Anda di halaman 1dari 13

BAB IV SUMBER-SUMBER RADIASI

IV.1 PENDAHULUAN Bab ini memuat uraian tentang jenis-jenis sumber radiasi baik dari sumber radiasi alam maupun sumber radiasi buatan. Sejarah terbentuknya radiasi sudah ada sejak bumi terbentuk dari sebuah kejadian alam yaitu terpecahnya big-bang. Sebagaimana yang tercantum dalam GBRP, sasaran yang akan dicapai dalam materi ini adalah mahasiswa mampu membedakan bentuk-bentuk Radiasi alam dan buatan, klasifikasi radiasi menurut sumber, daya ionisasi dan pemanfaatannya serta limbah yang disebabkan oleh zat radioaktif, sifat-sifat khusus radionuklida. Bab ini merupakan materi lanjutan dari bab sebelumnya yang telah dibahas tentang sifat radiasi dan mekanisme pembentukannya. Untuk mencapai sasaran yang diharapkan, bab ini juga disajikan dalam bentuk presentasi dan diskusi bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa mampu menelusuri literatur secara global dengan aplikasi-aplikasi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Bab ini lebih banyak diungkapkan dalam bentuk contohcontoh penerapaan. Adapun rincian materi yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1. Sumber-Sumber Radiasi Alam a. Radiasi Cosmik b. Radionuklida Cosmogenik c. Radionuklida Primordial 2. Sumber Radiasi Buatan a. Radiasi Nuklir b. Zat Radioaktif dalam Rumah Sakit 3. Sifat-Sifat Radionuklida

IV.2 URAIAN PEMBELAJARAN IV.2.1 RADIASI ALAM

Ditinjau dari proses terbentuknya, unsur-unsur radioaktif atau sumber-sumber radiasi lainnya yang ada di lingkungan ini dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu sumber-sumber radiasi alam dan sumber-sumber radiasi buatan. Dikatakan sebagai sumber radiasi alam karena sumber-sumber itu sudah ada semenjak alam ini lahir. Di samping sumber-sumber radiasi alam, kita juga mengenal adanya sumber-sumber radiasi buatan, yaitu sumber radiasi yang proses terbentuknya melibatkan intervensi manusia, baik sumber radiasi Bahan Ajar Radioekologi 127

tersebut sengaja dibuat untuk maksud-maksud tertentu atau merupakan hasil samping dari pemanfaatan teknologi nuklir oleh umat manusia. Dalam hal ini sumber radiasi tersebut tidak sengaja dibuat oleh manusia. Berdasarkan sumbernya, radiasi alam dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu radiasi kosmik dan radiasi yang berasal dari bahan radioaktif yang berada dalam kerak bumi. Radiasi kosmik terdiri dari radiasi kosmik primer yang berasal dari luar angkasa dan masuk ke atmosfir bumi, dan radiasi kosmik sekunder yang terjadi akibat interaksi antara radiasi kosmik primer dengan-unsur-unsur di angkasa. Bahan-bahan radioaktif alam dapat berperan sebagai sumber radiasi alam. Jadi radiasi pada prinsipnya sudah ada sejak alam ini terbentuk. Secara garis besar, radiasi alam atau sering kali juga disebut sebagai radiasi latar dapat dikelompokkan menjadi dua bergantung pada asal sumbernya, yaitu radiasi teresterial (berasal dari permukaan bumi) dan radiasi ekstra teresterial (berasal dari angkasa luar). Radiasi yang terpancar dari inti atom akibat interaksi antara radiasi kosmik dengan inti atom yang ada di atmosfir bumi (radionuklida kosmogenik) adalah radiasi yang paling umum.

Gambar IV.1 Skema Sumber Radiasi Alam

a. Radiasi Kosmik Radiasi kosmik terdiri dari radiasi berenergi tinggi yang berasal dari luar angkasa yang masuk ke atmosfir bumi (radiasi kosmik primer), partikel sekunder dan gelombang elektromagnetik yang terjadi akibat interaksi radiasi kosmik primer dengan inti atom yang ada di atmosfir. Bahan Ajar Radioekologi 128

Sinar kosmis yang berupa partikel akan bereaksi dengan atmosfir bumi menghasilkan tritium, berilium dan carbon yang radioaktif. Tak seorangpun luput dari guyuran radiasi ini meskipun jumlahnya berbeda-beda berdasarkan lokasi dan ketinggian. Karena medan magnet bumi mempengaruhi radiasi ini, maka orang di kutub menerima lebih banyak daripada yang ada di katulistiwa. Selain itu orang yang berada di lokasi yang lebih tinggi akan menerima radiasi yang lebih besar karena semakin sedikit lapisan udara yang dapat bertindak sebagai penahan radiasi. Jadi, orang yang berada di puncak gunung akan menerima radiasi yang lebih banyak daripada yang di permukaan laut. Orang yang bepergian dengan pesawat terbang juga menerima lebih banyak radiasi. Di bawah ini adalah data yang diperoleh oleh satu badan internasional di bawah PBB yang meneliti masalah efek radiasi (UNSCEAR). Laju dosis diberikan dalam mikrosievert per jam, di mana 1 mikro sama dengan sepersejuta.

Ketinggian, (m) 0 (permukaan laut) 2000 4000 12000 20000

Laju dosis (mikrosievert/jam) 0,03 0,1 0,2 5 13

1. Radiasi Kosmik Primer Radiasi kosmis primer selanjutnya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : radiasi kosmis galaksi, radiasi yang terperangkap dalam medan magnet bumi dan radiasi kosmis dari matahari. Sinar kosmis kelompok pertama berasal dari luar sistim tata surya dan sebagian besar berupa partikel bermuatan positif. Radiasi kosmis galaksi ini berasal dari energi yang dipancarkan oleh bintang-bintang yang ada di alam raya. Radiasi kosmis galaksi dapat juga berasal dari ledakan supernova yang terjadi di angkasa luar yang jaraknya puluhan tahun cahaya dari bumi. Hasil studi menunjukkan bahwa di luar atmosfer bumi sinar kosmis terdiri atas radiasi dalam bentuk proton (87 %), partikel-a(12 %) dan lain-lainnya (1 %). Partikel itu mempunyai energi dari beberapa MeV hingga lebih besar dari 1017 eV. Tidak semua radiasi kosmis primer dapat mencapai bumi. Pada saat partikel bermuatan listrik itu mendekati bumi, sebagian dari sinar itu ada yang terperangkap oleh medan magnet bumi. Kira-kira 30 % dari sinar kosmis primer terperangkap oleh medan magnet bumi dan Bahan Ajar Radioekologi 129

membentuk sabuk radiasi yang disebut sabuk radiasi Van Allen. Peristiwa ini akan meningkatkan radiasi kosmis primer tipe kedua, yaitu radiasi yang terperangkap dalam medan magnet bumi. Radiasi yang terperangkap oleh medan magnet bumi ini membentuk dua sabuk radiasi, yaitu elektron dan proton yang dapat diamati pada tempat yang sangat tinggi. Sabuk pertama terjadi kira-kira pada ketinggian 1000 km dan membentang dari 30Lintang Utara hingga 30Lintang Selatan. Intensitas radiasi pada sabuk meningkat dengan bertambahnya ketinggian hingga mencapai ketinggian kira-kira 3000 km. Sabuk kedua terbentuk mulai ketinggian 12000 km dan mencapai maksimum pada 15000 km. Sabuk kedua ini membentang dari 60Lintang Utara hingga 60Lintang Selatan. Diperkirakan bahwa intensitas radiasi pada sabuk sebelah luar ini lebih tinggi dibandingkan dengan sabuk di sebelah dalam. Radiasi kosmis primer tipe ketiga adalah radiasi kosmis yang dipancarkan oleh matahari. Ledakan supernova dalam skala yang lebih kecil dapat juga terjadi pada matahari dalam sistim tata surya kita. Matahari sebenarnya adalah suatu bintang yang besarnya termasuk rata-rata dibandingkan dengan ukuran bintang-bintang lainnya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di matahari seringkali diikuti dengan semburan partikel sub-atomik yang dapat mencapai atmosfer bumi. Partikel sub-atomik yang dipancarkan dari permukaan matahari bertambah banyak pada saat matahari bersinar terang. Partikel sub-atomik ini terdiri atas sejumlah proton, elektron dan inti atom. Energi yang dibawa oleh radiasi kosmis dari matahari itu berorde antara 1010 - 1017 eV. Radiasi kosmis dalam bentuk partikel sub-atomik baik yang berasal dari galaksi maupun matahari dapat memicu terjadinya reaksi inti dalam atmosfer. Pada saat radiasi kosmis primer berenergi tinggi memasuki atmosfer bumi, maka akan terjadi reaksi inti antara partikel-partikel kosmis itu dengan inti atom unsur-unsur yang ada di dalam atmosfer bumi, seperti carbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N) dan lain-lain. Reaksi nuklir yang terjadi dapat menghasilkan sinar kosmis sekunder yang terdiri atas meson, elektron, foton, neutron, proton, dan lain-lain. Partikel itu selanjutnya dapat menghasilkan sinar kosmis sekunder lainnya pada saat bertumbukan dengan unsur-unsur di atmosfer atau meluruh dalam perjalannya menuju permukaan bumi. Dalam interaksi itu dihasilkan pula berbagai macam unsur radioaktif yang disebut radionuklida kosmogenik, seperti tritium (3H) dengan waktu paroh (T1/2) 12,3 tahun, berillium-7 (7Be, T1/2 = 53,28 hari), berillium-8 (8Be, T1/2 = 10-16 detik), berillium-10 (10Be, T1/2 = 1,6 x 106 tahun), natrium-22 (22Na, T1/2 = 2,61 tahun), natrium-24 (24Na, T1/2 = 15 jam), carbon-14 (14C, T1/2 = 5730 tahun), sulfur-35 (35S, T1/2 = 86 hari), sulfur-38 (38S, T1/2 = 2,87 Bahan Ajar Radioekologi 130

jam), calsium-41 (41Ca, T1/2 = 1,1 x 105 tahun), clour-34 (34Cl, T1/2 = 32 menit), clour-36 (36Cl, T1/2 = 3,08 x 105 tahun), clour-38 (38Cl, T1/2 = 37,3 menit), clour-39 (39Cl, T1/2 = 56 menit) dan lain-lain. Unsur-unsur radioaktif yang terbentuk dalam atmosfer bumi itu dapat jatuh ke bumi bersama-sama dengan angin, hujan maupun salju. . Sebagian besar sinar kosmis primer diserap oleh 1/10 atmosfer bagian atas.

Kira-kira 20 km di bawahnya, sinar kosmis hampir semuanya merupakan sinar kosmis sekunder. Di permukaan bumi, sinar kosmis sekunder terdiri atas meson (komponen keras), elektron dan proton (komponen lunak) serta neutron dan proton (komponen nukleon). Di atas permukaan laut, kira-kira 3/4 dari intensitas sinar kosmis merupakan sinar kosmis dalam bentuk komponen keras. Selain memicu terjadinya reaksi inti dalam atmosfer bumi, sinar kosmis juga mengionisasi gas-gas yang ada di lapisan atmosfer tinggi sehingga menghasilkan suatu lapisan bermuatan listrik yang disebut lapisan ionosfer. Lapisan ini selanjutnya dapat menjadi pelindung bumi terhadap radiasi sinar kosmis yang membahayakan. Sinar kosmis umumnya memiliki daya tembus yang relatif sangat kuat. Sinar ini dapat menembus bangunan beton, batu-batuan bahkan dapat menembus lapisan bawah tanah hingga kedalaman 200 meter. Karena pengaruh medan magnet bumi, maka intensitas radiasi kosmis di suatu tempat bervariasi dengan posisi lintang tempat itu. Energi yang diperlukan oleh partikel bermuatan untuk mencapai atmosfer bumi pada ekuator medan magnet bumi lebih besar dibandingkan dengan posisi lintang lainnya. Oleh sebab itu, intensitas radiasi kosmis terendah terletak pada ekuator medan magnet bumi. Ada dua faktor yang mempengaruhi intensitas radiasi kosmis, yaitu letak ketinggian pengukuran dari permukaan laut dan letak geografis tempat pengukuran yang berhubungan dengan letak lintang suatu tempat. Hal ini berarti meskipun pengukuran dilakukan pada ketinggian dari permukaan laut sama, namun jika letak lintangnya berbeda maka intensitas radiasi kosmis yang terukur juga berbeda. Sebaliknya, meskipun radiasi kosmis itu diukur di tempat yang sama, namun jika ketinggiannya berbeda akan menghasilkan intensitas yang berbeda. Pengukuran intensitas radiasi kosmis di daerah katulistiwa pada ketinggian 40.000 feet misalnya, besarnya 1/2 kali intensitas pada tempat bergaris lintang 40dengan letak ketinggian yang sama.

2. Radiasi Kosmik Sekunder Setelah memasuki atmosfir, radiasi kosmik primer akan mengalami berbagai reaksi dengan inti atom yang ada di atmosfir dan menghasilkan partikel dan inti atom yang baru. Bahan Ajar Radioekologi 131

Partikel radiasi kosmik berenergi tinggi mengalami reaksi inti yang disebut reaksi tumbukan dengan inti atom udara dan menghasilkan materi hasil reaksi partikel sekunder seperti neutron, proton, p meson, K meson dan lain-lain, serta inti He-3 (helium), Be-7 (berilium), Na-22 (natrium). Selanjutnya partikel proton, neutron, p meson berenergi tinggi bereaksi dengan inti atom yang ada di udara, dan menghasilkan partikel sekunder lebih banyak (cascade). Kemudian p meson meluruh dan berubah menjadi muon atau foton dan menghasilkan penggandaan jenis yang lain. Partikel yang terjadi disebut radiasi kosmik sekunder. Selain itu, H-3, Be-7, Na-22 adalah materi yang memancarkan radiasi. Materi ini disebut radionuklida kosmogenik dan dianggap berbeda dengan radiasi kosmik sekunder. Radiasi kosmik dapat sampai ke permukaan bumi dan mengionisasi udara. Besarnya ionisasi udara di sekitar permukaan laut sekitar 75% disebabkan oleh elektron yang lepas karena tumbukan muon, dan 15% disebabkan oleh electron yang terjadi akibat peluruhan muon. Selain itu, neutron yang merupakan bagian dari radiasi kosmik memberikan dosis efektif tahunan sekitar 8% dari partikel yang dihasilkan karena ionisasi. Intensitas radiasi kosmik juga bervariasi bergantung pada ketinggian. Pada ketinggian 2.000 m jumlah ionisai yang terjadi sekitar 2 kali jumlah ionisasi di permukaan laut, pada ketinggian 5.000 m sekitar 10 kali, dan pada ketinggian 10.000 m sekitar 100 kali.

3. Radiasi Dari Radionuklida Alam Sumber-sumber radiasi alam yang berada di permukaan bumi berasal dari bahan-bahan radioaktif alam yang disebut radionuklida primordial. Bahan radioaktif ini dapat ditemukan dalam lapisan tanah atau batuan, air serta udara. Radiasi yang dipancarkan oleh radionuklida primordial ini disebut radiasi teresterial. Radiasi teresterial yang berasal dari mineral-mineral yang ada dalam batu-batuan dan juga di dalam tanah seringkali juga dinamakan radiogeologi. Unsur-unsur yang termasuk kelompok radioaktif alam ini jumlahnya sangat banyak. Dari sekian banyak unsur radioaktif alam tersebut, ada beberapa kelompok unsur radioaktif alam yang tergolong sangat tua karena waktu paroh induknya di atas 100 juta tahun. Dari seluruh radionuklida yang ada di bumi, sebagian besar merupakan inti atom yang ada di kerak bumi sejak bumi terbentuk (radiasi primordial). Selain itu terdapat inti yang terjadi dari interaksi antara radiasi kosmik dengan inti atom yang ada di udara, bahan radioaktif akibat peluruhan spontan atau akibat interaksi dengan neutron dari radiasi kosmik, dan radionuklida yang pernah ada tetapi saat ini sudah musnah karena umur paronya pendek.

Bahan Ajar Radioekologi

132

Jumlah inti yang musnah ini tidak begitu banyak. Di bawah ini akan dijelaskan radiasi yang dipancarkan oleh radionuklida terestrial yang ada sejak terbentuknya. Terdapat tiga jenis radionuklida primordial utama yaitu kalium-40 (K-40 umur paro 1,25 milyar tahun), Th-232 (umur paro 14 milyar tahun) yang merupakan inti awal deret thorium, dan U-238 (umur paro 4,5 milyar tahun) yang merupakan inti awal deret uranium. Radionuklida dalam deret uranium maupun thorium mengalami peluruhan a, b maupun g. K40 mengalami peluruhan b berubah menjadi Ca-40 dan Ar-40 dengan memancarkan radiasi b dan g. Radionuklida ini ada dalam hampir semua materi seperti kerak bumi, bebatuan, lapisan tanah, air laut, bahan bangunan dan tubuh manusia dengan kadar yang berbeda-beda. Secara umum batuan dari gunung berapi memiliki kadar radionuklida yang lebih tinggi dari pada batuan endapan. Jadi, kerapatan radionuklida berbeda-beda bergantung kepada jenis tanah dan unsure pembentuknya, dan ini adalah penyebab utama adanya perbedaan dosis radiasi dari suatu tempat dengan lainnya. Di dalam deret uranium dan thorium terdapat gas mulia Rn-222 dan Rn-220 (radon). Sebagian dari gas yang muncul/terjadi dalam deret peluruhan ini akan keluar dari lapisan tanah atau bahan bangunan. Partikel inti hasil peluruhan dapat menempel pada aerosol di udara dan mengubah aerosol itu menjadi aerosol radioaktif alam. Paparan radiasi (dosis efektif) akibat menghirup aerosol radioaktif merupakan komponen terbesar di antara radiasi alam. Di dalam bangunan yang terbuat dari batuan yang kerapatan materi radioaktifnya tinggi, kerapatan aerosol radioaktif di udara juga tinggi; dan karenanya dosis radiasi pada sistem pernafasan juga meningkat maka kerapatan dan dinamika Rn dan hasil peluruhannya di udara dalam ruangan menjadi suatu masalah. Paparan radiasi dari radionuklida di luar ruangan ditentukan oleh kerapatan radionuklida di dalam lapisan tanah di tempat itu, sedangkan di dalam ruangan, faktor penentunya adalah kerapatan radionuklida di dalam bahan bangunan dan efek kungkungan. Unsur radioaktif alam yang pertama kali dikenal manusia adalah uranium. Unsur ini bukan merupakan logam yang jarang karena keberadaannya di alam mencapai 50 kali lebih banyak dibandingkan dengan air raksa yang sudah sejak lama dikenal orang. Uranium terdapat sebagai mineral dalam kerak bumi, juga dalam air laut, air sungai, minyak bumi, batu bara dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa alam dan proses geologi telah membentuk uranium sebagai mineral. Mineral uranium terdapat dalam kerak bumi pada hampir semua jenis batuan, terutama batuan asam seperti granit, dengan kadar 3-4 gram dalam satu ton batuan. Di alam dapat kita temukan berbagai jenis mineral uranium, antara lain ada yang diberi nama Bahan Ajar Radioekologi 133

autanit, pikblenda, gumit dan uranofan. Kadar uranium dalam batuan granit relatif paling tinggi bila dibandingkan dengan kadarnya dalam batuan beku lainnya. Ada tiga jenis isotop uranium yang dapat ditemukan di alam, yaitu : 235U dengan kadar 0,715 %, 238U dengan kadar 99,825 % dan 234U dengan kadar yang sangat kecil (kira-kira 5 x 10-3 %). Mineral uranium yang terdapat dalam batuan mudah dikenali karena sifat-sifat fisiknya yang khas, antara lain :

Uranium bersifat radioaktif yang mampu memancarkan radiasi-a, radiasi-bdan radiasigsehingga keberadaanya dapat dipantau menggunakan alat ukur radiasi.

Dalam deret peluruhannya uranium juga menghasilkan gas radon yang terlepas ke dalam udara. Oleh sebab itu, dalam udara di atas wilayah yang mengandung uranium terdapat gas radon dengan kadar yang relatif lebih tinggi dibandingkan kadarnya dalam udara pada umumnya. Keberadaan gas radon ini sangat mudah dikenali menggunakan alat ukur radiasi.

Oksidasi alam dari uranium mempunyai warna hijau kekuning-kuningan dan coklat tua yang mencolok sehingga mudah dikenali.

Apabila disinari dengan cahaya ultra ungu, uranium akan mengeluarkan cahaya fluoresensi yang sangat indah dan mudah dikenal.

Semua radionuklida tersebut memancarkan radiasi gamma. Karena itu, setiap saat kita mendapat radiasi gamma, baik sewaktu kita berada di dalam maupun di luar rumah. Dosis yang diterima akan bervariasi sesuai dengan struktur geologi daerah tempat tinggalnya dan dengan bahan bangunan yang dipakai. Secara rata-rata, kita menerima dosis 0,5 mSv (50 mrem) per tahun dari radiasi gamma alamiah yang berasal dari bebatuan dan tanah. Kita mungkin berpikir bahwa dengan masuk ke dalam rumah, kita akan terhindar dari radiasi terestrial. Kenyataannya, kontribusi radiasi terestrial ini 20% terdapat di luar rumah, 80% berasal dari bahan bangunan. Unsur radioaktif alam yang pertama kali dikenal manusia adalah uranium. Unsur ini bukan merupakan logam yang jarang karena keberadaannya di alam mencapai 50 kali lebih banyak dibandingkan dengan air raksa yang sudah sejak lama dikenal orang. Uranium terdapat sebagai mineral dalam kerak bumi, juga dalam air laut, air sungai, minyak bumi, batu bara dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa alam dan proses geologi telah membentuk uranium sebagai mineral. Mineral uranium terdapat dalam kerak bumi pada hampir semua jenis batuan, terutama batuan asam seperti granit, dengan kadar 3-4 gram dalam satu ton batuan. Di alam dapat kita temukan berbagai jenis mineral uranium, antara lain

Bahan Ajar Radioekologi

134

ada yang diberi nama autanit, pikblenda, gumit dan uranofan. Kadar uranium dalam batuan granit relatif paling tinggi bila dibandingkan dengan kadarnya dalam batuan beku lainnya.

Prosentase jumlah akumulasi radiasi yang ada di alam Dari manakah sumber radiasi dalam kehidupan manusia? Sumber radiasi berasal dari alam dan teknologi. Sumber radiasi dari alam adalah : 1. radiasi kosmik 0,4 mSV 2. radiasi sinar matahari 0,4 mSV 3. radiasi kulit bumi 0,5 mSV 4. gas radioaktif radon 1,3 mSV 5. makanan dan minuman yang dikosumsi 6. tubuh manusia, yaitu karbon C-14. potassium K-40 dan polonium Po-210

Jumlah total radiasi dari alam yang menerpa manusia serta tidak bisa dihindari adalah 2,4 milisieverts (mSV). Dari seluruh sumber radiasi alami yang tertinggi adalah radiasi radon, asalnya dari peluruhan uranium di kulit bumi sebesar 1,3 mSV.

Sedangkan sumber radiasi dari teknologi manusia adalah : 1. penggunaan radiasi untuk dunia medik (6,9 mSV CT-Scanner, 0,05-0,6 mSV sinar X) 2. sisa uji coba dari bom atom dan PLTN 0,05 mSV 3. hasil pembakaran batu bara 4. penggunaan produk-produk yang memancarkan radiasi

Jumlah paparan radiasi dari teknologi manusia ini berbeda pada tiap manusia, tergantung interaksi tempat berada, jenis pekerjaan dan penggunaan produk-produk yang bersifat radioaktif, sebagai contoh paparan radiasi yang diterima petugas radiolog rumah sakit ataupun petugas di reaktor nuklir tertentu akan lebih tinggi dari pada masyarakat biasa. Kalau dibandingkan paparan radiasi yang diterima manusia berasal dari sumber radiasi alam dengan sumber radiasi buatan dari teknologi manusia umumnya sangat rendah, sebagai contoh paparan radiasi dari peralatan medik sekitar 0,4 mSV pertahun, inipun yang paling tinggi. Selain itu diperhatikan juga produk teknologi manusia yang memancarkan radiasi bersifat mobil adalah detektor logam, serta bila berada di bandara yaitu mesin pemindai barang.

Bahan Ajar Radioekologi

135

IV.2.2 RADIASI BUATAN IV.2.2.a RADIASI NUKLIR (PLTN)

Radiasi buatan adalah radiasi yang timbul karena atau berhubungan dengan kegiatan manusia; seperti penyinaran di bidang medic, jatuhan radioaktif, radiasi yang diperoleh pekerja radiasi di fasilitas nuklir, radiasi yang berasal dari kegiatan di bidang industri : radiografi, logging, pabrik lampu, dsb. Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian dahsyatnya akibat yang ditimbulkan oleh bom atom tersebut, sehingga pengaruhnya masih dapat dirasakan sampai sekarang. Disamping sebagai senjata pamungkas yang dahsyat, sejak lama orang telah memikirkan bagaimana cara memanfaatkan tenaga nuklir untuk kesejahteraan manusia. Sampai saat ini tenaga nuklir, khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang, antara lain bidang industri, kesehatan, pertanian, peternakan, sterilisasi produk farmasi dan alat kedokteran, pengawetan bahan makanan, bidang hidrologi, yang merupakan aplikasi teknologi nuklir untuk non energi. Salah satu pemanfaatan teknik nuklir, yaitu dalam bidang energi saat ini sudah berkembang dan dimanfaatkan secara besarbesaran dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), dimana tenaga nuklir digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah, aman, dan tidak mencemari lingkungan. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik Tenaga Uap, menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin inlah yang diubah menjadi energi listrik. Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan panas. Sebuah PLTN menggunakan Uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi) inti Uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar

Bahan Ajar Radioekologi

136

Pemanfaatan teknik nuklir dalam bentuk PLTN mulai dikembangkan secara komersial sejak tahun 1954. Pada waktu itu di Rusia (USSR), dibangun dan dioperasikan satu unit PLTN air ringan bertekanan tinggi (VVER=PWR) yang setahun kemudian mencapai daya 5 MWe. Di Amerika Serikat juga dioperasikan jenis reaktor yang sama, dengan daya 60 MWe. Pada tahun 1956 di Inggris dikembangkan PLTN jenis Gas Cooled Reactor (GCR=reaktor berpendingin gas) dengan daya 100 MWe. Tahun 1997 di seluruh dunia baik di Negara maju maupun negara berkembang telah dioperasikan sebanyak 443 unit PLTN yang tersebar di 31 negara dengan kontribusi sekitar 18% dari pasokan tenaga listrik dunia dengan total pembangkitan dayanya mencapai 351.000 MWe dengan 36 unit PLTN sedang dalam tahap konstruksi di 18 negara.

IV.2.2.b ZAT RADIOAKTIF YANG DIGUNAKAN DI RUMAH SAKIT

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahanbahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Limbah benda tajam Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

Bahan Ajar Radioekologi

137

2) Limbah infeksius Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: - Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) - Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

3) Limbah jaringan tubuh Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.

4) Limbah sitotoksik Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.

5) Limbah farmasi Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

6) Limbah kimia Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

7) Limbah radioaktif Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas. Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Bahan Ajar Radioekologi 138

Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lain-lain.

IV.3 PENUTUP IV.3.1 SOAL LATIHAN 1. Buat skema dan jelaskan bentuk dan sumber radiasi yang ada disekitar makhluk hidup. 2. Berikan contoh aplikasi sumber-sumber radiasi apa saja yang mudah ditemui di sekitar kita. 3. Apa yang dimaksud dengan big-bang dan bagaimana mekanisme terbentuknya bumi dari peristiwa big-bang tersebut. 4. Bagaimana cara penanganan limbah radiasi bentuk cair, padat dan gas. 5. Jelaskan cara-cara proteksi radiasi yang dilakukan dalam rumah sakit agar tidak tersebar ke lingkungan. 6. Berikan contoh-contoh pemanfaatan radioisotope bagi kehidupan manusia.

IV.3.2 DAFTAR PUSTAKA 1. F. Ward Whicker and Vincent Schultz, 1982, Radioelogy : Nuclear Energy and Environment , CRC Press Inc. Florida, United States 2. http://joko1234.wordpress.com/2010/03/11/radioisotop/ Diposkan oleh dody.chemistry http://sunspezia.blogspot.com/2010/01/radioisotop.html Diposkan oleh dody.chemistry 3. 4. 5. 6. 7. Anonim, artikel, sumber : www.infonuklir.com http://dadang-saksono.blogspot.com/2010/07/macam-macam-radiasi.html http://physicsnyitnyutnyot.blogspot.com/2012/01/sinar-alfa-beta-dan-gamma.html http://informasitips.com/sinar-alpha-beta-dan-gamma-radioaktif Dyah Dwi Kusumawati dan Mukhlis Akhadi, Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir BATAN

Bahan Ajar Radioekologi

139

Anda mungkin juga menyukai