswa, metode mengajar, dan alokasi waktu. Keseluruhan faktor pembelajaran ini harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka jelas pulalah bahwa faktor-faktor pembelajaran sangat kompleks. Oleh karena itu, keberhasilan suatu pembelajaran tetap diwarnai oleh optimal atau tidaknya dalam proses pembelajaran menggunakan berbagai faktor pembelajaran. Tidak hanya faktor atau komponen pembelajaran yang berkaitan dengan proses pembelajaran, melainkan ada hal lain yaitu tahapan pembelajaran. Tahaptahap pembelajaran dikemukakan secara gamblang sebagaimana terlihat pada kutipan berikut: Tahapn-tahapan umum pembelajaran dinamakan juga sintaks. Sintaks ini menggambarkan model serta pelaksanaan pembelajaran, yakni melalui penyususnan kegiatan-kegiatan dalam tahapan yang tegas. Pada umumnya tahapan pembalajaran terbagi tiga, yakni : pendahuluan, penyajian bahan, postes atau penutupan (Misdan, 1985 : 7).

2.1.2

Metode Pemberian Tugas Mengenai metode mengajar dijelaskan oleh seorang ahli sebagai berikut,

"Metode mengajar adalah suatu cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan" (Surakhmad, 1982 : 76). Dengan demikian, maka jelaslah bahwa yang dimaksud dengan metode mengajar atau metode pembelajaran adalah suatu cara atau strategi yang digunakan oleh guru dengan maksud agar pembelajaran yang dilakukan bisa berjalan dengan lancar, dinamis, hidup, dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sebab metode mengajar yang digunakan dalam pembahasan masalah sesuai dengan judul penelitian adalah metode mengajar dengan pemberian tugas, maka yang akan dipaparkan adalah metode pemberian tugas atau metode penguasaan. Adapun pengertian baku dari metode pemberian tugas sebagaimana yang terlihat pada kutipan berikut: Metode pemberian tugas merupakan metode yang memberi kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah disiapkan oleh guru. Dengan metode pemberian tugas, siswa dapat mengenali fungsi secara nyata. Tugas bisa diberikan secara berkelompok atau perseorangan. Hal yang perlu sekali diperhatikan dalam penggunaan metode ini, yaitu : fungsi, sifat, dan bentuk tugas yang diberikan, serta tingkat kemampuan siswa untuk melaksanakan tugas tersebut (Depdikbud, 1987 : 30). 2.1.3 Kualitas Hasil Pembelajaran Kualitas hasil pembelajaran merupakan gambaran atas tinggi rendahnya angka atau nilai yang diperoleh dalam suatu pembelajaran. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersurat, "Kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu; kadar, derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dsb); mutu

(Poerwadarminta, 1982 : 467). Dengan demikian, kualitas hasil pembelajaran merupakan kadar, derajat, atau taraf keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang dilihat dari hasil tes yang diperoleh siswa, yakni dengan melihat perbandingan atau selisih antara nilai tes awal dengan tes akhir yang berupa produktivitas hasil belajar. Kualitas hasil belajar dapat dilihat minimal yang harus dicapai oleh suatu pembelajaran atau oleh masing-masing siswa maupun rata-rata kelas. Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas, maka kualitas hasil belajar Pengetahuan Sosial adalah jumlah rata-rata atau hasil akhir suatu pembelajaran dalam bentuk nilai tes yang diperoleh siswa, baik individual maupun klasikal dalam sisi pencerminan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran Pengetahuan Sosial sesuai penentuan dan penetapan mated atau bahan ajar yang telah disampaikan serta harus dikuasai, baik secara teori maupun praktiknya. Adapun penilaiannya dibuat dalam bentuk angka atau pernyataan lain yang dapat mencerminkan kualitas hasil pembelajaran Pengetaliuan Sosial, khususnya bagi siswa kelas V SD.

2.2 Analisis Masalah 2.2.1 Analisis Masalah Efektivitas Mctode Pemberian Tugas dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kleas V SD Negeri 2 Mangunjaya Efektivitas sebuah metode mengajar sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil pembelajaran sebagaimana diungkapkan oleh Mukti dan Sayekti (dalam, Gerbang, 2003 : 36) bahwa : Metode mengajar sebagai suatu komponen system pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pembelajaran. Efektif tidaknya suatu pembelajaran yang dilakukan bermula dari efektif tidaknya metode yang dipilih oleh guru dalam menyajikan materi pelajaran, sebab tidak semua materi efektif disampaikan oleh satu metode mengajar saja. Perayataan tersebut didukung pula oleh apa yang dikemukakan oleh Adiwijaya (dalam Bhineka Karya Wiyana, 2002 : 46) bahwa : Efektivitas sebuah metode mengajar sangat mempengaruhi efektivitas proses dan kualitas hasil belajar siswa. Satu metode mengajar tidak mungkin efektif untuk semua bahan ajar, sebab setiap metode mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, kepiawaian dan kecermatan guru dalam memilih dan menetapkan metode mengajar yang digunakannya. Dengan melihat pernyataan-perayataan di atas, maka jelaslah bahwa metode mengajar sangat berpengaruh terhadap efektivitas proses dan kualitas hasil belajar siswa. Melihat masing-masing metode mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan, maka guru harus cermat dalam memilih dan menetapkan metode mengajar yang akan digunakan. Hal ini merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas hasil belajar melalui penggunaan metode mengajar yang benar-benar efektif untuk menyajikan materi pelajaran tertentu.

Metode pemberian tugas merupakan metode mengajar yang dianggap tepat untuk materi pembelajaran yang membutuhkan aplikasi kerja siswa secara aktif dan mandiri. Pada pembelajaran Pengetahuan Sosial, metode ini sangat tepat, sebab untuk belajar Pengetahuan Sosial anak tidak hanya mengingat atau menghapal rumus-rumus (teori), tetapi memerlukan latihan praktik secara mandiri. Akan tetapi, usia siswa SD kelas V belum matang dan masih berada pada fase berpikir konkret. Oleh karena itu, siswa masih membutuhkan bantuan untuk lebih memahami materi. Dengan demikian, metode pemberian tugas merupakan inovasi guru dalam melakukan pembaharuan/modivikasi metode pembelajaran, untuk kemudian diterapkan dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan harapan dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan mampu meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

2.2.2

Analisis Masalah Dampak Penggunaan Metode Pemberian Tugas terhadap Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran Pengetahuan Sosial Siswa Kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya. Metode pemberian tugas yang digunakan dalam pembelajaran

Pengetahuan Sosial memiliki kelemahan apabila tidak didukung oleh bentuk perhatian baik melalui reward ataupun punishmen yang tepat pada siswa. Bentuk perhatian tersebut sangat menunjang terhadap kualitas pelaksanaan tugas yang diberikan guru terhadap siswanya. Pemberian tugas merupakan upaya guru dalam memberikan pengalaman belajar yang harus dilalui siswa dalam prosesnya

mencapai tujuan pembelajaran. Karena itu intensitas siswa dalam melaksanakan tugas akan berpengaruh terhadap kualitas hasil belajarnya. Dengan demikian, metode pemberian tugas memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas hasil belajar siswa. Namun demikian, peran orang tua juga sangat membantu, sebab motivasi di sekolah harus dibarengi oleh motivasi dari orang tua di rumah, sehingga tercipta saling menunjang dan mendukung agar siswa rajin belajar dan guru serius mengajar demi tercapainya peningkatan kualitas hasil belajar,khususnya kualitas hasil belajar Pengetahuan Sosial di kelas V SD. Penggunaan metode pemberian tugas dipandang sebagai suatu upaya yang akan mampu meningkatkan kualitas hasil belajar siswa pada pelajaran Pengetahuan Sosial di SD. Terlebih lagi jika guru mampu mengkolaborasikan berbagai faktor penunjang pembelajaran lainnya dengan metode mengajar yang digunakan. Amsyar (dalam Gerbang, 2003 : 43) menjelaskan bahwa : Efektivitas sebuah metode mengajar akan lebih optimal jika divariasikan dengan metode atau aspek lain yang sekiranya menunjang terhadap penggunaan metode mengajar ttrsebut. Oleh sebab itu, guru seyogyanya lebih kreatif di dalam merangcang langkah-langkah pembelajaran dan lebih cermat dalam memilih metode serta bantuan alat peraga bisa diupayakan lebih optimal dalam upaya pencapaian kualitas hasil belajar. Dengan melihat fungsi metode mengajar begitu erat kaitannya dengan kualitas hasil belajar siswa. Disesuaikan pula dengan apa yang dipaparkan pada pernyataan di atas, maka penggunaan metode mengajar yang kurang tepat diasumsikan sebagai penyebab kurang optimalnya pencapaian tujuan dan kualitas hasil pembelajaran. Oleh karena itu, diharapkan penggunaan metode pembenan

tugas di kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya berdampak terhadap semakin meningkatnya kualitas hasil pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Pengetahuan Sosial. Metode pemberian tugas diharapkan akan memudahkan siswa dalam memahami sesuatu yang disampaikan dalam proses pembalajaran. Karena itu, masalah peningkatan kualitas hasil belajar siswa kelas V SD melalui penggunaan metode pemberian tugas merupakan masalah yang layak untuk dijadikan masalah ilmiah dalam bidang pendidikan dan perlu mendapat respon berupa pembahasan dan upaya pemecahan.

BAB III UPAYA PEMECAHAN MA^ALAH

3.1 Upaya Pemecahan Masalah Efektivitas Metode Pemberian Tugas dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya. Masalah efektivitas penggunaan metode mengajar dapat dilihat dari tujuan juga proses pembelajaran yang berlangsung. Artinya, apakah proses pembelajaran tersebut lancar dan mampu mengaktifkan siswa, sehingga siswa belajar dengan dinamis dan bersungguh-sungguh dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan denga kualitas yang memuaskan. Kualitas hasil belajar siswa dapat dilihat dari kualitas proses yang dievaluasi oleh guru selama pembelajaran berlangsung dan kualitas hasil yang dilakukan melalui postes atau tes akhir setelah materi pelajaran disampaikan. Kualitas tersebut dilihat dari selisih nilai rata-rata individu atau klasikal pada tes awal dengan tes akhir. Selisih kenaikan prates ke postes itulah yang disebut produktivitas hasil belajar. Sebagaimana dikemukakan dalam kutipan berikut: Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak hanya dilihat dari evaluasi akhir pelajaran (tes akhir), tapi dilihat pula prosesnya. Selama PBM itu berlangsung dilihat minat dan perhatian siswa, aktivitas dan krearivitasnya, dan inisiatif untuk bertanya atau mengajukan suatu masalah yang berkaitan dengan materi yang belum dipahami. Oleh sebab itu, efektivitas metode pembelajaran yang digunakan akan sangat menentukan kondisi pembelajaran (Mugiarsih, dalam Gerbang, 2003 : 36). Berdasarkan kutipan dan paparan diatas, maka dapat dijelaskan kembali bahwa efektivitas pembelajaran benar-benar mempengaruhi peningkatan kualitas hasil belajar. Oleh karena itu, pada pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V

SD Negeri 2 Mangunjaya dengan menggunakan metode pemberian tugas tersebut dapat dikatakan efektif, apabila setelah dilihat dari proses belajar mengajar yang dilakukan temyata siswa cukup serius belajarnya, mereka menampakan minat belajar yang cukup tinggi, dan dengan penuh kreatif para siswa mencari alternatif untuk mengerjakan rugas yang diterimanya, kemudian suasana dan kondisi belajar cukup dinamis, para siswa secara mandiri mengerjakan tugas, dan sesekali siswa meminta guru mengarahkan pekerjaannya atau bertanya tentang materi yang belum dipahami dan dikuasainya. Melihat kenyataan seperti itu maka metode pemberian tugas dapat dikatakan mampu meningkatkan motivasi belajar, aktivitas, dan kreativitas siswa berkembang, dan guru hanya tinggal mengarahkannya saja. Namun demikian, jika masih terdapat siswa yang harus diberikan perhatian khusus, sebab mengalami kesulitan belajar maka perlu dilakukan penanganan khusus sebagai antisipatif dampak penggunaan metode pemberian tugas, tindakan antisipatif didasarkan atas pertimbangan dampak penggunaan metode pemberian tugas sebagaimana terlihat pada kutipan berikut: Salah satu kelemahan metode pemberian tugas adalah jika tugas yang diberikan tingkat kesulitannya berada di atas kemampuan siswa, maka tindakan atraktif dari siswa akan muncul menjadi suatu kegelisahan, keengganan mengerjakan tugas atau tindakan can perhatian, bahkan bertanya atau mengganggu rekan-rekan lain yang sedang bekerja (Hamalik, 1993 : 197). Dengan melihat kutipan dan kenyataan yang diungkapkan di atas. maka upaya guru untuk menghindari kesulitan belajar harus dilakukan, khususnya dengan memberikan materi pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan

kematangan berpikir siswa. Setelah dilakukan, temyata masih saja ada siswa yang kelihatan gelisah, namun tidak banyak dan dapat segera di arahkan sehingga bisa belajar serius seperti siswa yang lain. Meskipun masih ada hal yang kurang pada penggunaan metode pemberian tugas pada pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya, namun pembelajaran yang berlangsung secara umum efektif. Hal ini mencerminkan bahwa metode pemberian tugas cukup efektif untuk mengajarkan pelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V SD. Meskipun efektivitasnya tidak sempurna, namun masih bisa dibilang efektif dengan dasar kutipan berikut: Penggunaan metode apapun efektivitasnya sangat sulit untuk dioptimalisasikan jika guru tidak terampil mengendalikan suasana. Apalagi metode yang tanpa divariasikan atau tanpa bantuan media visiual lain sangat memungkinkan terjadinya kesulitan pada siswa, yang pada akhirnya mengurangi efektivitas suasana dan kondisi pembelajaran (Mudjakir, dalam Gerbang, 2003 :42). Didasarkan pada kutipan di atas, maka jelaslah bahwa metode pemberian tugas cukup efektif untuk menyajikan bahan pelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya. oleh karena itu, penggunaan metode pemberian tugas merupakan suaru upaya guru dalam meningkatkan kualitas hasil pembelajaran melalui inovasi dan modivikasi metode pembelajaran.

3.2 Upaya Pemecahan Masalah Dampak Penggunaan Metode Pemberian Tugas terhadap Peningkatan Kualitas Hasil Perabelajaran Pengetahuan Sosial Siswa Kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran yang diperoleh siswa dilakukan melalui upaya pemberian tugas yang benar-benar ada relevansinya dengan kebutuhan siswa dan tingkat kematangan serta kemampuan berpikir siswa benarbenar diperhatikan. Dengan begitu, maka siswa terhindar dari kesulitan belajar. Materi yang diberikan sebagai tugas banyak disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia, sehingga siswa tidak bekerja secara terburu-buru serta seluruhnya dapat diarahkan dan dibantu kesulitan belajarnya. Oleh karena itu, pemberian materi yang ditugaskan kepada siswa adalah materi-materi pokok atau yang esensial. Adapun penambahan dan pemantapan materi dilakukan dengan cara mengulang materi yang masih sulit untuk dipahami. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh (Mudjakir, dalam Gerbang, 2003 : 44) sebagaimana yang terlihat pada kutipan berikut: Alokasi waktu yang tersedia harus menjadi pertimbangan guru dalam memilih metode mengajar yang akan digunakan. Selain itu, pemberian materi tugas harus disesuaikan tingkat kesulitan dengan jumlah tugas dan alokasi waktu, sehingga siswa tidak terburu-buru dalam mengerjakan tugasnya serta bisa terpantau dan dibantu kesulitan belajarnya. Hal-hal yang dipaparkan dalam bahasan dan kutipan harus terlaksana secara cermat dalam pembelajaran yang duakukan. Dampak dari penggunaan metode pemberian tugas terhadap peningkatan kualitas hasil pembelajarn dapat diketahui berdasarkan hasil proses penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah

penilaian pendidikan, menurut beberapa sumber (dalam LPMP, 2004 diuraikan pengertian penilaian pendidikan sebagai berikut:

5)

a. Penilaian pendidikan merupakan suatu proses trasformasi yang dilakukan sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Suharsimi). b. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Balitbang Depdiknas). c. Penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui perkembangan, kemajuan dan atau basil belajar siswa selama program pendidikan (Sisijian). Hasil proses penilaian dapat menunjukan tingkat kualitas hasil belajar siswa. Artinya, apabila siswa menunjukan minat dan perhatian yang cukup tinggi terhadap tugas dan pengalaman belajar yang diberikan guru dengan perolehan nilai hasil belajar siswa yang cukup bagus maka secara objektif dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas memiliki dampak terhadap peningkatan kualitas hasil pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V SD Negeri 2 Mangiuijaya.

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan Pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan menggunakan metode pemberian tugas di kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya cukup efektif. Metode pemberian tugas ini mampu membangkitkan minat belajar siswa dan aktivitas, serta kreativitas yang ditandai dengan kagiatan belajar mandiri dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Adapun guru melalui pemberian reward dan punishment yang konsisten dapat membantu dalam membimbing, mengarahkan proses belajar siswa. Dengan demikian, metode pemberian tugas mampu menciptakan kondisi belajar yang dinamis dan memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan potensi dirinya. Dengan demikian efektivitas pembelajaran Pengetahuan Sosial yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri 2 Mangunjaya melalui penggunaan metode pemberian tugas memiliki dampak terhadap peningkatan kualitas belajar siswa. 4.2 Saran Pembelajaran Pengetahuan Sosial merupakan pembelajaran yang sangat membutuhkan latihan-latihan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai masalah. Oleh karena itu. metode pemberian tugas bisa dijadikan alternatif untuk meningkatkan aktivitas belajar, kemandirian, dan kualitas hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwijaya, Soleh, "Pengembangan Keterampilan Proses Pembelajaran". Bhineka Karya Winaya, September 2002.

dalam

Depdikbud. (1987). Petunjuk Pelaksanaan Belajar Mengajar. Jakarta : Dirjen Dikmenum. ...............(1996). Alat Peraga dan Asas-asas Peragaan. Jakarta : Dirjen Dikdasmen. Dinas Pendidikan Prop. Jabar. (2002). Bhineka Karya Winaya. Bandung : Unit KORPRI Dinas Pendidikan Prop. Jabar. Dikmenum. (2003). Majalah Pendidikan Gerbang. Yogyakarta: LP-3 UMY. Engkoswara, dkk (1995). Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah untuk Angka Kredit Guru SD. Bandung : C.V Karang Sewu. Hamalik, Oemar. (1993). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Mandar Maju. Misdan, K. Undang. (1980). Pendekatan Metode dan Teknik. Bandung : FKSSIKIP Bandung. .....................(1985). Metode sebagai Komponen GBPP. Bandung : Proyek Peningkatan SMP di Jawa Barat. Mukti, Abdul dan Suyekti Adjie, "Pengajaran Berdiferensiasi : Suatu Pendekatan untuk Anak Berbakat". Gerbang, Edisi 4, Tahun III, Oktober2003.

Poerwadarminta, W.J.S. (1982). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Surakhmad, Winarno. (1982) Pengantar Metode dan Teknik. Bandung : Tarsito Penelitian Ilmiah Dasar

Anda mungkin juga menyukai