Anda di halaman 1dari 8

BAB 1 PENDAHULUAN Rinitis diartikan sebagai proses inflamasi yang terjadi pada

membranmukosa hidung, yang ditandai dengan gejala-gejala hidung seperti rasa panas di rongga hidung, rinore, dan hidung tersumbat.1 Secara garis besar, rinitis dibagi kepada 2 bagian yaitu rinitis nonalergik dan alergi. Gejala-gejala hidung yang berlangsung kronis tanpa penyebab alergi disebut rinitis nonalergik. Sedangkan bila didapati adanya penyebab alergi (alergen) dikenal dengan rinitis alergik.1 Karektieristik gejala pada rinitis nonalergik sering susah dibedakan dengan rinitis alergik. Oleh karena itu, hasil negative dari tes sensitivitas yang diperantarai Ig-E terhadap aeroallergen yang releven, penting untuk menkonfirmasi diagnosis.1 Dan perlu diketahui bahwa tes kulit positif pada aeroallergen yang tidak relevan dapat terjadi pada rinitis nonalergik.1 Rinitis nonalergik sungguh mudah dikenali. Tetapi, walaupun demikian, insidensi dan terapinya belum diketahui dengan pasti. Penelitian epidemiologi dan percobaan terapi baru-baru ini meningkatkan pengetahuan kita dalam mencermati prekuensi terjadinya penyakit ini dan modalitas terapi yang efektif. Rinitis nonalergi ayng dapat juga disebabkan oleh infeksi dibagi atas dua bagian besar, yaitu rinitis akut dan rinitis kronis. Rinitis akut terdiri dari rinitis virus, rinitis bakteri, dan rinitis iritan.
2

sedangkan yang termasuk rinitis kronis

adalah rinitis simplek kronis, rinitis hipertrofi, rinitis atrofi (ozaena), rinitis sika, dan rinitis kaseosa.2 hampir setengah dari pasien yang datang dengan gejala-gejala hidung tersebut diatas, menderita rinitis akut.

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1. Definisi Rinitis akut adalah radang pada mukosa hidung yagn berlangsung akut, kurang dari 12 minggu, dapat disebaban karena infeksi virus, bakteri, ataupun iritan, yang sering ditemukan karena menifestasi dari rinitis simplek (commen cold), influenza, penyakit eksantem (seperti morbili, variola, vericela, pertusis), penyakit spesifik, serta sekunder dari iritasi local atau trauma.2,4 2.2. Epidemiologi Rinitis akut merupakan penyebab morbiditas yang signifikan walaupun sering dianggap sepele oleh para prektisi. Gejala-gejala rinitis secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien karena gejala-gejala sistemik yang menyertainya seperti fatigue, sakit kepala, dan gangguan kognitif. Ada tiga hal yang dipandang dapat mempengaruhi keadaan klinis dari pasien-pasien dengan rinitis akut. Hal tersebut termasuk usia, jenis kelamin, dan variasi musim terjadinya penyakit tersebut. Togias telah meneliti bahwa 70% pasien yang didiagnosa dengan penyakit hidung nonalergik terdapat pada usia dewasa > 20 tahun. Tetapi belum diketahui penyebab pasti dari hubungan antara usia dengan rinitis alergik.1 Jenis kelamin dapat menjadi faktor risiko dari rinitis nonalergik. Settipane dan Klein mengatakan bahwa 58% dari pasien rinitis nonalergik adalah wanita. Enberg menemukan 74% pasien rinitis nonalergik adalah wanita. National rinitis Classification Task Force (NRCTF) menemukan 71% pasien dengan rinitis nonalergik adalah wanita.1

2.3. Klasifikasi dan Etiologi2,4 Rinitis akut terdiri atas 3 tipe, yaitu 1. Rinitis virus Rinitis virus terbagi 3, yaitu: y Rinitis simplek (pilek, Selesema, Comman Cold, Coryza) Etiologi. Rinitis simplek disebabkan oleh virus. Infeksi biasanya terjadi melalui droplet di udara. Beberapa jenis virus yang berperan antara lain, adenovirus, picovirus, dan subgrupnya seperti rhinovirus, coxsakievirus, dan ECHO. Masa inkubasinya 1-4 hari dan berakhir dalam 2-3 minggu. Gambaran klinis. Pada awalnya terasa panas di daerah belakang hidung, lalu segera diikuti dengan hidung tersumbat, rinore, dan bersin yang berulang-ulang. Pasien merasa dingin, dan terdapat demam ringan. Mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Awalnya, secret hidung (ingus) encer dan sangat banyak. Tetapi bisa jadi mukopurulen bila terdapat invasi sekunder bakteri, seperti Streptococcus Haemolyticus, pneumococcus, staphylococcus, Haemophillus Influenzae, Klebsiella Pneumoniae, dan Mycoplasma Catarrhalis. Pengobatan. Tirah baring sangat diperlukan untuk mencegah penyakit semakin berat. Pasien disarankan minum air lebih dari biasanya. Gejalagejalanya dapat diatasi dengan pemberian antihistamin dan dekongenstan. Analgesikberguna untuk mengatasi sakit kepala, demam dan myalgia. Analgesik yang tidak mengandung aspirin lebih dianjurkan karena aspirin dapat menyebabkan virus semakin berkembang biak. Antibiotik diberikan bila terdapat infeksi sekunder bakteri. Komplikasi. Rinitis akut biasanya dapat sembuh sendiri (self-limiting) dan membaik secara spontan setelah 2-3 minggu, tetapi kadang-kadang,

komplikasi seperti sinusitis, faringitis, tonsiitis, bronchitis, pneumonia dan otitis media dapat terjadi. y Rinitis Influenza Virus influenza A,B atau C berperan dalam penyakit ini. Tanda dan gejalanya mirip denagn common cold. Komplikasi sehubungan dengan infeksi bakteri sering terjadi. y Rinitis Eksantematous Morbili, varisela, variola, dan pertusis, sering berhubungan dengan rinitis, dimana didahului dengan eksantemanya sekita 2-3 hari. Infeksi sekunder dan komplikasi lebih sering dijumpai dan lebih berat. 2. Rinitis Bakteri Rinitis bakteri dibagi 2, yaitu: y Infeksi Non-spesifik Infeksi non-spesifik dapat terjadi secara primer ataupun sekunder. Rinitis bakteri primer. Tampak pada anak dan biasanya akibat dari infeksi pneumococcus, streptococcus atau staphylococcus. Membrane putih keabu-abuan yang lengket dapat terbentuk di rongga hidung, yang apabila diangkat dapat menyebabkan pendarahan. Rinitis bakteri sekunder. Merupakan akibat dari infeksi bakteri pada rinitis viral akut y Rinitis difteri Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae. Rinitis difteri dapat bersifat primer pada hidung atau sekunder pada tenggorokan dan dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronis. Dugaan adanya rinitis difteri

harus dipikirkan pada penderita dengan riwayat imunisasi yang tidak lengkap. Penyakit ini semakin jarang ditemukan karena cakupan program imunisasi yang semakin meningkat. Gejala rinitis akut ialah demam, toksemia, terdapat limfadenitis, dan mungkin ada paralisis otot pernafasan. Pada hidung ada ingus yang bercampur darah. Membrane keabu-abuan tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian bawah, membrannya lengket dan bila diangkat dapat terjadi perdarahan. Ekskoriasi berupa krusta coklat pada nares anterior dan bibir bagian atas dapat terlihat. Terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin sistemik, dan antitoksin difteri. 3. Rinitis Iritan Tipe rinitis akut ini disebabkan oleh paparan debu, asap atau gas yang bersifat iritatifseperti ammonia, formalin, gas asam dan lain-lain. Atau bisa juga disebabkan oleh trauma yang mengenai mukosa hidung selama masa manipulasi intranasal,contohnya pada pengangkatan corpus alienum. Pada rinitis iritan terdapat reaksi yang terjadi segera yang disebut dengan immediate catarrhal reaction bersamaan dengan bersin, rinore, dan hidung tersumbat. Gejalanya dapat sembuh cepat dengan menghilangkan faktor penyebab atau dapat menetap selama beberapa hari jika epitel hidung telah rusak. Pemulihan akan bergantung pada kerusakan epitel dan infeksi yang terjadi karenanya. 2.4. Tanda dan Gejala Rinitis akut pada dasarnya memiliki tanda dan gejala yang sulit dibedakan antara tipe yang satu dengan tipe yang lainnya. Rasa panas, kering dan gatal di dalam hidung, bersin, hidung tersumbat, dan terdapatnya ingus yang encer hingga mukopurulen. Mukosa hidung dan konka berubah warna menjadi hiperemis dan edema. Biasanya diikuti juga dengan gejala sistemik seperti demam, malaise dan sakit kepala.4

Pada rinitis influenza, gejala sistemik umumnya lebih berat disertai sakit pada otot. Pada rinitis eksantematous, gejala terjadi sebelum tanda karekteristik atau ruam muncul. Ingus yang sangat banyak dan bersin dapat dijumpai pada rinitis iritan. 2.5. Diagnosis Rinitis akut umumnya didiagnosis dari gambaran klinisnya. Walaupun pada dasarnya memiliki tanda dan gejala yang hampir sama, tetapi terdapat juga beberapa karekteristik yang khas membedakannya. Pada rinitis bakteri difteri, diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan kuman dari secret hidung.4 2.6. Terapi dan Pencegahan Rinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara spontan setelah kurang lebih 12 minggu. Karena itu umumnya terapi yang diberikan lebih bersifat simptomatik, seperti analgetik, antipiretik, nasal dekongestan dan antihistamin disertai dengan istirehat yang cukup. Terapi khusus tidak diperlukan kecuali bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri, maka antibiotik perlu diberikan.2,3,4 Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadnya rinitis akut adalah dengan menjaga tubuh selalu dalam keadaan sehat. Dengan begitu dapat terbentuknya system imuitas yang optimal yang dapat melindungi tubuh dari serangan za-zat asing. Istirehat yang cukup, mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan olahraga yang teraturjuga baik untuk menjaga kebugaran tubuh. Selain itu, mengikuti program imunisasi lengkap juga dianjurkan, seperti vaksinasi MMR untuk mencegah terjadinya rinitis eksantematous.3

BAB 3 PENUTUP Rinitis akut adalah radang pada mukosa hidung yang berlangsung kurang dari 12 minggu, dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri ataupun iritan, yang sering ditemukan akibat dari menifestasi dari rinitis simplek (comman cold), influenza, penyakit ekseantema (seperti morbili, variola, vericela, pertusis), penyakit spesifik serta sekunder dari iritasi local atau trauma. Rinitis akut merupakan penyebab morbiditas yang signifikan, walaupun sering dianggap sepele oleh para prektisi. Gejala-gejala rinitis akut secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien karena gejala-gejala sistemik yang turut menyertainya, seperti fatigue, sakit kepala dan gangguan kognitif. Rinitis akut merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri secara spontan setelah kurang lebih 12 minggu. Karena itu umumnya terapi yang diberikan adalah bersifat simptomatik seperti analgesic, antipiretik, nasal dekongenstan dan antihistamin. Terapi nonfarmakologi adalah tirah baring total untuk mendapatkan istirehat yang mencukupi. Terapi khusus tidak diperlukan, kecuali bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri, maka antibiotik perlu diberikan. Tindakan pencegahan yang dapat dilakuakan meliputi istirehat yang cukup,konsumsi makanan dan minuman yang sehat, olahraga teratur utuk membina system imunisasi yang optimal. Selain itu dapat juga mengikuti program imunisasi lengkap yang dijalankan oleh pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA 1. Settipane R.A, Lieberman P. Update on Non-Allergic Rhinitis. Brown University School of Medicine. Diunduh dari [diakses

http://nypollencount.com/Articles/Non-Allergic%20Rhinitis.pdf tanggal 20 Desember 2011]

2. Acute and Chroni c Rhinitis. Dalam Dhingra P.L. Disease of Ear, Nose and Throat. Edisi 4. New Delhi. Gopson Paper Ltd. 2007. Hal: 145-8 3. Adam G.L. Boeis L.R. Hingler P.A. Rinitis. Dalam Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta. ECG. 1997. Hal: 206-8 4. Soepardi E.A. Iskandar N.I. Bashiruddin J. dkk. Infeksi hidung. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. Edisi 6. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal: 140-2

Anda mungkin juga menyukai