Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG PT Port Indonesia III (Persero), untuk selanjutnya disebut PT Portindo III (Persero), adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam sektor perhubungan. Tugas, wewenang dan tanggung jawab perusahaan ini adalah mengelola Pelabuhan Umum di Indonesia, terutama di wilayah provinsi Jawa Timur. Untuk Portindo III berlokasi di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Mengacu pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, dalam salah satu pasalnya menyatakan bahwa setiap perusahaan atau industri yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya tinggi wajib menerapkan K3 dan memiliki minimal 1 tenaga ahli K3. Hal ini diperjelas kembali pada PP No. 50 Tahun 2012 dimana perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3. Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan pelabuhan, PT Portindo III memiliki kriteria-kriteria yang diwajibkan untuk menerapkan SMK3. Hal ini dikarenakan PT Portindo III memiliki 1700 karyawan dengan resiko kerja yang cukup tinggi. Oleh karena itu, perlu untuk menerapkan SMK3. Hal ini dilakukan sebagai wujud untuk memenuhi kewajiban penerapan PP No. 50 tahun 2012. Selain itu, sebagai perusahaan pelayanan jasa pelabuhan yang berkualitas dan terpercaya, maka penerapan ini secara tidak langsung akan berpengaruh pada peningkatan profit dan perbaikan citra perusahaan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di perusahaan ini diterapkan untuk mengelola K3 secara terstruktur dan sistematis guna menciptakan tempat kerja yang aman, mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja serta

memenuhi peraturan yang berlaku PP No. 50 tahun 2012. Untuk menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja tersebut perlu melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja dan lingkungan kerja yang terintegrasi.

1.1 Ruang Lingkup Ruang Lingkup Manual (Pedoman) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berlaku untuk seluruh lingkungan perusahaan termasuk subsub operasional lainnya dan pihak lain yang berhubungan dengan operasional perusahaan termasuk kerja sama serta pihak lain yang beroperasi (bekerja) di dalam lingkungan perusahaan. Dalam hal ini akan ada tahap pengawasan meliputi pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen; organisasi; sumber daya manusia; pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3; keamanan bekerja; pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3; pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri; pelaporan dan perbaikan kekurangan; dan tindak lanjut audit. 1.2 Referensi a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja b. OHSAS 18001:2007 Occupational Health and Safety Management Systems. c. PP No. 50 tahun 2012

1.3 Istilah dan Definisi 1. Kebijakan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan syarat dasar dalam membangun Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja. Kebijakan K3 merupakan komitmen pimpinan suatu organisasi perusahaan) untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja seluruh personil di bawah kendalinya juga pihak-pihak yang berkaitan (berhubungan) dengan kegiatan (aktivitas) operasi perusahaan (organisasi) tersebut.

2. OHS Policy didefinisikan sebagai segala arah dan target (tujuan) dari suatu organisasi yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang secara resmi dinyatakan oleh pimpinan perusahaan. 3. Audit adalah proses sistematik mandiri dan terdokumentasi untuk memeriksa kesesuaian kinerja terhadap sistem yang telah dirancang (ditetapkan). 4. Bahaya adalah situasi ataupun aktivitas yang berpontensi menimbulkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja (PAK) atau kombinasi keduanya. 5. Catatan adalah dokumen yang menunjukkan pencapaian hasil ataupun menyediakan bukti aktivitas kerja. 6. Dokumen adalah informasi dan media-media pendukungnya 7. Hampir celaka adalah insiden yang tidak menimbulkan cidera, penyakit ataupun kematian. 8. Identifikasi bahaya adalah proses untuk menemukan,mengenali dan mengetahui adanya bahaya serta karakteristiknya. 9. Insiden adalah kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan dimana dapat terjadi cedera, penyakit, kematian ataupun kondisi darurat. 10. Kebijakan K3 adalah keseluruhan arah dan intensitas perusahaan terkait penerapan k3 yang disampaikan secara langsung oleh pemimpin perusahaan. 11. Kecelakaan kerja adalah insiden yang dapat menimbulkan cedera, penyakit, ataupun kematian. 12. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan pekerja lainnya (kontraktor), pemasok, tamu, pengunjung dan orang lain di tempat kerja. 13. Ketidaksesuaian adalah tidak terpenuhinya sebuah persyaratan. 14. Kinerja K3 adalah hasil yang dapat diukur dari pengelolaan resiko K3. 15. Penilaian resiko adalah Prosen evaluasi yang ditimbulkan oleh bahaya, menghitung ketersediaan adanya pengendalian dan menentukan apakah suatu resiko dapat diterima.

16. Industri adalah usaha produktif, terutama dalam bidang produktif atau usaha-usaha tertentu seperti transportasi dan perhubungan yang menggunakan modal dan tenaga kerja yang relatif cukup besar. 17. Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan

berkumpulnya semua faktor produksi. 18. Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rokhaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. 19. Resiko (Risk) menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan / kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu. 20. Tingkat bahaya (Danger) adalah merupakan ungkapan adanya potensi bahaya secara relative. Kondisi yang berbahaya mengkin saja ada, akan tetapi dapat menjadi tidak begitu berbahaya karena telah dilakukan beberapa tindakan pencegahan. 21. Prosedur adalah cara spesifik untuk menangani sebuah aktifitas ataupun proses. 22. Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api/penyalaan. 23. Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga. (MT Rionga & Yoga Firdaus, 2007:2). 24. Peledakan adalah Suatu bentuk permukaan membersihkan atau memoles suatu dimana aliran bertekanan dari jenis tertentu bahan (pasir, kaca, logam, dll) digunakan. 25. Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk

hidup, zat, energi dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas

air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. 26. Penyakit akibat kerja adalah gangguan kesehatan baik fisik maupun mental yang disebabkan atau diperparah oleh aktivitas kerja ataupun kondisi yang berkaitan dengan pekerjaan. 27. Organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. 28. Peraturan adalah suatu aturan yang bertujuan untuk menjadi beraturan secara struktur maupun sistematika dari suatu proses yang dijalani secara teratur dan berstruktur. 29. Produktif itu terdiri dari dua kata, yakni pro dan aktif. Produktif berarti mampu melakukan hal yang positif (pro) secara aktif. Tentunya seseorang yang produktif mampu menciptakan banyak karya istimewa dengan tekad, kemauan, integritas, dan konsistensi. Produktif juga berarti aksi nyata atas apa yang kita ucapkan dan impikan. 30. Efisiensi adalah ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses. Semakin hemat/sedikit penggunaan sumber daya, maka prosesnya dikatakan semakin efisien. 31. Komitmen adalah sikap kesediaan diri untuk memegang teguh visi, misi serta kemauan untuk mengerahkan seluruh usaha dalam melaksanakan tugas. Komitmen karyawan tidak akan tumbuh dengan sendirinya, ada hubungan signifikan antara budaya kerja dengan komitmen karyawan [Robbins (2002:284)]. 32. Training dapat didefinisikan sebagai proses pengalaman belajar yang terstruktur untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan (terstruktur: jadwal, materi, metode, evaluasi, dll). 33. Integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yg utuh atau bulat. 34. Stake holders adalah anggota atau sistem yang mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh tindakan organisasi.

BAB II SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

2.1

Persyaratan Umum Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) pada PT Portindo III (PERSERO) akan dilaksanakan sesuai dengan standar OHSAS 18001:2007 dan PP No. 50 Tahun 2012. Pada kedua standar tersebut menyebutkan bahwa proses penerapan SMK3 mengacu pada proses yang dikenal dengan proses PDCA (Plan-Do-Check-Action). Tahapan-tahapannya akan digambarkan sesuai dengan grafik Gambar 1.1 Prinsip Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Komitmen dan Kebijakan

Continual Improvement

Perencanaan SMK3

Peninjauan Ulang oleh Manajemen

Penerapan SMK3

Pengukuran dan Evaluasi

Gambar 1.1 Prinsip Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Tahap awal untuk penerapan SMK3 ialah dengan melakukan perencanaan terhadap penilaian resiko ataupun bahaya yang mungkin terjadi, perencanaan tata syarat hukum yang akan digunakan, perencanaan tujuan dan sasaran dalam program ini, termasuk perencanaan kebijakan dan komitmen yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini , akan dibentuk kebijakan yang akan diambil oleh top management (Dewan Pimpinan Manajemen) PT. Port Indonesia III (PERSERO) dengan bantuan tim yag lain. Rancangan kebijakan ini berisi instruksi yang harus dilaksanakan oleh seluruh personil dilingkungan kerja. Setiap kegiatan atau proses yang dilakukan pada perusahaan PT. Port Indonesia III (PERSERO) harus berdasarkan dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh suatu manajemen. Hal ini dilakukan sebagai upaya menciptakan lingkungan kerja yang aman dan bebas kecelakaan. Untuk itu PT. Port Indonesia III (PERSERO) akan membentuk kebijakan mengenai Sistem Manajemen K3 yang akan melibatkan sebagian dari pihak-pihak di dalam perusahaan. Dalam hal ini perusahaan akan membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) untuk perancangan dan pelaksanaan Sistem Manajemen K3 (SMK3). Kepanitiaan tersebut akan diambil dari perwakilan dari beberapa departement. Setiap perwakilan departement tersebut akan memberikan training kesadaran dan kompetensi kepada bawahan pada masing masing departemen agar dapat menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja secara benar. Selain itu, dalam penerapan ini juga diperlukan dokumen control perusahaan dan dokumen SMK3 manual. PT. Port Indonesia III (PERSERO) telah menerapkan Sistem Manajemen K3 secara kontinue dan terorganisir selama kurun waktu 10 tahun terakhir. Hal ini dibuktikan dengan adanya prosedur yang telah terlaksana dan juga proses produksi yang telah terlaksana dengan baik. Data statistik menunjukkan bahwa, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, data angka kecelakaan menurun hingga 85% dari angka sebelumnya sekitar 90%.

Tahap selanjutnya dilakukan proses sertifikasi SMK3. Dari proses sertifikasi tersebut perusahaan akan menerima penghargaan berupa bendera sebagai lambang pencitraan yang baik atas kinerja dan penerapan SMK3 yang sudah berjalan sehingga dapat mengurangi angka kecelakaan pada perusahaan.

2.2

Kebijakan K3 a) Visi dan Misi Visi Menjadi pelaku penyedia jasa kepelabuhan yang prima, berkomitmen memacu integrasi logistik nasional. Misi a. Menjamin penyediaan jasa pelayanan prima melampaui standar yang berlaku secara konsisten. b. Memacu kesinambungan daya saing industri nasional melalui biaya logistik yang kompetitif. c. Memenuhi harapan semua stakeholders melalui prinsip kesetaraan dan tata kelola perusahaan yang baik (GCG). d. Menjadikan SDM yang kompeten, berkinerja handal dan berpekerti luhur. e. Mendukung perolehan devisa negara dengan memperlancar arus perdagangan. b) Komitmen Perusahaan Kami berkomitmen untuk : 1. Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tenaga Kerja dan orang lain (pekerja dipelabuhan, pengunjung dan penumpang ) di tempat kerja. 2. Menjamin Pengendalian Dampak Lingkungan dari operasional Perusahaan. 3. Memenuhi peraturan perundangan dan persyaratan lain yang berlaku berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta Lingkungan.

4. Melakukan perbaikan berkelanjutan demi terciptanya K3 yang baik di tempat kerja dan Lingkungan yang Sehat di wilayah Perusahaan. Untuk mewujudkan komitmen kami, maka kami akan : 1. Mengidentifikasi dan mengendalikan semua potensi bahaya serta aspek-aspek dampak lingkungan yang terkandung pada seluruh aktivitas operasional Perusahaan. 2. Membentuk struktur/susunan/organisasi/unit khusus untuk

melaksanakan Penerapan K3 Perusahaan secara sistematis, efektif dan berkelanjutan dengan membentuk P2K3. 3. Menyediakan sarana dan prasarana K3 yang memadai, termasuk penyediaan APD. 4. Memberikan pelatihan dan pembinaan K3 kepada Tenaga Kerja untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran Tenaga Kerja terhadap K3. 5. Berperan aktif untuk memenuhi semua peraturan perundangan dan persyaratan lain yang berkaitan dengan K3.

2.3

Perencanaan a) Identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko Di PT.Portindo 3 seluruh bahaya potensial dari aktivitas perusahaan akan diidentifikasi dan dievaluasi. Tujuan dari identifikasi bahaya ini ialah untuk mengidentifikasi, mengklarifikasi dan

mengendalikan bahaya serta risiko dari setiap kegiatan operational dan produksi perusahaan, baik kegiatan rutin maupun non rutin, menetapkan target dan program peningkatan kinerja K3 berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian Risiko. Sedangkan tujuan dari evaluasi resiko ialah Dalam hal ini akan diperlukan peran Management Representatives yang bertanggung jawab untuk menyusun Program Manajemen K3 berdasarkan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko,

mengkomunikasikan Program Manejemen K3 yg telah ditetapkan kepada

seluruh karyawan. Selain itu, diperlukan peran dari Pimpinan Departemen yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi bahaya dan risiko sesuai dengan kegiatan operational didepartemen masing-masing, menyusun Target dan program peningkatan kinerja K3 departemen dan memantau pencapaian setiap bulan, mengkomunikasikan Identifikasi, Terget dan Pencapaian program peningkatan kerja K3 kepada seluruh karyawan di departemennya. b) Perundang undangan dan persyaratan lainnya Perundang undangan dan persyaratan lainnya yang dapat diterapkan di PT. PORTINDO III (PERSERO) akan di identifikasi dan ditinjau ulang pemenuhannya oleh manejemen K3 untuk menghasilkan komitmen dalam kebijakan K3 terpenuhi. Manajemen PT. PORTINDO III (PERSERO) menentukan persyaratan K3 lainnya, yang secara umum diterjemahkan sebagai standart atau kode industri, persyaratan K3 dari klien, peraturan K3 internal PT. PORTINDO III (PERSERO), untuk diterapkan konteks sistem menejemn PT. PORTINDO III (PERSERO). Persyaratan perundang undangan akan ditinjau ulang dalam rangka tinjauan ulang identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko dalam menanggapi adanya perubahan perundang undangan atau perubahan proses, atau perubahan perundang- undangan, dan pekerjaan atau proyek dalam bidang yang baru. PT. PORTINDO III (PERSERO) secara periodik setiap ....... memelihara kontak dengan instansi pemerintah yang terkait dan sumber informasi lainnya seperti perpustakaan dn lainlain, untuk memperoleh perundang undangan dan peraturan

termuktakhir.

c) Tujuan dan sasaran k3 Adalah menciptakan suatu sistem keselamatan kerja dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka

mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja,serta terciptanya tempat kerja yang aman,efisien dan produktif. Tujuan dan sasaran kebijakan yang di terapkan oleh perusahaan PT.portindo 3 sekurang-kurangnya harus memenuhi kualifikasi: a) Dapat diukur b) Satuan/indikator pengukuran c) Sasaran pencapaian d) Jangka waktu pencapaian Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan k3 perusahaan harus

menggunakan indikator kinerja yang dapat di ukur sebagai dasar penilaian kinerja k3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3. d) Program manajemen k3 Program menejemen K3 merupakan penerjemahan dari tujuan dan sasaran K3 yang berisi perencanaan implementasi, personal yang bertanggung jawab bagian terkait dibantu manejemn K3 menyusun progam manejemen K3. Direksi Mengesahkan Program menejemen K3. Program menejemen K3 akan dilaksanakan oleh setiap departemen yang terkait dan tingkat pencapaiannya akan dijadikan agenda dalam tinjauan menejemen. Maneger terkait pertanggung jawab untuk memeriksa dan mengkaji program manejemen K3 dan melaporkan kemajuan dari program menenejemen K3 secara periodik kepada menejemen K3.

e) Tinjauan kontrak PT.PORTINDO III (PERSERO) membuat, memelihara serta

melaksanakan SMK3 untuk tinjauan kontrak yang mempertimbangkan unsur K3 dalam bidang jasa. Dalam tinjauan kontrak ini manejemen K3 bertanggung jawab untuk melakukan inspeksi dan evaluasi resiko dari jasa pelabuhan dan memastikan bahwa PT. PORTINDO III (PERSERO) sudah memenuhi persyaratan K3 dari pelanggan.

2.4

Prosedur 2.4.1 2.4.2 2.4.3 2.4.4 Tanggung Jawab dan Wewenang Pelatihan, Kepedulian, dan Kompetensi Komunikasi

2.5

hgyghhh

Anda mungkin juga menyukai